Anda di halaman 1dari 27

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Remaja
2.1.1 Pengertian Remaja

Menurut WHO, masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-

kanak menuju masa dewasa awal, di masa tersebut terjadi perkembangan yang cepat

termasuk fungsi reproduksi sehingga mempengaruhi terjadinya perubahan-perubahan

perkembangan, baik fisik, mental maupun peran sosial (Kumalasari & Andhyantoro,

2012). Lonjakan pertumbuhan yang cepat menandai masa remaja, meskipun

perkembangan fisik yang sangat terlihat pada masa ini, kebutuhan emosi

mendominasi selama periode ini. Remaja sering kali menghabiskan waktu mereka

untuk mencari identitas diri mereka. Mereka harus membuat pilihan kritis yang dapat

menentukan kehidupan mereka di masa mendatang (Rosdahl & Kowalski, 2014).

2.1.2 Tumbuh Kembang Remaja


Pengertian tumbuh kembang remaja adalah pertumbuhan fisik dan

perkembangan kejiwaan yang dialami oleh remaja yang mengalami beberapa

perubahan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa diantaranya perubahan fisik,

perubahan emosi yang tercermin dari sikap dan tingkah laku, dan perkembangan

kepribadian yang tidak hanya dipengaruhi oleh orang tua dan lingkungan keluarga

tetapi juga lingkungan luar sekolah (Kumalasari & Andhyantoro, 2012).


Pertumbuhan Fisik dan Psikologis pada Masa Remaja

Pada masa remaja terjadi suatu perubahan fisik yang cepat, termasuk

diantaranya proses pematangan organ-organ reproduksi. Menginjak usia 13 tahun,

banyak remaja putri yang mengalami menarche, yaitu awitan menstruasi dan sebagai

tanda dimulainya kematangan organ reproduksi bagi remaja putri. Menstruasi awal

biasanya belum teratur, dan siklus normal biasanya belum terbentuk selama beberapa

tahun. Perkembangan sekunder pada remaja putri seperti perkembangan payudara,

pertumbuhan rambut pubis, pinggul yang mulai melebar, dan suara menjadi lebih

penuh dan merdu. Tinggi badan tidak banyak bertambah setelah 14 tahun. Menginjak

usia 16 tahun, siklus menstruasi mulai teratur dan remaja putri sudah menerima

menstruasi sebagai bagian dari kehidupan perempuan dewasa (Kumalasari &

Andhyantoro, 2012).

Selama periode masa remaja awal, yang dikenal denga pra-remaja, kawula

muda sering terombang-ambing di antara hasrat untuk mandiri dan kepercayaan dari

keluarga mereka serta kepolosan, rasa senang bermain, dan kebutuhan untuk terus

mendapat pengakuan. Berbagai sumber konflik yang timbul pada masa remaja awal

ini, menjadikan kesabaran sangat penting. Remaja di masa awal mencoba berbagai

hal baru untuk menguji kemandirian dan kepercayaan diri sehingga membutuhkan

dukungan dan bimbingan kuat dari keluarga. Saat bertambah besar, remaja lebih

mampu mengendalikan emosi dan lebih mampu memandang situasi dalam prespektif.

Individu remaja awal biasanya antusias sehingga membawa semangat dan gairah ke

dalam perbuatan mereka. Dari berbagai karakter dan ciri-ciri psikologis remaja tadi,

hal yang paling menonjol dari seorang remaja adalah konsep sikap yang egois sebagai
wujud perkembangan berpikir dan bersikap dalam memperjuangkan kemandirian

sikap (the strike of autonomity). Dari konsep ini maka seringkali perilaku remaja

sering menunjukkan sikap-sikap kritis dan berlawanan dengan perilaku orangtua,

keluarga, dan masyarakat sekitarnya. Menurut Piaget, individu berusia 12-15 tahun

masuk IV perkembangan kognitif, yaitu operasi formal. Remaja berpikir abstrak dan

mengembangkan keterampilan untuk berpartisipasi dalam penyelesaian masalah yang

rumit. Remaja cenderung ingin mengetahui hal-hal baru, sehingga muncul perilaku

imgin mencoba-coba (Rosdahl & Kowalski, 2014).

2.2 Menstruasi

2.2.1 Pengertian Menstruasi


Peristiwa pertama kali mendapatkan menstruasi ini disebut, menarche yang

merupakan ciri mencolok perempuan memasuki masa pubertas dan tanda terjadinya

pematangan reproduksi serta menunjukkan bahwa perempuan sudah dapat

melangsungkan kehamilan (Eswi, Helal, & Elarousy, 2012). Pengalaman menarche

berbeda-beda setiap orang, karena dipengaruhi beberapa faktor seperti keturunan dan

status nutrisi remaja (Mythili, 2007).

Menstruasi dapat diartikan sebagai meluruhnya ovum yang tidak dibuahi

beserta lapisan dinding uterus yang terjadi secara periodik, dibawah kendali hormon

hipotalamus-pituitari axis, dilanjutkan ke hipofise melalui “sistem fortal” dikeluarkan

hormon gonadotropik perangsang folikel dan luteinizing hormon untuk merangsang

indung telur. Hormon perangsang folikel (FSH), merangsang folikel primordial yang

dalam perjalanannya mengeluarkan estrogen untuk pertumbuhan tanda seks sekunder


(pertumbuhan rambut di ketiak dan di sekitar kemaluan, pembesaran payudara,

penimbunan jaringan lemak di bokong dan di payudara) (Lowdermik, Perry, &

Cashion, 2013).

