Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN INDIVIDU TUTORIAL

BLOK 5
MODUL 2 SKENARIO 1
‘’ KENAPA AKU BELUM MENSTRUASI?’’

Kelompok: 5
Pembimbing: dr. Merry Tiyas Anggraini M. Kes

Nama : Audina Ayu Pusvita


Nim : H2A019090

FAKULTAS KEDOKTERAN UMUM


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG TAHUN AJARAN
2019/2020
Modul 2

Skenario 1. Kenapa aku belum menstruasi?

Nina seorang atlit renang berusia 14 tahun bingung, karena teman


sebayanya semua sudah mendapatkan menstruasi yang pertama, sedangkan dia
belum pernah mendapat haid. Dia juga mengamati bentuk tubuhnya berbeda
dengan teman sebayanya. Nina memang atlit dengan jam latihan yang ketat, dia
sering menjuarai pertandingan renang. Badanya cenderung lebih tinggi dari
temannya, namun pertumbuhan payudara tiadak seperti teman-temannya. Ibunya
memutuskan untuk berkonsultasi ke dokter untuk mengetahui penyebab
terlambatnya menstruasi anaknya. Dari anamnesis didapatkan riwayat haid
pertama yang terlambat juga dialami oleh Ibu Nina. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan pemeriksaan genetalia eksterna vulva, vagina uretra normal, tidak
didapatakan hirsutism. Pada pemeriksaan payudara rambut pubis didapatkan
Taner 3. Pemeriksaan USG didapatkan anatomi uterus dan ovarium dalam batas
normal, tidak ada masa pada kelenjar supraren. Pemeriksaan bone age sesuai
dengan usia 14 tahun. Pemeriksaan hormonal didapatkan kadar TSh normal,
prolaktin normal, HCG negatif, FSH rendah, estrogen dan progesteron rendah.

STEP 1

1. Menstruasi : Menstruasi adalah perdarahan periodik pada uterus yang


dimulai sekitar 14 hari setelah ovulasi1. Menstruasi adalah perdarahan
vagina secara berkala akibat terlepasnya lapisan endometrium uterus.
Fungsi menstruasi normal merupakan hasil interaksi antara hipotalamus,
hipofisis, dan ovarium dengan perubahan-perubahan terkait pada jaringan
sasaran pada saluran reproduksi normal, ovarium memainkan peranan
penting dalam proses ini, karena tampaknya bertanggung jawab dalam
pengaturan perubahan-perubahan siklus maupun lama siklus menstruasi2.
2. Hirsutism
Hirsutisme didefinisikan sebagai keberadaan rambut kasar terminal pada
wanita dalam distribusi seperti pria. Ini mempengaruhi sekitar 5-10%
wanita dan merupakan keluhan umum di departemen rawat jalan
dermatologis (OPD) karena alasan kosmetik. Tidak hanya penting untuk
mengidentifikasi penyebab hirsutisme tetapi juga penting untuk
mengetahui bagaimana merekomendasikan pengobatan yang tepat
berdasarkan faktor penyebab utama. Penentu paling penting dalam
membuat diagnosis adalah perubahan bentuk dan laju pertumbuhan
rambut. Suatu teknik telah dikembangkan untuk menilai hirsutisme dengan
peralatan video dan perangkat lunak komputer. Pencitraan digital dari
perkembangan rambut direkam, yang menunjukan perbedaan signifikat
dalam bentuk rambut dan tingkat pertumbuhan antara wanita yang tidak
berbulu dan yang berbulu3.
3. USG
Ultrasound adalah suatu alat untuk memeriksa organ dalam atau jaringan
tubuh manusia dengan menggunakan gelombang bunyi berfrekuensi
sangat tinggi. Gelombang tersebut berada di atas daya tangkap
pendengaran manusia, karna frekuensi bunyinya lebih dari 20.000 siklus
per detik (20 KHz). Gelombang bunyi ini dibuat sedemikian rupa sehingga
mempunyai efisiensi dan intensitas yang tinggi dalam menembus benda
padat maupun cair, sehingga dapat diperoleh bayangan organ dalam tubuh
atau jaringan tubuh pada layar monitor4.

STEP 2

1. Fisiologi menstruasi?
2. Hormon yang mempengaruhi menstruasi?
3. Faktor yang mempengaruhi menstruasi?
4. Mengapa nina yang seorang atlet bias terlambat menstruasi?

STEP 3

1. Fisiologi menstruasi
Pada setiap siklus menstruasi, FSH yang dikeluarkan oleh hipofisis
merangsang perkembangan folikel-folikel di dalam ovarium (indung
telur). Pada umumnya hanya 1 folikel yang terangsang namun dapat
berkembang menjadi lebih dari 1, dan folikel tersebut berkembang
menjadi folikel de graaf yang membuat estrogen. Estrogen ini menekan
produksi FSH, 10 sehingga hipofisis mengeluarkan hormon yang kedua
yaitu LH. Produksi hormon LH maupun FSH berada di bawah pengaruh
releasing hormones yang disalurkan hipotalamus ke hipofisis. Penyaluran
RH dipengaruhi oleh mekanisme umpan balik estrogen terhadap
hipotalamus. Produksi hormon gonadotropin (FSH dan LH) yang baik
akan menyebabkan pematangan dari folikel de graaf yang mengandung
estrogen. Estrogen mempengaruhi pertumbuhan dari endometrium. Di
bawah pengaruh LH, folikel de graaf menjadi matang sampai terjadi
ovulasi. Setelah ovulasi terjadi, dibentuklah korpus rubrum yang akan
menjadi korpus luteum, di bawah pengaruh hormon LH dan LRH, Korpus
luteum menghasilkan progesteron yang dapat mempengaruhi pertumbuhan
kelenjar endometrium. Bila tidak ada pembuahan maka korpus luteum
berdegenerasi dan mengakibatkan penurunan kadar estrogen dan
progesteron. Penurunan kadar hormon ini menyebabkan degenerasi,
perdarahan, dan pelepasan dari endometrium. Proses ini disebut
menstruasi. Apabila terdapat pembuahan dalam masa ovulasi, maka
korpus luteum tersebut dipertahankan5.
Menurut Novaks Gynecology (1996), dapat dibedakan 4 fase
endometrium dalam siklus haid, yaitu5 :

 Fase menstruasi atau deskuamasi Dalam fase endometrium


dilepaskan dari dinding uterus disertai perdarahan dan hormon-
hormon ovarium berada dalam kadar paling rendah. Hanya stratum
basale yang tinggal utuh. Darah haid mengandung darah vena dan
arteri dengan sel-sel darah merah dalam hemolisis atau aglutinasi,
sel-sel epitel dan stroma yang mengalami disintegrasi dan otolisis,
dan sekret dari uterus, serviks, dan kelenjar-kelenjar vulva. Fase ini
berlangsung 3-4 hari.
 Fase pasca haid atau fase regenerasi Luka endometrium yang
terjadi akibat pelepasan sebagian besar berangsur- angsur sembuh
dan ditutup kembali oleh selaput lendir baru yang tumbuh dari sel-
sel epitel endometrium. Pada waktu ini tebal endometrium + 0,5
mm. Fase ini telah mulai sejak fase menstruasi berlangsung + 4
hari. Masa proliferasi dari berhenti darah menstruasi sampai hari
ke-14. Setelah menstruasi berakhir, dimulailah fase proliferasi
dimana terjadi pertumbuhan dari desidua fungsionalis untuk
mempersiapkan rahim untuk perlekatan janin. Pada fase ini
endometrium tumbuh kembali. Antara hari ke-12 sampai 14 dapat
terjadi pelepasan sel telur dari indung telur (disebut ovulasi).
 Fase intermenstruum atau fase proliferasi Dalam fase ini
endometrium tumbuh menjadi setebal + 3,5 mm. Fase ini
berlangsung dari hari ke-5 sampai hari ke-4 dari siklus haid. Fase
profilerasi dapat dibagi atau 3 subfase, yaitu : Fase proliferasi dini
(early proliferation phase); Fase proliferasi madya
(midproliferation phase); Fase proliferasi akhir (late proliferation
phase).
 Fase prahaid atau fase sekresi Fase ini sesudah ovulasi dan
berlangsung dari hari ke-14 sampai ke-28. Pada fase ini
endometrium kira-kira tetap tebalnya, tetapi bentuk kelenjar
berubah menjadi panjang, berkeluk-keluk, dan mengeluarkan
getah, yang makin lama makin nyata. Dalam endometrium telah
tertimbun glikogen dan kapur yang kelak diperlukan sebagai
makanan untuk telur yang dibuahi. Memang tujuan perubahan ini
adalah untuk mempersiapkan endometrium menerima telur yang
dibuahi. Fase sekresi dibagi atas: 1) fase sekresi dini; dan 2) fase
sekresi lanjut.

2. Hormon yang mempengaruhi menstruasi


Menurut Wulanda (2011), hormon yang berpengaruh dalam menstruasi
diantaranya6:
a. Estrogen
Estrogen dihasilkan oleh ovarium. Ada banyak jenis dari estrogen,
tetapi yang paling penting untuk reproduksi adalah estradiol. Estrogen
berguna untuk pembentukan cirri-ciri perkembangan seksual pada
perempuan yaitu pembentukan payudara, lekuk tubuh, rambut
kemaluan, dan lain-lain.
Estrogen juga berguna pada siklus menstruasi dengan membentuk
ketebalan endometrium, menjaga kualitas dan kuantitas cairan serviks
dan vagina sehingga sesuai untuk penetrasi sperma, selain fungsinya
yang turut membantu mengatur temperature suhu (sistem saraf pusat/
otak). Estrogen (alami) diproduksi terutama oleh sel-sel teka interna
folikel di ovarium secara primer, dan dalam jumlah lebih sedikit juga
diproduksi di kelenjar adrenal melalui konversi hormon androgen.
Pada uterus, estrogen menyebabkan proliferasi endometrium; pada
serviks menyebabkan pelunakan serviks dan pengentalan lendir
serviks; pada vagina menyebabkan proliferasi epitel vagina; dan pada
payudara menstimulasi pertumbuhan payudara. Selain itu estrogen
juga mengatur distribusi lemak tubuh.
Pada tulang, estrogen juga menstimulasi osteoblas sehingga
memicu pertumbuhan/ regenerasi tulang. Pada perempuan
pascamenopause, untuk pencegahan tulang keropos/ osteoporosis,
dapat diberikan terapi hormon estrogen (sintetik) pengganti.
b. Progesteron
Hormon ini diproduksi oleh korpus luteum, sebagian diproduksi di
kelenjar adrenal, dan pada kehamilan juga diproduksi di plasenta.
Progesterone mempertahankan ketebalan endometriumsehingga dapat
menerima implantasi zigot. Kadar progesterone terus dipertahankan
selama trimester awal kehamilan sampai plasenta dapat membentuk
hormon hCG. Progesterone menyebabkan terjadinya proses perubahan
sekretorik (fase sekresi) pada endometrium uterus, yang
mempersiapkan endometrium uterus berada pada keadaan yang
optimal jika terjadi implantasi.
c. Gonadotrophin Releasing Hormone (GnRH)
GnRH merupakan hormon yang diproduksi oleh hipotalamus otak.
GnRH akan merangsang pelepasan Follicle Stimulating Hormone
(FSH) di hipofisis. Bila kadar estrogen tinggi, maka estrogen akan
memberikan umpan balik ke hipotalamus sehingga kadar GnRH akan
menjadi rendah, begitupun sebaliknya.
Hormon ini diproduksi di hipotalamus, kemudian dilepaskan,
berfungsi menstimulasi hipofisis anterior untuk memproduksi dan
melepaskan hormon-hormon gonadotropin (FSH/ LH).
d. Follicle Stimulating Hormone (FSH)
Hormon ini diproduksi pada sel-sel basal hipofisis anterior, sebagai
respons terhadap GnRH yang berfungsi memicu pertumbuhan dan
pematangan folikel dan sel-sel granulosa di ovarium perempuan (pada
pria: memicu pematangan sperma di testis).
Pelepasannya periodik/ pulsatif, waktu paruh eliminasinya pendek
(sekitar 3 jam), sering tidak ditemukan dalam darah. Sekresinya
dihambat oleh enzim inhibin dari sel-sel granulosa ovarium, melalui
mekanisme umpan balik negatif.
e. Luteinizing Hormone (LH)
Hormon ini diproduksi di sel-sel kromofob hipofisis anterior.
Bersama FSH, LH berfungsi memicu perkembangan folikel (sel-sel
teka dan sel-sel granulosa) dan juga mencetuskan terjadinya ovulasi di
pertengahan siklus (LH-surge). Selama fase luteal siklus, LH
meningkatkan dan mempertahankan fungsi korpus luteum
pascaovulasi dalam menghasilkan progesterone.
Pelepasannya juga periodik/ pulsatif, kadarnya dalam darah
bervariasi setiap fase siklus, waktu paruh eliminasinya pendek (sekitar
1 jam). Kerja sangat cepat dan singkat. Pada pria LH memicu sintesis
testosterone di sel-sel leydig testis.
f. Lactotrophic Hormone (LTH)/ Prolactin
Diproduksi di hipofisis anterior, memiliki aktivitas memicu/
meningkatkan produksi dan sekresi air susu oleh kelenjar payudara. Di
ovarium, prolaktin ikut memengaruhi pematangan sel telur dan
memengaruhi fungsi korpus luteum. Pada kehamilan, prolaktin juga
diproduksi oleh plasenta (Human Placental Lactogen / HPL). Fungsi
laktogenik / laktotropik prolaktin tampak terutama pada masa laktasi/
pascapersalinan. Prolaktin juga memiliki efek inhibisi terhadap GnRH
hipotalamus sehingga jika kadarnya berlebihan (hiperprolaktinemia)
dapat terjadi gangguan pematangan follikel, gangguan ovulasi, dan
gangguan haid berupa amenorea.

3. Faktor yang mempengaruhi menstruasi


Faktor yang Memengaruhi Menstruasi Menurut Kusmiran (2011) faktor
yang mempengaruhi menstruasi diantaranya yaitu7:
a. Faktor Hormon Hormon-hormon yang memengaruhi terjadinya haid
pada seorang wanita yaitu:
1) Follicle Stimulating Hormone (FSH)
2) Estrogen yang dihasilkan oleh ovarium
3) Luteinizing Hormone (LH) yang dihasilkan oleh hipofisis
4) Progesteron yang dihasilkan oleh ovarium
b. Faktor Enzim Enzim hidrolitik yang terdapat dalam endometrium
merusak sel yang berperan dalam sintesis protein, yang mengganggu
metabolisme sehingga mengakibatkan regresi endometrium dan
perdarahan.
c. Faktor Vaskular Saat fase proliferasi, terjadi pembentukan sistem
vaskularisasi dalam lapisan fungsional endometrium. Pada pertumbuhan
endometrium ikut tumbuh pula arteri-arteri, vena-vena, dan hubungan
diantara keduanya. Dengan regresi endometrium, timbul statis dalam vena-
vena serta saluran-saluran yang menghubungkannya dengan arteri, dan
akhirnya terjadi nekrosis dan perdarahan dengan pembentukan hematoma,
baik dari arteri maupun vena.
d. Faktor Prostaglandin Endometrium mengandung prostaglandin E2 dan
F2. Dengan adanya desintegrasi endometrium, prostaglandin terlepas dan
menyebabkan kontraksi miometrium sebagai suatu faktor untuk
membatasi perdarahan pada haid.

4. Selain itu penelitian mengenai faktor resiko dari variabilitas siklus


menstruasi adalah pengaruh dari berat badan, aktivitas fisik, serta proses
ovulasi dan adekuatya fungsi luteal. Perhatian khusus saat ini juga
ditekankan pada perilaku diet dan stress pada atlet perempuan7.
a. Berat badan
Berat badan dan perubahan berat badan memengaruhi fungsi
menstruasi. Penurunan berat badan akut dan sedang menyebabkan
gangguan pada fungsi ovarium, tergantung derajat tekanan pada
ovarium dan lamanya penurunan berat badan. Kondisi patologis seperti
berat badan yang kurang/ kurus dan anorexia nervosa yang
menyebabkan penurunan berat badan yang berat dapat menimbulkan
amenorhea.
b. Usia
Beberapa penelitian mengemukakan bahwa atlet yang lebih muda, di
bawah 25 tahun lebih besar kemungkinannya mendapat amenorrhea.
c. Aktivitas fisik
Tingkat aktivitas fisik yang sedang dan berat dapat membatasi fungsi
menstruasi. Atlet perempuan seperti pelari, senam balet memiliki
resiko untuk mengalami amenorhea, anovulasi, dan defek pada fase
luteal. Aktivitas fisik yang berat merangsang inhibisi Gonadotropin
Releasing Hormon (GnRH) dan aktivitas gonadotropin sehingga
menurunkan level dari serum estrogen.
d. Stress
Stres menyebabkan perubahan sistemik dalam tubuh, khususnya sistem
persarafan dalam hipotalamus melalui perubahan prolaktin atau
endogenous opiate yang dapat memengaruhi elevasi kortisol basal dan
menurunkan hormon lutein (LH) yang menyebabkan amenorhea.
e. Diet
Diet dapat memengaruhi fungsi menstruasi. Vegetarian berhubungan
dengan anovulasi, penurunan respons hormon pituitary, fase folikel
yang pendek, tidak normalnya siklus menstruasi (kurang dari 10x/
tahun). Diet rendah lemak berhubungan dengan panjangnya siklus
menstruasi dan periode perdarahan. Diet rendah kalori seperti daging
merah dan rendah lemak berhubungan dengan amenorhea.
f. Paparan lingkungan dan kondisi kerja
Beban kerja yang berat berhubungan dengan jarak menstruasi yang
panjang dibandingkan dengan beban kerja ringan dan sedang.
Perempuan yang bekerja di pertanian mengalami jarak menstruasi
yang lebih panjang dibandingkan dengan perempuan yang bekerja
perkantoran. Paparan suara bising di pabrik dan intensitas yang tinggi
dari pekerjaan berhubungan dengan keteraturan dari siklus menstruasi .
Paparan agen kimiawi dapat memengaruhi / meracuni ovarium, seperti
beberapa obat anti kanker (obat sitotoksik) merangsang gagalnya
proses di ovarium termasuk hilangnya folikel-folikel, anovulasi,
oligomenorhea, dan amenorhea. Neuroleptik berhubungan dengan
amenorhea. Tembakau pada rokok berhubungan dengan gangguan
pada metabolisme estrogen sehingga terjadi elevasi folikel pada fase
plasma estrogen dan progesterone. Faktor tersebut menyebabkan
resiko infertilitas dan menopause yang lebih cepat. Hasil penelitian
pendahuluan dari merokok dapat juga menyebabkan dysmenorhea,
tidak normalnya siklus menstruasi, serta perdarahan menstruasi yang
banyak.

STEP 4

Sistem Reproduksi

Anatomi &
Embriologi Fisiologi Histologi

STEP 5

1. Menjelaskan tentang anatomi dan embriologi organ reproduksi


wanita dan pria
2. Menjelaskan struktur mikroskopik organ reproduksi pria dan
wanita
3. Menjelaskan fungsi organ reproduksi pria dan wanita
4. Menjelaskan pengaturan hormonal pada wanita ( oogenesis ,
ovulasi dan siklus menstruasi)
5. Menejlaskan pengaturan hormonal pada pria

DAFTAR PUSTAKA

1. Bobak, Irene. M., Lowdermilk., and Jensen. 2004. Buku Ajar


Keperawatan Maternitas. Edisi 4. Jakarta : EGC.
2. Greenspan, Baxter. 1998. Ovarium Dalam Buku Endokrinologi Dasar dan
Klinik, Edisi Ke-4. Appleton and Lange, EGC: Jakarta. Hlm 545 – 612.
3. Mcknight E. Prevalensi "hirsutisme" pada wanita muda. Lanset. 1964; 1 :
410–3.
4. P.E.S. Palmer (ed.), Panduan Pemeriksaan Diagnostik USG, Penerjemah:
Andry Hartono, (Jakarta: EGC, 2001),
5. Berek J.S, Adashi E.Y, Hillard P.A. Benign Disease of The Female
Reproductive Tract Symtoms and Sing in Novak’s gynecology, 12th Ed,
Wiliam & Wilkins, USA, 1996: p.361-377.
6. Wulanda, A. F. 2011. Biologi Reproduksi. Jakarta: Salemba Medika.
7. Kusmiran, Eny. 2011. Reproduksi Remaja dan Wanita.Jakarta:Salemba
Medika.

Anda mungkin juga menyukai