Abstrak
Menstruasi merupakan pengeluaran darah, mukus, dan debrissel dari mukosa uterus
disertai pelepasan (deskuamasi) endometrium secara periodik dan siklik, yang dimulai
sekitar 14 hari setelah ovulasi. Berbagai macam perubahan emosi akibat suatu stressor
telah dihubungkan dengan adanya fluktuasi hormonal selama siklus menstruasi. Siklus
menstruasi yang tidak teratur dapat meresahkan wanita. Salah satunya adalah oligomenore.
Ternyata, kondisi ini bisa menyebabkan gejala masalah kesehatan yang lebih serius.
Penting untuk memahami gejala dan menemukan penanganan yang tepat. Secara umum
dalam dunia pengobatan, banyak yang menggunakan medis barat dengan kecanggihan dan
teknologi yang dapat mengenal gejala dan keluhan dengan cepat. Begitu juga banyak yang
memilih dengan pendekatan pengobatan dari medis timur seperti TCM (Tradisional Chinese
Medicine) yang melihat penderitanya secara holistic.
Pendahuluan
Wanita memiliki siklus hidup yang menarik. Mulai dari masa prapubertas, pubertas,
reproduksi, premenopause, perimenopause, menopause hingga masa pikun. Menurut
Irianto, kondisi yang sering dialami oleh wanita pada gangguan siklus menstruasi seperti
nyeri saat menstruasi (dismenorea), siklus memanjang atau lebih dari 35 hari
(oligomenorea), siklus menstruasi yang pendek kurang dari 21 hari (polimenorea), tidak
menstruasi selama 3 bulan berturut-turut (amenorea), pengeluaran darah yang terlalu
banyak (menoragia) dan haid yang lebih sedikit dan pendek (hipomenorea) atau lebih
kurang dari biasanya. Faktor yang dapat mengakibatkan timbulnya gangguan menstruasi
antara lain gangguan hormonal, tinggi rendahnya IMT (Indeks Massa Tubuh), status gizi,
serta tingkat stres dan faktor stres dapat mempengaruhi produksi hormon kortisol yang
berdampak pada hormon estrogen perempuan. Stres merupakan salah satu penyebab
terjadinya gangguan pada siklus menstruasi. Seorang wanita yang mengalami stres akan
memicu pelepasan hormon kortisol yang mana hormon ini sebagai hormon untuk
mengetahui stres seseorang. Stres mempengaruhi terjadinya kegagalan pada produksi FSH
(Folikel Stimulating Hormone) dan LH (Luitenizing Hormone) di hipotalamus yang mana
akan mengakibatkan terjadinya gangguan pada produksi estrogen dan progesteron
sehingga terjadilah gangguan siklus menstruasi yang mana salah satunya merupakan
oligomenorea.
Oligomenorea merupakan perdarahan ringan yang jarang terjadi atau tidak normal pada
wanita yang sedang menstruasi. Kondisi ini mengacu pada siklus menstruasi yang biasanya
normal bergeser jadi lebih dari 35 hari. Atau wanita yang memiliki kurang dari sembilan
periode menstruasi dalam setahun. Oligomenore dapat mengakibatkan kekhawatiran karena
siklus haid yang memanjang dan membuat wanita kesulitan dalam menghitung masa
suburnya, selain itu oligomenore
yang berlangsung lama dapat menyebabkan defisiensi hormon estrogen, hal ini akan
memicu gejala penyerta seperti penyusutan ukuran payudara, vagina kering dan
menurunnya libido. Wanita dengan oligomenore memerlukan asuhan kebidanan agar dapat
mengatasi dampak dari silklus menstruasi yang memanjang seperti rasa cemas pada ibu,
misalnya karena kesulitan dalam menghitung masa suburnya, dimana jika rasa cemas tidak
teratasi akan menjadi stres emosional pada penderita sehingga dapat memperburuk
terjadinya kelainan haid lebih lanjut.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Bieniasz J et al tentang gangguan menstruasi, terdapat
prevalensi oligomenorea 50%, amenorea primer 5,3%, amenorea sekunder 18,4%, dan
gangguan campuran sebanyak 15,8% di dunia. Hasil (Riskesdas) Riset Kesehatan Dasar
pada tahun 2010 menyatakan bahwa 13,7% prevalensi perempuan di Indonesia yang
berusia 10-59 tahun mengalami menstruasi tidak teratur. Dan presentase tertinggi
menstruasi tidak terdapat di daerah Gorontalo sebesar 23,3% dan yang terendah di daerah
Sulawesi Tenggara (8,7%), dan di daerah Lampung (11,3%). Pada tahun 2013 hasil
(Riskesdas) Riset Kesehatan Dasar menyatakan bahwa 76,7% perempuan di Indonesia
yang berusia 20-24 tahun memiliki siklus menstruasi teratur dan 14,4% perempuan usia 20-
24 tahun mengalami menstruasi yang tidak teratur. Sedangkan presentase perempuan
dengan siklus menstruasi teratur di Provinsi Sumatera Utara sekitar 68,3% dan presentase
perempuan dengan siklus menstruasi yang tidak teratur sebesar 11,6%.
