Anda di halaman 1dari 8

Disusun oleh :

Nama : Kartika gunawan


Pogram Studi : Dharma Usada – Semester 6
NIM : 20200302850168

Abstrak
Menstruasi merupakan pengeluaran darah, mukus, dan debrissel dari mukosa uterus
disertai pelepasan (deskuamasi) endometrium secara periodik dan siklik, yang dimulai
sekitar 14 hari setelah ovulasi. Berbagai macam perubahan emosi akibat suatu stressor
telah dihubungkan dengan adanya fluktuasi hormonal selama siklus menstruasi. Siklus
menstruasi yang tidak teratur dapat meresahkan wanita. Salah satunya adalah oligomenore.
Ternyata, kondisi ini bisa menyebabkan gejala masalah kesehatan yang lebih serius.
Penting untuk memahami gejala dan menemukan penanganan yang tepat. Secara umum
dalam dunia pengobatan, banyak yang menggunakan medis barat dengan kecanggihan dan
teknologi yang dapat mengenal gejala dan keluhan dengan cepat. Begitu juga banyak yang
memilih dengan pendekatan pengobatan dari medis timur seperti TCM (Tradisional Chinese
Medicine) yang melihat penderitanya secara holistic.

Pendahuluan
Wanita memiliki siklus hidup yang menarik. Mulai dari masa prapubertas, pubertas,
reproduksi, premenopause, perimenopause, menopause hingga masa pikun. Menurut
Irianto, kondisi yang sering dialami oleh wanita pada gangguan siklus menstruasi seperti
nyeri saat menstruasi (dismenorea), siklus memanjang atau lebih dari 35 hari
(oligomenorea), siklus menstruasi yang pendek kurang dari 21 hari (polimenorea), tidak
menstruasi selama 3 bulan berturut-turut (amenorea), pengeluaran darah yang terlalu
banyak (menoragia) dan haid yang lebih sedikit dan pendek (hipomenorea) atau lebih
kurang dari biasanya. Faktor yang dapat mengakibatkan timbulnya gangguan menstruasi
antara lain gangguan hormonal, tinggi rendahnya IMT (Indeks Massa Tubuh), status gizi,
serta tingkat stres dan faktor stres dapat mempengaruhi produksi hormon kortisol yang
berdampak pada hormon estrogen perempuan. Stres merupakan salah satu penyebab
terjadinya gangguan pada siklus menstruasi. Seorang wanita yang mengalami stres akan
memicu pelepasan hormon kortisol yang mana hormon ini sebagai hormon untuk
mengetahui stres seseorang. Stres mempengaruhi terjadinya kegagalan pada produksi FSH
(Folikel Stimulating Hormone) dan LH (Luitenizing Hormone) di hipotalamus yang mana
akan mengakibatkan terjadinya gangguan pada produksi estrogen dan progesteron
sehingga terjadilah gangguan siklus menstruasi yang mana salah satunya merupakan
oligomenorea.
Oligomenorea merupakan perdarahan ringan yang jarang terjadi atau tidak normal pada
wanita yang sedang menstruasi. Kondisi ini mengacu pada siklus menstruasi yang biasanya
normal bergeser jadi lebih dari 35 hari. Atau wanita yang memiliki kurang dari sembilan
periode menstruasi dalam setahun. Oligomenore dapat mengakibatkan kekhawatiran karena
siklus haid yang memanjang dan membuat wanita kesulitan dalam menghitung masa
suburnya, selain itu oligomenore
yang berlangsung lama dapat menyebabkan defisiensi hormon estrogen, hal ini akan
memicu gejala penyerta seperti penyusutan ukuran payudara, vagina kering dan
menurunnya libido. Wanita dengan oligomenore memerlukan asuhan kebidanan agar dapat
mengatasi dampak dari silklus menstruasi yang memanjang seperti rasa cemas pada ibu,
misalnya karena kesulitan dalam menghitung masa suburnya, dimana jika rasa cemas tidak
teratasi akan menjadi stres emosional pada penderita sehingga dapat memperburuk
terjadinya kelainan haid lebih lanjut.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Bieniasz J et al tentang gangguan menstruasi, terdapat
prevalensi oligomenorea 50%, amenorea primer 5,3%, amenorea sekunder 18,4%, dan
gangguan campuran sebanyak 15,8% di dunia. Hasil (Riskesdas) Riset Kesehatan Dasar
pada tahun 2010 menyatakan bahwa 13,7% prevalensi perempuan di Indonesia yang
berusia 10-59 tahun mengalami menstruasi tidak teratur. Dan presentase tertinggi
menstruasi tidak terdapat di daerah Gorontalo sebesar 23,3% dan yang terendah di daerah
Sulawesi Tenggara (8,7%), dan di daerah Lampung (11,3%). Pada tahun 2013 hasil
(Riskesdas) Riset Kesehatan Dasar menyatakan bahwa 76,7% perempuan di Indonesia
yang berusia 20-24 tahun memiliki siklus menstruasi teratur dan 14,4% perempuan usia 20-
24 tahun mengalami menstruasi yang tidak teratur. Sedangkan presentase perempuan
dengan siklus menstruasi teratur di Provinsi Sumatera Utara sekitar 68,3% dan presentase
perempuan dengan siklus menstruasi yang tidak teratur sebesar 11,6%.

BAB 1
Oligomenorea dari sisi barat

1.1 Anatomi Sistem Reproduksi Wanita


1.1.1. Perkembangan Pranatal
Perempuan memiliki kromosom seks dengan konfigurasi XX. Selama fase embrionik,
sel-sel tersebut berkembang menjadi system reproduksi yang akan mengalami
diferensiasi. Sebelumnya, system reproduksi perempuan dan laki-laki berkembang
dari gonad yang sama yang memiliki potensial untuk berkembang menjadi genital
laki-laki dan perempuan. Deferensisasi embrio ini, dipengaruhi oleh konfigurasi
genetic dan hormone-hormon. Pada akhir minggu ke-12 dari kehamilan, pada embrio
perempuan, struktur-struktur internal (uterus, tuba falopii, dan sepertiga bagian
dalam vagina) berkembang dari system ductus Mullerian, sedamgkan system ductus
wolffian mengalami regresi.

1.1.2. Perkembangan saat pubertas


Saat pubertas, perempuan biasanya antara usia 9-16 tahun, terjadi perubahan
system reproduksi. Berkembangnya seks sekunder dan primer yang berkarakteristik
dipengaruhi oleh hormone estrogen. Tanda-tanda pubertas yaitu baik itu eksternal
( puting dan payudara yang berkembang serta areola yang membesar, tumbuhnya
rambut aksila dan pubis, panggul yang melebar) atau internal (uterus dan ovarium)
yang berkembang dan matang. Kemudian, menarke, yaitu mulainya menstruasi,
biasanya terjadi antara usia 12 hingga 13 tahun.

1.1.3. Perubahan akibat penuaan


Perubahan yang terjadi di fase ini, biasanya dimulai selama decade kelima dalam
kehidupan, yaitu kebanyakan perempuan mengalami menopause diawal usia 50-an.
Pada saat itu, reduksi hormone estrogen akhirnya menyebabkan penghentian
mestruasi yang bersamaan dengan gejala khas penurunan produksi hormone.

1.2 Menstruasi
1.2.1. Definisi Menstruasi
Menstruasi adalah proses pelepasan dinding rahim atau endometrium disertai
perdarahan dan mengandung sel telur yang tidak dibuahi. Menstruasi terjadi setiap
bulannya secara priodik dan siklik normal dari rahim sebagai tanda bahwa telah
matangnya organ reproduksi. Normalnya perempuan yang sedang mengalami siklus
haid rata-rata terjadi sekitar 28 hari, lama menstruasi yaitu 3-6 hari, dan banyaknya
jumlah darah yang keluar adalah 20-80 ml.

