Anda di halaman 1dari 25

PRESENTASI SEMINAR KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. R


DENGAN MASALAH HIPERVOLEMIA
DIAGNOSIS CKD DISERTAI HIPERTENSI
DI RUANG HEMODIALISA RSUD
WONOSARI
Fifia,Sintalia&sri rahamia
BAB 1
PENDAHULUAN
Penyakit ginjal dijuluki sebagai silent disease karena seringkali tidak
menunjukkan tanda-tanda peringatan. Hal tersebut akan memperburuk kondisi
penderita dari waktu ke waktu dan akhirnya jatuh kedalam kondisi penyakit chronic
kidney disease (CKD). Berdasarkan data 7th Report of Indonesian Renal Registry,
urutan penyebab gagal ginjal pasien yang mendapatkan haemodialisis berdasarkan
data tahun 2021, karena hipertensi (37%), penyakit dibetes mellitus atau nefropati
diabetika (27%), kelainan bawaan atau glomerulopati primer (10%), gangguan
penyumbatan saluran kemih atau nefropati obstruksi (7%), karena asam urat (1%),
penyakit lupus (1%) dan penyebab lain lain-lain (18%) (Pernefri, 2019).
TUJUAN UMUM DAN KHUSUS

Tujuan umum
Tujuan umum dari seminar kasus ini yaitu mampu memahami konsep
penyakit CKD dan mampu memberikan gambaran asuhan keperawatan pada
pasien CKD dengan Hemodialisa
Tujuan Khusus
1) Mampu menjelaskan definisi CKD
2) Mampu mengetahui klasifikasi CKD
3) Mampu mengetahui etiologi CKD
4) Mampu mengidentifikasi manifestasi klinis CKD
5) Mampu memahami dan menjelaskan patofisiologi CKD
6) Mampu memahami dan menjelaskan pathway CKD
7) Mampu mengidentifikasi pemeriksaan penunjang CKD
8) Mampu mengidentifikasi penatalaksanaan medis dan keperawatan CKD
9) Mampu mengidentifikasi komplikasi CKD
10) Mampu menjelaskan hipervolemia pada penderita CKD
11) Mampu mengidentifikasi dan memahami pengkajian keperawatan terkait hipervolemia
BAB
2
TINJAUAN TEORI
A. DEFINISI
●Chronic kidney disease (CKD) merupakan gangguan fungsi ginjal
irreversible dimana kemampuan ginjal untuk mempertahankan metabolisme,
keseimbangan cairan, dan elektrolit gagal yang mengakibatkan uremia
(Nurbadriyah, 2021). Menurut Kidney Disease Outcome Quality Initiative
(KDOQI), chronic kidney disease didefinisikan sebagai kerusakan ginjal
atau laju filtrasi glomerulus (LFG) < 60 ml/menit/1.73 m2 selama 3 bulan
atau lebih.
B. KLASIFIKASI

CKD adalah istilah umum untuk bermacam-macam gangguan


yang mempengaruhi struktur dan fungsi ginjal melalui
pemeriksaan glomerulus filtration rate (GFR) (Biljak et.al.,
2017). Klasifikasi CKD umumnya didasarkan pada dua
parameter laboratorium yaitu eGFR dan albuminuria
(Susianti, 2019).

Kategori eGFR (mLmin/1.73m2 )


Grade 1 ≥ 90
Grade 2 60-89
Grade 3a 45-59
Grade 3b 30-40
Grade 4 15-29
Grade 5 < 15
C. ETIOLOGI

CKD sering kali menjadi penyakit komplikasi dari penyakit lainnya, sehingga
merupakan penyakit sekunder. Penyebab dari CKD antara lain:
1. Infeksi saluran kemih (pielonefritis kronis)
2. Penyakit peradangan (glomerulonefritis)
3. Penyakit vaskuler hipertensi (nefrosklerosis, stenosis arteri renalis)
4. Gangguan jaringan penyambung (SLE, sclerosis, HSP)
5. Penyakit kongenital dan herediter (penyakit ginjal polikistik, asidosis tubulus ginjal)
6. Penyakit metabolic (DM, gout, hiperparatiroidisme)

7. Nefropati toksik h. Nefropati obstruktif (batu saluran kemih) (Zuliani dkk, 2021)
D. MANIFESTASI KLINIS

Menurut Hamzah dkk, (2021) manifestasi klinik


pada pasien CKD dibedakan menjadi dua tahap yaitu pada
stadium awal dan stadium akhir. Manifestasi stadium awal:
E. PATOFISIOLOGI

Menurut Jainurakhma dkk, (2021) proses terjadinya CKD menggunakan dua


sistem pendekatan. Pertama sudut pandang tradisional mengatakan bahwa semua unit
nefron terserang penyakit namun dalam stadium yang berbeda-beda, dan bagian-bagian
spesifik dari nefron tersebut yang berkaitan dengan fungsi tertentu dapat benar-benar
rusak atau berubah strukturnya. Kedua dikenal dengan nama Hiptesa Briker atau
hipotesa nefron utuh, yang mengatakan bahwa bila nefron terserang penyakit, maka
seluruh intinya akan hancur, tetapi sisa nefron yang masih utuh tetap bekerja seperti
biasa.
E. PATHWAY
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG

● Menurut Zuliani dkk, (2021) pemeriksaan penunjang pada penyakit


CKD dapat dilakukan dengan pemeriksaan laboratorium:
1. Laju endap darah
2. Ureum dan kreatinin
3. Hiponatremi
4. Hipokalsemia dan hiperfosfatemia
5. Phospat maninggi
6. Hipoalbuminemia
7. Kadar gula darah meningkat
8. Hipertrigliserida
9. Asidosis metabolic
G. PENATALAKSANAAN

● Menurut Nurbadriyah (2021), terdapat terapi nonfarmakologis dan farmakologis yang


dapat digunakan dalam penatalaksanaan CKD.

1. Terapi Nonfarmakologi

2. Transplantasi Ginjal

3. Terapi Farmakologi
J. PENGKAJIAN KEPERAWATAN

Pengkajian Pengkajian merupakan dasar utama proses perawatan yang akan membantu
dalam penentuan status kesehatan dan pola hidup pasien, mengidentifikasi kekurangan
dan kebutuhan pasien serta merumuskan diagnose keperawatan (Zuliani dkk, 2021).

1. Identitas pasien Meliputi nama lengkat, tempat tinggal, umur, tempat lahir, asal suku
bangsa, nama orang tua, pekerjaan orang tua.
2. Riwayat kesehatan pasien
3. Pengakajian Pola Persepsi dan Penanganan Kesehatan
4. Pemeriksaan fisik
K. DIAGNOSA KEPERAWATAN

● Menurut LeMone et.al., (2019), Nurbadriyah (2021), dan SDKI (2018) diagnosa
keperawatan yang mungkin muncul pada pasien dengan chronic kidney disease yang
menjalani hemodialisa yaitu:
1. Hipervolemia b.d gangguan mekanisme regulasi
2. Gangguan rasa nyaman b.d gejala penyakit terkait, program pengobatan
3. Risiko infeksi ditandai dengan tidakan invasive
I. RENCANA INTERVENSI

1. Manajemen hemodialisa (I.03112)


2. Terapi relaksasi (I.09326)
3. Pencegahan Infeksi (I.14539)
BAB 3
PEMBAHASAN

A. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dalam proses keperawatan.
Pengkajian merupakan proses yang paling menentukan bagi tahap
berikutnya, kemampuan mengidentifikasi masalah untuk menetukan
diagnosa. Pada proses pengkajian akan memperoleh data atau
informasi klien masuk hingga klien pulang. Menurut rohma & walit
(2020) menyatakan bahwa teknik pengumpulan data meliputi
anamnesis, observasi, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang.
B. DIAGNOSA

Setelah melakukan pengkajian penulis menegakkan diagnosa


berdasarkan hasil data yang sudah diperoleh. Diagnosa keperawatan
merupakan tahapan pada proses asuhan keperawatan dan merupakan
pengalaman klinik yang dihadapi oleh individu, keluarga maupun
komunitas yang berfokus proses kehidupan, resiko permasalahan kesehatan,
dan masalah kesehatan. Diagnosa keperawatan merupakan bagian inti dari
penentuan masalah kesehatan pada klien guna mencapai kesehatan yang
optimal pada klien (Zalukhu, 2020).
C. INTERVENSI

Tahapan selanjutnya setelah menegakkan diagnosa keperawatan


adalah menentukan rencana intervensi keperawatan. Rencana intervensi
keperawatan terdiri dari tujuan dari hasil intervensi keperawatan dan
rencana tindakan yang akan dilakukan pada klien. Pada tahap menentukan
tujuan hasil tindakan keperawatan harus sesuai dengan Standar Luaran
Keperawatan Indonesia (SIKI) dan disertai dengan komponen SMART
(Specific, Measurable, Achievable, Realistic, Time). Sedangkan dalam
menentukan rencana tindakan keperawatan harus berdarkan Standar
Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) yang didasari dengan komponen
OTEK (observasi, terapeutik, edukasi dan kolaborasi).
D. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

Setelah mentukan tujuan hasil dan rencana keperawatan selanjutnya


penulis melakanakan implementasi sesuai dengan rencana intervensi yang
sudah disusun. Implementasi keperawatan merupakan langkah dimana
perawat melakukan tindakan sesuai dengan rancangan rencana keperawatan
yang sudah dibuat (PPNI, 2017). Evaluasi keperawatan merupakan tahapan
akhir dalam proses keperawatan. Pada tahap ini perawat kembali melakukan
pengkajian ulang mengenai respon pasien terhadap tindakan yang sudah
diberikan oleh. Pada tahap ini dilakukan keputusan untuk menentukan
apakah rencana keperawatan bisa dilanjutkan atau tidak, merevisi, atau bisa
juga dihentikan (PPNI, 2017).
BAB
5
KESIMPULAN
1. Berdasarkan pengkajian pada Tn. R didapatkan, terjadi peningkatan berat
badan sebanyak 2 kg, dan pada saat menjalani hemodialisa pasien mengeluh
kurang nyaman kaarena tidak bisa bergerak bebas selam 4,5 jam.
2. Berdasarkan hasil pengkajian yang didapatkan, penulis merumuskan masalah
keperawatan yang muncul pada pasien yaitu hipervolemia berhubungan
dengan gangguan mekanisme regulasi, gangguan rasa nyaman berhubungan
dengan gejala penyakit terkait program pengobatan, risiko infeksi ditandai
dengan tidakan invasif
3. Setelah didapatkan masalah keperawatan apa saja yang muncul, penulis
merencanakan asuhan keperawatan apa yang akan dilakukan pada klien yaitu
Manajemen hemodialisa (I.03112), Terapi relaksasi (I.09326), Pencegahan
Infeksi (I.14539)
Thanks!

Injections Medication

Dialisis Transplant

Anda mungkin juga menyukai