Anda di halaman 1dari 46

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dismenore merupakan suatu gejala rasa sakit atau rasa tidak enak diperut

bagian bawah pada masa menstruasi sampai dapat menggangu aktifitas

sehari-hari yang paling sering ditemui pada wanita muda dan reproduktif.

Dismenore adalah keluhan yang paling sering menyebabkan wanita muda

pergi ke dokter untuk konsultasi dan mendapatkan pengobatan

(Winknjosastro, 2007).
Prevalensi dismenore dalam beberapa penelitian menunjukkan frekuensi

yang cukup tinggi. Review WHO, rata-rata insidensi terjadinya dismenore

pada wanita muda antara 16,8 81%. Inggris melaporkan 45 -97% wanita

disana mengeluh dismenore, dimana prevalensi hampir sama ditemui di

negara-negara Eropa. Prevalensi terendah dijumpai di Bulgaria (8,8%) dan

prevalensi tertinggi di negara Finlandia (94%) (Latthe, 2006). Dismenore di

Indonesia juga merupakan keluhan yang sering ditemukan pada wanita usia

muda. Di Indonesia angka kejadian disminore primer sebesar 54,89% tipe

sekunder. Disminore menyebabkan 14% dari pasien remaja sering tidak hadir

disekolah dan sering tidak menjalankan kegiatan sehari-hari (Calis, 2011).

Pravelensi Disminore primer di Indonesia cukup tinggi yaitu 60-70% dan

15% diantaranya mengalami nyeri yang hebat, pada umumnya terjadi pada

usia remaja dan dewasa.


Dismenore merupakan nyeri pada abdomen yang dirasakan sesaat sebelum

atau pada saat menstruasi dan mengganggu aktivitas perempuan, bahkan

sering kali mengharuskan penderita beristirahat dan meninggalkan


1
2

pekerjaannya selama berjam-jam akibat dismenore. Dismenore dimulai saat

perempuan berumur 2-3 tahun setelah menarche. Ada beberapa gangguan

yang dialami oleh perempuan berhubungan dengan menstruasi diantaranya

hipermenore, hipomenore, polimenore, oligomenore, amenore dan dismenore

(Bobak, 2004).
Salah satu alternatif dalam meredakan nyeri dismenore yang sedang

banyak diteliti saat ini ialah yoga. Yoga merupakan suatu intervensi holistik

yang menggabungkan pikiran dan tubuh melalui praktek psikofisik yang

meliputi latihan fisik, pernafasan, relaksasi dan meditasi (Butera, 2006). Yoga

memiliki potensi yang besar dalam meningkatkan kesehatan jasmani serta

rohani sehingga seringkali digunakan sebagai terapi berbagai penyakit,

termasuk dismenore. Telah banyak penelitian yang membuktikan bahwa yoga

bermanfaat dalam mengurangi derajat keparahan dan durasi dismenore primer

(Nag et al., 2013). Yoga merupakan teknik relaksasi yang mengajarkan

seperangkat teknik seperti pernafasan, meditasi, dan posisi tubuh untuk

meningkatkan kekuatan dan keseimbangan (Fountaine & Kaszubski, 2004).

Teknik relaksasi dalam yoga dapat merangsang tubuh untuk melepaskan

opioid endogen yaitu endorphin dan enkefalin (senyawa yang berfungsi untuk

menghambat nyeri).

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami Pengaruh Terapi Yoga

Terhadap Tingkat Disminorea


1.2.2 Tujuan Khusus
1.2.1.1 Mampu mengetahui Konsep Menstruasi
1.2.2.1.1 Mampu mengetahui Definisi Menstruasi
1.2.2.1.2 Mampu mengetahui Siklus Menstruasi
1.2.2.1.3 Mampu mengetahui Faktor yang mempengaruhi menstruasi
3

1.2.2.1.4 Mampu mengetahui Tanda dan gejala menstruasi


1.2.2.2 Konsep Nyeri Haid (Desminorea)
1.2.2.2.1 Definisi Nyeri Haid (Desminorea)
1.2.2.2.2 Klasifikasi Nyeri Haid (Desminorea)
1.2.2.2.3 Pengkajian Nyeri
1.2.2.2.4 Respon Manusia Terhadap Nyeri
1.2.2.2.5 Penatalaksanaan Nyeri
1.2.2.3 Konsep Yoga
1.2.2.3.1.1 Definisi Yoga
1.2.2.3.1.2 Manfaat Yoga
1.2.2.3.1.3 Klasifikasi Yoga
1.2.2.3.1.4 Persiapan Melakukan Yoga
1.2.2.3.1.5 Manfaat Terapi Yoga Untuk Mengatasi Dismonorea
1.2.2.3.1.6 Pose atau gerakan yoga mengatasi Disminorea

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Menstruasi


2.1.1 Definisi Menstruasi
Menstruasi atau haid adalah perdarahan secara periodik dan siklik

dari uterus, disertai pelepasan endometrium. Terjadi saat lapisan dalam

rahim luruh dan keluar (Proverawati & Misaroh, 2009)


Menstruasi atau haid adalah perubahan fisiologis dalam tubuh

perempuan yang terjadi secara berkala dan dipengaruhi oleh hormon

reproduksi. Periode ini penting dalam reproduksi. Pada manusia, hal ini

bisa terjadi setiap bulan antara usia pubertas dan menopause. (Fitria, 2007)
4

Menstruasi adalah pengeluaran cairan dari vagina secara berkala

selama masa usia reproduktif. Biasanya berlangsung selama 3-7 hari

(Ramaiah, 2006)
2.1.2 Siklus Menstruasi

Siklus haid ialah jarak antara tanggal mulainya haid yang lalu dan

mulainya haid berikutnya. Hari mulainya perdarahan dinamakan hari

pertama siklus. Karena jam mulainya haid tidak diperhitungkan dan

tepatnya waktu keluar haid dari ostium uteri eksternum tidak dapat

diketahui, maka panjang siklus mengandung kesalahan kurang lebih 1 hari.

Panjang siklus haid yang normal atau dianggap sebagai siklus haid yang

klasik ialah 28 hari. Panjang siklus dipengaruhi oleh seseorang. Rata-rata

panjang siklus haid pada gadis 12 tahun ialah 25,1 hari, pada wanita usia

43 tahun 27,1 hari, dan pada wanita


4 usia 55 tahun 51,9 hari. Jadi,

sebenarnya panjang siklus haid 28 hari itu tidak sering dijumpai

(Prawirohardjo, 2007). Dan hanya 10-15 % perempuan memeliki siklus 28

hari (Fitria, 2007).

Secara sederhana Maulana (2008, p.35) menjelaskan mekanisme

terjadinya haid, dimana menurutnya haid merupakan bagian dari proses

regular yang mempersiapkan tubuh perempuan setiap bulannya untuk

kehamilan. Daur ini melibatkan beberapa tahap yang dikendalikan oleh

interaksi hormon yang dikeluarkan oleh hipotalamus yaitu FSH (Folikel

Stimulating Hormons) dan LH (Luteinesing Hormons), kelenjar di bawah

otak depan, dan indung telur. Pada permulaan daur, lapisan sel rahim mulai

berkembang dan menebal. Lapisan ini berperan sebagai penyokong bagi

janin yang sedang tumbuh jika perempuan itu hamil.


