Sistem Ekskresi
(Urine)
Anatomi dan
Histologi Fisiologi Biokimia
embriologi
Pembentukan Keseimbangan
urine asam basa
Sasaran Belajar
1. Anatomi dan embriologi sistem urinaria (ginjal, ureter, vesika urinaria, uretra)
2. Histologi (ginjal, ureter, vesika urinaria, uretra)
3. Fisiologi
Pembentukan urin
Proses miksi dan menahan miksi
4. Biokimia
Keseimbangan asam basa
Komponen urin
5. AIK tentang proses bersuci
STEP 6 Belajar Mandiri
1. Anatomi dan embriologi sistem urinaria (ginjal, ureter, vesika urinaria, uretra)
Anatomi ginjal
Ureter
Vesika urinaria
3. Fisiologi (pembentukan urine, proses miksi dan menahan miksi)
Proses pembentukan urine
Tiga proses dasar yang terlibat dalam pembentukan urine: fltrasi glomerulus, reabsorpsi
tubulus, dan sekresi tubulus.
Filtrasi glomerulus. Sewaktu darah mengalir melalui glomerulus, plasma bebas protein
tersaring melalui kapiler glomerulus ke dalam kapsul Bowman. Dalam keadaan normal,
20% plasma yang masuk ke glomerulus tersaring. Proses ini, dikenal sebagai filtrasi
glomerulus yang merupakan langkah pertama dalam pembentukan urin. Secara rerata,
725 ml filtrat glomerulus (cairan yang difiltrasi) terbentuk secara kolektif dari seluruh
glomerulus setiap menit. Jumlah ini sama dengan 180 liter (sekitar 47,5 galon) setiap
hari. Dengan mempertimbangkan bahwa volume rerata plasma pada orang dewasa
adalah 2,75 liter, maka ha1 ini berarti bahwa ginjal menyaring keseluruhan volume
plasma sekitar 65 kali sehari. Jika semua yang difiltrasi keluar sebagai urin, semua
plasma akan menjadi urin dalam waktu kurang dari setengah jam. Namun, hal ini tidak
terjadi karena tubulus ginjal dan kapiler peritubulus berhubungan erat di seluruh
panjangnya, sehingga bahan-bahan dapat dipertukarkan anrara cairan di dalam tubulus
dan darah di dalam kapiler peritubulus.
Reabsorbsi tubulus. Sewaktu filtrat mengalir melalui tubulus, bahan-bahan yang
bermanfaat bagi tubuh dikembalikan ke plasma kapiler peritubulus. Perpindahan selektif
bahan-bahan dari bagian dalam tubulus (lumen tubulus) ke dalam darah ini disebut
reabsorpsi tubulus. Bahan-bahan yang direabsorpsi tidak keluar dari tubuh melalui urine
tetapi dibawa oleh kapiler peritubulus ke sistem vena dan kemudian ke jantung untuk
diresirkulasi. Dari 180 liter plasma yang disaring per hari, sekitar 178,5 liter
direabsorpsi. Sisa 1,5 liter di tubulus mengalir ke dalam pelvis ginjal untuk dikeluarkan
sebagai urin. Secara umum, bahan-bahan yang perlu dihemat oleh tubuh secara selektif
direabsorpsi, sementara bahan-bahan yang tidak dibutuhkan dan harus dikeluarkan tetap
berada di urine.
Sekresi tubulus. Merupakan pemindahan selektif bahan-bahan dari kapilel peritubulus
ke dalam lumen tubulus. Proses ini merupakan rute kedua bagi masuknya bahan ke
dalam tubulus ginjal dari darah, sedangkan yang pertama adalah melalui filtrasi
glomerulus. Hanya sekitar 20% dari plasma yang mengalir melaiui kapiler glomerulus
difiltrasi ke dalam kapsul Bowman, sisa 80% mengalir melalui arteriol eferen ke dalam
kapiler peritubulus. Sekresi tubulus merupakan mekanisme untuk mengeluarkan bahan
dari plasma secara cepat dengan mengekstraksi sejumlah tertentu bahan dari 80%
plasma yang ddak terfiltrasi di kapiler peritubulus dan memindahkannya ke bahan yang
sudah ada di tubulus sebagai hasil filtrasi.
Proses miksi dan menahan miksi
Miksi (berkemih) adalah proses pengosongan kandung kemih setelah terisi urine.
Miksi melibatkan dua tahap utama yakni : pertama, kandung kemih akan terisi secara
progresif hingga tegangan pada dinding meningkat melampaui ambang batas. Keadaan
tersebut akan berlanjut ke tahap kedua, adanya refleks saraf yang disebut refleks miksi
yang akan mengosongkan kandung kemih atau akan menyebabkan keinginan berkemih
yang disadari. Meskipun refleks miksi merupakan refleks medulla spinalis yang bersifat
otonom, refleks ini dapat dihambat atau difasilitasi oleh pusat-pusat di korteks serebri
atau batang otak.
Refleks miksi merupakan penyebab dasar berkemih, tetapi biasanya pusat yang lebih
tinggi yang akan melakukan kendali akhir untuk proses miksi sebagai berikut.
a. Pusat yang lebih tinggi dapat mencegah miksi, bahkan jika terjadi refleks miksi,
dengan cara sfingter kandung kemih eksterna melakukan kontraksi tonik hingga
saat yang tepat datang.(menahan miksi)
b. Jika waktu berkemih tiba, pusat kortikal dapat memfasilitasi pusat miksi sakral
untuk membantu memulai refleks miksi dan pada saat yang sama menghambat
sfingter eksterna sehingga pengeluaran urine dapat terjadi (terjadi miksi).
Daftar Pustaka