Anda di halaman 1dari 30

TEKNIK PEMERIKSAAN TEMPOROMANDIBULAR JOINT

MENGGUNAKAN PANORAMIK PADA KASUS


TEMPOROMANDIBULAR DISORDER

PROPOSAL TUGAS AKHIR

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar


Ahli Madya Radiologi

Disusun Oleh :
ILHAM RIHTIAN MAULANA
NPM : TRO/13/00925

PROGRAM STUDI DIPLOMA TIGA RADIOLOGI


POLITEKNIK AL ISLAM BANDUNG
BANDUNG
2021
LEMBAR PERSETUJUAN

JUDUL : TEKNIK PEMERIKSAAN TEMPOROMANDIBULAR JOINT


MENGGUNAKAN PANORAMIK PADA KASUS TEMPOROMANDIBULAR
DISORDER

NAMA : ILHAM RIHTIAN MAULANA

NPM : TRO/13/00925

Telah diperiksa dan disetujui untuk memenuhi Tugas Akhir pada Program Studi
Diploma Tiga Radiologi Politeknik Al Islam Bandung.

Bandung, Januari 2021

Disetujui oleh

Pembimbing 1 Pembimbing 2

(Suwandi.,ST.,M.Si) (Euis Reliyanti Arum,M.Hum)

i
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin. Segala puji dan syukur kehadirat Allah


Subhanahu Wa Ta’ala karena atas rahmat dan karunia-Nya penulis dapat
menyelesaikan Tugas Akhir yang berjudul, “Teknik Pemeriksaan Temporomandibula r
Joint Menggunakan Panoramik Pada Kasus Temporomandibular Disorder.” Penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah
memberikan dukungan dan bantuan dalam penyusunan Tugas Akhir ini, antara lain
adalah :

1. Dr. Hj. Sri Jatnika, SE., M.Si., selaku Direktur Politeknik Al Islam Bandung
beserta jajarannya.
2. Oktarina Damayanti, ST.M.Si., selaku ketua program studi Diploma Tiga
Radiologi Politeknik Al Islam Bandung.
3. Bapak Suwandi.,ST.,M.Si., selaku dosen yang pembimbing 1, dan ibu Euis
Reliyanti Arum,M.Hum., selaku dosen pembimbing 2, yang telah menyisihkan
waktu dan tenaganya dalam penyusunan Tugas Akhir ini.
4. Seluruh Dosen dan Staf pendidikan program studi Diploma Tiga Radiologi
Politeknik Al Islam Bandung.
5. Orang tua tercinta, keluarga yang selalu memberikan doa, serta dukungan moral
dan material.
6. Sahabat, Keluarga besar TRO 13 B dan seluruh teman seperjuangan
mahasiswa/mahasiswi Politeknik Al Islam Bandung.
7. Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Semoga segala
amal baik, dukungan dan bantuan yang telah diberikan mendapat imbalan pahala
yang berlimpah dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

ii
Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak agar selanjutnya
dapat menjadi lebih baik lagi.

Bandung, Januari 2021

Penulis

iii
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................................................ i


KATA PENGANTAR .................................................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................................... iv
BAB I............................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN .......................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................................ 2
1.4 Manfaat Penelitian .......................................................................................... 3
1.5 Kerangka Pemikiran ....................................................................................... 4
BAB II............................................................................................................................ 5
TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................................. 5
2.1 Anatomi Tulang Wajah ................................................................................... 5
2.2 Anatomi Mandibula ........................................................................................ 6
2.3 Anatomi Temporomandibular Joint................................................................ 8
2.4 Kelainan Pada Temporomandibular Joint ........................................................ 9
2.5 Modalitas Teknik Radiografi Temporomandibular Joint ................................10
2.5.1 Computed Radiografi................................................................................10
2.5.2 Panoramik ................................................................................................10
2.6 Teknik Pemeriksaan Temporomandibular Joint (Bontrager, 2018) ...............12
2.10 Teknik Pemeriksaan Panoramik ........................................................................17
2.11 Proteksi Radiasi .............................................................................................19
BAB III .........................................................................................................................22
METODOLOGI PENELITIAN ....................................................................................22
3.1 Jenis Penelitian ....................................................................................................22