5

Hormon FSH (Folikel Stimulating Hormons) dan LH (Luteinesing

Hormons) memberi sinyal pada telur di dalam indungnya untuk mulai

berkembang. Tak lama kemudian, sebuah telur di lepaskan dari indungnya

dan mulai bergerak menuju tuba fallopi, terus ke rahim. Jika telur tidak

dibuahi oleh sperma, lapisan rahim dalam akan berpisah dari dinding

uterus dan mulai luruh serta akan dikeluarkan melalui vagina. Periode

pengeluaran darah dikenal sebagai periode haid, berlangsung selama 3-7

hari.

Menurut Sarwono (2006) menerangkan bahwa pada tiap siklus

haid dikenal tiga masa utama, ialah sebagai berikut:

1) Masa haid : selama 2-8 hari. Pada waktu itu endometrium dilepas,

sedangkan pengeluaran hormon-hormon ovarium paling rendah atau

minimum.

2) Masa proliferasi : terjadi sampai hari ke-14. Pada waktu itu

endometrium tumbuh kembali, disebut dengan endometrium mengadakan

proliferasi. Antara hari ke 12-14 dapat terjadi pelepasan ovum dari

ovarium yang disebut ovulasi.

3) Sesudahnya dinamakan masa sekresi. Pada akhir masa ini endometrium

berubah kearah sel-sel desidua, terutama yang berada di seputar pembuluh-

pembuluh arterial. Keadaan ini memudahkan adanya nidasi.

Pada tiap-tiap siklus haid FSH (Folikel Stimulating Hormons)

dikeluarkan oleh lobus anterior hipofisis yang menyebabkan beberapa

folikel primer dapat berkembang dalam ovarium. Umumnya satu folikel,

namun kadang-kadang lebih dari satu, dan kemudian berkembang menjadi


6

folikel de Graaf yang membuat estrogen. Estrogen ini menekan produksi

FSH (Folikel Stimulating Hormons), sehingga lobus anterior hipofisis

dapat mengeluarkan hormon gonadotropin yang kedua, yakni LH

(Luteinesing Hormons). Produksi kedua hormon gonadotropin (LH dan

FSH) tersebut dibawah pengaruh Realising Hormons (RH) yang

disalurkan dari Hipotalamus ke hipofisis. Penyaluran RH ini dipengaruhi

oleh mekanisme umpan balik estrogen ke hipotalamus.

Bila penyaluran RH (Realising Hormons) normal atau berjalan baik, maka

produksi gonadotropin-gonadotropin akan baik pula, sehingga folikel de

Graaf selanjutnya makin lama makin matang dan makin banyak berisi

likuor folikulli yang mengandung estrogen. Estrogen mempunyai pengaruh

terhadap endometrium yaitu menyebabkan endometrium tumbuh atau

berproliferasi. Waktu ketika proses proliferasi terjadi disebut masa

proliferasi. Di bawah pengaruh LH (Luteinesing Hormons) folikel de

Graaf menjadi lebih matang, mendekati permukaan ovarium, kemudian

terjadilah ovulasi (ovum dilepas oleh ovarium). Pada ovulasi ini kadang-

kadang terdapat perdarahan sedikit yang akan merangsang peritoneum di

pelvis, sehingga timbul rasa sakit yang disebut intermenstrual pain. Pula

dapat diikuti perdarahan vagina sedikit.

Setelah ovulasi terjadi, dibentukklah korpus rubrum (berwarna

merah oleh karena perdarahan tersebut di atas), yang akan menjadi korpus

luteum (warnanya menjadi kuning) di bawah pengaruh hormon-hormon

LH (Luteotrophic Hormons). Korpus luteum menghasilkan hormon

progesteron. Progesteron ini mempunyai pengaruh terhadap endometrium


7

yang telah berproliferasi dan menyebabkan kelenjar-kelenjarnya berkeluk-

keluk dan bersekresi (masa sekresi). Bila tidak ada pembuahan, korpus

luteum berdegenerasi dan ini mengakibatkan kadar estrogen dan

progesteron menurun. Menurunnya kadar estrogen dan progesteron

menimbulkan efek pada arteri yang berkeluk-keluk di endometrium.

Tampak dilatasi dan statis dengan hyperemia yang diikuti oleh spasme dan

iskemia. Sesudah itu terjadi degenerasi serta perdarahan dan pelepasan

endomterium yang nekrotik. Proses ini disebut haid / mensis.

Siklus menstruasi pada wanita tidak sama, dengan varians normal

antara 26-32 hari atau 28-35 hari. Oleh karena korpus luteum mempunyai

umur sekitar 8-10 hari, dapat diperhitungkan terdapat pergeseran dari

ovulasi (pelepasan telur) yang mempengaruhi perhitungan masa subur.

Mengetahui minggu subur sangat penting berkaitan dengan upaya dapat

hamil bagi yang menginginkan atau menghindari hubungan seksual bagi

yang ber-KB dengan sistem pantang berkala (Manuaba, 1999)

2.1.3 Faktor yang Mempengaruhi Menstruasi

Kusmiran (2011) mengatakan penelitian mengenai factor risiko

dari variabilitas siklus menstruasi adalah sebagai berikut:

1. Berat badan.

Berat badan dan perubahan berat badan memengaruhi fungsi

menstruasi. Penurunan berat badan akut dan sedang menyebabkan

gangguan pada fungsi ovarium, tergantung derajat tekanan pada

ovarium dan lamanya penurunan berat badan. Kondisi patologis seperti

berat badan yang kurang/kurus dan anorexia nervosa yang


8

menyebabkan penurunan berat badan yang berat dapat menimbulkan

amenorrhea.

2. Aktivitas fisik.

Tingkat aktivitas fisik yang sedang dan berat dapat membatasi fungsi

menstruasi.

3. Stress.

Stress menyebabkan perubahan sistemik dalam tubuh, khususnya

system persarafan dalam hipotalamus melalui perubahan proklatin atau

endogen opiate yang dapat memengaruhi elevasi kortisol basal dan

menurunkan hormone lutein (LH) yang menyebabkan amenorrhea.

4. Diet.

Diet dapat memengaruhi fungsi menstruasi. Vegetarian berhubungan

dengan anovulasi, penurunan respons hormone pituitary, fase folikel

yang pendek, tidak normalnya siklus menstruasi (kurang dari 10

kali/tahun). Diet rendah lemak berhubungan dengan panjangnya siklus

menstruasi dan periode perdarahan. Diet rendah kalori seperti daging

merah dan rendah lemak berhubungan dengan amenorrhea.

5. Paparan lingkungan dan kondisi kerja.

Beban kerja yang berat berhubungan dengan jarak menstruasi yang

panjang

dibandingkan dengan beban kerja ringan dan sedang.

6. Gangguan endokrin

Adanya penyakit-penyakit endokrin seperti diabetes, hipotiroid, serta

hipertiroid yang berhubungan dengan gangguan menstruasi. Prevalensi


9

amenorrhea dan oligomenorrhea lebih tinggi pada pasien diabetes.

Penyakit polystic ovarium berhubungan dengan obesitas, resistensi

insulin, dan oligomenorrhea. Amenorrhea dan oligomenorrhea pada

perempuan dengan penyakit polystic ovarium berhubungan dengan

insensitivitas hormone insulin

dan menjadikan perempuan tersebut obesitas. Hipertiroid berhubungan

dengan oligomenorrhea dan lebih lanjut menjadi amenorrhea.

