STEP 6
Belajar Mandiri
STEP 7
ANATOMI
• Mons veneris adalah tonjolan lemak yang besar sebagai pertemuan antara
sepasang labia mayora
• Parametium
2. Histologi Sis. Reproduksi
1. OVARIUM
Ovarium merupakan organ reproduksi wanita berjumlah sepasang tempat
dihasilkannya dan berkembangnya gamet wanita (oosit). Permukaannya ditutupi
epitel squamus berupa epitel germinativum.Di bawahnya terdapat selapis jaringn
padat, yaitu tunika albuginea. Di bawahnya terdapatkorteks yang ditempati berbagai
tahap folikel ovarium dengan oositnya. Folikel ini terbenam dalam jaringan ikat /
stroma korteks, stroma ini berespon aktif terhadap berbagai hormone.Bagian terdalam
ovarium adalah medulla. Tahapan folikel ovarium. Wanita pada masa pubertas
memiliki ovarium yang mengandung sekitar 300 ribu oosit. Setiap siklus menstruasi
sebuah oosit dibebaskan dari ovarium, hingga masa menopause tersisa sekitar 8ribu
oosit, yang kemudian oosit sisa ini akan berdegenerasi. Oosit dikelilingi oleh sel-sel
gepeng kecil disebut sel-sel folikel / sel-sel granulosa.Jadi yang disebut dengan
sebuah folikel ovarium adalah sebuah sel oosit yang dikelilingi oleh beberapa sel-sel
folikel. Setiap siklus (atas rangsangan hormone FSH) , folikel ovarium mengalami
pertumbuhan dengan bertambahnya sel-sel folikelnya melalui mitosis. Hingga
sebuah folikel ovarium akan mengalami pertumbuhan maksimal / matang disebut
folikel de graff, yang pada tahap ini sel oosit di dalamnya siap untuk mengalami
ovulasi. Ovulasi adalah pecahnya sebagian dinding folikel matang dan pelepasan
oosit , yang ditangkap oleh fibrae tuba uterine. Berikut tahapan pertumbuhan folikel
ovarium
2. TUBA UTERINA
Merupakan saluran yang menghubungkan ovarium dengan uterus. Ujungnya
berbentuk fimbrae yang berfungsi menangkap oosit yang dikeluarkan dari ovarium
pada saat ovulasi. Terdiri dari lapisan mukosa, lapisan otot dan lapisan serosa.
Mukosanya berupa lipatan-lipatan yang dilapisi epitel kolumner simpleks, Sehingga
pada potongan melintang Ipatan-lipatan ini menyerupai labirin, terutama di daerah
ampula. Lapisa otot terdiri dari 2 lapisan otot polos yaitu lapisan sirkuler dan lapisan
longitudinal. Lapisan serosa berupa peritoneum visceral.
3. UTERUS
Uterus merupakan organ tempat berkembangnya embrio.Dinding uterus sangat tebal,
terdiri dari 3 lapisan. Lapisan dalam / mukosa disebut endometrium, lapisan tengah
berupa lapisan otot yang sangat tebal disebut miometrium, dan lapisan luar lapisan
serosa/ adventitia , berupa jaringan ikat. Endometrium : terdiri atas epitel kolumner
sekretoris dan lamina propria yang mengandung kelenjar tubuler. Endometrium
terbagi menjadi 2 zona: (1) lapisan basal / lapisan yang paling dekat dengan
miometrium, yang merupakan lamina propria/submukosa, dan (2)lapisan fungsional
merupakan sisa lamina propria dan terdapat kelenjar endometrium. Lapisan
fungsional endometrium mengalami tahapan / fase penebalan dan peluruhan sesuai
siklus menstruasi.
Tahapan endometrium :
a. Fase proliferasi : terjadi sebelum ovulasi, lapisan fungsional endometrium
relative tipis. Pada fase ini kelenjar endometrium mengalami proliferasi atas
pengaruh hormone estrogen. Tampak kelenjar endometrium berbentuk lurus.
b. Fase sekresi : terjadi setelah ovulasi. Pada fase ini lapisan endometrium menjadi
tebal oleh karena kelenjar endometrium mensekresi dan menimbun glikogen.
Sehingga tampak kelenjar berkelok-kelok akibat akumulasi secret di stromanya.
Fase ini terjadi akibat pengaruh hormone progesterone yang diproduksi oleh
corpus luteum ovarium.
c. Fase menstruasi : Terjadi bila tidak ada pembuahan , maka korpus luteum
berhenti memproduksi progesterone. Akibatnya tidak ada yang mempertahankan
fase sekresi endometrium, sehingga lapisan fungsional endometrium luruh dan
sisa endometrium mengkerut.
Pada akhir siklus menstruasi kadar estrogen rendah. Rendahnya kadar estrogen ini
merangsang produksi FSH oleh hipofise. Selanjutnya FSH menstimulasi pertumbuhan
sejumlah folikelovarium. Folikel yang terstimulasi akan meningkatkan kadar kadar
estrogen dan kenaikan kadar estrogen dapat mempengaruhi hipofisis sehingga
menyebabkan penurunan kadar FSH ( proses umpan balik negatif ).Pada sebagian besar
kasus, dari 10 –20 folikel tumbuh dibawah pengaruh FSH namun hanya satu diantaranya
(folikel dominan) yang dapat tumbuh cukup besar dan memiliki densitas reseptor FSH
yang cukup memadai sehingga dapat memberikan respon dengan rendahnya kadar FSH
sehingga dapat terus berkembang sampaitahapan ovulasi.
FASE OVULASI
Lonjakan LH sangat penting untuk proses ovulasi pascakeluarnya oosit dan
folikel. Lonjakan LH dipicu oleh kadar estrogen yang tinggi yang dihasilkan oleh folikel
preovulasi. Dengan kata lain, stimulus dan kapan ovulasi bakal terjadi ditentukan sendiri
oleh folikel preovulasi. Ovulasi diperkirakan terjadi 24 – 36 jam pascapuncak estrogen
(estradiol) dan 10 – 12 jam pasca puncak LH. Diawal lonjakan LH digunakan sebagai
pertanda/indikator untuk menentukan waktu kapan diperkirakan ovulasi bakal terjadi.
Ovulasi terjadi sekitar 34 -36 jam pascaawal lonjakan LH.
Lonjakan LH memacu sekresi prostaglandin, dan progesteron bersama lonjakan
FSH yang mengaktivasi enzim proreolitik, menyebabkan dinding folikel pecah.
Kemudian sel granulosa yang melekat pada membran basalis, pada seluruh dinding
folikel, berubah menjadi sel luteal. Pada siklus menjelang ovulasi, sel granulosa kumulus
yang melekat pada oosit, menjadi longgar akibat enzim hialuronik yang dipicu oleh
lonjakan FSH. FSH menekan proliferasi sel kumulus, tetapi FSH bersama faktor yang
dikeluarkan oosit, memacu proliferasi sel granulosa mural, sel granulosa yang melekat
pada dinding folikel.
FASE FERTILISASI
Peristiwa fertilisasi terjadi di saat sel spermatozoa dilepaskan dan dapat
membuahi ovum di ampula tuba fallopii. Sebanyak 300 juta spermatozoa diejakulasikan
ke dalam saluran genital wanita. Sekitar 1 juta yang dapat berenang melalui serviks,
ratusan yang dapat mencapai tuba fallopi dan hanya 1 yang dapat membuahi sel telur. Sel
spermatozoa mempunyai rentang hidup sekitar 48 jam (Cambridge, 1998). Sebelum
membuahi sel telur, spermatozoa harus melewati tahap kapasitasi dan reksi akrosom
terlebih dahulu. Kapasitasi merupakan suatu masa penyesuaian di dalam saluran
reproduksi wanita, berlangsung sekitar 7 jam. Selama itu suatu selubung glikoprotein dari
plasma semen dibuang dari selaput plasma yang membungkus daerah akrosom
spermatozoa. Sedangkan reaksi akrosom terjadi setelah penempelan spermatozoa ke zona
pelusida. Reaksi tersebut membuat pelepasan enzim-enzim yang diperlukan untuk
menembus zona pelusida yang terdapat pada akrosom (Sadler, 1996) Oosit (ovum) akan
mencapai tuba satu jam lebih setelah diovulasikan. Ovum ini dikelilingi oleh korona dari
sel-sel kecil dan zona pelusida yang nantinya akan menyaring sel spermatozoa yang ada
sehingga hanya satu sel yang dapat menembus ovum.
Apabila salah satu dari 4 perkara ini telah ada, maka sungguh seorang wanita telah
memasuki masa baligh. Dia dibebani dengan hukum syariat, serta wajib untuk
melaksanakan ibadah-ibadah sebagaimana diwajibkan kepada orang dewasa
DAFTAR PUSTAKA
1. Junqeira, L.C. & Jose Carneiro. 1980. Basic Histology. California: Lange Medical
Publications.
2. Mariano, S.H. di Fiore. 1989. Atlas Histologi Manusia (Atlas of normal histology). Edisi
6. Diterjemahkan oleh: Martopawiro dkk. Jakarta: EGC Penerbit Buku Kedokteran.
3. Berek J.S, Adashi E.Y, Hillard P.A. Benign Disease of The Female Reproductive Tract
Symtoms and Sing in Novak’s gynecology, 12th Ed, Wiliam & Wilkins, USA, 1996:
p.361-377.
4. Wulanda, A. F. 2011. Biologi Reproduksi. Jakarta: Salemba Medika.