Anda di halaman 1dari 13

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.

SM DENGAN HIPERVOLEMIA
Nama penulis *) Dosen **) Dosen ***)
*)
Alumni Program Studi S1 Ilmu Keperawatan STIKES Telogorejo Semarang
**)
Dosen Program Studi S1 Ilmu Keperawatan STIKES Telogorejo Semarang
***)
Dosen Jurusan Keperawatan STIKES Telogorejo Semarang
ABSTRAK

Gagal ginjal kronis merupakan berkurangnya fungsi ginjalsehingga mengakibatkan gangguan yang
persisten dan dampak yang bersifat kontinyu. CKD atau gagal ginjal kronik didefinisikan sebagai kondisi
dimana ginjal mengalami penurunan fungsi secara lambat, progresif, irreversibel, dan samar dimana
kemampuan tubuh gagal dalam mempertahankan metabolisme, cairan, dan keseimbangan elektrolit,
sehingga terjadi uremia atau azotemia. Untuk melanjutkan hidup pasien dengan gagal ginjal stadium
akhir diperlukan terapi cuci darah (hemodialisis). Pasien gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisis
berfikir bahwa agar dapat bertahan hidup ia akan selalu memiliki ketergantungan terhadap mesin
dialisis. Hal ini sering kali menimbulkan pemikiran bahwa nyawanya akan terancam dan harapan untuk
hidup semakin berkurang dan pasien mengalami ketakutan bahwa usianya tidak lama lagi. Tujuan umum
dari penulisan ini merupakan untuk menerapkan dan mengetahui gambaran asuhan keperawatan pada
Ny.SM dengan Hipervolemia. Metodelogi menggunakan metode deskriptif dengan pemaparan studi
kasus melalui pendekatan asuhan keperawatan : pengkajian, penegakan diagnosa keperawatan,
perencanaan, implementasi, dan evaluasi keperawatan. Pada kasus NY. SM mengalami hipervolemia
dan didapatkan diagnosa yaitu hipervolemi berhubungan dengan gangguan mekanisme regulas,
konstipasi berhubungan dengan mortilitas gastrointestinal, resiko gangguan integritas kulit
berhubungan dengan kelebihan volume cairan. Hasil yang didapatkan setelah dilakukan asuhan
keperawatan mendapatkan hasil yaitu dari semua diagnosa yang ditegakkan penulis, masalah
keperawatan teratasi sebagian untuk semua diagnosa.
Kata kunci : Hipervolemia, Gagal ginjal kronis
ABSTRACT
Chronic renal disease ia resulting in persistent disturbances and a continuous impact. Chronic renal
failure is defined as a condition in which the kidneys experience slow, progressive, irreversible, and
incidius decline in function where the body's ability to fail to maintain metabolism, fluids, and electrolyte
balance, resulting in uremia or azotemia. To continue the life of a patient with end-stage renal disease,
dialysis therapy is required. A chronic kidney failure patient on hemodialysis thinks that in order to
survive he will always have to depend on the dialysis machine. This often results in the thought that his
life will be in danger and that hope for life is diminishing and the patient experiences a fear that he will
not be long. The general purpose of this paper is to apply and know the description of nursing care in
Mrs. SM with hypervolemia. The methodology uses a descriptive method with case study exposure
through the nursing care approach: assessment, nursing diagnosis, planning, implementation, and
evaluation of nursing. In the case of NY. SM has hypervolemia and diagnosis is that hypervolemia is
associated with impaired regulatory mechanisms, constipation associated with gastrointestinal
mortality, risk of impaired skin integrity associated with excess fluid volume. The results obtained after
nursing care were carried out, namely that from all the diagnoses that the author enforced, nursing
problems were partially resolved for all diagnoses.

Key words: hypervolemia, Chronic Kidney Disease


PENDAHULUAN gagal ginjal pada laki-laki (0,3%) lebih
tinggi dibandingkan dengan perempuan
Gagal ginjal kronis merupakan (0,2%). Berdasarkan karakteristik umur
berkurangnya fungsi ginjal sehingga prevalensi tertinggi pada kategori usia
mengakibatkan gangguan yang persisten diatas 75 tahun (0,6%), dimana mulai
dan dampak yang bersifat kontinyu (Eko terjadi peningkatan pada usia 35 tahun
& Pranata Andi, 2014). World Health ke atas.
Organization(2013) melaporkan bahwa
pasien yang menderita gagal ginjal Untuk melanjutkan hidup pasien dengan
kronis telah meningkat 50% dari tahun gagal ginjal stadium akhir (End Stage
sebelumnya, secara global kejadian Renal Disease) diperlukan terapi cuci
gagal ginjal kronis lebih dari 500 juta darah (hemodialisis). Pasien gagal ginjal
orang dan yang harus menjalani hidup kronis yang menjalani hemodialisis
dengan bergantung pada cuci darah berfikir bahwa agar dapat bertahan hidup
(hemodialisis) adalah 1,5 juta orang. ia akan selalu memiliki ketergantungan
Gagal ginjal kronis termasuk 12 terhadap mesin dialisis. Hal ini sering
penyebab kematian umum di dunia, kali menimbulkan pemikiran bahwa
terhitung 1,1 juta kematian akibat gagal nyawanya akan terancam dan harapan
ginjal kronis yang telah meningkat untuk hidup semakin berkurang dan
sebanyak 31,7% sejak tahun 2010 pasien mengalami ketakutan bahwa
hingga 2015 (BMJ Global Health, 2017). usianya tidak lama lagi (Caninsti, 2013).
Gagal ginjal kronis merupakan masalah Anggarwal, et al (2017).
kesehatan di negara berkembang di Asia
Tenggara dan tercatatat lebih dari dua Hasil penelitian menunjukkan bahwa
miliar kasus gagal ginjal kronis dari 200 subyek studi kasus ditemukan
(Vivekanand, 2009). 71% atau 140 subyek studi kasus
mengalami ansietas. Jangkup, Elim, &
Gagal ginjal kronis termasuk kedalam Kandou (2015) melakukan penelitian di
sepuluh besar penyakit tidak menular di Manado melaporkan bahwa dari 40
Indonesia. Indonesia Renal Report atau orang pasien penyakit gagal ginjal yang
IRR (2017) melaporkan bahwa jumlah sedang menjalani hemodialisis
pasien dengan gagal ginjal kronis 100%pasien mengalami ansietas.
semakin meningkat dari tahun ketahun, Percaya terhadap kemampuan diri
pada tahun 2016 terdapat 21050 pasien sendiri pada pasien gagal ginjal kronis
baru yang merupakan pasien yang yang menjalani hemodialisis merupakan
pertama kali menjalani hemodialis dan hal yang sangat penting untuk
30554 pasien aktif menjalani meningkatkan efikasi diri dalam
hemodialisis secara rutin 2 dan masih menurunkan tingkat ansietas.
hidup hingga 31 Desember 2016. Di
Provinsi Jawa Tengah penderita gagal Hasanah, Maryati, & Nahariani (2017)
ginjal kronis mengalami kenaikan dari dalam penelitian yang dilakukan
2% menjadi 3,8% atau berjumlah 78.000 mengenai hubungan efikasi diri dengan
pasien (Riskesdas, 2018). Dinas kecemasan pada pasien gagal ginjal
Kesehatan Provinsi Jawa Tengah kronis melaporkan bahwa semakin
melaporkan pada tahun 2017 terdapat positif efikasi diri yang dimiliki subyek
1.572 kasus penyakit gagal ginjal kronis studi kasus semakin berkurang tingkat
di Provinsi Jawa Tengah. Prevalensi ansietasnya. Untuk mengetahui lebih
lanjut dari perawatan penyakit ini maka riwayat penyakit diabetes melitus, asma
penulis akan melakukan kajian lebih dan penyakit jantung pada
lanjut dengan menyusun asuhan keluarganya.pasien memiliki riwayat
keperawatan dengan membuat alergi seafood reaksi gatal kemerahan.
rumusan masalah sebagai berikut Hasil pemeriksaan tanda vital didapatkan
“Bagaimanakah asuhan keperawatan TD : 130/80 mmhg, nadi 84x/menit,
pada Ny.SM dengan Hipervolemia? RR : 24x/mnt, suhu 37 drjt celcius. Pada
pemeriksaan pitting edema didapat pada
METODELOGI derajat 2 dan capylary refil kurang lebih
Metodelogi menggunakan metode 3 dan tidak ada distensi vena jugularis.
deskriptif dengan pemaparan studi kasus Pasien mengeluh sedikit gatal pada
melalui pendekatan asuhan keperawatan tangan dan kaki ,kulit tampak bersisik.
yaitu pengkajian, penegakan diagnosa BB 65kg TB: 150cm membran mukosa
keperawatan, perencanaan, kering turgor kulit tidak elastis. Hasil
implementasi, dan evaluasi keperawatan. pemeriksaan USG pada tanggal 24 mei
2020 yaitu : pada ginjal kanan ukuran
HASIL DAN PEMBAHASAN 7,20 cm, bentuk normal, tepi ireguler,
Pada bagian ini berisikan hasil parenkimal echodensitas, cortex dan
penbgelolaan kasus dan pembahasan medulla tidak dapat didiferensiasi, tebal
setelah dilakukan pengelolaan kasus. kortex tidak dapat dinilai, pyramid
normal, sinus pelviokalises tidak
Hasil Pengkajian dilatasi,tidak ada kista tidak ada batu.
Seorang wanita dengan nama ny. SM Ginjal kiri :ukuran 7,14 cm bentuk
lahir pada tanggal 23 Januari 1972, usia normal, tepi ireguler, parenkimal
48 tahun, alamat Cijantung Jakarta echodensitas meningkat, cortek dan
Timur, beragama Islam, pendidikan medulla tidak diiferensiasi, tebal korteks
terakhir Sarjana. Ny SM memiliki 2 tidak dapat dinilai, pyramid normal,
anak perempuan serta beliau bekerja sinus pelviokalises tidak dilatasi, kista
disalah satu institusi pemerintah Jakarta. 1,22 cm x 1,39 cm, batu tidak ada.
Pasien datang ke UGD dengan keluhan Vesika urinaria : tidak ada kista, ginjal
sesak nafas sejak 2 hari yang lalu, kaki sesuai dengan gambaran penyakit ginjal
bengkak dan buang air kecil sedikit kronis. Hasil pemeriksaan urine lengkap
sudah 1 mingguan semenjak sebelum tanggal 23 mei 2020 : urine berwarna
masuk rumah sakit. Dilakukan kuning keruh, leukosit 6-8, eritrosit 10-
pengkajian pada tanggal 14 Mei 12, sel epitel 14, silinder negatif, kristal
didapatkan hasil pemeriksaan bahwa negatif,bakteri positif, berat jenis 1.020,
pasien sudah tidak mengalami sesak pH 7,5 , protein +2, glukosa negatif,
nafas seperti saat pertama masuk RS dan keton negatif, darah/Hb+2, bilirubin
kaki sudah tidak terlalu bengkak.Pasien negatif, urobilinogen 3,2 umol/L,
mengatakan mempunyai riwayat leukosit sterace race. Hasil pemeriksaan
hipertensi sejak September 2018 tahun Radiografi Thorax 13 mei 2020 : kesan
lalu,dan mempunyai riwayat batu ginjal kardiomegalu dengan awal bendungan
serta telah melakukan pengambilan batu paru.
ginjal pada November tahun lalu, dan
dianjurkan hemodialisa namun saat itu Diagnosa
menolak. Pasien mengatakan tidak ada
Berdasarkan pengkajian diatas terdapat 3 dan melakukan Kolaborasi pemberian
diagnosa keperawatan yang sudah obat.
diberikan tindakan dan evaluasi
keperawatan yaitu yang pertama Diagnosa 2 : observasi TTV , motivasi
hipervolemi berhubungan dengan klien untuk bergerak dan beraktivitas
gangguan mekanisme regulasi. Diagnosa sesuai kemampuan, ajarkan massage
yang kedua adalah konstipasi abdomen kepada keluarga, edukasi
berhubungan dengan mortilitas pendidikan kesehatan makanan tinggi
gastrointestinal. Diagnosa selanjutnya serat, kolaborasi tim gizi diit tinggi serat,
adalah resiko gangguan integritas kulit kolaborasi pemberian laxative dengan
berhubungan dengan kelebihan volume dokter.
cairan.
Diagnosa 3 : observasi integritas kulit,
Intervensi anjurkan mandi dan mengganti pakaian,
Intervensi keperawatan yang dilakukan berikan terapi oles minyak zaitun agar
pada studi kasus ini mengarah SIKI dan lembab,kolaborasi pemberian obat.
SLKI yang meliputi : penurunan Kolaborasi dengan tim gizi mengenai
haluaran urin, diit berlebihan, dan retensi alergi makanan.
cairan dan natrium tujuannya adalah
setelah dilakukan tindakan keperawatan Evaluasi
selama 3x24 jam kelebihan volume
Diagnosa hipervolemia. Hasil evaluasi
cairan dapat dikurangi atau tidak terjadi.
pada hari ketiga yaitu didapatkan data
Penulis akan memamparkan hasil
implementasi pada tanggal 29-31 maret subjektif : Ny. SM mengatakan bahwa
2016 sesuai dengan intervensi yang BAK seudah sedikit banyak yaitu 20-30cc
dibuat oleh penulis, yaitu monitor vital dan sehari 3-4x BAK, sesak nafas sudah
sign, timbang berat badan harian, batasi berkurang, edema sudah tidak ada.
masukan cairan, monitor input dan Klien telah diberitahukan mengenai
output cairan, kolaborasi pemberian retriksi caian.
diuretik sesuai indikasi (Nurarif&
Hardhi, 2013). Bantu pasien dalam Diagnosa konstipasi. Hasil evaluasi pada
menghadapi ketidak nyamanan akibat hari ketiga yaitu : klien sudah bisa BAB
pembatasan cairan. setelah dilakukan massage abdomen,,
klien sudah makan makanan tingggi
Implementasi serat, klien mampu beraktivitas sesuai
kemampuan,, abdomen sudah tidak
Diagnosa 1 : monitoring intake dan
membesar, klien sudah merasa nyaman.
output pada klien, batasi cairan yang
masuk, memberikan edukasi Diagnosa resiko gangguan integritas
pembatasan cairan, retriksi cairan, kulit. Hasil evaluasi pada hari ketiga
observasi edema dan derajat edema, didapatkan ; setelah dilakukan oles
melakukan observasi hasil laboratorium minyak zaitun setelah mandi dengan air
hb, kreatinin, BUN, Ht, albumin, dan hangat didapatkan gangguan integritas
elektrolit, dan monitoring komplikasi kulit teratasi, turgor kulit elastis,
edema paru serta distensi vena jugularis ektremitas bawah dan atas sudah tidak
bersisik, kulit tampak lembab tidak jantung ke seluruh tubuh. Darah yang
kemerahan. bersih mengandung banyak oksigen di
dalamnya. Rendahnya pasokan darah
Pembahasan bersih menuju jantung berakibat
langsung pada paru paru, sehingga
Data subyektif pada tinjauan kasus menyebabkan pasien mengalami sesak
dilihat dari pengkajian data subyektif: nafas. (Dharma,P.S, dkk, 2015).
Ny.SM mengatakan bahwa BAK sedikit
2-3x/hari masing-masing hanya 20cc, Penyebab selanjutnya pasien mengalami
kaki bengkak sejak seminggu yang lalu, sesak nafas adalah tekanan darah rendah
sesak nafas sejak 2 hari sebelum masuk saat suplai darah bersih terus menurun,
rumah sakit sekarang sudah berkurang. maka akan terjadi penurunan tekanan
Menurut Smeltzer & Bare, (2017) darah yang menyebabkan penderita
mengatakan bahwa Chronic Kidney gagal ginjal mengalami anemia. Inilah
Disease merupakan penurunan semua hubungan anemia dengan ginjal yang
fungsi ginjal secara progresif dan harus dipahami. Anemia menyebabkan
irreversible dimana ginjal menunjukkan kondisi yang kompleks, yaitu
kegagalan dalam memelihara terganggunya organ yang lain. Salah satu
metabolisme keseimbangan cairan dan dampak yang harus dirasakan adalah
elektrolit sehingga berujung pada uremia sesak nafas, karena ketiadaan oksigen
atau azotemia. Ginjal merupakan organ dalam darah yang menjadi kebutuhan
dengan daya kompensasi tinggi. Jaringan utama organ paru paru. (Dharma,P.S,
ginjal sehat akan mengambil alih tugas dkk, 2015). Menurut Menurut Jones &
dan pekerjaan jaringan ginjal yang sakit Raylene (2017) Penumpukan cairan di
dengan mengkat perfusi darah ke ginjal paru paru biasanya dialami penderita
dan flitrasi. Bila jaringan ginjal yang gagal ginjal stadium 5 yang ginjal sudah
rusak mencapai 77-85%, maka daya rusak secara permanen. Ginjal rusak
kompensasi tidak lagi mencukupi adalah kondisi dimana organ tersebut
sehingga timbul uremia yaitu sudah tidak bisa lagi menjalankan
penumpukan zat-zat yang tidak dapat fungsinya sama sekali, sehingga terjadi
dikeluarkan oleh ginjal yang sakit, penumpukan cairan di dalam ginjal
sehingga mengakibatkan tidak bisa hingga naik ke paru paru. Penumpukan
mengeluarkan urine secara tuntas. cairan ini juga bisa terjadi pada penderita
(Irwan 2016). Keluhan utama klien ginjal bengkak yang sudah parah. Ginjal
merupakan sesak nafas sejak 2 hari tidak mampu lagi menampung jumlah
sebelum masuk Rumah sakit dan kaki cairan yang ada sehingga paru paru
bengkak, sesak nafas pada pasien menjadi terkena dampaknya. Data
disebabkan karena adanya kelebihan objektif: terdapat pitting edema derajat
jumlah kreatinin. Salah satu gejala awal +2 pada seluruh ekstremitas, wajah
penyakit ginjal yang dialami seorang sedikit bengkak, oliguria, serta hasil
penderita gagal ginjal adalah naiknya rontgen Thorax tanggal 24 Mei 2020
angka kreatinin dalam darah yang menunjukan adanya bendungan awal
ditandai dengan air seni berbusa, Saat paru. Sehingga dilakukan tindakan
kadar kreatinin dalam darah meningkat, keperawatan selama 3x24 jam
kinerja ginjal akan menurun. Saat itulah diharapkan kelebihan volume cairan
ginjal tidak bisa mengirimkan jumlah dapat teratasi. Menurut Ambarwati
darah bersih yang cukup untuk dipompa (2014) akibat peningkatan tekanan
hidrostatik dan penurunan tekanan terkait dengan transfusi.
osmotik dapat menjadi edema, yang (Mcphee&Wiliam,2010)
sering muncul pada daerah mata, jari,
maupun pergelangan kaki. Edema pitting Data subjektif: Ny.SM mengatakan tidak
terjadi jika sebuah lubang terbentuk bisa BAB semenjak masuk rumah sakit
ketika seseorang menekankan jari ke dan perutnya terasa kembung dan tidak
jaringan yang edema. ( Smeltzer& Bare, nyaman. Berdasarkan data objektif:
2013). Sedangkan menurut Hidayat dan abdomen tampak cembung, bising usus
Musrifatul (2015) pitting edema positif 6x/mnt, perkusi abdomen
merupakan bentuk cekungan pada dullness. Sehingga dilakukan tindakan
daerah yang bengkak setelah ditekan, ini keperawatan selama 3x24 jam
disebabkan oleh perpindahan cairan ke diharapkan konstipasi dapat teratasi
dalam jaringan melalui titik tekan. dengan kriteria hasil: pasien merasa
Dengan penekanan jari cairan didalam nyaman, klien dapat BAB dengan lancar,
jaringan edema tidak digerakkan bising usus batas normal yaitu
kepermukaan lain. 5-32x/mnt. Perkusi abdomen tympani.
Terjadinya konstipasi pada pasien bisa
Asites adalah bentuk edema yang terjadi disebabkan karena adanya pembatasan
pada kavitas peritoneal akibat sindroma cairan yang masuk Adanya
nefrotik atau sirosis (Smeltzer & Bare, pembatasan asupan air. Air
2013). Sedangkan data subjektif: Ny.SM dibutuhkan untuk melunakkan feses
mengtakan gatal pada tangan dan kaki di dalam usus besar. Saat konsumsi
kemudian menjalas keseluruh tubuh. air berkurang, maka kandungan air
Data objektif: tampak adanya kemerahan tinja menjadi lebih sedikit dan
pada tangan dan kaki, kulit bersisik dan menyebabkan tinja menjadi keras
ada bercak kehitaman ,sehingga sehingga lebih sulit dikeluarkan.
dilakukan tindakan keperawatan selama Obat-obatan yang diminum, yang
3x24jam diharapkan gangguan Integritas memiliki efek sembelit misalnya
kulit dapat teratasi dengan kriteria hasil: tablet besi, tablet kalsium, obat anti
gatal-gatal berkurang/hilang, kulit nyeri, obat hipertensi, antasida, obat
tampak elastis tidak bersisik, turgor kulit gatal (anti histamin). Pembatasan
elastis, tidak ada kemerahan atau bercak jenis makanan tertentu (seperti
hitam pada kulit. Menurut Suyono makanan tinggi kalium dan fosfor),
(2018) salah satu Manifestasi klinis dapat berdampak pada kurangnya
gagal ginjal adalah adanya gangguan asupan serat. Serat, terutama serat
Integumen, dimana kulit berwarna pucat tidak larut bermanfaat untuk menarik
akibat anemia dan kekuning – kuningan air di dalam usus besar yang
akibat penimbunan urokrom, gatal – membuat feses menjadi lebih lunak,
gatal akibat toksik, kuku tipis dan rapuh, serta meningkatkan massa tinja
hal ini desebabkan karena Ginjal yang sehingga mudah dikeluarkan.
berfungsi dengan baik tidak dapat Aktivitas fisik yang lebih terbatas,
menghilangkan limbah dan cairan dari menyebabkan pergerakkan usus
tubuh. Perubahan warna kulit ada menjadi menurun. Gerakan usus
kaitannya dengan penimbunan metabolit yang dikenal dengan nama
berpigmen, dapat juga akibat peristaltik berperan mendorong
hemokromatosis kulit menjadi keabuan feses di usus besar untuk bergerak
ke bawah. Jarang berolahraga juga
dapat menyebabkan otot-otot yang nitrogen dalam darah). Kreatinin
berperan dalam proses BAB menjadi merupakan produk akhir metabolisme,
lemah, seperti otot perut, panggul pemeriksaan kreatinin berguna dalam
dan diafragma. Penyakit penyerta, mengevaluasi fungsi glomerullus yang
misalnya diabetes yang seringkali hasilnya lebih spesifik. Peningkatan
memiliki dampak pada gangguan kreatinin dalam darah menunjukkan
fungsi saraf yang mengatur bahwa penurunan fungsi ginjal (Sutedjo,
pergerakan saluran cerna. Depresi 2013). Kemudian menurut Black & Jane
dan stres karena penyakit yang (2014) pada gagal ginjal kronik produksi
dialami, kedua kondisi ini sisa metabolisme protein berakumulasi
memengaruhi gerakan peristaltik dalam darah sehingga menyebabkan
karena berdampak pada kerja serum kreatinin meningkat. Kadar serum
hormon dan saraf yang berperan kreatinin merupakan pengukuran pada
dalam proses pergerakan usus. fungsi ginjal yang paling akurat.
(Katzung, dkk, 2014).
Diagnosa yang pertama adalah
Hasil pemeriksaan urine lengkap tanggal Hipervolemia berhubungan dengan
23 mei 2020 : urine berwarna kuning gangguan meknisme regulasi. Diagnosa
keruh, leukosit 6-8, eritrosit 10-12, sel yang kedua adalah konstipasi
epitel 14, silinder negatif, kristal berhubungan dengan mortilitas
negatif,bakteri positif, berat jenis 1.020, gastroentestinal. Diagnosa selanjutnya
pH 7,5 , protein +2, glukosa negatif, adalah resiko gangguan integritas kulit
keton negatif, darah/Hb+2, bilirubin berhubungan dengan kelebihan volume
negatif, urobilinogen 3,2 umol/L, cairan .Hal ini sesuai dengan teori
leukosit sterace race. Hasil pemeriksaan menurut Doenges (2014) , Jika jumlah
Radiografi Thorax 13 mei 2020 : kesan nefron yang sudah tidak berfungsi
kardiomegalu dengan awal bendungan menjadi meningkat, maka ginjal akan
paru. Pada penyakit gagal ginjal kronik tidak mampu dalam menyaring urin.
akan terjadi kehilangan daya cadang Kemudian dalam hal ini glomerulus
ginjal, dalam hal ini keadaan basal LFG akan kaku dan palsma tidak dapat difilter
masih normal atau bisa juga menjadi dengan mudahnya lewat tubulus, maka
meningkat. Kemudian secara perlahan- terjadilah kelebihan cairan dengan
lahan, akan terjadi penurunan nefron retensi natrium dan air (Muttaqin, 2011).
yang progresif, yang mana ditandai Hipervolemia ditandai dengan
dengan peningkatan kadar urea dan penurunan output, oliguria, peningkatan
kreatinin serum (Sudoyo, 2007). Ureum tekanan darah, peningkatan CVP
diubah dari hati yang merupakan (Central Venous Pressure), edema,
senyawa amonia yang berasal dari peningkatan berat badan dalam waktu
metabolisme asam amino. Peningkatan singkat, edema pulmonal, perubahan
ureum dapat terjadi karena penurunan pada status mental, kegelisahan,
volume darah ke ginjal ( Sutedjo, 2013). penurunan hemoglobin/hematokrit, dan
Menurut Smeltzer & Bare(2013) jika ketidakseimbangan elektrolit.
urea dan kreatinin tidak diekskresikan
pada kelebiahan volume cairan akibat Pada gagal ginjal kronik kronik memiliki
penurunan perfusi ginjal dan penurunan masalah kelebihan volume cairan yang
eksresi sampah metabolisme dapat dapat disebabkan oleh retensi Na+dan
menjadi azotemia( peningkatan kadar air yang dapat mengakibatkan edema
(Nurarif& Hardhi, 2013). Pada pasien Hardhi, 2013). Bantu pasien dalam
gagal ginjal akan sedikit banyak menghadapi ketidaknyamanan akibat
mengalami kelebihan natrium dan air, pembatasan cairan( Smeltzer & Bare,
yang menggambarkan berkurangnya 2013). Menurut Nurarif dan Kusuma
eksresi garam dan air oleh ginjal. (2015), padadiagnosa keperawatan
Kelebihan Na+dan air dalam kondisi gangguan pertukaran gas maka SIKI
derajat sedang dapat terjadi tanpa adanya yang ada adalah Status pernafasan,
tanda objektif kelebihan CES atau cairan adapun untuk intervensi disesuaikan
ekstraselular (Mcphee& Wiliam, 2010). dengan kondisi obyektif masing-masing
Cairan ekstraselular (CES) merupakan klien. Menurut Nursalam (2010) rencana
cairan yang terdapat di luar sel dan keperawatan sederhana dapat diartikan
menyusun sekitar 30% dari total cairan sebagai suatu dokumentasi tulisan
yang ada di dalam tubuh. CES meliputi tangan dalam menyelesaikan masalah,
cairan intravaskular, cairan transelular tujuan, dan intervensi
dan cairan interstisisal (Ambarwati, keperawatan.Menurut peneliti intervensi
2014). Menurut penulis, terdapat keperawatan yang diberikan pada klien
kesamaan teori dan evidence pada pasien kelebihan volume cairan, kontipasi,
CKD dengan masalah hipervolemia, gangguan integritas kulit sudah sesuai
karena kedua pasien mengalami dengan teori dan hasil penelitian, namun
penurunan output pada saat sebelum ada intervensi yang tidak diberikan yaitu
masuk RS (sebelum diberikan diuretik), tidak diberikan nebulizer pada klien.
peningkatan tekanan darah, edema
ekstremitas, edema pulmonal, dan juga Implementasi yang dilakukan SLKI
penurunan hemoglobin/hematokrit. Saat yaitu : Pertama, mengkaji vital sign
dikaji kedua pasien telah diberikan terapi dilakukan pada pukul 11.00 WIB, dan
diuretik, oleh karena itu balance cairan hari selanjutnya dilakukan pada pukul
pasien bernilai (-) dan outputnya pun 07.30 WIB. Pengkajian ini dilakukan
bertambah. untuk mengetahui kondisi pasien dan
untuk mengontrol tekanan darah, karena
Intervensi keperawatan yang dilakukan tekanan darah yang tinggi dapat
pada studi kasus ini mengarah SIKI dan mempercepat perkembangan kerusakan
SLKI yang meliputi : penurunan ginjal (Ariani, 2016). Dan menurut
haluaran urin, diit berlebihan, dan retensi Mubarak, dkk(2015) tindakan ini
cairan dan natrium tujuannya adalah dilakukan untuk memantau peningkatan
setelah dilakukan tindakan keperawatan tekanan darah karena jumlah cairan
selama 3x24 jam kelebihan volume berlebihan dan produksi hormon
cairan dapat dikurangi atau tidak terjadi. vasoaktif. Hal ini dapat meningkatkan
Penulis melakukan implementasi resiko hipertensi dan menderita penyakit
berdasarkan intervensi yang telah dibuat. gagal jantung kongesif.
Penulis akan memamparkan hasil
implementasi pada tanggal 29-31 maret Tindakan yang kedua menimbang berat
2016 sesuai dengan intervensi yang badan harian pada pukul 11.30 WIB, dan
dibuat oleh penulis, yaitu monitor vital hari berikutnya dilakukan pada pukul
sign, timbang berat badan harian, batasi 09.20 WIB, dilakukan penimbangan
masukan cairan, monitor input dan berat badan setiap harinya karena
output cairan, kolaborasi pemberian penambahan berat badan sangat
diuretik sesuai indikasi (Nurarif& berpengaruh terhadap keseimbangan
cairan (Wang, 2015). Menurut Terry & urin. Pembatasan cairan bertujuan untuk
Aurora (2013) memonitoring berat mengurangi kelebihan cairan jika tidak
badan setiap hari guna untuk mengetahui dikurangi dapat menjadi edema,
apakah pasien patuh atau tidak terhadap hipertensi, hipertrovi ventrikel kiri
pembatasan dietnya. Menimbang berat (Istanti, 2013). Menurut Lee(2015)
badan setiap harinya untuk memantau pembatasan cairan sangat penting dalam
adanya retensi cairan atau kehilangan keadaan kelebihan volume cairan dapat
cairan dalam waktu yang mendadak. meningkatkan resiko hipertensi, aritmia,
Pasien harus tau keadaan yang dapat gagal jantung kongetif dan berpengaruh
memperparah kehilangan cairan, seperti dalam kelangsungan hidup penderita
diare, muntah, panas dan keringat gagal ginjal kronik. Penulis melakukan
berlebihan(Karch, 2011). pembatasan masukan cairan hanya
sebanyak 1220 ml, yang didapatkan dari
Kemudian tindakan yang ketiga IWL ditambah dengan urin yaitu
memonitoring input dan output 720+550= 1220 ml untuk hari pertama,
dilakukan pukul 12.30 WIB, dan hari kedua 720+600=1320ml, dan hari
berikutnya pukul 08.30 ketiga adalah 720+650=1370 ml perhari,
WIB.Keseimbangan cairan tubuh jadi pembatasan cairan tidak boleh lebih
dihitung berdasarkan jumlah cairan yang dari hasil IWL ditambah dengan
masuk dan jumlah cairan yang keluar. keluaran urin perharinya. Kemudian
Cairan yang masuk dalam kondisi menurut Smeltzer (2016) diet cairan
normal orang dewasa adalah ±2.500 cc diperbolehkan sebesar 500 ml sampai
per hari. Output sebagai bagian 600 ml untuk 24 jam atau lebih dari
mengimbangi asupan cairan dalam jumlah keluaran urin 24 jam hari
kondisi normal pada orang dewasa sebelumnya.Pembatasan asupan cairan
adalah ± 2.300 cc (Hidayat &Musrifatul, sangat perlu dilakukan pada pasien gagal
2015). Kebutuhan cairan dapat dihitung ginjal kronik.
dengan menggunakan cara perhitungan
balance cairan. Untuk menghitung IWL Tindakan yang kelima yaitu membantu
(Insensible Water Loss) dengan pasien dalam menghadapi
rumus(15 x berat badan). Rumus balance ketidaknyamanan pembatasan cairan
cairan adalah (intake-output). Input dilakukan pukul 13.45 WIB, dalam
cairan antara lain air (makan dan melakukan pembatasan cairan biasanya
minum), cairan infus, injeksi, air pasien akan memiliki rasa haus atau
metabolisme (hitung AM 5 x berat keinginan yang disadari akan kebutuhan
badan). Sedangkan output cairan cairan. Mekanisme rasa haus dimulai
meliputi feses, urin, muntah, dan dari peningkatan osmolaritas cairan
perdarahan (Yuliana, Syuibah & ekstrasel, kemudian ginjal melepas renin
Ambarwati, 2014). akan mengakibatkan produksi
angiotensin II. Angiotensin II
Tindakan yang keempat adalah merangsang hipotalamus kemudian
membatasi masukan cairan dilakukan menghasilkan rasa haus (Saputra, 2013).
pada jam 13.00 WIB, dan hari Haus juga dapat disebabkan oleh nefron
berikutnya jam 09.30 WIB, asupan yang menerima kelebihan natrium yang
cairan pada pasien gagal ginjal kronik menyebabkan GFR menurun dan
dibatasi hanya sebanyak insensible water dehidrasi, sehingga menimbulkan rasa
losses(IWL) ditambah dengan jumlah haus( Muttaqin, 2011). Menurut
Waworuntu, Wuisan & Mintjelungan dari tindakan mandiri, saling
(2015) untuk mengatasi ketergantungan atau kolaborasi, dan
ketidaknyamanan pembatasan cairan tindakan rujukan atau ketergantungan.
dapat dengan meminum jus jambu biji Implementasi tindakan keperawatan
merah, yang memiliki kandungan dengan masalah gangguan pertukaran
vitamin C dan memiliki rasa manis. gas disesuaikan dengan rencana tindakan
Buah jambu biji merah memiliki keperawatan pada situasi nyata sering
kandungan vitamin C tertinggi, buah implementasi jauh berbeda dengan
jambu biji merah tergolong kedalam rencana. Oleh karena itu, sebelum
buah yang memiliki kandungan vitami C melaksanakan tindakan yang sudah
terbanyak dari pada buah-buahan yan direncanakan perawat perlu memvalidasi
lainnya. Kandungan vitamin C dapat dengan singkatan apakah rencana
menambah aliran saliva yang dapat tindakan masih sesuai dan dibutuhkan
mencegah terjadinya kehausan.Keenam, klien sesuai dengan kondisi saat ini.
berkolaborasi dengan dokter dalam Perawat juga menilai diri sendiri apakah
pemberian obat spironolactone dan mempunyai kemampuan interpersonal,
injeksi furosemid diberikan tiap 24 jam intelektetual, teknik sesuai dengan
ini termasuk dalam terapi diuretik, yang tindakan yang akan
berguna untuk meningkatkan aliran urin dilaksanakan.Tindakan yang dilakukan
guna mencegah keadaan oliguria, untuk sesuai dengan keluhan dan tanda gejala
menurunkan kelebihan beban cairan, dan yang dialami oleh klien namun pada
furosemid terbukti bermanfaat untuk pemberian terapi setiap harinya
mencegah sumbatan di tubulus (Morton, mengikuti keadaan klien.
2014). Sedangkan menurut Butcher &
Liu (2012) diuretik ini digunakan untuk Dari evaluasi keperawatan menunjuk
meningkatkan output urin dan dapat kanbahwa klien setelah dilakukan
meminimalkan keseimbangan cairan. hemodialisa sesak menjadi berkurang
Diuretik merupakan obat yang dapat namun sehari sebelum menjalani
meningkatkan eksresi natrium, sehingga hemodialisa merasa sesak lagi. Ini
dapat membuang air dari ginjal. Diuretik dikarenakan intake cairan yang
dapat berfungsi guna mengatasi edema berlebihan sehingga terjadi edema pada
yang berkaitan dengan penyakit jantung tubuh dan juga paru. Hasil evaluasi pada
kongestif gagal hati dan sirosis hepatis, hari ketiga untuk diagnosa hipervolemia
edema paru, macam-macam penyakit itu didapatkan data subjektif: Ny.SM
ginjal dan juga berfungsi sebagai obat mengatakan bahwa BAK sesudah sedikit
tambahan dalam pengobatan banyak yaitu 20-30cc dan sehari 3-4x
hipertensi( Karch, 2011). BAK, sesak nafas sudah berkurang,
edema sudah tidak ada. Klien telah
Menurut Wijaya & Putri (2013), diberitahukan mengenai retriksi caian.
implementasi merupakan pengelolaan
dari perwujudan intervensi meliputi Hasil evaluasi pada hari ketiga untuk
kegiatan yang validasi, rencana diagnose kontipasi yaitu: klien sudah
keperawatan, mendokumentasi rencana bisa BAB setelah dilakukan massage
memberikan askep dalam pengumpulan abdomen, klien sudah makan makanan
data serta melaksanakan adusa dokter tingggi serat, klien mampu beraktivitas
dan ketentuan Rumah Sakit. Jenis sesuai kemampuan, abdomen sudah
tindakan pada implementasi ini terdiri
tidak membesar, klien sudah merasa Diagnosa keperawatan yang didapatkan
nyaman. dari hasil pengkajian pada Ny. SM yaitu
yang pertama hipervolemi berhubungan
Hasil evaluasi pada hari ketiga untuk dengan gangguan mekanisme
diagnosa resiko gangguan integritas kulit regulasi.Diagnosa yang kedua adalah
didapatkan; setelah dilakukan oles konstipasi berhubungan dengan
minyak zaitun setelah mandi dengan air mortilitas gastrointestinal. Diagnosa
hangat didapatkan gangguan integritas selanjutnya adalah resiko gangguan
kulit teratasi, turgor kulit elastis, integritas kulit berhubungan dengan
ektremitas bawah dan atas sudah tidak kelebihan volume cairan.
bersisik, kulit tampak lembab tidak
kemerahan. Wijaya & Putri (2013) Intervensi keperawatan pada diagnosa
evaluasi merupakan tahapan akhir dan hipervolemia, konstipasi, dan resiko
suatu proses keperawatan yang gangguan integritas kulit yaitu TTV,
merupakan perbandingan yang monitoring intake dan output pada
sistematis dan rencana tentang kesehatan pasien, batasi cairan yang masuk,
pasien dengan tujuan yang telah berikan edukasi pembatasan cairan,
ditetapkan, dilakukan dengan cara retriksi cairan, observasi edema dan
melibatkan pasien dan sesama tenaga derajat edema, observasi hasil
kesehatan. laboratorium hb, kreatinin, BUN, Ht,
albumin, dan elektrolit, dan monitoring
SIMPULAN komplikasi edema paru serta distensi
vena jugularis. Massage abdomen,
Setelah dilakukan tindakan asuhan
pemberian minyak zaitun setelah mandi
keperawatan pada Ny.SM dengan
dengan air hangat, kolaborasi pemberian
Hipervolemia. maka simpul an yang
obat.
diperoleh yaitu: Hasil Pengkajian. Data
subyektif: Ny.SM mengatakan bahwa Hasil evaluasi pada hari ketiga untuk
BAK sedikit 2-3 x/hari masing-masing diagnosa hipervolemia yaitu didapatkan
hanya 20cc, kaki bengkak sejak data subjektif: Ny.SM mengatakan
seminggu yang lalu, sesak nafas sejak 2 bahwa BAK sesudah sedikit banyak
hari sebelum masuk rumah sakit yaitu20-30cc dan sehari 34x BAK, sesak
sekarang sudah berkurang, mengtakan nafas sudah berkurang, edema sudah
gatal pada tangan dan kaki kemudian tidak ada. Pasien telah diberitahukan
menjalas keseluruh tubuh, Ny. SM juga mengenai retriksi caian. Hasil evaluasi
mengatakan tidak dapat BAB semenjak pada hari ketiga untuk diagnose
masuk Rumah Sakit. Data objektif: kontipasi yaitu: pasien sudah bisa BAB
terdapat pitting edema derajat +2 pada setelah dilakukan massage
seluruh ekstremitas, wajah sedikit abdomen, ,klien sudah makan makanan
bengkak, oliguria, serta hasil rontgen tingggi serat, klien mampu beraktivitas
Thorax tanggal 24 Mei 2020 sesuai kemampuan, abdomen sudah
menunjukan adanya bendungan awal tidak membesar, klien sudah merasa
paru, kulit bersisik dan ada bercak nyaman. Hasil evaluasi pada hari ketiga
kehitaman, abdomen tampak cembung, untuk diagnose resiko gangguan
bising usus positif 6x/mnt, perkusi integritas kulit didapatkan; setelah
abdomen dullness. dilakukan oles minyak zaitun setelah
mandi dengan air hangat didapatkan
gangguan integritas kulit teratasi, turgor Medical Record RSIJ Cempaka Putih.
kulit elastis, ektremitas bawah dan atas (2016). Data Pasien CKD yang Di
sudah tidak bersisik, kulit tampak Rawat Inap 3 Bulan Terakhir. Jakarta:
lembab tidak kemerahan. tidak di publikasi.
Medika.Ratiningsih
N,dkk.2011.Peningkatan Fungsi
DAFTAR PUSTAKA Ventilasi Paru Pada Klien Ppok Dengan
Posisi High Fowler & Orthopneic. Jurnal
Arikunto, Suharsimi. (2012). Prosedur
Keperawatan Indonesia.Volume 14.
Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.
No.1, 1 Maret 2011; hal 31-36.
Edisi Revisi V. Jakarta: Rineka Cipta.
Potter, P. A & Perry, A. G. (2012). Buku
BerkowitzA. 2012. Lekture Note
Ajar Fundamental Keperawatan:
Patofisiologi Klinik; Contoh Khasus
Konsep, Proses, dan Praktik, Alih
Klinis.Jakarta: EGC.
bahasa: Renata Komalasari. Jakarta:
CandraD.2015. Kadar Albumin dan EGC.
Hemoglobin Pasien Gagal Ginjal Kronik
Price, Sylvia A. & Lorraine M. Wilson.
dengan Diabetes dan Non-diabetes.
Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-
Jurnal INJEC.Volume 2.
Proses Penyakit Edisi 6 Volume 2.
Dharma, P. S, dkk. 2015. PenyakitGinjal Jakarta : EGC. 2010.
Deteksi Dini dan Pencegahan.
Smeltzer & Bare. (2013). Buku Ajar
Yogyakarta Doenges E, Marilynn, dkk.
Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
(2012). Rencana Asuhan Keperawatan :
Suddarth. Edisi 12. Alih bahasa: Devi
Pedoman Untuk Perancanaan dan
Yulianti, Amelia Kimin. Jakarta: EGC.
Pendokumentasian Perawatan Pasien.
Edisi 3. Jakarta : EGC. Smeltzer, S. (2014).Buku Ajar
Keperawatan Medikal Bedah Brunner
Hasdianah S, dkk.2015. Dasar-dasar
dan Suddarth.Volume 2 Edisi 8. Jakarta :
Riset Keperawatan. Yogyakarta.
EGC.
Huda, Nuratif dan Hardhi Kusuma.
Sudoyo. Buku Ajar Ilmu Penyakit
2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Dalam. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.
Berdasarkan Diagnosa NANDA NIC-
2015.
NOC. Jakarta : Media Action.
Suwitra K. Penyakit Ginjal Kronik. In:
LeMone, Priscillia, dkk. (2016). Buku
Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, et al.,
Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi
3rd ed. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.
5. Alih bahasa: Egi Komara Yudha, dkk.
Jakarta : Interna Publishing 2015 : 1035-
Jakarta: EGC.
1040.
Litbang. (2013). Riset Kesehatan Dasar
Tahun 2013. Jakarta: Litbang.
Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Tokala B, dkk.2015.Hubungan Antara
Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta : Lamanya Menjalani Hemodialisis
Media Aesculapius. dengan Tingkat Kecemasan Pada Pasien
dengan Penyakit Ginjal Kronik di RSUP
Prof Dr. R.D. Kanalan Manado.Jurnal e-
Clinic (eCl).Volume 3. Nomor 1,
Januari-April 2015.

Anda mungkin juga menyukai