Anda di halaman 1dari 37

MAKALAH FARMAKOTERAPI II

(PENATALAKSANAAN GANGGUAN SIKLUS MENSTRUASI ,


ENDOMETRIOSIS , PENGGUNAAN KONTRASEPSI)

DISUSUN OLEH:
NISSA PIFIA APRILA
1604088

SEKOLAH TINGGI FARMASI INDONESIA


YAYASAN PERINTIS
PADANG
2019/2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada wanita terdapat siklus menstruasi. Siklus ini berkaitan dengan
pembentukan sel telur dan pembentukan endometrium. Menstruasi merupakan suatu
tanda bahwa alat kandungan menunaikan faalnya. Panjang siklus haid ialah jarak
antara tanggal mulainya haid yang lalu dan mulainya haid yang baru.Biasanya,
periode pertama terjadi sekitar usia 12 atau 13 tahun. Namun, beberapa anak
perempuan mulai mengalami menstruasi pada usia 8 atau 9 tahun, sedangkan yang
lain mungkin lebih lama sekitar umur 15 atau 16 tahun. Jika menstruasi tidak
terjadi padausia 16 tahun, sebaiknya ia segera menghubungi dokter untuk evaluasi. M
enstruasi biasanya dimulai sekitar 2 tahun setelah payudara mulai berkembang dan dii
kuti dengan perkembangan pinggang dan rambut halus disekitar vagina.
Hari mulainya perdarahan dinamakan hari pertama siklus. Panjang siklus
menstruasiyang normal atau yang dianggap sebagai siklus klasik ialah 28 hari, tetapi
hanya beberapa perempuan yang mengalami siklus klasik . Lebih dari 90%
perempuan mempunyai siklus menstruasi antaran 24 sampai 35 hari . Perbedaan
siklus ini dipengaruhi oleh hormone reproduksi . Lama menstruasi biasanya antara 3-
6 hari . Ada yang 1-2 hari dan diikuti darah yang sedikit dan ada yang sampai 7-8
hari. Cairan menstruasi terdiri dari autolysis fungsional , exudat inflamasi , sel darah
merah dan enzyme proteolitik.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa itu menstruasi dan penatalaksanaan gangguan siklus menstruasi ?
1.2.2 Apa itu endometriosis dan bagaimana penatalaksanaannya?
1.2.3 Bagaimana penatalaksanaan penggunaan kontrasepsi?
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui apa itu menstruasi dan penatalaksanaan gangguan siklus
menstruasi
1.3.2 Untuk mengetahui penatalaksanaan endometriosis
1.3.3 Untuk mengetahui bagaimana penatalaksanaan penggunaan kontrasepsi
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Menstruasi
Menstruasi adalah perdarahan secara periodik dan siklik dari uterus, disertai
pelepasan endometrium. Menstruasi atau haid mengacu pada pengeluaran darah dan
sel-sel secara periodic melalui vagina yang berasal dari dinding rahim
wanita.Menstruasi adalah situasi pelepasan endometrium dalam bentuk
serpihandan perdarahan akibat pengeluaran hormone estrogen dan progesterone yang
turun dan berhenti sehingga terjadi vasokontriksi pembuluh darah yang segera diikuti
vasodilatasi.Menstruasi adalah pelepasan dinding rahim (endometrium) yang disertai
dengan perdarahan terjadi setiap bulannyakecuali pada saat kehamilan. Menstruasi ya
ng terjadisetiap bulan secara terus menerus disebut sebagai siklus menstruasi.
Menstruasi biasanya terjadi pada usia 11 tahun dan berlangsung hingga menopause
(sekitar usia 45- 55 tahun). Normalnya menstruasi berlangsung selama 3-7 hari.Siklus
menstruasi bervariasi pada tiap wanita dan hampir 90% wanita memiliki siklus25-35
hari dan hanya 10-15% yang memiliki panjang siklus 28 hari, namun beberapa wanita
memiliki siklus yang tidak teratur dan hal ini bisa menjadi indikasi adanya masalah
kesuburan.Panjang siklus menstruasi dihitung dari hari pertama periode menstruasi
sampai hari dimana perdarahan dimulai disebut sebagai hari pertama yang kemudian
dihitung sampai dengan hari terakhir yaitu satu hari sebelum perdarahan
menstruasi bulan berikutnya dimulai. Menstruasi merupakan bagian dari proses
reguler yang mempersiapkan tubuh wanita setiap bulannya untuk kehamilan. Daur ini
melibatkan beberapa tahap yang dikendalikan oleh interaksi hormon yang
dikeluarkan hipotalamus, kelenjar dibawah otak depan dan indung telur.
Pada permulaan daur , lapisan sel rahim mulai berkembang dan
menebal.Lapisanberperan sebagai penyokong bagi janin yang sedang tumbuh bila wa
nita tersebut hamil.Hormon memberi sinyal pada telur didalam indung telur untuk
mulai berkembang. Tak lamakemudian, sebuah telur dilepaskan dari indung telur
wanita dan mulai bergerak menuju tubafalopii dan menuju ke rahim. Bila telur tidak
dibuahi oleh sperma pada saat berhubunga intim, lapisan rahim akan berpisah dari
dinding dan mulai luruh serta akan dikeluarkan melalui vagina. Periode pengeluaran
darah dikenal sebagai periode menstruasi yang berlangsung sekitar 3-
7 hari. Bila seorang wanita mengalami kehamilan maka, menstruasi bulanannya akan
berhenti. Oleh karena itu, menghilangnya menstruasi bulanan merupakan tanda
(walaupun tidak selalu) bahwa seorang wanita sedang hamil. kehamilan dapat
dikonfirmasi dengan pemeriksaan darah sederhana.
Siklus menstruasi normal dapat dibagi menjadi 2 segmen yaitu, siklus
ovarium(indugtelur) dan siklus uterus (rahim). Siklus indung telur terbagi menjadi 3
bagian, yaitu siklusfolikuler, siklus ovulasi dan siklus luteal, sedangkan siklus uterus
dibagi menjadi 4 fase, yaitu: fase menstruasi, fase post menstruasi fase
intermenstruum dan fase pramenstruum.Perubahan didalam rahim merupakan respon
terhadap perubahan hormonal. Rahimterdiri atas 3 lapisan yaitu, perimetrium (lapisan
terluar rahim), miometrium (lapisan ototrahim yang terletak dibagian tengah) dan
endometrium (lapisan terdalam rahim).Endometrium adalah lapisan yang berperan di
dalam siklus menstruasi. Siklus menstruasidapat ditinjau dari uterus maupun
ovarium.

2.2 Faktor – Faktor yang Mempengaruh


Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya haid antara lain :
1. Faktor hormon
Hormon-hormon yang mempengaruhi terjadinya haid pada seorang wanita yaitu:
a. FSH (Follicle Stimulating Hormone) yang dikeluarkan oleh Hipofise
b. Estrogen yang dihasilkan oleh ovarium
c. LH (Luteinizing Hormone) dihasilkan oleh Hipofise
d. Progesteron dihasilkan oleh ovarium
2. Faktor Enzim
Enzim hidrolitik yang terdapat dalam endometrium merusak sel yang berperan
dalam sintesa protein, yang mengganggu metabolisme sehingga mengakibatkan
regresi endometrium dan perdarahan.
3. Faktor vascular

Mulai fase proliferasi terjadi pembentukan sistem vaskularisasi dalam lapisan


fungsional endometrium. Pada pertumbuhan endometrium ikut tumbuh pula arteria-
arteria, vena-vena dan hubungan antaranya. Dengan regresi endometrium timbul
statis dalm vena-vena serta saluran-saluran yang menghubungkannya dengan arteri,
dan akhirnya terjadi nekrosis dan perdarahan dengan pembentukan hematom, baik
dari arteri maupun dari vena.

4. Faktor Prostaglandin

Endometrium mengandung prostaglandin E2 dan F2. dengan desintegrasi


endometrium, prostaglandin terlepas dan menyebabkan kontraksi myometrium
sebagai suatu faktor untuk membatasi perdarahan pada haid. Secara khusus,
perempuan mengalami haid pada usia dua belas dan tiga belas tahun, tetapi selalu
terdapat perempuan yang mengalaminya pada usia lebih awal, kira-kira sepuluh
tahun, dan beberapa diantaranya bahkan lebih dini. Dilain pihak , beberapa
perempuan mungkin belum mengalami haid pada usia lima belas atau enam belas
tahun. Ini semua bergantung pada produksi dan pelepasan hormon.
Cepat atau lambatnya haid (kematangan seksual) ini kecuali ditentukan oleh
konstitusi fisik individual, juga dipengaruhi oleh faktor ras atau suku bangsa, faktor
iklim, cara hidup, dan milieu yang melingkungi anak. Badan yang lemah atau
penyakit yang mendera seorang anak gadis, umpamanya bisa memperlambat tibanya
menstruasi. Selanjutnya , rangsangan-rangsangan kuat dari luar, umpamanya saja
berupa film-film sex (blue film) buku bacaan dan majalah-majalah bergambar sex
godaan dan rangsangan dari kaum pria, pengamatan secara langsung terhadap
perbuatan sex/coitus, semua itu tidak hanya meningkatkan memuncaknya atau
semakin panasnya reaksi-reaksi sexual saja, akan tetapi juga mengakibatkan
kematangan sexual yang lebih cepat pada diri anak. Maka pengaruh kultur dan
peradaban itu tampaknya ambivalen sifatnya, artinya kultur dan peradapan dapat
memperlambat atau mempercepat tempo kematangan sexual anak. Jadi, juga
memperlambat atau mempercepat awal dari haid anak gadis.

