Anda di halaman 1dari 48

STUDI PREFORMULASI

“SEDIAAN PASTA ZINC OXIDE”

TEKNOLOGI LIQUID & SEMISOLID 1

Disusun Oleh :

Kelompok II

Kelas : Farmasi A1

Asisten : 1. Putri Annisa Islamiyah

2. Miftahul Fatihah

Dosen : apt. Nur Azizah Syahrana, S. Farm., M, Farm

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR

2022
BAB I

STUDI PREFORMULASI

A. Studi Preformulasi

1. Zat Aktif

a. Studi Farmakologi

1) Mekanisme Kerja

 Zinc Oxide memantulkan radiasi ultraviolet dan digunakan


sebagai tabir surya fisik (Brayfield, 2014).

 Zinc Oxide adalah astringen ringan dengan sifat antiseptik


yang menenangkan, melindungi, dan lemah. Ini
memberikan penghalang fisik untuk mencegah iritasi kulit
dan membantu menyembuhkan kulit yang rusak. Ini juga
memantulkan radiasi UV dan digunakan sebagai tabir surya
fisik (MIMS, 2022).

 Memberikan penyembuhan kulit; memberikan penghalang


pada kulit dari lecet & basah; memiliki sifat antiseptik yang
lemah (Medscape, 2023).

2) Indikasi

 Zinc oxide bersifat astringen ringan dan digunakan secara


topikal sebagai aplikasi yang menenangkan dan melindungi
pada eksim dan ekskoriasi ringan, pada luka, dan untuk
wasir. Hal ini juga digunakan dengan tar batubara atau
ichthammol dalam pengobatan eksim (Brayfield, 2014).

 Zinc oxide sediaan topikal digunakan sebagai Skin


protectant (pelindung kulit), ruam popok dan sunscreen
(MIMS, 2023).
3) Kontraindikasi

Pasien dengan hipersensitivitas terhadap zinc oxide (Medscape,


2023).

4) Efek Samping

Gangguan kulit dan jaringan subkutan; Iritasi lokal (MIMS,


2023).

5) Dosis/Konsentrasi

Dosis sediaan pasta: 12.8%; 16%; 17%; 20%; 40% (Medscape,


2023).
6) Aturan pakai

Oleskan secara tipis ke area yang terkena beberapa kali sehari


sesuai kebutuhan (Medscape, 2023).

7) Peringatan & Perhatian

 Hubungi dokter jika kondisi memburuk, berulang dalam


beberapa hari, atau tidak membaik setelah 1 minggu; Hanya
unrtuk pemakaian luar saja; Hindari mata; Jauhkan dari
jangkauan anak-anak, jika tertelan, segera hubungi bantuan
medis atau hubungi pusat kendali racun (Medscape, 2023).

 Hindari kontak dengan mata atau gunakan pada kulit yang


rusak. Hindari paparan sinar matahari jangka panjang
(MIMS, 2023).

b. Studi Farmakokinetik

 Absorpsi
Melekat pada kulit hingga 4 hari setelah penggunaan topikal
(BPOM, 2015).

 Distribusi

Zat yang diabsopsi terikat pada protein plasma (88,2%) dan sel
darah merah (10.6%) (BPOM, 2015).

 Metabolisme dan eliminasi

Sebagian kecil zat yang diasbsorpsi terutama dieliminasi pada


fese menjadi obat utuh dan metabolitnya setelah 4 hari
penggunaan. Sejumlah kecil dari obat utuh dan metabolitnya
terdapat pada urin (BPOM, 2015).

c. Studi Sifat Fisika Kimia

1. Zinc oxide (British Pharmacopoiea, 2009; Kemenkes RI, 2020


Rowe et al., 2009)

Nama Resmi : Zinc Oxide

Rumus Struktur :

Rumus Molekul : ZnO

Berat Molekul : 81,38 g/mol

Sinonim : Zink oksida, Zinci Oxidum, Zinci Oxydum, Zincum


Oxydatum, Zinkoxid

Pemerian : Serbuk amorf, sangat halus, putih atau putih


kekuningan; tidak berbau; lambat laun menyerap
karbon dioksida dari udara.
Kelarutan : Tidak larut dalam air dan dalam etanol; larut dalam
asam encer.

Stabilitas : Jika dipanaskan dengan kuat, terjadi warna kuning yang


akan hilang pada pendinginan. Ketika kontak dengan
udara ZnO perlahan akan menyerap uap lembab dan
CO₂.

Inkompatibilitas : Perubahan warna hitam telah dilaporkan ketika seng


oksida dan gliserol bersentuhan dengan adanya cahaya.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.

Kegunaan : Zat Aktif

2. Alasan Pemilihan Zat Aktif

Zink Oksida dalam pasta ini dimaksudkan untuk menormalkan


ketidakseimbangan fungsi kulit, membantu mencegah kelainan, dan
meregulasi kelenjar sebacea. Zat ini merupakan gabungan mineral
dengan oksigen yang sangat efektif untuk sintesis protein dan
meningkatkan sistem imun (Morkoc, 2009).

ZnO atau Zink Oksida adalah senyawa anorganik dapat


diproduksi menggunakan berbagai jenis proses, yaitu: (1) oksidasi
logam seng, (2) reduksi logam dengan system kontrol reoksidasi dan
(3) proses pengendapan oksida logam dan logam karbonat. Dapat juga
diproduksi dari limbah industri dengan menggunakan proses
hidrometalurgi atau proses pirometalurgi. Pada proses hidrometalurgi
menggunakan pelarut asam atau basa, sedangkan pada proses
pirometalurgi menggunakan suhu tinggi (Rao, 2006).

3. Alasan Pemilihan Bentuk Sediaan

Alasan pemilihan pasta karena kelebihan pasta dibanding se-


diaan topikal yang lain yaitu pasta mengikat cairan sekret sehingga
untuk luka akut lebih baik dibandingkan unguentum, bahan obat dalam
sediaan pasta lebih melekat pada kulit sehingga meningkatkan daya
kerja lokal, konsentrasi pasta lebih kental dari salep, dan daya absorpsi
pasta lebih besar dan kurang berlemak dibandingkan dengan sediaan
salep (Lieberman, 1994).

Sediaan pasta dipilih karena tidak meleleh pada suhu badan


maka digunakan sebagai salep penutup atau pelindung (Morkoc,
2009).

Sediaan pasta juga lebih disukai karena lebih praktis,


mempunyai sifat pengering untuk luka akut yang cenderung mengeras,
menggelembung atau mengeluarkan cairan, melindungi daerah yang
terluka dari udara luar dan mempermudah perbaikan kulit serta
menghantarkan obat pada kulit untuk efek khusus topikal (Ansel,
1989).

Kelebihan pasta dibanding sediaan topikal yang lain yaitu pasta


mengikat cairan sekret sehingga untuk luka akut lebih baik
dibandingkan unguentum, bahan obat dalam sediaan pasta lebih
melekat pada kulit sehingga meningkatkan daya kerja lokal,
konsentrasi pasta lebih kental dari salep, dan daya absorpsi pasta lebih
besar dan kurang berlemak dibandingkan dengan sediaan salep
(Ningsih dkk., 2015).

Selain itu, Alasan pemilihan bentuk sediaan pasta karena


penggunaan pasta dapat memungkinkan kontak dengan tempat aplikasi
lebih lama sehingga pelepasan zat aktif zinc oxideakan lebih
maksimal. Selain itu sediaan pasta juga lebih disukai karena lebih
praktis, mempunyai sifat pengering untuk luka akut yang cenderung
mengeras, menggelembung atau mengeluarkan cairan, melindungi
daerah yang terluka dari udara luar dan mempermudah perbaikan kulit
serta menghantarkan obat pada kulit untuk efek khusus topikal (Anggi,
2016).
4. Bahan Tambahan
a. Alasan Pemilihan
1) Amilum 15%
 Amilum manihot merupakan amilum yang diperoleh
dari akar tanaman singkong (Manihot utilissima Pohl),
famili Euphorbiaceae. Amilum singkong mengandung
amilosa sekitar 14% dan amilopektin 86% (Koarsley
& Dziedzic, 1995).

 Amilum manihot berbentuk serbuk halus putih, tidak


berwarna, tidak berasa, karakteristiknya bervariasi
tergantung asal tumbuhannya, dan praktis tidak larut
dalam etanol (95%) dan air dingin (Anonim, 2007).

 Amilum manihot merupakan amilum yang mudah


terhidrolisis oleh enzim α-amilase yang selanjutnya akan
berpengaruh terhadap Sifat fisik amilum. Amilum
digunakan sebagai pembentuk pasta dengan pH 5,5 mirip
dengan pH zinc oxide (Wilkins, 2000).

 Diantara amilum dari umbi – umbian lain, amilum manihot


merupakan amilum yang mudah diperoleh dan harganya
relatif murah (Muliani, 2008).

 Amilum berfungsi sebagai bahan pengikat apabila


ditambahkan dalam bentuk pasta atau kering sebelum
digranul dengan komponen yang lain (Swabrick, 2007).

2) Vaselin

 Vaselin banyak digunakan dalam formulasi sediaan topikal


sebagai basis yang bersifat emolient. Vaselin flavum
digunakan sebagai emolien krim, topikal emulsi, topikal
ointments dengan konsentrasi antara 10-30% (Rowe et al.,
2009).

 Vaselin adalah campuran hidrokarbon jenuh setengah padat


yang dimurnikan, diperoleh dari minyak bumi. Vaselin
putih adalah vaselin yang telah dihilangkan seluruh atau
hampir seluruh warnanya, sehingga mengurangi reaksi
hipersensitivitas dan lebih dipilih untuk penggunaan
kosmetik dan sediaan farmasetika lain (Rowe et al., 2009).

 Pemilihan vaselin flavum dikarenakan sifatnya yang dapat


melembabkan kulit sehingga tidak kering dan terhindar dari
kontaminasi organism asing. Selai itu, vaselin flavum sukar
larut dalam air sehingga ketika salep diaplikasikan terhadap
tangan, dapat memempertahankan kestabilan dari
kandungan bahan aktif pada salep (Ansel, 1989).

 Alasan vaselin flavum dipilih sebagai basis hidrokarbon


karena Basis hidrokarbon dapat memperpanjang kontak
bahan obat dengan kulit, sehingga dapat meningkatkan
hidrasi pada kulit dan akan mempengaruhi absorpsi
perkutan suatu obat (Wilantari, dkk., 2019).
3) Butylated Hydroxytoluene (BHT) 0,1%
 BHT berbentuk Kristal padat atau serbuk kuning-putih atau
pucat dengan karakteristik bau fenolik yang samar. BHT
digunakan sebagai antioksidan dalam kosmetik, makanan,
dan obat-obatan. Hal ini terutama digunakan untuk
menunda atau mencegah ketengikan oksidatif lemak dan
minyak, serta untuk mencegah hilangnya aktivitas vitamin
yang larut dalam minyak (Rowe, et al., 2009).
 BHT dipilih sebagai antioksidan tambahan karena tidak
beracun serta mempunyai kelarutan yang baik dalam
minyak/lemak (Herawati & Akhlus, 2006).
 Konsentrasi BHT yang dimanfaatkan terkait sediaan topikal
sebanyak 0,0075-0,1% (Rowe, et al., 2009).
4) Metil paraben 0,18%
 Bahan pengawet sering digunakan umumnya adalah
metil paraben (nipagin 0.12-0.18%) (Widodo, 2013).
 Pengawet ditambahkan dengan maksud dapat
mengurangi dan mencegah pertumbuhan
mikroorganisme dengan konsentrasi 0,12-0,18%
(Elmitra, 2017)
 Kegunaan metil paraben yaitu sebagai bahan pengawet,
mencegah adanya kontaminasi, perusakan serta
pembusukan oleh bakteri dan fungi di dalam formulasi
farmasetika, produk makanan, dan kosmetik pada
rentang pH 4-8. Pada sediaan topikal, konsentrasi yang
umum digunakan yaitu 0,02-0,3% (Rowe et al., 2009).
 Kombinasi metil paraben dan propil paraben diperlukan
dalam formulasi sediaan topikal untuk meningkatkan
efek antimikroba pada sediaan (Rowe & Owen, 2006).
 Metil paraben banyak digunakan pada produk kosmetik
dan produk farmasi karena metil paraben memiliki
kemampuan menghambat timbulnya kontaminan
seperti bakteri dan jamur (Malonda, 2017).
5) Propil paraben 0,02%
 Pada konsentrasi 0,01 0,6% propil paraben dapat digunakan
sebagai bahan pengawet dalam kosmetik, makanan, serta
produk farmasetika (Rowe et al., 2009).
 Bahan pengawet antara metil paraben dan propil paraben
dikombinasikan karena aktivitas antimikroba propil
paraben dapat meningkat bila dikombinasikan dengan
golongan paraben lainnya. Konsentrasi yang digunakan
sebagai pengawet adalah 0,01-0,6% (Rowe, etal., 2009).
 Kombinasi konsentrasi propil paraben 0,02% dengan metil
paraben 0,18% dapat menghasilkan kombinasi pengawet
dengan aktivitas antimikroba yang kuat (Rowe & Owen,
2006).
6) Etanol
 Etanol tergolong dalam alcohol yang dapat berfungsi
sebagai pembawa, pelarut, dan bahkan peningkat penetrasi
bahan obat ke dalam kulit (stratum korneum) pada sistem
penghantaran transdermal (Qisti, 2018).
 Etanol merupakan pelarut yang penggunaannya sangat luas
dalam pembuatan berbagai macam sediaan farmasi (Rowe
et al., 2009).
 Penggunaan etanol sebagai pelarut telah ditentukan
konsentrasi Ethanol yang disesuaikan dengan kemampuan,
misalnya dalam produk topikal berkisar antara 60-90%
(Qisti, 2018).
b. Uraian Bahan
1) Vaselin Putih (Kemenkes RI, 2020; Rowe et al., 2009)

Nama Resmi : White Vaseline

Sinonim : Vaselin Putih, vaselinum album, petrolatum

Pemerian : Putih atau kekuningan pucat, massa berminyak


transparan dalam lapisan tipis setelah didinginkan pada
suhu 0°.

Kelarutan : Tidak larut dalam air; sukar larut dalam etanol dingin
atau panas dan dalam etanol mutlak dingin; mudah larut
dalam benzen, dalam karbon disulfida, dalam
kloroform; larut dalam heksana, dan dalam sebagian
besar minyak lemak dan minyak atsiri.

Stabilitas : Petrolatum adalah bahan yang stabil secara inheren


karena sifat komponen hidrokarbonnya yang tidak
reaktif; sebagian besar masalah stabilitas terjadi karena
adanya sejumlah kecil pengotor. Jika terkena cahaya,
pengotor ini dapat teroksidasi untuk menghitamkan
petrolatum dan menghasilkan bau yang tidak
diinginkan. Petrolatum tidak boleh dipanaskan untuk
waktu yang lama di atas suhu yang diperlukan untuk
mencapai fluiditas lengkap (sekitar 70°C)

Inkompatibilitas : Petrolatum sedikit ketidakcocokan dengan bahan inert

Penyimpanan : Disimpan dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari


cahaya, di tempat yang sejuk dan kering.

Kegunaan : Basis salep, emollient

Konsentrasi : Hingga 100%

2) Amilum Tritici (Rowe et al., 2009)


Nama Resmi : Amylum Tritici

Rumus Struktur :

Rumus Molekul : (C6H10O5)n, di mana n = 300–1000.


Sinonim : Tritici Amylum

Pemerian : Tidak berbau, tidak berasa, serbuk putih. Terdiri dari


serbuk granul atau butiran yang sangat kecil.

Kelarutan : Praktis tidak larut dalam etanol dingin (96%) dan dalam
air dingin. Pati membengkak seketika dalam air sekitar
5-10% pada 37°C. Pati menjadi larut dalam air panas
pada suhu di atas suhu gelatinisasi. Pati sebagian larut
dalam dimetilsulfoksida dan dimetilformamida.

Stabilitas : Pati kering stabil jika terlindung dari kelembaban


tinggi. Pati adalah bahan yang dianggap inert secara
kimia dan mikrobiologi dalam kondisi penyimpanan
normal. Larutan atau pasta pati secara fisik tidak stabil
dan mudah dimetabolisme oleh mikroorganisme; karena
itu mereka harus baru disiapkan saat digunakan untuk
granulasi basah.

pH : 4-8

Inkompatibilitas : Pati tidak cocok dengan zat pengoksidasi kuat. Senyawa


berwarna inklusi dibentuk dengan yodium.

Penyimpanan : Pati harus disimpan dalam wadah kedap udara di tempat


yang sejuk dan kering.

Konsentrasi : 15%

Kegunaan : Sebagai bahan pengikat

3) Butil Hidroksitoluen (Kemenkes RI, 2020; Rowe et al., 2009)


Nama Resmi : Butyl Hydroxytoluene
Rumus Struktur :

Rumus Molekul : C₁₅H₂₄O

Berat Molekul : 220,35 g/mol

Sinonim : Agidol; BHT; butylhydroxytoluenum; Dalpac;


dibutylated hydroxytoluene; E321; Embanox BHT;
Impruvol; Ionol CP; Nipanox BHT; OHS28890;
Sustane; Tenox BHT; Topanol; Vianol.
Pemerian : Hablur padat, putih; bau khas lemah.

Kelarutan : Tidak larut dalam air dan dalam propilenglikol; mudah


larut dalam etanol, dalam kloroform dan dalam eter.

Stabilitas : Paparan cahaya, kelembaban, dan panas menyebabkan


perubahan warna dan hilangnya aktivitas.

Titik Didih : 265°C

Titik Lebur : 70°C

Inkompatibilitas : Butylated hydroxytoluene adalah fenolik dan mengalami


reaksi karakteristik fenol. Ini tidak kompatibel dengan
zat pengoksidasi kuat seperti peroksida dan
permanganat. Kontak dengan zat pengoksidasi dapat
menyebabkan pembakaran spontan. Garam besi
menyebabkan perubahan warna dengan hilangnya
aktivitas. Pemanasan dengan jumlah asam katalitik
menyebabkan dekomposisi cepat dengan pelepasan
isobutene gas yang mudah terbakar.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Konsentrasi : 0,0075-0,1%

Kegunaan : Sebagai Antioksidan

4) Metil paraben (Kemenkes RI, 2020; Rowe et al., 2009)


Nama Resmi : Methylparaben

Rumus Struktur :

Rumus Molekul : C₈H₈O₃

Berat Molekul : 152,15 g/mol

Sinonim : Aseptoform M; CoSept M; E218; 4-hydroxybenzoic


acid methyl ester; metagin; Methyl Chemosept;
methylis parahydroxybenzoas; methyl p-
hydroxybenzoate; Methyl Parasept; Nipagin M; Solbrol
M; Tegosept M.
Pemerian : Hablur kecil, tidak berwarna atau serbuk hablur, putih:
tidak berbau.

Kelarutan : Sukar larut dalam air, dalam benzen dan dalam karbon
tetraklorida; mudah larut dalam etanol dan dalam eter.
Stabilitas : Larutan metil paraben dalam air pada pH 3–6 dapat
disterilkan dengan autoklaf pada suhu 120°C selama 20
menit, tanpa dekomposisi. Larutan berair pada pH 3–6
stabil (kurang dari 10% dekomposisi) hingga sekitar 4
tahun di ruang suhu, sedangkan larutan berair pada pH
8 atau lebih dapat mengalami hidrolisis cepat (10% atau
lebih setelah penyimpanan sekitar 60 hari pada suhu
kamar)

Titik lebur : 125–128°C

pH : 4-8

Inkompatibilitas : Aktivitas antimikroba metil paraben dan paraben


lainnya sangat berkurang dengan adanya surfaktan
nonionik, seperti sebagai polisorbat 80, sebagai hasil
dari miselisasi. Namun, propilen glikol (10%) telah
terbukti mempotensiasi aktivitas antimikroba paraben
dengan adanya senyawa nonionik surfaktan dan
mencegah interaksi antara methylparaben dan polisorbat
80. Inkompatibilitas dengan zat lain, seperti bentonit,
magnesium trisilikat, bedak, tragakan, natrium alginat,
minyak esensial, sorbitol, dan atropin, telah dilaporkan.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Konsentrasi : 0,0015-0,2%

Kegunaan : Sebagai pengawet

5) Propil paraben (Kemenkes RI, 2020; Rowe et al., 2009)


Nama Resmi : Propylparaben
Rumus Struktur :

Rumus Molekul : C₁₀H₁₂O₃

Berat Molekul : 180,20

Sinonim : Aseptoform P; CoSept P; E216; 4-hydroxybenzoic acid


propyl ester; Nipagin P; Nipasol M; propagin; Propyl
Aseptoform; propyl butex; Propyl Chemosept; propylis
parahydroxybenzoas; propyl phydroxybenzoate; Propyl
Parasept; Solbrol P; Tegosept P; Uniphen P-23.
Pemerian : Serbuk putih atau hablur kecil, tidak berwarna, tidak
berasa, tidak berbau

Kelarutan : Sangat sukar larut dalam air, mudah larut dalam etanol
dan eter, sukar larut dalam air mendidih

Stabilitas : Gliserin bersifat higroskopis, gliserin murni, tidak


rentan terhadap oksidasi oleh atmosfer dibawah kondisi
penyimpanan biasa, tetapi terurai pada pemanasan
dengan evolusi akrolein beracun, campuran dari gliserin
dengan air, etanol 95% dan propilen glikol stabil secara
kimiawi

Titik didih : 295°C

pH : 4-8

Inkompatibilitas : Aktivitas antimikroba propilparaben sangat berkurang


dengan adanya surfaktan nonionik sebagai hasil dari
miselisasi. Penyerapan propilparaben oleh plastik telah
dilaporkan, dengan jumlah yang diserap tergantung
pada jenis plastik dan kendaraan. Magnesium
aluminium silikat, magnesium trisilikat, oksida besi
kuning, dan biru laut juga telah dilaporkan menyerap
propilparaben, sehingga mengurangi kemanjuran
pengawet. Propilparaben berubah warna dengan adanya
besi dan mengalami hidrolisis oleh basa lemah dan
asam kuat.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

Konsentrasi : 0,1-05%

Kegunaan : Sebagai pengawet

6) Etanol (Kemenkes RI, 2020; Rowe et al., 2009)


Nama Resmi : Alcohol

Rumus Struktur :

Rumus Molekul : C₂H₆O

Berat Molekul : 46,07 g/mol

Sinonim : Agidol; BHT; butylhydroxytoluene;


butylhydroxytoluenum; Dalpac; dibutylated
hydroxytoluene; E321; Embanox BHT; Impruvol;
Ionol CP; Nipanox BHT; OHS28890; Sustane; Tenox
BHT; Topanol; Vianol.
Pemerian : Cairan mudah menguap, jernih, tidak berwarna; bau
khas dan menyebabkan rasa terbakar pada lidah.
Mudah menguap walaupun pada suhu rendah dan
mendidih pada suhu 78º, mudah terbakar.

Kelarutan : Bercampur dengan air dan praktis bercampur dengan


semua pelarut organik.

Stabilitas : Larutan etanol berair dapat disterilkan dengan autoklaf


atau dengan penyaringan dan harus disimpan dalam
wadah kedap udara, di tempat yang dingin.

Titik Didih : 78,15°C

Inkompatibilitas : Dalam kondisi asam, larutan etanol dapat bereaksi kuat


dengan bahan pengoksidasi. Campuran dengan alkali
dapat menggelapkan warnanya karena reaksi dengan
jumlah residu aldehida. Garam atau akasia organik
dapat diendapkan dari larutan atau dispersi berair.
Larutan etanol juga tidak sesuai dengan wadah
aluminium dan dapat berinteraksi dengan beberapa
obat.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, jauh dari api.

Kegunaan : Sebagai Pelarut


BAB II

FORMULASI

B. Formulasi

1. Rancangan Formula

Nama Produk : Betaclin®Gel

Nama Perusahaan : PT. BETA PHARMACY

Jumlah Produk :5

Tanggal Formulasi : 10 Januari 2023

Tanggal Produksi : 10 Januari 2024

Nomor Registrasi : DKL 2300200128 A1

Nomor Bets : 3100121

Komposisi : Tiap 10 gram Gel mengandung:

Zincy Oxide 20%

Amylum Manihot 15%

Metyl Paraben 0,18%

Propyl Paraben 0,02%

Etanol qs

Vaselin Album ad 100%


2. Master Formula

Diproduksi Tanggal Formulasi Tanggal Dibuat Disetujui


oleh Produksi Oleh Oleh

PT. Beta 11 Januari 2023 11 Januari Kelompok 2 - Putri


Pharmacy 2024 Annisa
Islamiyah
- Miftahul
Fatihah
Kode Bahan Nama Bahan Fungsi Per 10 g Per Bets
Gel

01-ZO Zincy Oxide Zat Aktif 2g 10 g

02-AM Amylum Manihot Pengikat 1,5 g 7,5 g

03-BHT Butylated Hidroxitoluen Antioksidan 0,01 g 0,05 g

04-MP Metyl Paraben Pengawet 0,018 g 0,09 g

05-PP Propyl Paraben Pengawet 0,002 g 0,01 g

06-ET Etanol Pelarut qs qs

07-VA Vaselin Album Basis 6,47 g 32,35 g

3. Perhitungan
Per Unit
Tiap 10 gram Gel mengandung:
Zinci Oksida 20% = x 10 g

=2g
Amylum Manihot 15% = x 10 g

= 1,5 g
BHT 0,1% = x 10 g

= 0,01 g
Metyl Paraben 0,18% = x 10 g

= 0,018
Propyl Paraben 0,02% = x 10 g

= 0,002
Etanol = qs
Vaseline Album = ad 100%

= x 10 g

= ad 10g
= 10 g – ( 2 + 1,5+ 0,018+0,002+0,01 )
= 10g – 3,53
= 6,47
Per Bets
Zinci Oksida 20% =2gx5
= 10 g
Amylum Manihot 15% = 1,5 g x 5
= 7,5 g
BHT 0,1% = 0,01 g x 5
= 0,05 g
Metyl Paraben 0,18% = 0,018 x 5
= 0,09
Propyl Paraben 0,02% = 0,002 g x 5
= 0,01
Etanol = qs
Vaseline Album = 6,47 g x 5
= 32,35
4. Cara Kerja
a. Disiapakan alat dan bahan
b. Dicuci alat menggunakan air mengalir, kemudian dibilas dengan
AQ dan dikeringkan
c. Ditimbang semua bahan dengan neraca analitik sesuai dengan
perhitungannya
d. Di timbang wadah kosong
e. Diayak ZO dengan ayakan nomor 100, kemudian ditimbang
sebanyak 10 gram diletakkan di atas kertas perkamen
f. Dimasukkan 91,85 gram VA ke dalam mortir, kemudiam digerus
g. Dilarutkan PP sebanyak 0,01 gram dan MP sebanyak 0,09 gram
dengan menggunakan ET q.s di dalam kaca arloji. Setelah larut,
dimasukkan kedalam mortar, gerus halus hingga homogen .
h. Dimasukkan AT sebanyak 7,5 gram kedalam mortir, gerus ad
halus, tambahkan sebagian VA sebanyak 91,85 gram gerus halus
homogen
i. Didalam kaca arloji yang sudah berisi BHT sebanyak 0,01 gram,
ditetesi dengan ET aduk ad larut
j. Dimasukkan kedalam mortir, digerus ad homogen ditambahkan ZO
yang telah diayak sebelumnya sebanyak 10 gram, tambahkan sisa
VA, gerus halus homogen
k. Ditimbang masing-masing sebanyak 10 gram dalam wadah (tube
pasta) yang telah homegen lalu dimasukkan ke dalam tube.
l. Dikemas secara primer dan sekunder
m. Dilakukan evaluasi sediaan dan produk
5. Evaluasi
a. Uji Organoleptik
Dilakukan pengamatan visual terhadap bau, warna, dan bentuk.
biasanya jernih dengan konsistensi setengah padat. Pengujian
organoleptis ini bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya
perubahan selama penyimpanan. Pengamatan organoleptis meliputi
warna, bau, dan rasa yang dapat diamati dengan panca indera
(Shaheena, 2019).
b. Uji pH
Larutan pasta disiapkan dan pH ditentukan pada suhu kamar
menggunakan pH meter yang telah dikalibrasi. Pengukuran pH
merupakan parameter fisikokimia yang penting pada sediaan
topikal karena pH berkaitan dengan efektivitas zat aktif, stabilitas
zat aktif dan sediaan, serta kenyamanan di kulit sewaktu
digunakan. Uji pH sediaan juga merupakan salah satu syarat mutu
pasta gigi. Berdasarkan nilai pH yang diperoleh semua formula
memenuhi kriteria sesuai persyaratan pada SNI 8861:2020 yaitu
6-10 (Shaheena, 2019).
c. Uji Homogenitas
Homogenitas dilakukan dengan mengoleskan zat yang akan diuji
pada sekeping kaca atau bahan lain yang Cocok harus
menunjukkan susunan yang homogen dan tidak menunjukkan
butiran kasa. Uji homogenitas merupakan salah satu uji yang
penting dalam melakukan formulasi sediaan farmasetika,
tujuannya untuk mengetahui apakah bahan-bahan dalam
formulasi tersebut tercampur merata atau tidak (Shaheena, 2019).
d. Uji Daya Sebar
Pasta diletakkan di tengah dengan slide kaca lainnya. Berat yang
diketahui (1 kg) ditempatkan dengan hati-hati pada slide ini
selama 10 menit untuk memungkinkan pasta menyebar dan
kemudian diameter pasta diukur. Pengujian daya sebar dilakukan
untuk menjamin pemerataan pasta gigi saat diaplikasikan ke gigi
dan untuk mengetahui kemampuan menyebar. Pasta gigi yang
baik memiliki rentang daya sebar yang sesuai dengan sediaan
pasta gigi pasaran yaitu sebesar 2,61 5,32 cm (Doko, 2018).
e. Uji Tinggi Busa
Pasta dicampur dengan air suling (15 mL) dalam gelas ukur,
dikocok kuat-kuat selama I menit, diletakkan di atas meja untuk
mengukur ketinggian busa di atas permukaan air bertujuan untuk
mengetahui banyak busa yang dihasilkan dari sediaan pasta (Das
et al. 2013). Kemampuan berbusa pasta gigi ditentukan dengan
menggunakan persamaan berikut:

Kemampuan busa (%) :

x 100 %

f. Uji Viskositas
Uji viskositas dilakukan dengan cara rotor dipasang pada alat
uji, diatur hingga rotor tercelup dalam gel. Alat diaktifkan, skala
yang ditunjukkan dibaca hingga menunjukan angka yang stabil
(Widia et al., 2012).
g. Uji Stabilitas
Uji freeze-thaw cycling ini dilakukan dengan cara meletakkan
sediaan pada suhu 4°C selama 24 jam dan dilanjutkan dengan
meletakkan sediaan tersebut pada suhu 40°C Selama 24 jam (I
siklus). Pengujian ini dilakukan sebanyak 3 siklus dan amati
perubahan fisik dan pH pada sediaan dari awal sampai akhir
siklus. Untuk melihat stabilitas pasta gigi yang diformulasikan,
sifat fisikokimianya dipelajari dengan interval reguler 4 bulan
selama 12 bulan (Shaheena, 2019).

6. Dokument Produksi Induk


Logo Perusahaan Dokumen Produksi Induk Hal. Dari 3

No.
PASTA ZINC OXIDE 20% Tanggal Berlaku
10 januari 2023
Disusun Oleh Diperiksa Oleh Disetujui Oleh Mengganti No. ….

Tanggal
PT. BETA 1. Putri Annisa apt. Nur Azizah
PHARMACY Islamiyah Syahrana,
2. Miftahul Fatihah S.Farm.,M,Farm
Selasa, 10 Januari
2023

Nama Produk: Pasta Zinc Oxide 20%


1. Keterangan Umum
Bentuk Sediaan Berat Zat Aktif 2 gram
Pasta
Berat Sediaan 10 gram

Stabilitas Masa Simpan/masa edar …………


Jika dipanaskan dengan kuat,
terjadi warna kuning yang Kondisi Penyimpanan Disimpan pada suhu kamar
akan hilang pada (25°C-30°C) dalam wadah
pendinginan. Ketika kontak tertutup baik dan terhindar
dengan udara ZnO perlahan dari cahaya matahari
akan menyerap uap lembab langsung
dan CO₂

2. Komposisi
No. Komposisi Kode Bahan Jumlah dalam 1 Jumlah dalam 1
sedaan bets
1 Zinc Oxide 01-ZO 2 gram 10 gram

2 Amilum 02-AM 1,5 gram 7,5 gram


3 Vaselin 03-VA 6,47 gram 32,5 gram

4 Butylated Hydroxytoluene 04-BHT 0,01 gram 0,05 gram

5 Metil Paraben 05-MP 0.018 gram 0,09 gram

6 Propil Paraben 06-PP 0.002 gram 0,01 gram

7 Etanol 07-EL q.s q.s

3. Produksi dan Pengemasan


3.1. Prosedur Produksi untuk 1 Bets
1. Disiapakan alat dan bahan
2. Dicuci alat menggunakan air mengalir, kemudian dibilas dengan aquadest
dan dikeringkan
3. Ditimbang semua bahan dengan neraca analitik sesuai dengan
perhitungannya
4. Di timbang wadah kosong
5. Diayak 01-ZO dengan ayakan nomor 100, kemudian ditimbang sebanyak
10 gram diletakkan di atas kertas perkamen
6. Dimasukkan gram 03-VA ke dalam mortir, kemudian digerus
7. Dilarutkan PP sebanyak 0,01gram dan 05-MP sebanyak 0,09 gram dengan
menggunakan 07-EL q.s di dalam kaca arloji. Setelah larut, dimasukkan
kedalam mortar, gerus halus hingga homogen .
8. Dimasukkan 02-AM sebanyak 2,5 gram kedalam mortir, gerus ad halus,
tambahkan sebagian 03-VA sebanyak 96,85 gram gerus halus homogen
9. Didalam kaca arloji yang sudah berisi 04-BHT sebanyak 0,05 gram,
ditetesi dengan 07-EL aduk ad larut
10. Dimasukkan kedalam mortir, digerus ad homogen ditambahkan 01-ZO
yang telah diayak sebelumnya sebanyak 10 gram, tambahkan sisa 03-VA,
gerus halus homogen
11. Ditimbang masing-masing sebanyak 10 gram dalam wadah (tube pasta)
yang telah homegen lalu dimasukkan ke dalam tube.
12. Dikemas secara primer dan sekunder
13. Dilakukan evaluasi sediaan dan produk

3.2. Prosedur Pengemasan primer untuk 1 Bets


1. Ditimbang wadah kosong
2. Ditimbang sediaan
3. Dimasukkan kedalam tube
4. Ditutup rapat wadah
3.3. Prosedur Pengemasan sekunder untuk 1 Bets
1. Dimasukkan kedalam kemasan
2. Dimasukkan brosur
3. Ditutup rapat kemasan

4. Persyaratan Dalam Pengawasan Mutu


4.1. Pengawasan selama proses produksi pasta
Pemerian pasta
Jenis Evaluasi Standard
Warna √
Kenampakan √
Aroma √
Rasa √

4.2. Pengawasan selama pengemasan primer


1. Diamati bentuk kemasan
2. Diamati posisi label penanda produk
3. Diamati berat sediaan produk
4. Diamati keamanan kemasan

4.3. Pengawasan selama pengemasan sekunder


No Parameter Standard
1. Kebenaran penandaan pada label √
2. Kebenaran posisi label botol √
3. Kebenaran penandaan pada box √
4. Kebenaran isi perbox dengan cara melihat -
catatan penimbangan

4.4. Evaluasi sediaan pasta


Jenis Evaluasi Standard
Uji Organoleptic Warna, kemampakan,aroma dan rasa
 Warna secara visual sama
 Kenampakan
 Aroma
 Rasa
Uji Ph Sediaan 6-10
Uji Homogenitas Harus homogen,tidak adanya
gelembung udara,gumpalan dan
partikel yang terpisah
Uji stabilitas fisik Meliputi organoleptic,Ph,dan
homogentitas tidak terjadi perubahan
Uji Daya Sebar 2,61-5,32 cm
Uji Pemeriksaan Konsistensi Konsistensi pada sediaan pasta tidak
mengalami perubahan konsistensi

5. Distribusi Dokumen
Asli : Kepada Bagian Pemastian Mutu
Salinan 1 : Kepala Bagian R&D
Salinan 2 : Kepala Bagian Pengawasan Mutu
Salinan 3 : Kepala Bagian Produksi

1. KOMPOSISI
Pelaksana Pemeriksa

No Kode Bahan Awal Jumlah dalam Jumlah


1 Sediaan Dalam 1 Bets
1. 01-Z0 2 gram 10 gram
2. 02-AM 1,5 gram 7,5 gram
3. 03-VA 6,47 gram 32,5 gram
4. 04-BHT 0,01 gram 0,05 gram
5. 05-MP 0,018 gram 0,09 gram
6. 06-PP 0.002 gram 0,01 gram
7. 07-EL q.s q.s
8. 08-L1 1 pcs 5 pcs
9. 09-L2 1 pcs 5 pcs
10. 10-B 1 pcs 5 pcs
11. 11-KMS 1 pcs 5 pcs
12. 12-TUBE 1 pcs 5 pcs
No Kode bahan pengemas 1 sediaan 1 bets
sekunder
1. 10-B 1 pcs 5 pcs
2. 11-KMS 1 pcs 5 pcs

No Kode bahan 1 sediaan 1 bets


pengemasan primer
1. 08-L1 1 pcs 5 pcs
2. 09-L2 1 pcs 5 pcs
3. 12-TUBE 1 pcs 5 pcs

2. PENIMBANGAN
Tanggal Penimbangan: 12 januari 2023 jam mulai: 09:40 jam selasai 10:17
Pelaksana Pemeriksa

 Ruangan dibersihkan menurut protap pembersihan ruangan No.405


 Peralatan dibersihkan menurut protap pembersihan mesin No. 404
 Kebersihan ruangan, peralatan dan wadah diperiksa oleh supervisor
produksi
Timbang bahan sesuai Protap penimbangan No. 301

No Nama Bahan Jumlah Jumlah No.


Teoritis nyata (gr) bets/No Qc
(gr)
1. Zinc Oxide 10 gram 10 gram 3100321
2. Amilum 7,5 gram 7,51 gram 3100321
3. Vaselin 32,5 gram 32,60 gram 3100321
4. Butylated 0,05 gram 0.05 gram 3100321
Hydroxytoluene
5. Metil Paraben 0,09 gram 0,09 gram 3100321
6. Propil Paraben 0,01 gram 0,03 gram 3100321
Rekonsiliasi bahan
Hasil teoritis (a) : 40,15
Hail nyata (b) : 40,28
Sampel Qc (c) : 10 gram
Rusak (d) :0
Rekonsiliasi : x100% = %
x 100%
= 40,52%

Batas hasil 95-105%

3. PEMBUATAN PASTA
Tanggal pembuatan Pasta: 12 januari 2023 jam mulai: 10:45 jam selesai: 11:18
Pelaksana Pemeriksa

 Ruangan dibersihkan menurut Protap pembersihan ruangan No. 405


 Peralatan dibersihkan menurut Protap pembersihan mesin No. 404
 Kebersihan ruangan, peralatan dan wadah diperiksa oleh supervisor
produksi
Metode Kerja pembuatan pasta
1. Disiapakan alat dan bahan
2. Dicuci alat menggunakan air mengalir, kemudian dibilas
dengan aquadest dan dikeringkan
3. Ditimbang semua bahan dengan neraca analitik sesuai
dengan perhitungannya
4. Di timbang wadah kosong
5. Diayak 01-ZO dengan ayakan nomor 100, kemudian ditimbang
sebanyak 10 gram diletakkan di atas kertas perkamen
6. Dimasukkan gram 03-VA ke dalam mortir, kemudian digerus
7. Dilarutkan PP sebanyak 0,01gram dan 05-MP sebanyak 0,09
gram dengan menggunakan 07-EL q.s di dalam kaca arloji.
Setelah larut, dimasukkan kedalam mortar, gerus halus hingga
homogen .
8. Dimasukkan 02-AM sebanyak 2,5 gram kedalam mortir, gerus
ad halus, tambahkan sebagian 03-VA sebanyak 96,85 gram
gerus halus homogen
9. Didalam kaca arloji yang sudah berisi 04-BHT sebanyak 0,05
gram, ditetesi dengan 07-EL aduk ad larut
10. Dimasukkan kedalam mortir, digerus ad homogen ditambahkan
01-ZO yang telah diayak sebelumnya sebanyak 10 gram,
tambahkan sisa 03-VA, gerus halus homogen
11. Ditimbang masing-masing sebanyak 10 gram dalam wadah
(tube pasta) yang telah homegen lalu dimasukkan ke dalam
tube.
12. Dikemas secara primer dan sekunder
13. Dilakukan evaluasi sediaan dan produk

Pengawasan selama proses


1. Diamati bau atau aroma pasta
2. Diamati warna pasta
3. Diamati bahan yang digunakan
4. Diamati rasa pasta
5. Diamati kenampakan pasta
6. Diamati stabilitas pasta
7. Diamati bobot bahan yang digunakan

4. PENGAWASAN PRIMER
Tanggal Pengemasan: 12 januari 2023 Jam mulai: 11:18 jam selesai: 11:58
Pelaksana Pemeriksa

 Ruangan dibersihkan menurut Protap pembersihan ruangan No. 405


 Peralatan dibersihkan menurut Protap pembersihan mesin No. 404
 Kebersihan ruangan, peralatan dan wadah diperiksa oleh supervisor
produksi
 Metode Kerja pengemasan Primer
1. Ditimbang wadah kosong
2. Ditimbang sediaan
3. Dimasukkan kedalam tube
4. Ditutup rapat wadah
 Pengawasan selama proses
Metode kerja pengawasan selama proses (IPC)
1. Diamati berat sedian pasta yang dimasukkan ke dalam pot
2. Diamati kebocoran pada kemasan
3. Diamati kesesuaian penandaan label

 Rekonsiliasi
a. Rekonsiliasi bahan pengemas
Nama Kebutuhan Kebutuhan Rekonsiliasi
bahan teoritis per teoritis per
diterima dipakai rusak dikembalikan
pengemas bets order
08-L1 5 pcs 1 pcs 5 pcs 5 pcs 0 0
09-L2 5 pcs 1 pcs 5 pcs 5 pcs 0 0
12-TUBE 5 pcs 1 pcs 5 pcs 5 pcs 0 0
b. Rekonsiliasi hasil produksi
Hasil teoritis (a) : 15
Hail nyata (b) :3
Sampel Qc (c) : 10 gram
Rusak (d) : 12
Rekonsiliasi : x100% = %
x 100%
= 1,67%

Batas hasil 95-105%

5. PENGEMASAN SEKUNDER
Tanggal pengemasan: 12 januari 2023 jam mulai: 13:27 jam selesai: 14:01
Pelaksana Pemeriksa

 Ruangan dibersihkan menurut Protap pembersihan ruangan No. 405


 Peralatan dibersihkan menurut Protap pembersihan mesin No. 404
 Kebersihan ruangan, peralatan dan wadah diperiksa oleh supervisor
produksi
 Metode Kerja pengemasan Sekunder
1. Dimasukkan kedalam kemasan
2. Dimasukkan brosur
3. Ditutup rapat kemasan

 Pengawasan selama proses


Metode kerja pengawasan selama proses (IPC)
No Parameter Keterangan
1. Kebenaran penandaan pada label √
2. Kebenaran posisi label botol √
3. Kebenaran penandaan pada box √
4. Kebenaran isi perbox dengan cara melihat catatan -
penimbangan
 Rekonsiliasi
c. Rekonsiliasi bahan pengemas
Nama Kebutuhan Kebutuhan Rekonsiliasi
bahan teoritis per teoritis per
diterima dipakai rusak dikembalikan
pengemas bets order
10-B 5 pcs 1 pcs 5 pcs 5 pcs 0 0
11-KMS 5 pcs 1 pcs 5 pcs 5 pcs 0 0

d. Rekonsiliasi hasil produksi


Hasil teoritis (a) : 10
Hail nyata (b) :2
Sampel Qc (c) : 10 gram
Rusak (d) :8
Rekonsiliasi : x100% = %
x 100%
= 200%
Batas hasil 95-105%

6. EVALUASI
Telah diperiksa oleh Kepala Bagian Produksi

Nama:
Tanggal:

Dikaji Oleh Kepala Bagian Pemastian Mutu

Nama:
Tanggal:

Logo Perusahaan FORM PELULUSAN PRODUK JADI PASTA


ZINC OXIDE 20%
PENGUJIAN LABORATORIUM
Departemen
PENGAWASAN MUTU

No. Forrm : QC-FM-002


No. QC :
No. Bets : 3100321
TGL Pelulusan
PENGUJIAN PENGUJIAN STANDARD HASIL KETERANG
AN
mulai selesai Lulus Tdk
lulus
Uji Organoleptic Uji Organoleptic √ -
 Warna  Warna  Putih
 Kenampakan  Kenampakan  Semi Padat
 Aroma  Aroma  Bau khas
zat aktif
Uji Ph sediaan Uji Ph sediaan Ph 6 √ -
Uji homogenitas Uji homogenitas Homogen √ -
Uji stabilitas Uji stabilitas stabil √ Dilakukan
fisik fisik pada hari
1-2
Uji daya sebar Uji daya sebar 5 cm √
Uji pemeriksaan Uji pemeriksaan konsisten √ Dilakukan
konsistensi konsistensi pada hari
1-2
Pengujian ulang (jika diperlukan)

Sesuai dengan hasil pengujian diatas maka sampel nomor bets: dinyatakan:

(LULUS/TIDAK LULUS)

Tgl…………………………
Ka. Bagian Pengawasan Mutu
7. Analisis Data
a. Uji organoleptis
1) Hasil Pengamatan
Uji Standart Hasil Gambar
Organoleptis Pengamatan

Warna Putih Putih

Bentuk Semi padat Semi


padat
Aroma Bau khas Bau khas
zat aktif zat aktif

2) Pembahasan
Dilakukan pengamatan visual terhadap bau, warna, dan bentuk.
biasanya jernih dengan konsistensi setengah padat. Pengujian
organoleptis ini bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya
perubahan selama penyimpanan. Pengamatan organoleptis meliputi
warna, bau, dan rasa yang dapat diamati dengan panca indera
(Shaheena, 2019).
b. Uji Ph
1) Hasil Pengamatan
Standart Hasil Gambar
Pengamatan

Ph : 6-10 6
2) Pembahasan
Pengujiaan ph dilakukan menggunakan indickator Ph
Larutan pasta disiapkan dan pH ditentukan pada suhu kamar
menggunakan pH meter yang telah dikalibrasi. Pengukuran
pH merupakan parameter fisikokimia yang penting pada
sediaan topikal karena pH berkaitan dengan efektivitas zat
aktif, stabilitas zat aktif dan sediaan, serta kenyamanan di
kulit sewaktu digunakan. Uji pH sediaan juga merupakan
salah satu syarat mutu pasta . Berdasarkan nilai pH yang
diperoleh semua formula memenuhi kriteria sesuai
persyaratan pada SNI 8861:2020 yaitu 6-10 (Shaheena,
2019).
c. Uji Homogenitas
1) Hasil Pengamatan
Standart Hasil Gambar
Pengamatan

Homegen tidak Homogen


terdapat partikel
kasar

2) Pembahasan
Uji homogenitas sediaan dilakukan dengan cara 1 gram
pasta gigi yang dioleskan tipispada kaca objek dan
ditutup dengan kaca objek lainnya, kemudian diamati
secara visual. Uji homogenitas merupakan salah satu uji
yang penting dalam melakukan formulasi sediaan
farmasetika, tujuannya untuk mengetahui apakah bahan-
bahan dalam formulasi tersebut tercampur merata atau
tidak (Nurjannah et al., 2018).
d. Uji Stabilitas Fisik
1) Hasil Pengamatan
Standart Hasil Gambar Pengamatan

Meliputi Stabil
organoleptic,Ph,dan
homogentitas tidak
terjadi perubahan

2) Pembahasan
Uji stabilitas Fisik meliputi organoleptic,Ph,dan
homogentitas yang dilakukan melalui pengamatan pada
hari 1-2 kemudian di dapatkan hasil yaitu tidak terjadi
perubahan sehingga dikatakan sediaan stabil (Nurjannah
et al., 2018).
e. Uji Daya Sebar
1) Hasil Pengamatan
Standart Hasil Gambar Pengamatan

2,61-5,32 5 cm
cm

2) Pembahasan
Uji daya sebar dilakukan dengan cara mengoleskan 1
gram sediaan pasta gigi sebesar pada kaca objek . Lalu
kaca objek lain diletakkan diatas sediaan pasta
selanjutnya diberi beban seberat 200 gr, diamkan dan
catat diameter. Setelah dilakukan kemudian di
dapatkan hasil 5 cm sesuai dengan syarat.(Mahdalin et
al., 2017).
f. Uji Pemeriksaan Konsistensi
1) Hasil Pengamatan
Standart Hasil Gambar Pengamatan

Pada Konsisten
sediaan
pasta tidak
mengalami
perubahan
konsistensi

2) Pembahasan
Uji pemeriksaan konsistensi dilakukan dengan
mengamati konsistensi pada sediaan pasta pada hari 1-2
dan di dapatkan hasil sediaan pasta memiliki konsistensi
yang tepat tidak mengalami perubahan konsistensi
.(Mahdalin et al., 2017).
PENUTUP
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang di dapatkan dari percobaan pembuatan pasta
dengan zat aktif zinc oxide 20% pada saat pengujian evaluasi sediaan
didapatkan standart hasil yang memenuhi syarat yaitu,pada uji
organoleptis didapatkan hasil secara visual dari warna,bentuk,dan
aroma yang mengikuti zat aktif selanjutnya,uji ph didapatkan hasil 6
yang sesuai dengan syarat,uji homogenitas memenuhi syarat yaitu tidak
terdapat partikel kasar,uji stabilitas fisik dan uji pemeriksaan
konsistensi yang dilakukan selama 1-2 hari yang menunjukkan tidak
terjadi perubahan dan uji daya sebar yang memenuhi standart
persyaratan yaitu 5 cm.

B. Saran
Adapun saran pada praktikum kali ini yaitu diharapkan untuk jadwal
praktikum kedepannya lebih konsisten dan alat di laboratorium lebih di
lengkapi sehingga praktikum berjalan dengan lancar
DAFTAR PUSTAKA
Anggi, V 2017. Formulasi pasta serbuk kopi dengan variasi konsentrasi sebagai
daya hambat terhadap bakteri Staphylococcus Aureus‟. Jurnal Farmasi
UIN Alauddin Makassar.
Anonim, 2007. The United State Pharmacopeia –National Formulary, Thirthy
Revision. Washington Dc, 242,643,1269.
Ansel, H.C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Ed. IV. UI-Press. Jakarta.
515.
BPOM. 2015. Gerakan Nasional Peduli Obat dan pangan Aman. Jakarta : Badan
POM.
Brayfield, A. Ed. 2014. Martindale: The Complete Drug Reference. 38th edn.
London: Pharmaceutical Press, p.1387; 1575.
British Pharmacopoiea Commision. (2009). British pharmacopoeia. London: The
Pharmaceutical Press.
Das I, Roy S, Chandni S, Karthik L, Kumar G, Rao KVB (2013) Biosurfactant
from marine actinobacteria and its application in toothpaste. Der
Pharmacia Lettre 5:1-6. cosmetic formulation of
Doko, K. I. (2018). Uji Aktivitas Antibiofilm terhadap Streptococcus mutans dan
Optimasi CMC Na dan Sorbitol pada Formula Pasta Gigi Gel Ekstrak
Daun Kelor (Moringa oleifera Lmk.). Fakultas Farmasi USD, Yogyakarta.
Elmitra. 2017. Buku Dasar-dasar Farmasetika dan Sediaan Semi Solid.
Yogyakarta: Penerbit Deepublish. (Bab X, Krim, Hal. 116 – 136).
Herawati dan Syafsir Akhlus. 2006. Kinerja BHT Sebagai Antioksidan Minyak
Sawit Pada Perlindungan Terhadap Oksidasi Oksigen Singlet. Jurusan
Kimia.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2020. Farmakope Indonesia edisi VI.
Jakarta.
Koarsley, M.W., Dziedzic S.Z., 1995. Handbook of Starch Hydrolisis Product
and Their Derivates. New York: Blackie Academic & Profesional, 1-25.
Lachman, L., Lieberman., and Kanig, J.L, 1994. Teori dan Praktek Farmasi
Industri, jilid 2, ed 3. diterjemahkan oleh Siti Suyatmi, UI Press, Jakarta,
1091-1096, 1119-1120.
Malonda, Tasya C.2017. FORMULASI SEDIAAN SAMPO ANTIKETOMBE
EKSTRAK DAUN PACAR AIR (Impatiens balsamina L.) DAN UJI
AKTIVITASNYA TERHADAP JAMUR Candida albicans ATCC 10231
SECARA IN VITRO. Jurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT Vol. 6 No. 4
NOVEMBER 2017 ISSN 2302 - 2493.
Medscape (Online). 2022. Zinc Oxide, Aplikasi Medscape. Di akses tanggal 10
Januari 2023 pada https://reference.medscape.com/drug/desitin-
diaparene-diaper-rash-zinc-oxide-topical-99935
MIMS (Online). 2023. MIMS Indonesia : Zinc Oxide. Petunjuk Konsultasi, Edisi
23. Di akses tanggal 10 Januari 2023 pada
https://www.mims.com/indonesia/drug/info/zinc%20oxide?mtype=generic
Morkoc, H., 2009. Zinc Oxide Fundamentals, Materials, and Device
Technology. Wiley VCH, Verlag.
Muliani, H., 2008, Karakterisasi Fisikomekanik Amilum Singkong (Manihot
utillisima, Pohl) sebagai Bahan Tambahan dalam Formulasi sediaan
Farmasi. Skripsi, Jurusan Farmasi FMPA. Universitas Islam Indonesia.
Yogyakarta.
Ningsih, Suci., dkk. 2015. Pasta Zinc Oxide sebagai mild astringent menggunakan
basis amilum singkong (Manihot utilisima Pohl). Khazanah, Vol 2 No. 2.
Owen, S. C., 2006, Sorbitol, in: Rowe, R. C., Sheskey, P. J., and Owen, S. C..
Handbook of Pharmaceutical Excipients, Fifth Ed, 718-721.
Pharmaceutical Press, London, Chicago.
Qisti, B. W., Nurahmanto, D., & Rosyidi, V. A. (2018). Optimasi Propilen Glikol
dan Etanol sebagai Peningkat Penetrasi Ibuprofen dalam Sediaan Gel
dengan Metode Simplex Lattice Design. e-Jurnal Pustaka Kesehatan, 6(1).
Rao, R.; Georgie, M.K. Fuglestad, A.; The role of nutrition in cognitive
development. In Handbook in Developmental Cognitive Neuroscience;
MIT Press: Cambridge, MA, USA, 2006; Volume 2, pp. 623–641.
Rowe, R.C., Sheskey, P.J. dan Quinn M.E. (eds.). 2009. Handbook of
Pharmaceutical Excipients 6th Edition, Minneapolis, Pharmaceutical
Press.
Shaheena, S., Chintagunta, A. D., Dirisala, V. R., & Sampath Kumar, N. S.
(2019). Extraction of bioactive compounds from Psidium guajava and
their application in dentistry. AMB express, 9(1), 1-9.
Swarbrick, J., & Boylan, J.C., 2007. Encyclopedia of Pharmaceutical Technology.
Edisi Ketiga Volume I. Usa: Pharmaceu Technology.
Widodo.H. 2013. Ilmu meracik Obat Untuk apoteker. Yogyajarta :D-Medika.
Wilantari, P.D., Santika, A. A. G. J. 2019. Aktivitas Penyembuhan Luka Insisi
dari Salep Daun Binahong (Anredera scandens (L.) Moq.). Jurnal Farmasi
Udayana, Vol 8, No 2, Tahun 2019, 78-89. pISSN: 2301-7716; eISSN:
2622-4607.
Widia W., Mufrod dan Setiyadi G., 2012, Formulasi Sediaan Gel Ekstrak Etanol
Daun Lidah Buaya (Aloe vera L.) sebagai Anti Jerawat dengan Basis
Sodium Alginate dan Aktivitas Antibakterinya Terhadap Staphylococcus
epidermidis, Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah Surakarta,
Surakarta.
Wilkins, Williams Lippincott, 2000. Remington, Konggres library office, united
state of america.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai