Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN OBSERVASI CBCT

RADIOLOGI

DISUSUN OLEH

Rr. Ninda Mediana P (21101900019)


Senja Ayu Saputri (21101900020)
Septika Pramudia P (21101900021)
Shofwatin Ni'mah (21101900022)
Talitha Novi R (21101900023)
Tiara Bistya Astari (21101900024)
Weya Harsiwi Kutiba (21101900025)
Yusuf Nofriyanto (21101900026)

Pembimbing: drg. Febia Astiawati MH.kes

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG

SEMARANG

2021
A. Perbedaan CBCT dengan Rontgen Ekstra Oral Konvensional

Radiografi konvensional

Radiografi konvensional adalah radiografi dengan cara prosesing atau pencetakan film yang
masihmanual. Radiografi konvensional hanya memiliki pencitraan sebatas 2 Dimensi (2D).
Sumber sinar yang di gunakan hanya satu arah saja yang akan menembus pada objek (gigi-
geligi) dan akan ditangkap oleh film. Prosesing film juga mempengaruhi hasil dari pencitraan
gambaran dari 2-Dimensi. Radiografi konvensional ini menggunakan prosesing manual,
dengan menggunakan cairan development dan fixing untuk menghasilkan gambaran
radiograf.

Radiografi ekstraoral konvensional sering diperlukan sebagai diagnose penunjang dari


berbagai kasus yang sering terjadi dalam kedokteran gigi yaitu radiografi panoramic (OPG)
dan radiografi sefalometri yang menghasilkan gambaran 2D. Seiring berkembangnya
teknologi, radiografi beralih dari konvensional ke digital, dan dari gambaran 2 Dimensi
menjadi 3 Dimensi seperti magnetic resonance imaging (MRI), computed tomography
(CT) dan cone beam computed tomography (CBCT)

Cone beam computed tomography  (CBCT):

Sistem foto radiografi  berkualitas tinggi yang digunakan untuk diagnosa, berupa gambaran 3
dimensi yang akurat, dan dapat memberikan gambaran mengenai elemen-elemen tulang yang
ada pada kerangka maksilofasial. Sistem CBCT dapat memberikan gambaran sampai dengan
ukuran yang kecil dan dengan dosis radiasi yang rendah tetapi dengan hasil resolusi yang
memadai juga dapat digunakan untuk melakukan diagnose, sebagai panduan perawatan serta
untuk evaluasi paska perawatan. Hal ini karena CBCT mampu menganalisis secara lengkap,
jelas, dan pengukurannya lebih akurat melalui gambaran secara 3-dimensi, analisis
ukuran/morfometrik 3D, analisis densitas, dan analisis histogram/pola trabekular sehingga
rencana perawatan dapat dilakukan dengan tepat dan keberhasilan perawatan tercapai karena
memperlihatkan histogram, radiografi di bagian spesifik yang diinginkan dokter atau pasien,
pengukuran jarak dan luas area, densitas, pengukuran jarak dari suatu ruangan ke irisan, suatu
gambaran permukaan, intensitas modulasi, dan osteointegrasi.

Mekanisme Kerja CBCT:

CBCT terdiri sumber x-ray dan juga detektor yang terpasang  pada alat yang dapat


berputar,Sumber radiasi ionisasi berbentuk pyramid divergen atau berbentuk cone (kerucut)
diarahkan pada bagian tengah daerah yang diinginkan dan mengarah pada x-ray detektor
yang dipasangkan berlawanan arah dari sisi pasien. Sumber x-ray dan detektor akan berputar
pada titik tumpuannya memutari daerah yang diinginkan (ROI). Selama eksposur yang
dilakukan didapat ratusan gambar yang nantinya akan menjadi bidang pandangan pada
gambaran yang didapatkan (FOV) dengan luas pandang lebih kurang 1800. Hanya dengan
satu kali putaran saja, CBCT akan menghasilkan gambaran radiografis 3D yang sesuai
dengan cepat dan akurat. Pemaparan CBCT bersamaan dengan FOV secara keseluruhan
hanya dengan dengan satu kali putaran, telah cukup untuk memperoleh data gambar  yang
akan direkonstruksi nantinya. CBCT mampu menghadirkan resolusi submilimeter spatial dari
gambar craniofacial kompleks dengan waktu singkat disbanding teknik radiografi panoramik
selain itu dosis pemaparan lebih rendah dibanding teknik fan beam atau helical computed
tomografi.

Gambar A. Skema kerja CBCT Gambar B. alat CBCT

Perbedaan Gambaran CBCT dengan Rontgen EO lainnya:

 Sefalometri vs CBCT
Struktur anatomis tulang dan jaringan lunak CBCT lebih baik, pada gambaran CBCT
diatas diatur dengan mode 2D lateral view sehingga dapat menggambarkan arah
craniofasial lateral seperti gambaran sefalometri

 Panoramik vs CBCT

Gambaran 3D CBCT dapat dilihat dari arah aksial coronal dan sagital

 CT vs CBCT

Gambaran CT lebih kontras dibandingkan CBCT dan dosis radiasi CT lebih besar
dibandingkan CBCT

Kelebihan dan Kekurangan CBCT dibandingkan rontgen ekstraoral lainnya:

 Kelebihan :
1. Kualitas resolusi jaringan lunak sangat baik
2. Non invasif
3. Tidak menggunakan radiasi pengion
4. Dosis paparan relatif rendah
5. Akurat dan tingkat kegagalan rendah
6. Kontras tinggi dan lebih nyaman digunakan
7. Prosedur lebih cepat dibanding CT

 Kekurangan CBCT:
1. Relatif lebih mahal
2. Kontras lebih rendah dibandingkan CT
3. Lapangan pandang alat CBCT ini terbatas dari pada CT

B. Prosedur dan Hasi Observasi

1. Bagian-bagian Alat CBCT

A
F
B G
C
H

Keterangan:
A. X-ray tube head : menghasilkan berkas sinar-X yang sempit dengan
penyudutan kearah atas, sekitar 800 dari bidang horizontal
B. Light beam marker : sinar penanda yang membantu memposisikan pasien
sesuai bidang mid-sagital
C. Cotton roll (pengganti bite tab) : memposisikan gigi insisif sentral atas-bawah
dalam keadaan edge-to-edge untuk menghindari superimpose
D. Digital monitor : membantu operator mengatur posisi pasien dan
pergerakan alat
E. Handle (Hand grisp) : pegangan tangan untuk pasien, untuk mengurangi
pergerakan pasien dalam posisi berdiri selama exposure
F. Head rest : membantu agar posisi kepala pasien tidak bergerak
selama exposure
G. Cassete carriage : tempat kaset (tipis dan fleksibel/kaku, dilengkapi
screen) yang terbuat dari tembaga dan terhubung dengan X-ray tube head,
sehingga dapat bergerak saling berlawanan arah selama exposure
H. Chin rest : digunakan untuk meletakkan dagu pasien agar tidak
bergerak selama exposure

2. Persiapan Operator
 Mencuci tangan
 Menggunakan APD
3. Persiapan Alat
 Memastikan alat dapat berfungsi dengan baik
 Desinfeksi alat dengan larutan antiseptik (Alkohol 70%) sebelum digunakan
 Memberi pelindung (plastik) pada bite block

4. Persiapan Pasien
 Pemberian KIE (prosedur, dosis yang akan diterima, dan resiko tindakan)
 Pemberian Informed consent
 Melepas aksesoris dan material logam yang dapat mengganggu hasil foto
 Oral profiaksis dengan berkumur larutan antiseptik (Povidone)
 Mengenakan apron
 Posisikan pasien

5. Prosedur Radiografi CBCT


1) Membuka imaging software pada komputer
2) Mencari atau membuat data pasien

3) Pilih jenis x-ray image yang akan digunakan  CBCT exposure)


4) Pilih 2D dan 3D dental  CBCT
5) Pasien di instruksikan untuk berdiri di belakang alat dan diposisikan berdiri tegak
lurus. Kemudian kepala pasien berada diantara sumber sinar (cone beam) dan
sensor.
6) Pasien diminta untuk memegang handle x-ray unit dengan dagu menopang pada
chin rest dalam posisi seimbang (sentris). Kemudian sesuaikan tinggi alat dengan
tinggi badan pasien
7) Pasien di instruksikan untuk menggigit cotton roll dengan posisi edge to edge dan
sesuaikan penahan kepala (head rest & temporal support) agar menjaga kepala
tidak bergerak kemudian sesuaikan light beam marker pada garis tengah wajah
dan pada bagian samping berada pada distal insisifus lateral RA

8) Intruksikan pasien untuk tidak mengubah posisinya (bergerak) hingga scanner


CBCT berakhir.
9) Menyalakan lampu indikator dan juga pintu ruang penyinaran tertutup rapat
10) Saat pemeriksaan berlangsung, alat C-arm/X-ray tube akan berputar di kepala 360
derajat, saat sinar melakukan satu putaran di sekitar objek menghasilkan
kumpulan gambar 2D. Kumpulan gambar 2D tersebut selanjutnya direkonstruksi
oleh scanner software menjadi data 3D yang kemudian direkonstruksi dalam
orientasi orthogonal untuk memungkinkan penglihatan gambar pada bidang
aksial, sagital dan koronal.
11) Sumber X-ray dan detektor diletakkan berlawanan dengan putaran C-arm.
12) CBCT dapat bekerja hanya 20-40 detik. Pada 10 detik selanjutnya, CBCT akan
fokus pada area spesifik misalnya maksila dan mandibula.
13) Dosis CBCT dapat diketahui setelah dilakukan paparan pada pasien. Pada pasien
yang diobservasi dosis yang diberikan 0,00615 mSv. Maksimal dosis satu kali
paparan 0,0064 mSv

14) Setelah penyinaran selesai operator melepas APD pasien


15) Pemprosesan film secara digital

DAFTAR PUSTAKA

Pramanik, F. dan Ria, N.F. 2015. Interpretation of cone beam computed tomography 3-dimension in
inserting dental implant at Dental Hospital of Faculty of Dentistry Padjajaran University. Case Report.
2015(1):1-6.

Yusuf, M. 2017. Perbedaan nilai Index kualitas tulang mandibula kering antara radiograf panoramik
digital dan CBCT 3D. Tesis. Universitas Padjajaran. Bandung

Froum, M. 2010. Accuracy of linear measurements using dental cone beam and conventional
multislice computed tomography. Dentomaxillofac. Rad. (37):10-17.

Anda mungkin juga menyukai