Anda di halaman 1dari 53

Gangguan Menstruasi

Kelompok 3 :
Rahma Sarita (17001006)
Melisa Febrina (17001001)
Menstruasi
● Menstruasi adalah keluarnya darah dari dalam uterus, yang di
akibatkan oleh terlepasnya lapisan dinding rahim disertai pelepasan
endometrium dan terjadi setiap bulan. Menstruasi ini dinilai
berdasarkan 3 hal, pertama siklus haid yaitu berkisar 21-35 hari,
kedua lama haid yaitu tidak lebih dari 15 hari, ketiga jumlah darah 20-
80 ml (Anwar, 2011; Perry, 2010; Chandranita, 2009).
● Menstruasi atau haid adalah perdarahan secara periodik dan siklik
dari uterus, disertai pelepasan (deskuamasi) endometrium. Proses
terjadinya menstruasi ini terjadi melalui empat tahap yaitu fase
menstruasi, fase ploriferasi, fase luteal/sekresi, dan fase iskemik
(Proverawati, 2009; Perry, 2010).
Menstruasi adalah pengeluaran darah
yang terjadi akibat perubahan hormon
yang terus menerus dan mengarah pada
pembentukan endometrium, ovulasi
sehingga terjadi peluruhan dinding
rahim jika kehamilan tidak terjadi
(Verawaty, 2012)
Siklus
Menstruasi
siklus menstruasi adalah lamanya atau jarak waktu mulai
menstruasi sampai mulai menstruasi berikutnya (setiawati,
2015).
Setiap siklus menstruasi pada wanita tidak selalu normal,
banyak wanita yang mengalami gangguan siklus menstruasi
seperti oligomenorea, polimenorea dan amenorea. Sebagian
wanita mengeluhkan sering terjadi menstruasi yang tidak lancar,
nyeri atupun perdarahn yang abnormal. Sebua penelitian
menemukan bahwa prevalensi terbesar yaitu nyeri menstruasi
89,5%, ketidakteraturan menstruasi sebesar 31,2%, terjadi
perpanjangan durasi menstruasi sebesar 5,3% (Umi Latifah,
2018).
Siklus Menstruasi Normal
Pada Wanita
Siklus Menstruasi
01 Fase Menstruasi

Beberapa fase yang


terjadi selama siklus 02 Fase Ploriferasi
menstruasi berlangsung
menurut (Verrawaty,
2012; Perry, 2010):
03 Fase luteal/sekresi

Fase Iskemik
04
Fase
Menstruasi
fase pertama yaitu luruhnya sel ovum matang
yang tidak dibuahi bersamaan dengan dinding
endometrium yang robek. Dapat diakibatkan
juga oleh berhentinya sekresi hormone
estrogen dan progresteron sehingga produksi
hormon hormone estrogen dan progresteron
menurun.
Fase Ploriferasi
fase ploriferasi ditandai dengan menurunnya
hormone progresteron sehingga memacu
kelenjar hipofisis untuk mensekresikan FSH
dan merangsang follikel dalam ovarium, serta
dapat membuat hormone estrogen diproduksi
kembali. Sel follikel berkembang menjadi
follikel de graaf yang masak dan menghasilkan
hormone estrogen yang merangsang keluarnya
LH dari hipofisis.
Fase luteal/sekresi
Ditandai dengan sekresi LH yang memacu matangnya
sel ovum pada hari ke 14 sesudah menstruasi
pertama. Sel ovum yang matang akan meninggalkan
follikel dan follikel akan mengkerut dan berubah
menjadi corpus luteum. Dimana corpus luteum
berfungsi menghasilkan hormone progresteron yang
berfungsi untuk mempertebal dinding endometrium
yang kaya akan pembuluh darah.
Fase Iskemik
Ditandai dengan corpus luteum yang mengecil dan rigit
dan berubah menjadi corpus albican yang berfungsi untuk
menghambat sekresi hormone estrogen dan
progesteronsehingga hipofisis aktif mensekresi FSH dan
LH. Dengan berhentinya sekresi progresteron maka
penebalan dinding endometrium akan berhenti sehingga
menyebabkan endometrium mengering dan robek.
Sehingga terjadilah fase perdaharan/ menstruasi kembali.
Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Siklus
Menstruasi
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi siklus
menstruasi
menurut Verawaty, (2012)

1. Stress 4. Aktivitas Fisik

Konsumsi Obat-
2. Penyakit Kronis 5.
obatan tertentu

3. Gizi Buruk 6.
Ketidakseimbanga
n Hormon
Gangguan pada
menstruasi
Gangguan Menstruasi

Menstruasi dianggap normal jika terjadi antara 22-35 hari.


Gangguan menstruasi paling umum terjadi pada awal dan akhir
masa reproduksi, yaitu di bawah usia 19 tahun dan di atas usia 39
tahun. Gangguan ini mungkin berkaitan dengan lamanya siklus
menstruasi, atau jumlah dan lamanya menstruasi, seseorang
wanita dapat mengalami kedua gangguan tersebut.
Gangguan menstruasi

Desminorea
Polimenorea

1 2 3 4 5

Amenorea Endometriosis Oligomenorea


Hipogonadotropik
Amenorea
Hipogonadotropik
Amenorrhea adalah keadaan tidak adanya haid untuk
sedikitnya 3 bulan berturut-turut. Lazim diadakan
pembagian antara amenorrhea primer dan amenorrhea
sekunder. Kita berbicara tentang amenorrhea primer apabila
seorang wanita berumur 18 tahun keatas tidak pernah
mendapat haid, sedang pada amenorrhea sekunder penderita
pernah mendapat haid, tetapi kemudian tidak dapat lagi
(Wiknjosastro,2008).
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI AMENORRHEA

Hormonal Status Gizi

1. 2. 3. 4. 5.

Organ Penyakit
Gaya Hidup
Reproduksi Kronis
Etiologi Amenorhea
1. Hymen Imperforata : Selaput darah tidak berlubang sehingga
darah menstruasi terhambat untuk keluar
2.Menstruasi Anavulatori : Rangsangan hormone –
hormone yang tidak mencukupi untuk membentuk
lapisan dinding rahim sehingga tidak terjadi haid atau
hanya sedikit.
• Disfungsi Hipotalamus : kelainan organik,
psikologis, penambahan berat badan
• Disfungsi hipofise : tumor dan peradangan
• Disfungsi Ovarium : kelainan congenital, tumor
• Endometrium tidak bereaksi
MANIFESTASI KLINIS
Tanda dan gejala yang muncul diantaranya :
● Tidak terjadi haid
● Produksi hormon estrogen dan progesteron menurun.
● Nyeri kepala
● Badan lemah
Apa itu disminore???

Dismenore adalah nyeri menstruasi, sifat dan derajat rasa


nyeri ini bervariasi. Mulai dari yang ringan sampai yang
berat. Keadaan yang hebat dapat mengganggu aktivitas
sehari-hari, sehingga memaksa penderita untuk istirahat
dan meninggalkan pekerjaan atau cara hidup sehari-hari
untuk beberapa jam atau beberapa hari. Hampir semua
wanita mengalami rasa tidak enak pada perut bagian
bawah saat menstruasi.
Klasifikasi Dismenore

