Anda di halaman 1dari 3

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Gagal ginjal kronis atau Chronic Kidney Disease (CKD) adalah penyakit
pada ginjal yang sudah berlangsung dari 3 bulan atau lebih yang dimana
ginjal sudah tidak bisa mempertahankan metabolisme, keseimbangan cairan
dan elektrolit yang menyebabkan retensi urea dan sampah nitrogen tetap
berada dalam darah (Bruner & Suddarth, 2001, dalam ida parwati 2019).
Pada derajat awal penyakit CKD belum menimbulkan gelaja dan tanda,
bahkan hingga laju filtrasi glomerulus sebesar 60% pasien masih asimtomatik
tapi sudah terjadi peningkatan kadar urea dan kreatinin serum. Keluhan yang
timbul pada fase ini biasanya berasal dari penyakit yang mendasari kerusakan
ginjal, seperti edema pada pasien dengan sindroma nefrotik atau hipertensi
sekunder pada pasien dengan penyakit ginjal polikistik.
Kelainan secara klinis dan laboratorium baru terlihat
dengan jelas pada derajat 3 dan 4. Saat laju filtrasi glomerulus sebesar 30%,
keluhan seperti nokturia, badan lemah, mual, nafsu makan berkurang dan
penurunan berat badan mulai dirasakan pasien. Pasien mulai merasakan gejala
dan tanda uremia yang nyata saat laju filtrasi glomelurus kurang dari 30%
(Suryadi,2012 dalam oktaviani 2017).
Chronic Kidney Desease di dunia telah menjadi masalah yang sulit untuk
disembuhkan. Badan kesehatan dunia (WHO) menyebutkan pertumbuhan
jumlah penderita gagal ginjal pada tahun 2013 meningkat 50% dari tahun
sebelumnya. Di Amerika Serikat, kejadian prevalensi gagal ginjal kronis
meningkat ditahun 2014 (Widyastuti, 2014).
Tingginya kasus CKD berpotensi pada tingginya kasus kematian,
penyebab
kematian biasanya karena gagal ginjal tidak dapat ditanggulangi dan ditambah
dengan serangan jantung, stroke dan sesak napas. Banyak orang tidak bisa
menjaga pola makan dan menjaga kesehatannya, hal ini disebabkan adanya zat
pemanis, dan pewarna dalam minuman. Untuk itu diperlukannya penanganan
yang optimal supaya agar masalah tidak menjadi besar dan terjadi komplikasi
(Amelia, 2011 dalam oktaviani 2019).
Peran keperawatan yakni membantu individu meraih kesehatan yang
optimal dan tingkat fungsi maksimal yang mungkin bisa diraih setiap individu.
Peran perawat dalam konteks sehat-sakit yaitu untuk meningkatkan kesehatan
dan mencegah penyakit sementara peran perawat sebagai care giver
merupakan peran yang sangat penting dari peran-peran yang lain (bukan
berarti peran yang lain tidak penting) karena baik tidaknya layanan profesi
memberikan asuhan keperawatan yang holistik dan sikap yang baik kepada
pasien penyakit CKD (Asmadi, 2008 dalam oktaviani lisa 2019).
Berdasarkan hasil pengamatan di ruang semi intensif, Tn.A usia 40 th
seorang wiraswasta (TL:2-07-1975), No.RM: 000123. Sejak 2 minggu yang
lalu dilakukan perawatan di ruang semi intensif. Pasien didiagnosa dengan
CKD stg.V on HD e.c DKD dan disarankan untuk menjalani inisiasi HD.
Pasien mengatakan adanya rasa sesak.
Berdasarkan dari uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan
studi kasus tentang “Asuhan Keperawatan Pada Klien Chronic Kidney
Disease on HD Dengan keluhan sesak”.

B. Tujuan

B.1 Tujuan umum


Melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien CKD
dengan masalah sesak.di ruangan semi insetif.

B.2 Tujuan khusus


1. Melakukan pengkajian keperawatan pada pasien CKD
dengan masalah sesak

2. Menentukan tujuan dilakukannya hemodialysis pada


psien
dengan program HD yang diberikan
3. Menjelaskan tujuan dilakukannya ISO UF dan Profiling
NA pada pasien.
4. Menetapkan diagnosa dan asuhan keperawatan pada
pasien.

C. Manfaat Tinjauan Kasus


C.1 Manfaat Teoritik
Bermanfaat untuk pengembangan ilmu keperawatan yang
komprehensif di bidang perawatan pada pasien CKD dengan
masalah resiko sesak.
C.2 Manfaat Praktis
C.2.1 Bagi perawat
Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan bagi
perawat dalam memberikan asuhan keperawatan
kepada pasien CKD dengan masalah sesak.

Anda mungkin juga menyukai