1.2.2. Fisiologi Menstruasi


Menstruasi dapat disebabkan berkurangnya hormon esterogen dan progesteron
secara tiba-tiba. Terutama pada hormon progesteron pada akhir siklus ovarium
dengan mekanisme
Fisiologi mentsruasi yaitu sebagai berikut:
1. Stadium menstruasi
Stadium ini berlangsung selama 3-7 hari. Pada saat stadium ini berproses,
perdarahan terjadi karena selaput rahim dilepaskan sehingga timbullah perdarahan.
2. Stadium prolifrasi
Stadium ini berlangsung selama 7-9 hari. Stadium ini dimulai sejak berhentinya
menstruasi sampai hari ke 14. Dimulai dari pertumbuhan desidua fungsional yang
akan mempersiapkan rahim untuk pelekatan janin. Dan diantara hari ke 12 – 14
dapat terjadi pelepasan sel telur.
3. Stadium sekresi
Stadium ini berlangsung selama 11 hari. Masa sekresi ini adalah 24 masa sesudah
terjadinya ovulasi.
4. Stadium premenstruasi
Stadium premenstruasi ini berlangsung selama 3 hari.

1.2.3. Gangguan Siklus Menstruasi


Gangguan menstruasi merupakan gangguan yang sering dikeluhkan pada wanita.
Siklus menstruasi yang normal berlangsung dalam kisaran 21-35 hari dan rata-rata
terjadi selama 28 hari. Klasifikasi dari gangguan menstruasi adalah berikut:
1. Kelainan dibanyaknya darah serta lamanya perdarahan pada menstruasi:
Hipermenorea atau menoragia dan Hipomenorea
2. Kelainan siklus menstruasi: Polimenorea, Oligomenorea, dan Amenorea
3. Kelainan perdarahan di luar menstruasi: Metroragia
4. Gangguan lain yang ada hubungan dengan menstruasi: Premenstrual tension
(ketegangan pra haid), Mastodinia, Mittelschmerz (rasa nyeri pada ovulasi) dan di
Dismenorea.

Adapun gangguan siklus menstruasi yaitu amenorea, oligomenore, polimenorea,


dan metroragia.
1. Oligomenorea
Oligomenorea adalah menstruasi dengan siklus lebih panjang dari normal atau
lebih dari 35 hari. Oligomenorea ini banyak terjadi pada sindroma ovarium
polikistik yang dapat disebabkan oleh peningkatan dari hormon androgen
sehingga dapat terjadi gangguan ovulasi.
2. Polimenorea
Polimenorea adalah menstruasi dengan siklus lebih panjang dari normal atau
kurang dari 21 hari. Polimenore ini terjadi karena adanya peradangan sehingga
dapat menimbulkan bermacam-macam gangguan endokrin yang bisa
menyebabkan terjadinya gangguan ovulasi, fase luteal memendek, dan kongesti
ovarium karena terjadinya peradangan.
3. Amenorea
Amenorea adalah keadaan dimana tidak terjadi atau tidak mengalami
menstruasi pada seorang perempuan dengan mencakup salah satu dari tiga
tanda dibawah ini sebagai berikut:
1) Sampai usia 14 tahun tidak mengalami menstruasi, diikuti tidak adanya
perkembangan dan pertumbuhan tanda kelamin sekunder.
2) Sampai usia 16 tahun tidak mengalami menstruasi, diikuti adanya
pekembangan dan petumbuhan tanda kelamin sekunder.
3) Selama 3 bulan berturut-turut tidak mengalami menstruasi pada perempuan
yang pernah mengalami menstruasi.
4. Metroragia
Metrogia merupakan perdarahan yang ireguler yang bisa terjadi diantara 2 waktu
mentruasi, kejadian tersebut dapat disebabkan oleh luka, peradangan,
hormonal, hipofisis, karsinoma korpus uteri, tumor atau ovarium polikistik, psikis,
dan kelainan metabolik, serta penyakit akut maupun kronik.

1.2.4. Oligomenorea
Oligomenorea adalah memanjangnya siklus mentruasi lebih dari 35 hari, tetapi
jumlah perdarahannya tetap sama. Penyebab dari oligomenorea adalah
perpanjangan fase stadium folikuller dan fase stadium stadium luteal, serta pengaruh
psikis juga bisa pengaruh penyakit Tuberkulosis.
Perempuan yang mengalami oligomenorea ini akan mengalami mentsruasi yang
lebih jarang dari biasanya. Namun, jika siklus menstruasi ini berhentinya berlangsung
lebih lama dari 3 bulan, kondisi ini tidak lagi oligomenorea, tetapi amenorea
sekunder.
Penyebab terjadinya oligomenorea akibat karena adanya gangguan keseimbangan
hormonal pada aksis hipotalamus-hipofisis-ovarium. Gangguan hormon tersebut
dapat menyebabkan siklus menstruasi normal menjadi memanjang sehingga
menstruasi menjadi lebih jarang terjadi. Gangguan menstruasi oligomenorea ini
sering terjadi pada 3-5 tahun pertama setelah haid pertama ataupun beberapa tahun
menjelang menopause tiba.
Faktor dari oligomenorea ini bisa terjadi karena stres, penyakit kronik, penurunan
berat badan berlebihan, olahraga berlebihan misalnya atlet, adanya tumor yang
melepaskan estrogen, penggunaan obat-obatan tertentu.

1.2.5. Faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakteraturan menstruasi


Adapun beberapa faktor yang dapat mempengaruhi siklus menstruasi yang tidak
normal atau panjang dan pendek yaitu:
1. Faktor hormonal
Hormon yang berperan dalam terjadinya menstruasi yaitu FSH, LH, Estrogen dan
Progesteron.
2. Faktor enzim
Endometrium memiliki enzim hidrolitik yang dapat merusak sel berperan dalam
sintesis protein, yang dapat mengganggu metabolisme sehingga mengakibatkan
regresi endometrium dan terjadinya perdarahan.
3. Faktor vaskuler
Pada saat fase proliferasi akan terjadi pembentukan sistem vaskulerisasi di dalam
sebuah fungsional endometrium. Pada pertumbuhan endometrium, ikut pula arteri,
vena dan berhubungan keduanya.
4. Faktor prostaglandin
Endometrium mengandung prostaglandin E2 dan F2. Karena adanya desintegrasi
endometrium, prostaglandin akan terlepas dan bisa menyebabkan kontraksi
miometrium sebagai suatu faktor untuk membatasi perdarahan pada saat mentruasi.

1.3 Penegakan diagnose


Walaupun sama-sama jenis gangguan menstruasi, oligomenorea
dan menorrhagia merupakan kondisi yang berbeda. Menorrhagia ditandai
dengan menstruasi lebih dari 7 hari dengan darah yang keluar melebihi jumlah normal.
Akibatnya, penderita menorrhagia sering mengganti pembalut yang penuh darah kurang
dari 2 jam sekali.
Sementara itu, oligomenorea terjadi ketika seorang wanita hanya mengalami haid 4–9
kali dalam setahun. Jumlah darah yang keluar juga dapat lebih sedikit dari biasanya
(hipomenorea). Oligomenorea juga berbeda dengan amenorea. Pada amenorea,
penderitanya dapat tidak kunjung haid walaupun sudah masuk masa pubertas.

Gejala utama yang dapat muncul pada penderita oligomenorea antara lain:
1. Siklus menstruasi yang tidak teratur
2. Darah yang keluar sedikit
3. Tidak mengalami haid selama 35 hari atau lebih
4. Menstruasi tidak lebih dari 9 kali dalam setahun

Penderita oligomenorea juga dapat mengalami beberapa gejala berikut:


1. Sakit kepala
2. Masalah kulit, seperti jerawat
3. Sensasi panas (hot flashes)
4. Sakit perut
5. Keputihan

1.4 Diagnosa banding


1. Kehamilan
2. Gangguan menstruasi
3. Infertilitas
4. Perimenopause
5. Menopause

1.5 Terapi dan Tata Laksana


1.5.1. Terapi Umum
Pengobatan oligomenorea tergantung pada penyebab yang mendasarinya dan
kondisi kesehatan pasien secara keseluruhan. Jika oligomenorea terjadi akibat pola
hidup tidak sehat, maka dokter akan menganjurkan pasien untuk melakukan
perubahan pola hidup, seperti:
1. Berolahraga rutin
2. Menjaga berat badan ideal
3. Mengonsumsi makanan bergizi lengkap dan seimbang
4. Mengelola stres
5. Beristirahat dan tidur dengan cukup
6. Berhenti merokok

Selain menjalani pola hidup sehat, pasien akan dianjurkan untuk menjalani terapi
hormone. Terapi hormon bertujuan untuk mengatur siklus menstruasi pasien agar
lebih teratur. Jenis terapi hormon yang dapat digunakan antara lain:
1. Penggantian metode kontrasepsi
Oligomenorea yang dialami pasien dapat terjadi akibat penggunaan alat
kontrasepsi yang tidak sesuai. Oleh karena itu, dokter akan menyarankan
metode kontrasepsi lain.
2. Gonadotropin releasing hormone (GnRH)
Obat-obatan golongan GnRH dapat diberikan untuk mengatasi
oligomenorea. Jenis obat-obatan ini tidak dianjurkan untuk dikonsumsi dalam
jangka panjang. Oleh karena itu, ikuti saran dari dokter untuk mencegah
timbulnya efek samping.
Sementara jika oligomenorea disebabkan oleh infeksi, dokter akan mengobatinya
dengan antibiotik. Jika oligomenorea disebabkan oleh tumor atau kanker, dokter
akan menyarankan operasi dan terapi radiasi atau kemoterapi.

1.5.2. Tata Laksana


Setelah melakukan tanya jawab dengan pasien mengenai gejala dan riwayat
menstruasi yang dialami pasien, serta riwayat kesehatan pasien dan keluarganya.
Dokter juga akan menanyakan riwayat konsumsi obat-obatan dan
penggunaan kontrasepsi hormonal.
Setelah tanya jawab, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik, terutama pada area
vagina dan leher rahim, dilanjutkan dengan pemeriksaan di area perut. Untuk
menegakkan diagnosis, dokter akan melakukan pemeriksaan penunjang, yang
meliputi:
 Tes darah, untuk mengetahui kadar hormon, seperti thyroid stimulating
hormone (TSH), follicle stimulating hormone (FSH), luteinizing
hormone (LH), prolactin, human chorionic gonadotropin (HCG) dan 17-
hydroxyprogesterone (17-OHP), serta memeriksa kadar gula darah
 Tes urine, untuk mendeteksi kehamilan, infeksi, atau penyakit menular
seksual
 USG kandungan, untuk mendeteksi tanda-tanda peradangan dan PCOS
 USG tiroid, untuk mendeteksi pembesaran atau tumor pada kelenjar tiroid
 CT scan panggul, untuk melihat kondisi organ reproduksi lebih jelas

1.5.3 Pencegahan Oligomenorea


Cara untuk mencegah oligomenorea adalah dengan menghindari penyebab
terjadinya kondisi ini. Upaya pencegahan tersebut antara lain:
 Membatasi makanan tinggi gula untuk menurunkan dan mencegah peningkatan
kadar gula darah
 Menjaga berat badan ideal dengan mengonsumsi makanan yang sehat dan
bergizi seimbang, serta rutin berolahraga
 Mengelola stres dengan baik, misalnya dengan meditasi atau yoga
 Beristirahat dan tidur yang cukup
 Tidak merokok
 Berkonsultasi ke dokter segera jika mengalami gangguan siklus menstruasi

BAB II
Oligomenore versi TCM

2.1 Patomekanisme

Pada prinsip TCM, gangguan menstruasi sering disebabkan serangan dari penyebab
penyakit dari luar, pengaruh tujuh emosi yang abnormal, pola makan yang tidak benar,
istirahat dan beraktivitas tidak seimbang, serta hubungan seksual yang berlebihan.
Penyebab-penyebab tersebut umumnya dapat menimbulkan penyakit pada tubuh
dikarenakan Qi/energi dan Xue/darah kurang, kinerja Zang Fu/ organ dalam tidak
normal, Qi dan Xue yang tidak serasi, sehingga merusak fungsi dari Shen/ginjal dan
partikel renik yang menguasai menstruasi yang disebut Tian Kui, selain itu juga dapat
mengganggu keseimbangan fungsi meridian Cong dan Ren serta Rahim.
Dalam TCM, pengobatan untuk gangguan menstruasi diarahkan untuk meregulasi
menstruasi, yang mencakup meregulasi Qi dan Xue, menambahkan kekuatan fungsi
Shen/Ginjal dan Pi/Limpa, serta melancarkan Qi pada Gan/Hati. Oligomonera dalam
TCM, disebut sebagai waktu menstruasi datangnya tidak menentu. Penyebabnya terjadi
hal ini menurut TCM disebabkan oleh dua hal yaitu:
- Depresi Gan/Hati hingga aliran Qi tidak lancer
Depresi atau marah dapat merusak fungsi Gan/hati, sehingga fungsi Shu Xie/
pelancar tidak berjalan dengan baik, yang kemudian menjadikan meridian Chong
tidak dapat menyimpan atau mengeluarkan darah dengan normal, sehingga
akibatnya siklus menstruasi menjadi kacau.
- Shen Qi (Qi dalam Shen/ginjal) lemah
Shen Qi lemah dapat disebabkan pembawaan sejak lahir atau terlalu Lelah yang
berdampak pada terkurasnya Shen Qi. Akibat dari Shen Qi lemah adalah meridian
Chong ikut menjadi kosong, sehingga tidak dapat mengontrol pengeluaran
menstruasi, yang kemudian menyebabkan waktu menstruasi tidak teratur.
Dalam pengobatannya, TCM menggunakan terapi Akupuntur dan herbal disesuaikan
dengan sindrom masing-masing.

2.2 Terapi
2.2.1 Akupuntur
Akupunktur sangat efektif dalam meningkatkan fungsi reproduksi penderita. Hal ini
telah dibuktikan melalui penelitian mengenai efektifitas dan akurasi akupuntur
terhadap Oligomenore yang mengatakan bahwa mekanisme hipotetis dari efek
akupunktur pada penelitian ini penstimulasian jarum akupunktur pada otot rangka
merangsang ergoreseptor yang mengaktifkan serabut saraf sensorik aferen. Sinyal-
sinyal ini ditransmisikan ke sumsum tulang belakang, di mana mereka dapat
memodulasi keluaran simpatik ke organ target di area persarafan yang sama melalui
refleks tulang belakang. Sinyal juga mencapai sistem saraf pusat melalui jalur
supraspinal, dan di sini mereka dapat memberikan efek sentral. β-endorphin
hipotalamus telah terlibat dalam efek akupunktur. Ini memodulasi sistem otonom
tetapi juga dapat mengubah pelepasan hormon pelepas gonadotropin dan hormon
pelepas kortikotropin. Hormon-hormon ini memberikan efek pada fungsi reproduksi
(melalui LH dan FSH), fungsi adrenal (hormon adrenokortikotropik), dan fungsi
pankreas (sirkulasi β-endorphin).

Titik-titik akupuntur yang diberikan:


- Gan/Hati terdepresi hingga Qi tidak lancer:
 Gan Shu, Qi Men, Zhong Ji, Tai chong, San Yin Jiao
 Alasan yang terjadi saat penggunaan titik Gan Shu dan Qi Men pada
kombinasi titik Shu yang berada pada punggung dan titik Mu yang berada di
ventral mempunyai efek melancarkan Gan Qi; Tai Chong merupakan titik
Yuan, juga dapat melancarkan Gan Qi dan Zhong ji digunakan untuk
menguatkan meridian Cong dan Ren. San Yin Jiao merupakan titik
pertemuan dari tiga meridian Yin kaki.
 Kombinasi keempat titik ini dapat membantu menghilangkan depresi pada
Gan/Hati dan mengembalikan keharmonisan fungsi meridian Cong dan Ren,
sehingga menstruasi dapat kembali tepat pada waktunya.

- Shen Qi (Qi dalam Shen/ginjal) lemah


 Shen Shu, Zhi Shi, Guan Yuan, Zhong Ji, Qi Xue, San Yin Jiao, Shui Quan
 Alasan pemakaian titik karena Shen Shu merupakan titik Shu dari
Shen/ginjal untuk menambah Jing bawaan; Zhi Shi, biasa digunakan untuk
menambah kekuatan dari Shen Shu; Guan Yuan, Zhong Ji merupakan titik
meridian Ren, berfungsi mengatur menstruasi
 Kombinasi dengan titik – titik lainnya dapat menghasilkan efek mengatur
menstruasi yang bersifat Shen/ginjal lemah.

BAB III
Kesimpulan

Penanganan medis untuk Oligomenore dapat menggunakan salah satu dari medis barat dan
medis timur, atau bisa juga melakukan kombinasi dikedua medis ini, dimana kedua nya
apabila digunakan dalam porsi yang benar dan tepat, akan dapat mengatur menstuasi
sehingga dapat tepat pada waktunya. Protocol medis barat akan sangat membantu
menghilangkan gejala yang muncul namun apabila tidak di perbaiki akar masalah nya
(sindrom TCM), gejala akan muncul kembali suatu hari nanti. Karena dari itu, medis timur
membantu mencari akar permasalahan tersebut, dan menerapi ketidak seimbangan yang
terjadi, sehingga tubuh dapat mencapai kesehatan yang homeostatis dan holistic.
DAFTAR PUSTAKA

Ambarita, B., dan Butarbutar, D. S. PREVALENSI GANGGUAN MENSTRUASI PADA


AKSEPTOR IMPLAN. Jurnal Ilmu Keperawatan, Vol. 2, No.1, Hal 8-13. Januari 2022.
Firzaman, D. M., Alatas, H. S., dan Ernawati. KARAKTERISTIK DURASI MENSTRUASI
PADA KASUS OLIGOMENORHEA MAHASISWA STIK BUDI KEMULIAAN TAHUN 2021.
Jurnal Kebidananan dan Kesehatan Reproduksi. 10 Januari 2022.
Hilmiati, dan Saparwati, M. HUBUNGAN TINGKAT STRES DENGAN LAMA MENSTRUASI
PADAMAHASISWI. Jurnal Keperawatan Volume 4 No 2, Hal 91 - 96, November 2016.
Semarang: IKKes Universitas Muhammadiyah.
https://journals.lww.com/md-journal/Fulltext/2022/02180/
Efficacy_and_safety_of_acupuncture_on.3.aspx
https://www.sehatq.com/penyakit/oligomenore
Price, S. A., dan Wilson, L. M. PATOFISIOLOGI: KONSEP KLINIS PROSES-PROSES
PENYAKIT. Vol. 2, ed. 6. Buku Kedokteran EGC:2003.
Jie, S. K. ILMU TERAPI AKUPUNTUR DAN HERBA. 2021. SituSeni: Bandung.
Wahyuni, M., Decroli, E., dan Lasmini, P.S. Hubungan Resistensi Insulin dengan Gambaran
Klinis Sindrom Ovarium Polikistik. Jurnal Kesehatan Andalas, Vol. 4, Ed. 3, Hal 908-916.
2015.

Anda mungkin juga menyukai