Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
1. KONTEKS UMUM
Menurut World Health Organisation (WHO) expert committee tahun 1997 pengertian dari
Keluarga Berencana adalah tindakan yang membantu pasangan suami istri untuk menghindari
kehamilan yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang memang sangat diinginkan,
mengatur interval diantara kehamilan, mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan
umur suami istri serta menentukan jumlah anak dalam keluarga. Menurut Undang-Undang no.10
tahun 1992 tentang perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga sejahtera,
Keluarga Berencana adalah upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui
pendewasaan usia perkawinan (PUP), pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga,
peningkatan kesejahteraan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera. Keluarga berencana adalah
suatu usaha untuk menjarangkan jumlah dan jarak kehamilan dengan memakai kontrasepsi.
Pada tahun 1800-1900 jumlah penduduk Indonesia bertambah tiga kali lipatnya. Sedangkan pada
tahun 1900 -2000 terjadi pertambahan penduduk lima kali lipat dari 40,2 juta jiwa menjadi 205,8
juta jiwa. Program KB di Indonesia mengalami perkembangan yang cukup pesat. Angka
kepersetaan Keluarga Berencana meningkat selama beberapa dekade Selama rentang tahun
1900-2000, program Keluarga Berencana berhasil mencegah 80 juta kelahiran yang sangat
efektif untuk mendukung percepatan dan pembangunan nasional dan penanggulangan masalah
kemiskinan. Tanpa program KB jumlah penduduk hingga tahun 2000 diprediksi 285 juta jiwa.
Keluarga Berencana merupakan salah satu pelayanan kesehatan preventif yang paling dasar dan
utama bagi wanita, meskipun tidak selalu diakui demikian. Peningkatan dan perluasan pelayanan
keluarga berencana merupakan salah satu usaha untuk menurunkan angka kesakitan dan
kematian ibu yang sedemikian tinggi akibat kehamilan yang dialami oleh wanita. Banyak wanita
harus menentukan pilihan kontrasepsi yang sulit, tidak hanya karena terbatasnya jumlah metode
yang tersedia tetapi juga karena metode-metode tertentu mungkin tidak dapat diterima
sehubungan dengan kebijakan nasional KB, kesehatan individual dan seksualitas wanita atau
biaya untuk memperoleh kontrasepsi (Depkes RI, 1998).

2. KONTEKS KHUSUS KASUS


Di Daerah Istimewa Aceh, persoalan kependudukan di provinsi ini sudah menjadi
masalah serius karena pertumbuhannya yang tinggi. Hal ini dibuktikan dengan Gubernur
Aceh Zaini Abdullah mengatakan Pertumbuhan kependudukan di Aceh cenderung
meningkat. Dan ini jelas merupakan persoalan serius karena terkait dengan sektor
lainnya, (OJK)
Jumlah penduduk Aceh pada tahun 2005 hanya 4,1 juta jiwa akan tetapi, jumlah tersebut
meningkat menjadi 4,49 juta jiwa pada 2010 atau bertambah 2,32 persen per tahun.
Bahkan, kata gubernur, pertumbuhan penduduk di wilayah Banda Aceh, Aceh Utara, dan
Aceh Barat, mencapai lima hingga 7 persen. Persentase ini jauh lebih tinggi dibandingkan
rata-rata nasional, yang hanya 1,4 persen. Ini bisa menjadi booming atau ledakan
penduduk.Pertumbuhan penduduk itu berkaitan langsung dengan berbagai sektor, seperti
pendidikan, kesehatan, kesejahteraan, pangan, lapangan pekerjaan, dan lain sebagainya.
Dengan situasi pertumbuhan ekonomi Aceh yang masih dalam masa transisi, Gubernur
Aceh mengatakan idealnya pertumbuhan penduduk harus ditekan hingga mendekati
angka 1 persen, sehingga proses pembinaan keluarga sejahtera bisa difokuskan.
3. CONTOH KASUS
Di Provinsi Daerah Istimewa Aceh tepatnya di Dusun Laut Tawar Desa Amabaan
Kecamatan Simeulue Barat Kabupaten Simeulue di Provinsi Aceh menolak program KB
dilaksanan di daerah mereka. Seluruh masyarakat menolak mentah-mentah program KB
yang dicanangkan oleh pemerintah setempat. Penolakan seluruh masyarakat didaerah
tersebut dikomandoi oleh kepala dusun dan didukung oleh seluruh masyarakatnya.
Alasan penolakan itu diutarakan oleh masyarakat Dusun Laut Tawar ketika beraudiens
dengan Wakil Bupati Simeulue Drs. M. Yunan T pada tanggal 12 Mei 2011 di halaman
SD Laut Tawar pada saat pembukaan kegiatan Pengobatan masyarakat tertinggal,
perbatasan dan kepulauan (Program DTPK Kemenkes) dengan harapan dan tujuan untuk
segera memenuhi persyaratan permohonan pemekaran Dusun mereka untuk menjadi
sebuah Desa definitif. Alasan yang diberikan sangat menyedihkan dimana ditengahtengah kondisi masyarakat yang tertinggal dan miskin yang melilit kehidupan mereka,
masyarakat tahu bahwa perencanaan kelahiran akan memberikan mutu kehidupan dan
kesehatan lebih baik, namun cita-cita yang sudah menjadi harga mati untuk segera