2.3 Siklus Haid

Siklus haid merupakan waktu sejak hari pertama haid sampai datangnya haid
periode berikutnya. Sedangkan panjang siklus haid adalah jarak antara tanggal
mulainya haid yang lalu dan mulainya haid berikutnya.
Hari mulainya perdarahan dinamakan hari pertama siklus. Karena jam
mulainya haid tidak diperhitungkan dan tepatnya waktu keluar haid dari ostium uteri
eksternum tidak dapat diketahui, maka panjang siklus mengandung kesalahan ± 1
hari.
Dalam satu siklus terjadi perubahan pada dinding rahim sebagai akibat dari
produksi hormon-hormon oleh ovarium, yaitu dinding rahim makin menebal sebagai
persiapan jika terjadi kehamilan.Siklus haid perempuan normal berkisar antara 21-35
hari dan hanya 10-15 persen perempuan yang memiliki siklus haid 28 hari.
Panjangnya siklus haid ini dipengaruhi oleh usia seseorang. Rata-rata panjang siklus
haid gadis usia 12 tahun ialah 25,1 hari, pada perempuan usia 43 tahun 27,1 hari, dan
pada perempuan usia 55 tahun 51,9 hari.
Siklus haid perempuan tidak selalu sama setiap bulannya. Perbedaan siklus ini
ditentukan oleh beberapa faktor, misalnya gizi, stres, dan usia. Pada masa remaja
biasanya memang mempunyai siklus yang belum teratur, bisa maju atau mundur
beberapa hari. Pada masa remaja, hormon-hormon seksualnya belum stabil. Semakin
dewasa biasanya siklus haid menjadi lebih teratur, walaupun tetap saja bisa maju atau
mundur karena faktor stres atau kelelahan.
Jumlah darah yang keluar rata-rata 33,2 ± 16 cc. pada wanita yang lebih tua
biasanya yang keluar lebih banyak. Pada wanita dengan anemia defisiensi besi jumlah
darah haidnya juga lebih banyak. Jumlah darah haid lebih dari 80 cc dianggap
patologik. Setiap bulannya, haid berlangsung sekitar 3-7 hari. Setelah hari kelima dari
siklus haid, endometrium mulai tumbuh dan menebal sebagai persiapan terhadap
kemungkinan terjadinya kehamilan. Pada sekitar hari ke-28, jika tidak terjadi
pembuahan, endometrium meluruh dan terjadilah siklus berikutnya:

Siklus haid selama ± 1 bulan dapat kita bedakan dalam 4 masa (stadium):
1. Stadium Menstruasi atau desquamasi Pada masa ini endometrium dicampakkan
dari dinding rahim disertai dengan perdarahan, hanya lapisan tipis yang tinggal yang
disebut dengan stratum basale. Stadium ini berlangsung selama 4 hari. Jadi, dengan
haid itu keluar darah, potongan-potongan endometrium dan lendir dari servix. Darah
itu tidak membeku karena ada fermen yang mencegah pembekuan darah dan
mencairkan potongan-potongan mucosa. Hanya kalau banyak darah keluar maka
fermen tersebut tidak mencukupi hingga timbul bekuan-bekuan darah dalam darah
haid. Banyaknya perdarahan selama haid normal adalah ± 50 cc.
2. Stadium Post menstruum atau stadium regenerasi Luka yang terjadi karena
endometrium dilepaskan, berangsur-angsur ditutup kembali oleh selaput lendir baru
yang terjadi dari sel epitel kelenjer-kelenjer endometrium. Pada saat ini tebalnya
endometrium ± 0,5 mm, stadium ini sudah mulai waktu stadium menstruasi dan
berlangsung ± 4 hari.
3. Stadium Intermenstruum atau stadium proliferasi Pada masa ini endometrium
tumbuh menjadi tebal ± 3,5 mm. Kelenjar-kelenjar tumbuhnya lebih cepat dari
jaringan lain hingga berkelok. Stadium proliferasi berlangsung dari hari ke-5 sampai
hari ke-14 dari hari pertama haid.
4. Stadium Praemenstruum atau stadium sekresi Pada stadium ini endometrium kira-
kira tetap tebalnya tapi bentuk kelenjar berubah menjadi panjang dan berliku dan
mengeluarkan getah. Dalam endometrium sudah tertimbun glycogen dan kapur yang
kelak diperlukan sebagai makanan untuk telur. Memang maksud dari perubahan ini
tidak lain dari pada mempersiapkan endometrium untuk menerima telur.
Pada endometrium sudah dapat dibedakan lapisan atas yang padat (stratum
compactum) yang hanya ditembus oleh saluran-saluran keluar dari kelenjar-kelenjar,
lapisan mampung (stratum spongiosum), yang banyak lubang-lubangnya karena
disini terdapat rongga dari kelenjar-kelenjar dan lapisan bawah yang disebut stratum
basale.
Stadium sekresi ini berlangsung dari hari ke-14 sampai 28. Kalau tidak terjadi
kehamilan maka endometrium dilepaskan dengan perdarahan dan berulang lagi siklus
menstruasi.
2.4 Gangguan Haid
Kelainan dalam banyaknya darah dan lamanya perdarahan pada haid:
- hipermenorea atau menoragia
-. hipomenorea
kelainan siklus:
- Polimenorea
- Oligomenorea
- Amenorea
Perdarahan diluar haid:
-Metroragia
gangguan lain yang ada hubungan dengan haid:
-Premenstrual tension (ketegangan prahaid)
-Mastodinia
-Mittelschmerz (rasa nyeri pada ovulasi)
-Dismenorea
 Hipermenorea (Menoragia)
Hipermenorea adalah perdarahan haid yang lebih banyak dari normal, atau
lebih lama dari normal (lebih dari 8 hari). Sebab kelainan ini terletak pada kondisi
dalam uterus, misalnya adanya mioma uteri dengan permukaan endometrium lebih
luas dari biasa dan dengan kontraktilitas yang terganggu, polip endometrium,
gangguan pelepasan endometrium pada waktu haid, dan sebagainya. Pada gangguan
pelepasan endometrium biasanya terdapat juga gangguan dalam pertumbuhan
endometrium yang diikuti dengan gangguan pelepasannya pada waktu haid. Terapi
pada hipermenorea pada mioma uteri niscaya tergantung dari penanganan mioma
uteri, sedangkan diagnosis dan terapi polip endometrium serta gangguan pelepasan
endometrium terdiri atas kerokan.
Terapi :
a.Suplemen zat besi(jika kondisi disertai anemia) kelainan darah yang disebabkan
oleh defisiensi sel darah merah atau hemoglobin
b.Prostaglandin inhibitor seperti medication (NSAID) aspirini atau ibuprofen
c.Kontrasepsi oral
d.Progesteron (Terapi hormone)
e.Operasi menghilangkan uterus
 Hipomenorea
Hipomenorea adalah perdarahan haid yang lebih pendek dan atau lebih kurang
dari biasa. Sebab-sebabnya dapat terletak pada konstitusi penderita, pada uterus
(misalnya sesudah miomektomi), pada gangguan endokrin, dan lain-lain. Kecuali jika
ditemukan sebab yang nyata, terapi terdiri atas menenangkan penderita. Adanya
hipomenorea tidak mengganggu fertilitas.
 Polimenorea
Pada polimenorea siklus haid lebih pendek dari biasa ( kurang dari 21 hari).
Perdarahan kurang lebih sama atau lebih banyak dari haid biasa. Hal yang terakhir ini
diberi nama polimenoragia atau epimenoragia.
Polimenorea dapat disebabkan oleh gangguan hormonal yang mengakibatkan
gangguan ovulasi, atau menjadi pendeknya masa luteal. Sebab lain adalah kongesti
ovarium karena peradangan, endometriosis, dan sebagainya.
a) Etiologi
Timbulnya menstruasi yang lebih sering ini tentunya akan menimbulkan
kekhawatiran pada wanita yang mengalaminya. Polimenorea dapat terjadi akibat
adanya ketidakseimbangan sistem hormonal pada aksis hipotalamus-hipofisis-
ovarium. Ketidak seimbangan hormon tersebut dapat mengakibatkan gangguan pada
proses ovulasi (pelepasan sel telur) atau memendeknya waktu yang dibutuhkan untuk
berlangsungnya suatu siklus menstruasi normal sehingga didapatkan menstruasi yang
lebih sering. Gangguan keseimbangan hormon dapat terjadi pada :
- Pada 3-5 tahun pertama setelah haid pertama
- Beberapa tahun menjelang menopause
- Gangguan indung telur
- Stress dan depresi
- Pasien dengan gangguan makan (seperti anorexia nervosa, bulimia)
- Penurunan berat badan berlebihan
- Obesitas
- Olahraga berlebihan, misal atlit
- Penggunaan obat-obatan tertentu, seperti antikoagulan, aspirin, NSAID, dll
- dsb
Pada umumnya, polimenorea bersifat sementara dan dapat sembuh dengan
sendirinya. Penderita polimenorea harus segera dibawa ke dokter jika polimenorea
berlangsung terus menerus. Polimenorea yang berlangsung terus menerus dapat
menimbulkan gangguan hemodinamik tubuh akibat darah yang keluar terus menerus.
Disamping itu, polimenorea dapat juga akan menimbulkan keluhan berupa gangguan
kesuburan karena gangguan hormonal pada polimenorea mengakibatkan gangguan
ovulasi (proses pelepasan sel telur). Wanita dengan gangguan ovulasi seringkali
mengalami kesulitan untuk mendapatkan keturunan.
b) Patofisiologi
Ketidakteraturan siklus haid disebabkan karena gangguan hormon dalam
tubuh. Atau bisa juga terjadi karena penyakit di dalam organ reproduksi, contohnya
tumor rahim, tumor di indung telur. Selain itu gangguan haid disebabkan juga karena
faktor lainnya seperti stres, kelelahan, gangguan gizi dan penggunaan kontrasepsi,
Siklushaid yang tidak teratur kebanyakan terjadi akibatfaktor hormonal.
Seorangwanita yang memilikihormon estrogen dan progesterone secaraberlebihan
memungkinkan terjadinya haid dalam waktu yang lebih cepat. Jika gangguan haid
dikarenakan oleh faktor hormonal maka dapat dipastikan wanita tersebut mengalami
gangguan kesuburan. Dan dapat diatasi dengan suntikan untuk mempercepat
pematangan sel telur.
c) Diagnosis
Penegakan diagnosis polimenorea dilakukan dengan melakukan anamnesis
melalui pemantauan beberapa parameter, seperti lama siklus periode mentruasi,
durasi menstruasi, maupun volume darah selama menstruasi. Selain itu, dapat
dilakukan pemeriksaan penunjang, seperti pemeriksaan darah lengkap, USG (untuk
memastikan tidak adanya kelainan organ), serta pemeriksaan kadar hormon
reproduksi, seperti progesteron, LH, FSH, dan prolaktin.
d) Manifestasi Klinis
• Gejala berupa siklus kurangdari 21 hari (lebih pendek dari 25 hari )
• Dalam satu bulan bisa mengalami 2 kali menstruasi
• Anemia dan stress
e) Terapi& Pencegahan
Tujuan terapi pada penderita polimenorea adalah mengontrol perdarahan,
mencegah perdarahan berulang, mencegah komplikasi, mengembalikan kekurangan
zat besi dalam tubuh, dan menjaga kesuburan. Untuk polimenorea yang berlangsung
dalam jangka waktu lama, terapi yang diberikan tergantung dari status ovulasi pasien,
usia, risiko kesehatan, dan pilihan kontrasepsi. Kontrasepsi oral kombinasi dapat
digunakan untuk terapinya. Pasien yang menerima terapi hormonal sebaiknya
dievaluasi 3 bulan setelah terapi diberikan, dan kemudian 6 bulan untuk reevaluasi
efek yang terjadi. serta tablet penambah darah untuk mengoreksi kondisi
anemia.Stadium proliferasi dapat diperpanjang dengan hormon estrogen dan stadium
sekresi menggunakan hormon kombinasi estrogen dan progesteron.
Pemberian obat NSAIDs (nonsteroidal anti-inflammatory drugs), seperti
ibuprofen, naproxen, dan asam mefenamat, menunjukkan penurunan kejadian
perdarahan. Pemberian obat NSAIDs akan menurunkan level prostaglandin yang
tinggi pada pasien dengan kondisi perdarahan yang lebih intens.
 Oligomenorea
a. Definisi
Oligomenorrhea adalah siklus menstruasi panjang lebih dari 35 hari, tidak teratur,
dan biasanya terjadi karena gangguan hormonal. Pada kasus ini, kesehatan wanita
tidak terganggu dan fertilitas cukup baik.
b. Gejala
Gejala oligomenorrhea ditandai dengan perpanjangan siklus menstruasi lebih dari
35 hari dan kurang dari 3 bulan. Secara umum, tidak terjadi ganguan pada siklus
ovulasi dan fertilitas, serta tanpa ada perdarahan.
c. Patofisiologi Oligominorea
Patofisiologi Oligominorea biasanya terjadi akibat gangguan keseimbangan
hormonal pada aksis hipotalamus hipofisis ovarium. Gangguan hormon tersebut
menyebabkan lamanya siklus menstruasi normal menjadi memanjang. Sehingga
menstruasi menjadi lebih jarang terjadi. Oligomenorea sering terjadi pada 3 5 tahun
