Anda di halaman 1dari 21

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Telaah Pustaka

1. Menstruasi

Menurut Syaifuddin (2006), wanita yang sehat dan tidak hamil

setiap bulan secara teratur mengeluarkan darah dari alat kandungannya

yang disebut menstruasi (haid). Siklus menstruasi, selaput lendir rahim

dari hari ke hari terjadi perubahan yang berulang selama satu bulan

mengalami empat masa (stadium).

a. Stadium menstruasi (desquamasi)

Pada masa ini endometrium terlepas dari dinding rahim disertai

dengan perdarahan, hanya lapisan tipis yang tinggal disebut stratum

basale berlangsung selama empat hari. Dengan haid, keluar darah,

potongan endometrium dan lendir dari serviks. Darah ini tidak

membeku karena ada fermen yang mencegah pembekuan darah dan

mencairkan potongan mukosa, banyak nya perdarahan selama haid

kira-kira 50 cc.

b. Stadium post-menstruum (regenerasi)

Luka yang terjadi karena endometrium terlepas, berangsur-angsur

ditutup kembali oleh selaput lendir baru yang terjadi dari sel epitel

kelenjar endometrium. Pada masa ini tebal endometrium kira-kita 0,5

mm dan berlangsung selama empat hari.

6
7

c. Stadium intermenstruum (proliferasi)

Pada masa ini endometrium tumbuh menadi tebal kira-kira 3,5

mm. Kelenjar-kelenjar tumbuhnya lebih cepat dari jaringan lain,

berlangsung kira-kira 5-14 hari dari hari pertama haid.

d. Stadium praemenstruum (sekresi)

Pada stadium ini endometrium tetap tebalnya tetapi bentuk kelenjar

berubah menjadi panjang dan berliku-liku dan mengeluarkan getah.

Dalam endometrium telah tertimbun glikogen dan kapur yang

diperlukan sebagai makanan untuk sel telur. Perubahan ini untuk

mempersiapkan endometrium menerima telur.

Pada endometrium sudah dapat dibedakan lapisan atas yang padat

(stratum kompaktum) yang hanya ditembus oleh saluran-saluran keluar

dari kelenjar, lapisan stratum spongeosum yang banyak lubang-

lubangnya karena disini terdapat rongga dari kelenjar dan lapisan

bawah disebut stratum basale. Stadium ini berlangsung 14-28 hari,

kalau tidak terjadi kehamilan maka endometrium dilepas dengan

perdarahan dan berulang lagi siklus menstruasi.

Gangguan menstruasi menurut Manuaba (2009), adalah amenorea,

polimenorea, oligomenorea, menorrhagia atau hipermenorea,

hippomenorea, dysmenorrhea.
8

2. Dysmenorrhea

a. Definisi

Menurut Andira (2010), dysmenorrhea adalah gangguan fisik yang

berupa nyeri atau kram perut. Gangguan ini biasanya terjadi pada 24

jam sebelum terjadinya perdarahan menstruasi dan terasa selama 24-36

jam. Dysmenorrhea atau nyeri haid adalah gejala yang paling sering

menyebabkan perempuan untuk pergi ke dokter untuk konsultasi dan

untuk mendapatkan penanganan. Hal ini mengandung arti bahwa

kebanyakan perempuan mengalami dysmenorrhea dalam proses

menstruasinya (Wiknjosastro, 2007).

Dysmenorrhea adalah istilah medis untuk gangguan menstruasi,

gejalagejala dari dysmenorrhea dapat berupa rasa nyeri atau rasa tidak

nyaman pada perut bagian bawah dan punggung bawah, sakit kepala,

mual hingga pingsan pada sebelum atau selama menstruasi (Maulana,

2009).

Berdasarkan penelitian, M.A parker (2009) menyebutkan bahwa

dysmenorrhea terjadi pada 70 - 91% remaja dan menunjukkan nyeri

sedang sampai berat sampai mengakibatkan gangguan dalam

beraktivitas.

b. Klasifikasi Dysmenorrhea

1) Dysmenorrhea primer

Menurut Sarwono (2011), dysmenorrhea primer adalah nyeri

haid tanpa ditemukan keadaan patologi pada panggul. Dysmenorrhea


9

primer berhubungan dengan siklus ovulasi dan disebabkan oleh

kontraksi miometrium sehingga terjadi iskemia akibat adanya

prostaglandin yang diproduksi oleh endometrium pada fase sekresi.

Perempuan dengan dismenore primer didapatkan kadar prostaglandin

lebih tinggi dibandingkan dengan perempuan tanpa dysmenorrhea.

Peningkatan ini terjadi lebih kurang 48 jam pertama saat haid. Hal ini

sejalan dengan awal muncul dan besarnya intensitas keluhan nyeri

haid. Keluhan mual, muntah, nyeri kepala, atau diare sering

menyertai dysmenorrhea karena masuknya prostaglandin ke sirkulasi

sistemik.

2) Dysmenorrhea sekunder

Dysmenorrhea disebabkan oleh kelainan ginekologik seperti

salpingitis kronis, edometriosis, adenomiosis uteri, stenosis serviks

uteri, dan lain-lain. Menurut French (2005) perbedaan antara

dysmenorhrrea primer dengan dysmenorhrrea sekunder mengacu pada

ada atau tidaknya kondisi patologi pada organ pelvis.

c. Etiologi dysmenorrhea primer

Penyebab pasti dysmenorrhea primer hingga kini belum diketahui

secara pasti. Namun penelitian dalam tahun-tahun terakhir ini

menunjukkan adanya peranan faktor prostaglandin, terhadap timbulnya

nyeri. Teori ini menyatakan bahwa nyeri menstruasi timbul karena

peningkatan produksi prostaglandin oleh dinding rahim saat menstruasi.

Anggapan ini mendasari pengobatan dengan anti prostaglandin untuk


10

meredakan nyeri menstruasi. Prostaglandin memiliki peran dalam

mengatur proses yang terjadi di dalam tubuh, seperti kontraksi uterus,

aktivitas usus dan perubahan diameter pembuluh darah. Apabila kadar

prostaglandin berlebihan saat menstruasi, maka kontraksi uterus akan

bertambah sehingg mengakibatkan terjadinya nyeri yang hebat yang

disebut dysmenorrhea (Proverawati dan Misaroh, 2009).

Selain faktor hormon, nyeri dysmenorrhea juga dipengaruhi oleh

beberapa faktor diantaranya aalah : usia menarche, lamanya menstruasi,

dan status gizi.

1) Usia menarche

Ada beberapa faktor yang dapat dihubungkan dengan kejadian

dismenore pada perempuan dismeua tingkat usia diantaranya usia

menarche yang terlalu dini, usia dibawah 20 tahun, periode mens yang

terlalu panjang, banyaknya darah yang keluar pada saat menstruasi,

obesitas, gangguan pada hubungan sosial, merokok dan konsumsi

alcohol (French, 2007). Menurut Harlow 2007 menstruasi pertama

pada usia amat dini < 11 tahun (Earlier age at menarche) pada usia <

11 tahun jumlah folikelfolikel ovary primer masih dalam jumlah sedikit

sehingga produksi estrogen masih sedikit juga.

Nyeri haid ini biasanya bersifat subjektif dan intensitasnya sulit

dinilai.Selain itu, penyebab dan riwayat penyakit juga belum di

pecahkan secara memuaskan. Selalu ada kasus khusus dan menarik

dalam setiap kejadian pada penderita nyeri haid walaupun secara acak,
11

kita dapat menemukan banyak sekali perempuan yang mengalami

nyeri haid, tetapi hanya sedikit sekali yang datang kedokter karena

nyeri haid. Dengan demikian sangat sulit untuk memastikan berapa

sebenarnya jumlah real penderita nyeri haid di Indonesia dan

menentukan usia paling rawan mengalami nyeri haid (Anurogo Dito,

2011).