menjadikan Desa yang definitif yang merupakan impian yang tak bisa ditawar-tawar lagi
sejak tahun 1999 lalu, sehingga program nasional KB untuk sementara ini mereka tolak
mentah-mentah. Di Dusun ini akan mudah didapati jumlah anak berkisar antara 5 sampai
11 orang dalam sebuah keluarga, dengan kondisi rumah yang sangat sederhana dan
hygiene sanitasi juga rendah. Dengan jumlah penduduk yang saat ini 300 jiwa, cita-cita
mereka akan membutuhkan upaya 3x lebih banyak lagi sehingga bisa mencapai minimal
syarat sebuah Desa yaitu 1000 penduduk. Masyarakat Dusun ini harus melewati 7
gunung sebelum bisa sampai ke ibukota Desa Amabaan, dengan jarak 12 km yang
ditempuh mayoritas masyarakatnya dengan berjalan kaki, setengah hari berjalan baru
sampai ke Desa Induk dan jika pulang pergi memerlukan waktu satu harian penuh. Akses
kenderaan yang dipunyai masyarakat Dusun hanyalah beberapa buah sepeda motor,
sementara kondisi jalan masih berbentuk jalan terobosan.
4. ALASAN PEMILIHAN TOPIK
Kasus ini menyangkut masalah kebudayaan di masyarakat Aceh khusunya di Dusun Laut
Tawar Desa Amabaan Kecamatan Simeulue Barat Kabupaten Simeulue yang begitu di
junjung tinggi oleh masyarakat. Alasan kedua bahwa pada kenyataannya masih banyak
masyarakat Indonesia yang menolak kebijakan pemerintah tentang program KB padahal
sebenarnya program KB menguntungkan bagi Pemerintah juga masyarakat. Alasan ketiga
adalah emik dan etik sangat penting diterapkan dalam kasus yang menyuangkut budaya
dan pemerintah.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah penyebab dari masalah yang terjadi antara pemerintah dan masyarakat Dusun
Laut Tawar Desa Amabaan Kecamatan Simeulue Barat Kabupaten Simeulue Provinsi
Aceh?
2. Bagaimanakah solusi yang tepat untuk masalah ini?

C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk menganalisis siapa-siapa saja yang ikut berperan dallm permasalah penolakan
kebijakan pemerintah tentang program KB dan penyebabnya di masyarakat khususnya di

masyarakat Dusun Laut Tawar Desa Amabaan Kecamatan Simeulue Barat Kabupaten
Simeulue
2. Untuk mengetahui fakta yang masih terjadi di Indonesia khususnya di Dusun Laut Tawar
Desa Amabaan Kecamatan Simeulue Barat Kabupaten Simeulue serta menunjukkan efek
positif dan negatif yang terjadi akibat kebudayaan yang berkembang di masyarakat.
3. Untuk mengetahui solusi yang tepat bagi permasalahan yang dihadapi terkait penolakan
kebijakan pemerintah oleh masyarakat Dusun Laut Tawar Desa Amabaan Kecamatan
Simeulue Barat Kabupaten Simeulue.

BAB II
PEMBAHASAN
Dari kasus ini, kita dapat melihat bahwa etik dan emik sangat berperan penting dalam membuat
suatu kebijakan oleh pemerintah untuk meningkatkan derajat hidup masyarakat Indonesia baik
dari segi ekonomi, social, kesehatan. Kebijakan yang dibuat oleh Pemerintah memang memiliki
tujuan yang baik namun tidak memperhatikan masyarakat di Dusun Laut Tawar Desa Amabaan

Kecamatan Simeulue Barat Kabupaten Simeulue yang masih menjunjung tinggi kebudayaan
yang mereka miliki dan masih mereka pegang teguh. Dari kasus terlihat bahwa masyarakat
sebenarnya mau menjalankan program KB yang di suruh oleh pemerintah tetapi mereka belum
mau melaksanakan program tersebut karena tujuan mereka belum tercapai yaitu untuk mencapai
menjadikan dusun mereka menjadi desa yang definitive. Dimana jumlah penduduk di dusun
tersebut saat ini 300 jiwa dan cita-cita mereka adalah mencapai 1000jiwa sebagai syarat menjadi
desa. Dari segi masyarkat sendiri mereka menginginkan bahwa generasi penerus mereka tidak
akan punah. Karena jika program KB diberlakukan maka jumlah mereka akan semakin sedikit.
Bahkan dengan mudah kita menemukan dalam 1 keluarga terdapat 5-11 orang anak yang tinggal
dalam 1 rumah. Dan bisa dikatakan tingkat kesehatan disana masuk dalam kategori rendah.
Karena semakin banyak anggota keluarga maka kualitas hidup akan menurun baik dari segi
ekonomi dan kesehatan karena tidak bisa memprioritaskan. Dari pemerintah sendiri sebenarnya
pemerintah Provinsi Aceh ingin memberikan yang terbaik bagi masyarakatnya agar ekonomi dan
kesehatan seluruh masyarakatnya terjamin dan sekaligus menangani peningkatanjumlah
penduduk yang terus meningkat. Tetapi pemerintah tidak memikirkan terlebih dahulu budaya
yang dipegang oleh masyarakatnya. Karena setiap daerah pasti kebudayaannya berbeda.
Sehingga seharusnya pemerinta terlebih dahulu menganalisis setiap daerah yang akan diberikan
kebijakan tersebut. Solusi dari permasalahan ini mungkin bisa dimediasi oleh tenaga kesehata
didaerah tersebut seperti dokter atau bidan dengan memberikan penyuluhan tentang KB dan
manfaatnya dan juga tentang dampak buruk bagi kesehatan jika terlalu sering melahirkan bagi
wanita karena wanita juga harus memikirkan kesehatannya juga. Cara lain mungkin dekan
pendekatan ke kepala Dusun, dengan menjelaskan tentang program KB tersebut karena biasanya
kepala dusun sangat dihormati oleh masyarakatnya dan pasti setiap apa yang diperintahkan oelh
kepala dusun masyarakat akan mematuhi atau mengikuti perkataan dari kepala dusun mereka.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
1. Semua pihak baik masyarakat, pemerintah, kepala suku/dusun/orang-orang terpandang
dari daerah tersebut dan juga tenaga kesehatan didaerah tersebut seperti bidan dan dokter

harus mampu bekerja sama dan ikut berperan aktif dalam kasus ini untuk menemukan
solusi yang tepat.
2. Faktanya bahwa masih banyak kebudayaan di Indonesia yang masih menjunjung tinggi
kebudayaan mereka daan tidak mau mengikiti kebikan dari pemerintah yang bertentangan
dengan kebudayaan mereka.
3. Solusinya dari permasalahn ini ada ada sikap toleransi oleh pemerintah kepada
masyarakat dan sebaliknya dan harus dilakukan mediasi yang bisa diperantaraioleh
orang-orang yang terpandang didaerah tersebut begitu juga tenaga kesehatan dengan
memberikann penyuluhan tentang program KB.
REFLEKSI
Permasalahn yang terjadi di Dusun Laut Tawar Desa Amabaan Kecamatan Simeulue Barat
Kabupaten Simeulue adalah salah satu fakta yang masih terjadi di Indonesia dimana
masyarakat masih kental dengan kebudayaan mereka dan menolak kebijakan yang merugikan
mereka menurut kebudayaan mereka. Jika kita sebagai dokter terlibat dalam masalah seperti
ini, kita seharunya bisa menjadi mediator bagi mereka. Mungkin dengan menerangkan dari
segi kesehatan dengan cara yang baik dan dapat diterima oleh masyarakat dan tentunya dapat
mengubah pola pikir dari masyarakat tersebut.

DAFTAR PUSTAKA
depkes.go.id
nad.bkkbn.go.id/
http://m.kompasiana.com/post/read/362623/1/satu-dusun-gagalkan-program-kb.html

http://www.beritaempat.com/nusantara/aceh-revitalisasi-program-kb-karena-terancamledakan-penduduk/
http://www.pelita.or.id/baca.php?id=29643

MAKALAH
PENOLAKAN PROGRAM KELUARGA BERENCANA DI
Dusun Laut Tawar Desa Amabaan Kecamatan Simeulue Barat
Kabupaten Simeulue Provinsi Aceh

Disusun oleh:
RIFCHA CHRISTIN TARIGAN
41110067
FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS KRISTEN DUTA WACANA


Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai