Disusun Oleh :
ILHAM RIHTIAN MAULANA
NPM : TRO/13/00925
NPM : TRO/13/00925
Telah diperiksa dan disetujui untuk memenuhi Tugas Akhir pada Program Studi
Diploma Tiga Radiologi Politeknik Al Islam Bandung.
Disetujui oleh
Pembimbing 1 Pembimbing 2
i
KATA PENGANTAR
1. Dr. Hj. Sri Jatnika, SE., M.Si., selaku Direktur Politeknik Al Islam Bandung
beserta jajarannya.
2. Oktarina Damayanti, ST.M.Si., selaku ketua program studi Diploma Tiga
Radiologi Politeknik Al Islam Bandung.
3. Bapak Suwandi.,ST.,M.Si., selaku dosen yang pembimbing 1, dan ibu Euis
Reliyanti Arum,M.Hum., selaku dosen pembimbing 2, yang telah menyisihkan
waktu dan tenaganya dalam penyusunan Tugas Akhir ini.
4. Seluruh Dosen dan Staf pendidikan program studi Diploma Tiga Radiologi
Politeknik Al Islam Bandung.
5. Orang tua tercinta, keluarga yang selalu memberikan doa, serta dukungan moral
dan material.
6. Sahabat, Keluarga besar TRO 13 B dan seluruh teman seperjuangan
mahasiswa/mahasiswi Politeknik Al Islam Bandung.
7. Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Semoga segala
amal baik, dukungan dan bantuan yang telah diberikan mendapat imbalan pahala
yang berlimpah dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
ii
Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak agar selanjutnya
dapat menjadi lebih baik lagi.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
iv
3.2 Jenis dan Sumber Data ........................................................................................22
3.3 Teknik dan Intrumen Pengumpulan Data ...........................................................23
3.4 Teknis Analisis Data.......................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................24
v
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
Rumusan Masalah
1. Bagaimana teknik pencitraan radiografi menggunakan panoramik
untuk mendiagnosis gangguan sendi pada temporomandibular atau
Temporomandibular Joint Disorders (TMD)?
2. Bagaimana indikasi pencitraan radiografi menggunakan panoramik
untuk mendiagnosis gangguan sendi temporomandibular atau
Temporomandibular Joint Disorders (TMD)?
Data literatur
TINJAUAN PUSTAKA
Tulang wajah terdiri dari 14 tulang yang berkontribusi pada bentuk dan bentuk
wajah manusia, selain itu, rongga orbita, hidung, dan mulut sebagian besar di bangun
dari tulang wajah. Dari 14 tulang yang membentuk kerangka wajah hanya ada 2 tulang
tunggal, dan 12 tulang sisanya terdiri dari 6 pasang tulang, dengan tulang serupa di
setiap sisi wajah. Tulang wajah terdiri dari 14 tulang yaitu: 2 tulang maxilla, 2 tulang
zygomatic, 2 tulang lacrimal, 2 tulang nasal, 2 tulang palatine, 1 tulang vomer, dan 1
tulang mandibula.(Lampignano & Kendrick, 2018)
a
g
b
h
c
i
d
j
e
f k
5
6
Keterangan gambar:
Rahang bawah atau mandibula adalah tulang wajah terakhir dan terbesar.
Mandibula adalah salah satu tulang yang dapat bergerak di tengkorak. Tulang wajah
ini merupakan tulang tunggal dari dua tulang terpisah. Tampilan depan mandibula
paling baik dilihat dari arah depan (Lampignano & Kendrick, 2018).
Mandibula adalah tulang wajah terbesar dan terpadat, terdiri dari bagian
melengkung yang disebut body atau corpus, dan dua vertikal yang disebut dengan
ramus yang disatukan dengan tubuh pada sudut mandibula. Ballinger (2003).
Mandibula terdiri atas bagian badan yaitu bagian tengah yang melengk ung
horizontal, yang membentuk dagu dan berisi gigi bawah dan atas. Dua bagian tegak
yang disebut ramus, yaitu sebelah kiri dan sebelah kanan dan bersatu dengan badan
rahang pada angulus mandibula atau sudut rahang. Disebelah atas ramus berakhir
menjadi dua prosesus, yaitu processus koronoideus didepan dan processus condyloid
rahang atau sebagaimana sering disebut kepala mandibula, berada di sebelah belakang.
Kepala mandibula atau kondiloid ini membentuk sendi dengan tulang temporal dan
menjadi sendi mandibula (Pearce, 2016).
Mandibula dapat ditekan dan diangkat pada waktu membuka dan menutup
mulut. Dapat ditonjolkan, ditarik kebelakang, dan sedikit digoyangkan ke kiri ke kanan
dan sebaliknya sebagaimana terjadi pada waktu mengunyah (Pearce, 2016).
7
Perbatasan superior dari tubuh mandibula terdiri dari tulang yang disebut
bagian alveolar yang menompang akar gigi. Di bawah gigi molar kedua, kira-kira
setengah jalan antara batas tulang superior dan inferior yang terdapat celah kecil di
setiap sisi untuk transmisi saraf dan pembuluh darah kedua bukaan ini disebut sebagai
mental foramina.
Keterangan gambar:
a b c
d
Keterangan gambar:
Klasifikasi Kelainan
1. Aplasia
Gangguan bawaan atau perkembangan 2. Hypoplasia
(Congenital or developmental disorders) 3. Hyperplasia
4. Dysplasia
Gangguan inflamasi (inflammantory 1. Polyarthritis
disorder)
Gangguan non infalamasi (Non 1. Osteoarthitis
inflammantory disorder)
2.5.2 Panoramik
Rangkaian pesawat panoramic pada dasarnya berasal dari 3 komponn utama yaitu:
1. X-ray Tube
Tube head menghasilkan berkas sinar x yang sempit dengan penyudutan 80
derajat ke arah atas dari bidang horizontal.
2. Kaset carrige (tempat kaset)
Tempat kaset terbuat perisai tembaga, dihubungkan dengan tube head
sehingga dapat bergerak saling berlawanan arah selama eksposi. Hal ini
menghasilkan pergerakan tomografi yang sinkron pada bidang vertikal. Kaset
yang digunakan adalah kaset tipis yang fleksibel atau kaset yang kaku dengan
dilengkapi screen, biasanya ukuran kaset 5 x 12 inchi atau 6 x 12 inchi
(Langland, 1989).
3. Alat untuk memposisikan pasien menurut (Langland, 1989).
a. Hand grips
Hand grips digunakan untuk pegangan pasien selama pemeriksaan untuk
mengurangi pergerakan pasien selama pemeriksaan berlangsung karena
pasien dalam posisi berdiri
b. Light beam marker
Light beam marker (sinar penanda) digunakan untuk membantu
memposisikan pasien dengan garis tengah dan central point.
c. Bite block
Bite block digunakan untuk mengganjal gigi agar incisivus central atas dan
bawah pada posisi “ujung dengan ujung” sehingga dapat menghindar i
superposisi.
d. Penopang dagu
Penopang dagu digunakan untuk meletakkan dagu pasien agar tidak
bergerak
12
C
B
Proyeksi ini bertujuan untuk melihat Hubungan atau rentang gerak yang tidak
normal antara kondilus dan fossa temporomandibular, umumnya gambaran
diperoleh pada posisi mulut terbuka dan mulut tertutup.
a. Posisi pasien :Sebelum melakukan pemeriksaan pastikan tidak
adalogam di daerah kepala dan leher pasien.
Pasien di posisikan semiprone di atas meja
pemeriksaan dengan kepala pada posisi lateral.
b. Posisi objek :Sejajarkan MSP pasien pada pertengahan meja
atau grid, tubuh di obliquekan untuk membuat
pasien bias senyaman mungkin, letakkan sisi
lateral kepala menempel permukaan meja /
bucky dengan bagian yang akan diperiksa berada
dekat dengna IR. Atur MSP pararel dengan
permukaan meja / bucky. Dari posisi lateral,
oblique-kan wajah pasien 15° terhadap IR. Atur
dagu agar IOML tegak lurus pada tepi depan IR.
c. Ukuran kaset CR :18 x 24 cm
d. Central point : 1 inchi atau 2,5cm posterior dan 1 inchi atau 2,5
cm superior EAM yang jauh dari IR
e. Central ray : 15° caudal
f. FFD :102 cm
g. Kolimasi : Seluas area yang akan di periksa
h. Grid : Ya
i. Marker :R/L
j. kV : 85 kV
k. mAs :5
l. Kriteria gambaran : Terlihat TMJ yang terdekat dengan IR. Gambar
mulut tertutup menunjukkan kondilus di dalam fossa mandibula ;
15
Gambar 2.5 TMJ Axiolateral close Gambar 2.6 TMJ Axiolateral open
mouth oblique 15° mouth oblique 15°
Keterangan gambar:
a b a. Right TMJ
c b. Right Condyle
c. Right EAM
Gambar 2.8 TMJ Axiolateral open Gambar 2.9 TMJ Axiolateral close
mouth 25° - 30° caudal mouth 25° - 30° caudal
a b
c
Gambar 2.10 Hasil radiografi TMJ Gambar 2.11 Hasil radiografi TMJ
Axiolateral open mouth 25° - 30° Axiolateral open mouth 25° - 30°
caudal caudal
Keterangan gambar
perhiasan hidung dan kalung. Pesawat harus disiapkan lebih awal dan diangkat
secukupnya untuk memungkinkaan pasien masuk keperalatan. Pasien diberikan
penjelasan prosedur pemeriksaan karena waktu paparan bervariasi dari 12 hingga 20
detik (Whitley, 2005).
a. Posisi pasien : Pasien berdiri tegak atau duduk, posisikan bite block
pada mesin agar pasien dapat mengigit, tangan
berpegangan pada tempat pegangan atau hand grip.
b. Posisi objek : Dagu menempel pada penopang dagu, sesuaikan
ketinggian dagu hingga IOML sejajar dengan lantai atau
pasien dalam posisi berdiri tegak. Minta pasien untuk
menggigit bite block, Intruksikan pasien untuk
menempatkan lidah diatap mulut.
c. Central point : Garis lampu dibidang atau light beam marker sagital
sejajar dengan MSP, lampu anterior posterior diletakkan
di bawah IOML
d. Exposure : Tekan tombol selama alat berputar sampai berhenti
berputar atau hingga suara dari panoramik berhenti lalu
lepaskan.
c
d
1. Justifikasi
2. Limitasi
Prinsip ini menghendaki agar diagnosis radiasi yang diterima oleh seseorang
dalam menjalankan suatu kegiatan pelayanan radiologi diagnostik dan intervensio na l
tidak boleh melebihi nilai batas dosis yang ditetapkan oleh instansi yang berwenang.
3. Optimasi
radiologi menerima paparan radiasi serendah mungkin yang dapat dicapai. Penerapan
optimasi proteksi dan keselamatan radiasi harus diupayakan agar pasien menerima
dosis radiasi serendah mungkin sesuai dengan yang diperlukan untuk mencapai tujuan
diagnostik. Penerapan optimasi dilaksanakan melalui prinsip optimasi proteksi dan
keselamatan radiasi yang meliputi : pembatas dosis untuk pekerja radiasi dan anggota
masyarakat, dan tingkat panduan paparan medik untuk pasien. Setiap pekerja radiasi
yang melaksanakan pemeriksaan radiologi harus mencegah terjadinya pengulanga n
paparan.
e. Thyroid shield.
f. Gonad shield .
Ada tiga prinsip proteksi radiasi eksternal yang harus diperhatikan yaitu
(Fadly Felayani, 2014):
1. Jarak
Jika dalam kondisi tertentu kita harus bekerja dengan sumber radiasi pada
ruangan yang tidak memiliki pelindung radiasi yang baik dan kita membutuhkan waktu
yang relatif lebih lama, maka gunakan prinsip proteksi radiasi jarak. Petugas pada
daerah medan radiasi diupayakan sejauh mungkin dengan sumber radiasi.
21
2. Waktu
Prinsip ini digunakan pada saat perisai tidak ada. Maka tindakan yang
dilakukan adalah secepat mungkin berada didekat sumber radiasi. Hal ini disebabkan
semakin lama berhubungan dengan sumber radiasi, potensi terpapar akan semakin
banyak.
3. Perisai
Perisai atau pelindung digunakan sebagai prinsip proteksi radiasi utama yang
teraplikasikan dalam pemeriksaan radiologi. Prinsip proteksi radiasi ini memberika n
keselamatan yang jauh lebih aman kepada petugas dan masyarakat serta terukur tingkat
keselamatannya.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
1. Jenis Data
Jenis data yang di gunakan pada penyusunan tugas akhir ini merupakan data
dari beberapa literatur dan jurnal yang berkenaan dengan penelitian ini
2. Sumber Data
Dalam penelitian ini penulis mengguanakan sumber data sekunder yang mana
menurut (Sugiyono, 2013), sumber data sekunder yaitu data yang telah dikumpulka n
untuk maksud selain menyesuaikan masalah yang sedang dihadapi. Data ini dapat
ditemukan dengan cepat. Dalam penelitian ini yang menjadi sumber data sekunder
adalah jurnal dari Journal of Clinical & Experimental Pathology yang telah di lakukan
penelitian oleh Luciano Ambrosio Ferreira 2014 dengan judul jurnal “Indication
Criteria of Imaging Exams for Diagnosing of Temporomandibular Joint Disorders”.
Dan data ini di ambil untuk di analisis data.
22
23
1. Studi Dokumen
Teknik studi dokumen yaitu cacatan peristiwa yang sudah berlalu.
Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari
seseorang. (Sugiyono, 2013)
2. Studi Literatur
Studi literatur adalah teknik pengumpulan data dengan mengadakan
studi penelaahan terhadap buku-buku, catatan dan laporan yang ada
hubungannya dengan masalah yang dipecahkan (Nazir, 1988).
3. Analisis Data
Proses menganalisis data dalam penelitian kualitatif, dilakukan pada
saat pengumpulan data berlangsung, dan setelah selesai pengumpulan data
dalam periode tertentu. (Sugiyono, 2013)
24