Anda di halaman 1dari 79

Oleh : Ns. Tiur Romatua Sitohang,M.

Kep
ELIMINASI URINE (BAK) ADALAH

Pengeluaran (pengeluaran) melalui saluran kencing


berupa urine tubuh dibersihkan dari bahan-bahan yang
melebihi kebutuhan badan dari produk buangan
(kotoran)
ANATOMI FISIOLOGI
Sistem urinaria adalah sistem organ yang
memproduksi, menyimpan, dan
mengalirkan urin. Pada manusia, sistem
ini terdiri dari dua ginjal, dua ureter,
kandung kemih, dua otot sphincter, dan
uretra.
BAGIAN-BAGIAN SISTEM PERKEMIHAN

 GINJAL/ RENAL
 URETER
 VESICA URINARIA/ KANDUNG KEMIH
 URETRA
GINJAL

Ginjal adalah organ eksresi dalam vertebrata yang


berbentuk mirip kacang. Sebagai bagian dari sistem
urin, ginjal berfungsi menyaring kotoran (terutama
urea) dari darah dan membuangnya bersama dengan
air dalam bentuk urin. Cabang dari kedokteran yang
mempelajari ginjal dan penyakitnya disebut
nefrologi.
 KEDUDUKAN GINJAL DI BELAKANG DARI KAVUM ABDOMINALIS
DI BELAKANG PERITONEUM PADA KEDUA SISI VERTEBRA
LUMBALIS III MELEKAT LANGSUNG PADA DINDING ABDOMEN
 FUNGSI GINJAL
- MENGELUARKAN ZAT TOKSIK/ RACUN
- KESEIMBANGAN CAIRAN
- KESEIMBANGAN ASAM BASA
- MENGELUARKAN SISA METABOLISME
(UREUM, KREATIN DLL)
Manusia memiliki sepasang ginjal yang
terletak di belakang perut atau abdomen.
Ginjal ini terletak di kanan dan kiri tulang
belakang, di bawah hati dan limpa. Di bagian
atas (superior) ginjal terdapat kelenjar
adrenal (juga disebut kelenjar suprarenal).
Ginjal bersifat retroperitoneal, yang berarti
terletak di belakang peritoneum yang
melapisi rongga abdomen. Kedua ginjal
terletak di sekitar vertebra T12 hingga L3.
Ginjal kanan biasanya terletak sedikit di
bawah ginjal kiri untuk memberi tempat
untuk hati.
Sebagian dari bagian atas ginjal terlindungi oleh
costa ke sebelas dan duabelas. Kedua ginjal
dibungkus oleh dua lapisan lemak (lemak
perirenal dan lemak pararenal) yang membantu
meredam goncangan.
LAPISAN GINJAL
 Setiap ginjal terbungkus selaput tipis (kapsula renalis)
berupa jaringan fibrus berwarna ungu tua
 Lapisan ginjal terbagi atas :
- lapisan luar (yaitu lapisan korteks / substantia
kortekalis)
- lapisan dalam (yaitu medulla (substantia medullaris)
Bagian paling luar dari ginjal disebut korteks,
bagian lebih dalam lagi disebut medulla.
Bagian paling dalam disebut pelvis. Pada
bagian medulla ginjal manusia dapat pula
dilihat adanya piramida yang merupakan
bukaan saluran pengumpul.
Ginjal dibungkus oleh lapisan jaringan ikat
longgar yang disebut kapsula.
Unit fungsional dasar dari ginjal adalah
nefron yang dapat berjumlah lebih dari satu
juta buah dalam satu ginjal normal manusia
dewasa.
Nefron berfungsi sebagai regulator air dan
zat terlarut (terutama elektrolit) dalam tubuh
dengan cara menyaring darah, kemudian
mereabsorpsi cairan dan molekul yang masih
diperlukan tubuh.