2) Lamanya menstruasi

Semakin lama menstruasi terjadi, maka semakin sering uterus

berkontraksi, akibatnya semakin banyak pula prostaglandin yang

dikeluarkan. Akibat produksi prostaglandin yang berlebihan, maka

timbul rasa nyeri. Selain itu, kontraksi uterus yang terusmenerus juga

menyebabkan supply darah ke uterus berhenti sementara sehingga

terjadilah dysmenorrhea primer. (Shanon, 2006).

Siklus haid yang normal adalah jika seorang wanita memiliki jarak

haid yang setiap bulannya relative tetap yaitu selama 28 hari. Jika

melesetpun, perbedaan waktunya juga tidak terlalu jauh berbeda, tetapi

pada kisaran 21 hingga 35 hari, dihitung dari pertama haid sampai

bulan berikutnya. Lama haid dilihat dari darah keluar sampai bersih,

antara 2-10 hari. Darah yang keluar dalam waktu sehari belum dapat

dikatakan sebagai haid. Namun, bila telah lebih dari 10 hari, dapat

dikategorikan sebagai gangguan (Judha Mohamad, 2012).


12

3) Status gizi

Hal ini menunjukkan status gizi tidak berpengaruh terhadap

kejadian dysmenorrhea primer. Kelebihan berat badan dapat

mengakibatkan dysmenorrhea primer, karena di dalam tubuh orang

yang mempunyai kelebihan berat badan terdapat jaringan lemak yang

berlebihan yang dapat mengakibatkan hiperplasi pembulih darah

(terdesaknya pembuluh darah oleh jaringan lemak) pada organ

reproduksi wanita sehingga darah yang seharusnya mengalir pada

proses menstruasi terganggu dan timbul dysmenorrhea primer

(Widjanarko, 2006).

Memiliki pola makan yang teratur dengan asupan gizi yang

memadai, memenuhi gizi seimbang. Apabila tidak tahu kadar dan porsi

gizi yang diperlukan setiap hari agar sesuai dengan keperluan,

datanglah ke dokter dan ahli gizi. Sayur dan buah-buahan mutlak

diperlukan untuk sehat (Anurogo Dito, 2011)

d. Gejala dysmenorrhea berdasarkan derajat nyerinya menurut Manuaba

(2006) dibedakan menjadi 3 kelompok yaitu:

1) Dysmenorrhea ringan

Dysmenorrhea ringan adalah rasa nyeri yang dirasakan waktu

menstruasi yang berlangsung sesaat, dapat hilang tanpa pengobatan,

sembuh hanya dengan cukup istirahat sejenak, tidak mengganggu

aktivitas harian, rasa nyeri tidak menyebar tetapi tetap berlokasi di

daerah peruh bawah.


13

2) Dysmenorrhea sedang

Dysmenorrhea yang bersifat sedang jika perempuan tersebut

merasakan nyeri saat menstruasi yang bisa berlangsung 1-2 hari,

menyebar di bagian perut bawah, memerlukan istirahat dan

memerlukan obat penangkal nyeri, dan hilang setelah mengkonsumsi

obat anti nyeri, kadang kadang mengganggu aktivitas hidup sehari-

hari.

3) Dysmenorrhea berat

Dysmenorrhea berat adalah rasa nyeri pada perut bagian bawah pada

saat menstruasi dan menyebar kepinggang atau bagian tubuh lain juga

disertai pusing, sakit kepala bahkan muntah dan diare. Dysmenorrhea

berat memerlukan istirahat sedemikian lama yang bisa mengganggu

aktivitas sehari-hari selama 1 hari atau lebih, dan memerlukan

pengobatan dysmenorrhea.

Selain itu, menurut Tamsuri (2007) intensitas nyeri (skala nyeri)

adalah gambaran tentang seberapa parah nyeri dirasakan individu,

pengukuran intensitas nyeri sangat subjektif dan individual dan

kemungkinan nyeri dalam intensitas yang sama dirasakan sangat

berbeda oleh dua orang yang berbeda, yaitu :

a) Verbal Rating Scale (VRS)

Alat ukur yang menggunakan kata sifat untuk menggambarkan

level intensitas nyeri yang berbeda, range dari no pain sampai

extreme pain (nyeri hebat). VRS dinilai dengan memberikan


14

angka pada setiap kata sifat sesuai dengan tingkat intensitas

nyerinya. Sebagai contoh, dengan menggunakan skala 5 point yaitu

none (tidak ada nyeri) dengan skor 0, mild (kurang nyeri)

dengan skor 1, moderate (nyeri yang sedang) dengan skor 2,

severe (nyeri keras) dengan skor 3, very severe (nyeri yang

sangat keras) dengan skor 4. Keterbatasan VRS adalah adanya

ketidakmampuan pasien untuk menghubungkan kata sifat yang

cocok untuk level 28 intensitas nyerinya, dan ketidakmampuan

pasien yang buta huruf untuk memahami kata sifat yang digunakan

(Potter & Perry, 2006).

b) Visual Analog Scale (VAS)

VAS adalah alat ukur lainnya yang digunakan untuk memeriksa

intensitas nyeri dan secara khusus meliputi 10-15 cm garis, dengan

setiap ujungnya ditandai dengan level intensitas nyeri (ujung kiri

diberi tanda no pain dan ujung kanan diberi tanda bad pain

(nyeri hebat). VAS merupakan suatu garis lurus yang mewakili

intensitas nyeri yang terus menerus dan memiliki alat pendeskripsi

verbal pada setiap ujungnya. Skala ini memberi klien kebebasan

penuh untuk mengindentifikasi keparahan nyeri. VAS dapat

merupakan pengukur keparahan nyeri yang lebih sensitif karena

klien dapat mengidentifikasi setiap titik pada rangkaian daripada

dipaksa memilih satu kata atau satu angka (McGuire dalam Potter

& Perry, 2006).


15

c) Numeral Rating Scale (NRS)

Suatu alat ukur yang meminta pasien untuk menilai rasa nyerinya

sesuai dengan level intensitas nyerinya pada skala numeral dari 0-

10 atau 0-100. Angka 0 berarti no pain dan 10 atau 100 berarti

severe pain (nyeri hebat). NRS lebih digunakan sebagai alat

pendeskripsian kata. Skala paling efektif digunakan saat mengkaji

intensitas nyeri sebelum dan setelah intervensi terapeutik (Potter &

Perry, 2006).

Riyanto (2008) menyebutkan bahwa derajat nyeri haid

(dysmenorrhea) sebagai berikut.

Gambar 2.1 Derajat Nyeri

0 : Tidak ada nyeri

1-3 : Terasa kram pada perut bagian bawah, masih dapat ditahan,

masih dapat melakukan aktivitas, masih bisa konsentrasi.

4-6 : Terasa kram pada perut bagian bawah, nyeri menyebar ke

pinggang, kurang nafsu makan, aktivitas terganggu.

7-9 : Terasa kram pada perut bagian bawah, nyeri menyebar ke

pinggang, paha punggung, tidak ada nafsu makan, mual,

badan lemas, tidak kuat beraktivitas.


16

10 : Terasa kram yang sangat berat sekali pada perut bagian

bawah, nyeri menyebar ke pinggang, kaki, punggung, tidak

mau makan, mual muntah, sakit kepala, badan tidak ada

tenaga, tidak bisa berdiri atau bangun dari tempat tidur, tidak

dapat beraktivitas.

d) Faces Pain Score

Terdiri dari 6 gambar skala wajah kartun yang bertingkat dari

wajah yang tersenyum untuk tidak ada nyeri dampai wajah yang

berlinang air mata untuk nyeri paling buruk. Kelebihan dari skala

wajah ini yaitu anak dapat menunjukkan sendiri rasa nyeri

dialaminya sesuai dengan gambar yang telah ada dan membuat

usaha mendeskripsikan nyeri menjadi lebih sederhana (Wong &

Baker dalam Potter & Perry, 2006).