pertama setelah haid pertama ataupun beberapa tahun menjelang terjadinya
menoupose. Oligomenorea yang terjadi pada masa masa ini merupakan variasi
normal yang terjadi karena kurang baiknya koordinasi antara hipotalamus, hipofisis
dan ovarium pada awal terjadinya menstruasi pertama dan menjelang terjadinya
menoupose, sehingga timbul gangguan keseimbangan hormon dalam tubuh.
d. Penyebab
Penyebab oligomenorrhea biasanya terjadi akibat adanya gangguan keseimbangan
hormonal pada aksis hipotalamus-hipofisis-ovarium. Gangguan hormon tersebut
menyebabkan masa siklus haid normal menjadi lebih panjang, sehingga haid menjadi
lebih jarang terjadi.
Selain itu, ini dapat disebabkan oleh gangguan pada indung telur, seperti pada
sindrome polikistik ovarium, stres dan depresi, sakit kronis, pasien dengan gangguan
makan dan malnutrisi, penurunan berat badan berlebihan, serta olahraga berlebihan.
Namun, bisa saja oligomenorrhea disebabkan karena adanya kelainan struktur pada
rahim atau serviks, serta penggunaan obat-obatan tertentu, yang memengaruhi kerja
hipotalamus.
e. Diagnosis
1. Rontgen : mengetahui adanya penyakit TBC
2. Sitologi vagina
3. Pemeriksaan metabolism basal atau T3 dan T4
4. Pemeriksaan kromatin seks
5. Pemeriksaan kadar hormon
6. Pemeriksaan mata untuk mengetahui tanda tumor hipofisis F.
f. Terapi dan pencegahan
 Terapi non farmakologi
Pengobatan pada oligomenorrhea yang tidak mengganggu fertilitas biasanya
hanya perlu mengubah gaya hidup, seperti menjaga asupan makanan, mengontrol
stres, cukup istirahat, dan mengatur intensitas berolahraga. Namun jika karena
disebabkan oleh penggunaan alat kontrasepsi, mengganti alat kontrasepsi juga dapat
membantu mengatasi oligmenorhhea.
 Terapi farmakologi
Pada oligomenorrhea lain, dapat dilakukan terapi dengan pemberian hormon
untuk mengontrol siklus menstruasi. Oligomenorrhea yang disebabkan oleh PCOS,
dapat ditangani dengan pemberian obat yang bekerja sebagai insulin sensitizer
tunggal maupun dikombinasikan dengan obat-obat hormon. Pada oligomenorrhea
yang disebabkan oleh kelainan struktur pada rahim, maka tindakan pembedahan dapat
dilakukan, terutama pada oligomenorrhea yang mengakibatkan infertilitas
Terapi:
Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan pada pasien dengan oligomenore tergantung pada penyebabnya,
yaitu:
a.Pada oligomenore dengan anovulatoir serta pada remaja dan wanita yang
mendekati menopouse tidak memerlukan terapi.
b.Pada oligomenore yang disebabkan oleh gangguan nutrisi maka perlu
memperbaiki status nutrisinya.
c.Oligomenore yang disebabkan oleh gangguan keseimbangan hormon,
maka diperlukan hormon untuk menyeimbangkannya, untuk pemberian jenis
terapi tergantung dari jenis hormon yang dibutuhkan, misalnya ;
1) Pada oligomenore yang disebabkan estrogen yang terlalu rendah maka terapi
yang dapat diberikan adalah KB Hormonal yang mengandung estrogen,
seperti : Lynoral, Premarin, Progynova, dll.
2) Pada oligomenore yang disebabkan progesteron yang terlalu rendah maka terapi
yang dapat diberikan adalah KB Hormonal yang mengandung estrogen, seperti :
postinor
3) Pada oligomenore yang disebabkan ketidakseimbangan hormonal yang sama untuk
jumlah estrogen dna progesteron yang kurang, maka dapat dilakukakn terapi dengan
pil kombinasi yang mengandung estrogen dan progesterone dengan jumlah
seimbang seperti : Mycrogynon 50, Ovral, Neogynon, Norgiol, Eugynon,
Microgynon 30, Mikrodiol, Nordette, dll.
d.Bila gejala terjadi akibat adanya tumor, operasi mungkin diperlukan. Adanya tumor
yang mempengaruhi pengeluaran hormon estrogen, maka tumor ini perlu
ditindaklanjuti seperti dengan operasi, kemoterapi, dll
 Amenorea
Amenorea adalah keadaan tidak adanya haid untuk sedikitnya tiga bulan
berturut-turut. Lazim diadakan pembagian antara amenorea primer dan amenorea
sekunder. Amenorea primer apabila seorang wanita berumur 18 tahun keatas tidak
pernah dapat haid, sedangkan pada amenorea sekunder penderita pernah mendapat
haid tetapi kemudian tidak dapat lagi. Amenorea primer umumnya mempunyai sebab-
sebab yang lebih berat dan lebih sulit untuk diketahui, seperti kelainan-kelainan
congenital dan kelainan-kelainan genetic. Adanya amenorea sekunder lebih menunjuk
kepada sebab-sebab yang timbul kemudian dalam kehidupan wanita, seperti
gangguan gizi, gangguan metabolisme, tumor-tumor, penyakit infeksi, dan lain-lain
Terapi :
Pengobatan tergantung penyebabnya . Jika penyebabnya adalah penurunan berat
badan yang drastic atau obesitas, penderita dianjukan untuk menjalani diet . Jika
penyebabnya adalah olahrga yang berlebihan , penderita di anjurkan untuk
menguranginya . Jika seorang anak yang belum pernah mengalami
menstruasi(amenore primer) dan selama hasil pemeriksaan normal , maak dilakukan
pemeriksaan setia p3-6 bulan untuk memantau perkembangan pubertas.
Gejala Amenorrhea
 Sakit kepala.
 Payudara tidak membesar.
 Gangguan penglihatan.
 Tumbuhnya rambut-rambut di wajah secara berlebihan.
 Rambut rontok.
 Suara berat seperti laki-laki.
 Jerawat.
 Keluarnya air susu walau tidak sedang menyusui, akibat meningkatnya kadar
prolaktin.
 Nyeri panggul.
Terapi amenorhea
 Terapi sulih hormon estrogen (estrogen replacement therapy/ ERT) yang
membantu menstabilkan hormon untuk memicu siklus haid, pada kondisi
insufisiensi ovarium primer. ERT akan menggantikan estrogen yang tidak
dihasilkan oleh ovarium untuk mengatur siklus menstruasi secara normal.
Dokter juga akan memberikan progestin atau progesteron untuk mengurangi
risiko kanker rahim
 Pengobatan pada wanita yang memiliki sindrom ovarium polikistik (PCOS),
penanganan akan berfokus untuk mengurangi kadar hormon androgen
 Pemakaian pil kontrasepsi atau obat-obatan hormon yang memicu terjadinya
siklus haid
 Amenore yang disebabkan oleh faktor gaya hidup bisa ditangani dengan
menjaga berat badan tetap ideal, mengontrol stres, dan menetapkan jadwal
olahraga yang tepat dan teratur
 Premenstrual Tension (Tegangan Prahaid)
Premenstrual tension merupakan keluhan-keluhan yang biasanya mulai satu
minggu sampai beberapa hari sebelum datangnya haid, dan menghilang sesudah haid
datang, walaupun kadang-kadang berlangsung terus sampai haid berhenti. Gejala-
gejala yang tidak seberapa berat banyak dijumpai, terutama pada wanita berumur
antara 30 dan 45 tahun. Keluhan-keluhan terdiri atas gangguan emosional berupa
iritabilitas, gelisah, insomia, nyeri kepala, mudah tersinggung, sukar tidur, perut
kembung, mual, pembesaran dan rasa nyeri pada mamma, dan sebagainya.
Sedangkan pada kasus yang berat terdapat depresi, rasa ketakutan, gangguan
konsentrasi, dan peningkatan gejala-gejala fisik tersebut diatas.
Terapi :
a.Progesteron sintetik dosis kecil dapat diberikan selama 8 jam sampai 10 hari
sebelum haid
b. Metiltesstoteron 5mg sebagai tablet isap, jangan lebih dari 7 hari
c.Pemberian diuretic selama 5 hari dapat bermanfaat
d. Pemakaian garam dibatasi dan minum sehari hari dikurang selama 7-10 hari
sebelum haid
e. Psikoterapi suportif
 Mastalgia
Gejala mastalgia adalah rasa nyeri dan pembesaran mamma sebelum haid.
Sebabnya edema dan hiperemi karena peningkatan relative dari kadar estrogen. Pada
pemeriksaan harus diperhatikan adanya radang atau neoplasma.
Terapi biasanya terdiri atas pemberian diuretikum, sedang pada mastalgia keras
kadang-kadang perlu diberikan metiltestosteron 5 mg sehair secara sublingual.
Bromokriptine dalam dosis kecil dapat membantu pengurangan penderitaan.
 Mittelschmerz
Mittelschmerz atau nyeri antara haid terjadi kira-kira sekitar pertengahan
siklus haid, pada saat ovulasi. Rasa nyeri yang terjadi mungkin ringan, tetapi
mungkin juga berat. Lamanya mungkin hanya beberapa jam, tetapi pada beberapa
kasus sampai 2-3 hari. Rasa nyeri dapat disertai atau tidak disertai dengan
perdarahan, yang kadang-kadang sangat sedikit berupa getah berwarna coklat, sedang
pada kasus lain dapat merupakan perdarahan seperti haid biasa. Diagnosis dibuat
berdasarkan saat terjadinya peristiwa dan bahwa nyerinya tidak mengejang, tidak
menjalar, dan tidak disertai mual dan muntah. Penanganan umumnya terdiri atas
penerangan pada wanita yang bersangkutan.
 Dismenorea
Dismenorea atau nyeri haid mungkin merupakan suatu gejala yang paling
sering menyebabkan wanita-wanita muda pergi ke dokter untuk konsultasi dan
pengobatan. Karena gangguan ini sifatnya subjektif, berat atau intensitasnya sukar
dinilai. Walaupun frekwensi dismenorea cukup tinggi dan penyakit ini sudah lama
dikenal, namun sampai sekarang patogenesisnya belum dapat dipecahkan.
Oleh karena hampir semua wanita mengalami rasa tidak enak dibawah perut
sebelum dan selama haid dan sering kali rasa mual, maka istilah dismenorea hanya
dipakai jika nyeri haid demikian hebatnya, sehingga memaksa penderita untuk
istirahat dan meninggalkan pekerjaan atau cara hidupnya sehari-hari, untuk beberapa
jam atau beberapa hari.
Penanganan dismenorea ini dapat dilakukan dengan cara penerangan dan
nasehat, pemberian obat analgesic, terapi hormonal, teapi dengan obat nonsteroid
antiprostaglandin, dilatasi kanalis servikalis, dan Terapi dengan obat nonsteroid
antiprostaglandin yang memegang peranan makin penting terhadap dimenorea
primer.

2.5 Endometriosis
Endometriosis merupakan suatu kondisi yang dicerminkan dengan keberadaan
dan pertumbuhan jaringan endometrium di luar uterus. Jaringan endometrium itu bisa
tumbuh di ovarium, tuba falopii, ligamen pembentuk uterus, atau bisa juga tumbuh di
apendiks, colon, ureter dan pelvis. Endometriosis adalah suatu penyakit dimana
bercak-bercak jaringan endometrium tumbuh di luar rahim, padahal dalam keadaan
normal endometrium hanya ditemukan di dalam lapisan rahim. Endometriosis adalah
suatu keadaan dimana jaringan endometrium yang masih dapat berfungsi terdapat
diluar kavum uteri.
 Klasifikasi
Berdasarkan visualisasi rongga pelvis dan volume tiga dimensi dari
endometriosis dilakukan penilaian terhadap ukuran, lokasi dan kedalaman invasi,
keterlibatan ovarium dan densitas dari perlekatan. Dengan perhitungan ini didapatkan
nilai-nilai dari skoring yang kemudian jumlahnya berkaitan dengan derajat klasifikasi
endometriosis. Nilai 1-4 adalah minimal (stadium I), 5-15 adalah ringan (stadium II),
16-40 adalah sedang (stadium III) dan lebih dari 40 adalah berat (stadium IV) (Rusdi,
2009).
Ada beberapa faktor resiko penyebab terjadinya endometriosis, antara lain:
- Wanita usia produktif ( 15 – 44 tahun )
- Wanita yang memiliki siklus menstruasi yang pendek (<27 hari)
- Menstruasi yang lama (>7 hari)
- Peningkatan jumlah estrogen dalam darah
- Keturunan : memiliki ibu yang menderita penyakit yang sama.
- Memiliki saudara kembar yang menderita endometriosis
- Terpapar Toksin dari lingkungan Biasanya toksin yang berasal dari pestisida,
pengolahan kayu dan produk kertas, pembakaran sampah medis dan sampah-sampah
perkotaan.
Teori paling banyak diterima ialah migrasi trans tuba atau menstruasi
retrogrand. Menurut teori ini, jaringan endometrium diregurgitasi dari uterus selama
menstruasi ke tuba falopii dan kedalam rongga peritoneum, dan organ-organ lain.
Penyebabnya tidak diketahui, tetapi beberapa ahli mengemukakan teori
berikut:
1. Teori menstruasi retrograd (menstruasi yang bergerak mundur)
Sel-sel endometrium yang dilepaskan pada saat menstruasi bergerak
mundur ke tuba falopii lalu masuk ke dalam panggul atau perut dan
tumbuh di dalam rongga panggul/perut.
2. Teori sistem kekebalan
Kelainan sistem kekebalan menyebabkan jaringan menstruasi tumbuh di
daerah selain rahim.
3. Teori genetik
Keluarga tertentu memiliki faktor tertentu yang menyebabkan kepekaan
yang tinggi terhadap endometriosis.
 Patofisiologi
Endometriosis dipengaruhi oleh faktor genetik. Wanita yang memiliki ibu
atau saudara perempuan yang menderita endometriosis memiliki resiko lebih besar
terkena penyakit ini juga. Hal ini disebabkan adanya gen abnormal yang diturunkan
dalam tubuh wanita tersebut. Gangguan menstruasi seperti hipermenorea dan
menoragia dapat mempengaruhi sistem hormonal tubuh. Tubuh akan memberikan
respon berupa gangguan sekresi estrogen dan progesteron yang menyebabkan
gangguan pertumbuhan sel endometrium. Sama halnya dengan pertumbuhan sel
endometrium biasa, sel-sel endometriosis ini akan tumbuh seiring dengan
peningkatan kadar estrogen dan progesteron dalam tubuh.
Faktor penyebab lain berupa toksik dari sampah-sampah perkotaan
menyebabkan mikoroorganisme masuk ke dalam tubuh. Mkroorganisme tersebut
akan menghasilkan makrofag yang menyebabkan resepon imun menurun yang
menyebabkan faktor pertumbuhan sel-sel abnormal meningkat seiring dengan
peningkatan perkembangbiakan sel abnormal.
Jaringan endometirum yang tumbuh di luar uterus, terdiri dari fragmen
endometrial. Fragmen endometrial tersebut dilemparkan dari infundibulum tuba
falopii menuju ke ovarium yang akan menjadi tempat tumbuhnya. Oleh karena itu,
ovarium merupakan bagian pertama dalam rongga pelvis yang dikenai endometriosis.
Sel endometrial ini dapat memasuki peredaran darah dan limpa, sehingga sel
endomatrial ini memiliki kesempatan untuk mengikuti aliran regional tubuh dan
menuju ke bagian tubuh lainnya.
Dimanapun lokasi terdapatnya, endometrial ekstrauterine ini dapat
dipengaruhi siklus endokrin normal. Karena dipengaruhi oleh siklus endokrin, maka
pada saat estrogen dan progesteron meningkat, jaringan endometrial ini juga
mengalami perkembangbiakan. Pada saat terjadi perubahan kadar estrogen dan
progesteron lebih rendah atau berkurang, jaringan endometrial ini akan menjadi
nekrosis dan terjadi perdarahan di daerah pelvic.
Perdarahan di daerah pelvis ini disebabkan karena iritasi peritonium dan
menyebabkan nyeri saat menstruasi (dysmenorea). Setelah perdarahan,
penggumpalan darah di pelvis akan menyebabkan adhesi/perlekatan di dinding dan
permukaan pelvis. Hal ini menyebabkan nyeri, tidak hanya di pelvis tapi juga nyeri
pada daerah permukaan yang terkait, nyeri saat latihan, defekasi, BAK dan saat
melakukan hubungan seks. Adhesi juga dapat terjadi di sekitar uterus dan tuba
fallopii.
Adhesi di uterus menyebabkan uterus mengalami retroversi, sedangkan adhesi
di tuba fallopii menyebabkan gerakan spontan ujung-ujung fimbriae untuk membawa
ovum ke uterus menjadi terhambat. Hal-hal inilah yang menyebabkan terjadinya
infertil pada endometriosis.
 Gambaran Klinik
Tanda dan gejala endometriosis antara lain :
1. Nyeri :
- Dismenore sekunder
- Dismenore primer yang buruk
- Dispareunia
- Nyeri ovulasi
- Nyeri pelvis terasa berat dan nyeri menyebar ke dalam paha, dan nyeri pada
bagian abdomen bawah selama siklus menstruasi.
- Nyeri akibat latihan fisik atau selama dan setelah hubungan seksual
- Nyeri pada saat pemeriksaan dalam oleh dokter
2. Perdarahan abnormal
- Hipermenorea
- Menoragia
- Spotting sebelum menstruasi
- Darah menstruasi yang bewarna gelap yang keluar sebelum menstruasi atau di
akhir menstruasi
3. Keluhan buang air besar dan buang air keci
- Nyeri sebelum, pada saat dan sesudah buang air besar
- Darah pada feces
- Diare, konstipasi dan kolik
 Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan yang dilakukan untuk membuktikan adanya endometirosis,
antara lain:
1. Uji serum
- CA-125
Sensitifitas atau spesifisitas berkurang
- Protein plasenta 14
Mungkin meningkat pada endometriosis yang mengalami infiltrasi dalam, namun
nilai klinis tidak diperlihatkan.
- Antibodi endometrial
Sensitifitas dan spesifisitas berkurang
2. Teknik pencitraan
- Ultrasound
Dapat membantu dalam mengidentifikasi endometrioma dengan sensitifitas 11%
- MRI
90% sensitif dan 98% spesifik
- Pembedahan
Melalui laparoskopi dan eksisi.
 Penanganan
Penanganan endometriosis terdiri atas pencegahan, pengawasan saja, terapi
hormonal, pembedahan dan radiasi
1. Pencegahan
Meigh berpendapat bahwa kehamilan adalah cara pencegahan yang paling
baik untuk endometriosis. Gejala-gejala endometriosis memang berkurang atau
hilang pada waktu dah sesudah kehamilan karena regresi endometrium dalam
sarang-sarang endometriosis. Oleh sebab itu hendaknya perkawinan jangan
ditunda terlalu lama, dan sesudah perkawinan hendaknya diusahakan mendapat
anak-anak yang diinginkan dalam waktu yang tidak terlalu lama. Sikap demikian
itu tidak hanya merupakan profilaksis yang baik terhadap endometrisis, melainkan
menghindari terjadinya infertilitas sesudah endometriosis timbul. Selain itu jangan
melakukan pemeriksaan yang kasar atau melakukan kerokan pada waktu haid, oleh
karena itu dapat menyebabkan mengalirnya darah haid dari uterus ke tuba dan
rongga panggul.
2. Observasi dan Pemberian Analgetika
Pengobatan ekspektatif ini akan berguna bagi wanita-wanita dengan gejala-
gejala dan kelainan fisik yang ringan. Pada wanita yang sudah agak berumur,
pengawasan itu bisa dilanjutkan sampai menopause, karena sesudah itu gejala-
gejala endometriosis hilang sendiri. sikap yang sama dapat diambil pada wanita
yang lebih muda, yang tidak mempunyai persoalan tentang infertilitas, akan tetapi
pada wanita yang ingin mempunyai anak, jika setelah ditunggu 1 tahun tidak
terjadi kehamilan perlu dilakukan pemeriksaan terhadap infertilitas dan diambil
sikap yang lebih aktif. Pada observasi seperti yang diterangkan, harus dilakukan
pemeriksaan secara periodik dan teratur untuk meneliti perkembangan
penyakitnya dan jika perlu mengubah sikap ekspektatifnya. Dalam masa observasi
ini dapat diberi pengobatan paliatif berupa pemberian analgetika untuk
mengurangi rasa nyeri.
3. Terapi Hormonal
Obat-obatan yang biasa digunakan untuk mengobati endometriosis
Obat Efek samping
Pil KB Pembengkakan perut, nyeri payudara, peningkatan nafsu
kombinasi makan, pembengkakan pergelangan kaki, mual, perdarahan
estrogen- diantara 2 siklus menstruasi, trombosis vena dalam
progestin
Progestin Perdarahan diantara 2 siklus menstruasi, perubahan suasana
hati, depresi, vaginitis atrofika
Danazole Penambahan berat badan, suara lebih berat, pertumbuhan
rambut, hot flashes, vagina kering, pembengkakan
pergelangan kaki, kram otot, perdarahan diantara 2 siklus,
payudara mengecil, perubahan suasana hati, kelainan fungsi
hati, sindroma terowongan karpal
Agonis GnRH Hot flashes, vagina kering, pengeroposan tulang, perubahan
suasana hati
4. Pembedahan
Ada 2 macan yaitu :
a. Konservatif
- Laparatomi
- laparaskopi
b. Radikal
Laparoskopi mempunyai beberapa keuntungan jika dibandingkan dengan
Laparotomi, yakni
a. Lama tinggal dirumah sakit lebih pendek yaitu sekitar 2 hari, jika dilaparotomi
sekitar 5 hari.
b. Kembalinya aktivitas kerja lebih cepat, Normalnya penderita dapat kembali
sepenuhnya 7-10 hari, jika dilaparotomi 4-6 minggu.
c. Ongkos perawatan lebih murah.
Pembedahan radikal dilakukan pada wanita dengan endometriosis yang
umurnya hampir 40 tahun atau lebih dan yang menderita penyakit yang luas
disertai banyak keluhan. Operasi yang paling radikal adalah histerektomi total,
salpingo-ooferektomi bilateral, dan pengangkatan semua sarang-sarang
endometriosis yang ditemukan. Akan tetapi pada wanita kurang dari 40 tahun
dapat dipertimbangkan untuk, meninggalkan sebagian dari jaringan ovarium yang
sehat. Hal ini mencegah jangan sampai terlalu cepat timbul gejala-gejala
pramenopause dan menopause dan juga mengurangi kecepatan timbulnya
osteoporosis.
5. Radiasi
Pengobatan ini bertujuan untuk menghentikan fungsi ovarium, terapi cara
ini tidak dilakukan lagi, kecuali jika ada kontra indikasi terhadap pembedahan.

2.6.Penggunaan Kontrasepsi
1. Definisi Kontrasepsi
Kontrasepsi merupakan usaha-usaha untuk mencegah terjadinya kehamilan.
Usaha-usaha itu dapat bersifat sementara dan permanen.Kontrasepsi yaitu
pencegahan terbuahinya sel telur oleh sel sperma (konsepsi) atau pencegahan
menempelnya sel telur yang telah dibuahi ke dinding rahim.
2. Macam-macam Kontrasepsi
a. Metode Kontrasepsi Sederhana Metode kontrasepsi sederhana terdiri dari 2 yaitu
metode kontrasepsi sederhana tanpa alat dan metode kontrasepsi dengan alat. Metode
kontrasepsi tanpa alat antara lain: Metode Amenorhoe Laktasi (MAL), Couitus
Interuptus, Metode Kalender, Metode Lendir Serviks, Metode Suhu Basal Badan, dan
Simptotermal yaitu perpaduan antara suhu basal dan lendir servik. Sedangkan metode
kontrasepsi sederhana dengan alat yaitu kondom, diafragma, cup serviks dan
spermisida.
b. Metode Kontrasepsi Hormonal Metode kontrasepsi hormonal pada dasarnya dibagi
menjadi 2 yaitu kombinasi (mengandung hormon progesteron dan estrogen sintetik)
dan yang hanya berisi progesteron saja. Kontrasepsi hormonal kombinasi terdapat
pada pil dan suntikan/injeksi. Sedangkan kontrasepsi hormon yang berisi progesteron
terdapat pada pil, suntik dan implant.
c. Metode Kontrasepsi dengan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) Metode
kontrasepsi ini secara garis besar dibagi menjadi 2 yaitu AKDR yang mengandung
hormon sintetik (sintetik progesteron) dan yang tidak mengandung hormon. AKDR
yang mengandung hormon Progesterone atau Leuonorgestrel yaitu Progestasert
(Alza-T dengan daya kerja 1 tahun, LNG-20 mengandung Leuonorgestrel.
d. Metode Kontrasepsi Mantap Metode kontrasepsi mantap terdiri dari 2 macam yaitu
Metode Operatif Wanita (MOW) dan Metode Operatif Pria (MOP). MOW sering
dikenal dengan tubektomi karena prinsip metode ini adalah memotong atau mengikat
saluran tuba/tuba falopii sehingga mencegah pertemuan antara ovum dan sperma.
Sedangkan MOP sering dikenal dengan nama vasektomi, vasektomi yaitu memotong
atau mengikat saluran vas deferens 14 sehingga cairan sperma tidak dapat keluar atau
ejakulasi.
Kontrasepsi Hormonal
1. Definisi Kontrasepsi Hormonal
Kontrasepsi hormonal merupakan salah satu metode kontrasepsi yang paling
efektif dan reversibel untuk mencegah terjadinya .Kontrasepsi hormonal
merupakan kontrasepsi dimana estrogen dan progesteron memberikan umpan
balik terhadap kelenjar hipofisis melalui hipotalamus sehingga terjadi
hambatan terhadap folikel dan proses ovulasi .
2. Mekanisme Kerja Kontrasepsi Hormonal
Hormon estrogen dan progesteron memberikan umpan balik, terhadap
kelenjar hipofisis melalui hipotalamus sehingga terjadi hambatan terhadap
perkembangan folikel dan proses ovulasi. Melalui hipotalamus dan hipofisis,
estrogen dapat menghambat pengeluaran Folicle Stimulating Hormone (FSH)
sehingga perkembanagan dan kematangan Folicle De Graaf tidak terjadi. Di
samping itu progesteron dapat menghambat pengeluaran Hormone
Luteinizing (LH). Estrogen mempercepat peristaltik tuba sehingga hasil
konsepsi mencapai uterus endometrium yang belum siap untuk menerima
implantasi .
Selama siklus tanpa kehamilan, kadar estrogen dan progesteron
bervariasi dari hari ke hari. Bila salah satu hormon mencapai puncaknya,
suatu mekanisme umpan balik (feedback) menyebabkan mula-mula
hipotalamus kemudian kelenjar hypophyse mengirimkan isyarat-isyarat
kepada ovarium untuk mengurangi sekresi dari hormon tersebut dan
menambah sekresi dari hormon lainnya. Bila terjadi kehamilan, maka estrogen
dan progesteron akan tetap dibuat bahkan dalam jumlah lebih banyak tetapi
tanpa adanya puncak-puncak siklus, sehingga akan mencegah ovulasi
selanjutnya. Estrogen bekerja secara primer untuk membantu pengaturan
hormon realising factors of hipotalamus, membantu pertumbuhan dan
pematangan dari ovum di dalam ovarium dan merangsang perkembangan
endometrium. Progesteron bekerja secara primer menekan atau depresi dan
melawan isyarat-isyarat dari hipotalamus dan mencegah pelepasan ovum yang
terlalu dini atau prematur dari ovarium, serta juga merangsang perkembangan
dari endometrium.
Adapun efek samping akibat kelebihan hormon estrogen, efek
samping yang sering terjadi yaitu rasa mual, retensi cairan, sakit kepala, nyeri
pada payudara, dan fluor albus atau keputihan. Rasa mual kadang-kadang
disertai muntah, diare, dan rasa perut kembung. Retensi cairan disebabkan
oleh kurangnya pengeluaran air dan natrium, dan dapat meningkatkan berat
badan. Sakit kepala disebabkan oleh retensi cairan. Kepada penderita
pemberian garam perlu dikurangi dan dapat diberikan diuretik. Kadang- 16
kadang efek samping demikian mengganggu akseptor, sehingga hendak
menghentikan kontrasepsi hormonal tersebut. Dalam kondisi tersebut,
akseptor dianjurkan untuk melanjutkan kontrasepsi hormonal dengan
kandungan hormon estrogen yang lebih rendah. Selain efek samping
kelebihan hormon estrogen, hormon progesteron juga memiliki efek samping
jika dalam dosis yang berlebihan dapat menyebabkan perdarahan tidak teratur,
bertambahnya nafsu makan disertai bertambahnya berat badan, acne (jerawat),
alopsia, kadang-kadang payudara mengecil, fluor albus (keputihan),
hipomenorea. Fluor albus yang kadang-kadang ditemukan pada kontrasepsi
hormonal dengan progesteron dalam dosis tinggi, disebabkan oleh
meningkatnya infeksi dengan candida albicans (Wiknjosastro, 2007).
Komponen estrogen menyebabkan mudah tersinggung, tegang, retensi air, dan
garam, berat badan bertambah, menimbulkan nyeri kepala, perdarahan banyak
saat menstruasi, meningkatkan pengeluaran leukorhea, dan menimbulkan
perlunakan serviks. Komponen progesteron menyebabkan payudara tegang,
acne (jerawat), kulit dan rambut kering, menstruasi berkurang, kaki dan
tangan sering kram (Manuaba, 2010).
3. Macam-Macam Kontrasepsi Hormonal
a. Kontrasepsi Pil
1) Pengertian Pil oral akan menggantikan produksi normal estrogen dan
progesteron oleh ovarium. Pil oral akan menekan hormon ovarium selama
siklus haid yang normal, sehingga juga menekan releasingfactors di otak dan
akhirnya mencegah ovulasi. Pemberian Pil Oral bukan hanya untuk mencegah
ovulasi, tetapi juga menimbulkan gejala-gejala pseudo pregnancy (kehamilan
palsu) seperti mual, muntah, payudara membesar, dan terasa nyeri Efektivitas
Efektivitas pada penggunaan yang sempurna adalah 99,5- 99,9% dan 97%
2)Jenis KB Pil
a) Monofasik: pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengamdung
hormon aktif estrogen atau progestin, dalam dosisi yang sama, dengan 7 tablet
tanpa hormon aktif, jumlah dan porsi hormonnya konstan setiap hari.
Contohnya : MICROGYNON
Komposisi : 21 tablet masing-masing mengandung 0.15 mg
Levonorgestrel dan 0.03 mg Etinilestradiol serta 7
tablet plasebo.
Dosis : Tiap hari 1 tablet mulai hari pertama haid, tablet
pertama diambil dari bagian bungkus berwarna
merah/biru disesuaikan dengan harinya.
Caranya : Satu tablet diminum tiap hari selama 28 hari berturut-
turut. Kemasan berikutnya dimulai setelah tablet pada
kemasan sebelumnya habis. Tidak menggunakan
kontrasepsi hormon sebelumnya (pada bulan yang lalu).
Pemakaian tablet harus dimulai pada hari ke-1 dari
siklus alami wanita (yaitu hari pertama menstruasi)
dimulai dari bidang biru dari kemasan dan pilih tablet
sesuai dengan harinya (seperti "Sen" untuk Senin).
Mulai pada hari ke 2-5 diperbotehkan, akan tetapi
selama siklus pertama dianjur¬kan untuk menggunakan
metoda pencegahan tambahan selama 7 hari pertama
minum tablet.
b) Bifasik: pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormon
aktif estrogen, progestin, dengan dua dosis berbeda 7 tablet tanpa hormon
aktif, dosis hormon bervariasi.
Contohnya : CLIMEN
Komposisi : Terdiri dari 16 tablet putih berisi estradiol valerate 2
mg dan 12 tablet pink berisi estradiol valerate 2 mg dan
cyproterone acetate 1 mg.
Dosis : Wanita yang masih menstruasi, dimulai pada awal
menstruasi. Wanita yang menstruasinya tidak teratur
dapat dimulai kapan saja asal tidak hamil.Tablet putih
1x sehari selama 16 hari diikuti tablet merah muda 1x
sehari selama 12 hari.
Caranya : Minumkan tablet putih satu kali sehari selama 16 hari
dilanjutkan dengan tablet pink satu kali sehari hingga
habis.
c) Trifasik: pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormon
aktif estrogen atau progestin, dengan tiga dosis yang berbeda 7 tablet tanpa
hormon aktif, dosis hormon bervariasi setiap hari.
Contohnya : TRINORDIOL
Komposisi : Tiap kemasan Trinordiol*-28 berisi 28 tablet. Tablet-
tablet ini disusun dalam kemasan menurut urutan
sebagai berikut: 6 tablet kuning tua dari 0.03 mg
etinilestradiol dan 0.05 mg levonorgestrel, 5 tablet
putih dari 0.04 mg etinilestradiol dan 0.075 mg
levonorgestrel, 10 tablet kuning dari 0.03 mg
etinilestradiol dan 0.125 mg levonorgestrel, 7 tablet
innert merah dari 31.835 mg laktosa.
Dosis : 1 tablet sebelum tidur setiap hari
Caranya : Satu tablet sehari untuk 28 hari berturut-turut dalam
urutan yang tepat seperti diuraikan di atas. Tablet-
tablet diminum terus menerus tanpa dihentikan.
Segera setelah satu kemasan habis, mulailah dengan
kemasan yang baru dan diminum seperti diuraikan di
atas. Dianjurkan tablet Trinordiol*-28 diminum setiap
hari pada waktu yang sama, sebaiknya setelah makan
atau pada waktu mau tidur. Bila pemakai merasa mual,
sebaiknya tablet diminum dengan susu.
Siklus pertama :
Selama pemakaian siklus pertama, pasien dianjurkan
meminum satu tablet setiap hari selama 28 hari
berturut-turut, dimulai dari hari pertama dari siklus haid
(hari kesatu datangnya haid adalah hari pertama).
Perdarahan akan terjadi sebelum tablet Trinordiol*-
28terakhir diminum.
Siklus Lanjutan :
Pemakai hendaknya segera mulai kemasan berikutnya
walaupun perdarahan masih berlangsung. Tiap 28 hari
penggunaan Trinordiol*-28 dimulai pada hari yang
samaseperti pada pemakaian pertama kalinya pada
bagian foil berwarna merah dan mengikuti jadual yang
sama. Meskipun terjadinya kehamilan sangat kecilbila
tablet digunakan sesuai petunjuk bila perdarahan tidak
terjadi setelah tablet terakhir diminum, kemungkinan
hamil harus dipertimbangkan. Bila pasien tidak
menuruti cara penggunaan yang tertera (lupa satu atau
lebih tablet atau mulai minum tablet yang terlupa pada
hari terlambat daripada seharusnya) kemungkinan
hamil harus dipertimbangkan pada saat tidak terjadi
haid dan dilakukan cara-cara dianostik yang tepat
sebelum pengobatan dilanjutkan.
Secara umum kontrasepsi kombinasi berkerja dengan cara menekan
ovulasi, mencegah implantasi, mengentalkan lendir serviks sehingga sulit
dilalui sperma, dan Pergerakan tuba terganggu sehingga transportasi ovum
akan tergenggu.
Manfaat dari penggunaan kontrasepsi kombinasi antara lain adalah :
1. Memiliki efektifitas yang tinggi (hampir menyerupai efektivitas
tubektomi), bila digunakan setiap hari (1 kehamilan per 1000
perempuan dalam tahun pertama penggunaan).
2. Risiko terhadap kesehatan sangat kecil.
3. Tidak mengganggu hubungan seksual
4. Siklus haid menjadi teratur, banyaknya darah haid berkurang
(mencegah anemia), tidak terjadi nyeri haid.
5. Dapat digunakan jangka panjang, selama perempuan masih ingin
menggunakannya.
6. Dapat digunakan sejak usia remaja hingga menopause.
7. Mudah dihentikan setiap saat.
8. Kesuburan segera kembali setelah pengunaan pil dihentikan.
9. Membantu mencegah kehamilan ektopik, kanker ovarium, kanker
endometrium, kista ovarium, penyakit radang panggul, kelainan
jinak pada payudara, dismenore, akne
Keterbatasan penggunaan kontrasepsi kombinasi antara lain adalah :
1. Mahal dan membosankan karena harus menggunakannya tiap hari.
2. Mual terutama pada 3 bulan pertama.
3. Perdarahan bercak atau perdarahan sela terutama 3 bulan pertama.
4. Pusing dan nyeri payudara.
5. Berat badan naik sedikit tetapi pada perempuan tertentu kenaikan berat
badan, justru memiliki dampak positif
6. Tidak boleh diberikan pada perempuan menyusui (mengurangi ASI).
7. Pada sebagian kecil perempuan dapat menimbulkan depresi dan
perubahan suasana hati sehingga keinginan untuk melakukan
hubungan seksual berkurang.
8. Dapat meningkatkan tekanan darah dan terensi cairan, sehingga risiko
stroke dan gangguan pembekuan darah pada vena dalam sedikit
meningkat. Pada perempuan usia>35 tahun dan merokok perlu hati-
hati.
Cara kerja Pil KB
a) Menekan ovulasi b) Mencegah implantasi c) Mengentalkan lendir serviks
d) Pergerakan tuba terganggu sehingga transportasi ovum akan terganggu.
b. Kontrasepsi Suntik
Efektivitas kontrasepsi Suntik. Menurut Sulistyawati (2013), kedua
jenis kontrasepsi suntik mempunyai efektivitas yang tinggi, dengan 30%
kehamilan per 100 perempuan per tahun, jika penyuntikannya dilakukan
secara teratur sesuai jadwal yang telah ditentukan. DMPA maupun NET EN
sangat efektif sebagai metode kontrasepsi. Kurang dari 1 per 100 wanita akan
mengalami kehamilan dalam 1 tahun pemakaian DMPA dan 2 per 100 wanita
per tahun pemakain NET EN (Hartanto, 2002).
Jenis kontrasepsi Suntik terdapat dua jenis kontrasepsi suntikan yang
hanya mengandung progestin, yaitu : a) Depo Mendroksi Progesteron
(DMPA), mengandung 150 mg DMPA yang diberikan setiap tiga bulan
dengan cara di suntik intramuscular (di daerah pantat). b) Depo Noretisteron