BAB 1
Oligomenorea dari sisi barat
1.2 Menstruasi
1.2.1. Definisi Menstruasi
Menstruasi adalah proses pelepasan dinding rahim atau endometrium disertai
perdarahan dan mengandung sel telur yang tidak dibuahi. Menstruasi terjadi setiap
bulannya secara priodik dan siklik normal dari rahim sebagai tanda bahwa telah
matangnya organ reproduksi. Normalnya perempuan yang sedang mengalami siklus
haid rata-rata terjadi sekitar 28 hari, lama menstruasi yaitu 3-6 hari, dan banyaknya
jumlah darah yang keluar adalah 20-80 ml.
1.2.4. Oligomenorea
Oligomenorea adalah memanjangnya siklus mentruasi lebih dari 35 hari, tetapi
jumlah perdarahannya tetap sama. Penyebab dari oligomenorea adalah
perpanjangan fase stadium folikuller dan fase stadium stadium luteal, serta pengaruh
psikis juga bisa pengaruh penyakit Tuberkulosis.
Perempuan yang mengalami oligomenorea ini akan mengalami mentsruasi yang
lebih jarang dari biasanya. Namun, jika siklus menstruasi ini berhentinya berlangsung
lebih lama dari 3 bulan, kondisi ini tidak lagi oligomenorea, tetapi amenorea
sekunder.
Penyebab terjadinya oligomenorea akibat karena adanya gangguan keseimbangan
hormonal pada aksis hipotalamus-hipofisis-ovarium. Gangguan hormon tersebut
dapat menyebabkan siklus menstruasi normal menjadi memanjang sehingga
menstruasi menjadi lebih jarang terjadi. Gangguan menstruasi oligomenorea ini
sering terjadi pada 3-5 tahun pertama setelah haid pertama ataupun beberapa tahun
menjelang menopause tiba.
Faktor dari oligomenorea ini bisa terjadi karena stres, penyakit kronik, penurunan
berat badan berlebihan, olahraga berlebihan misalnya atlet, adanya tumor yang
melepaskan estrogen, penggunaan obat-obatan tertentu.
Gejala utama yang dapat muncul pada penderita oligomenorea antara lain:
1. Siklus menstruasi yang tidak teratur
2. Darah yang keluar sedikit
3. Tidak mengalami haid selama 35 hari atau lebih
4. Menstruasi tidak lebih dari 9 kali dalam setahun
Selain menjalani pola hidup sehat, pasien akan dianjurkan untuk menjalani terapi
hormone. Terapi hormon bertujuan untuk mengatur siklus menstruasi pasien agar
lebih teratur. Jenis terapi hormon yang dapat digunakan antara lain:
1. Penggantian metode kontrasepsi
Oligomenorea yang dialami pasien dapat terjadi akibat penggunaan alat
kontrasepsi yang tidak sesuai. Oleh karena itu, dokter akan menyarankan
metode kontrasepsi lain.
2. Gonadotropin releasing hormone (GnRH)
Obat-obatan golongan GnRH dapat diberikan untuk mengatasi
oligomenorea. Jenis obat-obatan ini tidak dianjurkan untuk dikonsumsi dalam
jangka panjang. Oleh karena itu, ikuti saran dari dokter untuk mencegah
timbulnya efek samping.
Sementara jika oligomenorea disebabkan oleh infeksi, dokter akan mengobatinya
dengan antibiotik. Jika oligomenorea disebabkan oleh tumor atau kanker, dokter
akan menyarankan operasi dan terapi radiasi atau kemoterapi.
BAB II
Oligomenore versi TCM
2.1 Patomekanisme
Pada prinsip TCM, gangguan menstruasi sering disebabkan serangan dari penyebab
penyakit dari luar, pengaruh tujuh emosi yang abnormal, pola makan yang tidak benar,
istirahat dan beraktivitas tidak seimbang, serta hubungan seksual yang berlebihan.
Penyebab-penyebab tersebut umumnya dapat menimbulkan penyakit pada tubuh
dikarenakan Qi/energi dan Xue/darah kurang, kinerja Zang Fu/ organ dalam tidak
normal, Qi dan Xue yang tidak serasi, sehingga merusak fungsi dari Shen/ginjal dan
partikel renik yang menguasai menstruasi yang disebut Tian Kui, selain itu juga dapat
mengganggu keseimbangan fungsi meridian Cong dan Ren serta Rahim.
Dalam TCM, pengobatan untuk gangguan menstruasi diarahkan untuk meregulasi
menstruasi, yang mencakup meregulasi Qi dan Xue, menambahkan kekuatan fungsi
Shen/Ginjal dan Pi/Limpa, serta melancarkan Qi pada Gan/Hati. Oligomonera dalam
TCM, disebut sebagai waktu menstruasi datangnya tidak menentu. Penyebabnya terjadi
hal ini menurut TCM disebabkan oleh dua hal yaitu:
- Depresi Gan/Hati hingga aliran Qi tidak lancer
Depresi atau marah dapat merusak fungsi Gan/hati, sehingga fungsi Shu Xie/
pelancar tidak berjalan dengan baik, yang kemudian menjadikan meridian Chong
tidak dapat menyimpan atau mengeluarkan darah dengan normal, sehingga
akibatnya siklus menstruasi menjadi kacau.
- Shen Qi (Qi dalam Shen/ginjal) lemah
Shen Qi lemah dapat disebabkan pembawaan sejak lahir atau terlalu Lelah yang
berdampak pada terkurasnya Shen Qi. Akibat dari Shen Qi lemah adalah meridian
Chong ikut menjadi kosong, sehingga tidak dapat mengontrol pengeluaran
menstruasi, yang kemudian menyebabkan waktu menstruasi tidak teratur.
Dalam pengobatannya, TCM menggunakan terapi Akupuntur dan herbal disesuaikan
dengan sindrom masing-masing.
2.2 Terapi
2.2.1 Akupuntur
Akupunktur sangat efektif dalam meningkatkan fungsi reproduksi penderita. Hal ini
telah dibuktikan melalui penelitian mengenai efektifitas dan akurasi akupuntur
terhadap Oligomenore yang mengatakan bahwa mekanisme hipotetis dari efek
akupunktur pada penelitian ini penstimulasian jarum akupunktur pada otot rangka
merangsang ergoreseptor yang mengaktifkan serabut saraf sensorik aferen. Sinyal-
sinyal ini ditransmisikan ke sumsum tulang belakang, di mana mereka dapat
memodulasi keluaran simpatik ke organ target di area persarafan yang sama melalui
refleks tulang belakang. Sinyal juga mencapai sistem saraf pusat melalui jalur
supraspinal, dan di sini mereka dapat memberikan efek sentral. β-endorphin
hipotalamus telah terlibat dalam efek akupunktur. Ini memodulasi sistem otonom
tetapi juga dapat mengubah pelepasan hormon pelepas gonadotropin dan hormon
pelepas kortikotropin. Hormon-hormon ini memberikan efek pada fungsi reproduksi
(melalui LH dan FSH), fungsi adrenal (hormon adrenokortikotropik), dan fungsi
pankreas (sirkulasi β-endorphin).
BAB III
Kesimpulan
Penanganan medis untuk Oligomenore dapat menggunakan salah satu dari medis barat dan
medis timur, atau bisa juga melakukan kombinasi dikedua medis ini, dimana kedua nya
apabila digunakan dalam porsi yang benar dan tepat, akan dapat mengatur menstuasi
sehingga dapat tepat pada waktunya. Protocol medis barat akan sangat membantu
menghilangkan gejala yang muncul namun apabila tidak di perbaiki akar masalah nya
(sindrom TCM), gejala akan muncul kembali suatu hari nanti. Karena dari itu, medis timur
membantu mencari akar permasalahan tersebut, dan menerapi ketidak seimbangan yang
terjadi, sehingga tubuh dapat mencapai kesehatan yang homeostatis dan holistic.
DAFTAR PUSTAKA