Molekul dan sisa cairan lainnya akan
dibuang.
Reabsorpsi dan pembuangan dilakukan
menggunakan mekanisme pertukaran lawan arus
dan kotranspor.
Hasil akhir yang kemudian diekskresikan
disebut urin.
Darah dapat disaring melalui dinding epitelium
tipis yang berpori dari glomerulus dan kapsula
Bowman karena adanya tekanan dari darah yang
mendorong plasma darah. Filtrat yang dihasilkan
akan masuk ke dalan tubulus ginjal. Darah yang
telah tersaring akan meninggalkan ginjal lewat
arteri eferen.
Tubulus ginjal merupakan lanjutan dari
kapsula Bowman. Bagian yang mengalirkan
filtrat glomerular dari kapsula Bowman
disebut tubulus konvulasi proksimal. Bagian
selanjutnya adalah lengkung henle yang
bermuara pada tubulus konvulasi distal.
Lengkung Henle diberi nama berdasar
penemunya yaitu Friedrich Gustav Jakob
Henle di awal tahun 1860-an. Lengkung Henle
menjaga gradien osmotik dalam pertukaran
lawan arus yang digunakan untuk filtrasi.
Sel yang melapisi tubulus memiliki banyak
mitokondria yang menghasilkan ATP dan
memungkinkan terjadinya transpor aktif untuk
menyerap kembali glukosa, asam amino, dan
berbagai ion mineral. Sebagian besar air (97.7%)
dalam filtrat masuk ke dalam tubulus konvulasi
dan tubulus kolektivus melalui osmosis.
PROSES PEMBENTUKAN URIN
SEKITAR 25% PLASMA KECUALI PROTEIN DAN SEL
DARAH DISARING MELALUI MEMBRAN
GLOMERULUS & CAIRAN YANG TERBENTUK MASUK
KE TUBULUS GINJAL (FILTRASI)
DALAM TUBULUS, ZAT YANG MASIH BERMANFAAT
AKAN DIABSORBSI KEMBALI SEPERTI AIR DAN
ELEKTROLIT, DAN ZAT YANG TIDAK DIPERLUKAN
TIDAK DIREABSORBSI DAN DIKELUARKAN
BERSAMA URINE (REABSORBSI)
MEKANISME LAIN MELALUI PROSES SEKRESI YAITU
ZAT YANG BERASAL DARI PLASMA DISEKRESIKAN
MELALUI EPITEL TUBULUS KEDALAM LUMEN
TUBULUS PRODUKSI URINE SEKITAR 1 – 2 CC/KgBB
(SEKRESI)
Cairan mengalir dari tubulus konvulasi distal
ke dalam sistem pengumpul yang terdiri dari:
tubulus penghubung
tubulus kolektivus kortikal
tubulus kloektivus medularis
Tempat lengkung Henle bersinggungan
dengan arteri aferen disebut aparatus
juxtaglomerular, mengandung macula densa
dan sel juxtaglomerular. Sel juxtaglomerular
adalah tempat terjadinya sintesis dan sekresi
renin
Cairan menjadi makin kental di sepanjang
tubulus dan saluran untuk membentuk urin,
yang kemudian dibawa ke kandung kemih
melewati ureter.
SECARA GARIS BESAR STRUKTUR SISTEM
PERKENCINGAN TERDIRI DARI :
GINJAL : MELAKUKAN 2 FUNGSI UTAMA
MENGEKSRESIKAN SEBAGIAN TERBESAR PRODUKSI
AKHIR METABOLISME TUBUH BERUPA URINE
MENGATUR KONSENTRASI GARAM DALAM DARI
KESEIMBANGAN ASAM BASA, DARAH SERTA
KESEIMBANGAN CAIRAN
URETER : BERFUNGSI MENYALURKAN URINE
DARI GINJAL KE KANDUNG KENCING
KANDUNG KENCING BERFUNGSI :
SEBAGAI RESERVOIR DARI URINE YANG
DIPRODUKSI TERUS MENERUS DARI KEDUA GINJAL
MENCEGAH TERJADINYA REFLUK YAITU ALIRAN
BALIK URINE DARI BULI-BULI KE SISTEM URETER
DAN GINJAL

URETHRA DAN SPRINGTER BERFUNGSI


MENGELUARKAN URINE DARI KANDUNG
KENCING
FUNGSI SISTEM PERKENCINGAN YANG NORMAL
PENDERITA DAPAT KENCING SPONTAN
PRODUKSI URINE : 1 CC/KG/JAM ATAU 50 –
60/JAM
KARAKTERISTIK URINE NORMAL :
WARNANYA BENING ORANGE, PUCAT, TANPA
ENDAPAN, BAUNYA TAJAM.
PEMERIKSAAN LABORATORIUM :
BERAT JENIS URINE : 1000 – 1025 PH = 6
URINE LENGKAP DALAM BATAS-BATAS NORMAL
BUN.S. CREATINE DALAM BATAS NORMAL
URINE
HASIL DARI PENYARINGAN DARAH DI GINJAL,
DIMANA AMPAS-AMPAS PERTUKARAN IKUT
TERSARING DAN DIKELUARKAN OLEH TUBUH
MELALUI SALURAN KENCING
ISI URINE
96 % AIR
AMPAS-AMPAS PERTUKARAN ZAT
UREUM
KREATININ
ACIDUM URICUM
BEBERAPA MACAM GARAM
UROCHROM, MEMBERI WARNA URINE
YANG PERLU DI OBSERVASI PADA URINE/DIKAJI
ADALAH
BANYAKNYA
FREKUENSI
WARNA
JERNIHNYA
BAUNYA
KEADAAN YANG LUAR BIASA
Faktor yang mempengaruhi
eleminasi urine
1. Diet dan Asupan
tipe makanan seperti protein dan natrium dpt
menentukan jumlah urine yang dibentuk, kopi
dapat meningkatkan pembentukan urine.
2. Respons Keinginan Awal untuk berkemih
Kebiasaan mengabaikan keinginan berkemih
dapat menimbulkan urine banyak tertahan di VU
shg mempengarhi ukuran VU dan jumlah Urine .
3. Gaya Hidup
Perubahan Gaya Hidup mempengaruhi
ketersediaan fasilitas toilet
4.Stres Psikologis
Meningkatnya stres dapat mengakibatkan seringnya
frekwensi berkemih krn sensifitas untuk keinginan
berkemih dan jmlh urine yg diproduksi
5.Tingkat aktivitas
eleminasi urine membutuhkan tonus otot VU yang
baik utuk fungsi spinkter yang didapatkan dengan
beraktivitas.
6.Tingkat perkembangan
Tumbang mempengaruhi pola berkemih
7. Kondisi penyakit
kondisi penyakt tertentu mis. Peny DM
mempengaruhi produksi urine.
8. Sosiokultural
Budaya /kultur masyarakat yang melarang buang air
kecil ditempat tertentu.
9.Kebiasaan seseorang
kebiasaan berkemih di toilet mengalami kesulitan
berkemih melalui urinal/pot bila dalam keadaan sakit.
10.Tonus otot
Tonus otot yang berperan dalam berkemih
11. Pembedahan
efek pembedahan dapat menurunkan filtrasi
glomerulus yang dapat menyebabkan penurunan
julmah produksi urine karena dampak dari
pemberian obat anestesi.
12. Pengobatan
efek pengobatan menyebabkan peningkatan
atau penurunan jumlah urine. Misalnya,
pemberian diuretik dapat meningkatkan jumlah
urine, sedangkan pemberian obat antikohnergik
atau antihipertensi dapat menyebabkan retensi
urine
13. Pemeriksaan Diagnostik
prosedur diagnostik yang berhubungan dengan
tindakan pemeriksaan saluran kemih seperti
intravenous pyelogram (IVP), dengan membatasi
jumlah asupan dapat mempengaruhi produksi urine
kemudian, tindakan sistokopi dapat menimbulkan
edema lokal pada uretra yang dapat mengganggu
pengeluaran urine
Masalah kebutuhan Eiminasi Urine
Retensi urine
merupakan penumpukan urine dalam kandung kemih
akibat ketidakmampuan kandung kemih untuk
mengosongkan isinya, sehingga menyebabkan
distensi dari vesika urinaria atau retensi urine dapat
pula merupakan keadaan dimana seseorang
mengalami pengosongan kandung kemih yang tidak
lengkap.
Kandungan urine normal dalam vesika urinaria
adalah sebesar 250-450 ml, dan sampai batas jumlah
tersebut urine merangsang refleks untuk berkemih
dalam keadaan distensi. Versika urinaria dapat
menampung sebanyak 3000-4000 ml urine
Tanda –tanda klinis pada retensi
Ketidaknyamanan daerah pubis
Distensi vesika urinaria
Ketidaksanggupan untuk berkemih
Sering berkemih saat vesika urinaria berisi sedikit
urine (25-50 ml)
Ketidakseimbangan jumlah urine yang dikeluarkan
dengan asupannya
Meningkatnya keresahan dan keinginan berkemih
Adanya urine sebanyak 3000-4000 ml dalam kandung
kemih
Penyebab
Operasi pada daerah abdomen bawah, pelvis vesika
urinaria
Trauma sumsum tulang belakang
Tekanan uretra yang tinggi disebabkan oleh otot
detrusor yang lemah
Sfingter yang kuat
Sumbatan (striktur uretra dan pembesaran kelenjar
prostat)
Inkontinensia Urine
Inkontinensia Urine adalah ketidakmampuan otot
sfingter eksternal sementara atau menetap untuk
mengontrol ekskresi urine secara umum. Penyebab
dari inkontinensia proses penuaa, pembesaran
kelenjar prostat. Penurunan kesadaran dan
penggunaan obat narkotik atau sedatif inkontinensia
urine terdiri atas
1. Inkontinensia Dorongan
Inkontinensia dorongan merupakan keadaan di mana
seseorang mengalami pengeluaran urine tanpa sadar,
terjadi segera setelah merasa dorongan yang kuat
untuk berkemih
Kemungkinan penyebab
Penurunan kapasitas kandung kemih
Iritasi pada reseptor regangan kandung kemih yang
menyebabkan spasme (infeksi saluaran kemih)
Minum alkohol atau kafein
Peningkatan cairan
Peningkatan konsentrasi urine
Distensi kandung kemih yang berlebihan

Tanda-tanda inkontinensia dorongan


Sering miksi (miksi lebih dari 2 jam sekali)
Spasme kandung kemih
2. Inkontinensia Total
Inkontinensia total merupakan keadaaan di mana
seseorang mengalami pengeluaran urine yang terus
menerus dan tidak dapat diperkirakan
Kemungkinan penyebab
Disfungsi neurologis
Kontraksi independen dan refleks detrusor karena
pembedahan
Trauma atau penyakit yang mempengaruhi saraf
medula spinalis
Fistula
Neuropati

Tanda-tanda inkontinensia total


Aliran konstan yang terjadi pada saat tidak
diperkirakan
Tidak ada distensi kandung kemih
Nokturia
Pengobatan inkontinensia tidak berhasil
3. Inkontinensia Stres
Inkontinensia stres merupakan keadaan seseorang
yang mengalami kelahiran urine kurang dari 50 ml,
terjadi dengan peningkatan tekanan abdomen.

Kemungkinan penyebab
• Perubahan degeneratif pada otot pelvis dan struktur
penunjang yang berhubungan dengan penuaan
Tekanan intra abdominal tinggi (oebsitas)
Distensi kandung kemih
Otot pelvis dan struktur penunjang lemah.

Tanda-tanda inkontinensia stres


Adanya urine menetes dengan peningkatan tekanan
abdomen
Adanya dorongan berkemih
Sering miksi (lebih dari 2 jam sekali)
4. Inkontinensia Refleks
inkontinensia refleks merupakan keadaan di mana
seseorang mengalami pengeluaran urine yang tidak
dirasakan, terjadi pada interval yang dapat
diperkirakan bila volume kandung kemih mencapai
jumlah tertentu

Kemungkinan penyebab
Kerusakan neurologis (lesi medula spinalis)
Tanda-tanda inkontinensia refleks
Tidak ada dorongan untuk berkemih
Merasa bahwa kandung kemih penuh
Kontraksi atau spasme kandung kemih tidak
dihambat pada inteval teratur
5. Inkontinensia Fungsional
inkontinensia fungsional merupakan keadaan
seseorang mengalami pengeluaran urine secara
tanpa disadari dan tidak dapat diperkirakan.

Kemungkinan penyebab :
Kerusakan neurologis (lesi medula spinalis)

Tanda-tanda inkontinensia fungsional


Adanya dorongan untuk berkemih
Kontraksi kandung kemih cukup kuat untuk
mengeluarkan urine
Enuresis
Enuresis merupakan ketidaksanggupan menahan kemih
(mengompol) yang diakibatkan tidak mampu
mengontrol sfingter eksterna. Enuresis biasanya terjadi
pada anak atau orang jompo, umumnya pada malam
hari
Faktor penyebab enuresis
Kapasitas vesika urinaria lebih besar dari kondisi
normal
Anak-anak yang tidurnya bersuara dan tanda-
tanda dari indikasi keinginan berkemih tidak
diketahui, yang mengakibatkan terlambatnya
bangun tidur untuk kekamar mandi
Vesika urinaria peka rangsang dan seterusnya
tidak dapat menampung urine dalam jumlah
besar
Suasana emosional yang tidak menyenangkan di
rumah (misalnya persaingan dengan saudar
kandung atau cekcok dengan orang tua)
Orang tua yang mempunyai pendapat bahwa
anaknya akan mengatasi kebiasaannya tanpa
dibantu untuk mendidiknya
Infeksi saluran kemih atau perubahan fisik
atau neurologis sistem perkemihan
Makanan yang banyak mengandung garam
dan mineral, atau makanan pemedas
Anak yang takut jalan gelap untuk kekamar
mandi
Ureterotomi
Ureterotomi adalah tindakan operasi dengan jalan
membantu stoma pada dinding perut untuk drainase
urine. Operasi ini dilakukan karena adanya penyakit
atau disfungsi pada kandung kemih.
Perubahan Pola Eliminasi Urine
Perubahan pola eliminasi urine merupakan keadaan
seseorang yang mengalami gangguan pada eliminasi
urine, disebabkan oleh multipel (obstruksi anatomis),
kerusakan motorik sensorik, infeksi saluran kemih.
Perubahan pola eliminasi terdiri
atas :
1. Frekuensi
Frekuensi merupakan jumlah berkemih dalam
sehari. Meningkatnya frekuensi berkemih
dikarenakan meningkatnya jumlah cairan yang
masuk. Frekuensi yang tinggi tanpa tekanan
asupan cairan dapat diakibatkan oleh sistitis.
Frekuensi yang tinggi dijumpai pada keadaan
stres atau hamil
2. Urgensi
Urgensi adalah perasaan seseorang untuk berkemih,
takut mengalami inkontinensia jika tidak berkemih.
Pada umumnya, anak kecil memiliki kemampuan yang
buruk dalam mengontrol sfingter eksternal dan
perasaan segera ingin berkemih biasanya terjadi pada
mereka
3. Disuria
Disuria adalah rasa sakit dan kesulitan dalam berkemih.
Hal ini sering ditemukan pada penyakit infeksi saluran
kemih (ISK), trauma dan struktur uretra.
4. Poliuria
Poliuria merupakan produksi urine abnormal dalam
jumlah besar oleh ginjal tanpa ada asupan cairan hal ini
biasanya ditemukan pada penderita diabetes militus.
Defisiensi inti dieuretik hoemon (ADH). Dan penyakit
ginjal kronik.
5. Urinaria Supresi
Urinaria Supresi adalah berhentinya produksi urine
secara mendadak secara normal, urine diproduksi oleh
ginjal secara terus menerus pada kecepatan 60 – 120
ml/jam
ASUHAN KEPERAWATAN PADA MASALAH KEBUTUHAN
ELIMINASI URINE
A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Pengkajian pada kebutuhan eliminasi urine
meliputi :
1.Kebiasaan berkemih
pengkajian ini meliputi bagaimana kebiasaan
berkemih serta hambatannya frekuensi berkemih
bergantung pada kebiasaan dan kesempatan banyak
orang berkemih setiap hari pada waktu bangun
tidur dan tidak memerlukan waktu untuk berkemih
pada malam hari
2. Pola Berkemih meliputi :
Frekuensi berkemih
frekuensi berkemih menentukan berapa kali
individu berkemih dalam waktu 24 jam
Urgensi
perasaan sesorang untuk berkemih seperti
seseorang sering ke toilet karena takut
mengalami inkontinensia jika tidak berkemi
Disuria
keadaan rasa sakit atau kesulitan saat berkemih
keadaan demikian dapat ditemukan pada struktur
uretra.
Poliuria
keadaan produksi urine yang abnormal dalam jumlah
besar tanpa adanya peningkatan asupan cairan.
Urinaria Supresi
keadaan urine yang berhenti secara mendadak bila
produksi kurang dari 100 ml/hari dapat dikatakan
sebagai anuria, tapi bila produksinya antara 100 ml-
500 ml/hari dapat dikatakan sebagai oligouria.
Kondisi demikian dapat ditemukan pada penyakit
ginjal, kegagalan jantung, luka bakar, dan renjatan
(syok)
3. Volume Urine
Volume urine menentukan berapa jumlah urine yang
dikeluarkan dalam waktu 24 jam berdasarkan usia,
volume urine normal dapat ditentukan sebagai berikut :
No Usia Jumlah/Hari
1 1 – 2 Hari 15 – 60 ml
2 3 – 10 Hari 100 – 300 ml
3 10 – 2 Bulan 250 – 400 ml
4 2 Bulan – 1 Tahun 400 – 500 ml
5 1 – 3 Tahun 500 – 600 ml
6 3 – 5 Tahun 600 – 700 ml
7 5 – 8 Tahun 700 – 1000 ml
8 8 – 14 Tahun 800 – 1400 ml
9 14 Tahun – Dewasa 1500 ml
10 Dewasa Tua < 1500 ml
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi
kebiasaan buang air kecil adalah :
 Diet dan asupan (diet tinggi protein dan
natrium) dapat memengaruhi jumlah urine
yang dibentuk. Sedangkan minum kopi
dapat meningkatkan jumlah urine
 Gaya hidup
 Stres psikologis dapat meningkatkan
frekuensi keinginan berkemih
 Tingkat aktivitas
5. Keadaan Urine
No Keadaan Normal Interpretasi
1 Warna Kenunig-kuningan Urine berwarna oranye gelap
menunjukkan adanya pengaruh
obat,sedangkan warna merah dan
kuning kecoklatan
mengindikasikan adanya penyakit
2 Bau Aromatik Bau menyengat merupakan
indikasi adanya masalah seperti
infeksi atau penggunaan obat
tertentu
3 Berat jenis 1,010-1,030 Menunjukkan adanya konsentrasi
urine
4 Kejernihan Terang dan Transparan Adanya kekeruhan karena mukus
atau pus
5 pH Sedikit asam (4,5-7,5) Dapat menunjukkan
keseimbangan asam-basa;bila
bersifat alkali menunjukkan
adanya aktivitas bakteri
No Keadaan Normal Interpretasi
6 Protein Molekul protein yang Pada kondisi kerusakan
besar seperti: ginjal,molekul tersebut dapat
albumin,fibrinogen,ata melewati saringan masuk ke urine
u globulin tidak dapat
disaring melalui ginjal-
urine
7 Darah Tak tampak jelas Hematuria menunjukkan trauma
atau penyakit pada saluran kemih
bagian bawah
8 Glukosa Adanya sejumlah Apabila menetap terjadi pada
glukosa dalam urine pasien diabetes mellitus
tidak berarti bila hanya
bersifat sementara,
misalnya pada
seseorang yang makan
gula banyak
6. Tanda klinis gangguan eliminasi urine seperti
tanda retensi urine,inkontinensia
urine,enuresis, dan lain lain
B. DIAGNOSIS KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan yang terjadi pada masalah
kebutuhan eliminasi urine adalah sebagai berikut :
1.Perubahan pola eliminasi urine berhubungan
dengan
Ketidakmampuan saluran kemih akibat anomali
saluran urinaria
Penurunan kapasitas atau iritasi kandung kemih
akibat penyakit
Kerusakan pada saluran kemih
Efek pembedahan saluran kemih
Penurunan tonus otot akibat dampak pengobatan,
dehidrasi, atau faktor psikologis
Pasca pemasangan kateter indwelling
Lemahnya otot dasar pelvis akibat obesitas atau
proses penuaan
Ketidakmampuan mengomunikasikan kebutuhan
Obstruksi saluran kandung kemih akibat konstipasi
Hambatan lingkungan ke kamar mandi
Ketidakmampuan ke kamar mandi akibat kerusakan
mobilitas
Kapasitas kandung kemih sedikit (pada anak)
Kurangnya motivasi (pada anak)
2. Inkontinensia fungsional berhubungan dengan
Penurunan isyarat kandung kemih dan kerusakan
kemampuan untuk mengenal isyarat akibat cedera
atau kerusakan saraf
Penurunan tonus kandung kemih akibat dampak
pengobatan,dehidrasi, atau faktor psikologis
Kerusakan mobilitas
Hambatan lingkungan
Kehilangan kemampuan motoris dan sensoris (lansia)
3. Inkontinensia refleks berhubungan dengan
Gagalnya konduksi rangsangan di atas tingkatan
arkus refleks akibatcedera pada medula spinalis

4. Inkontinensia stres berhubungan dengan


Ketidakmampuan kandung kemih mengeluarkan
urine akibat kelainan kongenital
Perubahan degeneratif pada otot pelvis akibat
kekurangan hormon estrogen
Tingginya tekanan intraabdominal dan lemahnya
otot pelvis akibat obsesitas,kehamilan dll
Penurunan tonus otot (pada lansia)
5. Inkontinensia total berhubungan dengan
Defisit komunikasi atau persepsi

6. Inkotinensia dorongan berhubungan dengan


Penurunan kapasitas kandung kemih akibat
penyakit infeksi,trauma, tindakan pembedahan,
faktor penuaan dan lain-lain
Iritasi pada reseptor peregang kandung kemih akibat
penggunaaan alkohol,asupan berlebih, dan lain-lain
7. Retensi urine berhubungan dengan
 Adanya hambatan pada sfingter akibat penyakit
striktur,BPH, dan lain-lain
 kerusakan atau ketidakadekuatan jaras eferen akibat
cedera dan penggunaa n obat seperti antihistamin atau
antikolinergik
 Obstruksi jalan keluar kandung kemih akibat impaksi
feses
 Stres atau ketidaknyamanan
8. Perubahan body image berhubungan d engan
inkontinensia, ureterostomi dan eneuresis
9. Risiko terjadinya infeksi saluran kemih berhubungan
dengan pemasangan kateter, pemeriksaan sistoskopi,
dan ookebiasaan kebersihan perineum yang kurang
10. Risiko perubahan keseimbangan cairan dan
elektrolit
berhubungan dengan gangguan drainasi
ureterostomi
C. PERENCANAAN KEPERAWATAN
TUJUAN
1. Memahami arti
2. Membantu mengosongkan kandung kemih secara penuh
3. Mencegah infeksi
4. Mempertahankan integritas kulit
5. Memberikan rasa nyaman
6. Mengembalikan fungsi kandung kemih
7. Memberikan asupan caiaran secara tepat
8. Mencegah kerusakan kulit
9. Memulihkan self esteem atau mencegah tekanan
emosional
RENCANA TINDAKAN
1. Monitor/observasi perubahan faktor, tanda gejala
terhadap masalah perubahan eliminasi urine,retensi
dan inkontinensia
2. Kurang faktor yang mempengaruhi/penyebab
masalah
3. Monitor terus perubahan retensi urine
4. Lakukan kateterisasi urine (lihat pelaksanaan)

Anda mungkin juga menyukai