Anda di halaman 1dari 16

SASARAN BELAJAR

1. Anatomi dan Embriologi Sis. Reproduksi Wanita


2. Histologi Sis. Reproduksi
3. Fsiologi (Proses ovulasi, Fertilisasi, Menstruasi)
4. Biokimia (Hormon yang berpengaruh)
5. AIK (akil baliq)

STEP 6

Belajar Mandiri

STEP 7

1. Anatomi dan Embriologi Sis. Reproduksi Wanita


Penentuan Jenis Kelamin Anak Hasil Fertilisasi Pembentukan jenis kelamin anak
hasil fertilisasi tergantung ada atau tidak adanya determinan maskulin selama periode
kritis perkembangan embrio. Perbedaan terbentuknya anak dengan jenis kelamin pria
atau wanita dapat terjadi setelah melalui 3 tahap, yaitu tahap genetik, gonad, dan fenotip
(anatomi) seks. Tahap genetik tergantung kombinasi genetik pada tahap konsepsi. Jika
sperma yang membawa kromosom Y bertemu dengan oosit, terbentuklah anak laki-laki,
sedangkan jika sperma yang membawa kromosom X yang bertemu dengan oosit, maka
yang terbentuk anak perempuan. Selanjutnya tahap gonad, yaitu perkembangan testes
atau ovarium. Selama bulan pertama gestasi, semua embrio berpotensi untuk menjadi pria
atau wanita, karena perkembangan jaringan reproduksi keduanya identik dan tidak
berbeda. Penampakan khusus gonad terlihat selama usia 7 minggu di dalam uterus, ketika
jaringan gonad pria membentuk testes di bawah pengaruh sex-determining region
kromosom Y (SRY), sebuah gen yang bertanggung jawab pada seks determination. SRY
menstimulasi produksi antigen H-Y oleh sel kelenjar primitif. Antigen H-Y adalah
protein membran plasma spesifik yang ditemukan hanya pada pria yang secara langsung
membentuk testes dari gonad. Pada wanita tidak terdapat SRY, sehingga tidak ada
antigen H-Y, sehingga jaringan gonad baru mulai berkembang setelah 9 minggu
kehamilan membentuk ovarium.
Tahap fenotip tergantung pada tahap genetik dan gonad. Diferensiasi membentuk
sistem reproduksi pria diinduksi oleh androgen, hormon maskulin yang disekresi oleh
testes. Usia 10-12 minggu kehamilan, jenis kelamin secara mudah dapa dibedakan secara
anatomi pada genitalia eksternal.
Meskipun perkembangan genitalia eksterna pria dan wanita tidak berbeda pada
jaringan embrio, tetapi tidak pada saluran reproduksi. Dua sistem duktus primitif, yaitu
duktus Wolffian dan Mullerian menentukan terbentuknya pria atau wanita. Pada pria
duktus Wolffian berkembang dan duktus Mullerian berdegenerasi, sedangkan pada
wanita duktus Mullerian yang berkembang dan duktus Wolffian berdegenerasi.
Perkembangannya tergantung ada atau tidak adanya dua hormon yang diproduksi oleh
testes fetus yaitu testosteron dan Mullerian-inhibiting factor. Testosteron mengiduksi
duktus Wolffian menjadi saluran reproduksi pria (epididimis, duktus deference, duktus
ejakulatorius, dan vesika seminalis). Testosteron diubah menjadi dihydrotestosteron
(DHT) yang bertanggung jawab membentuk penis dan skrotum. Pada wanita, duktus
Mullerian berkembang menjadi saluran reproduksi wanita (oviduct, uterus, dan vagina),
dan genitalia eksterna membentuk klitoris dan labia.
Kadang-kadang terjadi ketidakcocokan antara genetik seks dengan penampakan
seks setelah pubertas yang menghasilkan dampak psikologis traumatik gender krisis
identitas. Contoh: Maskulinisasi genetik wanita dengan ovarium, tetapi memiliki
genitalia eksterna pria, yang pada masa pubernya terjadi pembesaran payudara. Dengan
demikian penting sekali diagnosis jenis kelamin pada bayi baru lahir.

