Anda di halaman 1dari 8

Studi Kasus.

JIM FKep Volume I Nomor 2 Tahun 2022

MANAJEMEN CHRONIC KIDNEY DISEASE STAGE V e.c DIABETES


MELLITUS TIPE 2: A CASE STUDY
Management of Chronic Kidney Disease Stage V e.c Diabetes Mellitus Type 2: A Case Study
Nisrina Sari1, Cut Husna2, Teuku Samsul Bahri3
1
Mahasiswa Program Studi Profesi Ners, Fakultas Keperawatan Universitas Syiah Kuala
2
Bagian Keilmuan Keperawatan Medikal Bedah, Fakultas Keperawatan Universitas Syiah Kuala
Email: cuthusna@unsyiah.ac.id

ABSTRAK

Chronic Kidney Disease (CKD) merupakan salah satu penyakit kronik dengan masalah kesehatan serius yang
merupakan komplikasi lebih lanjut dari gagal ginjal prarenal, intrarenal dan post renal. Salah satu penyebab
CKD adalah komplikasi dari diabetes mellitus. Tujuan dari studi kasus ini adalah untuk memberikan asuhan
keperawatan pada Ny. T dengan Chronic Kidney Disease stage V et causa diabetes mellitus tipe 2. Hasil
pengkajian didapatkan keadaan umum pasien lemah, dispnea, pucat, peningkatan kadar glukosa darah,
penurunan nafsu makan, infeksi pada luka operasi, nyeri pasca amputasi dan penurunan kekuatan otot. Pada
kasus Ny. T didapatkan masalah keperawatan pola napas tidak efektif, perfusi perifer tidak efektif,
ketidakstabilan kadar glukosa darah, defisit nutrisi, infeksi, nyeri akut, gangguan mobilitas fisik dan defisit
pengetahuan. Intervensi difokuskan mengukur tanda-tanda vital, pemberian posisi semi fowler, melakukan
pijat kaki, monitor GDS, mengajarkan diet 3J (jumlah, jenis dan jadwal), memantau tanda-tanda infeksi,
memberikan kompres dingin, mengajarkan latihan ROM, dan mengedukasi diet yang diprogramkan. Hasil
evaluasi pada Ny T didapatkan pola napas membaik, perfusi perifer meningkat, adanya kestabilan kadar
glukosa darah, status nutrisi membaik, tingkat infeksi menurun, tingkat nyeri berkurang, mobilitas fisik
meningkat, dan pengetahuan terkait diet meningkat.

Kata kunci : Asuhan keperawatan, chronic kidney disease, stage V, diabetes mellitus

ABSTRACT

Chronic Kidney Disease (CKD) is a chronic disease with serious health problems which may result from
prerenal, intrarenal, or postrenal failure. One of the causes of CKD is a complication of diabetes mellitus.
This case study aims to describe the nursing care provided to Ms. T, who was diagnosed with a stage V
Chronic Kidney Disease et causa diabetes mellitus type 2. The results of the study showed that the patient's
general condition was physically weak, dyspnea, looking pale, increased blood glucose levels, decreased
appetite, an infection in the surgical wound, experienced post-amputation pain, and decreased muscle
strength. In the case of Ms. T, the nursing diagnoses found problems such as ineffective breathing patterns,
ineffective peripheral perfusion, unstable blood glucose levels, nutritional deficits, infections, acute pain,
impaired physical mobility, and knowledge deficits. The interventions focused on measuring vital signs,
giving a semi-fowler position, doing foot massage, monitoring GDS, teaching the 3J diet (quantity, type, and
schedule), monitoring signs of infection, giving cold compresses, teaching ROM, and explain the
programmed diet. The evaluation results of Ms. T showed that the patient had an improved breathing pattern,
increased peripheral perfusion, increased stability of blood glucose levels, improved nutritional status,
decreased infection rates, reduced pain levels, increased physical mobility, and increased knowledge related
to diet.

Keywords : Nursing care, chronic kidney disease, stage V, diabetes mellitus

6
Studi Kasus. JIM FKep Volume I Nomor 2 Tahun 2022

LATAR BELAKANG atau CKD stadium akhir (Rivandi & Yonata,


Penyakit ginjal kronis atau Chronic 2015).
Kidney Disease (CKD) telah menjadi Pada CKD yang telah mencapai stadium
masalah kesehatan utama di dunia dengan akhir, ginjal sudah tidak dapat berfungsi lagi
adanya peningkatan kasus secara signifikan sebagaimana mestinya sehingga perlu cara
dan menjadi masalah kesehatan serius. lain untuk membuang zat-zat beracun dari
Berdasarkan data dari World Health dalam tubuh seperti dengan terapi cuci darah
Organization (WHO) (2016) menunjukkan (hemodialisis), Continous Ambulatory
pasien penyakit gagal ginjal baik akut Peritoneal Dialysis (CAPD), dan
maupun kronik mengalami peningkatan transplantasi ginjal (Rosalina & Adelina,
mencapai 50% dari tahun sebelumnya. 2022).
Hasil Riset Kesehatan Dasar Pada pengambilan data oleh penulis
menunjukkan persentase penyakit gagal terhadap insiden CKD di Aceh pada Rumah
ginjal kronik diiIIndonesia 2013 berdasarkan Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin di
diagnosis dokterrppada penduduk usia ≥ 15 ruang Aqsha 3 pada 6 bulan terakhir
tahun sebesar 0,2% dan terjadi peningkatan berjumlah 126 kasus, pada Desember 2021
pada 2018 sebesar 0,38%. Sedangkan berjumlah 19 kasus, Januari 2022 berjumlah
persentase penyakit gagal ginjal kronis di 20 kasus, Februari berjumlah 24 kasus, Maret
provinsi Aceh 2018 berdasarkan diagnosis berjumlah 24 kasus, April berjumlah 19
dokter pada penduduk usia ≥ 15 tahun kasus dan Mei berjumlah 20 kasus.
sebesar 0,49% dan 14,09% diantaranya Penulisan studi kasus ini bertujuan
menjalani terapi hemodialisis (Riskesdas, untuk mengevaluasi asuhan keperawatan
2014; 2019). pada pasien dengan Chronic Kidney Disease
CKD merupakan penyakit ginjal kronis stage V et causa diabetes melitus tipe 2 di
yang terjadi karena adanya penurunan rumah sakit umum daerah dr. Zainoel Abidin
kemampuan ginjal dalam mempertahankan Banda Aceh.
keseimbangan tubuh. Penurunan kemampuan
ginjall tersebut menyebabkan keseimbangan STUDI KASUS
dalammtubuh terganggu, penumpukannssisa Pasien Ny. T berusia 47 tahun diagnosa
metabolisme seperti ureum, dan medis CKD stage V et causa DMT2.
terganggunya keseimbangan cairan dan Keluhan utama: Pasien mengeluh sakit di jari
elektrolit di dalam tubuh. Hal tersebut tangan kirinya yang baru diamputasi, pasien
memerlukan perhatian khusus dari tenaga juga mengeluh lemas, perut kembung, mual,
kesehatan karena dapat membahayakan jiwa tidak bisa BAB, dan tidak nafsu makan.
pasien (Siregar, 2020). Pasien memiliki riwayat DMT2 sejak 10
CKD dapat disebabkan oleh nefropati tahun yang lalu dan riwayat hipertensi sejak
diabetik akibat penyakit Diabetes Mellitus 5 tahunn yang lalu. Pasiennjuga memiliki
(DM) yang tidak terkontroll dan menjadi riwayatt amputasi pada tangan kanan satu
salah satu penyebab kematian terbesar pada bulan yang lalu. Hasil pemeriksaan fisik: TD:
pasien DM. Nefropati diabetik merupakan 170/90 mmHg, nadi 87x/menit, respiratori
suatu komplikasi mikrovaskular yang sering rate 28x/menit, suhu 36,70C, GDS: 134
ditemukan pada pasien DM tipe 1 atau pasien mg/dL, adanya suara napas tambahan ronchi
DM tipe 2 yang ditandai dengan adanya basah dan pasien terpasang nasal kanul 3
mikroalbuminuria (30mg/hari) tanpa adanya L/menit. Hasil pemeriksaan laboratorium
gangguan ginjal, disertai adanya peningkatan tanggal 24 Mei 2022 menunjukkan Hb: 9.7
tekanan darah sehingga mengakibatkan g/dL, Ht: 29 %, eritrosit: 3.6 10/mm3,
menurunnya filtrasi glomerulus dan akhirnya leukosit: 15.01 103/mm3, ureum: 68 mg/dl,
menyebabkan gangguan ginjal tahap akhir dan kreatinin: 3.40 mg/dL. Hasil foto

7
Studi Kasus. JIM FKep Volume I Nomor 2 Tahun 2022

Thoraks menunjukkan adanya cardiomegali Hasil evaluasi hari ke-5 menunjukkan


dan efusi pleura kanan. Kondisi luka post adanya perbaikan pada pola napas yang
amputasi basah, cairan merembes di kasa ditandai dengan dispnea berkurang, pola
berwarna kuning, edema, nyeri, hiperemi, napas teratur, tidak ada sputum, RR: 24 x/m,
dan adanya jaringan nekrosis. tidak ada bunyi napas tambahan, pasien
Masalah keperawatan yang muncul dalam posisi semi-fowler, diberikan oksigen
adalah pola napas tidak efektif, perfusi 3 L/m melalui nasal kanul, dan diberikan
perifer tidak efektif, ketidakstabilan kadar Meropenem 1 gr/8 jam.
glukosa darah, dan defisit nutrisi.
Studi kasus di ruang rawat inap Rumah Perfusi perifer tidak efektif
Sakit X di Banda Aceh, yang dilaksanakan Hasil pengkajian pada masalah perfusi
pada tanggal 31 Mei - 4 Juni 2022. Asuhan perifer tidak efektif, keadaan umum pasien
keperawatan diawali dengan pengkajian dan lemah, tampak pucat, CRT 2 detik, akral
analisis data dengan cara memaparkan fakta dingin, TD: 170/90 mmHg, HR: 87 x/m, Hb:
dan membandingkannya dengan teori serta 10.5 g/dL, dan Ht: 31 %.
dituangkan ke dalam pembahasan. Analisis Perfusi perifer tidak efektif merupakan
yang dilakukan menggunakan narasi dari suatu kondisi dimana terjadinya penurunan
hasil pengkajian, implementasi dan evaluasi. sirkulasi darah pada kapiler yang dapat
menyebabkan terganggunya metabolisme
HASIL tubuh.. Setelah diberikan asuhan keperawatan
Berdasarkan hasil pengkajian fisik, ddiharapkan perfusi periferrmeningkat
observasi, serta data penunjang, maka dengan kriteria hasil denyut nadi
perawat dapat menegakkan 4 prioritas periferrmeningkat, warna kulit pucat
masalah: menurun, pengisian kapiler membaik dan
Pola napas tidak efektif akral membaik.. Implementasi yang
Hasil pengkajian pada masalah pola dilakukan selama 5 hari ialah melakukan
napas tidak efektif, keadaan umum pasien pemeriksaan terhadap sirkulasi perifer pada
lemah, tampak pucat, pola napas tidak pasien, mengidentifikasi adanya faktor risiko
teratur, adanya penggunaan otot bantu terhadap gangguan sirkulasi, melakukan
pernapasan, auskultasi terdengan suara napas pencegahan terhadap infeksi dengan
tambahan ronchi basah, RR: 28 x/m, SPO2: memantau kondisi luka, melakukan pijat
98%, Hb: 10.5 g/dL, dan hasil foto thoraks pada kaki untuk melancarkan sirkulasi,
terdapat cardiomegali dan efusi pleura pada menganjurkan pada pasien untuk minum obat
paru kanan. pengontrol tekanan darah secara teratur, dan
Pola napas tidak efektif merupakan memantau hasil pemeriksaan laboratorium
kondisi dimana pasien mengalami inspirasi secara berkala.
dan atau ekspirasii yang tidak memberikan Hasil evaluasi hari ke-5 menunjukkan
ventilasii adekuatt karena adanya gangguan ada perubahan pada sirkulasi perifer yang
fungsi paru. Setelah diberikan asuhan ditandai dengan keadaan umum pasien
keperawatan diharapkan pola napas membaik lemah, tampak pucat, CRT 2 detik, akral
dengan kriteria hasil dispnea menurun dan dingin, TD: 110/57 mmHg, HR: 89 x/m,
frekuensi napas membaik. Implementasi diberikan Heparin 15000 unit dengan
yang dilakukan selama 5 hari ialah memantau kecepatan 2.1 ml/jam dan diberikan
pola napas, mengauskultasi suara napas Amlodipine 10 mg/24 jam dan Valsartan 80
tambahan, memantau adanya sputum, mg/8 jam. Hasil pemeriksaan laboratorium
memposisikan pasien semi-fowler, dan tanggal 01 Juni 2022 menunjukkan Hb: 8.4
memberikan oksigen 3 L/menit melalui nasal g/dL dan Ht: 25%.
kanul.

8
Studi Kasus. JIM FKep Volume I Nomor 2 Tahun 2022

Ketidakstabilan kadar glukosa darah status nutrisi membaik dengan kriteria hasil
Hasil pengkajian pada masalah porsi makanan yang dihabiskan meningkat,
ketidakstabilan kadar glukosa darah, keadaan nafsu makan membaik, dan bising usus
umum pasien lemah, pasien memiliki riwayat membaik. Implementasi yang dilakukan
DM 10 tahun, pasien post amputasi digiti III selama 5 hari ialah mengukur asupan
manus sinistra dan manus dextra, kondisi makanan pada pasien, menganjurkan untuk
luka post operasi basah, adanya neuropati memakan makanan yang tinggi kalori, rendah
perifer, dan hasil pemeriksaan glukosa darah protein, rendah kalium, rendah natrium dan
134 mg/dL. rendah glukosa dan mengajarkan pasien
Ketidakstabilan kadar glukosa darah kepatuhan terhadap diet yang diprogramkan.
dimana pasien mengalami kenaikan kadar Hasil evaluasi hari ke-5 menunjukkan
glukosa dalam darah dari rentang normal. adanya perbaikan terhadap nutrisi yang
Setelah diberikan asuhan keperawatan ditandai dengan porsi makanan yang
diharapkan kestabilan kadar glukosa dalam dihabiskan pasien adalah 1 porsi, nafsu
darah meningkat dengan kriteria hasil makan meningkat, diberikan diet 1500
lelah/lesu menurun dan kadar glukosa dalam kkal/hari, diet rendah protein 50 ml dan
darah membaik. Implementasi yang diberikan Lansoprazole 30 mg/24 jam,
dilakukan selama 5 hari ialah mengukur Sucralfate sirup 1 sendok/8 jam dan
kadar glukosa darah pasien secara berkala, Ondancetron 4 mg/12 jam.
memonitor adanya tanda dan gejala
hiperglikemia, mengukur intake dan output PEMBAHASAN
cairan, mengajarkan kepada pasien mengenai Menurut Carpenito (2013), masalah
diet 3J (jenis, jumlah, dan jadwal), dan keperawatan yang dapat muncul pada pasien
berkolaborasi terhadap pemberian insulin. CKD yaitu penurunan curah jantung,
Hasil evaluasi hari ke-5 menunjukkan gangguan keseimbangan cairann dan
masih adanya peningkatan pada kadar elektrolit, perubahan nutrisi,, gangguan pola
glukosa dalam darah melebihi rentang nafas, gangguan perfusi jaringan,, intoleransi
normal yang ditandai dengan GDS: 292 aktivitas, kurangg pengetahuan tentang
mg/dl, pasien mengeluh lemas, intake cairan: tindakan medis,, dan risiko tinggi terjadinya
394 ml/24 jam, urine output: 0 , IWL: 600 infeksi.
ml/24 jam, dan diberikan Novorapid 6-6-6-0 Pada kasus Ny. T ditemukan masalah
unit dan Lantus 0-0-0-10 unit. keperawatan pola napas tidak efektif, perfusi
perifer tidak efektif, ketidakstabilan kadar
Defisit nutrisi glukosa darah, dan defisit nutrisi.
Hasil pengkajian pada masalah defisit Pola napas tidak efektif
nutrisi, membran mukosa pucat, bising usus 9 Pada kasus Ny. T, hasil pengkajian
kali/menit, BBBsebelum sakit: 65 kg, BBB berupa keadaan umum pasien lemah,
saat sakit: 60 kg,TTB: 165 cm, IMT: 22.0 kesadaran compos mentis, tampak pucat,
kg/m2, porsi makan yang dihabiskan: ¼ dispnea, pola napas pasien tidak teratur,
porsi, hasil pemeriksaan laboratorium adanya suara napas tambahan ronchi basah,
didapatkan ureum: 68 mg/dL dan kreatinin: pernapasan 28 x/m, saturasi oksigen 98 %,
3.40 mg/dL, dan pasien diberikan diet DM dan hasil foto thoraks menunjukkan adanya
1500 kkal/hari dan diet rendah protein 50 ml cardiomegali dan efusi pleura kanan.
berupa susu. Salah satu komplikasi yang
Defisit nutrisi merupakan kondisi mempengaruhi sistem respirasi yang terjadi
dimana asupan nutrisi tidak cukup untuk pada pasien CKD adalah efusi pleura. Efusi
memenuhi kebutuhan metabolism. Setelah pleura banyak ditemukan pada pasien CKD
diberikan asuhan keperawatan diharapkan stadium akhir yang menjalani hemodialisa.

9
Studi Kasus. JIM FKep Volume I Nomor 2 Tahun 2022

Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya hemoglobin dalam darah (Agustina &
efusi pleura, baik karena faktor dari penyakit Wardani, 2019). Selain hemodialisis terdapat
ginjal kronis itu sendiri seperti adanya cairan faktor lain yang menyebabkan penurunan
berlebih, sindrom nefrotik, dan uremia atau kadar hemoglobin dintaranya adalah
faktor dari luar seperti infeksi bakteri, keadekuatan zat besi dalam ttubuh,
embolisasi paru, dan penyakit autoimun. metabolismee zat besi dalam tubuh,, gizi,
Efusi pleura hampir selalu menunjukkan kehilangan darah,, umur eritrosit yang
gejala yang sama yaitu sesak, sulit untuk memendek akibat uremia, defisiensii asam
mencari penyebab dari efusi tersebut folat, proses inflamasi akut dan kronik, dan
sehingga diperlukan pemeriksaan lebih lanjut hiperparatiroidd berat dengan konsekuensi
(Prastiwi & Wibowo, 2019). fibrosis sumsum tulang.. Selain itu kondisi
Tindakan yang dilakukan perawat komorbiditas seperti hemoglobinopatii dapat
adalah memantau pola napas, mengauskultasi memperburuk anemia (Agustina & Purnomo,
adanya bunyi napas tambahan, 2018).
mengauskultasi adanya sputum, Tindakan yang dilakukan perawat
memposisikan pasien secara semi-fowler dan adalah melakukan pemeriksaan pada sirkulasi
memberikan oksigen 3 liter/menit. perifer, mengidentifikasi faktor risiko
Implementasi ini sesuai dengan penelitian gangguan sirkulasi seperti penurunan
yang dilakukan oleh Aprioningsih, Susanti & hemoglobin dan riwayat DM pada pasien,
Muti (2021) pada pasien CKD dengan melakukan pemantauan terhadap hasil
masalah keperawatan pola napas tidak efektif laboratorium, melakukan pemeriksaan
yangg diberikan implementasi selama 3x24 terhadap tanda dan gejala infeksi, melakukan
jam berupa pengaturan posisi semi fowler, pijat kaki pada pasien, menganjurkan pasien
menunjukkan bahwa frekuensi pernapasan rutin minum obatt pengontrol tekanan darah
pada pasien dalam rentang normal dan dan kolaborasi pemberian transfusi darah 2
adanya pengaruh pemberian posisi semi kolf. Pasien diberikan Heparin 15000 unit
fowler terhadapp kestabilan pola napas. dengan kecepatan 2.1 ml/jam, Amlodipine 10
Tujuan dari tindakan ini adalah untuk mg/24 jam dan Valsartan 80 mg/8 jam.
menurunkan asupan oksigen dan Implementasi ini sesuai dengan penelitian
menormalkan ekspansi paru yang maksimal, yang dilakukan oleh Rodrigues, Rocha,
serta mempertahankan kenyamanan. Ferreira & Silva (2020) mengenai pijat pada
tungkai bawah untuk meningkatkan perfusi
Perfusi perifer tidak efektif lokal dan berdampak pada sistem
Pada kasus Ny. T, hasil pengkajian hemodinamik yang dilakukan pada 32
berupa keadaan umum pasien lemah, tampak responden menunjukkan bahwa adanya
pucat, CRT 2 detik dan akral dingin. Hasil peningkatan aliran mikrosirkulasi di area
pemeriksaan laboratorium pada tanggal 28 yang dipijat secara signifikan sehingga
Mei 2022 menunjukkan hemoglobin 10.5 meningkatkan perfusi perifer dan berdampak
g/dL dan hematokrit 31 %. Pemeriksaan pada sistem hemodinamik.
laboratorium pada tanggal 01 Juni 2022
menunjukkan adanya penurunan nilai Ketidakstabilan kadar glukosa darah
hemoglobin menjadi 8.4 g/dL dan hematokrit Pada kasus Ny. T, hasil pengkajian
menjadi 25 %. berupa adanya riwayat DM selama 10 tahun,
Pada pasien CKD yang menjalani adanya peningkatan kadar gluosa darah,
hemodialisis dapat terjadi defisiensi riwayat amputasi tangan kanan dan jari
erithropoietin dan kehilangan darah akibat tengah tangan kiri, adanya penurunan nafsu
terjadinya retensi darah pada dialiser makan, kaki terasa kesemutan atau kebas,
sehingga menyebabkan penurunan kadar

10
Studi Kasus. JIM FKep Volume I Nomor 2 Tahun 2022

pasien juga mengalami komplikasi CKD insulin analog mencapai 99% pada penderita
stage V. DM. Hal ini karena insulin basal analog
Pada DMT2 terdapat dua masalah utama merupakan salah satu pilihan yang aman
yang berhubungan dengan insulin, yaitu: untuk menurunkan kadar gula darah puasa
resistensi insulin dan gangguan sekresi (sebagai kontributor HbA1c) yang memiliki
insulin. Hormon insulin sangat berperan efek hipoglikemik paling minimal
dalam proses utilisasi glukosa pada jaringan dibandingkan dengan insulin yang lain dan
otot, lemak dan hepar. Pada jaringan perifer dapat menurunkan HbA1c hingga 2% .
seperti jaringan otot dan lemak, insulin
berikatan dengan sejenis reseptor (insulin Defisit nutrisi
receptor substrate =IIRS) yang terdapat pada Pada kasus Ny. T, hasil pengkajian
membran sel tersebut.. Untuk menghasilkan berupa penurunan nafsu makan, penurunan
proses metabolisme glukosa normal, berat badan selama sakit sebanyak 5 kg,
diperlukan pula kerja insulin yang membran mukosa pucat dan porsi makan
berlangsung normal. Rendahnya sensitivitas yang dihabiskan hanya ¼ porsi.
atau tingginya resistensii jaringan tubuh Defisit nutrisi merupakan kondisi yang
terhadap insulin merupakan salah satu faktor sering ditemui pada pasien CKD yang
terjadinya diabetes, khususnya DMT2 menjalani hemodialisis rutin. Hal ini dapat
(Smeltzer & Bare, 2015). disebabkan oleh berbagai faktor, seperti
Tindakan keperawatan yang dilakukan gangguan metabolisme protein dan energi,
adalah mengukur kadar glukosa darah pasien, defisiensi mikronutrien, disregulasi hormon,
memantau tanda dan gejala hiperglikemia, infeksi, anoreksia, asupan yang tidak
mengukur masukan dan haluran cairan, adekuat, sindrom uremik, dan inflamasi
mengajarkan kepada pasien mengenai diet 3J kronik yang sistemik. Masalah sensoris,
dan kepatuhan terhadap diet rendah glukosa hedonik, fisik, iatrogenik, dan psikososial
dan kolaborasi pemberian insulin Novorapid yang sering terjadi pada pasien yang
dengan dosis 6-6-6-0 dan Lantus dengan menjalani hemodialisis rutin juga diketahui
dosis 0-0-0-10. memengaruhi tingkat asupan makanan,
Empat pilar penatalaksaan diabetes menurunkan status nutrisi, dan memperburuk
melitus yaitu edukasi, terapi gizi medis, kualitas hidup (Prabhaswari, Werdi &
latihan jasmani, dan terapi farmakologi. Sunaka, 2020).
Implementasi yang diberikan perawat dari Tindakan yang dilakukan perawat
empat pilar tersebut ialah diet 3J sebagai adalah mengukur asupan makanan pada
terapi gizi pada penderita DM dan terapi pasien, menganjurkan untuk memakan
farmakologi berupa pemberian insulin. makanan yang tinggi kalori, rendah protein,
Implementasi ini sejalan dengan penelitian rendah kalium, rendah natrium dan rendah
yang dilakukan oleh Darmawan & glukosa dan mengajarkan pasien kepatuhan
Sriwahyuni (2019) terhadap 48 responden terhadap diet yang diprogramkan. Pasien
yang menderita DM menunjukkan bahwa 31 diberikan diet DM 1500 kkal/hari dan diet
responden (64.6%) diantaranya patuh rendah protein 50 ml berupa nasi 1 porsi 3
menerapkan diet 3J dan memiliki hasil yang kali/hari, diberikan kue 50 gram 3 kali/hari,
signifikan dalam mengontrol peningkatan dan bubur 1 porsi pada malam hari. Pasien
kadar gula darah pada pasien DM. Selain juga diajarkan terkait diet 3J dalam
itu, penelitian yang dilakukan oleh pemenuhan nutrisi pada pasien DM.
Anggriani, Rianti, Pratiwi & Puspitasari Implementasi ini sejalan dengan penelitian
(2020) mengenai evaluasi penggunaan yang dilakukan oleh Nursihhah & Wijaya
insulin pada 443 pasien Diabetes Mellitus (2021) pada 143 pasien DM menunjukkan
tipe 2 menunjukkan bahwa penggunaan bahwa sebanyak 30,8% pasien yang patuh

11
Studi Kasus. JIM FKep Volume I Nomor 2 Tahun 2022

menjalani diet 3J memiliki kadar gula darah Agustina, W., & Wardani, E. K. (2019).
yang terkendali. Diet 3J yang diberikan Penurunan hemoglobin pada penyakit
berupa tepat jumlah, tepat jenis, dan tepat ginjal kronik setelah hemodialisis di
jadwal. Jadwal diet yang diberikan sesuai RSU “KH” Batu. Jurnal Ners dan
dengan interval yang dibagi menjadi 6 waktu Kebidanan, 142-147.
makan, yaitu 3 kali makanan utama dan 3 Anggriani, Y., Rianti, A., Pratiwi, A. N., &
kali makanan selingan.. Puspitasari, W. (2020). Evaluasi
penggunaan insulin pada pasien
KESIMPULAN Diabetes Melitus tipe 2 rawat jalan di
Masalah keperawatan yang dapat Rumah Sakit X di Jakarta Periode 2016-
muncul pada pasien yang mengalami CKD 2017. Jurnal Sains Farmasi & Klinis, 7
stage V et causa diabetes melitus tipe 2 yaitu (1), 52-59.
pola napas tidak efektif, perfusi perifer tidak Aprioningsih, E., Susanti, I. H., & Muti, R.
efektif, ketidakstabilan kadar glukosa darah T. (2021). Studi kasus pada pasien gagal
dan defisit nutrisi. ginjal kronik Ny. A dengan
Setelah dilakukan manajemen ketidakefektifan pola napas di Bancar
keperawatan terhadap pasien CKD stage V et Purbalingga. Seminar Nasional
causa diabetes melitus tipe 2 terdapat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat,
perbaikan pada kondisi pasien yang ditandai 448-455.
dengan dispnea berkurang, pola napas Darmawan, S., & Sriwahyuni. (2019). Peran
teratur, tidak ada sputum, tidak ada bunyi diet 3J pada pasien Diabetes Mellitus di
napas tambahan, TD: 110/57 mmHg, HR: 89 Puskesmas Sudiang Raya Makassar.
x/m, RR: 24 x/m, CRT 2 detik, akral dingin, Nursing Inside Community, 1 (3), 91-95.
GDS: 292 mg/dl, pasien mengeluh lemas, Nursihhah, M., & Wijaya, D. S. (2021).
intake cairan: 394 ml/24 jam, urine output: Hubungan kepatuhan diet terhadap
0 , IWL: 600 ml/24 jam, porsi makanan yang pengendalian kadar gula darah pada
dihabiskan pasien adalah 1 porsi, dan nafsu pasien diabetes mellitus tipe 2. Jurnal
makan meningkat, sehingga disimpulkan Medika Hutama., 2 (3), 1002-1010.
bahwa dua dari empat masalah keperawatan PPNI. (2016). Standar diagnosis
yang ditegakkan teratasi sebagian yaitu pola keperawatan Indonesia: Definisi dan
napas tidak efektif dan defisit nutrisi. indikator diagnostik, edisi 1. Jakarta:
DPP PPNI.
UCAPAN TERIMAKASIH PPNI. (2018). Standar luaran keperawatan
Ucapan terimakasih yang sebesar- Indonesia: Definisi dan kriteria hasil
besarnya penulis tujukan kepada pembimbing keperawatan, edisi 1. Jakarta: DPP
dan pihak Rumah Sakit yang telah membantu PPNI.
selama studi kasus dan kepada keluarga Prabhaswari, L., Werdi, I. G. S. P., &
pasien yang telah mengizinkan penulis untuk Sunaka, I. W. (2020). Hubungan antara
melakukan studi terhadap kasus Ny. T. status nutrisi dan kualitas hidup pada
pasien penyakit ginjal kronik yang
REFERENSI menjalani hemodialysis di Rumah Sakit
Agustina, W., & Purnomo, A. E. (2018). Umum Daerah (RSUD) Wangaya,
Menurunnya kadar hemoglobin pada Denpasar, Bali. Intisari Sains Medis, 11
penderita end stage renal disease (esrd) (3), 1451- 1455.
yang menjalani hemodialisis di Kota Prastiwi, A. D., & Wibowo, W. A. (2019).
Malang. Prosiding Seminar Nasional, Efusi pleura eksudatif pada pasien gagal
76-83. ginjal kronis yang menjalani

12
Studi Kasus. JIM FKep Volume I Nomor 2 Tahun 2022

hemodialisa rutin. Jurnal Universitas


Muhammadiyah Surakarta, 1-5.
Riskesdas. (2014). Laporan nasional
Riskesdas 2013. Jakarta: Balitbangkes.
Riskesdas. (2019). Laporan nasional
Riskesdas 2018. Jakarta: Balitbangkes.
Rivandi, J., & Yonata, A. (2015). Hubungan
diabetes mellitus dengan kejadian gagal
ginjal kronik. Medical Journal of
Lampung University, 4 (9), 27-34.
Rodrigues, L. M., Rocha, C., Ferreira, H. T.,
& Silva, H. N. (2020). Lower limb
massage in humans increases local
perfusion and impacts systemic
hemodynamics. Journal of Applied
Physiology, 128 (5), 1217-1226.
Rosalina, Y., & Adelina, R. (2022).
Gambaran asuhan gizi pada pasien rawat
inap denga penyakit gagal ginjal kronik
stadium 4 dan 5 di RSUD Kanjuruhan
Kepanjen Kabupaten Malang. Jurnal
Gizi & Kesehatan Manusia, 2 (1), 1-14.
Siregar, C. T. (2020). Buku ajar manajemen
komplikasi pasien hemodialisa.
Yogyakarta: Deepublish.
Smeltzer, S. C., & Bare, B. G. (2015). Buku
ajar keperawatan medikal-bedah
Brunner & Suddarth. Jakarta: EGC.
WHO. (2016). World health statistic report.
Geneva: World Health Organization.

13

Anda mungkin juga menyukai