Anda di halaman 1dari 16

TOPIK 3

PEMERIKSAAN ORTOPEDIK

TIU :
Mahasiswa mampu Melakukan pemeriksaan ortopedik dan
Menegakkan diagnose kasus ortopedik
TIK :
1. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan ortopedik
2. Mahasiswa mampu menegakkan diagnosis kasus
ortopedik(fraktur)
3. Mahasiswa mampu memberikan edukasi kasus ortopedik
4. Mahasiswa mampu berperilaku profesional

PEMERIKSAAN FISIK ORTHOPEDIK


Untuk pemeriksaan muskuloskeletal diperlukan peralatan-
peralatan:
1. Stetoskop 6. Kapas
2. Refleks Hammer 7. Jarum kecil
3. Pensil untuk kulit (marker) 8. Senter saku
4. Meteran 9. Geniometer
5. Handscoon

Pengelolaan penderita post-trauma memerlukan penilaian


yang cepat dan tepat guna menghindari kematian. Pengelolaan ini
dikenal dengan Initial assessment (penilaian awal) yang meliputi:
1. Persiapan (Fase Pra-Rumah Sakit dan Fase Rumah Sakit)
2. Triase
3. Primary Survey (ABCDE)
4. Resusitasi
5. Tambahan terhadap Primary Survei dan Resusitasi
6. Secondary Survey, meliputi anamnesis dan pemeriksaan
head to toe
7. Tambahan terhadap secondary survey
8. Pemantauan dan re-evaluasi berkesinambungan
9. Penanganan definitif.
Dalam pertemuan skillab ini kita akan belajar cara melakukan
primary survey dan secondary survey pada pasien post trauma.

I. PRIMARY SURVEY
Penilaian keadaan penderita dan prioritas terapi berdasarkan jenis
perlukan, tanda-tanda vital, dan mekanisme trauma. Pada
penderita yang terluka parah, terapi diberikan berdasarkan
prioritas. Tanda vital penderita harus segera dinilai secara cepat
dan efisien. Proses ini terdiri dari ABCDE dan bertujuan untuk
mengenali keadaan yang mengancam nyawa terlebih dahulu:
A. AIRWAY denganProteksi Servikal
1. Look : melihat patensi jalan napas. Obstruksi jalan napas
dapat disebabkan posisi kepala (sniffing position), darah,
fragmen gigi yang patah, fraktur laring, edema laring,
fraktur basis cranii multiple.
2. Listen : mendengarkan suara tambahan gurgling, snoring,
stridor
3. Feel : merasakan hembusan napas pada pasien
Pada pasien sadar dan bisa "berbicara", kita anggap sementara
airway-nya Clear
B. BREATHING (Look-Feel-Listen)
1. Buka leher dan dada sambil menjaga imobilisasi leher dan
kepala.
2. Tentukan tanda vital Respiratory Rate
3. Inspeksi dan Palpasi leher dan thorax untuk adanya deviasi
trakhea, ekspansi thorax simetris atau tidak, pemakaian
otot pernapasan tambahan, dan tanda trauma lainnya
(jejas, luka terbuka, flail chest)
4. Perkusi thorax untuk menentukan redup atau hipersonor
5. Auskultasi thorax bilateral
C. CIRCULATION
1. Nadi: laju, kualitas, keteraturan, pulsus paradoksus
2. Tekanan Darah
3. Mencari tanda perdarahan eksternal dan internal yang fatal
(tanda syok seperti akral dingin, pucat, CRT < 2 detik)
D. DISABILITY and pupil

1. Tentukan tingkat kesadaran melalui skor


GCS
2. Nilai refleks pupil meliputi isokori dan
reaksi
3. Tanda lateralisasi untuk menilai adakah cidera
intrakranial
E. EXPOSURE
mencari trauma atau jejas lain yang mengancam nyawa dan
pencariannya didasarkan pada mekanisme trauma dan
mencegah hipotermia
Tindakan Primary Survey di atas adalah dalam bentuk
berurutan/sekuensial sesuai prioritas. Tetapi dalam praktik
hal-hal diatas dilakukan secara bersamaan/simultan
Jika ada kelainan pada salah satu hal diatas, maka harus
segera dilakukan tindakan Resusitasi.

II. SECONDARY SURVEY


Jika dalam Primary Survey ABCDE-nya penderitas
dipastikan baik, maka dapat dilanjutkan secondary survey.
Secondary survey terdiri dari anamnesis dan pemeriksaan fisik
head to toe (status generalis dan status lokalis)
Pemeriksaan neurologi, pemeriksaan penunjang radiologis
dan laboratorium juga dikerjakan pada secondary survey. Evaluasi
lengkap dari penderita memerlukan pemeriksaan fisik berulang-
lang termasuk re-evaluasi pemeriksaan tanda vital.

A. Anamnesis
Setiap pemeriksaan yang lengkap memerlukan anamnesis
mengenai riwayat perlukan. Seringkali data seperti ini tidak bisa
didapat dari penderita sendiri, dan harus didapat dari
keluarga/petugas lapangan.

Data yang harus digali dan dicatat pada pasien adalah meliputi
MIST dan AMPLE
M : Mechanism of Injury
I : Injury Pattern (bagian tubuh mana saja yang mengalami
cedera)
S : Signs (kondisi pasien post trauma)
T : Treatment (tatalaksana farmakologi dan non-farmakologi
yang telah dilakukan pada pasien post trauma)

A : Alergi
M : Medikasi (obat yang diminum saat ini)
P : Past Illness (penyakit penyerta/pregnancy)
L : Last meal
E : Event/Environtment (yang berhubungan dengan
mekanisme trauma)

B. Pemeriksaan Fisik Status Generalisata (Head to Toe)

C. Pemeriksaan fisik ortopedi regional/lokal


Pemeriksaan dilakukan secara sitematis dengan urutan-urutan
sebagai berikut:
 Inspeksi (Look)
 Palpasi (Feel)
 Kekuatan otot (Power)
 Penilaian gerakan sendi baik pergerakan aktif maupun
pasif (Move)
 Pemeriksaan tanda Sindroma Kompartemen (5P)
 Auskultasi
 Uji-uji fisik khusus (jika ada)

Inspeksi (Look)
Inspeksi sebenarnya telah dimulai ketika penderita memasuki
ruangan periksa. Pada inspeksi secara umum diperhatikan raut
muka penderita, apakah terlihat kesakitan. Cara berjalan sekurang-
kurangnya 20 langkah, cara duduk dan cara tidur. Inspeksi
dilakukan secara sistematik dan perhatian terutama ditujukan pada
a. Kulit, meliputi warna kulit dan tekstur kulit:
1) Lihat apakah terdapat luka terbuka:
Grade I : laserasi <2 cm
Grade II : laserasi > 2 cm, kontusiojaringan otot/seitar

43 Fakultas Kedokteran Unimus


2020/2021
Grade III : larserasi lebar, kerusakan hebat jaringan sekitar
2) Apakah ada perdarahan aktif
3) Apakah ada fragmen tulang yang fraktur terekspose
4) Apakah pada distal fraktur terlihat perbedaan warna dengan
sekitar (pucat, hyperemia, sianosis)
5) Apakah bengkak/udem pada daerah fraktur dan distal fraktur

b. Deformitas berupa angulasi, rotasi, pemendekan atau


pemanjangan.Cara menilai deformitas :
 Pemendekan/Pemanjangan: bandingkan kanan dan kiri.
Ukurlah. Adakah pemendekan atau pemanjangan. Contoh
pada fraktur colum femur, terjadi pemendekan panjang
anatomis (panjang dari SIAS - maleolus lateralis) tetapi
panjang klinis (panjang antara trochanter mayor dan
maleolus lateralis) tetap
 Angulasi: disebabkan fraktur complit/displace. Lihatlah
apakah daerah fraktur membentuk sudut tertentu.
 Rotasi: disebabkan oleh tarikan otot yang
berorigo/berinsersio pada tulang yang fraktur. Lihatlah
apakah posisi pasif segmen yang patah apakah terjadi
endorotasi/eksorotasi.

c. Jaringan lunak: deskripsikan jaringan yang tampak pada luka


terbuka yaitu apakah terdapat diskontinuitas/cidera pada
pembuluh darah, saraf, otot, tendo, ligamen, jaringan lemak,
fasia, kelenjar limfe.
d. Tulang dan Sendi deskripsikan tulang dan sendi yang
terekspose untuk menentukan derajat fraktur terbuka
e. Sinus dan jaringan parut Apakah sinus berasal dari
permukaan saja, dari dalam tulang atau dalam sendi. Apakah
jaringan parut berasal dari luka operasi, trauma atau supurasi.

Palpasi (Feel)
Yang perlu diperhatikan pada palpasi adalah:
a. Pada palpasi kita dapat menemukan secara tidak sengaja
ditemukan krepitasi.
Fakultas Kedokteran Unimus
44 2020/2021
b. Raba pada distal fraktur, apakah teraba hangat atau dingin
c. Raba pada distal fraktur apakah sensibilitasnya sama dengan
daerah proksimal fraktur, adakah parestesia
d. Raba arteri pada distal fraktur, apakah pulsasinya kuat
e. Raba fragmen tulang apakah ada:
 nyeri tekan
 Nyeri sumbu: adalah nyeri pada tekanan dan tarikan searah
sumbu tulang
 Nyeri lingkar: nyeri yang dirasakan sirkuler apabila fraktur
dipalpasi
f. Penilaian kembali deformitas yang menetap; pemeriksaan ini
dilakukan apabila sendi tidak dapat diletakkan pada posisi
anatomis yang normal.

Kekuatan Otot (Power)


Pemeriksaan kekuatan otot penting artinya untuk diagnosis,
tindakan, prognosis serta hasil terapi. Penilaian dilakukan menurut
Medical Research Council dimana kekuatan otot dibagi dalam
grade 0-5, yaitu:
 Grade 0
Tidak ditemukan adanya kontraksi otot.
 Grade 1
Kontraksi otot yang terjadi hanya berupa perubahan dari
tonus otot yang dapat diketahui dengan palpasi dan tidak dapat
menggerakkan sendi
 Grade 2
Otot hanya mampu menggerakkan persendian tetapi
kekuatannya tidak dapat melawan pengaruh gravitasi.
 Grade 3
Disamping dapat menggerakkan sendi, otot juga dapat
melawan pengaruh gravitasi tetapi tidak kuat terhadap
tahanan yang diberikan oleh pemeriksa.
 Grade 4
Kekuatan otot seperti pada grade 3 disertai dengan
kemampuan otot terhadap tahanan yang ringan.
 Grade 5
Kekuatan otot normal.

Pergerakan (Move)
Pada pergerakan sendi dikenal dua istilah pergerakan yang aktif
merupakan pergerakan sendi yang dilakukan oleh penderita sendiri
dan pergerakan pasif yaitu pergerakan sendi dengan bantuan
pemeriksa.
Pada pergerakan dapat diperoleh informasi mengenai:
a. Evaluasi gerakan sendi secara aktif dan pasif
 Apakah gerakan ini menimbulkan rasa sakit
 Apakah gerakan ini disertai dengan adanya krepitasi
b. Stabilitas sendi
Terutama ditentukan oleh integritas kedua permukaan sendi
dan keadaan ligamen yang mempertahankan sendi.
Pemeriksaan stabilitas sendi dapat dilakukan dengan
memberikan tekanan pada ligamen dan gerakan sendi diamati.
c. Pemeriksaan ROM (Range of Join Movement)
Setiap sendi mempunyai nilai batas gerakan normal yang
merupakan patokan untuk gerakan abnormal dari sendi.
Dikenal macam gerakan pada sendi, yaitu : abduksi, adduksi,
ekstensi, fleksi, rotasi eksterna, rotasi interna, pronasi, supinasi,
fleksi lateral, dorso fleksi, plantar fleksi, inversi dan eversi.
Dilakukan untuk mencari fungsiolesa dan menemukan apakah
terlihat sendi palsu saat digerakkan. Pemeriksaan ROM harus
hati hati, jangan dipaksakan bila pasien kesakitan. Jangan
menambah cedera. Selalu bandingkan ROM pada daerah yang
sakit dan yang normal.
Pada Pemeriksaan ROM diperiksa terutama pada sendi di
sekitar lokasi trauma.
Nilai Normal ROM pada Sendi – Sendi Besar
Sendi Fleksi Ekstensi Abduksi Adduksi Eksternal Internal
Rotasi Rotasi
Bahu 180 50 180 30 80 100
Siku 150 5 - - - -
Pergelangan Dorsi Palmar Ulnar Radial Supinasi Pronasi
tangan 90 90 30 15 90 90
Panggul 150 0 45 30 80 45
Lutut 140 10
Ankle Dorsi 15 Plantar Eversi 10 Inversi
70 25

Pemeriksaan Tanda Sindrom Kompartemen


Compartemen syndrome merupakan salah satu komplikasi fraktur,
dimana terjadi gangguan perfusi pada distal fraktur. Gejala akan
didapatkan ”5 P” pada distal fraktur (pulsesness/nadi tak teraba,
puffy/bengkak, parestesia/gangguan sensasi, pain/nyeri,
palor/pucat). Apabila pada pemeriksaan ditemukan gejala sindrom
kompartemen harus segera dirujuk ke dokter bedah untuk
dilakukan fasciotomy.

Auskultasi
Pemeriksaan auskultasi pada bidang bedah ortopedi jarang
dilakukan dan biasanya dilakukan bila ada krepitasi misalnya pada
fraktur atau mendengar bising fistula arteriovenosa.

FRAKTUR
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan
tulang atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh
rudapaksa
Menurut lokasi fraktur dapat dibagi :
1. Fraktur tulang panjang
2. Fraktur tulang pipih
3. Fraktur basis crani/tulang tengkorak
4. Fraktur padavertebrae
Menurut Morfologi fraktur dapat dibagi menjadi:
1. Fraktur incomplit,greenstick fracture,fisura
2. Fraktur komplit: displace/, non displace (oblique,
lintang),cominutif, segmental
3. Fraktur kompresi
4. Fraktur impaksi
5. Patah tulang impresi
6. Fraktur patologis

Gb. Fraktur menurut lokasi tulang panjang

Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis fraktur adalah nyeri (nyeri tekan, nyeri gerak
aktif, nyeri gerak pasif, nyeri sumbu, nyeri lingkar), hilangnya
fungsi, deformitas, pemendekan ektremitas, krepitus,
pembengkakan lokal, dan perubahan warna. Tanda pasti fraktur
meliputi deformitas, krepitasi dan nyeri sumbu.

Pemeriksaan Fraktur
Pada kasus multiple trauma dilakukan penilaian cepat kegawatan
pada pasien, yaitu:

Diagnosis kasus fraktur


Dalam kasus fraktur dikenal 3 diagnosis yaitu diagnosis klinis,
diagnosis radiologis dan diagnosis akhir.
Cara penulisan :
Diagnosis klinis : fraktur (suspek fraktur) + tertutup atau terbuka +
lokasi + kanan/kiri + derajat fraktur (jika fraktur terbuka) +
terdapat komplikasi atau tidak (komplikata/non komplikata)
Contoh : suspek fraktur tertutup os femur dekstra non
komplikata

Diagnosis radiologis didapatkan berdasarkan gambaran radiologis


fraktur. Cara penulisan : fraktur + garis fraktur + lokasi fraktur
secara spesifik berdasarkan lokasi tulang + komplit/inkomplit +
displaced/undisplaced
Contoh : fraktur oblique os femur dekstra 1/3 distal inkomplit
undisplaced

Diagnosis akhir fraktur merupakan gabungan dari diagnosis


klinis dan diagnosis radiologis.
Contoh penulisan dari gabungan contoh-contoh di atas adalah:
Fraktur tertutup os femur dekstra 1/3 distal inkomplit undisplaced
nonkomplikata.
Dalam menentukan komplikata atau non komplikata mengacu pada
apakah terdapat komplikasi neuromuskuler.
SOAL
BUATLAH DIAGNOSIS RADIOLOGIS PADA X FOTO DI
BAWAH

Dx Radiologis :
Fraktur tranversal os femur sinistra 1/3 medial komplit displaced

2.

Dx Radiologis :
Fraktur greenstick os radius sinistra 1/3 distal inkomplit undisplaced
Fraktur tranversal os ulna sinistra 1/3 distal komplit displaced
CHECKLIST PEMERIKSAAN ORTOPEDIK

Nilai
No Aspek yang dinilai
0 1 2 3
1 Memberi salam , memeinta izin pemeriksaan,
meminta pasien merespon rangsang nyeri *
2 Cuci tangan,memakai handscoon dan pelindung diri
*
3 Diawali dengan Bismillah *
4 Pemeriksaan Primary survey
Airway *
Breathing *
Circulation *
Disability *
Exposure *
5 Pemeriksaan Secondary Survey
A. Anamnesis Singkat (MIST dan AMPLE)
Mechanism of Injury *
Injury Pattern *
Signs *
Treatment *

Allergy *
Medication *
Past Illness/Pregnancy *
Last Meal *
Environtment/Event *
B. Pemeriksaan Status Generalisata (Head to Toe) *
C. Pemeriksaan Status Lokalis (Ortopedik)
Inspeksi (Look):
 Kulit: luka terbuka, perdarahan aktif, bone
exposure, warna, udem (temasuk bagian distal) *
 Deformitas: Pemendekan/pemanjangan, Rotasi,
Angulasi *
 Jika ada luka terbuka deskripsikan meliputi
jaringan lunak, tulang-sendi, dan tanda perlukan
sebelumnya (jaringan parut, sinus, supurasi, dll) *
Palpasi (Feel)
 Krepitasi *
 Raba pada distal fraktur, apakah teraba hangat
atau dingin *
 Sensibilitas distal dan proksimal fraktur, adakah
parestesia *
 Raba arteri pada distal fraktur, apakah
pulsasinya kuat *
 Nyeri tekan, Nyeri Sumbu, Nyeri Lingkar *
 Penilaian kembali deformitas yang menetap *
Pemeriksaan kekuatan otot dan intepretasinya*
(skor dikali 2)
Pemeriksaan gerakan (aktif-pasif) dan ROM * (skor
dikali 2)
Pemeriksaan kembali tanda Sindroma
Kompartemen: Pain, Pallor, Pulselessness, Puffy,
Parestesia * (skor dikali 2)

6 Memberikan penjelasan mengenai


diagnosis/diagnosis banding dan penatalaksanaan
yang akan dilakukan
7 Melakukan tatalaksana awal
8 Cuci tangan setelah pemeriksaan dan/ tindakan
Memberikan edukasi mengenai tata cara thaharah
shalat bagi pasien di atas :
1. Bersihkan luka/trauma bila ada sebelum dib
ataupun tidak dibalut baik jangka pendek mau
panjang
2. Pasien tetap wajib melakukan wudhu sesuai den
kemampuan
1) basuh dengan air
2) usap dengan air
3) tayamum
3. pasien tetap wajin melaksanakan sholat sesuai den

Fakultas Kedokteran Unimus


52 2020/2021
kemampuan :
1) Berdiri
2) duduk
3) berbaring
9 Menutup denngan hamdallah serta Memberikan
edukasi kepada pasien
10 Perilaku professional
Jumlah

Keterangan :
0 = tidak dilakukan :
1 = dilakukan, < 50% benar ;
2 = dilakukan >50% benar
3 = dilakukan dengan sempurna
Penilaian ketrampilan : ( Σ skor se l uruh a spe k yg di ni l a i ) x
100
Σ maksimal skor
Lembar Kerja I
PEMERIKSAAN ORTOPEDIK (Pertemuan 1)

A. Tempat : Ruang Skill lab (tanpa tempat tidur)


B. Pasien Simulasi : Pria (25-40 tahun) 1 orang/kelompok
C. Peralatan :

1. Alat tanda vital 6. Kapas


2. Refleks Hammer 7. Jarum kecil
3. Pensil untuk kulit (marker) 8. Senter saku
4. Medline 9. Geniometer
5. handscoen 10. Cervical collar
D. Kegiatan :
1. Trainer menjelaskan kepentingan pemeriksaan ortopedi
umum dan pemeriksan fraktur
2. Trainer menunjuk2 mahasiswa melakukan pemeriksaan
ortopedi dan pemeriksaan fraktur
3. mahasiswa lain malakukanfeedback and reflection
4. trainer memberikan feedback perfoma mahasiswa
5. trainer memberikan penjelasan dan keterangan tambahan
6. mahasiswa mencoba keterampilan pemeriksaan ortopedi dan pemeriksaan fraktur

E. TUGAS
Mencari video tentang teknik pemeriksaan ortopedi Mencari video tentang cara pemeriksaan
klinis fraktur Mencari contoh hasil radiologis berbagai jenis fraktur

Anda mungkin juga menyukai