ANATOMI

Alat Kelamin Luar


• Labia mayora (bibir besar), yaitu struktur terbesaralat kelamin luar
perempuan yang tebal dan berlapiskan lemak. Labia mayora ini mengelilingi organ pada
alat kelamin luar lainnya dan berakhir menjadi mons pubis.
• Labia minora (bibir kecil) ialah lipatan kulit yang halus dan tidak memiliki
lapisanlemak.

• Mons veneris adalah tonjolan lemak yang besar sebagai pertemuan antara
sepasang labia mayora

• Klitoris, disebut juga kelentit. Klitoris berupa tonjolan kecil dan


memanjang serta homolog dengan penis pada pria. Sebagian besar tersembunyi di antara
kedua labia minora.

• Orificium urethrae adalah muara dari saluran kencing yang terleak di


bawah klitoris.

• Himen sering disebut sebagai selaput dara.

• Kelenjar reproduksiSama halnya seperti pria, wanita juga memiliki


beberapa kelenjar reproduksi, di antaranya adalah kelenjar vestibulari mayor dan minor
serta parauretralis.

Alat Kelamin Dalam


• Ovarium, disebut indung telur.Ovarium adalah sepasang organ berbentuk
oval yang terletak di rongga perut. Ovarium memiliki struktur berbentuk bulatan-bulatan
yang disebut folikel. Tiap folikel mengandung sel telur (oosit) yang berada pada lapisan
tepi ovarium. Fungsinya adalah memproduksi telur matang untuk pembuahan dan
produksi hormon steroid dalam jumlah besar.

• Oviduk (Tuba Fallopi)Oviduk merupakan saluran penghubung antara


ovarium dan rahim (uterus). Di ujungnya terdapat fimbriayang menyerupai jari-jari untuk
menangkap telur yang matang. Oviduk ini berfungsi untuk membawa sperma dan telur ke
tempat terjadinya pembuahan, yaitu ampula tuba.
• Rahim (Uterus)Rahim pada wanita hanya ada satu dan tersusun atas otot
yang tebal. Rahim bagian bawah memiliki ukuran yang lebih kecil dan biasa disebut
sebagai leher rahim (cervix). Bagian yang besar dari uterus disebut dengan corpus uteri.
Terdapat tiga lapsan utama uterus, yaitu perimetrium, miometrium, dan endometrium.
Endometrium merupakan lapisan yang akan mengalami penebalan dan pengelupasan
apabila tidak ada pembuahan. Fungsi utamanya adalah tempat menunjang pertumbuhan
danperkembangan janin.

• Vagina merupakan alat kelamin wanita yang menghubungkan alat


kelamin luar dengan rahim. Vagina terdiri atas otot yang membujur ke arah belakang.
Dinding vagina banyak memiliki lipatan meskipun lebih tipis dari rahim. Selain itu,
lendir yang dihasilkan dari dindingnya berfungsi mempermudah persalinan. Fungsi
vagina adalah menahan penis saat berhubungan seksual dan menyimpan semen
sementara.

• Parametium
2. Histologi Sis. Reproduksi
1. OVARIUM
Ovarium merupakan organ reproduksi wanita berjumlah sepasang tempat
dihasilkannya dan berkembangnya gamet wanita (oosit). Permukaannya ditutupi
epitel squamus berupa epitel germinativum.Di bawahnya terdapat selapis jaringn
padat, yaitu tunika albuginea. Di bawahnya terdapatkorteks yang ditempati berbagai
tahap folikel ovarium dengan oositnya. Folikel ini terbenam dalam jaringan ikat /
stroma korteks, stroma ini berespon aktif terhadap berbagai hormone.Bagian terdalam
ovarium adalah medulla. Tahapan folikel ovarium. Wanita pada masa pubertas
memiliki ovarium yang mengandung sekitar 300 ribu oosit. Setiap siklus menstruasi
sebuah oosit dibebaskan dari ovarium, hingga masa menopause tersisa sekitar 8ribu
oosit, yang kemudian oosit sisa ini akan berdegenerasi. Oosit dikelilingi oleh sel-sel
gepeng kecil disebut sel-sel folikel / sel-sel granulosa.Jadi yang disebut dengan
sebuah folikel ovarium adalah sebuah sel oosit yang dikelilingi oleh beberapa sel-sel
folikel. Setiap siklus (atas rangsangan hormone FSH) , folikel ovarium mengalami
pertumbuhan dengan bertambahnya sel-sel folikelnya melalui mitosis. Hingga
sebuah folikel ovarium akan mengalami pertumbuhan maksimal / matang disebut
folikel de graff, yang pada tahap ini sel oosit di dalamnya siap untuk mengalami
ovulasi. Ovulasi adalah pecahnya sebagian dinding folikel matang dan pelepasan
oosit , yang ditangkap oleh fibrae tuba uterine. Berikut tahapan pertumbuhan folikel
ovarium

2. TUBA UTERINA
Merupakan saluran yang menghubungkan ovarium dengan uterus. Ujungnya
berbentuk fimbrae yang berfungsi menangkap oosit yang dikeluarkan dari ovarium
pada saat ovulasi. Terdiri dari lapisan mukosa, lapisan otot dan lapisan serosa.
Mukosanya berupa lipatan-lipatan yang dilapisi epitel kolumner simpleks, Sehingga
pada potongan melintang Ipatan-lipatan ini menyerupai labirin, terutama di daerah
ampula. Lapisa otot terdiri dari 2 lapisan otot polos yaitu lapisan sirkuler dan lapisan
longitudinal. Lapisan serosa berupa peritoneum visceral.

3. UTERUS
Uterus merupakan organ tempat berkembangnya embrio.Dinding uterus sangat tebal,
terdiri dari 3 lapisan. Lapisan dalam / mukosa disebut endometrium, lapisan tengah
berupa lapisan otot yang sangat tebal disebut miometrium, dan lapisan luar lapisan
serosa/ adventitia , berupa jaringan ikat. Endometrium : terdiri atas epitel kolumner
sekretoris dan lamina propria yang mengandung kelenjar tubuler. Endometrium
terbagi menjadi 2 zona: (1) lapisan basal / lapisan yang paling dekat dengan
miometrium, yang merupakan lamina propria/submukosa, dan (2)lapisan fungsional
merupakan sisa lamina propria dan terdapat kelenjar endometrium. Lapisan
fungsional endometrium mengalami tahapan / fase penebalan dan peluruhan sesuai
siklus menstruasi.

Tahapan endometrium :
a. Fase proliferasi : terjadi sebelum ovulasi, lapisan fungsional endometrium
relative tipis. Pada fase ini kelenjar endometrium mengalami proliferasi atas
pengaruh hormone estrogen. Tampak kelenjar endometrium berbentuk lurus.
b. Fase sekresi : terjadi setelah ovulasi. Pada fase ini lapisan endometrium menjadi
tebal oleh karena kelenjar endometrium mensekresi dan menimbun glikogen.
Sehingga tampak kelenjar berkelok-kelok akibat akumulasi secret di stromanya.
Fase ini terjadi akibat pengaruh hormone progesterone yang diproduksi oleh
corpus luteum ovarium.
c. Fase menstruasi : Terjadi bila tidak ada pembuahan , maka korpus luteum
berhenti memproduksi progesterone. Akibatnya tidak ada yang mempertahankan
fase sekresi endometrium, sehingga lapisan fungsional endometrium luruh dan
sisa endometrium mengkerut.

3. Fsiologi (Proses ovulasi, Fertilisasi, Menstruasi)


PROSES OVULASI
Ovulasi adalah interaksi dari hipotalamus –hipofise –ovarium dan
endometrium.Ovarium memiliki 2 peran utama :
 Fungsi endokrin untuk menghasilkan estrogen dan progesteron dalam rangka
mempersiapkan uterus untuk menerima hasil konsepsi
 Gametogenesis dan ovulasi.
Perkembangan folikel ovarium terjadi sebagai akibat dari stimulasi hormon yang
dihasilkan oleh kelenjar hipofise. Hipotalamus dan hipofise merupakan organ yang saling
terkait. Secara bersama-sama keduanya mengatur struktur dan fungsi ovarium melalui
siklus menstruasi.Hipotalamus menghasilkan GnRH-Gonadotropin Releasing Hormone
yang selanjutnya akan merangsang produksi FSH–follicle stimulating hormone dan LH–
Luteinizing Hormone.
KENDALI HIPOFISIS TERHADAP OVARIUM

Perubahan dalam ovarium terutama dikendalikan oleh hipofise anterior yang


menghasilkan produksi 3 hormon utama :
 FSH –follicle stimulating hormone, yang merangsang pertumbuhan folikel ovarium
 LH–Luteinizing Hormone, yang menyebabkan ovulasi dan menyebabkan luteinisasi
sel granulosa setelah ovulasi
 Prolactine

Pada akhir siklus menstruasi kadar estrogen rendah. Rendahnya kadar estrogen ini
merangsang produksi FSH oleh hipofise. Selanjutnya FSH menstimulasi pertumbuhan
sejumlah folikelovarium. Folikel yang terstimulasi akan meningkatkan kadar kadar
estrogen dan kenaikan kadar estrogen dapat mempengaruhi hipofisis sehingga
menyebabkan penurunan kadar FSH ( proses umpan balik negatif ).Pada sebagian besar
kasus, dari 10 –20 folikel tumbuh dibawah pengaruh FSH namun hanya satu diantaranya
(folikel dominan) yang dapat tumbuh cukup besar dan memiliki densitas reseptor FSH
yang cukup memadai sehingga dapat memberikan respon dengan rendahnya kadar FSH
sehingga dapat terus berkembang sampaitahapan ovulasi.

Kadar estrogen terus meningkat. Pada pertengahan siklus menstruasi situasi


ovarium mengendalikan adanya perubahan fungsi hipofise. Peningkatan kadar estrogen
yang terjadi akan menyebabkan terjadinya ‘surge’ kadar FSH dan LH ( proses
umpanbalik positif). Peristiwa ini akan memicu terjadinya ovulasi. Peranan LH dalam hal
ini adalah untuk :1.Menyebabkan adanya produksi prostaglandin dan ensim proteolitik
lokal sehingga dapat terjadi ekstrusi sel telur dari folikel yang telah
matang2.Pertumbuhan corpus luteum sehingga menghasilkan progesteron.

FASE OVULASI
Lonjakan LH sangat penting untuk proses ovulasi pascakeluarnya oosit dan
folikel. Lonjakan LH dipicu oleh kadar estrogen yang tinggi yang dihasilkan oleh folikel
preovulasi. Dengan kata lain, stimulus dan kapan ovulasi bakal terjadi ditentukan sendiri
oleh folikel preovulasi. Ovulasi diperkirakan terjadi 24 – 36 jam pascapuncak estrogen
(estradiol) dan 10 – 12 jam pasca puncak LH. Diawal lonjakan LH digunakan sebagai
pertanda/indikator untuk menentukan waktu kapan diperkirakan ovulasi bakal terjadi.
Ovulasi terjadi sekitar 34 -36 jam pascaawal lonjakan LH.
Lonjakan LH memacu sekresi prostaglandin, dan progesteron bersama lonjakan
FSH yang mengaktivasi enzim proreolitik, menyebabkan dinding folikel pecah.
Kemudian sel granulosa yang melekat pada membran basalis, pada seluruh dinding
folikel, berubah menjadi sel luteal. Pada siklus menjelang ovulasi, sel granulosa kumulus
yang melekat pada oosit, menjadi longgar akibat enzim hialuronik yang dipicu oleh
lonjakan FSH. FSH menekan proliferasi sel kumulus, tetapi FSH bersama faktor yang
dikeluarkan oosit, memacu proliferasi sel granulosa mural, sel granulosa yang melekat
pada dinding folikel.