iv
3.2 Jenis dan Sumber Data ........................................................................................22
3.3 Teknik dan Intrumen Pengumpulan Data ...........................................................23
3.4 Teknis Analisis Data.......................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................24

v
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Radiologi adalah salah satu cabang Ilmu Kedokteran yang digunakan untuk
melakukan pencitraan pada tubuh manusia melalui sinar-X. Hal ini terbukti dimuali
dengan ditemukannya sinar-X pertama kali pada tanggal 8 November 1895 oleh
fisikawan berkebangsaan Jerman Wilhelm Conrad Rontgen. Sejak ditemukannya
sinar-X maka pemeriksaan radiologi dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosa
dan berkembangnya teknik pemeriksaan menggunakan alat sinat-X ini. (Mukhlis
Akadi, 2000).
Menurut jurnal yang penulis dapatkan, temporomandibular joint (TMJ) adalah
salah satu sendi di daerah facial bone dan mampu bergerak secara bilateral dengan
satu rahang tulang. Anatomi TMJ terdiri dari: condyle, glenoid fossa dan
tuberculum articular, jaringan retrodiscal, membran sinovial dan kapsul sendi.
Kelainan pada TMJ atau Temporo Mandibular Disorder (TMD) adalah istila h
yang digunakan untuk masalah yang mempengaruhi sendi pada temporomandibula.
Penyebab dari TMD diantaranya adalah cedera pada TMJ atau struktur anatomi
terkait yang memiliki stomatognatik dan struktur yang berdekatan seperti otot
mengunyah, ligamen, gigi dan jaringan periodontal (jaringan yang mengelilingi
gigi dan melekatkan pada tulang rahang, dengan demikian dapat mendukung gigi
sehingga tidak terlepas dari soketnya). (Ferreira et al., 2014)
Metode radiografi artikulatio temporo mandibular bertujuan untuk menila i
morfologi dan karakteristik dari komponen tulang sendi yang berdekatan dengan
struktur dan fungsi pembukaan mulut, teknik ini di anggap kurang efisien untuk
melihat jaringan lunak, karena lokasi anatomi dan keterbatasan teknis dari teknik
radiografi menentukan kesulitan untuk melihat dengan jelas dan tidak ada TMJ
yang tumpang tindih. Karena itu, harus mempertimbangkan kebutuhan untuk

1
2

mengidentifikasi detail, klinis manifestasi, jumlah informasi gejala untuk


diagnosis, biaya rendah untuk pemeriksaan ini dan dosis radiasi yang lebih rendah
dibandingkan dengan Computed Tomography (CT). Salah satu teknik radiografi
yang digunakan untuk diagnosis temporomandibular disorder adalah dengan
menggunakan modalitas panoramik. (Ferreira et al., 2014)
Berdasarkan latar belakang di atas penulis tertarik untuk mengkaji lebih dalam
subuah jurnal dari Journal of Clinical & Experimental Pathology yang berjudul
“Teknik Pemeriksaan Temporomandibular Joint Menggunakan Panoramik
Pada Kasus Temporomandibular Disorder”

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana teknik pencitraan radiografi menggunakan panoramik untuk
mendiagnosis gangguan sendi pada temporomandibular atau
Temporomandibular Joint Disorders (TMD)?
2. Bagaimana hasil pencitraan radiografi menggunakan panoramik untuk
mendiagnosis gangguan sendi temporomandibular atau
Temporomandibular Joint Disorders (TMD)?

1.3 Tujuan Penelitian


1. Untuk mengetahui bagaimana teknik pencitraan radiografi menggunaka n
panoramik untuk mendiagnosis gangguan sendi temporomandibular atau
Temporomandibular Joint Disorders (TMD) menurut Journal of Clinical
& Experimental Pathology
2. Untuk mengetahui hasil pencitraan radiografi menggunakan panoramik
dan mendiagnosis gangguan sendi temporomandibular atau
Temporomandibular Joint Disorders (TMD) menurut Journal of Clinical
& Experimental Pathology.
3

1.4 Manfaat Penelitian


1. Bagi Penulis
Diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan dan dapat
mengembangkan kemampuan penulis di lapangan dalam membuat
pencitraan menggunakan panoramik untuk mendiagnosis ganggua n
sendi pada temporomandibular atau Temporomandibular Joint
Disorders (TMD)
2. Bagi Institusi Terkait
Diharapkan menjadi referensi literatur dan dapat menjadi keilmua n
baru mengenai pencitraan menggunakan panoramik untuk mendiagnos is
gangguan sendi temporomandibular atau Temporomandibular Joint
Disorders (TMD) yang dapat bermanfaat bagi Politeknik Al-Islam
Bandung
3. Bagi Pembaca
Agar pembaca dapat menambah wawasan mengenai pencitraan
menggunakan panoramik untuk mendiagnosis gangguan sendi
temporomandibular atau Temporomandibular Joint Disorders (TMD)
4

1.5 Kerangka Pemikiran

Teknik Pemeriksaan Temporomandibular Joint Menggunakan


Panoramik Pada Kasus Temporomandibular Disorder

Journal of Clinical & Experimental Pathology

Rumusan Masalah
1. Bagaimana teknik pencitraan radiografi menggunakan panoramik
untuk mendiagnosis gangguan sendi pada temporomandibular atau
Temporomandibular Joint Disorders (TMD)?
2. Bagaimana indikasi pencitraan radiografi menggunakan panoramik
untuk mendiagnosis gangguan sendi temporomandibular atau
Temporomandibular Joint Disorders (TMD)?

Data literatur

Memasukan data jurnal

Menganalisis data jurnal

Kesimpulan dan saran

Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Tulang Wajah

Tulang wajah terdiri dari 14 tulang yang berkontribusi pada bentuk dan bentuk
wajah manusia, selain itu, rongga orbita, hidung, dan mulut sebagian besar di bangun
dari tulang wajah. Dari 14 tulang yang membentuk kerangka wajah hanya ada 2 tulang
tunggal, dan 12 tulang sisanya terdiri dari 6 pasang tulang, dengan tulang serupa di
setiap sisi wajah. Tulang wajah terdiri dari 14 tulang yaitu: 2 tulang maxilla, 2 tulang
zygomatic, 2 tulang lacrimal, 2 tulang nasal, 2 tulang palatine, 1 tulang vomer, dan 1
tulang mandibula.(Lampignano & Kendrick, 2018)

a
g
b
h
c
i
d
j
e

f k

Gambar 2.1 Anatomi tulang wajah, AP, Lateral (Bontrager,2018)

5
6

Keterangan gambar:

a. Left nasal f. Lacrimal


b. Left lacrimal g. Nasal
c. Left inferior nasal concha h. Zygomatic
d. Left maxilla i. Maxilla
e. Mandible j. Mandible

2.2 Anatomi Mandibula

Rahang bawah atau mandibula adalah tulang wajah terakhir dan terbesar.
Mandibula adalah salah satu tulang yang dapat bergerak di tengkorak. Tulang wajah
ini merupakan tulang tunggal dari dua tulang terpisah. Tampilan depan mandibula
paling baik dilihat dari arah depan (Lampignano & Kendrick, 2018).

Mandibula adalah tulang wajah terbesar dan terpadat, terdiri dari bagian
melengkung yang disebut body atau corpus, dan dua vertikal yang disebut dengan
ramus yang disatukan dengan tubuh pada sudut mandibula. Ballinger (2003).

Mandibula terdiri atas bagian badan yaitu bagian tengah yang melengk ung
horizontal, yang membentuk dagu dan berisi gigi bawah dan atas. Dua bagian tegak
yang disebut ramus, yaitu sebelah kiri dan sebelah kanan dan bersatu dengan badan
rahang pada angulus mandibula atau sudut rahang. Disebelah atas ramus berakhir
menjadi dua prosesus, yaitu processus koronoideus didepan dan processus condyloid
rahang atau sebagaimana sering disebut kepala mandibula, berada di sebelah belakang.
Kepala mandibula atau kondiloid ini membentuk sendi dengan tulang temporal dan
menjadi sendi mandibula (Pearce, 2016).

Mandibula dapat ditekan dan diangkat pada waktu membuka dan menutup
mulut. Dapat ditonjolkan, ditarik kebelakang, dan sedikit digoyangkan ke kiri ke kanan
dan sebaliknya sebagaimana terjadi pada waktu mengunyah (Pearce, 2016).
7

Perbatasan superior dari tubuh mandibula terdiri dari tulang yang disebut
bagian alveolar yang menompang akar gigi. Di bawah gigi molar kedua, kira-kira
setengah jalan antara batas tulang superior dan inferior yang terdapat celah kecil di
setiap sisi untuk transmisi saraf dan pembuluh darah kedua bukaan ini disebut sebagai
mental foramina.

Gambar 2.2 Anatomi Mandibula (Sobotta,1998)

Keterangan gambar:

a. Processuss Condylaris i. Tuberculum Mentale


b. Ramus Mandibulae j. Protuberantia Mentalis
c. Linea Obliqua k. Corpus Mandibula
d. Juga Alveolaris l. Angulus Mandibulae
e. Proccessus Coronoideus m. Pars Alveorlaris
f. Simphysis Mandibulae n. Ramus Mandibula
g. Foramen Mentale
h. Basis Mandibulae
8

2.3 Anatomi Temporomandibular Joint

Temporomandibular joint adalah sendi yang menghubungkan antara tulang


temporal dengan tulang mandibula. Sendi ini merupakan satu-satunya sendi tengkorak
yang dapat di gerakan. TMJ dibentuk oleh processus condyloid mandibula. TMJ
terletak di anterior dan sedikit di atas EAM. (Lampignano & Kendrick, 2018)

Temporomandibular joint di klsifikasikan sebagai sendi synovial, yang


bergerak bebas. Sendi synovial ini di bagi menjadi rongga synovial atas dan bawah,
serangkaian ligamen yang kuat bersama leher kondilus dari mandibula ke perbatasan
lebih rendah ke perbatasan zygomatic proces dari tulang temporal. Dua membran
artikular di lapisi oleh membran synovial dan di bagi dengan diskus artikuatio, hal ini
memungkinkan untuk tidak hanya engselnya saja yang bergerak, tapi juga gerakan
meluncur maju, kondilus mandibula meluncur maju ketika mulut di buka. Gerakan ini
dipengaruhi oleh fossa temporomandibular dengan kondilus mandibular. (Lampigna no
& Kendrick, 2018)

Sendi temporomandibular adalah sendi synovial antara tuberkulum artikular


dan fossa mandibula dari tulang temporal di atas kondilus mandibula di bawah. Ada
discus articular dalam sendi yang membagi menjadi bagian atas dan bagian rongga
yang lebih rendah. Tulang rawan artikular meliputi permukaan sendi dan ada membran
synovial, kapsul sendi dan ligamen. Gerakan sendi memungkinkan mandibula di
angkat dan di turunkan. Ketika mulut di buka mandibula di turunkan, kondilus ke
depan, discus artikular bergerak dari fossa mandibula ke tuberkel artikular, tonjolan
tulang di depan fossa tersebut. (Warrick, 1976)
9

a b c
d

Gambar 2.3 Anatomi temporomandibular joint (Lampignano & Kendrick, 2018)

Keterangan gambar:

a. Temporal bone e. External acusticus meatus


b. Capsule f. Condyle
c. Articular disk g. neck
d. Temporomandibular fossa

2.4 Kelainan Pada Temporomandibular Joint

Kelainan pada temporomandibular joint di klasifikasikan menjadi ganggua n


bawaan atau perkembangan (congenital or developmental disorders), ganggua n
inflamasi (inflammantory disorder), gangguan non inflamasi (Non inflammatory
disorders), dislokasi TMJ (dislocations), achilosis, frakture.

Menurut jurnal yang penulis dapatkan, ada beberapa kelainan pada


temporomandibular joint yang dapat didiagnosa dengan menggunakan pencitraan
radiografi, dengan menggunakan radiografi konvensional.
10

Klasifikasi Kelainan
1. Aplasia
Gangguan bawaan atau perkembangan 2. Hypoplasia
(Congenital or developmental disorders) 3. Hyperplasia
4. Dysplasia
Gangguan inflamasi (inflammantory 1. Polyarthritis
disorder)
Gangguan non infalamasi (Non 1. Osteoarthitis
inflammantory disorder)

Tabel 2.1 klasifikasi temporomandibular disorder

2.5 Modalitas Teknik Radiografi Temporomandibular Joint


2.5.1 Computed Radiografi

Computed Radiography atau dalam bahasa indonesia adalah Radiografi


Komputer yaitu suatu proses untuk mengubah sistem analog pada konvensio na l
radiografi menjadi digital radiografi, dengan menggunakan photostimulable untuk
mengakusisi data dan menampilkan parameter dari gambaran yang akan dimanip ulas i
oleh komputer (Ballinger,1999).

2.5.2 Panoramik

Teknik pemeriksaan panoramik adalah teknik pemeriksaan yang dilakuka n


untuk menghasilkan gambaran stuktur fasial yang meliputi lengkung gigi-geligi,
rahang atas, dan rahang bawah, serta stuktur pendukung-pendukungnya dalam satu
citra fiilm (Pharoah, 2000)
11

Rangkaian pesawat panoramic pada dasarnya berasal dari 3 komponn utama yaitu:

1. X-ray Tube
Tube head menghasilkan berkas sinar x yang sempit dengan penyudutan 80
derajat ke arah atas dari bidang horizontal.
2. Kaset carrige (tempat kaset)
Tempat kaset terbuat perisai tembaga, dihubungkan dengan tube head
sehingga dapat bergerak saling berlawanan arah selama eksposi. Hal ini
menghasilkan pergerakan tomografi yang sinkron pada bidang vertikal. Kaset
yang digunakan adalah kaset tipis yang fleksibel atau kaset yang kaku dengan
dilengkapi screen, biasanya ukuran kaset 5 x 12 inchi atau 6 x 12 inchi
(Langland, 1989).
3. Alat untuk memposisikan pasien menurut (Langland, 1989).
a. Hand grips
Hand grips digunakan untuk pegangan pasien selama pemeriksaan untuk
mengurangi pergerakan pasien selama pemeriksaan berlangsung karena
pasien dalam posisi berdiri
b. Light beam marker
Light beam marker (sinar penanda) digunakan untuk membantu
memposisikan pasien dengan garis tengah dan central point.
c. Bite block
Bite block digunakan untuk mengganjal gigi agar incisivus central atas dan
bawah pada posisi “ujung dengan ujung” sehingga dapat menghindar i
superposisi.
d. Penopang dagu
Penopang dagu digunakan untuk meletakkan dagu pasien agar tidak
bergerak
12

2.6 Teknik Pemeriksaan Temporomandibular Joint (Bontrager, 2018)

Menurut (Bontrager, 2018) teknik pemeriksaan temporomandibular joint untuk


mendapatkan gambaran TMJ adalah sebagai berikut:

1. AP Axial (Modified Towne Methode)


Proyeksi ini bertujuan untuk melihat fraktur dan hubungan abnormal atau
rentang gerak antara kondilus dan temporomandibular fossa.
a. Posisi pasien :Sebelum melakukan pemeriksaan pastikan tidak ada
logam di daerah kepala dan leher pasien. Pasien di
posisikan supine atau tidur terlentang di atas meja
pemeriksaan.
b. Posisi objek :Sejajarkan MSP pasien pada pertengahan meja atau
grid, OML tegak lurus terhadap IR, IOML pastikan
kepala pasien tidak mengalami rotasi
c. Ukuran kaset CR :18 x 24 cm
d. Central point : 3 inchi atau 7,5 cm di atas nasion
e. Central ray : 35° - 42° caudal
f. FFD :102 cm
g. Kolimasi : Seluas area yang akan di periksa
h. Grid : Ya
i. Marker :R/L
j. kV : 85 kV
k. mAs :5
l. Kriteria gambaran : Tampak condyloid process dari mandibula, tampak
fossa temporomandibular
13

Gambar 2.3 posisi AP Axial TMJ (Lampignano & Kendrick, 2018)

C
B

Gambar 2.4 Hasil radiograf TMJ (Lampignano & Kendrick, 2018)

2. Proyeksi Axiolateral Oblique (Modified Law Methode)


14

Proyeksi ini bertujuan untuk melihat Hubungan atau rentang gerak yang tidak
normal antara kondilus dan fossa temporomandibular, umumnya gambaran
diperoleh pada posisi mulut terbuka dan mulut tertutup.
a. Posisi pasien :Sebelum melakukan pemeriksaan pastikan tidak
adalogam di daerah kepala dan leher pasien.
Pasien di posisikan semiprone di atas meja
pemeriksaan dengan kepala pada posisi lateral.
b. Posisi objek :Sejajarkan MSP pasien pada pertengahan meja
atau grid, tubuh di obliquekan untuk membuat
pasien bias senyaman mungkin, letakkan sisi
lateral kepala menempel permukaan meja /
bucky dengan bagian yang akan diperiksa berada
dekat dengna IR. Atur MSP pararel dengan
permukaan meja / bucky. Dari posisi lateral,
oblique-kan wajah pasien 15° terhadap IR. Atur
dagu agar IOML tegak lurus pada tepi depan IR.
c. Ukuran kaset CR :18 x 24 cm
d. Central point : 1 inchi atau 2,5cm posterior dan 1 inchi atau 2,5
cm superior EAM yang jauh dari IR
e. Central ray : 15° caudal
f. FFD :102 cm
g. Kolimasi : Seluas area yang akan di periksa
h. Grid : Ya
i. Marker :R/L
j. kV : 85 kV
k. mAs :5
l. Kriteria gambaran : Terlihat TMJ yang terdekat dengan IR. Gambar
mulut tertutup menunjukkan kondilus di dalam fossa mandibula ;
15

kondilus bergerak ke margin anterior (tuberkulum artikular) dari fossa


mandibula di mulut terbuka posisi.

Gambar 2.5 TMJ Axiolateral close Gambar 2.6 TMJ Axiolateral open
mouth oblique 15° mouth oblique 15°

Keterangan gambar:
a b a. Right TMJ
c b. Right Condyle
c. Right EAM

Gambar 2.7 hasil radiografi TMJ


Axiolateral close mouth oblique 15°

3. Proyeksi Axiolateral (Shculler Methode)


Proyeksi ini bertujuan untuk melihat hubungan atau rentang gerak yang tidak
normal antara kondilus dan fossa temporomandibular. Umumnya gambar
diperoleh dengan posisi mulut terbuka dan mulut tertutup.
a. Posisi pasien :Sebelum melakukan pemeriksaan pastikan tidak
16

ada logam di daerah kepala dan leher pasien.


Pasien di posisikan semiprone di atas meja
pemeriksaan dengan kepala pada posisi lateral.
b. Posisi objek :Sejajarkan MSP pasien pada pertengahan meja
atau grid, letakkan sisi lateral kepala menempe l
permukaan meja / bucky dengan bagian yang
akan diperiksa berada dekat dengna IR. Atur
MSP pararel dengan permukaan meja / bucky,
dengan daerah yang akan di periksa menempe l
pada grid/IR.
c. Ukuran kaset CR :18 x 24 cm
d. Central point : 1 hingga 2 inci (1,3 cm)
anterior dan 2 inci (5 cm) ke arah superior dari
EAM bagian atas
e. Central ray : 25° - 30° caudal
f. FFD :102 cm
g. Kolimasi : Seluas area yang akan di periksa
h. Grid : Ya
i. Marker :R/L
j. kV : 85 kV
k. mAs :5
l. Kriteria gambaran : Terlihat TMJ yang terdekat dengan IR. Gambar
mulut tertutup menunjukkan kondilus di dalam fossa mandibula ;
kondilus bergerak ke margin anterior (tuberkulum artikular) dari fossa
pada posisi mulut terbuka.
17

Gambar 2.8 TMJ Axiolateral open Gambar 2.9 TMJ Axiolateral close
mouth 25° - 30° caudal mouth 25° - 30° caudal

a b
c

Gambar 2.10 Hasil radiografi TMJ Gambar 2.11 Hasil radiografi TMJ
Axiolateral open mouth 25° - 30° Axiolateral open mouth 25° - 30°
caudal caudal

Keterangan gambar

a. Left temporomandibular fossa c. Lateral orbital margin


b. Lateral condyle

2.10 Teknik Pemeriksaan Panoramik


Pasien diminta melepaskan barang atau perhiasan yang dapat mengganggu
hasil gambaran seperti anting, kacamata, jepit rambut metalik, alat bantu dengar,
18

perhiasan hidung dan kalung. Pesawat harus disiapkan lebih awal dan diangkat
secukupnya untuk memungkinkaan pasien masuk keperalatan. Pasien diberikan
penjelasan prosedur pemeriksaan karena waktu paparan bervariasi dari 12 hingga 20
detik (Whitley, 2005).

a. Posisi pasien : Pasien berdiri tegak atau duduk, posisikan bite block
pada mesin agar pasien dapat mengigit, tangan
berpegangan pada tempat pegangan atau hand grip.
b. Posisi objek : Dagu menempel pada penopang dagu, sesuaikan
ketinggian dagu hingga IOML sejajar dengan lantai atau
pasien dalam posisi berdiri tegak. Minta pasien untuk
menggigit bite block, Intruksikan pasien untuk
menempatkan lidah diatap mulut.
c. Central point : Garis lampu dibidang atau light beam marker sagital
sejajar dengan MSP, lampu anterior posterior diletakkan
di bawah IOML
d. Exposure : Tekan tombol selama alat berputar sampai berhenti
berputar atau hingga suara dari panoramik berhenti lalu
lepaskan.

Gambar 2.12 proyeksi pemeriksaan


panoramik (Balinger, 2003)
19

c
d

Gambar 2.13 Hasil pemeriksaan


panoramik (Balinger, 2003)
Keterangan gambar
d. Temporomandibular joint f. Angulus mandibulae
e. condylus g. Ramus mandibulae

2.11 Proteksi Radiasi

Menurut PERKA BAPETEN No 8 tahun 2011, persyaratan proteksi radiasi


meliputi 3 prinsip proteksi radiasi, yaitu justifikasi, limitasi, dan penerapan optimasi
dan keselamatan radiasi.

1. Justifikasi

Justifikasi penggunaan pesawat sinar–X sebagaimana dimaksud dalam pasal


24 ayat 1 harus di dasarkan pada pertimbangan bahwa manfaat yang diperoleh jauh
lebih besar dari pada resiko bahaya yang ditimbulkan.

2. Limitasi

Prinsip ini menghendaki agar diagnosis radiasi yang diterima oleh seseorang
dalam menjalankan suatu kegiatan pelayanan radiologi diagnostik dan intervensio na l
tidak boleh melebihi nilai batas dosis yang ditetapkan oleh instansi yang berwenang.

3. Optimasi

Penerapan optimasi proteksi dan keselamatan radiasi harus diupayakan agar


pekerja radiasi di instalasi radiologi dan anggota masyarakat di sekitar instalsa i
20

radiologi menerima paparan radiasi serendah mungkin yang dapat dicapai. Penerapan
optimasi proteksi dan keselamatan radiasi harus diupayakan agar pasien menerima
dosis radiasi serendah mungkin sesuai dengan yang diperlukan untuk mencapai tujuan
diagnostik. Penerapan optimasi dilaksanakan melalui prinsip optimasi proteksi dan
keselamatan radiasi yang meliputi : pembatas dosis untuk pekerja radiasi dan anggota
masyarakat, dan tingkat panduan paparan medik untuk pasien. Setiap pekerja radiasi
yang melaksanakan pemeriksaan radiologi harus mencegah terjadinya pengulanga n
paparan.

Adapun alat-alat yang digunakan dalam proteksi radiasi antara lain:

a. Diafragma cahaya (light beam diaphragm) / kolimator.

b. Apron timbal (lead apron).

c. Tabir / perisai pelindung (protective Shielding).

d. Kaca timbal (lead glass).

e. Thyroid shield.

f. Gonad shield .

Ada tiga prinsip proteksi radiasi eksternal yang harus diperhatikan yaitu
(Fadly Felayani, 2014):

1. Jarak

Jika dalam kondisi tertentu kita harus bekerja dengan sumber radiasi pada
ruangan yang tidak memiliki pelindung radiasi yang baik dan kita membutuhkan waktu
yang relatif lebih lama, maka gunakan prinsip proteksi radiasi jarak. Petugas pada
daerah medan radiasi diupayakan sejauh mungkin dengan sumber radiasi.
21

2. Waktu

Prinsip ini digunakan pada saat perisai tidak ada. Maka tindakan yang
dilakukan adalah secepat mungkin berada didekat sumber radiasi. Hal ini disebabkan
semakin lama berhubungan dengan sumber radiasi, potensi terpapar akan semakin
banyak.

3. Perisai

Perisai atau pelindung digunakan sebagai prinsip proteksi radiasi utama yang
teraplikasikan dalam pemeriksaan radiologi. Prinsip proteksi radiasi ini memberika n
keselamatan yang jauh lebih aman kepada petugas dan masyarakat serta terukur tingkat
keselamatannya.
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian


Penulisan tugas akhir ini dengan judul “Teknik Pemeriksaan
Temporomandibular Joint dengan Menggunakan Panoramik pada kasus
Temporomandibular Disorder” berdasarkan judul dari tugas akhir ini penulis
menggunakan jenis data sekunder yang di peroleh dari jurnal internasional dari Journal
of Clinical & Experimental Pathology dengan judul jurnal “Indication Criteria of
Imaging Exams for Diagnosing of Temporomandibular Joint Disorder” oleh Luciano
Ambrosio Ferreira 2014.

3.2 Jenis dan Sumber Data

1. Jenis Data
Jenis data yang di gunakan pada penyusunan tugas akhir ini merupakan data
dari beberapa literatur dan jurnal yang berkenaan dengan penelitian ini
2. Sumber Data

Dalam penelitian ini penulis mengguanakan sumber data sekunder yang mana
menurut (Sugiyono, 2013), sumber data sekunder yaitu data yang telah dikumpulka n
untuk maksud selain menyesuaikan masalah yang sedang dihadapi. Data ini dapat
ditemukan dengan cepat. Dalam penelitian ini yang menjadi sumber data sekunder
adalah jurnal dari Journal of Clinical & Experimental Pathology yang telah di lakukan
penelitian oleh Luciano Ambrosio Ferreira 2014 dengan judul jurnal “Indication
Criteria of Imaging Exams for Diagnosing of Temporomandibular Joint Disorders”.
Dan data ini di ambil untuk di analisis data.

22
23

3.3 Teknik dan Intrumen Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan


dalam rangka mencapai tujuan penelitian. Pada penelitian ini pengumpulan data
dilakukan dengan metode:

1. Studi Dokumen
Teknik studi dokumen yaitu cacatan peristiwa yang sudah berlalu.
Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari
seseorang. (Sugiyono, 2013)
2. Studi Literatur
Studi literatur adalah teknik pengumpulan data dengan mengadakan
studi penelaahan terhadap buku-buku, catatan dan laporan yang ada
hubungannya dengan masalah yang dipecahkan (Nazir, 1988).
3. Analisis Data
Proses menganalisis data dalam penelitian kualitatif, dilakukan pada
saat pengumpulan data berlangsung, dan setelah selesai pengumpulan data
dalam periode tertentu. (Sugiyono, 2013)

3.4 Teknis Analisis Data


Dalam penelitian ini penulis menganalisa data-data yang telah di
dapatkan, data tersebut di kaji kembali untuk memastikan bahwa sumber data
yang penulis ambil sesuai dengan landasan teori yang penulis butuhkan,
kemudian data tersebut penulis kembangkan kembali dengan mengacu pada
teori-teori dari text book maupun literatur lainnya, sehingga penulis dapat
menarik kesimpulan.
DAFTAR PUSTAKA

Fedlayani, F. (2014). Radiologi Dasar 1. Magelang: Inti Medika Pustaka.


Ferreira, L. A. ( 2014). Indication Criteria of Imaging Exams for Diagnosing of
Temporomandibular. Journal of Clinical & Experimental Pathology, 1-5.
Hakan Eren, M. E. (2015). An Overall Look for Temporomandibular Joint
Pathologies. International Journal of Orthopaedics, 453.
John P. Lampignano, M. R. (2018). BONTRAGER’S HANDBOOK OF
RADIOGRAPHIC POSITIONING. Elsevier, Inc. All rights reserved.
Langland. (1989). Panoramic Radiology, Subsequent edition. Lea & Febiger.
Nazir, M. (2005). Metode Penelitian. Bogor : Ghalia Indonesia.
Pearce, E. C. (2006). Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta: Gramedia.
Philip, W. B. (2003). MERRILL'S ATLAS OF RADiOORAPHIC POSITIONS AND
RADIOLIGIC PROCEDURE, ED 10. Mosby, Inc. All rights reserved.
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendekatan kuantitatif dan Kualitatif. Bandung:
Alfabeta.

24

Anda mungkin juga menyukai