PENDAHULUAN
Kematian pada pulpa atau saraf gigi tersebut dapat disebabkan oleh infeksi
kronis pada gigi sehingga berlanjut pada perusakan jaringan penyangga (tulang
dan gusi) atau infeksi kronis karang gigi yang menyebabkan kerusakan pada
kemudian menginfeksi saraf gigi hingga saraf gigi mati (Howe, 1999).
antara jaringan periodontal dengan gigi mengalami kerusakan. Bila ini terjadi,
adanya karies pada gigi yang berdekatan. Periodontitis Apikal dapat disebabkan
oleh karena ada gigi yang terkena Pulpitis, Gangren Pulpa, dan Gangren Radix.
Pada kondisi nekrosis yang tidak dirawat, bakteri akan berpenetrasi melalui
periodontitis apikalis. Bila suatu gigi yang Gangren dibiarkan, maka dia akan
menjadi kronis dan tidak menimbulkan keluhan apa-apa karena saraf yang berada
di dalam ruang pulpa sudah tidak lagi berfungsi seperti yang seharusnya.
Penderita hanya merasa bahwa giginya pernah sakit, tetapi kemudian sakitnya
1
hilang (yaitu gigi berubah dari vital menjadi nonvital). Bila hal ini terjadi pada
gigi yang mahkotanya lebih dari sepertiga, maka dinamakan kronik Periodontitis
oleh karena Gangren Pulpa, sedangkan bila hal ini terjadi pada gigi yang
pada satu bagian tubuh dengan cara mengaplikasikan bahan topikal atau suntikan
perawatan gigi dapat membangun hubungan baik antara dokter gigi dan pasien,
sikap positif dari dokter gigi. Teknik anastesi lokal merupakan pertimbangan yang
sangat penting dalam perawatan pasie. Ketentuan umur, anastesi topikal, teknik
anastetikum, karena dapat menimbulkan trauma pada bibir atau lidah (Howe,
1999).
sehingga pasien merasa nyaman selama perawatan dan dokter gigi menjadi lebih
tenang dalam melakukan perawatan. Kerja sama yang baik dengan pasien juga
dapat dilakukan karena pada anestesi lokal pasien masih dalam keadaan sadar
2
Ekstraksi gigi merupakan suatu tindakan pembedahan yang melibatkan
jaringan tulang dan jaringan lunak dari rongga mulut, tindakan tersebut dibatasi
oleh bibir dan pipi dan terdapat faktor yang dapat mempersulit dengan adanya
umum penderita (physical status) dalam keadaan yang sehat. Kemungkinan terjadi
suatu komplikasi yang serius setelah pencabutan, mungkin saja dapat terjadi
walaupun hanya dilakukan pencabutan pada satu gigi. Ekstraksi gigi yang ideal
adalah pencabutan sebuah gigi atau akar gigi yang utuh tanpa menimbulakan rasa
sakit dengan trauma sekecil mungkin pada jaringan penyangganya sehingga bekas
penting agar prosedur pencabutan gigi yang dilakukan berhasil dengan baik dan
1. Apa yang dimaksud dengan Periodontitis Kronis oleh karena gangren radiks?
4. Bagaimana cara anastesi untuk ekstraksi gigi rahang atas dan rahang bawah?
3
5. Bagaimana cara ekstraksi gigi rahang atas dan rahang bawah?
1.3 Tujuan
4. Untuk mengetahui cara anastesi untuk ekstraksi gigi rahang atas dan rahang
bawah.
5. Untuk mengetahui cara ekstraksi gigi rahang atas dan rahang bawah.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
tulang alveolar, sementum, dan ligamen periodontal.. Suatu keadaan dapat disebut
kerusakan. Selain itu tulang alveolar juga mengalami kerusakan. Bila ini terjadi,
sensitivitas gigi terhadap panas dan dingin meningkat. Gigi dapat mengalami
dapat disebabkan oleh karena ada gigi yang sudah nekrosis tetapi tidak segera
merupakan media yang baik untuk pertumbuhan bakteri, bila bakteri terus
berkembang biak dan infeksi menjalar melalui foramen apikal menuju jaringan
2.1.1 Etiologi
etiologinya yaitu :
1. Periodontitis Apikal
5
Apikal dapat disebabkan oleh karena ada gigi yang terkena Pulpitis, Gangren
Pulpa, dan Gangren Radix. Proses terjadinya Gangren Pulpa diawali oleh
proses terjadinya karies. Karies dentis adalah suatu penghacuran struktur gigi
(email, dentin, dan cementum) oleh aktivitas jasad renik atau mikroorganisme
dalam dental plak. Jadi proses karies hanya dapat dibentuk apabila terdapat 4
kerentanan permukaan gigi dan waktu. Karies yang tidak diobati kemudian
menjadi gangren. Pada waktu matinya pulpa, mula-mula tidak ada keluhan
jaringan periodontal akan menjadi sangat sensitif terhadap suhu dan tekanan.
2. Periodontitis Marginalis
3. Periodontitis Perikoronal
yang tumbuhnya tidak sempurna atau dikenal sebagai istilah impacted teeth.
Pada pertumbuhan gigi yang normal, seluruh mahkota gigi atau crown akan
6
tumbuh seluruhnya, sejajar dengan gigi yang bersebelahan. Tetapi pada gigi
yang impaksi, tidak seluruh mahkota tumbuh, ada sebagian mahkota gigi
(plak bakteri dan produk-produk yang dihasilkannya). Ada factor local yang
periodontal.
2.1.2 Patofisiologi
disebabkan oleh karena ada gigi yang terkena Pulpitis, Gangren Pulpa, dan
Gangren Radix. Jaringan nekrotik di saluran akar yang tidak terambil dantidak
diisi dengan hermetis akan memicu reaksi inflamasi di periapeks. Pada kondisi
2003).
membei ruang bagi lesi inflamasi jaringan lunak pada ujung akar. Pada beberapa
7
penyembuhan tidak dapat terjadi dan reaksi pertahanan tubuhberlanjut sehingga
memasuki masa kronis dan inflamasi terus berlanjut. Katayang biasa untuk
granulasi yang terbentuk pada proses tersebut. Pada jangka panjang, granuloma
dibiarkan, maka dia akan menjadi kronisdan tidak menimbulkan keluhan apa-apa
karena saraf yang berada di dalamruang pulpa sudah tidak lagi berfungsi seperti
kemudian sakitnya hilang (yaitu gigi berubah dari vital menjadi nonvital) (Paul,
2003).
Bila hal ini terjadi pada gigiyang mahkotanya lebih dari sepertiga, maka
ini terjadi pada gigi yangmahkotanya kurang dari sepertiga maka dinamakan
merasasakit, tapi proses radang tidak berhenti karena ada toksin-toksin kuman
jaringangranulasi pada apex gigi yang berbentuk bulat, terdiri dari produk
suatuperadangan, kuman-kuman, pus dan jaringan gigi yang mati (Paul, 2003).
Kematian pada pulpa atau saraf gigi tersebut dapat disebabkan olehinfeksi
dan gusi) atau infeksi kronis karang gigi yangmenyebabkan kerusakan pada
8
jaringan gigimikro organisme yangmenyebabkan kerusakan jaringan penyangga
kemudian menginfeksi saraf gigi hingga saraf gigi mati (Paul, 2003).
yang dipersarafi oleh nervus tertentu pada tubuh. Anestesi lokal merupakan suatu
kondisi hilangnya berbagai sensasi seperti rasa sakit yang terjadi di sebagian
terjadi penurunan sensasi, terutama rasa sakit yang bersifat sementara di sebagian
impuls dengan beberapa cara, yaitu dengan mengubah potensial istirahat dasar
(Yuwono, 1993).
Perubahan yang terjadi dapat diakibatkan oleh salah satu atau lebih dari
satu cara tersebut. Banyak teori yang menggambarkan cara kerja dari anestesi
lokal, salah satunya yang sering digunakan adalah teori spesifik reseptor. Bahan
anestetikum lokal melekat pada reseptor yang ada di dekat gerbang sodium pada
berikatan dengan reseptor pada membrane sel. Setelah bahan anestetikum lokal
9
berikatan dengan reseptor, terjadi penurunan permeabilitas membran sel sehingga
mempertimbangkan resiko yang dapat terjadi pada pasien. Hal ini disebabkan
olehefek depresan yang merupakan salah satu efek dari obat- obatan anestesi
lokal. Selainitu, obat- obatan anestesi lokal pun memiliki efek samping lain
fisik pasien. Dalam anamnesis, pasien ditanyakan tentang riwayat penyakit yang
10
liver,alergi terhadap obat, hipertensi, rematik, asma, anemia, epilepsy, serta
visual untuk mengobservasi adanya kelainan pada postur tubuh pasien, gerakan
tubuh, bicara, dansebagainya; evaluasi tanda vital; serta status kesehatan fisik
Bahan anestesi lokal merupakan salah satu bahan yang paling sering
digunakan dalam kedokteran gigi, bahkan menjadi bahan yang mutlak digunakan
dalam praktek dokter gigi sehari-hari. Bahan anestesi lokal digunakan untuk
menghilangkan rasa sakit yang timbul akibat prosedur kedokteran gigi yang
dilakukan. Bahan anestesi lokal terbagi atas dua golongan yaitu ester dan amida.