e) Oucher

Skala nyeri oucher terdiri dari dua skala yang terpisah yaitu sebuah

skala dengan nilai 0-100 pada sisi sebelah kiri untuk anak-anak

yang lebih besar dan kala fotografik enam gambar pada sisi kanan

untuk anak yang lebih kecil. Foto wajah seorang anak dengan

peningkatan rasa tidak nyaman dirancang sebagai 30 petunjuk

untuk memberi anak-anak pengertian sehingga dapat memahami

makna dan tingkat keparahan nyeri (Bayer dkk dalam Potter &

Perry, 2006).
17

e. Penatalaksanaan

Penanganan dysmenorrhea dapat dibagi dalam tiga bagian besar :

1) Farmakologis

Yaitu penanganan dysmenorrhea dengan pemberian obat-obatan,

suplemen. Obat-obatan yang paling sering digunakan antara lain Non

Steroid Anti Inflamation Drug (NSAID) yang bekerja dengan

menghambat aktivitas enzim siklooksigenase sehingga produksi dari

prostaglandin berkurang. Pemakain kontrasepsi hormonal dilaporkan

juga dapat mengurangi nyeri haid. Pemberian Vitamin B1, Magnesium,

Vitamin E, juga menunjukkan efek yang dapat mengurangi nyeri haid

(Cunningham, 2008).

2) Non-Farmakologis

Penanganan non farmakologi yang dapat digunakan pada wanita

yang menderita dysmenorrhea antara lain : TENS (Transcutaneous

Universitas Sumatera Utara Electrical Nerve Stimulation),

Akupunktur, pemakaian herbal, relaksasi, terapi panas, senam (Smith,

2009).

Menurut Araujo dkk (2012) salah satu upaya penanganan

dysmenorrhea adalah Olahraga, untuk meyakinkan perempuan bahwa

keluhannya tidak membahayakan kehidupan, dan akan berlalu begitu

darah keluar dengan lancar. Salah satu olahraga yang bisa digunakan

untuk mengurangi nyeri haid adalah pilates. Pilates merupakan suatu


18

metode olahraga yang dikembangkan oleh Joseph Hubert Pilates

yang berasal dari Jerman pada awal abad ke 20.

3. Pilates Exercise

Menurut Araujo dkk (2012) pilates exercise adalah olahraga yang

dikembangkan oleh Joseph Pilates pada abad ke 20. Olahraga yang

berasal dari jerman ini menekankan pada peningkatan keseimbangan

tubuh melalui kekuatan inti, fleksibilitas, dan kesadaran untuk

mendukung efisiensi gerakan. Pilates exercise berkembang di Indonesia

sejak terjadinya penjajahan Belanda yaitu tahun 1596-1942. Semakin

berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi maka senam pun

mengalami perkembangan yang sangat pesat dalam hal gerakan maupun

tujuan dari senam itu sendiri (Touw, 2011). Tujuan utama pilates exercise

adalah untuk memperbaiki tulang belakang dan mengatasi masalah-

masalah yang mungkin ditimbulkannya.

a. Kelebihan Latihan Pilates

Menurut Touw (2011) latihan pilates merupakan salah satu dari

sekian banyak latihan yang berguna untuk kesehatan. Latihan ini

banyak dilakukan para wanita yang menginginkan tubuh kencang dan

lebih ideal.

Berikut adalah manfaat yang bisa dapatkan dari latihan pilates :

1) Meningkatkan keseimbangan

Latihan pilates berfokus pada kekuatan otot perut. Otot

perut yang kuat dapat meningkatkan keseimbangan tubuh secara

dan menyeluruh.
19

2) Meningkatkan kekuatan otot perut

Otot perut adalah salah satu bagian otot yang terlatih

dengan baik saat melakukan latihan pilates, termasuk otot bagian

tengah tubuh yang lain seperti punggung dan dasar panggul.

Meningkatnya kekuatan otot bagian tengah tubuh dapat

meningkatkan keseimbangan, kekuatan dan juga memperbaiki

postur tubuh.

3) Memperbaiki postur tubuh

Postur tubuh yang buruk bisa menyebabkan sakit

pinggang. Menjaga agar garis tulang belakang lurus sesuai

anatominya merupakan dasar dari latihan pilates. Latihan ini juga

bertujuan menjaga lengkungan alami tulang belakang.

4) Meningkatkan Fleksibilitas Tulang Belakang

Pilates memberikan lebih banyak keuntungan untuk tulang

belakang, yaitu dengan memberikan tambahan ruang pada tulang

belakang dalam setiap gerakan pilates. Ruang tambahan ini

meningkatkan mobilitas dan fleksibilitas. Fleksibilitas tulang

belakang yang baik dapat mengurangi risiko cedera dan membuat

pergerakan jauh lebih mudah.

5) Meningkatkan Kesehatan Emosional

Pilates memberikan manfaat bagi kesehatan emosional.

Gerakan yang halus dengan pikiran yang tenang selama latihan

akan menenangkan sistem saraf dan membantu meringankan stres.


20

Ketika memperpanjang dan memperkuat otot-otot, akan

melancarkan sirkulasi darah dan menghilangkan ketegangan.

Setiap selesai latihan akan merasa lebih tenang, seimbang, dan jauh

lebih segar.

b. Bentuk Latihan

1) The Hundreds Basic

Gambar 2.2 The Hundreds Basic


(Menezes, 2006)

Fungsi : Melatih otot perut, pantat, dan kaki

a) Posisi awal tidur terlentang dengan kedua lutut dibengkokan,

jarijari kaki menunjuk, kaki dan telapak kaki diputar keluar,

tumit berdekatan. Letakan kedua lengan di samping badan.

Angkatlah kedua kaki dan lengan pada waktu mengangkat

kepala dan bahu dari lantai.

b) Tarik napas 5 hitungan dan gerakan kedua lengan ke atas dan

ke bawah 5 kali, sambil merentangkan kedua kaki keluar dan

ke atas menyudut. Kemudian keluarkan napas selama 5

hitungan dan pompakan kedua lengan 5 kali dan bengkokan


21

lutut lagi. Ulangi latihan ini 10 kali hingga sampai berjumlah

100 kali lengan memompa.

2) The Hundreds Single Leg

Gambar 2.3 The Hundreds Single Leg


(Menezes, 2006)

Fungsi : Melatih Otot Perut dan Kaki

a) Posisi awal tidur terlentang dengan kedua kaki lurus, rentangkan

kedua tangan di samping badan, kemudian tangan diangkat

sedikit pada waktu mengangkat kepala dan kedua bahu dari

lantai, rentangkan kedua kaki dan naikan kurang lebih 45

derajat.

b) Secara perlahan-lahan tariklah lutut kanan sampai menjadi 1

baris di atas pinggul kanan dan putarlah sedikit ke dalam ke arah

kiri, kemudian secara perlahan-lahan geserkan kaki kanan

hingga lurus kembali. Ulangi dengan kaki kiri untuk melengkapi

1 kali pengulangan dan lakukan sebanyak 10 kali pengulangan.


22

3) Spine Rotation

Gambar 2.4 Spine Rotation


(Menezes, 2006)

Fungsi : Melatih Otot Perut, Pantat, dan Kaki

a) Posisi awal duduk dengan kedua kaki di rentangkan dan diputar

keluar dari pinggul, tumit saling berdekatan, jari-jari kaki terpisah

beberapa centimeter. Kontraksikan betis dan terus dikencangkan

selama melakukan latihan, dan kedua lengan direntangkan keluar

sampai keduanya setinggi bahu, telapak tangan menghadap

kebawah.

b) Pada waktu mengeluarkan napas, putarlah bagian atas ke kanan,

dada diusahakan tegak, dan gunakan perut untuk menguatkan

gerakan. Kemudian tariklah napas pada saat kembali ketengah,

ulangi ke kiri untuk melengkapi 1 kali ulangan. Lakukan

sebanyak 10 kali pengulangan.