Enantat (Depo Noristerat), mengandung 200 mg Noretindron Enantat,
diberikan setiap dua bulan dengan cara di suntik intramuscular (di daerah
pantat atau bokong).
Cara kerja kontrasepsi Suntik yaitu: a) Mencegah ovulasi b)
Mengentalkan lendir serviks sehingga menurunkan kemampuan penetrasi
sperma c) Menjadikan selaput lendir rahim tipis dan atrofi d) Menghambat
transportasi gamet oleh tuba falloppii. 4) Keuntungan kontrasepsi Suntik
Keuntungan pengguna KB suntik yaitu sangat efektif, pencegah kehamilan
jangka panjang, tidak berpengaruh pada hubungan seksual, tidak mengandung
estrogen sehingga tidak berdampak serius terhadap penyakit jantung dan
gangguan pembekuan darah, tidak mempengaruhi ASI, efek samping sangat
kecil, klien tidak perlu menyimpan obat suntik, dapat digunakan oleh
perempuan usia lebih 35 tahun sampai perimenopause, membantu mencegah
kanker endometrium dan kehamilan ektopik, menurunkan kejadian tumor
jinak payudara, dan mencegah beberapa penyebab penyakit radang panggul .
Keterbatasan Adapun keterbatasan dari kontrasepsi Suntik menurut
yaitu: a) Gangguan haid b) Leukorhea atau Keputihan c) Galaktorea d)
Jerawat e) Rambut Rontok f) Perubahan Berat Badan g) Perubahan libido.
Kontrasepsi Implant
1) Profil kontrasepsi Implant yaitu:
a) Efektif 5 tahun untuk norplant, 3 tahun untuk Jedena, Indoplant, atau
Implanon
b) Nyaman
c) Dapat dipakai oleh semua ibu dalam usia reproduksi
d) Pemasangan dan pencabutan perlu pelatihan
e) Kesuburan segera kembali setelah implan dicabut
f) Efek samping utama berupa perdarahan tidak teratur, perdarahan bercak,
dan amenorea
g) Aman dipakai pada masa laktasi.
Jenis kontrasepsi Implant
a) Norplant: terdiri dari 6 batang silastik lembut berongga dengan panjang 3,4
cm, dengan diameter 2,4 mm, yang diisi dengan 3,6 mg levonorgestrel dan
lama kerjanya 5 tahun.
b) Implanon: terdiri dari satu batang putih lentur dengan panjang kira-kira 40
mm, dan diameter 2 mm, yang diisi dengan 68 mg 3- Keto-desogestrel dan
lama kerjanya 3 tahun.
c) Jadena dan indoplant: terdiri dari 2 batang yang diisi dengan 75 mg.
Levonorgestrel dengan lama kerja 3 tahun.
Cara kerja kontrasepsi Implant yaitu: a) Lendir serviks menjadi kental
b) Mengganggu proses pembentukan endometrium sehingga sulit terjadi
implantasi c) Mengurangi transportasi sperma d) Menekan ovulasi.
Keuntungan kontrasepsi Implant yaitu: a) Daya guna tinggi b)
Perlindungan jangka panjang c) Pengembalian tingkat kesuburan yang cepat
setelah pencabutan d) Tidak memerlukan pemeriksaan dalam e) Tidak
mengganggu dari kegiatan senggama f) Tidak mengganggu ASI g) Klien
hanya kembali jika ada keluhan h) Dapat dicabut sesuai dengan kebutuhan i)
Mengurangi nyeri haid j) Mengurangi jumlah darah haid k) Mengurangi dan
memperbaiki anemia l) Melindungi terjadinya kanker endometrium m)
Melindungi angka kejadian kelainan jinak payudara 24 n) Melindungi diri dari
beberapa penyebab penyakit radang panggul o) Menurunkan kejadian
endometriosis. 5) Keterbatasan kontrasepsi Implant yaitu: Pada kebanyakan
pasien dapat menyebabkan perubahan pola haid berupa perdarahan bercak
(spooting), hipermenorea atau meningkatnya jumlah darah haid, serta
amenorhea.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Menstruasi adalah perdarahan secara periodik dan siklik dari uterus, disertai
pelepasan endometrium. Menstruasi atau haid mengacu pada pengeluaran darah dan
sel-sel secara periodic melalui vagina yang berasal dari dinding rahim wanita.
Endometriosis merupakan suatu kondisi yang dicerminkan dengan keberadaan
dan pertumbuhan jaringan endometrium di luar uterus. Jaringan endometrium itu bisa
tumbuh di ovarium, tuba falopii, ligamen pembentuk uterus, atau bisa juga tumbuh di
apendiks, colon, ureter dan pelvis. Endometriosis adalah suatu penyakit dimana
bercak-bercak jaringan endometrium tumbuh di luar rahim, padahal dalam keadaan
normal endometrium hanya ditemukan di dalam lapisan rahim.Endometriosis
dicerminkan oleh keberadaan dan pertummbuhan jaringan endometrium diluar uterus.
Endometriosis adalah suatu keadaan dimana jaringan endometrium yang masih dapat
berfungsi terdapat diluar kavum uteri.
Kontrasepsi merupakan pencegahan kehamilan setelah hubungan seksual
dengan menghambat sperma mencapai ovum matang (metode yang mencegah
ovulasi) atau dengan mencegah ovum yang telah dibuahi tertanam pada endometrium
( mekanisme yang menyebabkan lingkungan uterus tidak cocok untuk ovum yang
telah dibuahi).
Dalam pelayanan keluarga berencana dan kesehatan reproduksi hubungannya
dengan pemilihan alat kontrasepsi yang sesuai dengan pasien, diperlukan suatu
konseling yang berarti petugas medis membantu pasien untuk memilih alat
kontrasepsi yang sesuai dengan dirinya dan juga dengan konseling yang baik akan
membantu pasien dalam menggunakan kontrasepsinya lebih lama dan meningkatkan
keberhasilan program KB.
Kontrasepsi hormonal yang cocok dan sesuai dengan pasien, berdasarkan
keadaan pasien yang memiliki usia pra menopause, dan masalah obesitas tipe II,
dislipidemia, serta riwayat amenore adalah pil kombinasi, suntik kombinasi, minipil
progestin dan implant levonorgestrel. Namun dari keempat opsi kontrasepsi hormonal
yang dapat digunakan oleh pasien tersebut, kontrasepsi hormonal pil kombinasi yaitu
kombinasi antara hormon estrogen dan progesteron sintetik yang lebih cocok dan
sesuai dengan kondisi pasien.
Pemilihan alat kontrasepsi, jumlah dan dosis perlu dipertimbangkan dengan
baik sesuai dengan kondisi pasien secara holistik, dengan sebelumnya dilakukan
konseling secara optimal karena hal tersebut sangat berpengaruh terhadap kualitas
hasil yang dicapai.
DAFTAR PUSTAKA

Affandi, Biran. 1996. Gangguan Haid pada Remaja dan Dewasa. Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia: Jakarta.
Burns, August,dkk. 2000. Pemberdayaan Wanita dalam Bidang Kesehatan. Yayasan
Essentia Medica: Yogyakarta.
Masland, Robert, dkk. 2004. Apa yang Ingin Diketahui Remaja tentang Seks. Bumi
Aksara: Jakarta.
Shreeve, Caroline. 1993. Sindrom Pramenstruasi. Arcan Penerbit Umum: Jakarta.
Tan, Anthony. 2002. Wanita dan Nutrisi. Bumi Aksara: Jakarta.
Werner, David, dkk. 1999. Apa Yang Anda Kerjakan Bila Tidak Ada
Dokter. Yayasan Essentia Medica dan Andi Offset: Yogyakarta.
Wiknjosastro, Hanifa. 2005. Ilmu Kandungan. Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawiroharjo: Jakarta.
Winiastri, Virnye, dkk. 2002. Pengalaman Materi Membantu Remaja Mengatasi
Dirinya. Deputi Bidang KB dan Kespro BKKBN: Jakarta.
Zein, Asmar Yetty, dkk. 2005. Psikologi Ibu dan Anak. Fitramaya: Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai