Anda di halaman 1dari 7

KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA REMAJA GANGGUAN


TIDUR DENGAN PEMBERIAN TEHNIK RELAKSASI
PROGRESIF DI DESA SANDIK
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Mata Kuliah Karya Tulis
Ilmiah Studi Diploma III Keperawatan Mataram Jurusan Keperawatan Poltekes
Kemenkes Mataram Tahun Akademik 2020/2021

AHLAM SALSABIL AL-HABSYI


P07120118003

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN MATARAM JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN MATARAM
2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Gangguan tidur adalah kondisi yang jika tidak diobati, secara umum akan

menyebabkan gangguan tidur malam yang mengakibatkan munculnya salah satu dari

ketiga masalah, seperti : insomnia, gerakan atau sensasi abnormal dikala tidur dan rasa

mengantuk di siang hari. Tidur dapat digunakan untuk menjaga keseimbangan mental,

emosional dan kesehatan, mengurangi stress pada pulmonary, kardiovascular, endokrin

dan lain-lain. Energi disimpan selama tidur, sehingga energy diarahkan kembali pada

fungsi cellular yang penting. Tidur dapat pula dipercaya mengkontribusi pemulihan

psikologis dan fisiologis. Tidur nampaknya diperlukan untuk memperbaiki proses

biologis secara rutin. Selama tidur gelombang rendah yang dalam (NREM tahap 4), tubuh

melepaskan hormon pertumbuhan manusia untuk memperbaiki dan memperbaharui sel

epitel dan sel otak. Teori lain tentang fungsi tidur adalah tubuh menyimpan energy

selama tidur. Otot skelet berelaksasi secara progresif, dan karena tidak adanya kontraksi

maka otot menyimpan energi kimia untuk proses seluler.

Gangguan tidur yang paling sering diderita masyarakat di dunia, baik secara primer

maupun dengan adanya kondisi yang komorbid, menurut WHO tahun 2011 gangguan

tidur pada remaja di Amerika menyebutkan 30-50 juta penduduk remaja Amerika

mengalami gangguan tidur dan 5% hingga 10% pada remaja Amerika terkena gangguan

tidur kronis. Konsekuensi dari gangguan tidur sangat banyak bahkan hingga

menimbulkan kerugian secara ekonomi. Penelitian di Korea Selatan menunjukkan

bagaimana variasi angka prevalensi gangguan tidur berdasarkan definisinya. Ketika


3
gangguan tidur didefinisikan berdasarkan frekuensi tidur (gejala muncul selama 3 malam

dalam 1 minggu) maka angkanya menjadi 17%. Bila definisinya mengarah pada kesulitan

dalam mempertahankan tidur, nilainya menjadi 11,5%. Dengan menggunakan DSM-IV

nilainya menjadi 5%. Suatu survey di singapura menunjukkan 8%-10% gangguan tidur di

alami oleh remaja. Penduduk Indonesia tahun 2010 berjumlah 300,452 juta ada sebanyak

28,053 juta orang Indonesia yang mengalami gangguan tidur atau sekitar 11,7%. 10% di

alami oleh kalangan remaja Data ini hanya berdasarkan indikasi secara umum tidak

memperhitungkan faktor genetik, budaya, lingkungan, sosial, ras. Jumlah ini bisa terus

bertambah seiring dengan perubahan gaya hidup Data tersebut diamini oleh DR dr

Nurmiati Amir, SpKJ(K) yang mengakui memang sekitar 11,7% persen dari jumlah

penduduk Indonesia mengalami kesulitan tidur, 8,2% pada remaja di Kalimantan Selatan

mengalami gangguan tidur (BKKBN, 2011).

Remaja mengalami psikologis, tekanan baik fisik, psikososial diantaranya berupa

tekanan persaingan, terlalu banyak kegiatan, penyesuaian diri dengan situasi yang baru.

Para ahli psikologis menunjukkan pengertian perkembangan sebagai suatu proses

perubahan yang beresifat progresif dan menyebabkan tercapainya kemampuan biologis.

Perubahan kemampuan dan karakteristik psikis sebagai hasil dari perubahan dan kesiapan

struktur biologis sering dikenal dengan istilah “kematangan” (Blackburn, Foreman, &

Thomas, 2008).Salah satu fungsi tidur yang paling utama adalah untuk memungkinkan

system saraf pulih. Ditemukan bukti penelitian bahwa gangguan tidur bukan hanya

sebagai teman yang muncul bersamaan dengan kecemasan, depresi, dan stress, melainkan

dimungkinkan bahwa gangguan tidur merupakan penyebab dari depresi. Penelitian yang

dilakukan oleh, Eric Johnson, di Carolina Utara, pada Research Triangle International,

4
pada tahun 2006, dan mengungkapkan bahwa setengah dari remaja yang pernah

mengalami gangguan tidur didapati mengembangkan gangguan psikiatri. Diantara

mereka yang mengalami gangguan tidur dan depresi tersebut, sebesar 69% dari kasus

depresi (Widya, 2010). Tidak heran mengapa remaja dapat mengalami gangguan tidur,

faktor salah satunya adalah menonton tv sampai larut malam dan pemakaian alat

elektronik seperti Hp, Laptop dan lainnya. Tidur atau masalah tidur di kalangan remaja

mungkin tidak tampil serius pada awalnya, tetapi gangguan tidur pada remaja sangat

kenyataan. Bahkan, Gangguan tidur pada remaja adalah sangat umum. Remaja masih

perlu bangun pagi meskipun Kurang tidur. Hal ini kurang tidur dapat menyebabkan

iritabilitas, kemurungan, dan kesulitan belajar dan berkonsentrasi, sehingga

mempengaruhi kinerja remaja sekolah. Efek yang lebih serius dari gangguan tidur adalah

dapat menjadi awal depresi atau gangguan kecemasan.

Berbagai cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi gangguan tidur yaitu dengan

penggunaan obat-obatan dan terapi. Pengggunaan obat tidur (hipnotika) dapat

mengakibatkan ketergantungan jika digunakan dalam jangka panjang. Beberapa metode

terapi yang dapat diterapkan untuk mengatasi insomnia adalah CBT (Cognitive

Behavioral Therapy), stimulus control therapy, cognitive therapy dan imagery training.

(Susilo, 2011). Gangguan tidur merupakan orang yang penuh ketegangan dan kecemasan.

Sedangkan dengan relaksasi akan membuat si penderita memasuki keadaan rileks pada

saat dihadapkan pada kondisi yang penuh ketegangan. Terapi relaksasi sangat mudah

dilakukan, tidak memiliki efek samping dan tidak menimbulkan ketergantungan. Teknik

relaksasi terdiri dari beberapa jenis yaitu teknik relaksasi napas dalam, guided imagery

5
dan teknik relaksasi progresif. Pendekatan relaksasi yang paling banyak dipakai untuk

mengatasi gangguan tidur adalah relaksasi progresif.

Relaksasi progresif mampu meningkatkan reaksi tubuh melawan atau respon

menghindari dengan cara menurunkan frekuensi pernapasan tekanan darah, nadi,

kecepatan metabolik dan penggunaan energi. Salah satu upaya mengatasi kesulitan tidur

adalah dengan metode relaksasi. Relaksasi adalah satu teknik yang mengembangkan

metode fisiologis melawan ketegangan yaitu teknik untuk mengurangi ketegangan otot

didasarkan pada kontraksi otot. relaksasi otot progresif setelah Jacobson (PMR) teknik

yang digunakan untuk mengajarkan pasien mengendurkan otot melalui proses dua

langkah. Di PMR, pasien mulai dengan sengaja berkontraksi otot dan menahan

ketegangan; kedua mereka melepaskan semua ketegangan dan fokus pada sensasi

relaksasi. Latihan teratur akan membantu pasien untuk mengenali ketegangan dan serta

merasa rileks (Lauche, R., dkk, 2013). Efek dari teknik relaksasi progresif yang berkaitan

dengan stres, manajemen stres mempunyai peran penting dalam menurunkan denyut nadi

dan tekanan darah sehingga kita bisa rileks dan mengatasi kesulitan tidur. teknik relaksasi

dilakukan pada pasien yang mengalami keadaan emosional yang tidak stabil dengan

kelebihan ketegangan neuromuskular. Dengan mencapai relaksasi otot, relaksasi pikiran

hal ini dapat membuat seseorang merasa rileks. Tindakan yang sejalan dengan terapi ini

yang melibatkan intervensi relaksasi (yaitu relaksasi otot, akupunktur, yoga, reiki, dll).

Teknik-teknik ini telah digunakan untuk mengendalikan kecemasan dalam konteks yang

berbeda (Parás-Bravo, P., dkk, 2017). Relaksasi Otot Progresif (PMR) dapat efektif pada

sekelompok gejala yang mengalami kecemasan dan stres akibat perubahan lingkungan

(Charalambous, A., 2016).

6
Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk meneliti

tentang “Asuhan Keperawatan pada remaja ganggaun tidur dengan pemberian tehnik

relaksasi progresif didesa sandik”

B. Rumusan Masalah

Bagaimanakah Asuhan Keperawatan dengan pemberian tehnik relaksasi progresif


untuk mengurangi keluhan gangguan tidur pada remaja didesa sandik ?

C. Tujuan Penelitian

Menggambarkan Asuhan Keperawatan dengan pemberian tehnik relaksasi

progresif untuk mengurangi keluhan gangguan tidur pada remaja didesa sandik

D. Manfaat

1. Bagi Poltekes Kemenkes Mataram

Menambah referensi tentang Asuhan Keperawatan dengan pemberian tehnik

relaksasi progresif untuk mengurangi keluhan gangguan tidur pada remaja didesa

sandik sebagai terapi penyembuhan.

2. Bagi Responden

Responden dapat melakukan tehnik relakasi progresif secara mandiri sebagai

upaya dalam mengatasi gangguan tidur pada remaja.

3. Peneliti lainnya

Hasil penelitian ini Diharapkan dapat digunakan sebagai data acuan pada

penelitian selanjutnya

7
8

Anda mungkin juga menyukai