Anda di halaman 1dari 9

JURNAL

EVALUASI MASALAH TERKAIT OBAT PADA PASIEN


DIABETES MELITUS II DENGAN GAGAL GINJAL KRONIK
DI RAWATAN INAP RSUP DR. M. DJAMIL PADANG

Disusun oleh :
Muhamad Rafi Junjunan
( 21001143)

PROGRAM STUDI REKAM MEDIS INFORMATIKA KESEHATAN


POLITIK KESEHATAN YAYASAN BINA ADMINISTRASI
BANDUNG
2022

72
Jurnal Farmasi Higea, Vol. 14, No. 1, 2022

Evaluasi Masalah Terkait Obat pada Pasien Diabetes Melitus


Tipe II dengan Gagal Ginjal Kronik di Rawatan Inap
RSUP DR. M. Djamil Padang

Widya Kardela1*, Rezlie Bellatasie 1, Nurayni 1, Erlina Rustam2

1
Departemen Farmakologi dan Farmasi Klinik, Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi STIFARM, Padang, Indonesia
2
Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas, Padang, Indonesia
*E-mail: kardelawidya@stifarm-padang.ac.id

Abstrak
Penyakit metabolik akibat adanya kelainan insulin, kerja insulin atau keduanya yang dikenal dengan istilah
diabetes melitus (DM) tipe 2 menyebabkan komplikasi mikrovaskular salah satunya penyakit gagal ginjal kronik.
Penatalaksanaan farmakologi untuk kondisi ini berpotensi menimbulkan kejadian masalah terkait obat. Tujuan
dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi masalah terkait obat pada penggunaan obat antidiabetes dan
antihipertensi pada pasien DM tipe 2 dengan komplikasi gagal ginjal kronik di rawat inap RSUP DR. M. Djamil
Padang periode Januari-Desember 2021. Jenis penelitian non eksperimental dengan rancangan deskriptif
menggunakan metode cross sectional dan pengambilan data bersifat retrospektif. Masalah terkait obat di
identifikasi berdasarkan klasifikasi Pharmaceutical Care Network Europe V.05 (PCNE). Hasil evaluasi masalah
terkait obat terhadap 23 pasien terdapat dua kategori masalah terkait obat yang teridentifikasi yaitu masalah
interaksi obat potensial sebanyak 35 kejadian (59%) dan masalah dosis atau frekuensi terlalu tinggi sebanyak 24
kejadian (41%). Berdasarkan hasil penilaian dan identifikasi masalah terkait obat, maka perlu adanya pencegahan
dan manajemen masalah terkait obat pada pasien diabetes melitus tipe 2 dengan gagal ginjal kronik.
Kata kunci : Diabetes melitus tipe 2; Gagal ginjal kronik; Masalah terkait obat; PCNE

Abstract
Diabetes mellitus (DM) is a metabolic disease that occurs due to defects in insulin, insulin action, or both. Type
2 Diabetes Mellitus can cause microvascular complication, one of them is chronic kidney disease. The
complication disease often receives multiple medications and this can be the cause of drug-related problems. The
purpose of this study was to address drug-related problems in the use of antidiabetic and antihypertensive drugs
in type 2 diabetes mellitus patients with chronic kidney disease in inpatients at RSUP DR. M. Djamil Padang
period January-December 2021. This type of research is non-experimental with a descriptive design using a
crosssectional method. Retrieval of data is retrospective originating from the patient's medical record. The
demographic, disease and treatment data of T2DM patients chronic kidney disease were collected and analysed.
Pharmaceutical Care Network Europe V.05 (PCNE) was used to identified drug related problems in 23 patients.
The results of the evaluation of problems related to two categories of drug-related problems were found, namely
potential drug interaction problems as many as 35 events (59%) problems and dose or frequency too high as many
as 24 events (41%). Hence, assessment and identification of categorize DRPs may heighten the prevention and
management DRPs in T2DM patients.
Keywords: Diabetes Mellitus Type 2; Chronic kidney disease; Drug related problems; PCNE

PENDAHULUAN keduaduanya (Soelistijo et al., 2015).


Prevalensi pada tahun 2018 menunjukkan
Diabetes mellitus (DM) penduduk Sumatera barat yang menderita
merupakan suatu kelompok penyakit DM adalah 1,6% dari 5,48 jiwa dan
metabolik dengan karakteristik menjadikan Sumatera Barat berada pada
hiperglikemia yang terjadi karena kelainan urutan ke-11 dari 33 provinsi berdasarkan
sekresi insulin, kerja insulin atau prevalensi DM tertinggi se-Indonesia
(Kemenkes Republik Indonesia, 2018).

73
Jurnal Farmasi Higea, Vol. 14, No. 1, 2022

DM tipe 2 sering menyebabkan dan evaluasi terhadap masalah DRP’s yang


komplikasi makrovaskular dan terjadi serta mencegah terjadinya masalah
mikrovaskular. Komplikasi makrovaskular terkait obat agar tercapainya tujuan terapi
terjadi karena adanya resistensi insulin, jangka panjang DM tipe 2. Dengan
keadaan ini terjadi pada penderita DM tipe demikian, peneliti tertarik melakukan
2 yang menderita hipertensi, dislipidemia penelitian tentang evaluasi masalah terkait
dan kegemukan. Sedangkan komplikasi obat pada pasien DM Tipe 2 komplikasi
mikrovaskular lebih disebabkan oleh gagal ginjal kronik di rawatan inap RSUP
hiperglikemia kronik. Komplikasi DR. M. Djamil Padang.
mikrovaskular antara lain retinopati,
nefropati, dan neuropati (Decroli, 2019; METODE
Kemenkes Republik Indonesia, 2005). Penelitian merupakan jenis
DM tipe 2 yang berkomplikasi penelitian non eksperimental dengan
menjadi nefropati diabetik akan menjadi rancangan deskriptif yang bersifat
salah satu faktor terjadinya gagal ginjal retrospektif, dan menggunakan metode
kronik (GGK). Nefropati diabetik atau cross sectional. Data diambil dari data
penyakit ginjal diabetik, merupakan suatu rekam medik pasien DM tipe 2 dengan
komplikasi penyakit DM tipe 2 yang tidak komplikasi gagal ginjal kronik yang dirawat
terkendali dengan baik. Dari kadar glukosa inap di RSUP DR. M. Djamil Padang pada
yang tinggi menyebabkan terjadinya periode JanuariDesember 2021.
glikosilasi protein membran basalis,
sehingga terjadi penebalan selaput Penetapan Populasi dan Sampel 1.
membran basalis, dan terjadi pula Populasi
penumpukkan zat serupa glikoprotein Populasi dari penelitian ini adalah
membran basalis pada mesangium sehingga seluruh pasien dengan diagnosa utama
lambat laun kapiler-kapiler glomerulus penyakit Diabetes Mellitus tipe 2
terdesak, dan aliran darah terganggu yang komplikasi gagal ginjal kronik di rawat
dapat menyebabkan glomerulosklerosis dan inap RSUP DR. M. Djamil Padang
hipertrofi nefron yang akan menimbulkan periode Januari-Desember 2021 2.
nefropati diabetik. Apabila berada pada Sampel
stadium lanjut, kondisi nefropati diabetik Sampel dari penelitian ini adalah pasien
ini akan mengakibatkan pasien menderita rawat inap dengan penyakit Diabetes
gagal ginjal kronik (Rivandi & Yonata, Mellitus tipe 2 dengan komplikai gagal
2015). ginjal kronik yang memenuhi kriteria
Penyakit komplikasi dapat Inklusi dengan metode purposive
berpotensi menimbulkan kejadian masalah sampling.
terkait obat (Stevani et al., 2019). Drug
Related Problems (DRP’s) atau dikenal Kriteria Inklusi dan Ekslusi
dengan permasalahan terkait dengan 1. Kriteria inklusi
pengobatan ialah suatu kejadian atau a. Pasien dengan penyakit DM tipe 2
keadaan yang berikatan dengan terapi obat, komplikasi gagal ginjal kronik.
yang secara potensial maupun aktual b. Pasien yang dirawat inap di RSUP
memengaruhi luaran klinis pasien. DRP’s DR. M. Djamil Padang yang
dapat menyebabkan morbiditas dan mendapatkan terapi antidiabetik dan
mortalitas yang signifikan serta antihipertensi.
berkontribusi terhadap meningkatnya biaya 2. Kriteria eksklusi
Kesehatan (Andayani, 2019). a. Pasien DM tipe 2 dengan keadaan
Frekuensi kejadian DRP’s yang hamil.
tinggi membutuhkan pemantauan berkala

74
Jurnal Farmasi Higea, Vol. 14, No. 1, 2022

b. Pasien DM tipe 2 yang c. Pengisian lembar pengumpulan data


terkonfirmasi covid-19 dan post sesuai dengan rekam medik pasien.
covid-19.
c. Rekam medis yang tidak lengkap, Adapun data yang dibutuhkan pada rekam
hilang dan tidak jelas. medik antara lain:
1) Data karakteristik pasien berupa nomor
rekam medik, nama pasien, jenis
kelamin, umur, berat badan, tinggi
PROSEDUR PENELITIAN badan.
Permohonan kaji etik di bagian uji 2) Data klinis berupa diagnosa penyakit
etik RSUP DR. M. Djamil Padang. pasien dan pemeriksaan laboratorium.
Penelitian ini dinyatakan lulus kaji etik (No 3) Data penggunaan obat : obat yang
: 471/KEPK/2021). digunakan, dosis obat, frekuensi
pemakaian dan lama pemberian.
Pengumpulan data penelitian dilakukan
dengan alur sebagai berikut :
HASIL DAN PEMBAHASAN
a. Pengambilan data pasien DMT2 Tabel 1 memperlihatkan
komplikasi gagal ginjal kronik bulan karakteristik sosiodemografi pasien DM
Januari – Desember 2021. tipe 2 dengan gagal ginjal kronik adalah
b. Pemilihan pasien yang masuk ke dalam pasien perempuan sebanyak 16 pasien
kriteria inklusi. (70%) dan pasien pria sebanyak 7 pasien
Tabel 1. Data karakter sosiodemografi pasien diabetes melitus tipe 2 dengan gagal ginjal kronik

No Karakter sosiodemografi Persentase (n)


1 Laki-laki 30% (7)
Perempuan 70% (16)

2 36-45 tahun 18% (4)


46-55 tahun 26% (6)

56-65 tahun 52% (12)

≥ 65 tahun 4% (1)

3 Penyakit Komorbid Anemia


33% (8)
Hipertensi 20% (11)

Hiponatremia 17% (9)

Hiperkalemia, CAP, ISK, asidosis metabolik 13% (7)

Hipoalbuminemia, HAP, hipercoagulable state 9% (5)

Hipokalemia, dislipidemia 6% (3)

Efusi pleura 2% (1)

4 Profil Penggunaan Obat Glikuidon


30 % (6)
Novorapid 10% (2)

Insulin Levemir + insulin novorapid 45% (9)


75+ Glikuidon
Insulin Levemir + insulin novorapid 5% (1)

Insulid novorapid + glikuidon 10% (2)


Jurnal Farmasi Higea, Vol. 14, No. 1, 2022

(30%). Kelompok umur 36-45 tahun Berdasarkan kelompok usia


sebanyak 4 pasien (18%), kelompok umur didapatkan pasien dengan kelompok usia
46-55 tahun sebanyak 6 pasien (26%), lansia akhir (56-65 tahun) adalah rentang
kelompok umur 56-65% tahun sebanyak 12 kelompok usia yang paling tinggi terkena
pasien (52%), dan pasien dengan kelompok diabetes melitus yaitu sebanyak 12 pasien
umur ≥ 65 tahun sebanyak 1 pasien (4%). (52%), dibandingkan dengan kelompok
Distribusi penyakit komorbid pada pasien usia dewasa akhir (36-45 tahun) sebanyak 4
DM tipe 2 komplikasi gagal ginjal kronik pasien (18%), kelompok usia lansia awal
yang paling banyak terjadi yaitu anemia (46-55 tahun) sebanyak 6 pasien (26%), dan
sebanyak 18 pasien (33%), hipertensi 11 kelompok usia manula (> 65 tahun)
pasien (20%), hiponatremia 9 pasien (17%), sebanyak 1 pasien (4%). Hal ini sejalan
hiperkalemia, community-assosiated dengan penelitian yang dilakukan oleh
pneumonia (CAP), infeksi saluran kemih Kardela et al (2019) yang menunjukkan
(ISK), asidosis metabolik 7 pasien (13%), prevalensi paling banyak pada rentang usia
hipoalbuminemia, hospital-assosiated lansia akhir (56-65 tahun). Semakin
pneumonia (HAP), hipercoagulable state 5 bertambahnya usia terdapat penurunan
pasien (9%), hipokalemia dan dislipidemia aktivitas mitokondria di sel-sel otot
3 pasien (6%), efusi pleura 1 pasien (2%). sebanyak 35%, hal ini berhubungan
Distribusi penggunaan obat antidiabetes peningkatan kadar lemak di otot sebesar
pada pasien DM tipe 2 komplikasi gagal 30% dan memicu terjadinya resistensi
ginjal kronik yaitu obat diabetes tunggal insulin (Samiyah, 2017). Risiko DM tipe 2
sebanyak 8 pasien (40%) dan obat diabetes mengalami peningkatan pada usia 56-65
kombinasi sebanyak 12 pasien (60%). tahun yang memiliki hubungan erat dengan
penurunan fungsi tubuh dalam
Evaluasi masalah terkait obat memetabolisme glukosa (American
Diabetes Association, 2020).
Berdasarkan data yang diperoleh Kebanyakan pasien DM tipe 2
karakteristik pasien DM tipe 2 komplikasi memiliki penyakit komorbid. Penyakit
gagal ginjal kronik berdasarkan jenis komorbid yang paling mendominan diderita
kelamin yang paling banyak terjadi yaitu oleh pasien DM komplikasi gagal ginjal
pada wanita sebanyak 16 pasien (70%) dan kronik adalah anemia sebanyak 18 pasien.
sisanya pada pria sebanyak 7 pasien (30%). Ginjal bertanggung jawab untuk
Hal ini sejalan dengan penelitian yang mensekresi 90% dari erythropoietin
dilakukan oleh Riskesdas pada tahun 2018 hormon endogen, karena itu penurunan
yang menunujukkan prevalensi penderita fungsi ginjal dapat juga menyebabkan
diabetes mellitus lebih besar pada wanita penurunan konsentrasi serum
(1,8%) dibandingkan dengan pria (1,2%). erythropoietin. Hormon erythropoietin atau
Hal yang menyebabkan wanita memiliki EPO adalah hormon yang berfungsi untuk
risiko lebih tinggi terkena diabetes ialah mengatur produksi sel darah merah di
karena wanita memiliki peluang sumsum tulang. Akibat dari penurunan
peningkatan masa indeks masa tubuh yang erythropoietin adalah terjadinya anemia.
lebih besar, sindroma siklus bulanan Anemia biasanya terjadi pada gagal ginjal
(premenstrual syndrome) dan kronik stage 3 dan menjadi lebih umum
pascamenopouse yang mengakibatkan pada tahap 4 dan 5 (Samiyah, 2017).
distribusi lemak tubuh menjadi mudah Pemakaian obat antidiabetes
terakumulasi akibat proses hormonal tunggal yang paling banyak digunakan
tersebut adalah glikuidon sebanyak 6 pasien (30%),
(Hongdiyanto et al., 2014). obat antidiabetes tunggal lainnya yang

76
Jurnal Farmasi Higea, Vol. 14, No. 1, 2022

digunakan adalah insulin novorapid kendali glukosa darah yang baik dengan
sebanyak 2 pasien (10%). Sedangkan obat dosis insulin yang tidak terlalu besar
antidiabetes kombinasi yang paling banyak (Perkumpulan Endokrin Indonesia, 2019).
digunakan adalah kombinasi insulin Profil pengobatan gagal ginjal
levemir dan insulin novorapid sebanyak 9 kronik diklasifikasikan berdasarkan
pasien (45%), kemudian kombinasi insulin penyebabnya, yaitu diabetes melitus dan
novorapid dan glikuidon sebanyak 2 pasien hipertensi. Obat antihipertensi dapat
(10%), terakhir kombinasi insulin digolongkan menjadi beberapa golongan
novorapid, insulin levemir dan glikuidon yaitu golongan diuretik, ACEi/ARB, beta
sebanyak 1 pasien (5%). blockers, calcium channel blockers,
Glikuidon merupakan obat vasodilator, dan centrally-acting agents.
antidiabetes tunggal yang digunakan pada Obat antihipertensi yang digunakan pada
pasien DM tipe 2 komplikasi gagal ginjal pasien yang memenuhi kriteria inklusi pada
kronik di RSUP DR. M. Djamil Padang. Hal penelitian ini antara lain amlodipin,
ini disebabkan karena hampir semua pasien candesartan, carvedilol, clonidin dan
penderita diabetes mellitus yang disertai furosemid.
dengan gagal ginjal kronik masuk dalam Masalah terkait obat di identifikasi
stadium tiga sampai lima (Samiyah, 2017). berdasarkan klasifikasi Pharmaceutical
Obat dengan golongan sulfonilurea Care Network Europe V.05 (PCNE) yang
dimetabolisme di hati, beberapa dalam terdiri dari 6 kelompok utama
bentuk metabolit aktif dan beberapa lainnya permasalahan, yaitu reaksi yang merugikan,
dalam bentuk metabolit inaktif (Dipiro et masalah pemilihan obat, masalah dosis,
al.,20015). Oleh karena itu glikuidon aman masalah penggunaan obat, interaksi dan
digunakan pada pasien yang mengalami masalah lainnya. Identifikasi masalah
gagal ginjal kronik. Pemilihan obat terkait obat dilakukan dengan cara merujuk
golongan sulfonilurea juga bisa disebabkan pada literatur Drug Information Handbook,
karena sulfonilurea adalah pilihan obat American Diabetes Association (ADA),
utama setelah metformin yang dapat aplikasi Medscape, website drugs.com, dan
diberikan secara monoterapi (Dipiro et perkumpulan endokrin Indonesia
al.,20015). (PERKENI).
Injeksi insulin novorapid juga Permasalahan terkait obat pada
digunakan baik penggunaan tunggal pasien DM tipe 2 komplikasi gagal ginjal
maupun penggunaan kombinasi. Ini kronik berdasarkan PCNE V5 terdapat pada
disebabkan karena injeksi novorapid domain primer interaksi obat dan dosis.
memiliki kerja yang cepat (rapid acting). Interaksi obat potensial sebanyak 35
Insulin kerja cepat dapat memberikan efek kejadian (59%) dan masalah dosis diatas
penurunan kadar glukosa postprandial yang dosis terapi sebanyak 24 kejadian (41%).
lebih cepat dibandingkan insulin reguler Penyesuaian dosis pada pasien
(Perkumpulan Endokrin Indonesia, 2019). dengan gagal ginjal kronik perlu dilakukan.
Penggunaan kombinasi insulin Penggunaan insulin pada pasien dengan
biasanya dikarenakan efek kerja dari insulin GFR >50 mL/min diberikan 100% dari
kerja cepat hanya menurunkan kadar dosis normal, sedangkan untuk pasien
glukosa darah 20 menit setelah dengan GFR 10-5- mL/min diberikan 75%
penyuntikan, karena itu diperlukan insulin dari dosis normal, selanjutkan untuk pasien
kerja panjang untuk membuat kadar dengan GFR <10 mL/min diberikan 50%
glukosa darah menjadi stabil dalam sehari. dari dosis normal (Golightly et al., 2021).
Dengan pendekatan terapi kombinasi Kriteria dosis terlalu tinggi adalah
tersebut, pada umumnya dapat diperoleh pemakaian dosis diatas nilai batas dosis

77
Jurnal Farmasi Higea, Vol. 14, No. 1, 2022

yang lazim digunakan (sesuai dikategorikan dalam permasalahan terkait


rekomendasi). Pemberian dosis berlebih obat yaitu interaksi aktual.
dapat menyebabkan efek toksik yaitu efek Sebagai contoh, potensial interaksi
yang dapat menimbulkan keracunan major ditemukan antara obat amlodipin
(Nazilah et al., 2017). dengan simvastatin. Menggabungkan 2 obat
Salah satu masalah yang ditemukan ini secara bersamaan dapat meningkatkan
pada pemberian injeksi novorapid sebanyak kadar simvastatin dalam darah secara
4 unit, setelah dihitung hasil insulin harian signifikan. Meningkatnya kadar simvastatin
total pasien tersebut dengan cara dalam darah dapat memberikan efek
mengkalikan insulin harian total (0,5) samping berupa kerusakan hati (Charles et
dengan berat badan pasien (60kg) di al.,2013). Setelah dilakukan pengecekan
dapatlah jumlahnya 30. Novorapid ulang pada catatan rekam medis dan hasil
termasuk insulin prandial, yang mana ini lab, efek tersebut tidak ditemukan pada
adalah insulin yang digunakan setelah pasien sehingga dikategorikan ke dalam
makan dan termasuk insulin kerja cepat masalah terkait obat interaksi potensial.
sehingga penggunaan insulin ini akan Interaksi obat dapat didefinisikan
dibagi menjadi 3x dalam sehari, untuk sebagai kejadian dimana suatu zat
insulin prandial memiliki rumus yaitu 60% mempengaruhi aktivitas obat. Interaksi
x jumlah insulin harian total yaitu 60% x 30 antar obat dapat terjadi pada pemberian obat
= 18. Dalam artian insulin yang digunakan kombinasi dan menghasilkan respon
dalam sehari adalah 18 unit, novorapid farmakologi atau klinik yang berbeda dari
digunakan 3 kali sehari, jadi insulin normal respon farmakologi masing-masing obat
yang diberikan pada pasien adalah 6 unit tersebut apabila diberikan secara tunggal.
untuk sekali penggunaan. Pasien yang Dalam mengevaluasi interaksi obat, yang
memiliki GFR 4,54 ml/min/1,73m2, perlu diperhatikan adalah signifikansi
menurut literatur penggunaan insulin pada interaksi. Signifikansi berhubungan degan
pasien gagal ginjal kronik dengan GFR <10 jenis dan besarnya efek yang menentukan
mL/min, dosis diberikan 50% dari dosis kebutuhan monitoring pasien dan perlu
normal, sehingga insulin yang seharunya tidaknya pengubahan terapi untuk
diberikan pada pasien adalah 3 unit untuk mencegah efek yang merugikan (Anggriani
sekali penggunaan. et al., 2016). Tingkat signifikansi interaksi
Interaksi obat dapat diidentifikasi obat terbagi menjadi tiga yaitu minor,
dengan cara mengecek interaksi seluruh moderate dan major. Tingkat minor adalah
obat antidiabetes dan antihipertensi yang interaksi yang tidak begitu berbahaya, bisa
digunakan pada pasien dengan diatasi dengan baik. Tingkat signifikansi
menggunakan website drugs.com. Dari moderate adalah interaksi yang dihindari,
hasil interaksi yang ditemukan kemudian jika tetap digunakan harus memerlukan
dilakukan pengecekan apakah obat yang pemantauan yang cukup ketat. Tingkat
berinteraksi tersebut dipakai dalam waktu signifikansi major adalah interaksi yang
yang bersamaan. Jika ada obat yang paling harus dihindari karena bersifat
berinteraksi dan digunakan dalam waktu membahayakan, dapat menyebabkan
yang bersamaan maka dikategorikan dalam kerusakan permanen dan dapat
permasalahan terkait obat yaitu interaksi menyebabkan kematian (Samiyah, 2017).
potensial. Kemudian dilakukan pengecekan Pada penelitian ini terdapat
lagi pada catatan rekam medis pasien dan beberapa keterbatasan yaitu dikarenakan
hasil lab, apakah efek samping dari penelitian ini bersifat retrospektif sehingga
interaksi tersebut terdapat pada keluhan peneliti tidak bisa bertemu langsung dengan
pasien ataupun dari hasil lab, maka pasien dan sumber data yang di dapatkan

78
Jurnal Farmasi Higea, Vol. 14, No. 1, 2022

hanya dari catatan rekam medik sehingga


ada beberapa kategori masalah terkait obat
menurut PCNE V5 yang tidak dapat
diidentifikasi. Keterbatasan lainnya adalah
pencatatan pada catatan rekam medis tidak
terlalu rapi dan tidak berurutan serta ada
beberapa catatan rekam medis yang hilang
atau tidak lengkap.
Penelitian ini dapat dijadikan
perhatian khusus terutama bagi apoteker
untuk mengidentifikasi masalah terkait
obat. Pada penelitian ini banyak ditemukan
masalah interaksi obat dan masalah dosis
yang diketahui dapat mengganggu
tercapainya tujuan terapi yang diharapkan.
Peran apoteker sangat penting dalam
mengevaluasi masalah terkait obat ini untuk
mecegah terjadinya masalah terkait obat
yang potensial maupun masalah terkait obat
yang aktual.
Penelitian lebih lanjut diharapkan
adanya keterlibatan dari seluruh tenaga
kesehatan dalam menganalisa masalah
terkait obat, sehingga evaluasi dapat
dilakukan secara menyeluruh dan tujuan
terapi dapat tercapai. Tujuan akhir dari
masalah terkait obat yaitu menurunnya
morbiditas dan mortalitas pada pasien.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan pada pasien DM tipe 2
komplikasi gagal ginjal kronik di RSUP
DR. M. Djamil Padang periode
JanuariDesember 2021 diperoleh dari 23
pasien yang memenuhi kriteria inklusi di
dapatkan pasien yang mengalami masalah
terkait obat antidiabetes dan antihipertensi
terdapat pada domain primer interaksi obat
dan masalah dosis. Interaksi obat potensial
sebanyak 35 kejadian (59 %) dan masalah
dosis diatas dosis terapi sebanyak 24
kejadian (41%).

79
Jurnal Farmasi Higea, Vol. 14, No. 1, 2022

DAFTAR RUJUKAN Kementrian Kesehatan RI, 53(9), 1689–


1699.
American Diabetes Association, A. (2020). Nazilah, K., Rachmawati, E., & Budi Subagijo,
Standards of medical care in diabetes. P. (2017). Identifikasi Drug Related
Turkish Journal of Endocrinology and Problems (DRPs) pada Terapi Diabetes
Metabolism, 14(SUPPL.), 11–16. Melitus Tipe 2 di Instalasi Rawat Inap
Andayani, et al. (2019). Drug Related RSD dr. Soebandi Jember Periode Tahun
Problems: Identifikasi Faktor Risiko dan 2015 (Identification of Drug Related
Pencegahannya (wahyu (ed.)). gadjah Problems (DRPs) for Type 2 Diabetes
mada university press. Mellitus Therapy in Hospitalized Patients.
Anggriani, A., Lisni, I., & Faujiah, D. S. R. Pustaka Kesehatan, 5(3), 413–419.
(2016). Analisis Masalah Terkait Obat Perkumpulan Endokrin Indonesia. (2019).
Pada Pasien Lanjut Usia Penderita Pedoman Pengelolaan dan Pencegahaan
Osteoartritis Di Poli Ortopedi Di Salah DM Tipe 2 Dewasa Indonesia.
Satu Rumah Sakit Di Bandung. Kartika Perkumpulan Endokrinologi Indonesia,
Jurnal Ilmiah Farmasi, 4(2), 13–20. 113.
Charles F. L, Lora L. A dan Morton P. G, Rivandi, J., & Yonata, A. (2015). Hubungan
(2013). Drug Information Handbook. 22th Diabetes Melitus Dengan Kejadian Gagal
ed. USA: Lexi Comp. Ginjal Kronik. Jurnal Majority, 4(9), 27–
Decroli, E. (2019). Diabetes Melitus Tipe 2. 34.
Penerbitan Bagian Ilmu Penyakit Dalam Samiyah, M. (2017). Identifikasi Drug Related
Fakultas Kedokteran Universitas Problems (DRPs) pada Pasien Diabetes
Andalas. Mellitus yang Disertai Dengan Gagal
Dipiro J, Talbert RL, Yee GC, Matzke GR, Ginjal Kronik (Chronic Kidney Disease)
Wells BG, & Posey LM. (2015). di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP)
Pharmacoterapy A Phatophysiologic Fatmawati. Uin Syarif Hidayatullah:
Approach. In AIAA Guidance, Jakarta.
Navigation, and Control Conference. Soelistijo, et al. (2015). Konsensus
Golightly, L. K., Teitelbaum, I., Simendinger, Pengendalian dan Pencegahan Diabetes
B. A., Kiser, T. H., Barber, G. R., & Melitus Tipe 2 di Indonesia 2015. In
Stolpman, N. M. (2021). Renal Perkeni.
Pharmacotherapy. In Renal Stevani, H., Sulfiana, S., & Farid, A. M. (2019).
Pharmacotherapy. Identifikasi Drug Related Problems Pada
Hongdiyanto, A., Yamlean, P. V. Y., & Pasien Diabetes Melitus Tipe II dengan
Supriati, S. (2014). Evaluasi Kerasionalan Komplikasi Hipertensi Di Instalasi Rawat
Pengobatan Diabetes Melitus Tipe 2 Pada Inap Rsud Labuang Baji Kota Makassar
Pasien Rawat Inap Di Rsup Prof. Dr. R. D. Periode Januari-Juni 2016. Media
Kandou Manado Tahun 2013. Farmasi, 13(2), 54.
Pharmacon, 3(2), 77–87.

Kardela, W., Handicka, G., & Abdillah, R.


(2019). Rasionalitas Penggunaan Obat
Diabetes Mellitus Tipe 2 komplikasi
Nefropati di Rumah Sakit Umum Pusat dr.
M.Djamil Padang. Jurnal Farmasi Higea,
11(2), 195.
Kemenkes Republik Indonesia. (2005).
Pharmaceutical Care Untuk Penyakit
Diabetes Mellitus. Departemen Kesehatan
RI, 1–89.
Kemenkes Republik Indonesia. (2018). Hasil
Riset Kesehatan Dasar Tahun 2018.

80

Anda mungkin juga menyukai