Jenis bahan anestesi yang termasuk dalam golongan ester diantaranya yaitu
Menurut Yuwono (1993), tekhnik anastesi lokal untuk gigi anterior dan
Untuk molar ketiga, kedua, dan akar distal dan palatal molar pertama.
Titik suntikan terletak pada lipatan mukobukal diatas gigi molar kedua
11
atas, gerakkan jarum ke arah distal dan superior kemudian suntikkan obat
anastesi 1-2 cc diatas apeks akar gigi molar ketiga. Untuk melengkapi
atas apeks akar premolar kedua. Injeksi ini cukup untuk prosedur
operatif.
Untuk premolar pertama dan kedua, serta akar mesial gigi molar pertama.
hati-hati.
kaninus, suntikkan obat diatas apeks akar gigi tersebut. Injeksi ini sudah
palatum, yaitu dari kaninus satu ke kaninus yang lain. Titik suntikan
12
e. Injeksi Nervus Palatinus Mayor
gingiva pada sisi bersangkutan. Tentukan titik garis khayal yang ditarik
dari tepi gingiva molar ketiga atas di sepanjang akar palatalnya terhadap
garis tengah rahang. Injeksikan obat anastesi sedikit mesial dari titik
Karena hanya bagian dari nervus palatinus mayor yang keluar dari
jari menempel pada linea oblique. Bagian belakang jarum suntik terletak
diantara kedua premolar pada sisi yang berlawanan jarum jam diarahkan
13
mandibula dan proporsinya berubah sejalan dengan pertambahan umur).
b. Injeksi Mentalis
sisi yang lain juga harus di blok. Tentukan letak apeks gigi-gigi premolar
bawah. Foramen biasanya terletak di salah satu apeks akar gigi premolar
c. Injeksi Lingualis
Untuk gigi premolar dan gigi anterior, karena jaringan lunak pada
dianastesi. Karena posisi dari gigi insisivus, daerah ini sulit dicapai
14
Dosis dan urutan deponir cairan anastesi
Ekstraksi gigi adalah proses pencabutan gigi dari dalam soket dari tulang
alveolar. Ekstraksi gigi dapat dilakukan dengan dua teknik yaitu teknik sederhana
dan teknik pembedahan. Teknik sederhana dilakukan dengan melepaskan gigi dari
dalam soket dari tulang alveolar kemudian mengembalikan flep ke tempat semula
15
dengan penjahitan. Teknik sederhana digunakan untuk ekstraksi gigi erupsi yang
2.3.1 Indikasi
mulut yang sehat dan dapat berfungsi dengan baik sampai akhir pertumbuhan gigi.
1. Karies Besar: gigi yang mahkotanya sudah sangat rusak dan tidak dapat
direstorasi lagi.
perawatan endodonti.
3. Gigi Retak: gigi yang retak atau mengalami fraktur akar yang biasanya
endodonti.
5. Gigi yang berkaitan dengan lesi patologis: ekstraksi gigi dengan lesi patologis
6. Gigi Persistensi: gigi desidui yang sudah waktunya tanggal tetapi masih kuat
16
resorbsi sehingga akan goyah, tetapi pada gigi desidui yang gangren tidak
mungkin terjadi resorbsi atau karena kondisi kesehatan dari pasien maka gigi
ekstraksi gigi.
2.3.2 Kontraindikasi
dilakukan ekstraksi, pada beberapa keadaan tidak boleh dilakukan ekstraksi gigi
keadaan lain, kontraindikasi ekstraksi gigi sangat berperan penting untuk tidak
normal sehingga darah sukar membeku. Seperti yang telah diketahui bahwa
3. Penderita Leukemia memiliki jumlah leukosit yang lebih banyak dari normal
17
4. Penderita Hemofilia merupakan penyakit atau kelainan susunan darah yang
mendapatkan luka, maka darahnya tidak dapat membeku. Hal ini disebabkan
oleh trombosit tidak dapat pecah kalau berhubungan dengan udara karena
mengalir.
umum ibu hamil pada trimester pertama sering sangat lemah dan dalam masa
pembentukan janin.
yang akan memudahkan dalam proses ekstraksi gigi dan memperkecil terjadinya
1. Asepsis
18
2. Pembedahan atraumatik
Pada saat ekstraksi gigi harus diperhatikan untuk bekerja secara hati-hati,
tidak kasar, tidak ceroboh, dengan gerakan pasti, sehingga membuat trauma
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi akses dan lapangan pandang yang
baik selama proses ekstraksi gigi. Faktor-faktor tersebut adalah posisi kursi,
Posisi kursi harus diatur untuk mendapatkan akses terbaik dan kenyamanan
bagi operator dan pasien. Pada ekstraksi gigi maksila, posisi pasien lebih
tinggi dari dataran siku operator dengan posisi sandaran kursi lebih rendah
sehingga pasien duduk lebih menyandar dan lengkung maksila tegak lurus
dengan lantai. Sedangkan ekstraksi gigi pada mandibula, posisi pasien lebih
rendah dari dataran siku operator dengan posisi sandaran kursi tegak dan
Pencahayaan harus diatur sedemikian rupa agar daerah operasi dapat terlihat
dengan jelas tanpa bayangan hitam yang membuat gelap daerah operasi.
yang jelas. Daerah operasi harus bersih dari saliva dan darah yang dapat
19
mengganggu penglihatan ke daerah tersebut sehingga dibutuhkan penyedotan
berikut :
5. Bagi yang suka merokok, untuk hari pertama setelah pencabutan, jangan
merokok dulu.
20
BAB III
MANAJEMEN KASUS
Kasus 1
1. Keluhan utama :
Pasien perempuan Ny. PA, usia 43 tahun datang ke RSGM IIK dengan
keluhan ingin mencabutkan gigi belakang bawah kanan yang sudah sisa akar.
2. Anamnesa : Gigi sebelah bawah kanan berlubang sejak ±5 tahun yang lalu.
Tidak pernah dirawat. Awal mula lubang kecil terus membesar hingga sisa
akar. Tidak pernah bengkak, tidak pernah sakit, tidak pernah diberi obat, tidak
pernah ke dokter gigi, keadaan sekarang tidak sakit, pasien tidak memiliki
riwayat sistemik.
4. TTV :
a. TD : 130/90 mmHg
b. N : 65x/menit
c. R : 28x/menit
d. TB : 148 cm
e. BB : 75 kg
21
Gambar 1. Pasien Ny. PA
Resesi gingiva
Mobilitas gigi
Kemerahan
Edemortus
Tes dingin
Tes sonde
Tes panas
Kalcuturs
Sorders
Perkusi
Kondisi gigi
poket
Druk
EPT
Elemen
44 SA . . . . . Tidak - - . . . . . .
sakit
1. Ekstraksi :
22
b. Anastesi dengan pehacain, blok N. Alveolaris Inferior 1cc, anastesi blok
c. Ekstaksi gigi 44
O : EO : DBN
Kemerahan (-)
Pembengkakan (-)
Debris (-)
Palpasi (-)
bergizi.
pencabutan.
23
Kasus 2
1. Keluhan Utama :
Pasien laki-laki, Tn. BEP berusia 43 tahun datang ke RSGM IIK dengan
2. Anamnesa :
Gigi sebelah atas kiri berlubang sejak ±3 tahun yang lalu, gigi tersebut tidak
hingga sisa akar. Tidak pernah bengkak, dulu pernah sakit, tidak pernah
diberi obat, tidak pernah ke dokter gigi, pasien tidak memiliki riwayat
penyakit sistemik.
4. TTV :
a. TD : 130/70 mmHg
b. N : 62 x/menit
c. R : 16 x/menit
d. TB : 167 cm
e. BB : 61 kg
24
Gambar 3. Pasien Tn. BEP
Mudah berdarah
Resesi gingiva
Mobilitas gigi
Kemerahan
Edemortus
Tes dingin
Tes sonde
Tes panas
Kalcuturs
Sorders
Perkusi
Kondisi gigi
poket
Druk
EPT
Elemen
22 SA . . . . . Tidak - - . . . . . .
sakit
1. Ekstraksi :
25
c. Ekstaksi gigi 22
O : EO : DBN
Kemerahan (-)
Pembengkakan (-)
Debris (+)
Palpasi (-)
bergizi
pencabutan.
26
Kasus 3
1. Keluhan utama :
Pasien laki-laki, Tn. AP usia 35 tahun datang ke RSGM IIK dengan keluhan
2. Anamnesa :
Gigi atas kiri belakang berlubang sejak ±3 tahun yang lalu. Kemudian gigi
tersebut tidak dirawat dan lubang lama kelamaan membesar dan menjadi sisa
akar. Pernah bengkak 6 bulan yang lalu, pernah diobati amoxilin, pasien
4. TTV :
a. TD : 110/80 mmHg
b. N : 68 x/menit
c. R : 20 x/menit
d. TB : 161 cm
e. BB : 58 kg
27
Tabel 3. Status Lokalis-Intraoral Pemeriksaan gigi
Mudah berdarah
Resesi gingiva
Mobilitas gigi
Kemerahan
Edemortus
Tes dingin
Tes sonde
Tes panas
Kalcuturs
Sorders
Perkusi
Kondisi gigi
poket
Druk
EPT
Elemen
27 SA . . . . . Tidak + + . . . . . .
sakit
1. Ekstraksi :
c. Ekstaksi gigi 27
28
6) Makan pada sisi yang berlawanan.
O : EO : DBN
Kemerahan (+)
Pembengkakan (-)
Debris (+)
Palpasi (-)
bergizi
pencabutan.
Kasus 4
1. Keluhan utama :
Pasien laki-laki, Tn. M usia 75 tahun datang ke RSGM IIK dengan keluhan
2. Anamnesa :
Gigi atas kiri belakang berlubang sejak ±10 tahun yang lalu, tidak pernah
dirawat. Awal mula lubang kecil dan terus menerus membesar dan tinggal
29
sisa akar, tidak pernah bengkak, tidak pernah sakit, tidak pernah diberi obat,
pernah ke dokter gigi. Keadaan sekarang tidak sakit. pasien tidak memiliki
4. TTV :
a. TD : 130/90 mmHg
b. N : 76 x/menit
c. R : 28 x/menit
d. TB : 140 cm
e. BB : 63 kg
Resesi gingiva
Mobilitas gigi
Kemerahan
Edemortus
Tes dingin
Tes sonde
Tes panas
Kalcuturs
Sorders
Perkusi
Kondisi gigi
poket
Druk
EPT
Elemen
41 SA . . . . . Tidak + + . . . . . .
sakit
30
Terapi Pelaksana Tindakan
1. Ekstraksi :
Lingualis 0,5 cc
c. Ekstaksi gigi 41
O : EO : DBN
Debris (+)
Kemerahan (+)
31
Pembengkakan (-)
Sakit (-)
bergizi
pencabutan.
32
BAB IV
PEMBAHASAN
ingin mencabutkan gigi belakang bawah kanan yang sudah sisa akar. Gigi sebelah
bawah kanan berlubang sejak ±5 tahun yang lalu. Tidak pernah dirawat. Awal
mula lubang kecil terus membesar hingga sisa akar. Tidak pernah bengkak, tidak
pernah sakit, tidak pernah diberi obat, tidak pernah ke dokter gigi, keadaan
sekarang tidak sakit, pasien tidak memiliki riwayat sistemik. Terapi pelaksanaan
tindakan untuk kasus tersebut adalah dilakukan asepsis terlebih dahulu pada
mukosa bukal dan lingual pada gigi 44 dengan menggunakan povidone iodine
10% memakai pinset dan cotton pelet. Kemudian menyiapkan anastesi lokal
cc, anastesi blok Nervus Lingualis 0,5 cc, dan anastesi infiltrasi Nervus Bukalis
0,5 cc. Setelah itu, dilakukan ekstraksi gigi dengan menggunakan tang sisa akar
RB posterior dengan ujung mengatup, beak terletak pada sulkus gingiva yang
bukal. Kuret gingiva untuk membuat perdarah agar tidak terjadi dry socket. Pasien
terlalu keras, makan pada gigi sebelah, dan tidak boleh minum yang terlalu panas
33
Pasien laki-laki berusia 43 tahun datang ke RSGM IIK dengan keluhan
ingin mencabutkan gigi depan atas kiri. Gigi sebelah atas kiri berlubang sejak ±3
tahun yang lalu, gigi tersebut tidak pernah dirawat. Awal mula lubang kecil, dan
lama-kelamaan membesar hingga sisa akar. Tidak pernah bengkak, dulu pernah
sakit, tidak pernah diberi obat, tidak pernah ke dokter gigi, pasien tidak memiliki
adalah dilakukan asepsis terlebih dahulu pada mukosa labial dan palatal pada gigi
22 dengan menggunakan povidone iodine 10% memakai pinset dan cotton pelet.
pasien tidak memiliki riwayat hipertensi sehingga anastesi yang digunakan tanpa
Alveolaris Superior Anterior 0,5 cc dan anastesi blok Nervus Nasopalatinus 0,5
cc. Setelah itu, dilakukan ekstraksi gigi dengan menggunakan tang sisa akar RA
anterior dengan ujung mengatup, beak terletak pada sulkus gingiva yang paling
perlahan. Kuret gingiva untuk membuat perdarah agar tidak terjadi dry socket.
berkumur terlalu keras, makan pada gigi sisi sebelah, dan tidak boleh minum yang
terlalu panas terlebih dahulu, dan tidak boleh merokok. Instruksikan pasien 3 hari
Pasien laki-laki usia 35 tahun datang ke RSGM IIK dengan keluhan ingin
mencabutkan gigi atas belakang kiri, gigi atas kiri belakang berlubang sejak ±3
tahun yang lalu. Kemudian gigi tersebut tidak dirawat dan lubang lama kelamaan
membesar dan menjadi sisa akar. Pernah bengkak 6 bulan yang lalu, pernah
34
diobati amoxilin, pasien pernah ke dokter gigi. Keadaan sekarang tidak sakit.
terlebih dahulu pada mukosa bukal dan palatal pada gigi 27 dengan menggunakan
povidone iodine 10% memakai pinset dan cotton pelet. Kemudian menyiapkan
Superior Posterior 0,5 cc dan anastesi blok Nervus Nasopalatinus mayus 0,5 cc.
Setelah itu, dilakukan ekstraksi gigi 27 dengan menggunakan tang sisa akar RA
posterior dengan ujung mengatup, beak terletak pada sulkus gingiva yang paling
secara perlahan. Kuret gingiva untuk membuat perdarah agar tidak terjadi dry
boleh berkumur terlalu keras, makan pada gigi sisi sebelah, dan tidak boleh
minum yang terlalu panas terlebih dahulu, dan tidak boleh merokok. Instruksikan
35
BAB V
KESIMPULAN
2. Apabila suatu gigi yang Gangren dibiarkan, maka lama kelamaan gigi
tersebut menjadi kronis dan tidak menimbulkan keluhan apapun karena saraf
yang berada di dalam ruang pulpa sudah tidak lagi berfungsi seperti yang
nonvital). Apabila hal ini terjadi pada gigi yang mahkotanya kurang dari
rasa sakit yang terjadi di sebagian tubuh. Bahan anestetikum lokal bekerja
4. Ekstraksi gigi adalah proses pencabutan gigi dari dalam soket dari tulang
alveolar. Ekstraksi gigi yang ideal adalah pencabutan sebuah gigi atau akar
gigi yang utuh tanpa menimbulakan rasa sakit dengan trauma sekecil
bedah.
36
DAFTAR PUSTAKA
Coulthard Paul, Horner Keith, Sloan Philip, dkk. 2003. Oral and Maxillofacial
Surgery, Radiology, Pathology and Oral Medicine. 1st ed, Churchill
Livingstone, London.
Harry Dym, Ogle E. Orret. 2001. Minor Oral Surgery. W.B. Saunders Company,
Philadelphia.
Howe L. Geoffrey. 1999. Pencabutan Gigi Geligi. Edisi Ketiga Revisi. Penerbit
Buku Kedokteran Jakarta: EGC.
Pederson W. Gordon. 1996. Buku Ajar Praktis Bedah Mulut. 1st ed, Penerbit Buku
Kedokteran Jakarta: EGC.
Purwanto, 1999. Buku Ajar Bedah Mulut 1 Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Jember.
Yowono, Lilian. 1993. Petunjuk Praktis Anastesi Lokal (atlas of local anasthesia
in dentistry) cetakan I. Jakarta: EGC.
37