Anda di halaman 1dari 14

LEMBAR KERJA PRAKTIKUM

TEKNOLOGI SEDIAAN CAIR DAN SEMI PADAT


SEDIAAN SUSPENSI

OLEH :

KELOMPOK :3

KELAS : STIFA B 18

NAMA ASISTEN : Nurul Ikhlasiyah Yusuf

LABORATORIUM FARMASETIKA
SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI MAKASSAR
2020
a. Format Pelaporan Rancangan Formula
Nama Produk : Calamine Lotion
I. Rancangan Formula

Tiap 100 ml sediaan mengandung

Calamin 8%*
ZnO 8%*
Gliserin 10%*
Bentonit 2%*
Na. Sitrat 0,3%*
DMDM Hydantoin 0,1%*
Oleum Rosae q.s
Aquadest ad. 100%**

*tulislah satuan dalam mg untuk bahan aktif sediaan oral, % untuk bahan aktif sediaan topikal dan bahan
tambahan
**bahan pengisi/pembawa ditulis paling bawah “ad 100%”

II. Rencana desain sediaan


- Rencana nomor registrasi : DTL 200200441AI
- Rencana nomor bets : A033002
- Rencana klaim etiket : Indikasi, dosis, efek samping
- Rencana bahan kemas primer : Botol PLASTIK
- Rencana bahan kemas sekunder : Kertas karton
- Rencana bahan label/etiket : Kertas stiker
- Rencana bahan leaflet/brosur : Kertas HVS
- Rencana alat penakar : -
- Rencana indikasi sediaan : Antiseptikum
III. Dasar Formulasi
III.1 (Uraikan pendapat anda berdasarkan minimal tiga pustakatextbook) Untuk membantu, jawablah
pertanyaan ini
1. Mengapa bahan aktif anda perlu diformulasi menjadi bentuk sediaan dengan sistem yanganda
pilih?
2. Apa keuntungan jika bahan aktif anda diformulasi menjadi bentuk sediaan yang andapilih?
3. Adakah tujuan khusus yang ingin dicapai dengan memformulasi bahaan aktif anda menjadisediaan
yang anda pilih? Jelaskan jikaada!

1. Lotion adalah sediaan kosmetika golongan emollient (pelembut) yang mengandung air lebih
banyak. Sediaan ini memiliki beberapa sifat, yaitu sebagai sumber lembab bagi kulit, memberi
lapisan minyak yang hampir sama dengan sebum, membuat tangan dan badan menjadi lembut,
tetapi tidak berasa berminyak dan mudah di oleskan (Sularto, dkk. 1995).
2. Keunggulannya ialah mudah dicuci dengan air, tidak lengket dibandingkan sediaan topical
lainnya. Selain itu, bentuknya yang cair memungkinkan pemakaian yang cepat dan merata
pada kulit (Balsam, 1970). Selain itu, kandungan air yang cukup besar bentuk sediaan lotion
tersebut dapat diaplikasikan dengan mudah, daya penyebaran dan penetrasinya cukup tinggi,
tidak memberikan rasa berminyak, sejuk, juga mudah dicuci (Aulton, 2007). Lotio juga lebih
mudah digunakan dan penyebaran lotio lebih merata.
3. Tujuan khusus yaitu agar sesiaan yang dibuat dapat bertahan lama serta dapat dikonsumsi oleh
sumua kalangan baik itu anak-anak maupun orang dewasa
III.2 Dasar pemilihan bahan aktif
(Uraikan pendapat anda berdasarkan minimal tiga pustaka textbook, jika bahan aktif lebih dari satu,
jelaskan satu per satu)
1. Alasan penggunaan Kalamin digolongkan sebagai pelindung dan bermanfaat dalam mengurangi gatal
dan rasa sakit akibat sangatan matahari, gigitan serangga dan iritasikecil lainnya pada kulit (Ansel,
2008).
2. Bentuk sediaan yang dipilih yaitu suspensi losio karena losio dimaksudakn untuk digunakan pada kulit
sebagai pelindung atau utnuk obat karena sifat bahan-bahannya. Kecairannya memungkinkan
pemakaiaan yang merata dan cepat pada permukaan kulit yang luas. Lotio dimaksudkan segera kering
pada kulit setelah pemakaian dan meninggalkan lapisan tipis dari komponenn obat pada permukaan
kulit (Ansel, 2008).
3. Calamine digolongkan sebagai pelindung dan bermanfaat dalam mengurangi gatal dan rasa sakit
(Ansel : 521). Sebagai antiseptikum eksterin (FI III), sebagai astrigen dan melindungi dan meyejukkan.
Calamine merupakan kombinasi zink oxide dengan besi (III) oxide yang berguna untuk mengurangi
iritasi yang berkaitan dengan kontak dermatis dan cairan kental.
4. ZnO sebagai antiseptikum lokal
ZnO bagi kulit yaitu membantu penyembuhan scar pada kulit, mengontrol antiinflamasi dan kelebihan
minyak. Zink oxide banyak digunakan untuk berbagai kelainan seperti kelainan scar dan rash. Selain
itu juga bisa digunakan melindungi kulit dari populasi dan dapat membantu penyembuhan luka.
III.3 Dasar pemilihan bahan tambahan
(Uraikan pendapat anda berdasarkan minimal tiga pustaka textbook, jelaskan satu per satu bahan
tambahan)
1. Penggunaan bahan tambahan
a. Gliserin : Humektan
Humektan merupakan suatu bahan yang dapat mempertahankan air pada sediaan. Humektan
berfungsi untuk memperbaiki stabilitas suatu bahan dalam jangka waktu yang lama, selain itu
untuk melindungi komponen-komponen yang terikat kuat di dalam bahan termasuk air, lemak,
dan komponen lainnya. Humektan yang sering digunakan adalah gliserin (Jakson, 1995).
Gliserin digunakan sebagai humektan karena gliserin merupakan komponen higroskopis yang
dapat mengikat air dan mengurangi jumlah air yang meninggalkan kulit. Efektifitas gliserin
tergantung pada kelembaban lingkungan disekitarnya. Humektan dapat melembabkan kulit pada
kondisi kelembaban tinggi. Gliserin dengan konsentrasi 10% dapat meningkatkan kehalusan dan
kelembutan kulit (Mitsui, 1997).
b. Bentonit : Suspending agent
Bentonit merupakan sumber dari alam. Penggunaan untuk sediaan topical 2-3% contohnya pada
calamine lotion. Bentonit akan menyerap air dan membentuk gel sesuai konsentrasinya.
Konsentrasi bentonit 2% sudah cukup. Sebagai basis yang lain 10-20% bentonit.
c. DMDM Hydantoin : Pengawet
DMDM Hydantoin merupakan salah satu pengawet yang sudah banyak digunakan. Pemilihan
ini dikarenakan pengawet tersebut mempunyai spectrum antimikroba yang luas, sangat larut
dalam air, dan cukup stabil dalam rentang pH dan suhu yang luas (Schanno RJ, et. al, 1980).
Konsentrasi yang dipilih didasarkan pada konsentrasi efektif yang aman adalah sebesar 0,1-1%
(Bandem, 2006). Kadar maksimum DMDM Hydantoin di Indonesia adalah 0,6% (Michalun,
2015).
d. Natrium sitrat : Buffering agent, agen pengalkali.
Natrium sitrat baik dihidrat maupun anhidrat, banyak digunakan dalam formulasi farmasi, .
digunakan dalam produk makanan, terutama untuk mengatur pH larutan. Natrium sitrat juga
digunakan sebagai antikoagulan darah baik sendiri atau dalam kombinasi dengan sitrat lain.
Natrium sitrat digunakan untuk meredakan iritasi yang menyakitkan yang disebabkan oleh
sistitis (Excipient, 675).
e. Oleum rosae : Pewangi
Oleum rosae atau minyak mawar adalah minyak atsiri yang diperoleh dengan penyulingan uap
bunga segar Rosa galica L. Oleum rosae dimanfaatkan sebagai pewangi (Dirjen POM, 1997).
f. Aquadest : Pelarut

III.4 Dasar pemilihan bahan kemas


(Uraikan pendapat anda berdasarkan minimal satu pustaka textbook, jelaskan satu per satu bahan
kemas)
1. Wadah yang digunakan sebagai bahan kemas primer adalah botol plastik. Wadah lotio harus diberi
label untuk memberi petunjuk pada pasien, supaya mengocok dengan seksama sebelum pemakaian dan
juga hanya untuk pemakaian luar (Topikal) (Ansel, 2008).
Dasar pemilihan metode
III.5 (Uraikan pendapat anda berdasarkan minimal satu pustaka textbook)

IV. Informasi Bahan Aktif


IV.1. Uraian farmaramkolgi (Dirjen POM, 1979) (Ansel, 2008) (Royal Pharmaceutical society, 2020)
Nama : Kalamin
Kelas farmakologi : Antipruritic (Royal Pharmaceutical society, 2020)
Indikasi : Antiseptikum ektern (FI ed III)
Mekanisme kerja :
Kontraindikasi : hindari penggunaan sediaan yang mengandung seng oksida sebelum x-ray
(seng oksida dapat mempengaruhi hasil x-ray (Royal Pharmaceutical society,
2020)
Efek samping : -

Toksisitas : -
Dosis dan pemberian : krim: kalamin dengan seng oksida phenoxythanol 5 mg per 1 gram, Zinc oxide
30 mg per 1 gram, calamine 40 mg per 1 gram, cetomacrogol emulsifying wax
50 mg per 1 gram, self emulsifying gliseril monostearat 50 mg per 1 gram,
parafin cair 200 mg per 1 gram
cairan: kalamin dengan seng oksida
phenoxythanol 5 mg per 1 ml, Natrium sitrat 5 mg per 1 ml, gliserol 50 mg per
1 ml, Seng oksida 50 mg per 1 ml, kalamin 150 mg per 1 ml losion kalamin
(Royal Pharmaceutical society, 2020)
Lotio kalamin : lotio kalamin mengandung masing-masing 8% zink oksida dan
kalamin (Ansel, 2008)
Interaksi obat : -
Farmakokinetika : -

IV.2 Uraian sifat fisika-kima bahan aktif (Dirjen POM, 1995).


Nama resmi : CALAMINUM RB:
Nama lain : Kalamin
RM : Fe2o4Zn
BM :
Pemerian : Warna : merah muda
Rasa : praktis tidak berbau
Bau : tidak berbau
Bentuk : Serbuk halus
Kelarutan : Dalam air : Tidak larut dalam air
Dalam pelarut lain : mudah larut dalam asam mineral
pKa dan pH larutan : -
Titik lebur : -
Polimorfisme : -
Informasi tambahan : -
Uraian stabilitas
IV.3. Stabilitas : Suhu :-

Cahaya : -

pH :-

Air :-

Lainnya : -

Inkompatibiltas : Gugus fungsi :-

Ion logam :-

Senyawa tertentu : -

Saran penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat dan tidak tembus cahaya.
V. Informasi Bahan Tambahan (Sifat fisika-kima dan stabilitas)
1. Gliserin (Rowe, 2009)
Nama resmi : GLYCEROLUM
Nama lain : Gliserol
Kelas fungsional : Emoliet, Humektan
Konsentrasi : <30%
RM : C3H8O3
BM : 92,10
Pemerian : Warna : Jenuh
Rasa : Diikuti rasa hangat
Bau : Tidak berbau
Bentuk : Cairan seperti sirup

Kelarutan : Dalam air: Larut dalam air


Dalam pelarut lain: Larut dalam etanol (95%) P, tidak larut dalam kloroform
P, dalam eter P, dan dalam minyak lemah
Informasi lain : -

Stabilitas : Gliserin bersifat higroskopis. Gliserin murni tidak rentan terhadap oksidasi
oleh atmosfer dalam kondisi penyimpanan biasa tetapi itu
terurai saat pemanasan, dengan evolusi akrolein beracun.
Campuran gliserin dengan air, etanol (95%), dan propilena
glikol stabil secara kimiawi.
Gliserin dapat mengkristal jika disimpan pada suhu rendah; itu
kristal tidak meleleh sampai hangat sampai suhu 208C.
Gliserin harus disimpan dalam wadah kedap udara, di tempat yang sejuk,
tempat yang kering.

Inkompatibilitas : seperti kromium trioksida, kalium klorat, atau kalium


permanganat.dll

Saran penyimpanan : Harus disimpan dalam wadah kedap udara, di tempat yang sejuk, kering
tempat.
2. Bentonit (Dirjen POM, 1979) (Rowe, 2009)
Nama resmi : BENTONITUM RB:
Nama lain : Bentonitum, Sabun Mineral, Polargel
Kelas fungsional : Suspending agent
Konsentrasi : 0,5-5,0%
RM : Al2O3-4SiO20-H2O
BM : 359,16
Pemerian : Warna : Coklat kuning muda atau putih kuning gading
Rasa : Mirip tanah
Bau : Tidak berbau
Bentuk : Serbuk sangat halus

Kelarutan : Dalam air : Praktis tidak larut dalam air


Dalam pelarut lain : tidak larut dalam pelarut etanol

pKa dan pH larutan : 2,0% b/v dan 9,0-10-5


Titik lebur : 1330-1430ºC
Informasi lain : -
Stabilitas : bentonit bersifat higroskopis, dan menyerap air atmosfer harus dihindari.
Suspensi bentonit encer dapat disterilkan dengan autoklaf.bahan padat dapat
disterilkan dengan mempertahankannya pada suu 170 C selama 1 jam setelah
pengeringan pada suhu 100 C.
Inkompatibilitas : suspensi bentonit berair mempertahankan viskositasnya di atas pH 6 tetapi di
endapkan oleh asam. Bentonit yang dicuci dengan asam tidak memiliki sofat
menangguhkan.penambahan bahan alkali, seperti magnesium oksida,
meningkatkan pembentukan gel. Penambahan alkohol dalam jumlah yang
signifikan ke dalam larutan encer akan mengenapkan bentonit, terutama
dengan dehindrasi struktur, partikel bentonit bermuatan negatif dan flokulasi
terjadi ketika elektrolit atau suspensi bermuatan positif. Bentonit dengan
demikian dikatakan tidak kompetibel dengan elektrolit yang kuat, meskipun
efek ini kadang-kadang digunakan secara efektif untuk mengklarifikasi cairan
keruh.
Penanganan : Pelindung mata, sarung tangan, dan masker debu atau respirator
direkomendasikan.
Toksisitas : -
Saran penyimpanan : Disimpan dalam wadah kedap udara di tempat yang sejuk dan kering.
3. Na. Sitrat (Dirjen POM, 1979)
Nama resmi : NATRII CITRAS RB:
Nama lain : Natrium Sitrat
Kelas fungsional : Buffering Agent
Konsentrasi : 0,3-2,0%
RM : CH5Na3O72H2O
BM : 294.10
Pemerian : Warna : Tidak berwarna
Rasa :-
Bau :-
Bentuk : Hablur

Kelarutan : Dalam air : Dalam bentuk hidrat mudah larut dalam air; sangat mudah larut
dalam air mendidih
Dalam pelarut lain : Tidak larut dalam etanol
pKa dan pH larutan : -/7.0–9.0
Titik lebur : -
Informasi lain : -
Stabilitas :
Sodium citrate dihydrate adalah bahan yang stabil (Excipient, 675).

Inkompatibilitas : Larutan berair sedikit basa dan akan bereaksi dengan


zat asam. Garam alkaloid dapat diendapkan dari
larutan encer atau hidro-alkoholnya. Kalsium dan
garam strontium akan menyebabkan pengendapan yang sesuai
sitrat. Inkompatibilitas lainnya termasuk basa, zat pereduksi,
dan zat pengoksidasi.

Penanganan : -
Toksisitas : Meskipun umumnya dianggap tidak beracun
dan eksipien nonirritan, konsumsi berlebihan dapat menyebabkan
ketidaknyamanan gastrointestinal atau diare. Secara terapeutik, dalam
orang dewasa, mungkin sampai 15 g sehari natrium sitrat dihidrat
diberikan secara oral, dalam dosis terbagi, sebagai larutan air untuk
meredakan iritasi yang menyakitkan akibat sistitis.
Sitrat dan asam sitrat meningkatkan aluminium usus
penyerapan pada pasien ginjal, yang dapat menyebabkan peningkatan,
tingkat aluminium serum berbahaya. Karena itu telah disarankan
bahwa pasien dengan gagal ginjal mengambil senyawa aluminium
kontrol penyerapan fosfat tidak boleh diresepkan produk yang mengandung
sitrat atau asam sitrat.

Saran penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

4. Oleum Rosae (Dirjen POM, 1979)


Nama resmi : OLEUM ROSAE RB :
Nama lain : Rose oil, minyak mawar
Kelas fungsional : Pengaroma
Konsentrasi : 0,01-0,05%
RM : C10H16O
BM : 154, 35
Pemerian Warna : Kuning
Rasa : Khas
:
Bau : Menyerupai bunga mawar
Bentuk : Cairan
Kelarutan : Larut dalam larutan jernih dan kloroform
Titik lebur : -
Stabilitas : pada suhu 25oC berupa cairan kental, jika didinginkan perlahan berubah
menjadi hablur bening yang jika dipanaskan mudah melebur
Inkompatibilitas : -
Penanganan : -
Toksisitas : -
Saran penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik

5. DMDM Hydantoin
Nama resmi : DMDM Hydantoin
Kelas fungsional : Pengawet
Konsentrasi : 0,1-1%
RM : C7H12N2O4
BM : 188,183

Pemerian Warna : Tidak berwarna hingga kuning pucat, tidak berwarna mendekati
kuning transparan
: Rasa :-
Bau : Berbau lemah mirip amoniak
Bentuk : Cairan kental
Kelarutan : Dapat larut dalam air dan alkohol
Inkompatibilitas : Dengan sistem anionic, kationik, dan non ionic
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.
6. Aquadest (FI Ed. III)
Nama resmi : AQUADESTILLATA
Kelas fungsional : Pelarut
Konsentrasi : -
RM : H2O
BM 18,02
:
pH -
:
Pemerian Warna : Tidak berwarna
Rasa : Tidak berasa
: Bau : Tidak berbau
Bentuk : Cairan jernih

Kelarutan : -
Inkompatibilitas : -
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup.
VI. Peralatan, Parameter Kritis dan Spesifikasi Produk Jadi
VI.1 Peralatan
Peralatan yang direncanakan untuk digunakan antara lain sebagai berikut :
Lumpang dan alu,gelas ukur, beker glass, gelas ukur, botol, batang pengaduk, sendok tanduk, pengayak,
sudip, etiket

VI.2 Parameter Kritis


Evaluasi Kestabilan Suspensi (Fatmawaty, 2012):

1. Organoleptik
Tujuan: memeriksa kesesuaian warna, bau, rasa dan melihat pemisahan fase pada suspensi dimana
sedapat mungkin mendekati dengan spesifikasi sediaan yang telah ditentukan selama formulasi.
Prinsip: pemeriksaan bau, rasa, warna dan pemisahan fase menggunakan panca indera.
2. Homogenitas
Tujuan: menjamin ke-homogenitas-an sediaan suspensi
Prinsip: homogenitas dapat ditentukan berdasarkan jumlah partikel maupun distribusi ukuran
partikelnya dengan pengambilan sampel pada berbagai tempat menggunakan mikroskop untuk
hasil yang lebih akurat atau jika sulit dilakukan atau membutuhkan waktu yang lama, homogenitas
dapat ditentukan secara visual.
3. Penetapan pH
Tujuan: mengetahui pH sediaan sesuai dengan persyaratan yang telah ditentukan.
Prinsip: pengukuran pH cairan uji menggunakan pH meter yang telah dikalibrasi.
4. Volume Sedimentasi
Volume sedimentasi yang dihasilkan oleh formulasi suspense yang diberikan telah digunakan oleh
sejumlah orang untuk mengevaluasi suspensi.
5. Redispersibilitas
Sedimen yang tersedia selama penyimpanan harus dapat didispersikan kembali dengan mudah
6. Control ukuran partikel
Untuk evaluasi adanya agregasi atau pertumbuhan kristal. Terjadi perubahan ukuran partikel atau
tidak selama penyimpanan. Penentuan ukuran partikel bila saat karena dapat memudahkan evaluasi
agregasi atau tumbuhan kristal. Penentuan ukuran partikel dari sistem terdispersi sering digunakan
sebagai prosedur control kualitas dasar dan standar untuk suspense farmasetik dalam sediaan
tertentu dalam produksi.
7. Uji gaya gravitasi dan temperature
Beberapa formulator dalam memformulasikan suspensi menempatkan kepercayaan yang besar
pada uji gaya gravitasi dan temperatur. Kegunaan penyimpanan pada suhu yang tinggi kurang
popular dibandingkan dengan temperatur, dan tentunya uji tipe cair-beku (contoh +40 sampai -5°C
dalam 24 jam) dapat menjadi nilai nyata dalam studi pertumbuhan kristal.
8. Penentuan Rheologi
Control kualitas untuk semua sistem dispersi. Suspensi mempunyai sifat rheologi tertentu yang
khas dan selama penyimpanan ada perubahan atau tidak ( viskositas dan tipe alir )
9. Penentuan Zeta Potensial
Penentuan zeta potensial dapat bernilai dalam pengembangan suspense farmasetik, khususnya jika
agregasimterkontrol mendekati yang ditambahkan segera setelah digunakan selanjutnya.
10. Mudah tidaknya suspense dituang
Cara:
 Suspensi diletakkan dalam wadah dengan volume tertentu pada kemiringan 115°
 Catat waktu yang diperlukan untuk mengalirnya suspensi sampai volume tertentu
11. Penetapan viskositas dan sifat aliran dengan Viskosimeter Brookfield
Tujuan: menetukan viskositas dan rheologi cairan newton maupun non newton
Prinsip: pengukuran dilakukan menggunakan Viskometer Brookfield pada beberapa harga
kecepatan geser
VI.3. Rancangan Spesifikasi Sediaan
1. Bentuk sediaan : Suspensi
2. Warna : Merah muda
3. Bau : mawar
4. Rasa :-
5. Volume : 100 ml

No. ID Alat Nama Alat/Merek Jumlah No.SOP

No. Tahap Parameter Kritis Pengujian

No. Kriteria Spesifikasi


1. Organoleptis
2. pH
3. Viskositas
4. Volume Terpindahkan
5. Identifikasi
6. Kadar
dst
VII. Rancangan Pengemasan
VII.1 Kemasan Primer
Jenis : Botol
Bahan : Plastik
Dimensi :3
Volume : 100 ml
(lampirkan gambar skematis)
VII.2 Kemasan Sekunder
Jenis : Balok
Bahan : Kertas Karton
Dimensi :3
Volume : 100 ml
(lampirkan gambar skematis)
VII.3 Leaflet
Jenis : Brosur
Bahan : Kertas HVS
Dimensi :2
(lampirkan gambar skematis)
VII.4 Label
Jenis : Label
Bahan : Kertas stiker
Dimensi :2
(lampirkan gambar skematis)
VIII. Perhitungan batch trial, produksi, dan perhitungan lain
1. Perhitungan bahan untuk satu batch
 Calamin : 8 x 4 = 32 g
 ZnO : 8 x 4 = 32 g
 Bentonit : 10 g, Aquadest ad 200 mL
2x4=8g
 Na. Sitrat : 0,3 x 4 = 1,2 g
 DMDM Hydantoin : 0,1 x 4 = 0,4 g
 Oleum Rosae : secukupnya
 Aquadest Ad : 400 mL
2. Perhitungan bahan untuk satu pot lotio
 Calamin : 8/100 x 100 = 8 g
 ZnO : 8/100 x 100 = 8 g
 Bentonit : 2/100 x 100 = 2 g
 Na. Sitrat : 0,3/100 x 100 = 0,3 g
 DMDM Hydantoin : 0,1/100 x 100 = 0,1 g
 Oleum Rosae : secukupnyya
 Aquadest Ad : 100 mL

Rancangan proses produksi


IX. 1. Ditimbang semua bahan sesuai dengan jumlah yang telah ditentukan
2. Dibuat benoit magma terlebih dahulu, kembangkan 10 g bentonit dalam 200 mL air panas lalu gerus
homogen ambil sebanyak 8 g diamkan selama 1 jam
3. Lalu, digerus calamine dan ZnO sampai homogen
4. Dimasukkan gliserin gerus homogen
5. Kemudian, ditambahkan Na Sitrat yang sudah dilarutkan dalam air mendidih 8 mL gerus hingga homogen
6. Seanjutnya, dimasukkan bentonit gerus homogen
7. Ditambahkan air sedikit demi sedikit sampai 100 mL
8. Lalu dilakukan evaluasi sediaan
X Referensi

Ansel, Howard C. 2008. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Universitas Indonesia: Jakarta.

Agoes, Goeswin. 2012. Sediaan Farmasi Liquida-Semisolida. ITB Bandung: Bandung.

Dirjen POM. 1995. Farmakope Indonesia, Edisi IV. Departemen Kesehatan RI: Jakarta.

Dirjen POM. 1979. Farmakope Indonesia, Edisi III. Departemen Kesehatan RI: Jakarta.

Dirjen POM. 2020. Farmakope Indonesia, Edisi VI. Departemen Kesehatan RI: Jakarta.

Fatmawaty, Aisyah, dkk. 2012. Teknologi Sediaan Padat. Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Makassar:
Makassar.

Fickri, Djelang Zainuddin. 2018. Formulasi dan Uji Stabilitas Sediaan Sirup Anti Alergi dengan Bahan
Aktif Cholpheniramin Maleat (CTM). Journal Pharmaceutical Care Anwar Medika. STIKES.
Vol.1 No.1.

Khotimah, Husnul, dkk. 2017. Karakteristik Hasil Pengolahan Air Menggunakan Alat Destilasi. Jurnal
Chemurgy. Universitas Mulawarman: Samarinda.

Marsis, Ilham Oetama. 2019. MIMS Referensi Obat. PT. Bhuana Imu Populer: Jakarta.

Martindale, 2009. The Complete Drug References. Thirty Sixth Edition, Pharmaceutical Press:
Newyork.

Moh Anif. 2012. Farmasetika. Universitas Gadjah Mada: Yogyakarta

Reddy, J. Ravi Kumar, Saleem, T.S. Mohammed, Kumari, T. Ratna, Chetty, C. Madhusudhana &
Sumedha. V.M. 2010. Formulation and evaluation of diclofenac sodium polymeric
buccoadhesive film. J Pharm Res.

Rowe, Raymond C, dkk. 2006. Handbook of Pharmaceutical Excipient Sixth Edition. Pharmaceutical
Press and American Pharmacist Association: America.

Team Medical Mini Notes. 2019. Basic pharmacology & drugs notes edisi 2019. Penerbit EGC:
Makassar.

Voigt. 1984. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. UGM Press: Yogyakarta.

Wahyuni, Atina. 2013. Penetapan Kadar Zat Pewarna Pada Sirup Kemasan Dengan Menggunakan
Kromatografi Cair Kinerja Tinggi. Skripsi Farmasi. UIN Syarif Hidayatullah: Jakarta.

Yunivia, Yolanda, dkk. 2018. Pengaruh Penambahan High Fructose Syrups (HFS) terhadap
Perubahan Sifat Fisikokimia dan Mikrobiologi Kefir Air Kelapa Hijau. Jurnal Teknologi Pangan.
Universitas Diponegoro: Semarang.
DESAIN
KEMASAN

SIMPAN DI
TEMPAT
KERING

Menyetujui Dibuat Oleh


Asisten Praktikan

Kemasan Primer Nurul Ikhlasiyah Yusuf Litania Oktavine Laban


&
Teman-teman kelompok
Nama Produk Calamine Lotio
Nomor Registrasi Formula DTL 200200441AI
Bahan Kemasan Botol Plastik

Anda mungkin juga menyukai