23

4) Side Leg

Gambar 2.5 Side Leg


(Menezes, 2006)

Fungsi : Melatih Otot Perut dan Lengan

a) Posisi awal seperti papan, bertumpu pada kedua tangan dan kedua

jari kaki, kemudian angkatlah kaki kanan hamper setinggi pantat

dan kaki dalam keadaan dorsi fleksi.

b) Putarlah kaki keluar dari pinggul, kemudian secara perlahan-lahan

gerakan keluar kearah kanan. Tarik kembali kaki kedalam dan

turunkan ke posisi semula, kemudian ganti dengan kaki kiri untuk

melengkapi satu ulangan. Lakukan 10 kali pengulangan/


24

5) Rolling

Gambar 2.6 Rolling


(Menezes, 2006)

Fungsi : Melatih otot perut

a) Posisi awal duduk dengan kedua lutut terpisah sedikit dan tarik

kearah dada. Kedua kaki dinaikkan dari lantai dan jari-jari saling

berdekatan dan pada posisi point. Bengkokkan punggung hingga

mata melihat kearah pusar. Rentangkan kedua lengan kedepan

setinggi bahu, kedua telapak tangan menghadap kedepan dan

sedikit diputar kebelakang sampai menemukan titik perimbangan.

b) Tariklah napas dan bergulunglah kebelakang pada bahu dan

tulang belikat, kemudian secara cepat keluaran napas pada waktu

menggulung ke atas dan kembalilah pada posisi berimbang.

Usahakan kedua tangan direntang waktu mengangkat kaki dan

kembali. Lakukan latihan ini 10 kali pengulangan.


25

B. Kerangka Teori

Menstruasi memiliki bermacam-macam gangguan seperti amenorea,

polimenorea, oligomenorea, menorrhagia, hippomenorea dan dysmenorrhea.

Dysmenorrhea dapat diatasi dengan penanganan farmakologis dan non

farmakologis, penanganan farmakologis adalah dengan obat-obatan,

kontrasepsi hormonal, vitamin B1, magnesium, vitamin E. Untuk penanganan

non farmakologis terdiri dari pilates exercise, akupuntur, pemakaian herbal

dan relaksasi. Salah satu dari penanganan untuk mengurangi nyeri

dysmenorrhea yaitu dengan pilates exercise karena dapat mereganggkan otot-

otot perut dan kaki (Manuaba, 2009).

Menstruasi

Gangguan Menstruasi

1. Amenorea
2. Polimenorea
3. Oligomenorea
4. Menorrhagia
5. Hippomenorea
6. Dysmenorrhea

Penanganan Farmakologis Penanganan Non Farmakologis

1. Obat-obatan 1. Pilates exercise


2. Kontrasepsi hormonal 2. Akupuntur
3. Vitamin B1, 3. Pemakaian herbal
magnesium, vitamin E 4. Relaksasi
Bagan 2.1
Kerangka Teori
Sumber : (Manuaba, 2009)
26

C. Kerangka Konsep

Variabel independent Variabel dependent

Perubahan Nyeri
Pilates Exercise Dysmenorrhea

Faktor luar yang


mempengaruhi
dysmenorrhea
1. Usia menarchea
2. Lama menarchea
3. Status gizi

Bagan 2.2
Kerangka Konsep

Keterangan :

: Diteliti : Tidak Diteliti

: Hubungan yang diteliti : Hubungan yang tidak diteliti

D. Hipotesis

Ha: Ada pengaruh pilates exercise terhadap nyeri primary dysmenorrheal di

SMKN Sukaresik Kabupaten Tasikmalaya tahun 2017.

Ho: Tidak ada pengaruh pilates exercise terhadap nyeri primary

dysmenorrhea di SMKN Sukaresik Kabupaten Tasikmalaya tahun 2017.

Anda mungkin juga menyukai