Anda di halaman 1dari 24

PEMERIKSAAN KLINIS DASAR PADA SISTEM MUSKULOSKELETAL

KEANGGOTAAN DEPARTEMEN MIKROBIOLOGI

Ariski Pratama Johan

I1011141062

Adinda Gupita

I1011141013

Dana Rizky Afina Rahma

I1011141060

Destri Rakhmawati

I1011141034

Mirantika Audina

I1011141045

M. Deni Kurniawan

I1011141010

Nisa Alyananda Ritonga

I1011141042

Oktavia Karim

I1011141051

Rifa Fasya Dea Dita Lubis

I1011141059

Thevany

I1011141052

Uray Ria Aprini

I1011141037

Supervisor

Titah Arief Cahyo Kumoro

I1011141050

Tujuan Pembelajaran
A. Tujuan Umum
Mahasiswa mengetahui pemeriksaan fisik dalam bidang ilmu
orthopaedic terkait sistem muskuloskeletal.
B. Tujuan Khusus
1. Mahasiswa dapat memahami definisi dan teknik pemeriksaan
fisik orthopaedic.
2. Mahasiswa dapat mempraktikkan teknik pemeriksaan fisik
orthopaedic sesuai dengan aspek yang ada.
Pengenalan Orthopaedic
1. Orthopaedics berkaitan dengan tulang, sendi, otot, tendon dan
saraf - sistem kerangka dan semua yang membuatnya bergerak.

2. Diagnosis dalam ortopedi, seperti dalam semua obat, adalah


identifikasi penyakit.

3. Tidak hanya dari proses patologis tetapi juga dari hilangnya


fungsional dan kecacatan.

4. Pengumpulan sistematis informasi dari riwayat, pemeriksaan fisik,


jaringan dan organ pencitraan dan penyelidikan khusus.
Riwayat Penting dalam Pemeriksaan Orthopaedic
1. Rasa sakit
2. Kekakuan
3. Pembengkakan
4. Kelainan bentuk
5. Kelemahan
6. Ketidakstabilan
7. Perubahan sensibilitas
8. Hilangnya fungsi
9. Riwayat sebelumnya
10. Riwayat keluarga
11. Latar belakang sosial

Catatan :

a. Pada poin 1-8 berkenaan dengan keluhan yang dapat dirasakan


dan tampak saat pemeriksaan fisik pasien.
b. Pada poin 9-11 berkenaan dengan sejarah atau riwayat pasien ,
seperti riwayat keluarga, riwayat penyakit sebelumnya, dan latar
belakang sosialnya. Ini penting dalam anamnesa.
Pemeriksaan
a. Pemeriksaan dimulai saat awal bertemu pasien.
b. Mengamati penampilan umumnya, postur tubuh dan gaya berjalan
c. Pasien harus membuka pakaian yang menghalangi pada bagian
yang akan diperiksa,
d. Pemeriksaan pada ekstremitas harus dibandingkan normal dengan
yang tidak normal.
e. Pemeriksaan yang dilakukan yaitu: Inspeksi, palpasi, manipulasi,
Perabaan serta pergerakan
f. Manuver khusus dilakukan dalam menilai integritas neurologis dan
atribut fungsional yang kompleks.
Pemeriksaan

dibagi

menjadi

dua

yaitu

General

Physical

Examination dan Neurological Examination. Pertama kita akan bahas


mengaenai General Physical Examination dulu baru yang Neurological
Examination.
General Physical Examination
Dalam pemeriksaan ini dikenal dengan istilah Look, Feel, Move,
ditambah Spesial Test.
a. Look
Look atau pemeriksaan dengan melihat terdiri dari berbagai aspek
yang perlu diperhatikan, yaitu:
1. Shape and Posture ( Bentuk dan Postur)
Dalam hal ini kita dapat melihat apakah bentuk dari ektremitas
atau tubuh terlihat normal dan perhatikan pula posturnya.
Apakah bahu dan posisi tegak pasien saat berdiri terlihat normal
atau tidak?, bagaimana postur bahnya?, ada apa tidaknya
pembengkakan, kelemahan otot, luka, Atrophy, Hipertrophy,
Hypotrophy, Kemudian bandingkan dengan sisi yang normal.
2. Skin (Kulit)

Ketelitian dibutuhkan saat memeriksa kulit terutama pada aspek


warna, kualitas dan tanda yang ada padanya. Contohnya luka
memar, koreng, bekas luka (karena operasi atau lainnya), kulit
yang terlihat mengencang dan permukaannya tampak mengkilat
(mungkin

dikarenakan

edema

atau

perubahan

trofik).

Pengamatan tak sebatas daerah yang dikeluhkan saja, namun


kita juga harus memperhatikan dengan sendi-sendi lain yang
berhubungan. Pada pengamatan warna kulit dapat kita bedakan
antara:
a. Berwarna pucat karena iskemia
b. Berwarna kebiruan karena sianosis
c. Berwarna kemerahan karena peradangan
d. Berwarna ungu kehitaman karena memar yang sudah lama.

b. Feel
Dengan merasa, kita dapat lebih mengeksplorasi, tidak merabaraba tanpa tujuan. Jika anda tahu anatomi maka akan tahu dimana
untuk

merasa/

meraba

daerah

yang

mengalami

keluhan;

menemukan daerah yang tepat dan anda dapat membangun/


membayangkan gambar anatomi virtual dalam mata pikiran anda.

Masih banyak lagi aspek yang diperhatikan dalam merasa atau


meraba yaitu:
1. Temperatur kulit; apakah dingin atau panas?, lembab atau
kering?, apakah sensasi itu normal?
2. Karakteristik benjolan pada jaringan lunak; apakah ada
benjolan? Bagaimana karakteristik benjolannya? Apakah denyut
nadinya normal?. Kita bisa menentukan apakah ada keganasan
atau tidak?. Kemudian fluktuasi, konsistensi, dan struktur apa
yang berdekatan.
3. Sifat pembengkakan; Inflamasi, tumor, atau lainnya
4. Tulang dan sendi; apakah ada dislokasi?
5. Tenderness; untuk menilai tingkat sensitivitas dari nyeri.
Pertama kita mesti tahu struktur daerah yang memiliki keluhan.
Kemudian kita dapat mengukur dengan mengamati wajah
pasien

ketika

menggerakkan/

meraba/

menekan

daerah

tersebut. Meringisnya pasien akan memberitahu anda bahwa


terdapat rasa nyeri pada daerah tersebut . Cobalah untuk
melokalisasinya. Jika anda sudah tahu masalahnya dimana
maka anda sudah sampai pada setengah jalan dalam diagnosa.
c. Move
Gerakan yang dimaksud untuk mengetahui range of motion dari
sendi atau bagian yang diperiksa masih dalam batas normal atau
tidak. Dalam pemerikasaan orthopaedic dibagi menjadi tiga jenis
gerakan yaitu:
1). Active Movement ( gerakan aktif) dimana kita meminta pasien
secara sadar menggerakkan anggota badan yang ingin diperiksa
tanpa ada bantuan dari kita.
2). Passive Movement (gerakan pasif) dimana kita membantu
menggerakkan anggota tubuh pasien yang ingin diperiksa.

3).Unstable Movement, merupakan gerakan yang terjadi atau ada


namun bukan kedaan yang fisiologis (unphysiological).
4. Provocative Movement, merupakan gerakan yang dimanipulasi
oleh pemeriksa untuk melihat respon dari pasien apakah ada rasa
cemas atau tidak. Gerakan yang dimanipulasi mensimulasikan
kejadian yang memprovokasi timbulnya rasa sakit atau dislokasi.
Sehingga test ini juga dikenal dengan Apprehension test (Test
ketakutan).

Dalam melakukan test gerakan yang perlu diperhatikan


adalah range of movement yang dapat diukur sudutnya dengan
goniometer.
Berikut test yang dapat dilakukan ketika pemeriksaan fisik:

Special/ Apprehension Test

Apprehension test atau tes khusus merupakan satu dari beberapa uji
klinis

yang

dilakukan

untuk

mensimulasikan

kejadian

yang

memprovokasi timbulnya rasa sakit atau dislokasi.


Jadi, test ini dilakukan untuk mencari tahu lebih dalam mengenai
dugaan kita terhadap penyakit yang dialami oleh pasien / injury yang
dialami pasien.

Contoh tesnya :
a. Thomas test untuk menilai kontraktur fleksi atau deformitas fleksi
pada hip/ panggul,
b. Tredelenburgs test untuk menilai ketidakmampuan/ketidakstabilan
dari pada panggul,
c. McMurrays test untuk memeriksa kerusakan pada meniskus
daripada lutut,
d. Lachmans test untuk memeriksa ketidakmampuan/ketidakstabilan
ligamen cruciate,
e. Etc
Neurological Examination

Terdapat beberapa aspek yang diperhatikan dalam pemeriksaan ini yaitu:

Appearance
Beberapa gangguan neurologis mengakibatkan postur yang mempunyai
karakteristik untuk menjadi diagnosis secara sekilas.
1. Claw hand merupakan bentuk yang khas dari lesi saraf ulnaris;
2. Wrist drop yang merupakan kelumpuhan saraf radial
3. 'Waiters Tip's yang merupakan gambaran deformitas lengan
karena cedera pleksus brakialis.
Muscle Tone

Tonus

dalam

kelompok-kelompok otot

individual

diuji

dengan

menggerakan sendi terdekat untuk meregangkan otot.


Yang dinilai adalah:
a. Peningkatan tonus (spasticity) : merupakan karakterisitk dari
kelainan upper motor neuron (seperti cerebral palsy dan stroke).

Hal ini harus dapat dibedakan dengan kekakuan (rigidity) yang


terlihat pada penyakit parkinson
b. Penurunan tonus (flaccidity) : ditemukan dalam lesi/ luka pada
lower motor neuron ; misalnya poliomyelitis
Power

Fungsi motorik (power) diuji dengan meminta pasien melakukan

gerakan-gerakan yang biasanya diaktifkan oleh saraf-saraf tertentu.


Pengujian pada kekuatan otot paling sederhana adalah dengan
menempatkan anggota tubuh dalam posisi uji, kemudian meminta
pasien untuk menahannya setegas mungkin dan mempertahan posisi
tersebut. Anggota tubuh yang normal diperiksa terlebih dahulu,
kemudian

dilanjutkan

pada

tungkai

yang

mengalami

kelainan/gangguan dan dibandingkan. Tindakan otot halus seperti


pada ibu jari dan jari-jari tangan dapat dihasilkan dengan terlebih
dahulu mendemonstrasikan gerakan sendiri, kemudian mengujinya
pada anggota tubuh yang normal dan dilanjutkan pada anggota tubuh

yang mengalami gangguan.


Kekuatan otot biasanya diurutkan berdasarkan skala dari Medical
Research Council :
a. Grade 0 -> tidak ada pergerakan
b. Grade 1 -> hanya secercah gerakan (baru bisa kontraksi)
c. Grade 2 -> gerakan yang gravitasi dihilangkan (hanya bisa
melakukan horizontal saja)
d. Grade 3 -> gerakan yang berlawanan gravitasi
e. Grade 4 -> gerakan yang memiliki hambatan
f. Grade 5 -> kekuatan normal

Reflexes
A. Tendon Reflex
Merupakan gerakan

reflex

yang

disebabkan

karena

ada

rangsangan cepat di daerah insersi tendon.


B. Superficial Reflex
Refleks superfisial yang ditimbulkan karena membelai kulit di
berbagai situs untuk menghasilkan kontraksi otot tertentu; yang
dikenal baik adalah bagian perut (T7-T12), cremasteric (L1, 2) dan

anal (S4, 5) refleks. Ini adalah refleks kortikospinalis (neuron


motorik atas).
C. Plantar Reflex
Gerakan fleksi dari jempol kaki ketika diberikan rangsangan.
Contohnya Babinski Sign.
Sensibilitas
Kepekaan (sensibilitas) untuk menyentuh dan tusukan jarum dapat
meningkat

(hyperaesthesia)

atau

rasa

tidak

menyenangkan

(dysaesthesia) di lesi saraf iritasi tertentu. Lebih sering, meskipun, itu


berkurang (hypoaesthesia) atau tidak ada (anestesi), menandakan adanya
tekanan atau gangguan pada perangkat saraf, akar saraf atau jalur
sensorik di saraf tulang belakang.

Pemeriksaan Fisik
Oke lanjut ke informasi Nice to Know dulu ya

Inspeksi dilakukan saat pasien sedang berdiri


Bakers cyst Bakers cyst

genu recurvatum genu recurvatum


Valgus deformity Valgus deformitas
Varus deformity Varus deformitas
Gait
antalgic gait
Inspeksi dilakukan sambil telentang
Masses (Misa)
Scars (Scars)
Lesions (Lesi)
Signs of trauma/previous surgery (Tanda-tanda trauma operasi /
sebelumnya)
Pembekan di medial fossa
erythema (redness) eritema (kemerahan)
Muscle bulk and symmetry (atrophy the quadriceps muscle
vastus medialis)
Displacement of the patella

1. Articulatio Humeri
Look
Perubahan warna kulit : hematom, echymosis.
Dislokasi Anterior : Abduksi dan rotasi external
Dislokasi Posterior : Adduksi dan rotasi internal
Feel
Articulatio
acromioclavicular pada ujung

clavicula;

jika

terdapat nyeri tekan mengindikasikan adanya instabilitas clavicula

distal dan terpisahnya acromion dan clavicula


Tendon supraspinatus pada daerah acromion; jika terdapat nyeri
tekan mengindikasikan adanya bursitis dan/atau robekan tendon

supraspinatus
Tuberculum major pada tonjolan pada caput humerus lateral; jika
terdapat nyeri tekan mengindikasikan adanya rotator cuff tendinitis

atau robekan rotator cuff


Move
Menilai gerak flexi 0O -180o dan extensi 0-600
Menilai gerak rotasi eksternal dan internal 0-90 0
Menilai gerak abduksi 0-1800
2. Articulatio Cubiti
Look
Cubitus Varus: Ekstremitas distal berdeviasi secara medial
terhadap articulatio cubiti

Cubitus valgus: Extremitas distal berdeviasi secara lateral terhadap


articulatio cubiti

Feel

Melakukan

palpasi

pada

epicondylus

medialis

dan

garis

supracondylar, jika terdapat nyeri tekan mengindikasikan adanya


epicondylitis medial (golfer elbow) atau fraktur.

Melakukan

palpasi

pada

epicodylus

lateralis

dan

garis

supracondylar, jika terdapat nyeri tekan mengindikasikan adanya


epicondylitis lateralis (tennis elbow) atau fraktur.
Move

Radiocarpal joint

1. Flexi adalah gerakan menekuk satu tulang terhadap tulang yang lain
sehingga akan menurunkan nilai sudut sendi. Biasanya terjadi pada
aspek permukaan anterior dari tulang yang berartikulasi
{membengkokan}
2. Extensi adalah gerakan meluruskan suatu tulang terhadap tulang
yang lain sehingga akan menambah nilai sudut sendi {meluruskan}
3. Deviasi radial adalah gerakan tangan ke arah lateral {abduksi
pergelangan tangan dalam posisi anatomis}
4. Deviasi ulnar adalah gerakan tangan ke arah medial {adduksi
pergelangan tangan untuk posisi anatomis}
Manus
Pada daerah palmar / volar manus:

Menilai warna kulit


Menilai ada tidaknya nodul, atrofi otot-otot thenar dan hypothenar
serta deskripsikan web space lokasinya.
Menilai tanda cascade :

Fleksikan jari-jari pada PIP: positif jika semua jari mengarah pada daerah
scaphoideum Normal

a. Dislokasi osterior : articulatio coxae dalam posisi fleksi, rotasi


internal, dan adduksi
b. Dislokasi anterior : ditandai dengan rotasi eksternal, sedikit fleksi,
dan abduksi
c. Fraktur collum femoris atau fraktur intertrochanter : pemendekan

dan rotasi eksternal


Pada posisi terlentang, kontraktur fleksi koksae dapat dilihat dari
adanya lordosis lumbar dan pelvis yang miring sehingga tungkai tetap
lurus pada meja pemeriksaan. Untuk menilai adanya kontraktur fleksi,

dapat dilakukan tes Thomas.


Thomas sign :
a. Pasien dalam posisi supinasi
b. Salah satu lutut diangkat ke dada
c. Positif jika paha sisi berlawanan terangkat menjauhi meja
(normalnya tidak terangkat karena adanya hiperkontraksi dari otot
iliopsoas)
d. Ukur apparent length dari umbilicus ke malleolus medialis

positi
f

Leg Length Discrepancy (posisi kedua tungkai ekstensi)


a. Ukur panjang kaki sebenarnya (true length) dari Anterior Superior
Iliac Spine (ASIS) ke malleolus medial
b. Positif jika perbedaan antara kaki kanan dan kiri > 1cm

Pasien dengan kelainan sendi koksae akan memiliki 2 gaya berjalan


yang abnormal, yaitu gaya berjalan antalgik akibat nyeri pada kosae
dan/atau gaya berjalan Trendelenburg pada abduktor. Untuk menilai
kelemahan otot abduktor gluteus medius, dapat dilakukan tes

Trendelenburg.
Trendelenburg Test:
a. Pasien diminta mengangkat salah satu lutut
b. Jika pelvis pada lutut yang diangkat naik -> negative -> normal
c. Jika pelvis sisi berlawanan yang naik -> positif -> kekuatan otot
abductor panggul yang berkurang

Knee (Lutut)
positif

Nah ini sekedar nice to know aja sihuntuk pemeriksaan fisik lutut
Pemeriksaan lutut di dunia kedokteran dilakukan sebagai bagian
dari serangkaian pemeriksaan fisik terhadap penderita kelainan
kaki. Pemeriksaan fisik ini terutama ditujukan pada pasien dengan
lutut nyeri atau riwayat yang menunjukkan patologi dari sendi lutut .

Beberapa tahapan pemeriksaan lutut adalah


position/lighting/draping posisi / pencahayaan /
Inspeksi
Palpasi
Gerakan
Palpasi
Pemeriksaan lutut yang sedang inflamasi adalah mengamati gejala
dan

tanda

radang

seperti

tumor

(pembengkakan),

rubor

(kemerahan), kalor (panas), dolor (sakit). Pembengkakan dan


kemerahan harus terbukti dengan pemeriksaan. Nyeri diperoleh

oleh riwayat dan panas dengan palpasi.


Perubahan suhu
joint line tenderness
Effusions , test for Efusi , menguji
Patellar tap
Ballottement
Bulge sign

Yang ini

Ligamen Test
Anterior drawer sign
Posterior drawer sign
Lachman test (ACL) Lachman uji (ACL)
Medial collateral ligament ligamen medial
Lateral collateral ligamen ligamen lateral

Articulatio Talocruralis

Dorsoflexi dilakukan oleh :


- m. tibialis anterior,
- m. extensor digitorum longus,
- m. extensor hallucis longus
Minta pasien membengkokkan
ankle (Articulatio Talocruralis)
dengan jari-jari menunjuk kearah
atas (superior)
Dikatakan normal apabila sudut
yang dibentuk : 0 - 20o

Plantar flexi dilakukan oleh :


- m.gastrocnemius/soleus
- m. tibialis posterior
- m. flexor hallucis longus
- m. flexor digitalis longus
Minta pasien mengarahkan telapak
kaki (plantar pedis) kearah lantai

Dikatan normal apabila sudut yang


dibentuk : 0 50o

SUMBER BELAJAR :
Apleys System Orthopaedic and Fracture.

Anda mungkin juga menyukai