Anda di halaman 1dari 14

STANDAR PELAYANAN MINIMAL FARMASI

DI SUSUN OLEH :

Kelompok 4

 Hary Fauzia Kamal (21001149)


 Muhamad Rafi Junjunan (21001143)
 Rulli Ramdani (21001135)
 Anggita Putri Pebrianti (21001164)
 Restu Alya Dwi Pebriyanti (21001164)
 Aulia Mir’atu Husna (21001138)

Kelas : 3E

PROGRAM STUDY PEREKAM MEDIS DAN INFORMASI KESEHATAN

POLITEKNIK KESEHATAN YBA BANDUNG

TAHUN AJARAN 2021-2022


KATA PENGANTAR

Puji serta syukur marilah kita ucapkan kepada kehadirat Allah Swt. Karena atas segala
rahmat dan hidayah-Nya sehingga makalah yang berjudul “STANDAR PELAYANAN
MINIMAL FARMASI” dapat tersusun sampai selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima
kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan
baik pikiran maupun materi.

Kami kelompok 4 selaku penulis dari makalah ini sangat berharap semoga makalah ini dapat
menambah pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh
lagi agar makalah ini bisa pembaca praktikkan dalam kehidupan sehari-hari.

Bagi kami sebagai penyusun dari makalah ini merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Bandung, 14 November 2022

Kelompok 4
DAFTAR ISI

BAB I......................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.....................................................................................................................................4
A. Latar Belakang Masalah.............................................................................................................4
B. Rumusan Masalah.....................................................................................................................5
C. Tujuan Masalah.........................................................................................................................5
BAB II.....................................................................................................................................................6
PEMBAHASAN.......................................................................................................................................6
A. Pengertian SPM Farmasi........................................................................................................6
B. Indikator Yang Harus Di Capai Dalam SPM Farmasi...............................................................7
C. Ketepatan dan kesalahan Dalam Pelaksanaan Pemberian Obat............................................8
D. Waktu Tunggu Pelayanan......................................................................................................8
BAB III..................................................................................................................................................10
PENUTUP.............................................................................................................................................10
A. Kesimpulan..............................................................................................................................10
B. Gagasan...................................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................13
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pelayanan farmasi rumah sakit merupakan salah satu kegiatan pelayanan di
rumah sakit yang menunjang tercapainya pelayanan kesehatan yang bermutu.
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 129 tahun 2008
tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit, pelayanan farmasi merupakan salah
satu pelayanan rumah sakit yang minimal wajib disediakan oleh rumah sakit.
Indikator mutu kualitas pelayanan kefarmasian mengacu pada Standar Pelayanan
Minimal Rumah Sakit (Depkes RI, 2008)
Standar adalah ukuran nilai tertentu yang telah ditetapkan terkait dengan
sesuatu yang harus dicapai. Standar Pelayanan Minimal (SPM) adalah suatu ketentuan
jenis dan mutu pelayanan dasar yang merupakan urusan wajib daerah yang berhak
diperoleh setiap warga secara minimal dan merupakan spesifikasi teknis untuk tolak
ukur pelayanan minimum yang diberikan oleh Badan Layanan Umum kepada
masyarakat.
Salah satu indikator dari Standar Pelayanan Minimal Farmasi di rumah sakit
adalah waktu tunggu pelayanan. Waktu tunggu pelayanan merupakan tenggang waktu
mulai pasien menyerahkan resep sampai dengan menerima obat. Waktu tunggu
pelayanan dibedakan menjadi dua yaitu waktu tunggu pelayanan obat jadi (non
racikan) dan waktu tunggu pelayanan obat racikan. Waktu tunggu pelayanan obat jadi
(non racikan) adalah tenggang waktu mulai pasien menyerahkan resep sampai dengan
menerima obat jadi (non racikan) dengan standar waktu ≤ 30 menit. Waktu tunggu
pelayanan obat racikan adalah tenggang waktu mulai pasien menyerahkan resep
sampai dengan menerima obat racikan dengan standar waktu ≤ 60 menit (Depkes RI,
2008).
Banyaknya jumlah resep yang diterima dapat mempengaruhi waktu tunggu
pelayanan resep, baik resep non racikan maupun resep racikan. Selain itu, jumlah item
obat tiap resep dan jumlah racikan pada tiap resep juga mempengaruhi waktu tunggu
pelayanan resep. Waktu tunggu pelayanan berpengaruh pada kualitas pelayanan dan
kepuasan pasien. Jika waktu tunggu pelayanan resep lama tidak sesuai dengan standar
yang ada maka akan mengurangi kenyamanan pasien dan dapat menyebabkan
ketidakpuasan pasien menerima pelayanan di fasilitas tersebut (Wijono, 1999). Oleh
karena itu apa saja yang menjadi masalah dalam keterlambatan dalam memberikan
obat kepada pasien dan apa saja solusi untuk menghadapi masalah tersebut.

B. Rumusan Masalah
1. Sebutkan definisi dari SPM farmasi !
2. Apa saja indikator yang harus dicapai dalam spm farmasi ?
3. Bagaimana ketepatan dan kesalahan pelaksanaan dalam pemberian obat ?
4. Bagaimana waktu tunggu pelayanan resep baik obat racikan maupun obat jadi
sudah sesuai standar yang dipersyartakan oleh pemerintah?

C. Tujuan Masalah
1. Menjelaskan pengertian SPM Farmasi
2. Menjelasakan indikator yang harus di capai dalam SPM Farmasi
3. Menjelasakan ketepatan dan kesalahan dalam pelaksanaan pemberian obat
4. Memaparkan waktu tunggu pelayanan resep baik obat racikan maupun obat
jadi sudah sesuai standar yang dipersyartakan oleh pemerintah
BAB II

PEMBAHASAN

D. Pengertian SPM Farmasi


Jaminan mutu untuk pelayanan kesehatan merupakan salah satu pendekatan
atau upaya yang sangat penting dan mendasar dalam memberikan layanan
kesehatan kepada pasien. Professional layanan kesehatan, baik perorangan atau
kelompok, harus selalu berupaya memberikan layanan kesehatan yang terbaik
mutunya kepada semua pasien tanpa terkecuali (Pohan, 2007). Rumah sakit
sebagai wadah pelayanan kesehatan sangat diperlukan dalam menyelenggarakan
upaya kesehatan. Sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan, rumah sakit
harus terus menerus memberikan pelayanan yang bermutu kepada setiap
pasien. Untuk menjamin mutu pelayanan tersebut Menteri Kesehatan Republik
Indonesia membuat keputusan tentang Standar Pelayanan Minimal (SPM)
Rumah sakit.
Salah satu fasilitas pelayanan kesehatan yang ada di rumah sakit ialah
pelayanan farmasi, dalam rangka meningkatkan pembangunan dibidang pelayanan
farmasi yang bermutu dan efisien yang berasaskan pelayanan kefarmasian
(Pharmaceutical Care)di rumah sakit. maka jenis pelayanan farmasi juga memiliki
standar yang dapat digunakansebagai pedoman dalam memberikan pelayanan
kefarmasian di rumah sakit.
Menurut Permenkes RI nomor 129 Tahun 2008 tentang standar
pelayanan minimal rumah sakit, standar pelayanan farmasi rumah sakit adalah
waktu tunggu pelayanan obat jadi adalah ≤ 30 menitdan obat racikan adalah ≤ 60
menit, tidak adanya kejadian kesalahan pemberian obat adalah 100%, kepuasan
pelanggan adalah ≥ 80%, serta penulisan resep sesuai formularium adalah 100%.
Jadi, Standar Pelayanan Kefarmasian adalah tolok ukur yang digunakan
sebagai pedoman awal bagi tenaga kefarmasian untuk melaksanakan pelayanan
kefarmasian (PMK Nomor 58 2014/Keputusan Menteri Kesehatan sebelumnya adalah
Nomor 1197 Tahun 2004). Praktek pelayanan kefarmasian merupakan kegiatan yang
terpadu dengan tujuan untuk mengidentifikasi, mencegah dan menyelesaikan masalah
obat dan masalah yang berhubungan dengan kesehatan.
Standar Pelayanan Kefarmasian di rumah sakit ini bertujuan untuk :
1) Peningkatan mutu pelayanan kefarmasian.
2) Menjamin kepastian hukum bagi tenaga kefarmasian.

3) Melindungi pasien dan masyarakat dari penggunaan obat yang tidak rasional
dalam rangka keselamatan pasien (patient safety).

E. Indikator Yang Harus Di Capai Dalam SPM Farmasi


Menurutrut Dep Kes RI, 2008 Indikator dan standar yang harus dicapai dalam
SPM Farmasi rumah sakit terdiri dari 4 Indikator, yaitu :

No Indikator Standar
Waktu tunggu pelayanan
1. a) Obat jadi a) ≤ 30 menit
b) Racikan b) ≤ 60 menit
2. Tidak adanya kejadian kesalahan pemberian obat 100%
3. Kepuasan pelanggan ≥ 80 %
4. Penulisan resep sesuai formularium 100%
Hasil waktu tunggu pelayanan obat jadi dapat dihitung dari jumlah numerator
dibagi dengan jumlah dominator, kemudian hasilnya dibandingkan dengan standar
yang tertera di SPM yaitu ≤ 30 menit.
Hasil waktu tunggu pelayanan obat racikan dapat dihitung dari jumlah
kumulatif waktu tunggu pelayanan obat racikan dalam satu bulan dibagi dengan
jumlah pasien, kemudian hasilnya dibandingkan dengan standar yang tertera di SPM
yaitu ≤ 60 menit.
Tidak adanya kejadian kesalahan pemberian obat merupakan harapan dari
pasien kepada petugas instalasi farmasi karena kesalahan pemberian obat dapat
menyebabkan cedera serius atau kematian yang tidak terkait dengan proses patologis
penyakit pasien.
Kepuasan pelanggan merupakan pernyataan puas dari pelanggan terhadap
pelayanan farmasi yang diberikan. Penilaian kepuasan dapat dihitung berdasarkan
hasil penilaian tingkat harapan dan hasil penilaian kinerja, kemudian hasil dari
penilaian dibandingkan dengan standar yang tertera pada SPM yaitu ≥ 80%.
F. Ketepatan dan kesalahan Dalam Pelaksanaan Pemberian Obat
Menurut Australia Commission on Safety and Quality in Health Care dalam
Patient Safety in Primary Health Care, definisi kesalahan pemberian dosis adalah
kejadian yang dapat dicegah yang dapat mengakibatkan penggunaan dosis yang tidak
tepat atau membahayakan pasien saat pemberian dosis berada di bawah kendali
professional kesehatan, pasien, atau pengguna. Menurut The National Coordinating
Council for Medication Error Reporting and Prevention (NCCMERP), kesalahan
dosis salah satunya meliputi metode dan system seperti : peresepan obat; komunikasi
antar sesama tenaga profesional kesehatan; pelabelan, produk dan penamaan,
formulasi; komposisi; distribusi; pemberian obat; edukasi; pemantauan dan
penggunaan obat. Hal tersebut juga diungkapkan oleh Departemen Kesehatan RI
dalam Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1027/MENKES/SK/IX/2004 yang menyebutkan bahwa

G. Waktu Tunggu Pelayanan


Dalam penyajian waktu tunggu pelayanan resep dilakukan penghitungan
waktu dimulai dari saat pasien menyerahkan resep ke petugas apotek sampai
pasien tersebut menerima obat kembali.
Waktu tunggu pelayanan resep dibagi menjadi dua yaitu waktu tunggu
pelayanan resep obat jadi dan waktu tunggu pelayanan resep obat racikan. Menurut
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 129 Tahun 2008 Tentang Standar Pelayanan
Minimum Rumah Sakit dijelaskan bahwa waktu tunggu pelayanan resep obat jadi
adalah tenggang waktu mulai pasien menyerahkan resep sampai dengan menerima
obat jadi, sedangkan waktu tunggu pelayanan resep obat racikan adalah tenggang
waktu mulai pasien menyerahkan resep sampai dengan menerima obat racikan.
Waktu pengerjaan resep racikan membutuhkan waktu yang lebih lama
dibanding dengan resep obat jadi dimana ada waktu tambahan yang
diperlukan untuk melakukan perhitungan obat yang dibutuhkan dan adanya proses
peracikan obat (Nurjanah, 2016). Rata-rata waktu tunggu pelayanan resep
tersebut telah memenuhi standar pelayanan minimal yang ditentukan oleh
Kepmenkes RI No. 129 Tahun 2008, yang mana standar waktu tunggu pelayanan
resep obat jadi adalah ≤ 30 menit dan untuk obat racikan ≤ 60 menit.
Pitoyo (2016) menjelaskan bahwa pengerjaan resep yang efektif untuk
menghindari kejadian kesalahan pemberian obat dengan melakukan telaah resep pada
3 tahapan yaitu pertama pada tahap penyiapan obat, kedua pada tahap
pemberian etiket obat dan yang terakhir pada tahap pemberian KIE dan
penyerahan obat ke pasien.
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Standar Pelayanan Kefarmasian adalah tolok ukur yang digunakan sebagai
pedoman awal bagi tenaga kefarmasian untuk melaksanakan pelayanan kefarmasian.
Praktek pelayanan kefarmasian merupakan kegiatan yang terpadu dengan tujuan
untuk mengidentifikasi, mencegah dan menyelesaikan masalah obat dan masalah yang
berhubungan dengan kesehatan.

Standar Pelayanan Kefarmasian di rumah sakit ini bertujuan untuk :

1) Peningkatan mutu pelayanan kefarmasian.


2) Menjamin kepastian hukum bagi tenaga kefarmasian.
3) Melindungi pasien dan masyarakat dari penggunaan obat yang tidak
rasional dalam rangka keselamatan pasien (patient safety).

Menurut Permenkes RI nomor 129 Tahun 2008 tentang standar


pelayanan minimal rumah sakit, standar pelayanan farmasi rumah sakit adalah
waktu tunggu pelayanan obat jadi adalah ≤ 30 menitdan obat racikan adalah ≤ 60
menit, tidak adanya kejadian kesalahan pemberian obat adalah 100%, kepuasan
pelanggan adalah ≥ 80%, serta penulisan resep sesuai formularium adalah 100%.

Menurut Australia Commission on Safety and Quality in Health Care dalam


Patient Safety in Primary Health Care, definisi kesalahan pemberian dosis adalah
kejadian yang dapat dicegah yang dapat mengakibatkan penggunaan dosis yang tidak
tepat atau membahayakan pasien saat pemberian dosis berada di bawah kendali
professional kesehatan, pasien, atau pengguna.

Dalam penyajian waktu tunggu pelayanan resep dilakukan penghitungan


waktu dimulai dari saat pasien menyerahkan resep ke petugas apotek sampai
pasien tersebut menerima obat kembali. Waktu tunggu pelayanan resep dibagi
menjadi dua yaitu waktu tunggu pelayanan resep obat jadi dan waktu tunggu
pelayanan resep obat racikan.
Waktu pengerjaan resep racikan membutuhkan waktu yang lebih lama
dibanding dengan resep obat jadi dimana ada waktu tambahan yang
diperlukan untuk melakukan perhitungan obat yang dibutuhkan dan adanya proses
peracikan obat. pengerjaan resep yang efektif untuk menghindari kejadian
kesalahan pemberian obat dengan melakukan telaah resep pada 3 tahapan yaitu
pertama pada tahap penyiapan obat, kedua pada tahap pemberian etiket
obat dan yang terakhir pada tahap pemberian KIE dan penyerahan obat ke
pasien.

B. Gagasan
 Menurut Menurut Aulia Mir’atu di guna mempercepat layanan di farmasi
dengan menambah petugas farmasi tatapi dengan sebuah keahlian dan faham
tentang ilmu farmasi/ obat obatan. obat-obatan pada pasien jaminan akan
mempengaruhi kecepatan dalam pelayanan pasien jaminan. Jika petugasdan
dokter hafal akan obat-obatan yang ditanggung oleh jaminan maka pengerjaan
resep obat pasien jaminan akan menjadi lebih cepat. Bahwa ketrampilan dan
pengetahuan petugas cukup membantu dalam pelayanan resep obat.
 Menurut Rulli Ramdani mempercepat layanan di farmasi dengan memgambil
tenaga administrasi khusus sehingga tidak mengganggu tugas asisten apoteker
dalam proses pelayanan resep. Tenaga administrasilah yang seharusnya
mengurus soal data obat dan memeriksa kelengkapan berkas-berkas pasien.
Jadi jangan sampai asisten apoteker mengurus soal berkas pasien, karena
apabila asisten apoteker mengurus berkas pasien maka tugas nya akan
terbengkalai dan kepuasan pasien dalam pelayanan nya tidak penuhi.
 Menurut Hary Fauzia Kamal, untuk mempercepat layanan di bagian farmasi
dengan menerapkan lean six sigma untuk lebih meningkatkan efisiensi waktu
dan kinerja petugas di Instalasi Farmasi. Lalu tenaga di Instalasi farmasi juga
harus yang sudah berpengalaman karena pengalaman sangat berpengaruh
terhadap pelayanan di farmasi dan juga jumlah tenaga di bagian farmasi harus
tercukupi serta kualifikasi yang memadai
 Menurut Restu Alya, untuk mempercepat pelayanan di farmasi adalah dengan
melakukan pelayanan resep yang menggunakan sistem triage. Pada sistem ini,
resep-resep sederhana yang terdiri dari resep paten dan tidak lebih dari 3 jenis
obat serta resep yang berasal dari UGD, ICU, dan HCU akan lebih
diprioritaskan pengerjaanya dibanding resep yang lain. Sehingga, pasien
dengan resp tersebut akan dapat segera dilayani tanpa menunggu antrian
walaupun tidak sesuai nomor urutnya, dan untuk menghindari komplain pasien
dengan digunakannya sistem ini, maka sebaiknya dilakukan sosialisasi dengan
membuat tulisan yang ditempel pada dinding ruang tunggu apotek mengenai
dijalankannya sistem triage ini.
 Menurut
 Menurut
DAFTAR PUSTAKA

Krisnadewi, A. K., Subagio, P. B., & Wiratmo, W. (2014). Evaluasi Standar Pelayanan
Minimal Instalasi Farmasi RSUD Waluyo Jati Kraksaan Sebelum dan Sesudah Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan. Pustaka Kesehatan, 2(2), 192-198.

Fahrizal, H. M., Widodo, G. P., & Andayani, T. M. (2018). Analisis Pelaksanaan Standar
Pelayanan Minimal (SPM) Rumah Sakit Bidang Farmasi di Instalasi Farmasi Rumah
Sakit Umum Daerah Muara Teweh Tahun 2016. Jurnal Farmasi & Sains
Indonesia, 1(1), 1-7.

NOVERICA, V. T. Standar Pelayanan Minimal (SPM) Farmasi Unit Rawat Jalan di Rumah
Sakit Umum Kaliwates Kabupaten Jember (Doctoral dissertation, Fakultas Kesehatan
Masyarakat).

Anda mungkin juga menyukai