Anda di halaman 1dari 14

ANALISIS KETEPATAN WAKTU TUNGGU

DI DEPO FARMASI RAWAT JALAN


RUMAH SAKIT UMUM KABUPATEN TANGGERANG

Disusun Oleh :

Mahasiswa PKPA

Depo Farmasi Rawat Jalan

RSUD Kabupaten Tangerang

Agustus

2022
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut Permenkes nomor 129 tahun 2008 mengatakan Rumah sakit
sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan perorangan merupakan bagian
dari sumber daya kesehatan yang sangat diperlukan dalam mendukung
penyelenggaraan upaya kesehatan. Penyelenggaran pelayanan kesehatan di rumah
sakit mempunyai karakteristik dan organisasi yang sangat kompleks.
Pelayanan kefarmasian di Rumah Sakit merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan Rumah Sakit yang berorientasi
kepada pelayanan pasien, penyediaan Sediaan farmasi, Alat kesehatan dan Bahan
Medis Habis Pakai yang bermutu dan terjangkau bagi semua lapisan masyarakat
termasuk pelayanan farmasi klinik. Selanjutnya bahwa pelayanan Sediaan Farmasi
di Rumah Sakit harus mengikuti Standar Pelayanan Kefarmasian yang selanjutnya
di amanahkan untuk diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan (Kemenkes,
2016).
Standar pelayanan minimal (SPM) adalah ketentuan tentang jenis dan mutu
pelayanan dasar yang merupakan urusan wajib daerah yang berhak diperoleh
setiap warga negara secara minimal. Indikator SPM adalah tolak ukur untuk
prestasi kuantitatif dan kualitatif yang digunakan untuk menggambarkan besaran
sasaran yang hendak dipenuhi didalam pencapaian suatu SPM tertentu berupa
masukan, proses, hasil dan atau manfaat pelayanan. Salah satu indikator SPM
adalah waktu tunggu. Waktu tunggu pelayanan resep adalah tenggang waktu
mulai dari pasien menyerahkan resep sampai menerima obat (Kemenkes, 2008).
Waktu tunggu pelayanan resep yang lama dapat mengakibatkan ketidakpuasan
dan kekecewaan pasien terhadap Rumah Sakit tersebut.
Standar Pelayanan Minimal waktu tunggu sesuai Permenkes nomor 129
tahun 2008 adalah ≤ 30 menit untuk obat jadi dan ≤ 60 menit untuk obat racikan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi waktu tunggu pelayanan resep adalah jenis
resep, jumlah sumber daya manusia (SDM), dan ketersediaan sarana prasarana
(Heny, Agustina dan Ari, 2020).
Berdasarkan alasan di atas maka penulis berencana untuk melakukan
penelitian mengenai “evaluasi waktu tunggu pelayanan resep pasien di depo
farmasi rawat jalan Rumah Sakit Umum Kabupaten Tanggerang” dimana penulis
berencana mencari tahu apakah pelayanan resep dilihat dari lama waktu tunggu
sudah sesuai Permenkes 2008 atau belum. Dan seandainya belum maka langsung
di telusuri kira-kira pada bagian manakah pada alur pelayanan resep yang paling
lama sehingga menyebabkan pelayanan menjadi tidak sesuai standar.
B. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk :
1. Mengetahui waktu puncak kedatangan resep di Depo Rawat Jalan Rumah Sakit
Umum Kabupaten Tanggerang.
2. Mengetahui berapakah lama waktu tunggu pelayanan resep di Depo Rawat
Jalan Rumah Sakit Umum Kabupaten Tanggerang.
C. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini berguna sebagai sumber masukan dan bahan
pertimbangan untuk meningkatkan kualitas pelayanan kefarmasian di Depo Rawat
Jalan Rumah Sakit Umum Kabupaten Tanggerang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Rumah Sakit
1. Pengertian Rumah Sakit
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan tahun 2016 yang dimaksud dengan
Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan
rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat.
Rumah Sakit dapat didirikan dan diselenggarakan oleh Pemerintah,
Pemerintah Daerah, atau swasta. Rumah Sakit yang didirikan dan diselenggarakan
oleh Pemerintah merupakan unit pelaksana teknis dari instansi Pemerintah yang
tugas pokok dan fungsinya di bidang kesehatan ataupun instansi Pemerintah
lainnya ( Kemenkes RI, 2016 ).
2. Instalasi Farmasi Rumah Sakit
Menurut Permenkes 72 tahun 2016 menyebutkan bahwa Instalasi farmasi
adalah unit pelaksana fungsional yang menyelenggarakan seluruh kegiatan
pelayanan kefarmasian di Rumah Sakit. Instalasi farmasi harus memilik apoteker
dan tenaga teknis kefarmasian yang sesuai dengan beban kerja dan petugas
penunjang lain agar tercapai sasaran dan tujuan instalasi farmasi.
Tugas Instalasi Farmasi, meliputi:
a. Menyelenggarakan, mengkoordinasikan, mengatur dan mengawasi
seluruh kegiatan pelayanan kefarmasian yang optimal dan profesional serta
sesuai prosedur dan etik profesi;
b. Melaksanakan pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan
medis habis pakai yang efektif, aman, bermutu dan efisien;
c. Melaksanakan pengkajian dan pemantauan penggunaan sediaan farmasi,
alat kesehatan dan bahan medis habis pakai guna memaksimalkan efek
terapi dan keamanan serta meminimalkan risiko;
d. Melaksanakan komunikasi, edukasi dan informasi (KIE) serta
memberikan rekomendasi kepada dokter, perawat dan pasien;
e. Berperan aktif dalam Komite/Tim Farmasi dan Terapi;
f. Melaksanakan pendidikan dan pelatihan serta pengembangan Pelayanan
kefarmasian;
g. Memfasilitasi dan mendorong tersusunnya standar pengobatan dan
formularium rumah sakit.
3. Pelayanan Kefarmasian
Pelayanan kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung
jawab kepada pasien berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud mencapai
hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien. Pelayanan
kefarmasian merupakan kegiatan yang bertujuan untuk mengidentifikasi,
mencegah dan menyelesaikan masalah terkait obat. Tuntutan pasien dan
masyarakat akan peningkatan mutu pelayanan kefarmasian, mengharuskan adanya
perluasan dari paradigma lama yang berorientasi pada produk (drug oriented)
menjadi paradigma baru yang berorientasipada pasien (patient oriented) dengan
fisiologi pelayanan kefarmasian (pharmaceutical care) (Depkes RI, 2016).
4. Standar Pelayanan Kefarmasian
Standar pelayanan kefarmasian adalah tolak ukur yang dipergunakan
sebagai pedoman bagi tenaga kefarmasian dalam menyelenggarakan pelayanan
kefarmasian. Pengaturan standar pelayanan kefarmasian bertujuan untuk
meningkatkan mutu pelayanan kefarmasian, menjamin kepastian hukum bagi
tenaga kefarmasian dan melindungi pasien dan masyarakat dari penggunaan obat
yang tidak rasional dalam rangka keselamatan pasien (patient safety) (Depkes RI,
2016.).
5. Pelayanan Rawat jalan
Pelayanan Rawat Jalan adalah pemberian pelayanan kesehatan rawat jalan
nonreguler di rumah sakit yang diselenggarakan melalui pelayanan dokter
spesialis-subspesialis dalam satu fasilitas ruangan terpadu secara khusus tanpa
menginap di Rumah Sakit dengan sarana dan prasarana di atas standar (Pemenkes,
2016).
6. Standar Pelayanan Minimal
Standar Pelayanan Minimal adalah ketentuan tentang jenis dan mutu
pelayanan dasar yang merupakan urusan wajib daerah yang berhak diperoleh
setiap warga secara minimal. Juga merupakan spesifikasi teknis tentang tolak ukur
pelayanan minimum yang diberikan oleh Badan Layanan Umum kepada
masyarakat.
Indikator SPM adalah tolak ukur untuk prestasi kuantitatif dan kualitatif
yang digunakan untuk menggambarkan besaran sasaran yang hendak dipenuh
didalarn pencapaian suatu SPM tertentu berupa masukan, proses, hasil dan atau
manfaat pelayanan.
Standar Pelayanan Minimal farmasi menurut Permenkes
129/Menkes/SK/II/2008 yaitu : waktu tunggu pelayanan obat jadi dan obat racik,
tidak adanya kejadian kesalahan pemberian obat, kepuasan pelanggan, penulisan
resep sesuai formularium. Sedangkan uraian standar pelayanan minimal untuk
indikator waktu tunggu yang ditetapkan yaitu standar obat non racikan ≤30 menit
dan standar obat racikan ≤60 menit.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Lokasi penelitian dilaksanakan pada di Depo Rawat Jalan RSUD
Kabupaten Tangerang.
2. Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada tanggal 15 Agustus 2022.
B. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskrptif dan pendekatan
cross sectional, dengan menggunakan metode pengamatan langsung dan
perhitungan lama waktu tunggu pelayanan resep non racikan dan racikan dan
faktor apa saja yang menjadi penyebab lama waktu tunggu pelayanan racikan dan
non racikan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian

Jenis Resep Rata-rata Nilai Min Nilai Max


Racikan 00:49:36 00:30:00 01:21:00
Non racikan 00:40:45 00:08:00 01:46:00
Total waktu tunggu 00:45:11 00:08:00 01:46:00

Pada tabel di atas menunjukan bahwa waktu tunggu pelayanan resep non
racikan adalah 40 menit 45 detik dengan waktu tunggu tercepat selama 8 menit
dan waktu tunggu terlama mencapai 1 jam 46 menit. Adapun untuk waktu tunggu
pelayanan resep racikan menunjukan rata-rata waktu tunggu 49 menit 36 detik
dengan waktu tunggu tercepat 30 menit dan waktu tunggu terlama mencapai 1 jam
46 menit.
Berdasar hasil penelitian didapatkan bahwa dari 50 sampel resep yang
diteliti terdapat resep non racikan sebanyak 45 resep dan resep racikan sebanyak 5
resep. Jumlah dan presentase resep yang sesuai dengan standar bila dikategorikan
menurut standar yang telah ditetapkan dalam Kemenkes Republik Indonesia
Nomor: 129/Menkes/SK/II/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah
Sakit dengan waktu tunggu pelayanan resep yang sesuai dengan standar dapat
dilihat pada tabel berikut :

Sesuai standar Tidak sesuai standar Jumlah


Jenis resep
N % n % resep
Racikan 3 60% 2 40% 5
Non racikan 32 71,11% 13 28,89% 45
Total 35 70% 15 30% 50

Pada tabel di atas menunjukan bahwa jika waktu tunggu pelayanan resep
disesuaikan dengan Standar Kemenkes, waktu tunggu pelayanan resep non
racikan yang sesuai dengan standar yaitu ≤ 30 menit adalah 71,11% dan untuk
waktu tunggu pelayanan resep racikan yang sesuai standar yaitu ≤ 60 menit adalah
60%.
1. Kesesuaian Alur Pelayanan Resep
Setelah melakukan pengamatan dalam penelitian di Depo Rawat Jalan
RSUD Kabupaten Tangerang, didapatkan bahwa petugas Depo Rawat Jalan
RSUD Kabupaten Tangerang dalam melakukan pelayanan resep telah melakukan
pelayanan sesuai dengan alur pelayanan resep yang telah diatur dalam SPO RSUD
Kabupaten Tangerang. Adapun alur pelayanan resep non racikan dimulai dari
entry data oleh admin, pengecekan dan pencetakan etiket, penempelan etiket,
pengambilan obat, pengecekan obat pertama, selanjutnya pengecekan kedua dan
penyerahan obat. Sedangkan untuk alur pelayanan resep racikan dimulai dari entry
data oleh admin, pengecekan dan pencetakan etiket, penempelan etiket,
pengambilan obat, peracikan obat, pengecekan obat pertama, selanjutnya
pengecekan kedua dan penyerahan obat.
2. Waktu Tunggu Alur Pelayanan Resep Non Racikan di Depo Farmasi
Rawat Jalan RSUD Kabupaten Tangerang.
Pelayanan resep non racikan adalah pelayanan resep obat tanpa melalui
proses peracikan obat. Perhitungan waktu tunggu pelayanan non racikan sendiri
terdapat 2 kategori, yaitu waktu proses dan waktu jeda. Waktu proses adalah
waktu yang diperlukan oleh petugas untuk melakukan pelayanan resep.
Sedangkan waktu jeda adalah waktu dimana resep tidak dilakukan proses atau
menunggu untuk diproses. Waktu tunggu pada alur pelayanan resep non racikan
dapat dilihat pada tabel :

Tahapan Resep Non Nilai Nilai


No Rerata
Racikan Minimal Maximal
1. Total waktu proses admin 00:22:17 00:02:00 01:20:00
2. Total waktu proses etiket 00:03:34 00:00:39 00:08:00
Total waktu penempelan
3. 00:05:13 00:01:00 00:20:00
etiket
Total waktu penyiapan
4. 00:00:30 00:01:00 00:01:30
obat
5. Total waktu check 1 00:09:11 00:02:00 00:23:00
Pada hasil penelitian tabel di atas, waktu tunggu pelayanan resep non
racikan bila dilihat berdasar waktu proses yang paling lama terdapat pada tahap
proses admin yaitu 22 menit 17 detik, dengan waktu tercepat 2 menit dan waktu
terlama adalah 1 jam 20 menit. Waktu jeda paling lama terjadi pada resep dari
verifikasi ke entry data (bagian admin). Berdasarkan observasi sebab dari waktu
jeda yang menjadi semakin lama dikarenakan petugas mengambil resep tidak
sesuai dengan urutan resep.
3. Waktu Tunggu Alur Pelayanan Resep Racikan di Depo Farmasi Rawat
Jalan RSUD Kabupaten Tangerang.
Pelayanan resep racikan adalah pelayanan resep obat yang melalui proses
peracikan obat. Untuk pelayanan resep racikan ada tambahan proses yaitu
peracikan obat yang kegiatannya meliputi penghitungan dosis obat, meracik obat
yang dimulai dengan menjadikan satu dan menghaluskan obat menggunakan
blander, sampai dikemas dalam sediaan kapsul maupun puyer. Waktu jeda yang di
mana resep menunggu untuk diproses juga ikut bertambah yaitu pada tahapan jeda
pengambilan obat ke peracikan obat. Perhitungan waktu tunggu pelayanan racikan
berdasar alur pelayanannya secara lebih rinci tersaji pada tabel berikut :

Tahapan Resep Non Nilai Nilai


No Rerata
Racikan Minimal Maximal
1. Total waktu proses admin 00:31:48 00:02:00 01:20:00
2. Total waktu proses etiket 00:02:36 00:00:39 00:08:00
Total waktu penempelan
3. 00:04:24 00:01:00 00:20:00
etiket
Total waktu pengambilan
4. 00:00:24 00:01:00 00:01:30
obat
5. Total waktu peracikan obat 00:20:06 00:05:00 00:28:00
6. Total waktu check 1 00:10:24 00:02:00 00:23:00

Pada tabel di atas, waktu tunggu pelayanan resep racikan bila dilihat
berdasarkan prosesnya maka waktu tunggu paling lama tetap pada proses
verifikasi entry data (admin) yaitu 31 menit 48 detik, dengan waktu tercepat 2
menit dan waktu terlama 1 jam 20 menit.
B. Pembahasan
Berdasar hasil penelitian, petugas di Depo Farmasi Rawat Jalan RSUD
Kabupaten Tangerang dalam melakukan pelayanan resep baik non racikan
maupun racikan telah sesuai dengan SPO yang berlaku. Dari hasil penelitian,
waktu tunggu pelayanan resep yang meliputi resep non racikan maupun racikan.
Waktu tunggu pelayanan resep non racikan memiliki rata-rata 40 menit 45 detik.
Sedangkan untuk waktu tunggu pelayanan resep racikan sendiri memiliki rata-rata
waktu tunggu 49 menit 36 detik. Berdasarkan hasil tersebut, jika lamanya waktu
tunggu pelayanan resep disesuaikan dengan Kepmenkes Republik Indonesia
Nomor: 129/Menkes/SKII/2008 tentang SPM Rumah Sakit kategori Pelayanan
Kefarmasian yaitu waktu tunggu pelayanan resep. Waktu tunggu pelayanan resep
non racikan adalah tenggang waktu mulai pasien menyerahkan resep sampai
dengan menerima obat jadi (non racikan) dengan standar minimal yang ditetapkan
≤ 30 menit. Sedangkan waktu tunggu pelayanan obat racikan adalah tenggang
waktu mulai pasien menyerahkan resep sampai dengan menerima obat racikan
dengan standar minimal yang ditetapkan ≤ 60 menit. Jika disesuaikan antara
waktu tunggu pelayanan resep di Depo Farmasi Rawat Jalan RSUD Kabupaten
Tangerang dengan standar tersebut didapatkan hasil bahwa waktu tunggu
pelayanan resep yang belum sesuai dengan Standar Kepmenkes Republik
Indonesia Nomor: 129/Menkes/SKII/2008 resep non racikan mempunyai angka
ketidaksesuain sebanyak 28,89% dan untuk resep racikan yang tidak sesuai
dengan standar sebanyak 40%.
Sebab dari tidak sesuainya waktu tunggu pelayanan resep dengan SPM
pada tiap jenis resep mempunyai sebab yang berbeda. Untuk waktu tunggu
pelayanan resep non racikan, faktor yang mengakibatkan semakin lamanya
pelayanan resep yaitu terdapat pada proses verifikasi data (admin) dengan rata-
rata 22 menit 17 detik dengan proses admin tercepat 2 menit dan proses admin
terlama 1 jam 20 menit. Waktu yang diperlukan dalam proses entry data dapat
semakin lama dikarenakan petugas harus mengecek kembali data kelengkapan
berkas yang dibutuhkan, selain itu juga kendala jika computer atau system HOPe
tiba-tiba error atau bermasalah. Waktu tunggu pelayanan resep non racikan yang
juga belum sepenuhnya sesuai dengan standar juga disebabkan oleh waktu jeda
dari proses verifikasi ke proses input etiket. Waktu jeda dari proses verifikasi ke
proses input etiket yang lama terjadi karena pengerjaan harus menanti petugas lain
dan juga terkadang resep terselip atau tertumpuk dengan resep lainnya. Adapun
waktu jeda yang lain yang menjadi faktor semakin lamanya pelayanan resep non
racikan yaitu, waktu jeda dari double check 1 ke double check ke 2 atau
penyerahan. Sebab dari waktu jeda yang menjadi semakin lama dikarenakan
kurang disiplinnya petugas dalam manajemen urutan nomor resep.
Untuk waktu tunggu pelayanan resep racikan yang memiliki rata-rata
waktu tunggu 49 menit 36 detik. Adapun dalam tahap pelayanan resep yang
menjadi penyebab lamanya waktu tunggu pelayanan resep racikan yang pertama
adalah tahap verifikasi entry data (admin), yang mana pada tahap ini juga menjadi
tahap paling lama di pelayanan resep non racikan. Rata-rata tahapan proses admin
adalah 31 menit 48 detik, dengan waktu tercepat 2 menit dan waktu terlama 1 jam
20 menit. Kemudian tahap pelayanan resep racikan yang memerlukan waktu
paling lama yang kedua adalah pada tahap proses peracikan. Proses peracikan
yang memiliki rata-rata pelayanan selama 20 menit 6 detik. Faktor penyebab
proses peracikan menjadi proses yang lama karena keterbatasan SDM yang berada
di ruang racik untuk melakukan proses meraciknya.
Ketidaksesuaian waktu tunggu pelayanan resep dengan standar yang ada
mengakibatkan waktu yang dibutuhkan oleh pasien untuk mendapatkan obatnya
menjadi semakin lama. Hal tersebut dapat mengakibatkan ketidakpuasan pasien
dan dapat menurunkan mutu pada pelayanan. Jika tidak dilakukan evaluasi
mengenai perbaikan kualitas mutu pelayanan yang sesuai dengan target yang
ditetapkan dapat menurunkan mutu dan citra rumah sakit.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Presentase kesesuaian dengan SPM pada waktu tunggu pelayanan resep non
racikan sebesar 71,11% dan waktu tunggu pelayanan resep racikan sebesar 60%.
Alur pelayanan resep telah dilakukan sesuai dengan SPO. Pada alur pelayanan
resep racikan maupun non racikan, proses pelayanan yang paling lama sama-sama
terdapat di proses pelayanan admin/entry data.

B. Saran
1. Memperbaiki sistem alur pelayanannya, misalnya dengan menggunakan e-
recipe agar resep yang ditulis dokter dari poli bisa langsung masuk ke
depo rajal tanpa menggunakan nomor antrian lagi. Jadi, resep yang lebih
dahulu masuk bisa langsung dicetak dan dilakukan peracikan/pengambilan
obat. Sehingga pasien dari poli setelah selesai diperiksa bisa
direkomendasikan langsung ke apotek untuk menunggu namanya
dipanggil. Sistem tersebut bisa lebih efektif, selain nomor antrian bisa urut
juga dapat meminimalkan petugas atau SDM.
2. Pencetakan etiket dan resep dilakukan oleh orang yang sama untuk
menghindari resep menumpuk dan agar pelayanan tetap urut.
3. Penambahan personil pada waktu jam sibuk datangnya resep didalam
double check ke dua dan penyerahan obat kepada pasien.
4. Mensosialisasikan standar waktu yang telah ditetapkan oleh rumah sakit,
sehingga petugas dapat menjalankan tugasnya sesuai target.
DAFTAR PUSTAKA
Heny, Agustina dan Ari, 2020. Waktu Tunggu Pelayanan Resep Di Depo Farmasi
Rs X. Lombok Journal of Science. Vol. 2, No.2, August 2020, page 40 –
46.
Kementrian Kesehatan RI. 2008. Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor : 129/Menkes/SK/II/2008 tentang Standar Pelayanan
Minimal Rumah Sakit.
Kementrian Kesehatan RI. 2016. Permenkes RI Nomor 72 Tahun 2016 Tentang
Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit.

Anda mungkin juga menyukai