Dismenore
Primer Dismenore
Sekunder
Klasifikasi Dismenore
1. Dismenore primer
● Dismenore primer adalah kondisi yang berhubungan dengan siklus ovulasi.
Penelitian menunjukan bahwa dismenore primer memiliki dasar biokimia dan
terjadi akibat pelepasan prostaglandin selama mens. Selama fase luteal dan
menstruasi berjalan prostaglandin F2alfa (PGR, Pelepasan (PGF2a) yang
berlebihan meningkatkan amplitudo dan frekuensi kontraksi uterus dan
menyebabkan vasospasme dari arteriol uterus, menyebabkan iskemia dan
perut bagian bawah. Respons sistemik terhadap PGF2a meliputi nyeri
pinggang, kelemahan, berkeringat, gejala gastrointestinal (anoreksia, mual,
muntah, dan diare) dan gejala sistem saraf pusat (rasa mengantuk, sinkop,
sakit kepala, dan konsentrasi buruk). Nyeri biasanya dimulai pada saat onset
menstruasi dan berlangsung selama 8-4 jam Lentz, 2007 dalam Lowdermilk
(2013).
2. Dismonore Sekunder
● Dismenore sekunder adalah nyeri menstruasi yang terjadi belakangan dalam
kehidupan, umurnnya setelah usia 25 tahun. Hal ini berhubungan dengan
abnormalitas panggul seperti adenomiosis endometriosis, penyakit radang
panggul, polip endometrium, mioma submukosa atau interstisial (fibroid uterus),
atau penggunaan alat kontrasepsi dalam kandungan. Nyeri sering kali dimulai
beberapa hari sebelum mens, namun hal ini dapat terjadi pada saat ovulasi dan
berlanjut selama hari-hari pertama menstruasi atau dimulai setelah menstruasi
terjadi. Berbeda dengan dismenore primer, nyeri pada dismenore sekunde sering
kali bersifat tumpul, menjalar dari perut bagian bawal ke arah pinggang atau
paha. Wanita sering kali mengalam perasaan membengkak atau rasa penuh
dalam panggul. (Lowdermilk, 2013).
Tanda dan Gejala Dismenore
● Dismenore menyebabkan nyeri pada perut bagian bawah, yang
bisa menjalar ke punggung bagian bawah dan tungkai. Nyeri
dirasakan sebagai kram yang hilang-timbul atau sebagai nyeri
tumpul yang terus menerus ada. Biasanya nyeri mulai timbul
sesaat sebelum atau selama menstruasi, mencapai puncaknya
dalam waktu 24 jam dan setelah 2 hari akan menghilang.
Dismenore juga sering disertai oleh sakit kepala, mual,
sembelit atau diare dan sering berkemih. Kadang sampai
terjadi muntah (Nugroho, 2014)
Etiologi Desminore
1. Dismenore primer
Desminore primer disebabkan oleh zat kimia alami yang
diproduksi oleh sel-sel lapisan dinding rahim yang disebut
prostaglandin. Prostaglandin akan merangsang otot otot halus
dinding rahim berkontraksi. Makin tinggi kadar prostaglandin,
kontraksi akan makin kuat, sehingga rasa nyeri yang dirasakan
juga makin kuat. Biasanya, pada hari pertama menstruasi kadar
prostaglandin sangat tinggi. Pada hari kedua dan selanjutnya,
lapisan dinding rahim akan mulai terlepas, dan kadar
prostaglandin akan menurun. Rasa sakit dan nyeri menstruasi pun
akan berkurang seiring dengan makin menurunnya kadar
prostaglandin. (Sinaga, 2017).
2. Dismenore sekunder
● Dismenore sekunder umumnya disebabkan oleh
kelainan atau gangguan pada sistem reproduksi,
misalnya fibroid uterus, radang panggul,
endometriosis atau kehamilan ektopik. Dismenore
sekunder dapat diatasi hanya dengan mengbati atau
menangani penyakit atau kelainan yang
menyebabkannya (Sinaga, 2017).
Penatalaksanaan Dismenore
Untuk mengurangi rasa nyeri bisa diberikan obat anti peradangan non-steroid
(misalnya ibuprofen, naproxen dan asam mefenamat). obat ini akan sangat efektif
jika mulai diminum 2 hari sebelum menstruasi dan dilanjutkan sampai hari 1-2
menstruasi (Nugroho, 2014).

Menurut Nugroho (2014) selain dengan obat-obatan, rasa nyeri juga bisa dikurangi
dengan:
● Istirahat yang cukup.
● Olah raga yang teratur (terutama berjalan).
● Pemijatan.
● Yoga atau senam
● Kompres hangat di daerah perut.
Endometriosis
Endometriosis merupakan salah satu kelainan ginekologi
umum yang diderita oleh wanita usia reproduktif.
Ditemukan stroma dan kelenjar endometrium diluar lokasi
normal disebut sebagai endometriosis. Peritonium pelvis
merupakan lokasi tersering ditemukan endometriosis,
namun juga bisa ditemukan di ovarium, septum
rektovagina, ureter dan jarang ditemukan di kandung
kemih, perikardium serta pleura.
Epidemiologi
● Prevalensi sebenarnya endometriosis belum diketahui karena
penundaan diagnosis sampai sekitar 10 tahun akibat tidak
terdeteksi pada pelayanan primer. Namun beberapa studi
menyatakan sekitar 6-10% wanita usia produktif mengalami
endometriosis. Studi lain juga memperkirakan prevalensi
endometriosis berdasarkan studi populasi sekitar 0,6 - 0,8
( 1dari 3 wanita). Usia rata-rata penderita endometriosis
sekitar 28 tahun. Beberapa keadaan lain yang menyertai
endometriosis antara lain subfertilitas sekitar 21-47% dan
nyeri pelvik kronis sekitar 71-80%.
Faktor resiko
Beberapa faktor resiko untuk terjadi endometriosis antara
lain :
1.riwayat keluarga
Studi menunjukkan wanita yang memiliki kerabat tingkat
pertama menderita endometriosis cenderung untuk
menderita endometriosis berat (61%) dibandingkan wanita
tanpa memiliki kerabat pertama yang menderita
endometriosis (24%). Studi lain risk ratio sebesar 5,2 %
untuk saudara kandung perempuan dan 1,56% untuk
sepupu perempuan.
2 . Pola makanan
Juga menjadi salah satu faktor resiko endometriosis.
Aktifitas fisik, diet asam lemak omega 3 mampu
menurunkan kadar tumor necrosis factor alpha (TNFα),
interleukin 6 (IL6) dan marker inflamasi lainnya.
Hubungan aktifitas fisik dan endometriosis belum jelas,
namun studi menunjukan bahwa asupan asam lemak rantai
panjang omega tiga yang tinggi berhubungan dengan
penurunan resiko endometriosis
Etiologi
Beberapa penyebab yang diperkirakan berpengaruh terhadap
timbulnya endometriosis antara lain;
a. Retrograde menstruation
Menstruasi adalah keadaan robeknya jaringan teratas pembuluh
darah endometrium kemudian mengalir melewati serviks dan
keluar dari vagina. Pada endometriosis terjadi aliran yang
berlawanan dari normal menuju ke tuba falopi yang disebut
dengan refluks menstruation dan terus menyebar ke ruang
peritonium. Fragmen jaringan endometrium ini melekat dan
menginvasi mesetelium peritonium, kemudian merekrut
sumber pembuluh darah baru dan terus tumbuh membentuk
b. Penyebaran vaskular dan limfatik

Peneliti juga meyakini penyebaran jaringan


endometrium melalui pembuluh darah dan
limfa yang tidak biasa (aberan) berhubungan
dengan pembentukan endometriosis.
Penemuan endometriosis di lokasi yang tidak
biasa seperti di perineum mendukung teori ini.
Apalagi daerah peritonium memiliki banyak
c. Coelemic Metaplasia
Teori ini menyatakan bahwa terjadi metaplasia
jaringan pluripotensial, parietal peritonium
menjadi jaringan yang secara histologi tidak bisa
dibedakan dengan jaringan endometrium normal.
Endometriosis ovarium juga disebabkan oleh
metaplasia epitelium coelemic. Hal ini
disebabkan karena ovarium, progenitor
endometrium, duktus mullerian
d. Ketergantungan Hormonal
Implan endometriotik akan mengekspresikan 17β-
Hydroxysteroid dehydrogenases tipe :
1, enzim yang berperan dalam perubahan androstenedion
menjadi estron dan merubah estron menjadi estradiol.
Namun implan juga memiliki kadar 17β-Hydroxysteroid
dehydrogenases tipe
2, yang merupakan estrogen inaktif. Kombinasi enzim
tersebut akan menjamin implan endometriotik terpapar
oleh estrogen secara terus menerus hingga mampu
memiliki fungsi yang sama dengan jaringan endometrium,
Diagnosis Endometriosis

Diagnosis endometriosis dicurigai pertama kali jika


ditemukan anamnesis, tanda dan gejala yang didukung oleh
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang
dibuktikan dengan pemeriksaan histologi yang diambil
selama laparoskopi. Kombinasi laparoskopi dan histologi
dari kelenjar endometrial dan atau stroma dipertimbangkan
sebagai gold standar untuk diagnos
Laparaskopi

Jika tanda deep endometriosis atau endometriosis ovarian tidak


ditemukan pada mpemeriksaan fisik atau pemeriksaan penunjang
lainnya, maka laparoskopi tidak seharusnya dilakukan untuk
menemukan penyakit peritonium, terutama pada dewasa atau
dewasa muda. Laparoskopi merupakan metode utama untuk
menegakkan diagnosis endometriosis.
Penemuan laparoskopi bervariasi dan bisa mencakup lesi
endometrotik yang terpisah, endometrioma dann pembentukan
adesi. Sensitifitas dan spesifisitas dari visualisasi laparoskopi
untuk mendiagnosis endometrioma ovarium adalah 97% dan 95%.
Oleh karena itu biopsi ovarium jarang diperlukan.
Transvaginal
sonography (TVS)

Transvaginal sonography (TVS) merupakan salah satu


alat yang mampu mendiagnosis dan menyingkirkan
diagnosis endometrioma ovarium. Salah satu
keterbatasan dari TVS ini adalah tidak mampu
mendiagnosa endometrioma kecil. TVS tidak terlalu
bergantung pada operator dan bisa digunakan secara
luas
Penatalaksanaan
Endometriosis biasanya berkaitan dengan dismenorea
atau nyeri perut. Pemberian obat analgetik seperti
parasetamol,NSAID mampu mengurangi nyeri
endometriosis NSAID merupakan agen nonselektif yang
menghambat cyclooxygenase isoenzymes satu dan 2
(COX-1 and COX-2), Prostaglandin yang berperan
dalam nyeri dan proses inflamasi akan dihambat oleh
NSAID.
Androgen merupakan salah satu terapi yang
memberikan peran yang cukup besar untuk
endometriosis. Obat androgen pertama yang disetujui
sebagai terapi endometrisois adalah danazol. Danzol
merupakan androgen sintetik yaitu isoxazolemderivative
of 17-α-ethinyl testosterone.. Mekanisme kerja dari obat
ini adalah dengan menekan siklus tengah dari lonjakan
LH sehingga menciptakan keadaan anovulasi kronik.
Polimenorea
Polimenorea adalah panjang siklus
menstruasi yang memendek dari panjang
siklus menstruasi klasik, yaitu kurang dari
21hari persiklusnya, sementara volume
perdarahannya kurang lebih sama atau lebih
banyak dari volume perdarahan menstruasi
biasanya.
Oligomenorea
Oligomenorea adalah panjang siklus
menstruasi yang memanjang dari panjang
siklus menstruasi klasik, yaitu lebih dari 35
hari persiklusnya. Volume perdarahannya
umumnya lebih sedikit dari volume
perdarahan menstruasi biasanya. Siklus
menstruasi biasanya juga bersifat ovulator
dengan fase proliferasi yang lebih panjang di
banding fase proliferasi siklus menstruasi
klasik.
THANKS

Anda mungkin juga menyukai