Hipotiroid berhubungan dengan polymenorrhea dan menorraghia.

7. Gangguan perdarahan

Gangguan perdarahan terbagi menjadi tiga, yaitu: perdarahan yang

berlebihan/banyak, perdarahan yang panjang, dan perdarahan yang

sering. Dysfungsional Uterin Bleding (DUB) adalah gangguan

perdarahan dalam siklus menstruasi yang tidak berhubungan dengan

kondisi patologis. DUB meningkat selama proses transisi menopause.

2.1.4 Tanda dan Gejala Menstruasi

Berikut ini adalah beberapa gejala yang dapat terjadi pada saat

masa menstruasi (Hendrik, 2006):

1. Keputihan

Keluhan keputihan dari seorang perempuan menjelang terjadinya haid

secara statistik cenderung dapat menyebabkan keadaan daerah

kemaluan (terutama vagina, uterus, dan vulva) menjadi mudah

terjangkit suatu penyakit dan menularkannya ke tubuhnya sendiri atau

ke tubuh orang lain yang melakukan persetubuhan dengannya.

2. Gangguan Alam Perasaan Negatif


10

Pada fase proliferasi siklus haid terjadi sedikit masalah. Beberapa

perempuan mengalami perasaan nyeri di daerah perut bawah

(unilateral) ketika proses ovulasi. Nyeri biasanya tidak berat dan

berlangsung maksimal selama sekitar 12 jam, tetapi pada beberapa

kasus ditemukan dapat kambuh kembali dan sangat mengganggu.

3. Gangguan Fisik
Gejala-gejala fisik dapat berkumpul dalam dua kelompok berikut ini:

Gejala-gejala yang tampak menjelang dan selama terjadinya proses

ovulasi (PMS), meliputi gejala-gejala yang terasa di daerah payudara,

berupa rasa penuh di daerah perut dan penambahan nafsu makan; 2).

Gejala-gejala yang tampak pada satu atau dua hari menjelang

terjadinya proses perdarahan haid, meliputi gejalagejala rasa nyeri dan

tidak nyaman di daerah perut, sakit kepala, nyeri pada punggung,

lemas, nafsu makan menurun, dan kram haid (tegang daerah perut).

2.2 Konsep Nyeri Haid ( Desminorea)


2.2.1 Definisi Nyeri Haid ( Desminorea)

Dismenore merupakan nyeri pada abdomen yang dirasakan sesaat

sebelum atau pada saat menstruasi dan mengganggu aktivitas perempuan,

bahkan sering kali mengharuskan penderita beristirahat dan

meninggalkan pekerjaannya selama berjam-jam akibat dismenore.

2.2.2 Klasifikasi Nyeri Haid ( Desminorea)


11

1. DisminorePrimer

Cenderung mulai dua atau tiga tahun setelah menstruasi dimulai,

dan ovulasi telah berlangsung penyebab kelainan ini biasanya tidak

ditemukan dan gangguan sering kali hilang pada usia sekitar 25 tahun dan

jarang dijumpai setelah kelahiran anak. Namun, ini dapat berlanjut setelah

kelahiran anak dan pada pertengahan usia 30-an. Faktor penyebab antara

lain faktor psikis, faktor endokrin dan faktor prostaglandin. Teori ini

menyatakan bahwa nyeri menstruasi timbul karena peningkatan produksi

prostaglandin oleh dinding rahim saat menstruasi.

Ciri-ciri disminore primer adalah terjadi beberapa waktu atau 6

12 bulan sejak menstruasi pertama (menarche),rasa nyeri timbul sebelum

menstruasi atau di awal menstruasi, berlangsung beberapa jam nyeri hilang

timbul, menusuk menusuk pada umunya di perut bagian bawah, kadang

menyebar kesekitar pinggang, paha, disertai mual, muntah, sakit kepala,

diare, sering buang air kecil, berkeringat.

2. Disminorea sekunder

Lebih sering dijumpai pada usia dewasa dan menimbulkan kram

perut 1 atau 2 minggu sebelum mulai haid.ini biasanya merupakan gejala

suatu kelainan dasar seperti endometriosis atau perlekatan.

Ciri-ciri disminorea sekunder antarlain, perdarahan berat atau

abnormal, nyeri perut dan panggul, sering menimbulkan nyeri senggama,

nyeri kram berat, timbul sebelum haiddan berlanjut selama menstruasi lalu

mereda secara bertahap setelah menstruasi, nyeri saluran kemih atau usus

besar termasukdiare, gangguan kesuburan.


12

2.2.3 Pengkajian Nyeri

Pengkajian nyeri yang factual dan akurat dibutuhkan untuk

menetapkan data dasar, untuk menetapkandiagnosa yang tepat, untuk

menyeleksi terapi yang cocok, dan untuk mengevaluasi respon klien

terhadap terapi. Saat mengkaji nyeri, petugas kesehatan harus sensitive

terhadap intensitas ketidak nyamanan klien (Potter & Perry, 2005).

Pengkajian karakteristik nyeri sangat membantu dalam membentuk pola

nyeri dan tipe terapi yang digunakan untuk mengatasi nyeri. Adapun

karakteristik nyeri meliputi : skala nyeri, lokasi, keparahan, dan pola

nyeri, tindakan untuk menghilangkan nyeri dan gejala penyerta. Untuk

mengukur intensitas keparahan nyeri dapat dilakukan dengan

menggunakan skala pengukuran nyeri yaitu numerical rating scale.


13

Dengan kriteria nyeri adalah :

a. Skala 1-3 merupakan nyeri ringan dimana secara objektif, klien masih

dapat berkomunikasi dengan baik. Nyeri yang hanya sedikit dirasakan.

b. Skala 4-6 merupakan nyeri sedang dimana secara objektif, klien mendesis,

menyeringai dengan menunjukkan lokasi nyeri. Klien dapat

mendeskripsikan rasa nyeri, dan dapat mengikuti perintah. Nyeri masih

dapat dikurangi dengan alih posisi.

c. Skala 7-9 merupakan nyeri berat dimana klien sudah tidak dapat mengikuti

perintah, namun masih dapat menunjukkan lokasi nyeri dan masih respon

terhadap tindakan. Nyeri sudah tidak dapat dikurangi dengan alih posisi.

d. Skala 10 merupkan nyeri sangat berat. Klien sudah tidak dapat

berkomunikasi. Klien akan menetapkan suatu titik pada skala yang

berhubungan dengan persepsinya tentang intensitas keparahan nyeri

(Potter & Perry, 2005).

2.2.4 Respon Manusia Terhadap Nyeri


1) Respon Segmental

Respon ini terjadi pada tingkat medulla spinalis, dimana rangsang

nyeri perifer yang dihantarkan oleh serabut saraf A-delta dan C, akan

mengaktifkan kornu posterior dan juga kornu anterior serta lateralis

medulla spinalis. Aktifasi tingkat medulla spinalis ini dapat menyebabkan

spasme otot, spasme pembuluh darah dan menekan aktifitas saluran cerna.

Spasmeotot yang terjadi akan menjadi sumber stimuli baru, sehingga rasa

nyeri dirasakan lebih hebat, demikian pula dengan adanya spasme

pembuluh darah akan menyebabkan iskemia dan hipoksia jaringan yang

mengakibatkan asidosis jaringan serta akan menurunkan nilai ambang


14

nyeri, sehingga rasa nyeri yang timbul menjadi semakin hebat. Selain itu

asupan rangsang nyeri dari kulit dapat mengaktifasi medulla spinal

sehingga timbul reflek kutaneo-visceral yang akan menyebabkan

menurunnya peristaltic usus dengan segala resikonya.

2) Respon Suprasegmental

Respon suprasegmental ini terjadi sebagai akibat stimulasi pusat

saraf otonom di Hypothalamus, yang manifestasinya adalah meningkatnya

aktifitas saraf simpatis. Dan didalam klinis manifestasinya berupa

vasokontriksi, meningkatnya denyut nadi, curah jantung ,meningkatnya

tekanan darah dan terjadi pelepasan hormon steroid dari glandula

suprarenalis.

3) Respon Kortikal

Respon ini juga terjadi pada tingkat susunan saraf pusat tepatnya

pada Kortex Cerebri yang berupa respon psikodinamik yang dapat

menghasilkan rasa cemas, takut dan gelisah yang selanjutnya dapat

mengundang umpan balik berupa menurunnya nilai ambang nyeri,

sehingga nyeri akan dirasakan lebih hebat. Respon kortikal ini sangat

dipengaruhi oleh latar belakang pendidikan, motivasi dan budaya

seseorang.

2.2.5 Penatalaksanaan Nyeri


Cara mengurangi dismenore dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu

farmakologi dan non farmakologi. secara non farmakologi dapat

dilakukan kompres hangat atau mandi air hangat, massase, latihan fisik,

tidur yang cukup, hipnoterapi, distraksi seperti mendengarkan musik


15

serta relaksasi seperti yoga dan nafas dalam (Lusa, 2010). Salah satu

alternatif dalam meredakan nyeri dismenore yang sedang banyak diteliti

saat ini ialah yoga. Yoga merupakan teknik relaksasi yang mengajarkan

seperangkat teknik seperti pernafasan, meditasi, dan posisi tubuh untuk

meningkatkan kekuatan dan keseimbangan (Fountaine & Kaszubski,

2004)

2.3 Konsep Yoga


2.3.1 Definisi Yoga

Yoga terbentuk dari kebudayaan India kuno sejak 3.000 SM yang

lalu (Nag & Kodali, 2013). Yoga berasal dari bahasa Sansekerta

Yujberarti menghubungkan atau mempersatukan. Yoga adalah suatu

teknik untuk menghubungkan kesadaran manusia dengan Ilahi. Pernyataan

ini bukan berarti penyatuan Tuhan dan manusia secara fisika, namun

kesadaran. Sebenarnya bukannya Tuhan yang terpisah dari manusia, tapi

manusialah yang memisahkan diri. Ketidaktahuan (avidya) yang menjadi

sebab terjadinya pemisahan antara manusia dan Tuhan. Jenis penyatuan ini

sulit untuk diwujudkan. Namun, tiap usaha walaupun kecil tetap ada

manfaatnya. Penyatuan ini seperti sungai menuju ke samudra yang

kemudian lenyap meninggalkan nama dan bentuknya.

Yoga adalah tehnik relaksasi yang mengajarkan seperangkat tehnik

relaksasi seperti pernafasan, dan posisi tubuh untuk meningkatkan

kekuatan, keseimbangan dan mengurangi rasa nyeri .Yoga adalah aktifitas

yang secara nyata mampu menggabungkan unsur psikologis-fisiologis,

sementara aktifitas lainnya mayoritas lebih memiliki efek pada unsur fisik
16

luar semata, sehingga yoga dapat dipandang sebagai salah satu filsafat

hidup yang dilatar belakangi ilmu pengetahuan yang universal yakni

pengetahuan tentang seni pernafasan, anatomi tubuh manusia, pengetahuan

tentang cara mengatur pernafasan yang disertai senam atau gerak anggota

badan, bagaimana cara melatih konsentrasi, menyatukan pikiran, dan lain

sebagainya (Sani,1999).

Pikiran yang tenang, damai, dan rileks dapat mempengaruhi akibat-

akibat yang ditimbulkan karena adanya stres yang negatif. Sehingga

menurut Shindu (2003) yoga memberi relaksasi, ketenangan, kejernihan

pikiran, keceriaan, rasa percaya diri dan berkembang intuisi serta dapat

menurunkan stres.

2.3.2 Manfaat Yoga

1. Melatih seluruh otot tubuh, karena ada otot yang jarang sekali

dipergunakan bahkan dalam banyak olahraga keras sekalipun.

2. Meningkatkan asupan oksigen ke otak dan kedalam sistem tubuh

3. Menstimulasi syaraf pada tulang punggung

4. Memperlancar peredaran darah

5. Menstimulasi kelenjar hormonal (sistem endokrin) dalam tubuh

6. Memijat organ tubuh bagian dalam

7. Menstabilkan fungsi kerja tubuh,


17

8. Meningkatkan rasa nyaman, tentram dan bebas stres,

9. Memperbaiki perilaku (sifat dan sikap) yang kurang baik,

10. Meningkatkan rasa percaya diri,

11. Pola pikir yang lebih positif dan penghargaan terhadap diri (self

esteem),

12. Memperlambat penuaan dan meningkatkan kesehatan secara

menyeluruh (holistik).

2.3.3 Klasifikasi Yoga

Di bumi ini ada ratusan bahkan ribuan macam Yoga. Secara garis

besar dapat dibedakan dalam empat macam yaitu :

1. Jnana Yoga
Merupakan yoga yang dilakukan dengan penekanan pengetahuan.

Praktisi yoga ini beranggapan bahwa kebodohan (avidya) merupakan

penyebab utama terjadinya kesalahan dan kelalaian. Terhapusnya

kebodohan, maka terhapus pula kemiskinan, ketidakadilan, kesewenangan,

serta kerusakan alam semesta. Dengan demikian semakin damai dunia.

Semua itu dikarenakan manusia tahu akan hakekat dirinya. Manusia yang

tahu hakekat dirinya, maka dia akan tahu hakekat Tuhannya.


2. Karma Yoga

Merupakan yoga yang dilakukan penekanan pada tindakan. Para

praktisinya selalu memperhatikan segala sesuatu yang diperbuatnya,

sehingga tidak menimbulkan karma yang membawa pada penderitaan.


18

Para praktisinya tidak pernah mengeluh menghadapi masalah kehidupan.

Semua masalah dipandang merupakan akibat dari karma yang telah

dibuatnya, maka harus diterima dan dihadapi sebagai pendidikan dan kasih

sayang Ilahi.

3. Bhakti Yoga
Merupakan yoga yang dilakukan dengan penekanan pada bakti

kepada Tuhan, yaitu melaksanakan perintah dan menjauhi larangan

Tuhan. Semuanya dilakukan dengan cinta tanpa memiliki pamrih apa

pun (termasuk ingin masuk sorga). Kecintaan praktisi Bhakti bermakna

luas. Bukan hanya pada Tuhan, namun juga pada semua ciptaanNYA.

Mencintai ciptaan merupakan manifestasi dari mencintai Sang

Pencipta itu sendiri. Cinta seorang Bhakta tidak membeda-bedakan ras,

suku, bangsa, dan agama. Tidak membenci yang miskin maupun yang

kaya, yang indah maupun yang buruk, yang pintar maupun yang

bodoh, yang beriman maupun yang kafir.


4. Raja Yoga
Merupakan yoga yang dilakukan dengan menekankan pada

pengendalian pikiran. Dengan mengendalikan pikiran, maka terkendali

pula semua indra-indra manusia. Hasil dari semua itu disebut

Pencerahan, Manunggaling Kawula Gusti (Jw.). Makrifatullah (Is.).

Apapun namanya, bukan suatu masalah yang patut diperdebatkan.

Perkembangan kemudian, hanya Raja.

2.3.4 Persiapan Melakukan Yoga


1. Latihan Pernapasan
19

Ada 2 teknik pernafasan yang sebaiknya dipelajari dan dikuasai, dan

dianjurkan dilakukan setiap kali secara rutin sebelum melakukan

gerakan yoga harian.


a. Kapalabhati (Kapala = tempurung kepala; bhati = yang

membawa cahaya)

Metode :

1) Lakukan dua kali pernafasan normal.

2) Tarik nafas, kemudian hembuskan nafas, tarik abdomen ke

dalam. Ulangi sampai 20x, atur ritme dan penekanan

dilakukan lebih kepada saat hembusan nafas.

3) Kemudian tarik nafas, hembuskan sepenuhnya, tarik nafas

sedalam-dalamnya dan tahan nafas selama yang anda

sanggup. Secara perlahan hembuskan.

Teknik ini cocok dipergunakan untuk membersihkan saluran

pernafasan, seperti misalnya hidung tersumbat cairan atau dada

terasa sesak. Prinsip dari teknik ini adalah membuat paru-paru

seperti layaknya pompa, tekanan udara yang dihasilkan sanggup

membuang sumbatan yang ada di saluran pernafasan, mulai dari

paru-paru sampai ke lubang hidung.

Ada kemungkinan kepala akan terasa pusing saat

melakukan teknik pernafasan cepat ini, oleh karenanya disarankan


20

untuk menutup latihan dengan beberapa kali pernafasan lambat

atau menghembuskan nafas panjang.

Kapalabhati juga sesuai dipraktekkan sebagai terapi

misalnya bila kepala terasa berat, menderita sinus atau merasa

kebas di sekitaran mata.

b. Anuloma Viloma

Prinsip teknik pernafasan ini adalah bernafas dengan satu

lubang hidung, tahan nafas dan hembuskan melalui lubang hidung

lainnya. Lubang hidung ditutup dengan memakai teknik Vishnu

Mudra pada tangan kanan. Caranya, lipat jari telunjuk dan jari

tengah ke hidung. Letakkan ibu jari di sebelah kanan lubang

hidung dan jari manis serta jari kelingking di sisi lubang hidung

kiri.

Metode :

1) Siapkan tangan anda dalam posisi Vishnu Mudra (lihat

penjelasannya di bawah).

2) Tarik nafas melalui lubang hidung kiri, tutup sebelah kiri

dengan ibu jari sampai di hitungan ke-4.

3) Tahan nafas, tutup kedua lubang hidung sampai hitungan

ke-16.
21

4) Keluarkan nafas melalu lubang hidung sebelah kanan, tutup

hidung kiri dengan jari manis dan kelingking, sampai

hitungan ke-8.

5) Tarik nafas melalui hidung kanan, posisi hidung kiri tetap

tertutup dengan jari manis dan kelingking, sampai hitungan

ke-4.

6) Tahan nafas, tutup kedua lubang hidung sampai hitungan

ke-16.

7) Keluarkan nafas melalui hidung kiri, tutup hidung kanan

dengan ibu jari sampai hitungan ke-8.

Manfaat dari teknik pernafasan Anuloma Viloma adalah

mengoptimalkan fungsi kedua sisi otak; berarti sisi kreativitas dan sisi

logika menjadi seimbang. Praktisi yoga menganggap teknik ini sangat

berguna untuk menenangkan pikiran dan sistem syaraf. Para yogis

mengetahui sejak ribuan tahun yang lalu bahwasanya bernafas melalui

hidung kiri lebih banyak dari kanan bisa menimbulkan Asma,

sedangkan penyakit diabetes disebabkan lebih sering bernafas melalui

lubang hidung kanan.

Ke-dua teknik di atas adalah sebagian dari sejumlah teknik

pranayama. Dengan melatih teknik pernafasan yang baik dan benar,

maka tidak hanya kesegaran yang diperoleh tetapi sejumlah manfaat


22

seperti untuk media terapi misalnya, dan yang paling penting adalah

keseimbangan.

1. Belajar Gerakan Dasar Yoga

Jika Anda seorang pemula maka sangatlah penting bagi Anda

untuk memiliki pengetahuan dasar tentang etika yoga. Para guru

atau instruktur yoga memainkan peran yang sangat penting dalam

mengajar beberapa asana yoga sederhana dan Etiket dasar yoga.

2. Pemanasan

Seorang pemula harus selalu memulai dasar peregangan atau

pemanasan yoga sederhana seperti menyelesaikan postur,

membungkukan punggung, menyeimbangkan postur, terlentang,

memutar, duduk atau posisi berdiri.

3. Mandi

Hal ini sangat penting bagi Anda untuk membiarkan guru yoga

Anda tahu bahwa Anda seorang pemula sehingga instruktur anda

akan memberikan perhatian khusus kepada Anda hingga Anda

mendapatkan suatu pegangan diberbagai asana yoga. Sebelum

berlatih yoga, sebaiknya anda mandi terlebih dahulu, hal ini sangat

dianjurkan untuk mengakhiri sesi yoga Anda dengan Shavasana.

4. Jangan Makan

Hindari makan makanan 3-4 jam sebelum yoga dimulai. Jangan

makan secara berlebihan. Kenakan pakaian longgar dan nyaman


23

untuk yoga agar tubuh Anda merasa bebas. Minumlah beberapa

cangkir air sebelum yoga dimulai.

2.3.5 Manfaat Terapi Yoga Untuk Mengatasi Dismonorea

Salah satu alternatif dalam meredakan nyeri dismenore yang

sedang banyak diteliti saat ini ialah yoga. Yoga merupakan suatu intervensi

holistik yang menggabungkan pikiran dan tubuh melalui praktek psikofisik

yang meliputi latihan fisik, pernafasan, relaksasi dan meditasi (Butera,

2006). Menurut Sindhu (2010), melakukan yoga minimal 10 menit mampu

mengubah pola penerimaan rasa sakit ke fase yang lebih menenangkan

dengan merangsang tubuh untuk melepaskan opoid endogen (senyawa

yang berfungsi untuk menghambat nyeri). Beberapa gerakan yoga mampu

mengubah pola penerimaan rasa sakit ke fase yang lebih menenangkan.

Pose kapalabhati, suptha baddha konasana, cat and cow pose, pose adho

mukha virasana dapat merangsang tubuh untuk melepaskan opioid

endogen yaitu endorphin dan enkefalin (senyawa yang berfungsi untuk

menghambat nyeri) (Rohimawati, 2009)

Yoga diakui sebagai bentuk obat pikiran dan tubuh yang

mengintegrasikan komponen fisik, mental dan spiritual individu untuk

meningkatkan aspek kesehatan menyeluruh (holistik), terutama penyakit.

Fungsi atau manfaat dari yoga adalah dapat membantu mengembangkan

otot serta melemaskan kembali tulang dan otot yang kaku, dimana gerakan
24

ini menstimulasi pengeluaran hormon endorphin yang menciptakan rasa

nyaman pada tubuh dan memperlancar peredaran darah, sehingga dapat

mengatasi rasa nyeri (khususnya nyeri haid atau dismenore) (Islafatun,

2014).

Yoga memiliki potensi yang besar dalam meningkatkan kesehatan

jasmani serta rohani sehingga seringkali digunakan sebagai terapi berbagai

penyakit, termasuk dismenore. Telah banyak penelitian yang membuktikan

bahwa yoga bermanfaat dalam mengurangi derajat keparahan dan durasi

dismenore primer (Nag et al., 2013). Salah satu manfaat utama dan paling

nyata dari yoga adalah meningkatnya fleksibilitas. Asana, salah satu unsur

yoga yang berkaitan dengan postur atau gerakan, dapat melenturkan otot

dan jaringan pengikat di sekitar tulang serta sendi. Proses ini melepaskan

asam laktat yang biasanya menyebabkan kekakuan, ketegangan, nyeri,

serta kelelahan sehingga latihan yoga secara teratur dapat mencegah

munculnya berbagai keluhan pada area tersebut (Woodyard, 2011). Ketika

melakukan latihan yoga, sendi-sendi digerakkan secara optimal sesuai

rentang geraknya (range of motion) sehingga memfungsikan kembali

kartilago yang jarang dipakai dan mengalirkan oksigen serta darah ke arah

tersebut. Hal ini dapat mencegah kondisi seperti arthritis dan nyeri kronis

(Woodyard, 2011). Gerakan-gerakan yoga juga berfokus pada fleksibilitas

tulang belakang dimana tulang belakang memiliki fungsi penting dalam

sistem persarafan tubuh. Dengan menjaga fleksibilitas dan kekuatan tulang

belakang, sirkulasi meningkat sehingga suplai nutrisi dan oksigen menuju


25

saraf menjadi lancar pula (Narasimhan dan Prasad, 2012; Roshni et al.,

2012). Dengan meningkatnya fleksibilitas dan kekuatan akan

menghasilkan postur tubuh yang lebih baik. Selain itu, latihan yoga juga

dapat meningkatkan propioseptif dan keseimbangan (Woodyard, 2011).

Dengan latihan yoga, aliran darah menjadi lebih lancar dan meningkatkan

kadar hemoglobin sehingga menyokong suplai oksigen lebih banyak

menuju sel-sel tubuh (McCall, 2007).

Burra (2013), menyatakan bahwa yoga dapat digunakan dengan

aman sebagai terapi alternatif untuk menghilangkan rasa sakit pada

dismenorea. Pada penelitian keempat yang dilakukan oleh Tejwani dan

Tejwani (2015), menyatakan bahwa yoga dapat digunakan untuk

pengobatan dan pencegahan pada masalah menstruasi. Penelitian yang

dilakukan oleh Zahra (2011), menyatakan bahwa pose yoga dapat menjadi

pengobatan alternatif non farmakologis yang efektif untuk remaja yang

mengalami dismenorea primer.

2.3.6 Pose atau gerakan yoga mengatasi Disminorea


Berikut adalah beberapa gerakan yoga untuk mengurangi nyeri haid

ataupun sebagai pencegahan :


1. Adho Mukha Svanasana
26

Gerakan ini merupakan gerakan rutin dalam yoga, juga

dikenal dengan sebutan downward-facing dog. Selain membantu

mengurangi nyeri dikarenakan menstruasi, gerakan ini juga

bermanfaat untuk meringankan gejala menopause, mencegah

osteoporosis dan mengobati sakit kepala, maupun insomnia.

Untuk melakukan pose ini cukup mudah, cukup mengikuti

pose seperti gambar di atas. Pastikan kaki tetap lurus dengan jari

kaki menghadap ke depan dan tumit berusaha menyentuh lantai.

Posisi tangan lurus ke depan dan tulang punggung juga lurus. Anda

akan merasa semua otot pada bagian belakang kaki tertarik dan

tulang punggung lurus segaris dengan lengan. Tahan selama 30

puluh detik. Jangan lupa untuk mengatur napas.

2. Janu Sirsasana
27

Untuk mereka yang gemar lari mungkin sering melakukan

latihan ini sebagai gerakan pendinginan setelah lari. Tapi selain

merelaksasi kaki, gerakan ini juga menguatkan tulang punggung,

menstimulasi kerja ginjal dan hati, dan merelaksasi otot pada

bagian selangkangan.

Untuk pemula, kalau tangan belum dapat menyentuh alas

kaki, dapat dibantu dengan handuk kaki pada alas kaki dan

digunakan untuk menarik tubuh kedepan. Pastikan saat kaki

diluruskan lutut tidak menekuk dan otot paha atas tidak tegang.

Anda akan merasakan semua otot pada kaki bagian belakang,

bokong dan tulang punggung ditarik saat melakukan gerakan ini.

Tahan 10 sampai 20 detik. Ulangi untuk kaki sebelahnya.

3. Pasasana
28

Pose yang cukup aneh, karena tubuh bagian bawah dalam

posisi jongkok sementara tubuh bagian atas diputar dan tangan ke

belakang. Gerakan ini bantu melebarkan rongga dada, perbaiki

postur tubuh dan menstimulasi organ-organ pada rongga, termasuk

rahim. Dalam yoga gerakan pasasana biasa dilakukan setelah

berada pada posisi duduk untuk waktu yang lama. Agar manfaat

gerakan ini terasa saat haid, coba jongkok dengan menjinjitkan

kaki dan menarik bahu ke belakang. Tahan pose ini untuk 30 detik.

Ulangi dengan badan menghadap ke sisi berlawanan.

4. Supta Padangusthasana
29

Gerakan ini kelihatan cukup sulit untuk dilakukan, tapi

dengan sering melatihnya selain meredakan nyeri haid, juga

membantu meningkatkan fleksibilitas dan kekuatan pada kaki. Juga

bagus untuk mereka yang punya masalah dengan tulang punggung.

Untuk melakukannya, berbaringlah dengan tangan di

samping. Sambil tarik napas, tekuk lutut kanan dan pegang jempol

kaki dengan tangan kanan. Letakkan tangan kiri pada paha kiri

untuk menjaga keseimbangan dan menjaga kaki kiri tidak terangkat

saat melakukan gerakan ini. Sekarang untuk bagian yang sulit, saat

lepas napas, luruskan kaki kanan semampu Anda, dengan posisi

kaki kanan diangkat, pelan-pelan angkat kepala dan tahan pose ini

selama satu menit. Jangan lupa mengatur napas saat bertahan

dalam posisi ini. Ulangi untuk kaki sebelah kiri.

5. Ustrasana
30

Kalau diterjemahkan dalam bahasa sanskrit, ustrasana

diartikan sebagai pose unta. Berbeda dengan gerakan sebelum-

sebelum ini, pose unta fokus untuk menarik semua otot pada

bagian depan tubuh. Dari otot pada tenggorokan, dada, perut,

semua seakan ditarik seperti busur. Gerakan ini benar-benar terasa

manfaatnya karena bisa membantu peregangan otot pada pangkal

paha dan selangkangan, daerah yang biasa jadi sumber kram haid.

Tahan pose ini selama 30 sampai 60 detik.

Adapun gerakan yoga lainnya yang dapat meringankan

perut kram akibat disminorea lainnya adalah sebagai berikut :

1. Reclining Twist

Reclining twist adalah cara yang santai untuk meningkatkan fleksibilitas

tulang belakang sisi ke sisi, yang dapat meringankan nyeri perut dan punggung

bawah. Begini caranya:


31

1) Berbaring telentang, silangkan lutut kiri di atas sisi kanan tubuh Anda.

2) Rentangkan tangan lebar-lebar, posisi wajah melihat ke arah kiri

3) Tahan lima napas, rasakan tulang belakang Anda memanjang dan berputar.

Anda mungkin juga dapat mendengar beberapa gemeretakan

4) Gunakan otot perut untuk membalikkan lutut ke posisi awal dan ulangi

untuk sisi lainnya

2. Wide Childs Pose

Pose ini memanjangkan punggung bawah dan membuka pinggul

sementara kedua lutut terpisah lebar dan perut rileks di antaranya. Peregangan ini

akan mengurangi nyeri pinggul apapun, serta membantu meningkatkan atau

mempertahankan kesehatan pinggul. Pose inir akan memicu perasaan relaksasi

dan ketenangan. Begini caranya:


32

1) Tempatkan lutut di lantai, lebarkan keduanya hingga jarak yang nyaman.

Kemudian lipat tubuh ke depan, rentangkan lengan Anda di depan Anda.

2) Istirahatkan dahi di atas matras atau tolehkan kepala Anda ke satu sisi,

tahan lima napas. Putar kepala untuk menghadap ke sisi sebaliknya dan

tahan 5 napas lagi.

3. Arching Pigeon

Arching pigeon dijuluki sebagai pembuka pinggul karena pose ini

ampuh untuk mengurangi kram perut, dan membantu Anda merasa lebih santai.

Arching pigeon merangsang organ-organ internal, membentang otot bokong

dalam, lipatan paha, dan psoas otot panjang di sisi kolom tulang belakang dan

panggul. Melatih pose ini bisa membuat pinggul lebih fleksibel, mengurangi sesak

yang disebabkan oleh stres dan ketegangan. Begini caranya:

1) Duduk di lantai dengan lutut kanan ditekuk dan kaki kiri lurus memanjang

di belakang Anda
33

2) Letakkan tangan di pinggul dan perlahan lengkungkan punggung sampai

Anda merasakan rentangan optimal di pinggul kiri depan. Jika variasi ini

terasa terlalu menyakitkan, bersandarlah ke depan dan tempatkan tangan di

depan Anda. Jika Anda ingin peregangan yang lebih maksimum, angkat

kedua tangan terentang di udara

3) Tahan selama lima napas atau lebih, ulangi pose untuk sisi sebaliknya

4. Camel pose

Pose ini berfokus pada perut. Sikap unta meningkatkan fleksibilitas dalam

tulang belakang, merangsang sistem saraf, membuka dada dan bahu, serta

meningkatkan sirkulasi dan pencernaan. Tulang belakang kita hampis sebagian

besar waktu tersita dalam posisi condong ke depan dari berjam-jam duduk di meja

atau mengendarai mobil. Karena tulang belakang juga dimaksudkan untuk

bergerak di kedua arah, sikap ini dapat membantu memulihkan fleksibilitas

alaminya karena berlatih pose ini akan memperpanjang tulang belakang ke arah
34

belakang dan atas. Pose unta ini juga akan meregangkan dan menstimulasi perut,

yang baik untuk mengatasi keluhan perut kram. Begini caranya:

1) Berlutut di atas tikar yoga dan raih pergelangan kaki Anda dengan kedua

tangan bisa salah satu saja (rentangkan tangan yang bebas ke udara)

2) Tumpu berat badan Anda ke depan, di lutut, untuk meningkatkan

peregangan di paha depan, perut, dan dada. Turunkan kepala ke arah

punggung dan tahan selama 5 napas. Tukar posisi tangan jika Anda hanya

menggunakan satu, kembali tahan dalam 5 kali hitungan napas

3) Angkat torso untuk mengembalikan tubuh Anda kembali ke posisi awal

5. Half Bound Squat

Pose ini akan meregangkan pinggul, penyebab utama kram perut Anda. Begini

caranya:
35

1) Mulai dalam posisi jongkok biasa, satukan kaki Anda berdekatan.

Turunkan bokong menuju tumit. Jika bokong tak sampai tumit, selipkan

lipatan selimut

2) Tarik napas dan ayunkan lutut ke arah kiri sambil memutar tubuh atas ke

kanan. Buang napas, capai siku kiri atas Anda dengan tangan kanan dari

belakang untuk memperpanjang torso. Tahan lima napas

3) Kemudian seret tangan kiri Anda di antara lutut. Turunkan bahu kiri

menghampiri lutut kiri sejauh mungkin yang Anda bisa (jadi Anda

memeluk lutut dengan ketiak Anda)

4) Buka dada dan menatap ke atas bahu kanan. Jaga pinggul selaras dan lutut

sejajar satu sama lain menghadap ke depan. Bernapas terus selama 30

sampai 60 detik untuk 5 kali. Tarik napas, menatap kembali ke depan, dan

menghembuskan napas untuk kembali ke posisi awal. Tukar posisi.

6. Cat pose

Cat pose memungkinkan Anda untuk meregangkan tubuh atas dan leher

sambil memberikan pijatan lembut pada tulang belakang dan organ-organ perut.
36

Aliran ini akan mengirimkan energi melalui tulang belakang untuk melancarkan

peredaran darah dan mengurangi kecemasan. Posisi ini membantu jika kram

menstruasi yang disebabkan oleh sembelit. Begini caranya:

1) Bertumpu pada kedua lutut dan telapak tangan. Pastikan tangan lurus

sejajar bahu dan lutut di bawah pinggul

2) Ambil napas dalam-dalam, kemudian turunkan dagu perlahan menunju

dada, sejauh yang Anda bisa

3) Lengkungkan punggung (seperti kucing yang meregangkan tubuhnya) dan

buang napas saat Anda bangkit dari posisi. Ulangi 3-5 kali.

7. Tiger Pose

Pose harimau adalah cara yang sangat efektif untuk mengurangi nyeri

punggung bawah. Gerakan yoga ini membentangkan tulang belakang berikut

saraf-sarafnya, juga melemaskan saraf punggung bawah. Selain itu, pose harimau

juga membantu meregangkan otot-otot perut. Begini caranya:


37

1) Bertumpu pada kedua lutut dan telapak tangan. Pastikan tangan lurus

sejajar bahu dan lutut di bawah pinggul

2) Sekarang, angkat satu kaki dan rentangkan menuju langit .Tahan selama

tiga hitungan napas.

3) Kembali ke posisi awal dan ganti posisi kaki. Angkat kepala untuk

mendongak ke atas agar menjaga posisi tulang belakang tetap selaras


38

2.3.7 Matrik

No Tempat Judul Sasaran Metode Tujuan Waktu Hasil


1. Asrama Perbedaan Remaja putri di Pendekatan Untuk mencari 30 menit
1. Sebagian besar remaja
Ngudi tingkat nyeri asrama Ngudi cross sectional membandingkan
putri yang melakukan
Waluyo disminorea Waluyo antara dua
senam yoga tidak
pada remaja variabel
merasakan nyeri
putri yang perbedaan rasa
disminorea sebanyak
melakukan nyeri disminorea
60 responden (60,0%)
yoga dan tidak pada remaja putri 2. Sebagian besar remaja
melakukan di yang melakukan putri yang tidak
asrama Ngudi yoga dan tidak melakukan senam
Waluyo melakukan yoga yoga masih merasakan
nyeri disminorea
sebanyak 13 responden
(86,7%)
3. Ada perbedaan rasa
nyeri disminorea pada
remaja putri yang
melakukan yoga di
39

asrama Ngudi Waluyo


dengan nilai P 0,029 <
@ = 0,05
2. Fakultas Penurunan Mahasiswi yang Quasi Mengetahui 30 menit 1. Saat sebelum yoga
ilmu tingkat berjumlah 20 orang eksperimen apakah ada 50% responden
keperawata disminorea diambil secara dengan only pengaruh yoga mengalami disminorea
n UNPAD pada pusposife sampling one group terhadap tingkat pada kategori nyeri
mahasiswi preetest dan disminorea pada sedang
2. 10% responden
fakultas ilmu posttest design mahasiswi
mengalami nyeri berat
keperawatan menggunakan fakultas ilmu
terkontrol sesudah
UNPAD instrumen keperawatan
yoga
dengan visual analog UNPAD
3. 70% responden
menggunakan skale atau vase
mengalami disminorea
yoga skala 1-10
pada kategori nyeri
ringan
4. 15% tidak mengalami
nyeri
5. 0% mengalami nyeri
berat terkontrol
40

Dapat disimpulkan
terdapat pengaruh yoga
terhadap disminorea
dengan P-value = 0.000
3. Pondok Terapi yoga Pada remaja putri Quasi Untuk 30 menit Terapi yoga efektif dalam
pesantren lebih efektif pondok pesantren eksperimen mengetahui menurunkan intensitas
Sirojuth terhadap Sirojuth Tholibin design, perbedaan nyeri pada remaja putri
Tholibin intensitas Brabo Grobogan rancangan efektifitas dengan disminorea
Brabo disminorea dengan jumlah yang pemberian senam dengan P-value
dibandingkan sample sebanyak 30 digunakan two disminorea dan (0,001,@< 0,05)
senam responden group preetest yoga terhadap
disminorea posttest design intensitas
pada remaja disminorea pada
putri pondok remaja putri
pesantren pondok pesantren
Sirojuth Sirojuth Tholibin
Tholibin Brabo Brabo Grobogan
Grobogan
4. SMK Negri Efektifitas 30 siswi SMKN Quasi Melihat 45 menit Terdapat perbedaan
7 pekanbaru yoga terhadap Pekanbaru eksperimen efektifitas yoga sebanyak 3x intensitas nyeri sebelum
41

nyeri pendekatan terhadap nyeri dengan diberikan intervensi dan


disminorea non-equivalent disminore pada istirahat 5 setelah diberikan
pada remaja control group remaja menit intervensi P-value
design 0,00<@ 0,05

5. AKBID Analisis 45 responden Quasy untuk mengukur ketika 1. Analisis dengan uji
YLPP perbedaan AKBID YLPP Experimental skala nyeri responden paired t test
terapi Design dengan sebelum dan mengalami menunjukkan nilai p
disminorea pengukuran sesudah dismenorhe value 0.000 artinya
dengan metode pretest dan dilakukan a saat haid adanya perbedaan
effleurage, posttest perlakuan dengan 2 signifikan skala nyeri
kneading dan comparation. massage kali sebelum dilakukan
yoga dalam effleurage, pengukuran terapi dengan
mengatasi massage sebelum pemijatan tehnik
disminorea kneading, yoga. terapi dan effleurage. Hasil
setelah perhitungan efek size
terapi. r2 = 0,875 yang
berarti mempunyai
42

. efek besar.
2. Hasil analisis dengan
uji paired T test,
menunjukkan nilai p
value 0.000 yang
artinya ada perbedaan
signifikan antara nyeri
sebelum dan sesudah
terapi kneading.
Dampak pemijatan
kneading didapatkan
dari efek size sebesar
r2 = 0,968.
3. Hasil analisis dengan
uji paired T test,
menunjukkan nilai p
value 0.000 yang
artinya ada perbedaan
signifikan antara nyeri
43

sebelum dan sesudah


terapi yoga.
didapatkan dari efek
size sebesar r2 =
0,923.
44

BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Yoga berasal dari bahasa Sansekerta Yujberarti

menghubungkan atau mempersatukan. Yoga adalah suatu teknik untuk

menghubungkan kesadaran manusia dengan Ilahi. Pernyataan ini bukan

berarti penyatuan Tuhan dan manusia secara fisika, namun kesadaran.

Melalui yoga, tubuh manusia terhubung erat dengan pola gerak,

napas, serta pikiran yang memungkinkan terjadinya keseimbangan,

relaksasi, serta harmoni hidup lewat serangkaian latihan fisik yang cermat

dan penuh konsentrasi, seorang pelaku yoga diajarkan untuk

membangunkan seluruh bagian tubuh maupun jiwa . Oleh karena itu

berbagai gerakan yoga berefek positif bagi peredaran darah, memudahkan

penyerapan gizi, serta mmembersihkan racun dari berbagai bagian

tubuh. Sementara dari sisi psikologis yoga meningkatkan konsentrasi,

focus, dan meningkatkan ketenangan, juga kepuasan . Pikiran yang tenang,

damai, dan rileks dapat mempengaruhi akibat-akibat yang ditimbulkan

karena adanya stres yang negatif. Sehingga menurut Shindu (2003) yoga

memberi relaksasi, ketenangan, kejernihan pikiran, keceriaan, rasa percaya

diri dan berkembang intuisi serta dapat menurunkan stres.

Fungsi atau manfaat dari yoga adalah dapat membantu

mengembangkan otot serta melemaskan kembali tulang dan otot yang

kaku, dimana gerakan ini menstimulasi pengeluaran hormon endorphin

41
45

yang menciptakan rasa nyaman pada tubuh dan memperlancar peredaran

darah, sehingga dapat mengatasi rasa nyeri (khususnya nyeri haid atau

dismenore) (Islafatun, 2014).

3.2 Saran
Karena yoga dapat mengurangi nyeri disminore, para pembaca

disarankan melakukan yoga saat mengalami nyeri disminore. Kritik dan

masukan yang membangun sangat kami harapkan pada makalah kami ini agar

dapat lebih baik lagi untuk terbitan makalah selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA
46

Bobak, L. 2004. Keperawatan maternitas. Jakarta: EGC.

Calis, A.K. 2011. Dysmenorhea. Terdapat pada: http//

emedicine.medscape.com/article/253812-overview#snowwall. Diakses tanggal 10

Februari 2013.

Latthe P, Mignini L, Gray R, Hills R, Khan K,. Factors Predisposing Women to

Chronic Pelvic Pain: Systematic Review. BMJ 332(7544): 749-755 ; 2006.

Sindhu , P. (2007). Hidup Sehat Dan Seimbang Dengan Yoga. Bandung : Qanita

Wiknjosastro. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono

Prawirohardjo ; 2007.

Anda mungkin juga menyukai