Pada awal menstruasi terjadi dominan estrogen yang menyebabkan

pertumbuhan dan perkembangan tanda seks sekunder. Hal ini juga menyebabkan

pada permulaan perdarahan sering tidak teratur karena bentuk menstruasinya

anovulatoir (tanpa pelepasan sel telur). Setelah ovarium memproduksi estrogen

dalam jumlah yang cukup untuk membuat ovum matang, periode cenderung lebih

regular dan terjadi ovulasi. Ketika umur 17-18 tahun, menstruasi akan teratur dengan

interval 26-32 hari (Lowdermik, Perry, & Cashion, 2013).

2.2.2 Siklus Menstruasi


a. Siklus hipotalamus-hipofisis

Mendekati akhir menstruasi, kadar estrogen dan progesteron di dalam darah

akan menurun. Keadaan ini menstimulasi hipotalamus untuk menyekresi

gonadotropin releasing hormon (GnRh). GnRh akan menstrimuluasi hipofisis

anterior untuk menyekresi follicle stimulating hormon (FSH) untuk

menstimulasi perkembangan folikel graft yang akan memproduksi estrogen.

Peningkatan hormon estrogen ini menekan pengeluaran hormon perangsang

folikel (FSH), tetapi merangsang hormon luteinizing hormon (LH) lalu

merangsang folikel Graff. Adanya lonjakan LH dan puncak estrogen

mendahului pelepasan ovum dari folikel graft (ovulasi) kira-kira 24-36 jam.

Jika fertilisasi tidak terjadi, korpus luteum akan mengalami regresi. Kadar
progesteron dan estrogen menurun, terjadi menstruasi, dan hipotalamus

kembali akan menyekresi GnRh (Lowdermik, Perry, & Cashion, 2013).

b. Siklus ovarium

Lonjakan LH sebelum ovulasi mempengaruhi folikel tertentu. Oosit matang,

terjadi ovulasi, dan folikel yang kosong berubah menjadi korpus luteum. Fase

luteal dimulai segera setelah ovulasi dan berakhir dengan permulaan

menstruasi. Korpus luteum akan mencapai puncaknya setelah 8 hari terjadi

ovulasi dan menyekresi progesteron dan estrogen. Dengan keaadan seperti ini,

ovum yang telah difertilisasi akan diimplantasi dalam endometrium. Namun,

jika tidak terjadi implantasi, korpus luteum akan mengalami regresi, kadar

estrogen dan progesteron akan menurun, dan terjadilah menstruasi

(Lowdermik, Perry, & Cashion, 2013).

c. Siklus endometrium

Siklus endometrium dibagi menjadi empat fase yaitu fase menstruasi, fase

proliferasi, fase sekretorik, dan fase iskemik. Fase menstruasi merupakan

peluruhan dua per tiga lapisan fungsional endometrium diinisiasi oleh

vasonkonstriksi periodik pada lapisan endometrium paling atas. Fase

proliferasi adalah ketika endometrium mengalami penebalan hingga delapan

sampai sepuluh kali lipat, dan pertumbuhan yang paralel saat ovulasi. Fase

sekretorik berlangsung sejak hari terjadinya ovulasi hingga kurang lebih tiga

hari sebelum periode menstruasi berikutnya. Selama fase iskemik, suplai

darah berkurang ke lapisan fungsional endometrium dan terjadilah nekrosis.


Lapisan fungsional terpisah dari lapisan basal dan menstruasi dimulai sebagai

hari ke-1 dari siklus berikutnya (Lowdermik, Perry, & Cashion, 2013).

2.2.3 Gangguan Menstruasi


1. Premenstrual Tension

Ketegangan sebelum menstruasi (premenstrual tension) adalah keluhan yang

terjadi sekitar seminggu sebelum dan sesudah menstruasi. Penyebab hormonal yang

mungkin adalah sebagai berikut; ketidakseimbangan hormon reproduksi estrogen dan

progesteron, kelebihan hormon prolaktin (yang membantu mengatur hormon

reproduksi), defisiensi serotonin yang menyebabkan sensitivitas abnormal terhadap

perubahan kadar hormon, serta defisiensi diet yang tidak sehat, jarang olahraga dapat

menjadi faktor resiko (Andrews, 2009).

Bentuk keluhan sebelum menstruasi contohnya mastodinia (mastalgia), yaitu

terasa pembengkakan dan pembesaran payudara. Hal ini disebabkan oleh peningkatan

estrogen sehingga terjadi retensi air dan garam. Keluhan lainnya adalah mittelschmerz

(rasa nyeri saat ovulasi), ini terjadi karena pecahnya folikel Graff, dapat disertai

perdarahan lamanya sekitar beberapa jam sampai 2-3 hari. Gejala fisik yang umum

terjadi juga seperti sakit kepala, kembung dan begah, konstipasi atau diare, perubahan

selera makan, masalah kulit seperti jerawat. (Abrahams, 2014)

Bentuk keluhan gangguan emosional sebelum menstruasi datang adalah

mudah tersinggung, gelisah, sukar tidur, lesu, mudah menangis, iritabilitas dan

suasana hati yang tidak menetap, dan rasa percaya diri yang rendah. Gangguan yang

berat ada seperti depresi, rasa takut, dan gangguan konsetrasi (Abrahams, 2014).
2. Dysmenorrhea

Bentuk gangguan pada saat menstruasi adalah dismenorea (rasa nyeri saat

menstruasi). Perasaan nyeri ini dapat berupa kram ringan pada bagian kemaluan

sampai terjadi gangguan dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Bentuk gangguan ini

ada dua yaitu :

a. Dismenorea primer, nyeri menstruasi tanpa kelainan anatomis alat kelamin.

Nyeri menstruasi kategori ini masih tergolong normal, tetapi dapat berlebihan

jika dipengaruhi faktor fisik dan psikis, dan seperti syok, penyempitan

pembuluh darah, kurang darah, dan kondisi tubuh yang menurun.

b. Dismenorea sekunder, nyeri menstruasi yang berhubungan dengan kelainan

anatomis alat kelamin. Kelainan ini kemungkinan adalah menstruasi disertai

infeksi, endometriosis (jaringan endometrium di luar rahim), mioma uteri,

polip endometrial, polip serviks,tumor sekitar kandungan, serta kelainan

kedudukan rahim yang mengganggu organ dan jaringan disekitarnya

(Lowdermik, Perry, & Cashion, 2013).

2.2.4 Mitos-mitos saat Menstruasi


Sebagian besar masyarakat Indonesia masih mempercayai mitos-mitos pada

saat menstruasi. Kurangnya pengetahuan masyarakat menjadikan mereka berpola

pikir yang tidak sesuai dengan teori yang sudah ada, yang kemudian berkembang

menjadi mitos. Meskipun secara ilmiah mitos tersebut tidak benar, nyatanya masih

banyak masyarakat yang percaya dan melakukan mitos tersebut (Andira, 2010).

Mitos-mitos tersebut antara lain :


a. Tidak boleh keramas

b. Tidak boleh memotong kuku

c. Tidak dianjurkan sering ganti-ganti pembalut

d. Minum soda untuk memperlancar menstruasi

e. Hindari minum minuman dingin

f. Makan makanan pedas dapat memperparah sakit perut saat menstruasi

g. Makan mentimun bisa menyebabkan darah menstruasi tersisa di dinding

rahim dan memicu kanker ovarium

h. Menstruasi membuat tubuh lemah sehingga tidak boleh berolahraga saat

mesntruasi

2.3 Perawatan Diri Saat Menstruasi


Menurut Santina, Wehbe, Ziade, dan Nehme (2013) perawatan diri yang baik

perlu saat menstruasi, hal tersebut termasuk; mengganti dengan teratur pakaian dan

celana dalam, mengganti pembalut setiap 3-4 jam sekali, mandi setiap hari khususnya

saat dysmenorrhea, membasuh area genitalia setelah buang air besar atau kecil,

melanjutkan aktivitas normal sehari-hari (contohnya pergi ke sekolah, melakukan

aktivitas fisik atau olahraga), dan memelihara keseimbangan asupan makanan seperti

mengkonsumsi banyak buah-buahan serta sayuran yang kaya akan zat besi dan

kalsium. Sedangkan menurut Poureslami & Ashtiani (2002), perawatan diri terkait

dengan menstruasi diantaranya mengkonsumsi nutrisi yang tepat, aktivitas fisik dan

olahraga, dan personal hygiene. Maka dari kedua sumber tersebut dapat disimpulkan
bahwa perawatan diri saat menstruasi yang baik yaitu personal hygiene, penggunaan

pembalut, diet makanan, serta latihan atau aktivitas dan olahraga.

2.3.1 Personal Hygiene


1. Perawatan Kulit dan Wajah

Kesehatan dapat tercermin dari kulit, salah satunya adalah kulit wajah. Wajah

merupakan bagian sensitif khususnya bagi remaja putri. Pada saat menstruasi tubuh

mengahasilkan lebih banyak keringat dan minyak, hal ini berdampak juga pada kulit

wajah dan biasanya masalah yang timbul adalah jerawat. Jerawat ini akan

mengganggu penampilan para remaja putri. Maka dari itu, ketika menstruasi

membersihkan wajah dua sampai tiga kali sehari, bisa juga menggunakan air hangat

untuk mengangkat minyak dan kotoran. Hindari menggunakan krim yang berminyak,

karena hal in akan memperburuk keadaan. Hindari menggunakan kosmetik yang

dapat menghalangi pembuluh dari kelenjar sebasea dan folikel rambut. Jangan pernah

memencet jerawat atau mencungkilnya, karena hal ini dapat meningkatkan potensi

infeksi dan meninggalkan bekas luka atau jaringan parut (Kozier & Erb's, 2008).

Perawatan kulit dan wajah saat menstruasi terdiri dari perawatan dalam dan

luar. Perawatan dari dalam meliputi makan makanan dengan menu seimbang

diperlukan untuk kesehatan kulit karena zat gizi dan vitamin sangat penting bagi

kulit. Perawatan dari luar seperti mencuci muka teratur dan memberikan pelembab

(Kozier & Erb's, 2008).


2. Perawatan Rambut

Pada saat menstruasi tubuh kita menghasilkan lebih banyak keringat dan

minyak, sehingga menjaga kebersihan rambut sangatlah penting agar terhindar dari

ketombe dan mikroorganisme lainnya. Usahakan minimal membersihkan rambut dua

hari sekali. Kebersihan rambut bisa membantu lancarnya sirkulasi darah pada kulit

kepala, membantu relaksasi dan membantu jaringan metabolisme agar tetap tumbuh

dan berkembang secara normal (Kozier & Erb's, 2008).

Perawatan rambut genitalia disarankan untuk mencukur dengan gunting setiap

40 hari. Kebersihan rambut genitalia saat menstruasi juga penting dijaga. Rambut-

rambut genitalia berfungsi untuk merangsang pertumbuhan bakteri baik yang

melawan bakteri jahat serta menghalangi masuknya benda asing kecil ke dalam

vagina, sehingga perlu rajin menjaganya agar tidak menjadi sarang kutu dan jamur

(Poltekkes Depkes Jakarta I, 2010).

3. Kebersihan Tubuh dan Organ Genital

Mandi mengangkat kumpulan minyak, keringat, sel kulit mati, dan beberapa

bakteri. Selain untuk membersihkan kulit, mandi juga bermanfaat untuk mnstimulasi

sirkulasi (Kozier & Erb's, 2008). Untuk menjaga kebersihan tubuh saat menstruasi,

sebaiknya mandi 2 kali sehari dengan sabun mandi biasa. Mandi dengan

menggunakan air hangat jika memungkinkan, karena hal ini dapat mengurangi rasa

tidak nyaman dan kram selama menstruasi karena arteriol superfisial dapat

berdilatasi, membawa lebih banyak darah, dan menutrisi kulit, selain itu dapat

memberikan efek relaksasi (Kozier & Erb's, 2008). Pada saat mandi organ reproduksi

bagian luar pun perlu dibersihkan dengan benar. Cara membersihkannya adalah tidak
menggunakan air yang kotor untuk mencuci vagina, membersihkan kotoran yang

keluar dari alat kelamin dan anus dengan air atau kertas pembersih (tisu), dengan

gerakan cara membersihkan dari daerah vagina ke arah anus (depan ke belakang)

untuk mencegah kotoran dari anus masuk ke vagina, pemakaian pembilas vagina

secukupnya, tidak berlebihan (Irianto, 2015).

Tujuan perawatan selama menstruasi pada alat reproduksi bagian luar adalah

menjaga kesehatan vagina, membersihkan bekas keringat dan bakteri yang ada di

sekitar vulva di luar vagina, mempertahankan pH derajat keasaman vagina normal

(3,5-4,5), mencegah tumbuhnya jamur, bakteri, protozoa, dan mencegah terjadi

keputihan (Poltekkes Depkes Jakarta I, 2010).

Menstrual hygiene menurut Nair (2008), meliputi; mengganti pembalut secara

teratur, ingat untuk selalu mengganti pembalut kapanpun jika sedang berada di luar,

membasuh area genital setelah BAB ataupun BAK, menjaga area genital dan lipatan

kaki tetap kering, mandi secara teratur dan mengganti pembalut akan memastikan

bahwa bau tubuh alami yang keluar dari tubuh tersebut tidak akan tampak dengan

jelas, mandi setidaknya sehari sekali menggunakan air hangat dapat melegakan nyeri

yang berhubungan dengan menstruasi, pastikan pakaian dalam dan pakaian yang

basah kuyup oleh keringat selalu diganti secara teratur atau sering, celana dalam

berbahan katun lebih dianjurkan daripada yang berbahan sintetik karena yang

berbahan sintetik tidak dapat menyerap keringat dan panas, dan akan membuat

perkembangbiakan bakteri. Menstruasi adalah kejadian periodik dan karena itu

melakukan manajemen menstruasi secara higienis adalah hal dasar. Manajemen yang
tidak higienis dapat menyebabkan infeksi saluran reproduksi dan infeksi saluran

kemih.

4. Kebersihan Pakaian Sehari-hari

Mengganti pakaian setiap hari penting untuk kenyamanan diri kita sendiri,

terutama pakaian dalam. Pakaian dalam yang dikenakan harus dalam keadaan bersih

dan ukuran yang tepat (Poltekkes Depkes Jakarta I, 2010). Untuk pakaian dalam

sebaiknya menggunakan dari yang berbahan kaus atau katun sehingga dapat

menyerap keringat. Pakaian dalam yang tidak menyerap keringat dapat

mengakibatkan timbulnya jamur dan keputihan. Pemakaian pakaian dalam pun

sebaiknya tidak terlalu ketat atau penggunaan karet yang berlebihan, karena

menyebabkan kulit sulit bernafas dan akhirnya bisa daerah kewanitaan menjadi

lembab, gatal dan menimbulkan iritasi (Varney, 2007).

2.3.2 Penggunaan Pembalut

Untuk penggunaan pembalut, sebaiknya menggunakan pembalut yang bersih,

tidak berwarna, tidak megandung parfum, dan daya serapnya tinggi agar tetap

nyaman digunakan sehari-hari. Sebaiknya tidak menggunakan pembalut yang

mengandung gel, sebab gel dalam pembalut kebanyakan dapat menyebabkan iritasi

dan rasa gatal. Pembalut saat menstruasi harus diganti sebaiknya tiap 3-4 jam sekali,

atau setiap setelah mandi, buang air kecil, dan buang air besar. Pembalut tidak boleh

dipakai lebih dari enam jam, karena pada saat menstruasi pembuluh darah rahim

sangat mudah terkena infeksi (Poltekkes Depkes Jakarta I, 2010).


Pantyliner biasanya digunakan untuk menyerap cairan vagina atau keringat

yang biasa dipakai sehari-hari diluar hari menstruasi. Biasanya diapakai sebelum dan

sesudah menstruasi. Namun tidak disarankan menggunakan setiap hari, karena akan

menambah kelembaban vagina, sebaiknya digunakan ketika diperlukan saja seperti

misalnya sedang mengalami keputihan (Aryani, 2010).

Kesalahan yang sering dilakukan saat menggunakan pembalut adalah

membuka dan memasang pembalut tanpa mencuci tangan terlebuh dahulu,

menyimpan pembalut di tempat lembab seperti kamar mandi, pemilihan pembalut

tanpa memperhatikan kualitas pembalut tersebut, memakai pembalut yang

mengandung bahan penghilang bau, serta pemakaian pembalut yang terlalu lama

(Poltekkes Depkes Jakarta I, 2010).

2.3.3 Diet Makanan


Asupan energi bervariasi sepanjang siklus haid, terjadi peningkatan asupan

energi pada fase luteal dibandingkan dengan fase folikuler. Peningkatan konsumsi

energi pramenstruasi dengan ekstra penambahan 87-500 Kkal/hari. Hal ini

menandakan bahwa estrogen mengakibatkan efek penekanan atau penurunan

terhadap nafsu makan (Paath, Rumdasih, & Heryati, 2004).

Menurut Andrews (2009) pada saat menstruasi, jumlah kebutuhan air dalam

tubuh lebih banyak dari biasa. Hal ini menyebabkan timbulnya keluhan nyeri perut

dan lainnya. Oleh karena itu rekomendasi diet saat menstruasi adalah :

1. Kurangi asupan garam. Garam yang berlebihan dapat menyebabkan retensi

cairan sehinggan timbul perasaan kembung dan mastalgia. Makanan tinggi


garam juga harus dibatasi seperti keju, ikan yang diawetkan, atau kacang

asin.

2. Konsumsi makanan yang mengandung karbohidrat lebih banyak, sehingga

tubuh tidak merasa lemah. Mengonsumsi tinggi karbohidrat dan rendah

protein dapat memperbaiki gangguan tidak nyaman, hal ini berhubungan

dengan pembentukan serotonin dalam otak.

3. Membatasi konsumsi lemak. Mengonsumsi rendah lemak dan tinggi

karbohidrat akan mengurangi pembengkakan payudara.

4. Membatasi konsumsi gula.

5. Memperbanyak konsumsi buah-buahan, sayur-sayuran, ikan dan daging

ayam.

6. Kurangi asupan “junk food”. Konsumsi sebanyak mungkin makanan yang

segar dengan kandungan gizi masih lengkap.

7. Makan teratur dan jangan makan berlebihan. Beberapa wanita dianjurkan

untuk menjaga kadar gula darahnya (menghindari risiko gejala menyerupai-

hipoglikemia, seperti kelelahan, iritabilitas dan sakit kepala).

8. Mengkonsumsi minuman hangat yang mengandung kalsium tinggi, terutama

jika sedang dysmenorea.

9. Meminum air meineral yang cukup untuk mengatasi sakit dan mencegah

konstipasi.

10. Batasi asupan kafein. Batasi konsumsi kopi, teh, atau kola. Kafein dapat

menambah tingkat ansietas dan iritabilitas. Kopi tanpa kafein atau teh herbal

dapat menjadi pengganti yang tepat. Teh Camomile merupakan relaksan kuat,
teh pepermin menbantu mengatasi mual, dan teh bunga limau meredakan

perubahan alam perasaan.

11. Meminum vitamin C dan tablet penambah kalsium jika diperlukan.

12. Jika cairan menstruasi yang keluar sangat banyak, bisa meminum tablet

penambah zat besi untuk mencegah anemia.

Pada remaja putri perlu mempertahankan status gizi yang baik, dengan cara

mengonsumsi makanan seimbang karena sangat dibutuhkan pada saat menstruasi,

terbukti pada saat menstruasi terutama pada fase luteal akan terjadi peningkatan

kebutuhan nutrisi. Hal ini tidak bisa dibiarkan begitu saja karena dampaknya akan

terjadi keluhan-keluhan yang menimbulkan rasa ketidaknyamanan selama siklus

menstruasi (Paath, Rumdasih, & Heryati, 2004).

2.3.4 Latihan atau Olahraga dan Aktivitas Fisik


Latihan bermanfaat bagi perempuan yang sedang menstruasi, hanya saja

perempuan perlu diberikan dorongan untuk menjalankannya. Diperkirakan bahwa

latihan memicu produksi endorphin, opiat alami yang meningkatkan rasa sejahtera

dan harga diri serta meningkatkan toleransi perempuan terhadap perubahan

pramenstruasi, sehingga mengurangi pengaruh sindrom pramenstruasi dalam

kehidupannya. Jalan kaki, lari, latihan aerobik, renang, dan yoga merupakan latihan

terapeutik dan harus direkomendasikan. Berolahraga secara teratur dan tidak

berlebihan dapat memperlancar sirkulasi darah (Andrews, 2009).

Pada beberapa perempuan bisa juga melakukan seperti meditasi, latihan

pernafasan, dan teknik relaksasi lainnya. Ketika sedang nyeri perut saat menstruasi,

bisa juga melakukan tarik nafas dalam secara perlahan untuk relaksasi. Lalu, ambil
posisi menungging sehingga rahim tergantung ke bawah, hal tersebut dapat

membantu relaksasi serta menggosok-gosok perut atau pinggang yang sakit dan

kompres dengan botol hangat pada bagian yang terasa kram. Teknik relaksasi lainnya

bisa menggunakan aromaterapi untuk menenangkan diri, menonton, membaca, dan

mendengarkan musik (Andrews, 2009).

2.4 Peran Perawat


The National Association of School Nurses (2008) mengidentifikasi 7 peran

inti yang harus dipenuhi oleh perawat sekolah untuk mengasuh dan merawat

kesehatan dan menyukseskan pendidikan anak maupun remaja. Peran-peran tersebut

adalah perawat sekolah memberikan perawatan langsung kepada para murid, perawat

sekolah mempimpin untuk memberikan pelayanan kesehatan, perawata sekolah

memberikan skrining terhadap kondisi kesehatan dan merujuk, perawat sekolah

mempromosikan kesehatan lingkungan sekolah, perawat sekolah mempromosikan

kesehatan, perawat sekolah memberikan peran kepemimpinan untuk kebijakan dan

program kesehatan, serta perawat sekolah adalah penghubung antara anggota sekolah,

keluarga, perawatan kesehatan profesional, dan komunitas.

Peran perawat yang dapat diaplikasikan terkait dengan kesehatan reproduksi

di sekolah adalah perawat sekolah yang memberikan skrining terhadap kondisi

kesehatan para murid. Skrining kesehatan dapat menurunkan efek negatif dari

masalah kesehatan dengan mengidentifikasi siswa yang mempunyai masalah

kesehatan potensial secara dini dan merujuk mereka untuk menerima pengobatan

yang sesuai. Selain itu ada juga perawat sekolah mempromosikan kesehatan. Perawat
sekolah memberikan pendidikan kesehatan dengan memberikan informasi kesehatan

pada siswa secara individual maupun secara berkelompok melalaui pendidikan

kesehatan, ilmu pengetahuan, dan kelas-kelas lain. Perawat sekolah membantu tim

pengembangan kesehatan di kurikulum pendidikan dan memberikan program

pendidikan kesehatan tersebut kepada staff, keluarga, dan komunitas. Topik

pendidikan kesehatan yang dapat diberikan salah satunya pendidikan kesehatan

reproduksi. Perawat sekolah juga mempromosikan kesehatan pada dewan sekolah

lokal.

2.5 Pengetahuan
Pengetahuan adalah kesan di dalam pikiran manusia sebagai hasil penggunaan

pancainderanya. Pengetahuan adalah segala yang diketahui berdasarkan pengalaman

yang didapatkan oleh manusia. Menurut Brunner, proses pengetahuan terdiri dari tiga

aspek, yaitu proses mendapat informasi, proses transformasi, dan proses evaluasi

(Mubarak, 2011).

2.5.1 Tingkatan Pengetahuan


Pengetahuan sebagai domain kognitif mempunyai enam tingkatan, yaitu :

1. Tahu (know)

Tahu adalah kemampuan mengingat kembali (recall) materi yang telah

dipelajari.
2. Memahami (comprehension)

Memahami adalah kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang

diketahui dan dapat diinterpretasikan kembali.

3. Aplikasi (application)

Aplikasi adalah kemampuan untuk menggunakan materi yang telah diketahui

pada kondisi sebenarnya

4. Analisis (analysis)

Analisis adalah kemampuan untuk menjabarkan materi atau objek ke dalam

komponen-komponen yang masih saling terkait dan masih didalam suatu

struktur organisasi tersebut.

5. Sintesis (synthesis)

Sintesis adalah kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-

bagian ke dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

6. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi adalah kemampuan untuk memberikan penilaian terhadap suatu

materi atau objek.

2.5.2 Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan


Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan cara wawancara atau

mengisi kuesioner tentang materi yang ingin diukur dari subjek yang ditentukan. Ada

tujuh faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang, yaitu :


1. Pendidikan

Jika seseorang memperoleh pendidikan lebih tinggi, maka semakin mudah

pula seseorang tersebut memperoleh informasi, dan pengetahuan yang

dimiliki akan semakin banyak. Sebaliknya, tingkat pendidikan seseorang

rendah, maka akan menghambat perkembangan sikap orang tersebut dalam

penerimaan informasi dan nilai-nilai yang baru diperkenalkan.

2. Pekerjaan

Lingkungan pekerjaan membuat seseorang memperoleh pengalaman dan

pengetahuan.

3. Umur

Dengan bertambahnya umur seseorang, maka akan mengalami beberapa

perubahan pada aspek fisik dan psikologisnya (mental). Pada aspek psikologis

atau mental, taraf berpikir seseorang menjadi semakin matang dan dewasa.

4. Minat

Minat menjadikan seseorang untuk menekuni suatu hal yang diinginkannya,

sehingga seseorang akan memperoleh pengetahuan yang lebih mendalam di

bidang yang diminatinya.

5. Pengalaman

Pengalaman adalah suatu kejadian yang pernah dialami oleh seseorang dalam

berinteraksi dengan lingkungannya. Jika seseorang mendapatkan pengalaman

yang buruk, maka cenderung untuk melupakan pengalaman tersebut.

Sebaliknya jika pengalaman tersebut menyenangkan, secara psikologis


mampu menimbulkan kesan yang sangat mendalam dan membekas dalam

emosi kejiwaan seseorang.

6. Kebudayaan lingkungan sekitar

Kebudayaan lingkungan tempat kita tinggal mempunyai pengaruh yang besar

terhadap pembentukan sikap kita.

7. Informasi

Kemudahan memperoleh suatu informasi, dapat mempercepat seseorang

memperoleh pengetahuan yang baru.

2.5.3 Penelitian pengetahuan mengenai perawatan diri saat menstruasi


Hasil penelitian Uzochuku et al. (2009) menemukan pengetahuan yang

kurang diantara remaja dan kebutuhan untuk menyediakan premenarcheal training

pada praktek higiene mentruasi untuk siswa sekolah di Nigeria. Laporan dari

Mediterania Timur (2006) menunjukkan bahwa perempuan mempelajari menstruasi

hanya saat mereka mulai mendapatkan menstruasi pertama mereka. Di Jordania

(2012) hasil penelitian menunjukkan bahwa 82,4% responden memiliki pengetahuan

yang kurang mengenai premenarcheal dan ini menyumbang pada praktek tidak sehat

selama menstruasi (Karout, 2015). Hasil penelitian Kusrandini (2010) hanya 12,07%

yang memiliki pengetahuan dikategorikan baik mengenai Menstrual Hygiene pada

remaja putri di SMP Al-Falah Dago Kota Bandung. Hasil penelitian Lianawati (2012)

di SMA Islam Terpadu Al-Masyhur Pati kelas X, yang dapat dikategorikan

pengetahuan baik tentang personal hygiene saat menstruasi hanya 23,33%. Hasil
penelitian Izzati dan Agustiani (2014) di SMPN 4 Bukittinggi kelas IX bahwa, 42,9%

memiliki pengetahuan kurang terhadap pelaksaan personal hygiene saat menstruasi.

2.6 Sikap
Sikap adalah perasaan, pikiran, dan kecenderungan seseorang yang kurang

lebih bersifat permanen mengenai aspek-aspek tertentu dalam lingkungannya. Sikap

merupakan kecenderungan evaluatif terhadap stimulus atau objek yang berdampak

pada respon seseorang menyikapi objek tersebut. Ini menunjukkan kesetujuan atau

ketidaksetujuan, suka atau tidak suka seseorang terhadap sesuatu (Mubarak, 2011).

2.6.1 Komponen Pokok Sikap


Sikap bukan suatu tindakan atau aktivitas, melainkan predisposisi tindakan

atau perilaku. Menurut Allport, (1954, dalam Notoatmodjo, 2007) menjelaskan

bahwa sikap mempunyai tiga komponen utama yaitu :

a. Kepercayaan atau keyakinan (ide dan konsep)

b. Kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu objek

c. Kecenderungan untuk bertindak (trend to behave)

Ketiga komponen tersebut bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total

attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran, keyakinan, dan

emosi memegang peranan penting.


2.6.2 Tingkatan Sikap
1. Menerima (receiving)

Menerima diartikan ketika seseorang mau memperhatikan stimulus yang

diberikan.

2. Merespon (responding)

Keadaan ketika seseorang menanggapi stimulus yang diberikan seperti

memberikan jawaban saat ditanya atau menyelesaikan tugas yang diberikan.

3. Menghargai (valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah

adalah suatu indikasi sikap tingkat ketiga.

4. Bertanggung jawab (responsible)

Bertanggung jawab adalah ketika seseorang siap menerima apapun resiko

terhadap hal yang telah dipilihnya, dan ini merupakan sikap yang paling

tinggi.

2.6.3 Penelitian sikap mengenai perawatan diri saat menstruasi


Hasil penelitian Saefudin (2012) sikap dalam kategori negatif pada perawatan

diri saat menstruasi di SMPN 1 Jatinangor sebesar 58,48%. Hasil penelitian Gustina

(2015) bahwa sikap menstrual hygiene pada remaja di SMP Muhammadiyah

Yogyakarta dalam kategori baik ada sebesar 70,9%.


2.7 Perilaku
Menurut Skinner, (1938, dalam Notoatmodjo, 2007) perilaku merupakan hasil

hubungan antara rangsangan (stimulus) dan tanggapan (respon). Hal ini dikenal

dengan teori SOR (Stimulus Organisme Respons). Perilaku adalah tindakan atau

perbuatan yang dapat diamati dan bahkan dipelajari. Perilaku dapat dibagi menjadi

bentuk pasif dan aktif. Bentuk pasif ini (covert behavior) masih terselubung didalam

diri manusia sehingga tidak bisa diamati secara langsung oleh orang lain. Perilaku

bentuk pasif ini contohnya berupa pikiran, tanggapan, sikap batin, dan pengetahuan.

Bentuk aktif (overt behavior) merupakan respon yang secara langsung dapat diamati,

contohnya perilaku seseorang.

2.7.1 Teori Perilaku


Menurut teori Lawrence Green, (1980, dalam Mubarak, 2011) perilaku

kesehatan seseorang dibagi menjadi dua pokok, yaitu faktor perilaku (behavior

causes) dan faktor diluar perilaku (nonbehavior causes). Perilaku itu sendiri terbentuk

dari tiga faktor, yaitu :

1. Faktor predisposisi (predisposing factors) terwujud dalam pengetahuan, sikap,

kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai, dan sebagainya.

2. Faktor pendukung (enabling factors) terwujud dalam lingkungan fisik

contohnya ada atau tidaknya fasilitas atau sarana kesehatan.

3. Faktor pendorong (reinforcing factors) terwujud dalam sikap dan perilaku

petugas kesehatan atau petugas lain yang merupakan kelompok refensi dari

masyarakat.
Menurut Rogers, (1974, dalam Mubarak, 2011) mengungkapkan bahwa

sebelum orang tersebut mengadopsi perilaku baru, di dalam diri orang tersebut terjadi

proses berurutan yaitu :

1. Kesadaran (awarness), yaitu seseorang tersebut menyadari adanya stimulus.

2. Ketertarikan (interest), yaitu seseorang tersebut mulai merasa tertarik terhadap

stimulus.

3. Evaluasi (evaluation), yaitu seseorang mempertimbangkan stimulus tersebut

baik atau tidak bagi dirinya dan mulai menunjukkan sikap.

4. Percobaan (trial), yaitu ketika seseorang mencoba melakukan sesuai dengan

apa yang dikehendaki oleh stimulus.

5. Adopsi (adoption), yaitu ketika seseorang berperilaku sesuai dengan

pengetahuan, kesadaran, dan sikap terhadap stimulus.

2.7.2 Tingkatan Praktik atau Tindakan


Suatu sikap belum tentu terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior).

Praktik atau tindakan ini mempunyai beberapa tingkatan :

1. Persepsi (perception)

Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang

diambil merupakan praktik tingkat pertama.

2. Respon terpimpin (guided response)

Melakukan sesuatu dengan urutan yang benar dan sesuai contoh adalah

praktik tingkat kedua.


3. Mekanisme (mecanism)

Apabila seseorang telah melakukan dengan benar secara otomatis dan

menjadikannya kebiasaan, maka seseorang tersebut telah mencapai praktik

tingkat ketiga.

4. Adopsi (adoption)

Adaptasi adalah suatu tindakan yang sudah berkembang baik. Artinya

tindakan tersebut dimodifisikannya tanpa mengurangi kebenaran tindakan

tersebut.

2.7.3 Penelitian mengenai mengenai perawatan diri saat menstruasi


Hasil penelitian Setyawati (2015) mengenai gambaran praktik Menstrual

Hygiene di SMPN 47 Bandung, sebanyak 87% siswi tidak mengganti pembalut di

sekolah saat menstruasi, 57% siswi yang melakukan cuci tangan sebelum dan setelah

mengganti pembalut, 74% siswi tidak menggunting kuku saat menstruasi. Hasil

penelitian Yanti, Agrina, dan Elita (2014) di SMAN 1 Benai bahwa, kategori negatif

pada perilaku higienis remaja saat menstruasi sebesar 47,1%. Hasil penelitian Izzati

& Agustiani (2014) di SMPN 4 Bukittinggi kelas IX bahwa, 46,0% responden tidak

baik dalam melakukan pelaksanaan personal hygiene genitalia saat menstruasi. Hasil

penelitian Fitriyah (2014) di Sekolah Dasar Negeri wilayah kerja Puskesmas

Pisangan menunjukkan 47,5% responden memiliki perilaku higiene menstruasi yang

kurang baik. Hasil penelitian Luthfiana (2014) di SMP Islam Terpadu Harapan Bunda

Pedurungan Semarang sebanyak 53,3% responden mempunyai perilaku yang buruk

saat menstruasi. Hasil penelitian Rahmawati (2014) di SMP Muhammadiyah 3


Yogyakarta kelas VII, sebanyak 59,5% responden dikategorikan baik pada perilaku

perawatan diri saat menstruasi.

Anda mungkin juga menyukai