FASE FERTILISASI
Peristiwa fertilisasi terjadi di saat sel spermatozoa dilepaskan dan dapat
membuahi ovum di ampula tuba fallopii. Sebanyak 300 juta spermatozoa diejakulasikan
ke dalam saluran genital wanita. Sekitar 1 juta yang dapat berenang melalui serviks,
ratusan yang dapat mencapai tuba fallopi dan hanya 1 yang dapat membuahi sel telur. Sel
spermatozoa mempunyai rentang hidup sekitar 48 jam (Cambridge, 1998). Sebelum
membuahi sel telur, spermatozoa harus melewati tahap kapasitasi dan reksi akrosom
terlebih dahulu. Kapasitasi merupakan suatu masa penyesuaian di dalam saluran
reproduksi wanita, berlangsung sekitar 7 jam. Selama itu suatu selubung glikoprotein dari
plasma semen dibuang dari selaput plasma yang membungkus daerah akrosom
spermatozoa. Sedangkan reaksi akrosom terjadi setelah penempelan spermatozoa ke zona
pelusida. Reaksi tersebut membuat pelepasan enzim-enzim yang diperlukan untuk
menembus zona pelusida yang terdapat pada akrosom (Sadler, 1996) Oosit (ovum) akan
mencapai tuba satu jam lebih setelah diovulasikan. Ovum ini dikelilingi oleh korona dari
sel-sel kecil dan zona pelusida yang nantinya akan menyaring sel spermatozoa yang ada
sehingga hanya satu sel yang dapat menembus ovum.

Setelah spermatozoa menembus ovum, ia akan menggabungkan material intinya


dan menyimpan komplemen kromosom ganda yang lazim. Kromosom ini mengandung
semua informasi genetic yang nantinya akan diturunkan kepada keturunannya
(Canbridge, 1998). 5 Sel telur yang telah dibuahi akan membentuk zigot yang terus
membelah secara mitosis menjadi dua, empat, delapan, enam belas dan seterusnya.
FISIOLOGI MENSTRUASI
Pada setiap siklus menstruasi, FSH yang dikeluarkan oleh hipofisis merangsang
perkembangan folikel-folikel di dalam ovarium (indung telur). Pada umumnya hanya 1
folikel yang terangsang namun dapat berkembang menjadi lebih dari 1, dan folikel
tersebut berkembang menjadi folikel de graaf yang membuat estrogen. Estrogen ini
menekan produksi FSH, 10 sehingga hipofisis mengeluarkan hormon yang kedua yaitu
LH. Produksi hormon LH maupun FSH berada di bawah pengaruh releasing hormones
yang disalurkan hipotalamus ke hipofisis. Penyaluran RH dipengaruhi oleh mekanisme
umpan balik estrogen terhadap hipotalamus. Produksi hormon gonadotropin (FSH dan
LH) yang baik akan menyebabkan pematangan dari folikel de graaf yang mengandung
estrogen. Estrogen mempengaruhi pertumbuhan dari endometrium. Di bawah pengaruh
LH, folikel de graaf menjadi matang sampai terjadi ovulasi. Setelah ovulasi terjadi,
dibentuklah korpus rubrum yang akan menjadi korpus luteum, di bawah pengaruh
hormon LH dan LRH, Korpus luteum menghasilkan progesteron yang dapat
mempengaruhi pertumbuhan kelenjar endometrium. Bila tidak ada pembuahan maka
korpus luteum berdegenerasi dan mengakibatkan penurunan kadar estrogen dan
progesteron. Penurunan kadar hormon ini menyebabkan degenerasi, perdarahan, dan
pelepasan dari endometrium. Proses ini disebut menstruasi. Apabila terdapat pembuahan
dalam masa ovulasi, maka korpus luteum tersebut dipertahankan.
Menurut Novaks Gynecology (1996), dapat dibedakan 4 fase endometrium dalam
siklus haid, yaitu5 :

 Fase menstruasi atau deskuamasi Dalam fase endometrium dilepaskan dari


dinding uterus disertai perdarahan dan hormon-hormon ovarium berada dalam
kadar paling rendah. Hanya stratum basale yang tinggal utuh. Darah haid
mengandung darah vena dan arteri dengan sel-sel darah merah dalam hemolisis
atau aglutinasi, sel-sel epitel dan stroma yang mengalami disintegrasi dan otolisis,
dan sekret dari uterus, serviks, dan kelenjar-kelenjar vulva. Fase ini berlangsung
3-4 hari.
 Fase pasca haid atau fase regenerasi Luka endometrium yang terjadi akibat
pelepasan sebagian besar berangsur- angsur sembuh dan ditutup kembali oleh
selaput lendir baru yang tumbuh dari sel-sel epitel endometrium. Pada waktu ini
tebal endometrium + 0,5 mm. Fase ini telah mulai sejak fase menstruasi
berlangsung + 4 hari. Masa proliferasi dari berhenti darah menstruasi sampai hari
ke-14. Setelah menstruasi berakhir, dimulailah fase proliferasi dimana terjadi
pertumbuhan dari desidua fungsionalis untuk mempersiapkan rahim untuk
perlekatan janin. Pada fase ini endometrium tumbuh kembali. Antara hari ke-12
sampai 14 dapat terjadi pelepasan sel telur dari indung telur (disebut ovulasi).
 Fase intermenstruum atau fase proliferasi Dalam fase ini endometrium tumbuh
menjadi setebal + 3,5 mm. Fase ini berlangsung dari hari ke-5 sampai hari ke-4
dari siklus haid. Fase profilerasi dapat dibagi atau 3 subfase, yaitu : Fase
proliferasi dini (early proliferation phase); Fase proliferasi madya
(midproliferation phase); Fase proliferasi akhir (late proliferation phase).
 Fase prahaid atau fase sekresi Fase ini sesudah ovulasi dan berlangsung dari hari
ke-14 sampai ke-28. Pada fase ini endometrium kira-kira tetap tebalnya, tetapi
bentuk kelenjar berubah menjadi panjang, berkeluk-keluk, dan mengeluarkan
getah, yang makin lama makin nyata. Dalam endometrium telah tertimbun
glikogen dan kapur yang kelak diperlukan sebagai makanan untuk telur yang
dibuahi. Memang tujuan perubahan ini adalah untuk mempersiapkan
endometrium menerima telur yang dibuahi. Fase sekresi dibagi atas: 1) fase
sekresi dini; dan 2) fase sekresi lanjut.

4. Biokimia (Hormon yang berpengaruh)


Menurut Wulanda (2011), hormon yang berpengaruh dalam menstruasi diantaranya:
a. Estrogen
Estrogen dihasilkan oleh ovarium. Ada banyak jenis dari estrogen, tetapi yang
paling penting untuk reproduksi adalah estradiol. Estrogen berguna untuk
pembentukan cirri-ciri perkembangan seksual pada perempuan yaitu pembentukan
payudara, lekuk tubuh, rambut kemaluan, dan lain-lain.
Estrogen juga berguna pada siklus menstruasi dengan membentuk ketebalan
endometrium, menjaga kualitas dan kuantitas cairan serviks dan vagina sehingga
sesuai untuk penetrasi sperma, selain fungsinya yang turut membantu mengatur
temperature suhu (sistem saraf pusat/ otak). Estrogen (alami) diproduksi terutama
oleh sel-sel teka interna folikel di ovarium secara primer, dan dalam jumlah lebih
sedikit juga diproduksi di kelenjar adrenal melalui konversi hormon androgen.
Pada uterus, estrogen menyebabkan proliferasi endometrium; pada serviks
menyebabkan pelunakan serviks dan pengentalan lendir serviks; pada vagina
menyebabkan proliferasi epitel vagina; dan pada payudara menstimulasi pertumbuhan
payudara. Selain itu estrogen juga mengatur distribusi lemak tubuh.
Pada tulang, estrogen juga menstimulasi osteoblas sehingga memicu
pertumbuhan/ regenerasi tulang. Pada perempuan pascamenopause, untuk
pencegahan tulang keropos/ osteoporosis, dapat diberikan terapi hormon estrogen
(sintetik) pengganti.
b. Progesteron
Hormon ini diproduksi oleh korpus luteum, sebagian diproduksi di kelenjar
adrenal, dan pada kehamilan juga diproduksi di plasenta. Progesterone
mempertahankan ketebalan endometriumsehingga dapat menerima implantasi zigot.
Kadar progesterone terus dipertahankan selama trimester awal kehamilan sampai
plasenta dapat membentuk hormon hCG. Progesterone menyebabkan terjadinya
proses perubahan sekretorik (fase sekresi) pada endometrium uterus, yang
mempersiapkan endometrium uterus berada pada keadaan yang optimal jika terjadi
implantasi.
c. Gonadotrophin Releasing Hormone (GnRH)
GnRH merupakan hormon yang diproduksi oleh hipotalamus otak. GnRH akan
merangsang pelepasan Follicle Stimulating Hormone (FSH) di hipofisis. Bila kadar
estrogen tinggi, maka estrogen akan memberikan umpan balik ke hipotalamus
sehingga kadar GnRH akan menjadi rendah, begitupun sebaliknya.
Hormon ini diproduksi di hipotalamus, kemudian dilepaskan, berfungsi
menstimulasi hipofisis anterior untuk memproduksi dan melepaskan hormon-hormon
gonadotropin (FSH/ LH).
d. Follicle Stimulating Hormone (FSH)
Hormon ini diproduksi pada sel-sel basal hipofisis anterior, sebagai respons
terhadap GnRH yang berfungsi memicu pertumbuhan dan pematangan folikel dan
sel-sel granulosa di ovarium perempuan (pada pria: memicu pematangan sperma di
testis).
Pelepasannya periodik/ pulsatif, waktu paruh eliminasinya pendek (sekitar 3 jam),
sering tidak ditemukan dalam darah. Sekresinya dihambat oleh enzim inhibin dari sel-
sel granulosa ovarium, melalui mekanisme umpan balik negatif.
e. Luteinizing Hormone (LH)
Hormon ini diproduksi di sel-sel kromofob hipofisis anterior. Bersama FSH, LH
berfungsi memicu perkembangan folikel (sel-sel teka dan sel-sel granulosa) dan juga
mencetuskan terjadinya ovulasi di pertengahan siklus (LH-surge). Selama fase luteal
siklus, LH meningkatkan dan mempertahankan fungsi korpus luteum pascaovulasi
dalam menghasilkan progesterone.
Pelepasannya juga periodik/ pulsatif, kadarnya dalam darah bervariasi setiap fase
siklus, waktu paruh eliminasinya pendek (sekitar 1 jam). Kerja sangat cepat dan
singkat. Pada pria LH memicu sintesis testosterone di sel-sel leydig testis.
f. Lactotrophic Hormone (LTH)/ Prolactin
Diproduksi di hipofisis anterior, memiliki aktivitas memicu/ meningkatkan
produksi dan sekresi air susu oleh kelenjar payudara. Di ovarium, prolaktin ikut
memengaruhi pematangan sel telur dan memengaruhi fungsi korpus luteum. Pada
kehamilan, prolaktin juga diproduksi oleh plasenta (Human Placental Lactogen /
HPL). Fungsi laktogenik / laktotropik prolaktin tampak terutama pada masa laktasi/
pascapersalinan. Prolaktin juga memiliki efek inhibisi terhadap GnRH hipotalamus
sehingga jika kadarnya berlebihan (hiperprolaktinemia) dapat terjadi gangguan
pematangan follikel, gangguan ovulasi, dan gangguan haid berupa amenorea.

5. AIK (akil baligh)


Ada pertanyaan dari seorang wanita yang ditujukan kepada Syeikh Shalih bin Fauzan
bin Abdillah Al Fauzan hafidzahullah yang berbunyi:
“Ketika aku berumur 14 tahun aku mengalami haid. Namun aku tidak puasa di
bulan Ramadhan pada tahun tersebut. Ini terjadi karena ketidaktahuanku dan
ketidaktahuan keluargaku tentang masalah ini. Kami jauh dari para ulama dan kami tidak
memiliki ilmu tentang hal itu. Dan ketika aku berumur 15 tahun aku pun berpuasa,
karena aku telah mendengar dari sebagian ulama ahli fatwa bahwa wanita apabila telah
mengalami haid, maka ia wajib berpuasa walaupun umurnya belum sampai kepada umur
baligh. Aku meminta kepadamu untuk memberikanku arahan tentang hal tersebut.
Syeikh Shalih bin Fauzan Bin Abdillah Al Fauzan hafidzahullah manjawab:
Masalah yang disebutkan ini adalah masalah yang menimpa seorang wanita dimana dia
mengalami haid pada umur 14 tahun. Namun dia tidak mengetahui bahwa masa baligh itu
ditandai dengan datangnya haid. Maka dia tidak berdosa ketika dia meninggalkan puasa
pada tahun itu. Karena dia memang belum mengetahui hukumnya. Orang yang tidak
tahu, maka tidak ada dosa baginya. Akan tetapi jika dia telah mengetahui bahwa puasa
hukumnya wajib baginya, maka dia wajib untuk bersegera mengganti puasanya atau
mengqadha selama 1 bulan dari puasa yang dia tinggalkan ketika memasuki masa haid.
Karena seorang wanita apabila telah baligh, maka dia wajib berpuasa.
Masa baligh seorang wanita itu ditandai dengan salah satu dari empat perkara:

1. Telah genap umurnya 15 tahun.


2. Tumbuh bulu di sekitar kehormatannya.
3. Mengalami mimpi basah.
4. Mengalami haid.

Apabila salah satu dari 4 perkara ini telah ada, maka sungguh seorang wanita telah
memasuki masa baligh. Dia dibebani dengan hukum syariat, serta wajib untuk
melaksanakan ibadah-ibadah sebagaimana diwajibkan kepada orang dewasa

DAFTAR PUSTAKA

1. Junqeira, L.C. & Jose Carneiro. 1980. Basic Histology. California: Lange Medical
Publications.
2. Mariano, S.H. di Fiore. 1989. Atlas Histologi Manusia (Atlas of normal histology). Edisi
6. Diterjemahkan oleh: Martopawiro dkk. Jakarta: EGC Penerbit Buku Kedokteran.
3. Berek J.S, Adashi E.Y, Hillard P.A. Benign Disease of The Female Reproductive Tract
Symtoms and Sing in Novak’s gynecology, 12th Ed, Wiliam & Wilkins, USA, 1996:
p.361-377.
4. Wulanda, A. F. 2011. Biologi Reproduksi. Jakarta: Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai