PENDAHULUAN..
A. Latar Belakang
Menstruasi atau haid mengacu kepada pengeluaran secara periodic
darah dan sel-sel tubuh dari vagina yang berasal dari dinding rahim
wanita. Menstruasi dimulai saat pubertas dan menandai kemampuan
seorang wanita untuk mengandung anak, walaupun mungkin faktor-faktor
kesehatan lain dapat membatasi kapasitas ini. Menstruasi biasanya dimulai
antara umur 10 dan 16 tahun, tergantung pada berbagai faktor, termasuk
kesehatan wanita, status nutrisi, dan berat tubuh relatif terhadap tinggi
tubuh. Menstruasi berlangsung kira-kira sekali sebulan sampai wanita
mencapai usia 45 50 tahun, sekali lagi tergantung pada kesehatan dan
pengaruh-pengaruh lainnya. Akhir dari kemampuan wanita untuk
bermenstruasi disebut menopause dan menandai akhir dari masa-masa
kehamilan seorang wanita. Panjang rata-rata daur menstruasi adalah 28
hari, namun berkisar antara 21 hingga 40 hari. Panjang daur dapat
bervariasi pada satu wanita selama saat-saat yang berbeda dalam
hidupnya, dan bahkan dari bulan ke bulan tergantung pada berbagai hal,
termasuk kesehatan fisik, emosi, dan nutrisi wanita tersebut.
Menstruasi merupakan bagian dari proses reguler yang
mempersiapkan tubuh wanita setiap bulannya untuk kehamilan. Daur ini
melibatkan beberapa tahap yang dikendalikan oleh interaksi hormon yang
dikeluarkan oleh hipotalamus, kelenjar dibawah otak depan, dan indung
telur. Pada permulaan daur, lapisan sel rahim mulai berkembang dan
menebal. Lapisan ini berperan sebagai penyokong bagi janin yang sedang
tumbuh bila wanita tersebut hamil. Hormon memberi sinyal pada telur di
dalam indung telur untuk mulai berkembang. Tak lama kemudian, sebuah
telur dilepaskan dari indung telur wanita dan mulai bergerak menuju tuba
Falopii terus ke rahim. Bila telur tidak dibuahi oleh sperma pada saat
berhubungan intim (atau saat inseminasi buatan), lapisan rahim akan
berpisah dari dinding uterus dan mulai luruh serta akan dikeluarkan
1
melalui vagina. Periode pengeluaran darah, dikenal sebagai periode
menstruasi (atau mens, atau haid), berlangsung selama tiga hingga tujuh
hari. Bila seorang wanita menjadi hamil, menstruasi bulanannya akan
berhenti. Oleh karena itu, menghilangnya menstruasi bulanan merupakan
tanda (walaupun tidak selalu) bahwa seorang wanita sedang hamil.
Kehamilan dapat di konfirmasi dengan pemeriksaan darah sederhana.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
1) Menjelaskan patofisiologi dan asuhan keperawatan
gangguan dalam menstruasi.
2. Tujuan khusus
1) Menjelaskan definisi dari menstruasi
2) Menjelaskan siklus menstruasi
3) Menjelaskan definisi dari gangguan dalam menstruasi
4) Menjelaskan definisi dari macam macam gangguan dalam
menstruasi
5) Menjelaskan patofisiologi dari macam macam gangguan
dalam menstruasi
6) Menjelaskan manifestasi klinis gangguan dalam mentruasi
7) Menjelaskan penatalaksanaan medis dari macam macam
gangguan dalam mentruasi
8) Menjelaskan Web of Caution dari macam macam
gangguan dalam menstruasi
9) Menjelaskan Asuhan Keperawatan klien dengan gangguan
dalam menstruasi
C. Rumusan Masalah
1) Apakah definisi menstruasi ?
2) Bagaimana siklus menstruasi ?
3) Apakah definisi dari gangguan dalam menstruasi ?
2
4) Apakah definisi dari macam - macam gangguan dalam
menstruasi ?
5) Bagaimana patofisiologi dari macam - macam gangguan dalam
menstruasi ?
6) Bagaimana manifestasi klinis gangguan dalam mentruasi ?
7) Bagaimana penatalaksanaan medis dari macam - macam
gangguan dalam mentruasi ?
8) Bagaimana Web of Caution dari macam - macam gangguan
dalam menstruasi ?
9) Bagaimana Asuhan Keperawatan klien dengan gangguan dalam
menstruasi ?
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Menstruasi
Menstruasi adalah perdarahan vagina secara berkala akibat
terlepasnya lapisan endometrium uterus. Fungsi menstruasi normal
merupakan hasil interaksi antara hipotalamus, hipofisis, dan ovarium
dengan perubahan terkait pada jaringan sasaran pada saluran reproduksi
normal, ovarium memainkan peranan penting dalam proses ini, karena
tampaknya bertanggung jawab dalam pengaturan perubahan perubahan
siklik maupun lama siklus menstruasi (Greenspan et al, 1998).
Menstruasi adalah keluarnya darah melalui vagina, yang berasal
dari rahim, berlangsung secara teratur, sebagai aspek dari kerja hormon-
hormon retorik (Yanto Kadarusman,2000).
Menstruasi adalah pelepasan dinding rahim (endometrium) yang
disertai dengan pendarahan dan terjadi setiap bulannya kecuali pada saat
kehamilan. Menstruasi yang terjadi terus menerus setiap bulannya disebut
sebagai siklus menstruasi. menstruasi biasanya terjadi pada usia 11 tahun
dan berlangsung hingga anda menopause (biasanya terjadi sekitar usia 45
55 tahun). Normalnya, menstruasi berlangsung selama 3 7 hari.
B. Siklus menstruasi
Siklus menstruasi bervariasi pada tiap wanita dan hampir 90%
wanita memiliki siklus 25 35 hari dan hanya 10-15% yang memiliki
panjang siklus 28 hari, namun beberapa wanita memiliki siklus yang tidak
teratur dan hal ini bisa menjadi indikasi adanya masalah kesuburan.
Panjang siklus menstruasi dihitung dari hari pertama periode
menstruasi hari dimana pendarahan dimulai disebut sebagai hari pertama
yang kemudian dihitung sampai dengan hari terakhir yaitu 1 hari
sebelum perdarahan menstruasi bulan berikutnya dimulai.
4
Seorang wanita memiliki 2 ovarium dimana masing-masing
menyimpan sekitar 200.000 hingga 400.000 telur yang belum
matang/folikel (follicles). Normalnya, hanya satu atau beberapa sel telur
yang tumbuh setiap periode menstruasi dan sekitar hari ke 14 sebelum
menstruasi berikutnya, ketika sel telur tersebut telah matang maka sel telur
tersebut akan dilepaskan dari ovarium dan kemudian berjalan menuju tuba
falopi untuk kemudian dibuahi. Proses pelepasan ini disebut dengan
OVULASI.
Pada permulaan siklus, sebuah kelenjar didalam otak melepaskan
hormon yang disebut Follicle Stimulating Hormone (FSH) kedalam aliran
darah sehingga membuat sel-sel telur tersebut tumbuh didalam ovarium.
Salah satu atau beberapa sel telur kemudian tumbuh lebih cepat daripada
sel telur lainnya dan menjadi dominant hingga kemudian mulai
memproduksi hormon yang disebut estrogen yang dilepaskan kedalam
aliran darah. Hormone estrogen bekerjasama dengan hormone FSH
membantu sel telur yang dominan tersebut tumbuh dan kemudian memberi
signal kepada rahim agar mempersiapkan diri untuk menerima sel telur
tersebut. Hormone estrogen tersebut juga menghasilkan lendir yang lebih
banyak di vagina untuk membantu kelangsungan hidup sperma setelah
berhubungan intim.
Ketika sel telur telah matang, sebuah hormon dilepaskan dari
dalam otak yang disebut dengan Luteinizing Hormone (LH). Hormone ini
dilepas dalam jumlah banyak dan memicu terjadinya pelepasan sel telur
yang telah matang dari dalam ovarium menuju tuba falopi. Jika pada saat
ini, sperma yang sehat masuk kedalam tuba falopi tersebut, maka sel telur
tersebut memiliki kesempatan yang besar untuk dibuahi.
Sel telur yang telah dibuahi memerlukan beberapa hari untuk
berjalan menuju tuba falopi, mencapai rahim dan pada akhirnya
menanamkan diri didalam rahim. Kemudian, sel telur tersebut akan
membelah diri dan memproduksi hormon Human Chorionic
5
Gonadotrophin (HCG). Hormone tersebut membantu pertumbuhan embrio
didalam rahim.
Jika sel telur yang telah dilepaskan tersebut tidak dibuahi, maka
endometrium akan meluruh dan terjadilah proses menstruasi.
6
Hypopalsia Uteri, menurut beratnya hipoplasia
dapat mengakibatkan amenorrhoe (uterus sangat
kecil), hipermenorrhoe (uterus kecil jadi luka
kecil).
Astheni, Menorrhagia terjadi karena tonus otot
pada umumnya kurang.
Sealama atau sesudah menderita suatu penyakit
atau karena terlalu lelah, juga karena tonus otot
kurang.
Hypertensi.
Decompensatio cordis.
Infeksi : endometriosis, salphingitis.
Retroflexio uteri, karena kandungan pembuluh
darah balik.
Penyakit darah : Hemofili
7
akibat dari penurunan kadar esterogen dan progesteron akibat
involusi korpus luteum.
Siklus anovulasi pada umumnya terjadi 2 tahun pertama
setelah menstruasi awal yang disebabkan oleh HPO axis yang
belum matang. Siklus anovulasi juga terjadi pada beberapa
kondisi patologis.
Pada siklus anovulasi, perkembangan folikel terjadi
dengan adanya stimulasi dari FSH, tetapi dengan berkurangnya
LH, maka ovulasi tidak terjadi. Akibatnya tidak ada korpus
luteum yang terbentuk dan tidak ada progesteron yang
disekresi. Endometrium berplroliferasi dengan cepat, ketika
folikel tidak terbentuk produksi esterogen menurun dan
mengakibatkan perdarahan. Kebanyakan siklus anovulasi
berlangsung dengan pendarahan yang normal, namun
ketidakstabilan poliferasi endometrium yang berlangsung tidak
mengakibatkan pendarahan hebat.
Manifestasi klinis: Menorrhagia yang berat dapat
menyebabkan anemia.
Gejala lain yang dapat menyertainya antara lain :
1) Sakit kepala
2) Kelemahan
3) Kelelahan
4) Kesemutan pada kaki dan tangan
5) Meriang
6) Penurunan konsentrasi
8
Terapi untuk menorrhagia, yaitu :
1) Suplemen zat besi (jika kondisi menorrhagia
disertai anemia, kelainan darah yang disebabkan
oleh defisiensi sel darah merah atu hemoglobin).
2) Prostaglandin inhibitor seperti medications
(NSAID), seperti aspirin atau ibuprofen.
3) Kontrasepsi oral (ovulation inhibitor)
4) Progesteron (terapi hormone
5) Hysteroctomy (operasi untuk menghilangkan
uterus)
b. Hipomenorea
Adalah perdarahan haid yang lebih pendek dan atau
lebih kurang dari biasa.
Sebab-sebab :
Hipomenorea disebabkan oleh karena kesuburan
endometrium kurang akibat dari kurang gizi, penyakit
menahun maupun gangguan hormonal.
Tindakan Bidan :
Merujuk ke fasilitas yang lebih tinggi dan lengkap.
2. Kelainan Siklus
Dibagi menjadi 3 yaitu :
1) Polimenorea
Polimenorrhea adalah kelainan haid dimana siklus
kurang dari 21 hari dan menurut literatur lain siklus lebih
pendek dari 25 hari.
Etiologi
Bila siklus pendek namun teratur ada kemungkinan
stadium proliferasi pendek atau stadium sekresi pendek
9
atau kedua stadium memendek. Yang paling sering
dijumpai adalah pemendekan stadium proliferasi. Bila
siklus lebih pendek dari 21 hari kemungkinan melibatkan
stadium sekresi juga dan hal ini menyebabkan infertilitas.
Siklus yang tadinya normal menjadi pendek
biasanya disebabkan pemendekan stadium sekresi karena
korpus luteum lekas mati. Hal ini sering terjadi pada
disfungsi ovarium saat klimakterium, pubertas atau
penyakit kronik seperti TBC.
Terapi
Keadaan ini dapat diperbaiki dengan menggunakan
terapi hormonal. Stadium proliferasi dapat diperpanjang
dengan estrogen dan stadium sekresi dapat diperpanjang
dengan kombinasi estrogen-progesteron.
2) Oligomenorea
Oligomenorrhea disebut juga sebagai haid jarang atau
siklus panjang. Oligomenorrhea terjadi bila siklus lebih dari 35
hari. Darah haid biasanya berkurang.
Etiologi
Oligomenorrhea biasanya berhubungan dengan
anovulasi atau dapat juga disebabkan kelainan endokrin
seperti kehamilan, gangguan hipofise-hipotalamus, dan
menopouse atau sebab sistemik seperti kehilangan berat
badan berlebih.
Oligomenorrhea sering terdapat pada wanita astenis.
Dapat juga terjadi pada wanita dengan sindrom ovarium
polikistik dimana pada keadaan ini dihasilkan androgen
yang lebih tinggi dari kadara pada wanita normal.
Oligomenorrhea dapat juga terjadi pada stress fisik
dan emosional, penyakit kronis, tumor yang mensekresikan
10
estrogen dan nutrisi buruk. Oligomenorrhe dapat juga
disebabkan ketidakseimbangan hormonal seperti pada awal
pubertas.
Oligomenorrhea yang menetap dapat terjadi akibat
perpanjangan stadium folikular, perpanjangan stadium
luteal, ataupun perpanjang kedua stadium tersebut. Bila
siklus tiba-tiba memanjang maka dapat disebabkan oleh
pengaruh psikis atau pengaruh penyakit.
Gejala
Gejala oligomenorrhea terdiri dari periode
menstruasi yang lebih panjang dari 35 hari dimana hanya
didapatkan 4-9 periode dalam 1 tahun. Beberapa wanita
dengan oligomenorrhea mungkin sulit hamil. Bila kadar
estrogen yang menjadi penyebab, wanita tersebut mungkin
mengalami osteoporosis dan penyakit kardiovaskular.
Wanita tersebut juga memiliki resiko besar untuk
mengalami kanker uterus.
Pengobatan
Pengobatan oligomenorrhea tergantung dengan
penyebab. Pada oligomenorrhea dengan anovulatoir serta
pada remaja dan wanita yang mendekati menopouse tidak
memerlukan terapi. Perbaikan status gizi pada penderita
dengan gangguan nutrisi dapat memperbaiki keadaan
oligomenorrhea. Oligomenorrhea sering diobati dengan pil
KB untuk memperbaiki ketidakseimbangan hormonal.
Pasien dengan sindrom ovarium polikistik juga sering
diterapi dengan hormonal. Bila gejala terjadi akibat adanya
tumor, operasi mungkin diperlukan. Pengobatan alternatif
lainnya dapat menggunakan akupuntur atau ramuan herbal.
11
Komplikasi
Komplikasi yang paling menakutkan adalah
terganggunya fertilitas dan stress emosional pada penderita
sehingga dapat meperburuk terjadinya kelainan haid lebih
lanjut. Prognosa akan buruk bila oligomenorrhea mengarah
pada infertilitas atau tanda dari keganasan.
3) Amenorea
Amenore bukan suatu penyakit tetapi merupakan gejala.
Amenore adalah tidak adanya haid selama 3 bulan atau lebih.
Klasifikasi amenore :
Amenore primer, tejadi apabila seseorang wanita belum
pernah mendapat menstruasi dan tidak boleh didiagnosa
sebelum pasien mencapai usia 18 tahun
Amenore sekunder ialah hilangnya haid selama
menarche
Amenore yang normal hanya terjadi sebelum masa
pubertas, selama kehamilan, selama menyusui dan
setelah menapause.
Disebabkan karena :
1. Tertundanya menarke ( menstruasi pertama )
2. Kelainan bawaan pada pada sistem kelamin ( misalnya
tidak memiliki rahim atau vagina, adanya sekat pada vagina,
serviks yang sempit, lubang pada selaput yang menutupi vagina
terlalu sempit / himen imperforata )
3. Penurunan berat badan yang drastis ( akibat kemiskinan,
diet berlebihan, anoreksia nervosa, bulimia, dan lain lain )
4. Kelainan bawaan pada sistem kelamin
12
5. Kelainan kromosom ( misalnya sindroma Turner atau
sindroma Swyer ) dimana sel hanya mengandung 1
kromosom X )
6. Obesitas yang ekstrim
7. Hipoglikemia
8. Disgenesis gonad
9. Hipogonadisme hipogonadotropik
10.Sindroma feminisasi testis
11.Hermafrodit sejati
12.Penyakit menahun
13.Kekurangan gizi
14.Penyakit Cushing
15.Fibrosis kistik
16.Penyakit jantung bawaan ( sianotik )
17.Kraniofaringioma, tumor ovarium, tumor adrenal
18.Hipotiroidisme
19.Sindroma adrenogenital
20.Sindroma Prader-willi
21.Penyakit ovarium polikista
22.hiperplasia adrenal kongenital
13
10. Kelainan endrokin ( misalnya sindorma Cushing yang
menghasilkan sejumlah besar hoemon kortisol oleh kelenjar
adrenal )
Tidak adanya uterus, baik itu sebagai kelainan atau
sebagai bagian dari sindrom hemaprodit seperti testicular
feminization, adalah penyebab utama dari amenore primer.
Testicular feminization disebabkan oleh kelainan genetik.
Pasien dengan aminore primer yang diakibatkan oleh testicular
feminization menganggap dan menyampaikan dirinya sebagai
wanita yang normal, memiliki tubuh feminin. Vagina kadang
kadang tidak ada atau mengalami kecacatan, tapi biasanya
terdapat vagina. Vagina tersebut berakhir sebagai kantong
kosong dan tidak terdapat uterus. Gonad, yang secara
morfologi adalah testis berada di kanal inguinalis. Keadaan
seperti ini menyebabkan pasien mengalami amenore yang
permanen.
Amenore primer juga dapat diakibatkan oleh kelainan
pada aksis hipotalamus-hipofisis-ovarium. Hypogonadotropic
amenorrhoea menunjukkan keadaan dimana terdapat sedikit
sekali kadar FSH dan SH dalam serum. Akibatnya,
ketidakadekuatan hormon ini menyebabkan kegagalan stimulus
terhadap ovarium untuk melepaskan estrogen dan progesteron.
Kegagalan pembentukan estrogen dan progesteron akan
menyebabkan tidak menebalnya endometrium karena tidak ada
yang merasang. Terjadilah amenore. Hal ini adalah tipe
keterlambatan pubertas karena disfungsi hipotalamus atau
hipofosis anterior, seperti adenoma pitiutari.
Hypergonadotropic amenorrhoea merupakan salah satu
penyebab amenore primer. Hypergonadotropic amenorrhoea
adalah kondisi dimnana terdapat kadar FSH dan LH yang
cukup untuk menstimulasi ovarium tetapi ovarium tidak
14
mampu menghasilkan estrogen dan progesteron. Hal ini
menandakan bahwa ovarium atau gonad tidak berespon
terhadap rangsangan FSH dan LH dari hipofisis anterior.
Disgenesis gonad atau prematur menopause adalah penyebab
yang mungkin. Pada tes kromosom seorang individu yang
masih muda dapat menunjukkan adanya hypergonadotropic
amenorrhoea. Disgenesis gonad menyebabkan seorang wanita
tidak pernah mengalami menstrausi dan tidak memiliki tanda
seks sekunder. Hal ini dikarenakan gonad ( oavarium ) tidak
berkembang dan hanya berbentuk kumpulan jaringan pengikat.
Amenore sekunder disebabkan oleh faktor lain di luar
fungsi hipotalamus-hipofosis-ovarium. Hal ini berarti bahwa
aksis hipotalamus-hipofosis-ovarium dapat bekerja secara
fungsional. Amenore yang terjadi mungkin saja disebabkan
oleh adanya obstruksi terhadap aliran darah yang akan keluar
uterus, atau bisa juga karena adanya abnormalitas regulasi
ovarium sperti kelebihan androgen yang menyebabkan
polycystic ovary syndrome.
Jika penyebabnya adalah kegagalan mengalami
pubertas, maka tidak akan ditemukan tanda tanda pubertas
seperti pembesaran payudara, pertumbuhan rambut kemaluan
dan rambut ketiak serta perubahan bentuk tubuh.
Jika penyebanya adalah kehamilan, akan ditemukan
morning sickness dan pembesaran perut.
Jika penyebabnya adalah kadar hoemon tiroid yang
tinggi maka gejalanya adalah denyut jantung yang cepat,
kecemasan, kulit yang hangat dan lembab. Sindroma Cushing
menyebabkan wajah bulat ( moon face ), perut buncit, dan
lengan serta tungkai yang lurus.
Gejala lainnya yang mungkin ditemukan pada amenore :
Sakit kepala
15
Galaktore ( pembentukan air susu pada wanita yang
tidak hamil dan tidak sedang menyusui )
Gangguan penglihatan ( pada tumor hipofisa )
Penurunan atau penambahan berat badan yang berarti
Vagina yang kering
Hirsutisme ( pertumbuhan rambut yang berlebihan,
yang mengikuti pola pria ), perubahan suara dan
perubahan ukuran payudara
Pengobatan untuk kasus amenore tergantung kepada
penyebabnya. Jika penyebanya adalah penurunan berat badan
yang drastis atau obesitas, penderita dianjurkan untuk
menjalani diet yang tepat. Jika penyebabnya adalah olah raga
yang berlebihan, penderita dianjurkan untuk menguranginya.
Jika seorang anak perempuan yang belum pernah
mengalami menstruasi ( amenore primer ) dan selama hasil
pemeriksaan normal, maka dilakukan pemeriksaan setiap 3 6
bulan untuk memantau perkembangan pubertasnya.
Sebab-sebab
1) Metroragia diluar kehamilan dapat disebabkan oleh
luka yang tidak sembuh; carcinoma corpus uteri,
carcinoma cervicitis; peradangan dari haemorrhagis
16
(seperti kolpitis haemorrhagia, endometritis
haemorrhagia); hormonal.
2) Perdarahan fungsional : a) Perdarahan Anovulatoar;
disebabkan oleh psikis, neurogen, hypofiser, ovarial
(tumor atau ovarium yang polikistik) dan kelainan
gizi, metabolik, penyakit akut maupun kronis. b)
Perdarahan Ovulatoar; akibat korpus luteum
persisten, kelainan pelepasan endometrium,
hipertensi, kelainan darah dan penyakit akut
ataupun kronis.
17
Bila tidak terjadi kehamilan, maka korpus luteum akan
mengalami regresi dan hal ini akan mengakibatkan penurunan
kadar progesteron. Penurunan ini akan mengakibatkan
labilisasi membran lisosom, sehingga mudah pecah dan
melepaskan enzim fosfolipase A2. Fosfolipase A2 ini akan
menghidrolisis senyawa fosfolipid yang ada di membran sel
endometrium menghasilkan asam arakhidonat. Adanya asam
arakhidonat bersama dengan kerusakan endometrium akan
merangsang kaskade asam arakhidonat yang akan
menghasilkan prostaglandin, antara lain PGE2 dan PGF2 alfa.
Wanita dengan disminorea primer didapatkan adanya
peningkatan kadar PGE dan PGF2 alfa di dalam darahnya,
yang akan merangsang miometrium dengan akibat terjadinya
peningkatan kontraksi dan distrimi uterus. Akibatnya akan
terjadi penurunan aliran darah ke uterus dan ini akan
mengakibatkan iskemia. Prostaglandin sendiri dan
endoperoksid juga menyebabkan sensitisasi dan selanjutnya
menurunkan ambang rasa sakit pada ujung-ujung syaraf aferen
nervus pelvicus terhadap rangsang fisik dan kimia.
18
Sering memberikan respons terhadap pengobatan
medikamentosa
Pemeriksaan pelvik normal
Sering disertai nausea, muntah, diare, kelelahan, dan
nyeri kepala
19
Seringkali memerlikan tindakan operatif
Terdapat kelainan pelvik
20
dapat dicapai dengan pemberian salah satu jenis pil
kombinasi kontrasepsi.
Terapi dengan obat nonstreoid antiprostaglandin
Memegang peranan yang makin penting
terhadap disminore primer. Termasuk disini
indometasin, ibuprofen, dan naproksen dalam
kurang lebih 70% penderita dapat disembuhkan atau
mengalami banyak perbaikan. Hendaknya
pengobatan diberikan sebelum haid mulai 1 sampai
3 hari sebelum haid dan pada hari pertama haid.
D. Anatomi Fisiologi
Pada siklus menstruasi normal, terdapat produksi hormon-hormon
yang paralel dengan pertumbuhan lapisan rahim untuk mempersiapkan
implantasi (perlekatan) dari janin (proses kehamilan). Gangguan dari
siklus menstruasi tersebut dapat berakibat gangguan kesuburan, abortus
berulang, atau keganasan. Gangguan dari sikluas menstruasi merupakan
salah satu alasan seorang wanita berobat ke dokter.
Siklus menstruasi normal berlangsung selama 21-35 hari, 2-8 hari
adalah waktu keluarnya darah haid yang berkisar 20-60 ml per hari.
Penelitian menunjukkan wanita dengan siklus mentruasi normal hanya
terdapat pada 2/3 wanita dewasa, sedangkan pada usia reproduksi yang
ekstrim (setelah menarche <pertama kali terjadinya menstruasi> dan
menopause) lebih banyak mengalami siklus yang tidak teratur atau siklus
yang tidak mengandung sel telur. Siklus mentruasi ini melibatkan
kompleks hipotalamus-hipofisis-ovarium.
Pada setiap siklus menstruasi, FSH yang dikeluarkan oleh hipofisis
merangsang perkembangan folikel-folikel di dalam ovarium (indung
telur). Pada umumnya hanya 1 folikel yang terangsang namun dapat
perkembangan dapat menjadi lebih dari 1, dan folikel tersebut berkembang
menjadi folikel de graaf yang membuat estrogen. Estrogen ini menekan
21
produksi FSH, sehingga hipofisis mengeluarkan hormon yang kedua yaitu
LH. Produksi hormon LH maupun FSH berada di bawah pengaruh
releasing hormones yang disalurkan hipotalamus ke hipofisis. Penyaluran
RH dipengaruhi oleh mekanisme umpan balik estrogen terhadap
hipotalamus. Produksi hormon gonadotropin (FSH dan LH) yang baik
akan menyebabkan pematangan dari folikel de graaf yang mengandung
estrogen. Estrogen mempengaruhi pertumbuhan dari endometrium. Di
bawah pengaruh LH, folikel de graaf menjadi matang sampai terjadi
ovulasi.
22
1. Masa menstruasi yang berlangsung selama 2-8 hari. Pada saat itu
endometrium (selaput rahim) dilepaskan sehingga timbul
perdarahan dan hormon-hormon ovarium berada dalam kadar
paling rendah
2. Masa proliferasi dari berhenti darah menstruasi sampai hari ke-14.
Setelah menstruasi berakhir, dimulailah fase proliferasi dimana
terjadi pertumbuhan dari desidua fungsionalis untuk
mempersiapkan rahim untuk perlekatan janin. Pada fase ini
endometrium tumbuh kembali. Antara hari ke-12 sampai 14 dapat
terjadi pelepasan sel telur dari indung telur (disebut ovulasi)
3. Masa sekresi. Masa sekresi adalah masa sesudah terjadinya
ovulasi. Hormon progesteron dikeluarkan dan mempengaruhi
pertumbuhan endometrium untuk membuat kondisi rahim siap
untuk implantasi (perlekatan janin ke rahim)
Siklus ovarium :
1. Fase folikular. Pada fase ini hormon reproduksi bekerja
mematangkan sel telur yang berasal dari 1 folikel kemudian
matang pada pertengahan siklus dan siap untuk proses ovulasi
(pengeluaran sel telur dari indung telur). Waktu rata-rata fase
folikular pada manusia berkisar 10-14 hari, dan variabilitasnya
mempengaruhi panjang siklus menstruasi keseluruhan
2. Fase luteal. Fase luteal adalah fase dari ovulasi hingga menstruasi
dengan jangka waktu rata-rata 14 hari
Siklus hormonal dan hubungannya dengan siklus ovarium serta uterus di
dalam siklus menstruasi normal:
1. Setiap permulaan siklus menstruasi, kadar hormon gonadotropin (FSH,
LH) berada pada level yang rendah dan sudah menurun sejak akhir
dari fase luteal siklus sebelumnya
2. Hormon FSH dari hipotalamus perlahan mengalami peningkatan
setelah akhir dari korpus luteum dan pertumbuhan folikel dimulai pada
23
fase folikular. Hal ini merupakan pemicu untuk pertumbuhan lapisan
endometrium
3. Peningkatan level estrogen menyebabkan feedback negatif pada
pengeluaran FSH hipofisis. Hormon LH kemudian menurun sebagai
akibat dari peningkatan level estradiol, tetapi pada akhir dari fase
folikular level hormon LH meningkat drastis (respon bifasik)
4. Pada akhir fase folikular, hormon FSH merangsang reseptor
(penerima) hormon LH yang terdapat pada sel granulosa, dan dengan
rangsangan dari hormon LH, keluarlah hormon progesterone
5. Setelah perangsangan oleh hormon estrogen, hipofisis LH terpicu yang
menyebabkan terjadinya ovulasi yang muncul 24-36 jam kemudian.
Ovulasi adalah penanda fase transisi dari fase proliferasi ke sekresi,
dari folikular ke luteal
6. Kedar estrogen menurun pada awal fase luteal dari sesaat sebelum
ovulasi sampai fase pertengahan, dan kemudian meningkat kembali
karena sekresi dari korpus luteum
7. Progesteron meningkat setelah ovulasi dan dapat merupakan penanda
bahwa sudah terjadi ovulasi
8. Kedua hormon estrogen dan progesteron meningkat selama masa
hidup korpus luteum dan kemuadian menurun untuk mempersiapkan
siklus berikutnya
24
E. Web Of Caution ( WOC)
F. Asuhan Keperawatan
I. PENGKAJIAN
a. Identitas
Nama
Umur
25
Alamat
Status
No MR
Penanggung jawab
b. Riwayat Kesehatan
- Riwayat kesehatan dahulu
Biasanya klien mengatakan tidak ada mengalami penyakit
yang sama seperti saat ini, biasanya klien mengatakan pola
kebiasaan yang tidak sehat, gaya hidup dan nutrisi yang tidak baik
seperti kurang berolahraga dan tidak mengkonsumsi makanan
dengan gizi yang seimbang .
- Riwayat kesehatan sekarang
Biasanya klien merasakan demam,nyeri dibagian abdomen,
klien mengatakan tidak bisa beraktifitas,klien biasanya mengatakan
badan terasa demam, klien biasanya mengatakan cemas terhadap
penyakit yang diderita sekarang
- Biasanya klien mengatakan tidak ada keluarga yang mengalami
penyakit yang sama seperti klien.
c. Pemeriksaan fisik
a) Kepala dan wajah : Rambut bisanya berwarna hitam, tidak
oedema,tidak ada lesi, wajah biasanya oval
b) Mata : Sklera biasanya tidak ikterik, konjungtiva tidak
anemis
c) Leher : Biasanya JVP dalam normal
d) Abdomen (Perut)
- Inspeksi : biasanya simetris kiri dan kanan, tidak ada
tonjolan, tidak ada kelainan umbilikus dan adanya
pergerakan didindng abdomen
26
- Auskultasi : biasanya suara peristaltik (bising usus) di
semua kuadran (bagian diafragma dari stetoskop)
- Palpasi : biasanya turgor kulit baik, hepar tidak teraba
- Perkusi : biasanya tympani
e) Thorak (dada)
- Inspeksi : Biasanya ditemukan ketidaksimetrisan rongga
dada dan tulang belakang
- Palpasi : Taktil fremitus seimbang kanan dan kiri
- Perkusi : Cuaca resonan pada seluruh lapang paru
- Auskultasi : Biasanya vesikuler
f) Jantung
- Inspeksi : Biasanya Ictus cordis tidak terlihat
- Palpasi : Biasanya Ictus cordis tidak teraba
- Perkusi : Biasanya pekak
- Auskultasi : Biasanya irama jantung teratur
g) Kesadaran
Kesadaran biasanya kompos mentis. Pada kasus yang lebih
parah, klien dapat mengeluh pusing dan gelisah.
h) ekstermitas
Pada inspeksi dan palpasi daerah kolumna vertebralis,
biasanya tidak ada perubahan gaya berjalan, deformitas tulang,
leg-length inequality dan nyeri spinal.
27
- Biasanya tidur terganggu karena adanya nyeri
4) Pola reproduksi seksualitas
- Usia remaja dan dewasa
5) Pola mekanisme koping terhadap stres
- Stres, cemas karena penyakitnya
II. DIAGNOSA
1. Nyeri akut b.d peningkatan kontraksi uterus saat menstruasi ( Dismenore,
Amenore, Hipermenore, Hipomenore, polymenore, Oligomenore )
2. Intoleran aktivitas b.d kelemahan akibat anemia ( Menoragia, Dismenore,
Hipermenore )
3. Ansietas b.d ketidaktahuan penyebab nyeri abdomen ( Amenore,
Dismenore, Metoragia, Hipermenore )
4. Resiko kurangnya volume cairan b.d pendarahan ( Hipermenore )
III. INTERVENSI
28
pernapasan mencari bantuan) - Gunakan teknik
- Diaforesis - Melaporkan bahwa komunikasi teraupetik
- Perubahan posisi nyeri berkurang dengan untuk mengetahui
untuk menghidari menggunakan pengalaman nyeri pasien
nyeri manajemen nyeri - Kaji kultur yang
- Dilatasi pupil - Mampu mengenali mempengaruhi respon
- Sikap tubuh nyeri (skala intensitas, nyeri
melindungi frekuensi dan tanda - Evaluasi pengalaman
- Gangguan tidur nyeri) nyeri masa lampau
- Menyatakan rasa - Evaluasi bersama pasien
nyaman setealah nyeri dan tim kesehatan lain
berkurang tentang ketidakefektifan
kontrol nyeri masa
lampau
- Bantu pasien dan
keluarga untuk mencari
dan menemukan
dukungan
- Kontrol lingkungan
yang dapat
mempengaruhi nyeri
seperti suhu ruangan,
pencahayaan, dan
kebisingan
- Kurangi faktor
presipitasi nyeri
- Pilih dan lakukan
penanganan nyeri
- Kaji tipe dan sumber
nyeri
- Ajarkan tentang teknik
29
nonfarmakologi
- Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri
- Evaluasi keefektifan
kontrol nyeri
- Tingkatkan istirahat
- Monitor penerimaan
pasien tentang
manajemen nyeri
30
Batasan - Anxiety self control Anxiety Reduction
karakteristik : - Anxiety level - Gunakan pendekatan
- Penurunan - Coping yang menyenangkan
produktivitas KH : - Nyatakan dengan jelas
- Gerakan yang - Klien mampu harapan terhadap pelaku
relevan mengidentifikasi gejala pasien
- Gelisah cemas - Temani pasien untik
- Melihat sepintas - Mengungkapkan teknik memberikan keamanan
- Kontak mata yang untuk mengontrol cemas - Bantu pasien untuk
buruk - Vital sign dalam batas mengenal situasi yang
- normal menimbulkan kecemasan
Mengekspresikan - Tingkat aktivitas - Instruksikan pasien
kekhawatiran menunjukan menggunakan teknik
- Tampak waspada berkurangnya kecemasan relaksasi
- Berikan obat
mengurangi kecemasan
31
cairan parenteral ( jika di
perlukan )
- Kolaborasi pemberian
obat untuk pendarahan
- Observasi TTV
32
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
33
Saran yang dapat kami sampaikan melalui makalah ini adalah:
34
DAFTAR PUSTAKA
35