Anda di halaman 1dari 4

TUGAS PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER

DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH dr. GONDO SUWARNO


Jalan Diponegoro No. 125 Ungaran
Periode Maret – April 2022

Disusun Oleh:

Vena Aprilia Winarto, S.Farm. 22021200050


Wirda Yulianti, S.Farm 22021200038

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS
2022
PENGENDALIAN MUTU PELAYANAN KEFARMASIAN DI IFRS RSUD dr.
GONDO SUWARNO
1. Menurut anda, pelayanan farmasi yang mana diperlukan peningkatan
mutunya?
Jawab:
Pada pelayanan konseling yang harus di tingkatkan farmasis lebih
professional dalam memberikan pelayanan kefarmasian dan  farmasis dituntut
untuk dapat merealisasikan perluasan pelayanan dan pemenuhan hak pasien agar
terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan. Dalam pengelolaan obat di Rumah
Sakit Umum Daerah dr. Gondo Suwarno, terdapat sejumlah permasalahan di
instalasi farmasinya, yaitu belum adanya pemantauan kadar obat dalam darah,
dispensing sediaan steril yang dilakukan di IFRS dan oleh tenaga farmasis,
penanganan obat-obatan sitotoksik dan masih ada kekosongan obat, obat rusak/
kadaluwarsa serta waktu tunggu pelayanan resep yang kurang optimal.
2. Jika anda menentukan beberapa pelayanan kefarmasian yang perlu
ditingkatkan mutunya, prioritas pertama apa yang perlu ditingkatkan
mutunya?
Jawab:
Waktu tunggu pelayanan resep.
Salah satu standar minimal pelayanan farmasi di rumah sakit adalah waktu
tunggu.Waktu tunggu pelayanan resep merupakan tenggang waktu mulai pasien
menyerahkan resep kepada petugas hingga petugas menyerahkan obat kepada
pasien. Menurut Survei yang dilakukan oleh Health Servicesand Outcomes
Research, National Healthcare Group Singapore, selain akurasi resep dan
keterjangkauan obat, waktu tunggu pelayanan obat sangat mempengaruhi
kepuasan pasien yaitu kurang dari 30 menit. Pengalaman seorang pasien dalam
menunggu pelayanan dapat mempengaruhi persepsinya tentang kualitas
pelayanan. Suatu pelayanan farmasi dikatakan baik apabila lama pelayanan obat
dari pasien menyerahkan resep sampai pasien menerima obat dan informasi obat
diukur dengan waktu dan melakukan kegiatan kefarmasian berdasarkan prosedur
tetap yang telah ditetapkan.
3. Kriterianya apa subyek yang anda pilih dapat dikatakan bermutu ?
Jawab:
Memenuhi standar pelayanan minimal rumah sakit sesuai kepmenkes No.129
tahun 2008 yang mempunyai standar pelayanan minimal untuk resep non racikan
≤ 30 menit dan resep racikan ≤ 60 menit.
4. Berdasarkan waktu pelaksanaannya anda memilih kapan ? Prospektif?
Konkuren? Retrospektif ?
Jawab:
Konkuren (dijalankan bersamaan dengan pelaksanaan pelayanan), yaitu
dilakukan pemantauan dan pencatatan terhadap waktu tunggu pasien pada saat
petugas instalasi melayani pasien,. Waktu dihitung mulai dari saat resep diterima
petugas tim pengendali obat sampai obat diterima oleh pasien, dihitung waktunya
sampai dengan tahapan yang terakhir yaitu menjelaskan obat kepada pasien
dengan instruksi dan saran yang jelas.
5. Metode apa yang akan anda gunakan untuk evaluasinya.
Jawab:
Observasi, mengukur mutu dengan pengamatan. Data primer dikumpulkan
melalui pengamatan langsung dan pencatatan waktu tunggu pelayanan resep
dalam formulir pencatatan waktu tunggu. Hasil kemudian dianalisis dan
dibandingkan dengan standar pelayanan minimal waktu tunggu baik obat jadi
maupun obat racikan. Data waktu tunggu dirubah kedalam satuan menit
kemudian dengan menggunakan statistik dihitung nilai mean, dan standart
deviasi.
6. Untuk mencapai mutu yang sudah ditetapkan dalam bentuk kritera, apakah
perlu dilakukan dengan menejerial atau peningkatan pendidikan/
pelatihan?
Jawab:
Dari segi manajerial, diperlukan beberapa hal sebagai berikut:
- Jumlah tenaga farmasi merupakan salah satu pendukung terciptanya
pelayanan kefarmasian dengan maksimal sehingga membuat waktu tunggu
pasien dalam menerima obat tidak lama. Ketersediaan SDM yang cukup dan
terampil, dapat mengurangi lama waktu pelayanan resep di Instalasi Farmasi.
- Ketersediaan obat sesuai resep yang diterima, sehingga waktu yang untuk
mencari obat pengganti yang lain dapat dikurangi.
- Pengadaan alat-alat peracikan obat yang lebih modern seperti blender, cetakan
capsul, mesin press untuk puyer untuk mengoptimalkan waktu pelayanan.

Dari segi peningkatan pendidikan/pelatihan diperlukan hal sebagai berikut:


- Pelatihan khusus untuk peningkatan kemampuan pegawai dalam pelayanan
yaitu kemampuan dalam membaca resep dimana kesulitan membaca tulisan
dokter penulis resep dapat memperlama proses pelayanan.

Anda mungkin juga menyukai