PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gangguan tidur adalah kondisi yang jika tidak diobati, secara umum akan
menyebabkan gangguan tidur malam yang mengakibatkan munculnya salah satu dari
ketiga masalah, seperti : insomnia, gerakan atau sensasi abnormal dikala tidur dan rasa
mengantuk di siang hari. Tidur dapat digunakan untuk menjaga keseimbangan mental,
dan lain-lain. Energi disimpan selama tidur, sehingga energy diarahkan kembali pada
fungsi cellular yang penting. Tidur dapat pula dipercaya mengkontribusi pemulihan
biologis secara rutin. Selama tidur gelombang rendah yang dalam (NREM tahap 4), tubuh
epitel dan sel otak. Teori lain tentang fungsi tidur adalah tubuh menyimpan energy
selama tidur. Otot skelet berelaksasi secara progresif, dan karena tidak adanya kontraksi
Gangguan tidur yang paling sering diderita masyarakat di dunia, baik secara primer
maupun dengan adanya kondisi yang komorbid, menurut WHO tahun 2011 gangguan
tidur pada remaja di Amerika menyebutkan 30-50 juta penduduk remaja Amerika
mengalami gangguan tidur dan 5% hingga 10% pada remaja Amerika terkena gangguan
tidur kronis. Konsekuensi dari gangguan tidur sangat banyak bahkan hingga
dalam 1 minggu) maka angkanya menjadi 17%. Bila definisinya mengarah pada kesulitan
nilainya menjadi 5%. Suatu survey di singapura menunjukkan 8%-10% gangguan tidur di
alami oleh remaja. Penduduk Indonesia tahun 2010 berjumlah 300,452 juta ada sebanyak
28,053 juta orang Indonesia yang mengalami gangguan tidur atau sekitar 11,7%. 10% di
alami oleh kalangan remaja Data ini hanya berdasarkan indikasi secara umum tidak
memperhitungkan faktor genetik, budaya, lingkungan, sosial, ras. Jumlah ini bisa terus
bertambah seiring dengan perubahan gaya hidup Data tersebut diamini oleh DR dr
Nurmiati Amir, SpKJ(K) yang mengakui memang sekitar 11,7% persen dari jumlah
penduduk Indonesia mengalami kesulitan tidur, 8,2% pada remaja di Kalimantan Selatan
tekanan persaingan, terlalu banyak kegiatan, penyesuaian diri dengan situasi yang baru.
Perubahan kemampuan dan karakteristik psikis sebagai hasil dari perubahan dan kesiapan
struktur biologis sering dikenal dengan istilah “kematangan” (Blackburn, Foreman, &
Thomas, 2008).Salah satu fungsi tidur yang paling utama adalah untuk memungkinkan
system saraf pulih. Ditemukan bukti penelitian bahwa gangguan tidur bukan hanya
sebagai teman yang muncul bersamaan dengan kecemasan, depresi, dan stress, melainkan
dimungkinkan bahwa gangguan tidur merupakan penyebab dari depresi. Penelitian yang
dilakukan oleh, Eric Johnson, di Carolina Utara, pada Research Triangle International,
4
pada tahun 2006, dan mengungkapkan bahwa setengah dari remaja yang pernah
mereka yang mengalami gangguan tidur dan depresi tersebut, sebesar 69% dari kasus
depresi (Widya, 2010). Tidak heran mengapa remaja dapat mengalami gangguan tidur,
faktor salah satunya adalah menonton tv sampai larut malam dan pemakaian alat
elektronik seperti Hp, Laptop dan lainnya. Tidur atau masalah tidur di kalangan remaja
mungkin tidak tampil serius pada awalnya, tetapi gangguan tidur pada remaja sangat
kenyataan. Bahkan, Gangguan tidur pada remaja adalah sangat umum. Remaja masih
perlu bangun pagi meskipun Kurang tidur. Hal ini kurang tidur dapat menyebabkan
mempengaruhi kinerja remaja sekolah. Efek yang lebih serius dari gangguan tidur adalah
Berbagai cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi gangguan tidur yaitu dengan
terapi yang dapat diterapkan untuk mengatasi insomnia adalah CBT (Cognitive
Behavioral Therapy), stimulus control therapy, cognitive therapy dan imagery training.
(Susilo, 2011). Gangguan tidur merupakan orang yang penuh ketegangan dan kecemasan.
Sedangkan dengan relaksasi akan membuat si penderita memasuki keadaan rileks pada
saat dihadapkan pada kondisi yang penuh ketegangan. Terapi relaksasi sangat mudah
dilakukan, tidak memiliki efek samping dan tidak menimbulkan ketergantungan. Teknik
relaksasi terdiri dari beberapa jenis yaitu teknik relaksasi napas dalam, guided imagery
5
dan teknik relaksasi progresif. Pendekatan relaksasi yang paling banyak dipakai untuk
kecepatan metabolik dan penggunaan energi. Salah satu upaya mengatasi kesulitan tidur
adalah dengan metode relaksasi. Relaksasi adalah satu teknik yang mengembangkan
metode fisiologis melawan ketegangan yaitu teknik untuk mengurangi ketegangan otot
didasarkan pada kontraksi otot. relaksasi otot progresif setelah Jacobson (PMR) teknik
yang digunakan untuk mengajarkan pasien mengendurkan otot melalui proses dua
langkah. Di PMR, pasien mulai dengan sengaja berkontraksi otot dan menahan
ketegangan; kedua mereka melepaskan semua ketegangan dan fokus pada sensasi
relaksasi. Latihan teratur akan membantu pasien untuk mengenali ketegangan dan serta
merasa rileks (Lauche, R., dkk, 2013). Efek dari teknik relaksasi progresif yang berkaitan
dengan stres, manajemen stres mempunyai peran penting dalam menurunkan denyut nadi
dan tekanan darah sehingga kita bisa rileks dan mengatasi kesulitan tidur. teknik relaksasi
dilakukan pada pasien yang mengalami keadaan emosional yang tidak stabil dengan
hal ini dapat membuat seseorang merasa rileks. Tindakan yang sejalan dengan terapi ini
yang melibatkan intervensi relaksasi (yaitu relaksasi otot, akupunktur, yoga, reiki, dll).
Teknik-teknik ini telah digunakan untuk mengendalikan kecemasan dalam konteks yang
berbeda (Parás-Bravo, P., dkk, 2017). Relaksasi Otot Progresif (PMR) dapat efektif pada
sekelompok gejala yang mengalami kecemasan dan stres akibat perubahan lingkungan
6
Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk meneliti
tentang “Asuhan Keperawatan pada remaja ganggaun tidur dengan pemberian tehnik
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
progresif untuk mengurangi keluhan gangguan tidur pada remaja didesa sandik
D. Manfaat
relaksasi progresif untuk mengurangi keluhan gangguan tidur pada remaja didesa
2. Bagi Responden
3. Peneliti lainnya
Hasil penelitian ini Diharapkan dapat digunakan sebagai data acuan pada
penelitian selanjutnya
7
8