Anda di halaman 1dari 19

Modul Blok Renal, Saluran Kemih dan Obgyn Tahun 2022

MODUL VI
MENSTRUASI
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Menstruasi adalah proses keluarnya darah atau perdarahan yang secara teratur
atau periodik dan siklik. Darah ini keluar dari uterus yang diikuti dengan pelepasan dari
endometrium. Proses menstruasi ini terjadi bila ovum tidak dibuahi oleh sperma
(Fahmawati, 2009).
Menstruasi merupakan perdarahan akibat dari luruhnya dinding sebelah dalam
rahim (endometrium). Lapisan endometrium dipersiapkan untuk menerima implantasi
embrio. Jika tidak terjadi implantasi embrio lapisan ini akan luruh. Perdarahan ini terjadi
secara periodik, jarak waktu antar menstruasi dikenal dengan satu siklus menstruasi
(Purwoastuti & Walyani, 2015).
Gangguan menstruasi menjadi masalah umum selama masa remaja, yang dapat
mempengaruhi aktifitas sehari-hari dan menyebabkan kecemasan. Terdapat banyak
gangguan yang bisa terjadi, di antaranya adalah masalah gangguan haid yang sering
dialami oleh remaja putri pada setiap bulannya. Gangguan tersebut dapat berupa
dismenorea, oligomenorea, menoragia dan metroragia. Dismenorea adalah yang paling
sering terjadi (Verma et al., 2011).
Dismenorea merupakan keluhan pasien yang sering dialami oleh 75% wanita dan
alasan utama para remaja untuk pergi ke dokter (Sasaki, 2014); ( Kumar et al., 2013).

RUANG LINGKUP
1) Siklus Menstruasi
2) Patofisiologi kelainan menstruasi
3) Penatalaksanaan terapi farmakologi dan non farmakologi menstruasi
4) Fitoterapi

SASARAN PEMBELAJARAN
Setelah proses perkuliahan yang dipandu dengan modul, maka dosen dapat
menggali capaian kompetensi mahasiswa terkait Menstruasi yang indikatornya adalah
kemampuannya dalam hal:
1) Mahasiwa mampu menjelaskan siklus menstruasi
2) Mahasiswa memahami dan mengetahui patofisiologi kelainan menstruasi
3) Mahasiswa memahami dan mengetahui penatalaksanaan terapi farmakologi dan non
farmakologi menstruasi
4) Mahasiswa memahami dan mengetahui fitoterapi gangguan menstruasi.

MATERI PEMBELAJARAN
A. Menstruasi

Menstruasi adalah perdarahan periodik pada uterus yang dimulai sekitar 14


hari setelah ovulasi (Bobak, 2004). Pola menstruasi merupakan serangkaian
proses menstruasi yang meliputi siklus menstruasi, lama perdarahan menstruasi,
jumlah perdarahan, dan ada tidaknya dismenore, serta gangguan menstruasi
lainnya. Haid atau menstruasi adalah salah satu proses alami seorang perempuan

1
Modul Blok Renal, Saluran Kemih dan Obgyn Tahun 2020

yaitu proses dekuamasi atau meluruhnya dinding rahim bagian dalam


(endometrium) yang keluar melalui vagina. (Prawirohardjo, 2008).
Siklus Menstruasi
Pada umumnya siklus menstruasi berlangsung selama 28 hari. Siklus
normal berlangsung 21-35 hari. Siklus menstruasi bervariasi pada tiap
perempuan, namun beberapa perempuan memiliki siklus yang tidak teratur.
Panjang siklus menstruasi dihitung dari hari pertama menstruasi yang kemudian
dihitung sampai dengan hari perdarahan menstruasi bulan berikutnya dimulai.
(Saryono, 2009). Siklus menstruasi bervariasi pada perempuan dan hampir 90%
perempuan memiliki siklus 25-35 hari dan hanya 10-15% yang memiliki panjang
siklus 28 hari, namun beberapa perempuan memiliki siklus yang tidak teratur
dan hal ini bisa menjadi indikasi adanya masalah kesuburan. (Wijayanti, 2009).
Lama keluarnya darah menstruasi juga bervariasi, pada umumnya
lamanya 4 sampai 6 hari, tetapi antara 2 sampai 8 hari masih dapat dianggap
normal. Pengeluaran darah menstruasi terdiri dari fragmen- fragmen kelupasan
endrometrium yang bercampur dengan darah yang banyaknya tidak tentu.
Biasanya darahnya cair, tetapi apabila kecepatan aliran darahnya terlalu besar,
bekuan dengan berbagai ukuran sangat mungkin ditemukan. Ketidakbekuan
darah menstruasi yang biasa ini disebabkan oleh suatu sistem fibrinolitik lokal
yang aktif di dalam endometrium. Rata-rata banyaknya darah yang hilang pada
perempuan normal selama satu periode menstruasi telah ditentukan oleh
beberapa kelompok peneliti, yaitu 25-60 ml. Konsentrasi Hb normal 14 gr per dl
dan kandungan besi Hb 3,4 mg per gr, volume darah ini mengandung 12-29 mg
besi dan menggambarkan kehilangan darah yang sama dengan 0,4 sampai 1,0 mg
besi untuk setiap hari siklus tersebut atau 150 sampai 400 mg per tahun (Heffner,
2008).

2
Gambar 1.1
Siklus mentruasi (2)

Mekanisme Menstruasi
Pada hari ke 1-14 terjadi pertumbuhan dan perkembangan folikel primer
yang dirangsang oleh hormon FSH. Pada saat tersebut, sel oosit primer akan
membelah dan menghasilkan ovum yang haploid. Saat folikel berkembang
menjadi folikel de Graaf yang masak, folikel ini juga menghasilkan hormon
estrogen yang merangsang keluarnya LH dari hipofisis. Estrogen yang keluar
berfungsi merangsang perbaikan dinding uterus, yaitu endometrium, yang habis
terkelupas saat menstruasi. Selain itu, estrogen menghambat pembentukan FSH
dan memerintahkan hipofisis menghasilkan LH yang berfungsi merangsang
folikel de Graaf yang masak untuk mengadakan ovulasi yang terjadi pada hari
ke-14. Waktu di sekitar terjadinya ovulasi disebut fase estrus.
Selain itu, LH merangsang folikel yang telah kosong untuk berubah
menjadi badan kuning (corpus luteum). Badan kuning menghasilkan hormon
progesterone yang berfungsi mempertebal lapisan endometrium yang kaya
dengan pembuluh darah untuk mempersiapkan datangnya embrio. Periode ini
disebut fase luteal. Selain itu progesterone juga berfungsi menghambat
pembentukan FSH dan LH, akibatnya corpus luteum mengecil dan menghilang.
Pembentukan progesterone berhenti sehingga pemberian nutrisi kepada
endometriam terhenti. Endometrium menjadi mongering dan selanjutnya akan
terkelupas dan terjadilah perdarahan (menstruasi) pada hari ke-28. Fase ini
disebut fase perdarahan atau fase menstruasi. Oleh karena tidak ada
progesterone, maka FSH mulai terbentuk lagi dan terjadilah proses oogenesis
kembali (Kusmiran, 2011).
Gambar 2.
Persiapan preovulasi

Hormon yang Mempengaruhi Menstruasi


Menurut Wulanda (2011), hormon yang berpengaruh dalam menstruasi diantaranya:
a. Estrogen
Estrogen dihasilkan oleh ovarium. Ada banyak jenis dari estrogen, tetapi yang
paling penting untuk reproduksi adalah estradiol. Estrogen berguna untuk
pembentukan cirri-ciri perkembangan seksual pada perempuan yaitu pembentukan
payudara, lekuk tubuh, rambut kemaluan, dan lain-lain. Estrogen juga berguna pada
siklus menstruasi dengan membentuk ketebalan endometrium, menjaga kualitas dan
kuantitas cairan serviks dan vagina sehingga sesuai untuk penetrasi sperma, selain
fungsinya yang turut membantu mengatur temperature suhu (sistem saraf pusat/
otak).
Estrogen (alami) diproduksi terutama oleh sel-sel teka interna folikel di ovarium
secara primer, dan dalam jumlah lebih sedikit juga diproduksi di kelenjar adrenal
melalui konversi hormon androgen.
Pada uterus, estrogen menyebabkan proliferasi endometrium; pada serviks
menyebabkan pelunakan serviks dan pengentalan lendir serviks; pada vagina
menyebabkan proliferasi epitel vagina; dan pada payudara menstimulasi
pertumbuhan payudara. Selain itu estrogen juga mengatur distribusi lemak tubuh.
Pada tulang, estrogen juga menstimulasi osteoblas sehingga memicu
pertumbuhan/ regenerasi tulang. Pada perempuan pascamenopause, untuk
pencegahan tulang keropos/ osteoporosis, dapat diberikan terapi hormon estrogen
(sintetik) pengganti.
b. Progesteron
Hormon ini diproduksi oleh korpus luteum, sebagian diproduksi di
kelenjar adrenal, dan pada kehamilan juga diproduksi di plasenta. Progesterone
mempertahankan ketebalan endometriumsehingga dapat menerima implantasi
zigot. Kadar progesterone terus dipertahankan selama trimester awal kehamilan
sampai plasenta dapat membentuk hormon hCG. Progesterone menyebabkan
terjadinya proses perubahan sekretorik (fase sekresi) pada endometrium uterus,
yang mempersiapkan endometrium uterus berada pada keadaan yang optimal
jika terjadi implantasi.
c. Gonadotrophin Releasing Hormone (GnRH)
GnRH merupakan hormon yang diproduksi oleh hipotalamus otak. GnRH
akan merangsang pelepasan Follicle Stimulating Hormone (FSH) di hipofisis.
Bila kadar estrogen tinggi, maka estrogen akan memberikan umpan balik ke
hipotalamus sehingga kadar GnRH akan menjadi rendah, begitupun
sebaliknya.Hormon ini diproduksi di hipotalamus, kemudian dilepaskan,
berfungsi menstimulasi hipofisis anterior untuk memproduksi dan melepaskan
hormon-hormon gonadotropin (FSH/ LH).
d. Follicle Stimulating Hormone (FSH)
Hormon ini diproduksi pada sel-sel basal hipofisis anterior, sebagai
respons terhadap GnRH yang berfungsi memicu pertumbuhan dan pematangan
folikel dan sel-sel granulosa di ovarium perempuan (pada pria: memicu
pematangan sperma di testis).
Pelepasannya periodik/ pulsatif, waktu paruh eliminasinya pendek
(sekitar 3 jam), sering tidak ditemukan dalam darah. Sekresinya dihambat oleh
enzim inhibin dari sel-sel granulosa ovarium, melalui mekanisme umpan balik
negatif.
e. Luteinizing Hormone (LH)
Hormon ini diproduksi di sel-sel kromofob hipofisis anterior. Bersama
FSH, LH berfungsi memicu perkembangan folikel (sel-sel teka dan sel-sel
granulosa) dan juga mencetuskan terjadinya ovulasi di pertengahan siklus (LH-
surge). Selama fase luteal siklus, LH meningkatkan dan mempertahankan
fungsi korpus luteum pascaovulasi dalam menghasilkan progesterone.
Pelepasannya juga periodik/ pulsatif, kadarnya dalam darah bervariasi
setiap fase siklus, waktu paruh eliminasinya pendek (sekitar 1 jam). Kerja
sangat cepat dan singkat. Pada pria LH memicu sintesis testosterone di sel-sel
leydig testis.
f. Lactotrophic Hormone (LTH)/ Prolactin
Diproduksi di hipofisis anterior, memiliki aktivitas memicu/
meningkatkan produksi dan sekresi air susu oleh kelenjar payudara. Di
ovarium, prolaktin ikut memengaruhi pematangan sel telur dan memengaruhi
fungsi korpus luteum. Pada kehamilan, prolaktin juga diproduksi oleh plasenta
(Human Placental Lactogen / HPL).
Fungsi laktogenik / laktotropik prolaktin tampak terutama pada masa
laktasi/ pascapersalinan. Prolaktin juga memiliki efek inhibisi terhadap GnRH
hipotalamus sehingga jika kadarnya berlebihan (hiperprolaktinemia) dapat
terjadi gangguan pematangan follikel, gangguan ovulasi, dan gangguan haid
berupa amenorea.
Gambar 3.
Siklus Hormonal

Gambar 4.
Hormon yang mempengaruhi siklus menstruasi

Faktor lain yang Mempengaruhi Menstruasi


Menurut Kusmiran (2011) faktor yang mempengaruhi menstruasi diantaranya
yaitu:
a. Faktor Enzim
Enzim hidrolitik yang terdapat dalam endometrium merusak sel yang berperan
dalam sintesis protein, yang mengganggu metabolisme sehingga mengakibatkan regresi
endometrium dan perdarahan.
b. Faktor Vaskular
Saat fase proliferasi, terjadi pembentukan sistem vaskularisasi dalam lapisan
fungsional endometrium. Pada pertumbuhan endometrium ikut tumbuh pula arteri-arteri,
vena-vena, dan hubungan diantara keduanya. Dengan regresi endometrium, timbul statis
dalam vena-vena serta saluran-saluran yang menghubungkannya dengan arteri, dan
akhirnya terjadi nekrosis dan perdarahan dengan pembentukan hematoma, baik dari
arteri maupun vena.
c. Faktor Prostaglandin
Endometrium mengandung prostaglandin E2 dan F2. Dengan adanya desintegrasi
endometrium, prostaglandin terlepas dan menyebabkan kontraksi miometrium sebagai
suatu faktor untuk membatasi perdarahan pada haid.
Selain itu penelitian mengenai faktor resiko dari variabilitas siklus menstruasi
adalah pengaruh dari berat badan, aktivitas fisik, serta proses ovulasi dan adekuatya
fungsi luteal.

B. PATOFISOLOGI KELAINAN HAID.


Gangguan siklus haid disebabkan ketidakseimbangan FSH atau LH sehingga
kadar estrogen dan progesteron tidak normal. Biasanya gangguan menstruasi yang
sering terjadi adalah siklus menstruasi tidak teratur atau jarang dan perdarahan yang
lama atau abnormal, termasuk akibat sampingan yang ditimbulkannya, seperti nyeri
perut, pusing, mual atau muntah (Prawirohardjo, 2008).
a. Menurut Jumlah Perdarahan
1) Hipomenorea
Perdarahan menstruasi yang lebih pendek atau lebih sedikit dari biasanya.
Hipomenorea tidak mengganggu fertilitas. Hipomenorea adalah perdarahan
dengan jumlah darah sedikit (<40 ml), melakukan pergantian pembalut 1-2 kali
per hari, dan berlangsung selama 1-2 hari saja. Hipomenorea disebabkan oleh
karena kesuburan endometrium kurang akibat kurang gizi, penyakit menahun,
maupun gangguan hormonal. Sering disebabkan karena gangguan endokrin.
Kekurangan estrogen maupun progesteron, stenosis hymen, stenosis serviks
uteri, sinekia uteri (sindrom asherman).
2) Hipermenorea
Perdarahan menstruasi yang lebih lama atau lebih banyak dari biasanya (lebih
dari 8 hari) dan mengganti pembalut 5-6 kali per hari. Penyebab hipermenorea
bisa berasal dari rahim berupa mioma uteri (tumor jinak dari otot rahim, infeksi
pada rahim atau hyperplasia endometrium (penebalan lapisan rahim). Dapat juga
disebabkan oleh kelainan di luar rahim (anemia, gangguan pembekuan darah),
juga bisa disebabkan kelainan hormon (gangguan endokrin).
b. Menurut Siklus atau Durasi Perdarahan
1) Polimenorea
Siklus menstruasi tidak normal, lebih pendek dari biasanya atau kurang dari 21
hari. Wanita dengan polimenorea akan mengalami menstruasi hingga dua kali
atau lebih dalam sebulan, dengan pola teratur dan jumlah perdarahan yang relatif
sama atau lebih banyak dari biasanya. Polimenorea dapat terjadi akibat adanya
ketidakseimbangan sistem hormonal pada aksis hipotalamus- hipofisis-ovarium.
Ketidakseimbangan hormon tersebut dapat mengakibatkan gangguan pada proses
ovulasi (pelepasan sel telur) atau memendeknya waktu yang dibutuhkan untuk
berlangsungnya suatu siklus menstruasi normal sehingga didapatkan menstruasi
yang lebih sering. Gangguan keseimbangan hormon dapat terjadi pada 3-5 tahun
pertama setelah haid pertama, beberapa tahun menjelang menopause, gangguan
indung telur, stress dan depresi, pasien dengan gangguan makan, penurunan berat
badan berlebih, obesitas, olahraga berlebih misal atlet, dan penggunaan obat-obat
tertentu.
2) Oligomenorea
Siklus menstruasi lebih panjang atau lebih dari 35 hari dengan jumlah perdarahan
tetap sama. Perempuan yang mengalami oligomenorea akan mengalami
menstruasi yang lebih jarang daripada biasanya. Oligomenorea biasanya terjadi
akibat adanya gangguan keseimbangan hormonal pada aksis hipotalamus-
hipofisis-ovarium. Gangguan hormon tersebut menyebabkan lamanya siklus
menstruasi normal menjadi memanjang, sehingga menstruasi menjadi lebih
jarang terjadi. Penyebab lain dari terjadinya oligomenorea diantaranya adalah
kondisi stress dan depresi, sakit kronik, pasien dengan gangguan makan,
penurunan berat badan berlebih, olahraga berlebihan missal atlet, adanya tumor
yang melepaskan estrogen, adanya kelainan pada struktur rahim atau serviks
yang menghambat pengeluaran darah menstruasi, dan penggunaan obat-obat
tertentu. Umumnya oligomenorea tidak menyebabkan masalah, namun pada
beberapa kasus dapat menyebabkan gangguan kesuburan.
3) Amenorea
Amenorea adalah keadaan tidak ada menstruasi untuk sedikitnya 3 bulan
berturut-turut. Hal tersebut normal terjadi pada masa sebelum pubertas,
kehamilan dan menyusui, dan setelah menopause.
Amenorea terdiri dari:
a) Amenorea primer
Amenorea primer adalah keadaan tidak terjadi menstruasi pada wanita usia 16
tahun. Amenorea primer terjadi pada 0,1-2,5% wanita usia reproduksi.
b) Amenorea sekunder
Amenorea sekunder adalah tidak terjadinya menstruasi selama 3 siklus. Angka
kejadian berkisar antara 1-5 %. (Purwoastuti & Walyani, 2015)
Gangguan lain yang berhubungan dengan menstruasi, diantaranya:
1) Premenstrual tension
Gangguan ini berupa ketegangan emosional sebelum haid, seperti gangguan
tidur, mudah tersinggung, gelisah, sakit kepala.
2) Mastadinia.
Nyeri pada payudara dan pembesaran payudara sebelum menstruasi.
3) Mittelschmerz
Rasa nyeri saat ovulasi, akibat pecahnya folikel de Graff dapat juga disertai
dengan perdarahan/ bercak.
4) Dismenorea
Rasa nyeri saat menstruasi yang berupa kram ringan pada bagian kemaluan
sampai terjadi gangguan dalam tugas sehari-hari.
5) Perdarahan di luar menstruasi
Perdarahan yang terjadi dalam masa antara 2 menstruasi (metroragia).
Pendarahan ini disebabkan oleh keadaan yang bersifat hormonal dan
kelainan anatomis. Pada kelainan hormonal terjadi gangguan poros
hipotalamus hipofisis, ovarium (indung telur) dan rangsangan estrogen dan
progesterone dengan bentuk pendarahan yang terjadi di luar menstruasi,
bentuknya bercak dan terus menerus, dan pendarahan menstruasi
berkepanjangan. Keadaan ini dipengaruhi oleh ketidakseimbangan hormon
tubuh, yaitu kadar hormon progesteron yang rendah atau hormon estrogen
yang tinggi.

Sindroma Pra-Menstruasi: PMS dan PMDD


Salah satu gejala atau gangguan kesehatan yang sering dialami para perempuan
sebelum atau saat menstruasi adalah “Sindroma pra-menstruasi” atau lebih populer
dengan istilah PMS (Pre-menstrual syndome). PMS yang berlangsung ringan
merupakan gejala yang tidak perlu terlalu dikhawatirkan karena bukan merupakan
gangguan kesehatan yang serius, dan dengan penanganan yang ringan akan dapat
diatasi dan bahkan dapat pulih dengan sendirinya. Namun, bila gejala gejala yang
dialami cukup parah, misalnya sampai menyebabkan sakit kepala yang
berkepanjangan, demam tinggi, atau bahkan pingsan, maka sebaiknya diwaspadai ada
gangguan kesehatan yang lebih serius dan perlu pertolongan dokter. PMS yang sangat
parah ini disebut PMDD (Pre-menstrual Dysphoric Disorder) atau Gangguan Disforik
Pra-menstruasi (Biggs and Demuth, 2011; Alvero, 2017). Jika Anda mengalami
PMDD maka harus berkonsultasi kepada dokter. Menurut Jarvis et al (2008) sekitar
90% perempuan pernah mengalami PMS walaupun tidak terus menerus, dan 20% di
antaranya mengalami PMS yang cukup parah sehingga perlu bantuan penanganan
dokter, dan ada sekitar 3-8% terdiagnosa mengalami Pre-menstrual dysphoric disorder
(PMDD).

Apa yang dimaksud dengan PMS dan PMDD?


Pre-menstrual syndrome (PMS) adalah sekumpulan gejala yang tidak
menyenangkan, baik fisik maupun psikis, yang dialami oleh perempuan menjelang
masa haid, yaitu sekitar satu atau dua minggu sebelum haid (American Congress of
Obstetricians and Gynecologists/ACOG, 2016). Sindroma atau gejala PMS ini akan
hilang begitu haid mulai atau bahkan 1-2 hari menjelang menstruasi. Tidak ada tes
atau pemeriksaan laboratorium ataupun pemeriksaan lain yang dapat digunakan untuk
menegakkan diagnosis PMS.
Sebagian besar perempuan pernah mengalami satu atau beberapa gejala yang
umum disebutkan sebagai gejala PMS, walaupun tingkat keparahannya sangat
bervariasi, dari yang sangat ringan sampai sangat berat. Ada yang mengalaminya
sekali sekali saja, tidak setiap kali menjelang menstruasi. Ini tidak dapat dikatagorikan
sebagai PMS. Gejala tidak menyenangkan yang dialami menjelang PMS baru dapat
dikatorikan PMS, apabila Anda mengalaminya hampir setiap kali, paling tidak tiga
kali berturut-turut, sebelum masa menstruasi.
Pada sebagian kecil perempuan, sindroma pra-menstruasi sangat berat sampai
sangat mengganggu kegiatan sehari-hari, bahkan sampai tidak dapat menjalankan
kegiatan sehari-hari. PMS yang sangat parah ini disebut PMDD (Pre-menstrual
Dysphoric Disorder) atau Gangguan Disforik Pra-menstruasi. Gejala PMDD meliputi
seluruh gejala PMS tetapi jauh lebih parah. Pada kondisi ekstrim, penderita PMDD
sampai merasakan keinginan untuk bunuh diri. PMDD terjadi pada 3% - 9% wanita
(Massachusetts General Hospital Center for Women’s Mental Health, 2016). Jika
Anda mengalami PMDD maka harus berkonsultasi kepada dokter.

Apa tanda dan gejalanya?


Data medis terakhir menyebutkan bahwa ditemukan lebih dari 100 gejala yang
berhubungan dengan PMS, tetapi yang paling sering dialami perempuan, antara lain:
− Pembengkakan dan rasa nyeri pada payudara
− Timbul jerawat
− Nafsu makan meningkat, terutama terhadap cemilan yang
manis dan asin
− Berat badan bertambah
− Perut terasa mulas dan kembung, bahkan kadang-kadang keram
− Konstipasi (sembelit)
− Sakit kepala
− Pegal linu, keram
− Kadang-kadang terjadi pembengkakan di ujung-ujung jari, tangan, atau kaki
− Nyeri punggung
− Lemas dan lesu
− Mudah lelah
− Mudah cemas dan tersinggung, uring-uringan, depresi
− Sulit berkonsentrasi
− Gangguan tidur (insomnia)

Pada PMDD, gejala-gejalanya akan makin berat, terutama gangguan psikologis


atau emosional. Perempuan yang menderita PMDD menjadi sangat emosional dan
mudah tersinggung, sulit berkonsentrasi dan cepat merasa frustasi dan depresi. The
American Psychiatric Association (1994) membuat daftar 11 gejala potensial dari
PMDD, yaitu:
1. Merasa sedih, putus asa, atau mencela diri sendiri
2. Merasa tegang, cemas, atau gelisah
3. Suasana hati yang tidak stabil dan sering diselingi dengan tangisan
4. Kemarahan yang tak kunjung padam dan peningkatan konflik interpersonal
5. Menurunnya minat pada kegiatan yang biasa dilakukan, yang mungkin
berhubungan dengan penarikan diri dari hubungan sosial
6. Kesulitan berkonsentrasi
7. Merasa lelah, lesu, atau kurang energi
8. Perubahan nafsu makan, yang mungkin berhubungan dengan keinginan terhadap
makanan tertentu
9. Hipersomnia atau insomnia
10. Perasaan subjektif karena kewalahan atau kehilangan kendali
11. Gejala fisik lainnya, seperti nyeri atau pembengkakkan payudara, sakit kepala,
nyeri sendi atau otot, kembung, dan berat badan naik

Apa penyebabnya?
Mekanisme akurat yang menjelaskan tentang apa yang menyebabkan terjadinya
PMS atau PMDD ini belum diketahui dengan pasti, namun sudah dapat dipastikan
bahwa perubahan hormonal yang terjadi menjelang menstruasi merupakan salah satu
faktor penyebab utama atau pemicu terjadinya PMS.
Dahulu diduga bahwa perempuan yang mengalami PMS kemungkinan memiliki
kadar hormon yang abnormal atau paling tidak pengaturan atau regulasi hormonalnya
mengalami gangguan. Namun dari banyak penelitian yang dilakukan akhir akhir ini
dapat disimpulkan bahwa bukan kadar hormon yang abnormal yang menyebabkan
timbulnya PMS, tetapi lebih kepada tingkat kepekaan atau sensitivitas seseorang
terhadap perubahan kadar hormon yang terjadi di dalam tubuhnya pada saat
menstruasi.
Fluktuasi kadar hormon estrogen dan progesteron di dalam darah sangat
mempengaruhi proses neurotransmisi pada susunan syaraf pusat, terutama transmisi
pada jalur biokimia serotonergik, noradrenergik, dan dopaminergik. Banyak
penelitian yang dilakukan akhir-akhir ini mengungkapkan kuatnya hubungan antara
terjadinya PMS atau PMDD dengan proses neurotransmisi, terutama pada sistem
serotonergik. Perempuan perempuan yang mengalami gangguan emosional pada saat
pra-mentruasi (pre-menstrual mood disorder) ternyata mengalami gangguan atau
abnormalitas pada neurotransmisi jalur serotonergik, yang diperkirakan berhubungan
dengan gejala gejala iritabilitas (mudah tersinggung), depresi, dan peningkatan
dorongan untuk mengonsumsi karbohidrat (carbohydrate craving).
Diperkirakan ada juga peran asam gamma amino butirat (GABA), senyawa
neurotransmiter susunan syaraf pusat, pada patogenesis PMS dan PMDD, walaupun
hal ini belum dapat disimpulkan dengan pasti. Demikian pula perkiraan adanya
keterlibatan sistem transmisi syaraf opioid dan ardenergik pada patogenesis PMS dan
PMDD juga masih perlu dibuktikan walaupun tanda tanda ke arah itu sudah ada.
Beberapa hasil penelitian membuktikan bahwa perubahan yang terjadi pada
kadar hormon progesteron lebih berperan dalam patogenesis PMS dibandingkan
perubahan kadar hormon estrogen. Penurunan kadar hormon progesteron di dalam
darah berakibat pada penurunan senyawa metabolit progesteron, yang salah satu
fungsinya adalah sebagai semacam zat penenang (sedative) di dalam otak, yang
menyebabkan rasa santai dan tenang. Beberapa penelitian sudah membuktikan
bahwa kadar metabolit progesteron yang lebih tinggi berkorelasi positif dengan gejala
PMS yang lebih ringan. Namun demikian, pemberian suplemen progesteron pada
seseorang yang menderita PMS ternyata belum dapat meredakan gejala gejala PMS.
Oleh karena itu, pengaruh progesteron terhadap PMS ini masih terus dalam penelitian.
C. TERAPI FARMAKOLOGI DAN NON FARMAKOLOGI
TERAPI FARMAKOLOGI
Penanganan untuk gangguan akibat menstruasi yang paling sering pada
remaja adalah dismenorea. Menurut Sarwono (2005), terapi medis dengan
keberhasilan cukup baik dalam terapi dismenorea, antara lain :
1. Pemberian obat analgetik
Jika rasa nyerinya berat, diperlukan istirahat ditempat tidur dan kompres
panas pada perut bawah untuk mengurangi penderitaan. Obat analgetik yang
sering diberikan adalah preparat kombinasi aspirin, fena setin dan kafein.Obat
– obat paten yang beredar di pasaran adalah antara lain novalgin, ponstan,
acetaminophen, dsb.
2. Terapi Hormonal
Tujuan terapi hormonal ialah menekan ovulasi. Tindakan ini bersifat
sementara dengan maksud untuk mrmbuktikan bahwa gangguan benar
– benar dismenorea primer atau memungkinkan penderita melaksanakan
pekerjaan penting pada waktu haid tanpa gangguan. Tujuan ini dapat dicapai
denagn pemberian salah satu jenis pil kombinasi kontrasepsi.
3. Terapi dengan obat non steroid anti prostaglandin
Terapi ini memegang peranan yang makin penting terhadap dismenorea
primer. Termasuk disini indo metasin, ibu profen, dan naproksen; dalam
kurang lebih 70% penderita dapat disembuhkan atau mengaami banyak
perbaikan. Hendaknaya pengobatan diberikan sebelum haid mulai; 1 – 3 hari
sebelum haid dan pada hari pertama haid.
4. Dilatasi kanalis servikalis
Hal ini dapat memberi keringanan karena memudahkan pengeluaran darah
haid dan prostaglandin di dalamnya. Neuroktomi prasakral (pemotongan urat
saraf sensorik antara uterus dan susunan saraf pusat) ditambah dengan
neuroktomi ovarial (pemotongan urat saraf sensorik yang ada di ligamentum
infundibulum) merupakan tindakan terakhir, apabila usaha – usaha lain gagal.
5. Suplemen nutrisi
Suplemen tertentu terbukti dapat memperbaiki kondisi pra-menstrual.
Multivitamin yang mengandung zat besi, suplemen kalsium dosis tinggi
(1200-1600 mg per hari), suplemen magnesium (200-360 mg per hari),
vitamin B6 (50-100 mg per hari), sudah terbukti melalui beberapa penelitian
efektif meringankan gejala-gejala PMS, baik yang bersifat emosional maupun
fisik. Namun harus diingat bahwa konsumsi suplemen nutrisi ini tidak boleh
melebihi dosis yang disarankan karena dapat menimbulkan bahaya.
Konsumsi vitamin B6 lebih dari 100 mg per hari misalnya, dapat
menyebabkan neuropati perifer (Ghanbari et al, 2009; Jarvis et al, 2008;
Takashima-Uebellhoer and Bertone- Johnson, 2014).

TERAPI NON FARMAKOLOGI


Penanganan non farmakologi merupakan penanganan yang diberikan tanpa
penggunaan bahan kimia yang diupayakan dapat membantu mengurangi keluhan
selama haid. Teknik yang digunakan dapat seperti suhu hangat, usapan lembut pada
perut (effleurage massage), TENS, akupresur, akupuntur, aromaterapi, olah raga,
hingga perbaikan nutrisi (Lowdermilk, Perry, Cashion, 2013). Hudson menyatakan
bahwa penggunaan model terapi tanpa penggunaan obat dapat diterapkan pada
dismenore baik dari ringan, sedang, hingga berat dengan dapat melakukan salah
satu model terapi atau mengkombinasikannya dengan terapi lainnya untuk
mencapai tujuan yang lebih optimal (Hudson, 2007).
Terapi Pijat
Terapi pemijatan merupakan metode yang popular untuk relaksasi dengan
memberikan manipulasi pada bagian tubuh menggunakan sentuhan ataupun
pemberian penekanan secara lembut menggunakan jari tangan, lengan bawah, atau
siku, bahkan dengan kaki (Sherman et al., 2010). Mekanisme pijat dapat mengatasi
nyeri menganut paham teori gate control dengan memanipulasi kerja mielinisasi
serabut saraf penghantar nyeri menuju otak berkurang sehingga nyeri dihantarkan
lebih lama bahkan terhambat, dan stimulus pijatan dapat mencapai otak lebih cepat
sehingga “menutup gerbang” masuknya persepsi nyeri (Field, Diego, & Hernandez-
Reif, 2007). Penelitian lainnya menyatakan bahwa pijatan dapat memberikan efek
relaksasi karena dapat meningkatkan sirkulasi oksigen pada jaringan sehingga
dapat mengurangi nyeri (Apay, Arslan, Akpinar, & Celebioglu, 2012). Hasil
tersebut sejalan dengan penelitian Azima (2015), dengan cara RCT menyatakan
massage cukup efektif dipilih dalam mengurangi nyeri karena efek relaksasinya.
Sehingga ketika seseorang merasakan sensasi nyeri dengan memberikan relaksasi
diharapkan persepsi terhadap nyeri tersebut dapat berkurang bahkan hilang.
Akupresure
Akupresure merupakan teknik yang serupa dengan memanfaatkan penekanan
pada tubuh pada lokasi titik tertentu. Penerapan akupresure tidak semuanya dapat
dilakukan mandiri namun dilakukan oleh akhlinya atau sudah memperoleh
pelatihan sebelumnya dan bila dilakukan tidak berisiko fatal secara mandiri atau
tergolong aman. Penelitian menunjukkan saat ini akupresure merupakan teknik
yang mulai popular diterapkan sebagai metode meredakan nyeri yang mengacu
pada metode pengobatan China, seperti penerapan penekanan pada titik
akupuntur meridian yang dapat melanjarkan peredaran daraah dan mengurangi
nyeri (Chen & Chen, 2010).
Aromaterapi
Aromaterapi merupakan salah satu teknik Complementary Alternative Medicine
yang menggunakan minyak esensial berasal dari tumbuhan yang dapat diperoleh
khasiatnya melalui aplikasi topikal atau secara inhalasi (Han et al., 2006). Aroma
minyak yang terhirup akan bereaksi pada saraf penciuman yang akan dihantarkan
hingga saraf pusat dan memengaruhi pikiran untuk mencapai relaksasi, sementara
aplikasi pada kulit memungkinkan minyak akan terserap dari pori-pori menuju
pembuluh darah dan memberikan efek rilaksasi otot (Hur, Song, Lee, & Lee, 2014).
Hasil penelitian 10 systematic review yang dilakukan Lee dan timnya tentang
aromaterapi dikatakan bahwa pemanfaatan aromaterapi merupakan terapi yang
efektif diterapkan pada beberapa kondisi baik psikologis maupun fisik (Lee, Choi,
Posadzki, & Ernst, 2012).
Penelitian Han menyatakan jenis minyak yang dapat mengurangi kram perut yaitu
jenis lavender, cary sage, rose (Han et al., 2006). Penelitian Marzouk menyatakan
juga jenis minyak yang dapat digunakan untuk diusapkan pada perut adalah
campuran cinnamon oil, rose, clove, juga lavender pada minyak almond, dan tidak
ada laporan adanya efek samping dalam mengatasi nyeri (Marzouk, El- Nemer, &
Baraka, 2013). Hasil penelitian Apay dan timnya menyatakan bahwa penggunaan
minyak aromaterapi yang diusapkan pada daerah perut dapat menurunkan nyeri
lebih banyak yaitu dari 82,38% menjadi 51,13% dengan lavender dibandingkan
82,38% menjadi 51,13% pada plasebo dengan minyak soft parafin (Apay et al.,
2012).
Terapi musik
Terapi musik adalah sebuah aktivitas terapeutik yang menggunakan musik sebagai
media untuk memperbaiki, memelihara, mengembangkan mental, fisik, dan
kesejahteraan emosi (Djohan, 2009). Peran musik dalam menurunkan nyeri yaitu
sesuai dengan teori gate control, musik menghambat proses pengantaran stimulus
nyeri melalui spinal cord sehingga otak tidak lagi melanjutkan persepsi terhadap
nyeri (Tamsuri, 2006). Penelitian Lii pada pasien kanker payudara yang menjalani
mastectomy yang menerapkan terapi musik baik tempo singkat maupun lama
dinyatakan mampu mengurani nyeri yang dirasakan (Li, Yan, Zhou, Wang, &
Zhang, 2011).
Penelitian quasi eksperimen pada 60 remaja menyatakan bahwa mendengarkan
musik selama 30 menit baik selama menstruasi atau sejak tujuh hari sebelum
menstruasi dapat menekan gejala fisik maupun psikologis yang timbul
(Kushalappa, Lakshmanagowda, Shwetha, & Brathi, 2015).

Terapi Suhu
Pemanfaatan suhu hangat sebagai terapi kompres merupakan metode pemanfaatan
konduksi suhu yang untuk memberikan efek relaksasi, vasodilaasi pembuluh darah,
sehingga oksigen, sari makanan dapat lebih banyak terserap pada jaringan tersebut
yang dibuktikan dengan berkurangnya nyeri dan bengkak pada pemasangan infus
dengan kompres hangat (Sriwahyuni & Yuswanto, 2014). Alat yang dipergunakan
untuk melakukan kompres hangat dapat menggunakan alat mulai yang modern
misalnya heating pad, hot silica atau cara konvensional seperti kain yang
dihangatkan, penggunaan botol karet atau plastik (Sinclair, 2007). Penggunaan
terapi suhu pada area topikal dikatakan akan memberikan respon pada suhu sekitar
40-450C. Penelitian di Nigeria menyatakan jika model terapi menggunakan air
hangat menjadi pilihan 25,7% perempuan selama dismenore (Emmanuel et al.,
2013). Penelitian lain yang dilakukan Kim dengan memanfaatkan suhu hangat
dengan menggunkan bantalan hangat pada abdomen terbukti dapat membantu
memberikan kenyamanan dalam melakukan kegiatan harian perempuan (Kim &
Jeung-Im, 2013).

Yoga
Yoga merupakan suatu teknik olah tubuh yang berasal dari India yang dapat
kesehatan dengan menciptakan harmonisasi tubuh dan pikiran. Teknik yoga saat
ini banyak diterapkan di berbagai wilayah dengan tujuan untuk meningkatkan
kesehatan. Yoga juga dipercaya dapat menyeimbangkan kondisi fisik dan energy
yang bersumber dari psikologis (Satyanad et al, 2016). Harmonisasi tubuh dan
pikiran tersebut terjadi melalui kemampuannya mempengaruhi level Gamma
Aminobutyric Acid (GABA) pada otak (Parasuraman, Wen, Zhen, Hean, & Sam,
2016). Penelitian sebelumnya menjumpai bahwa penyebab dismenore yaitu
selain adanya kontraksi disritmik pada otot uterus dan hipoksia jaringan yang
terjadi oleh tidak seimbangnya kerja saraf simpatis, dan servik yang hipertonus
ternyata kondisi psikosomatis seperti ansietas dan tekanan yang dialami pada
remaja juga meningkatkan produksi prostaglandin yang meningkatkan
sensitivitas endometrium yang menyebabkan peningkatan kontraksi dengan atau
tanpa dirasakannya dismenorea (Tejwani & tejwani, 2015).
D. FITOTERAPI
Sumber bahan makanan tradisional yang telah dilakukan uji klinis juga dapat
dimanfaatkan sebagai salah satu solusi mengatasi dismenore. Curcumin atau zat
yang terkandung pada kunyit salah satu contoh dari apotik hidup yang banyak
diteliti dengan manfaat seperti antidepresan, anti inflamasi, antri microba, dan
hipoglikemik. Penelitian menyatakan bahwa kunyit dapat mereduksi sintesis
prostaglandin dan menghambat kerja enzim cyclooxygenase 2 (COX 2). selain
itu juga dapat memodulasi neurotransmitter (serotonin, dopamine,
norepinephrine) yang memberikan efek antidepresi. Enzim COX 2 berespon pada
produksi prostaglandin E2 yang menimbulkan gejala nyeri, meriang, dan
peradangan yang kerap muncul pada Premenstrual sindrom (Khayat, Fanaei,
Kheirkhaa, Moghadam, Kasaeian, Javadimehr, 2015).
Sumber herbal lainnya yang dimanfaatkan untuk mengatasi dismenore yaitu jahe.
Jahe masih satu rumpun dengan kuyit berupa toga berbentuk akar yang diketahui
berkhasiat untuk anti inflamasi, anti kanker, anti mual unstuk kasus kehamilan,
kemoterapi, dan pasca bedah. Jahe juga diketahui bekerja sebagai penghambat
enzim COX dan lipooxygenase, dan menghalangi sintesis prostaglandin. Jahe
tergolong aman dikonsumsi oleh perempuan dengan dismenore sejak tiga hari
sebelum menstruasi dengan dosis satu sendok bubuk jahe yang dilarutkan dalan
200 cc air hangat dan dapat diminum sebanyak tiga kali sehari dengan hasil
bahwa nyeri haid berbeda signifikan pada hari pertama dismenore dibandingkan
sebelumnya (Awed, El-saidy, Amro, 2013). Penelitian di wilayah yang berbeda
yaitu di cina juga menjumpai hasil yang serupa dimana konsumsi jahe dapat
mengurangi keluhan nyeri haid yang dirasakan dan dijumpai pula jahe memiliki
efek yang sama efektifnya dengan konsumsi ibuprofen atau asam mefenamat
pada kasus dismenore primer (Ozgoli et al, 2009).
Beberapa herbal dipercaya dapat membantu meringankan gejala gejala PMS
atau PMDD. Di luar negeri banyak herbalist merekomendasikan penggunaan
Evening Primrose Oil, Chaste Tree Berry, Dong Quai, Cramp Bark, dan Black
Cohosh untuk membantu meringankan gejala gejala PMS. Di Indonesia, kita juga
memiliki banyak obat tradisional dan tumbuhan obat yang sejak dulu digunakan
untuk membantu meringankan PMS, antara lain jamu yang mengandung kunyit,
jahe, kencur, asam jawa, dan lain-lain. Jahe adalah obat alami yang sangat baik
untuk masalah haid, termasuk kram, PMS dan menstruasi tidak teratur. Sebuah
studi yang diterbitkan dalam jurnal International Scholarly Research Notices,
mengungkapkan bahwa jahe efektif dalam mengurangi gejala PMS.
Beberapa ramuan herbal yang mudah dibuat untuk mengurangi gejala PMS
atau PMDD:
Jahe-madu
Minuman jahe madu sangat enak rasanya dan juga mudah membuatnya.
Minuman ini akan menghangatkan badan dan kandungan madunya menambah
stamina dan daya tahan tubuh terhadap berbagai penyakit.
Cara membuatnya, tambahkan 1 sendok teh jahe parut ke dalam satu cangkir
air mendidih. Biarkan mendidih selama beberapa menit. Lalu saring dan
tambahkan madu secukupnya. Minum 2 atau 3 cangkir teh jahe ini setiap hari,
setidaknya selama seminggu sebelum haid.
Kunyit Asam
Seperti namannya, bahan utama minuman ini adalah kunyit dan asam jawa. Zat
antiradang yang terkandung pada kunyit dan antinyeri yang dimiliki asam
jawa membuat paduan kedua bahan ini berkhasiat meredakan nyeri perut saat
menstruasi. Sebagaimana diketahui, otot perut selalu berkontraksi sangat intens
untuk mengeluarkan darah dari dalam rahim. Kontraksi otot ini menyebabkan
ketegangan dan nyeri pada saat menstruasi.
Cara membuatnya mudah. Parut beberapa ruas kunyit, tambahkan sedikit air,
peras dan ambil air sarinya. Tambahkan sedikit asam jawa dan gula merah,
kemudian rebus hingga mendidih, lalu angkat dan saring. Jamu kunyit asam bisa
diminum dalam keadaan hangat untuk mengurangi nyeri saat datang bulan.
Beras Kencur
Minuman ini terbuat dari tepung beras, kencur, jahe, kunir dan asam jawa.
Minuman ini sangat kaya kandungan antioksidan. Jika dikonsumsi hangat-
hangat menjelang atau pada saat menstruasi, minuman beras kencur bisa
membantu mengatasi rasa lelah, letih, lemah dan lesu akibat karena tubuh
kehilangan sel darah merah; juga menghilangkan rasa kembung akibat
pengumpulan cairan di dalam rongga perut.
Membuat minuman beras kencur tidak sukar namun tidak semudah membuat
jahe madu atau kunyit asam. Oleh sebab itu, jika Anda kenal tukang jamu
langganan yang bersih dan tidak menggunakan bahan pengawet dan pemanis
buatan dalam membuat jamunya, Anda dapat memesan minuman beras kencur
ini kepada langganan Anda. Tapi pastikan beliau tidak menggunakan bahan
bahan berbahaya tadi. Tetapi, jika Anda punya waktu dan senang
mengerjakannya, membuat jamu beras kencur sendiri sangat dianjurkan. Sebab
kegiatan ini akan meningkatkan kadar endorfin dalam tubuh yang dapat memicu
rasa tenang dan bahagia, di samping Anda dapat menjamin minuman yang Anda
buat bersih, higienis, dan terhindar dari bahan bahan berbahaya.
Untuk membuatnya Anda memerlukan 200 g beras putih, kencur sebanyak 6 jari
orang dewasa , jahe sebanyak 2 jari orang dewasa, kunyit sebanyak 2 jari orang
dewasa , asam jawa yang sudah dibuang bijnya sebanyak 2 sendok makan, daun
pandan segar 2-4 helai, gula jawa sekitar 250 g, dan 1-2 buah jeruk nipis.
Pertama-tama rendam beras putih dengan menggunakan air bersih. Waktu yang
dibutuhkan sekitar 3 jam. Sambil merendam beras, siapkan bahan-bahan
(kencur, jahe, kunyit, asam jawa, daun pandan dan gula jawa), cuci bersih dan
iris halus. Setelah itu siapkan panci yang bersih, lalu masukkan air bersih
sebanyak 8 gelas. Rebus air dengan menggunakan api sedang. Masukkan semua
bahan yang sudah diiris ke dalam rebusan air, aduk aduk sampai mendidih.
Biarkan mendidih selama lebih kurang 10-20 menit. Setelah itu angkat panci
dan saring air rebusan. Ampasnya jangan dibuang. Tumbuk ampas bersama
beras yang sudah direndam hingga halus. Kemudian campur dengan air
rebusan yang sudah disaring tadi. Aduk-aduk, lalu lakukan penyaringan sekali
lagi. Tambahkan perasan air jeruk nipis sebanyak yang Anda suka sehingga
rasanya enak dan segar. Jangan lupa untuk menambahkan garam secukupnya
saja. Minuman beras kencur sudah siap untuk dinikmati. Jika berlebih, minuman
dapat disimpan di kulkas untuk 2 hari. Hangatkan sebentar sebelum diminum.
DAFTAR PUSTAKA
Anas, Tamsuri. 2006. Konsep dan Penatalaksanaan Nyeri. Jakarta; EGC.
Bobak, Irene. M., Lowdermilk., and Jensen. 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas.
Edisi 4. Jakarta : EGC.
Cashion, Perry, Lowdermilk. (2013). KeperawatanMaternitas Edisi 8. Singapore: Elsevier
Morby.
Fahmawati, Yenni. (2009). Sistem Reproduksi pada Manusia. Bandung: PT Puri
Pustaka.
Kusmiran, Eny. (2011). Reproduksi Remaja dan Wanita.Jakarta:Salemba Medika.
Purwoastuti & Wulyani (2015). Ilmu Obstetri & Ginekologi Sosial Untuk Kebidanan.
Yogyakarta: Pustaka Baru Press.

Saryono. (2009). Sindrom Premenstruasi : mengungkap tabir sensitifitas perasaan


menjelang menstruasi. Yogyakarta: Nuha Medika.
Wijayanti. (2009). Fakta Penting Seputar Kesehatan Reproduksi Wanita. Yogyakarta:
Book marks.
Wulanda, A. F. (2011). BiologiReproduksi. Jakarta: SalembaMedika.
Prawirohardjo, Sarwono. 2008. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. Jakarta: PT.
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Purwoastuti & Wulyani (2015). Ilmu Obstetri & Ginekologi Sosial Untuk Kebidanan.
Yogyakarta: Pustaka Baru Press.

Saryono. (2009). Sindrom Premenstruasi : mengungkap tabir sensitifitas perasaan


menjelang menstruasi. Yogyakarta: Nuha Medika.
Wijayanti. (2009). Fakta Penting Seputar Kesehatan Reproduksi Wanita. Yogyakarta:
Book marks.
19

Modul Nama Blok ....................... Tahun 2020

Anda mungkin juga menyukai