PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1
2
Dalam penulisan makalah ini bertujuan untuk menambah wawasan, khususnya bagi
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi dalam materi gizi dan penanganannya terhadap
kesehatan masyarakat.
1.4 Hipotesa
Apabila dilakukan penanganan pencegahan gizi buruk secara maksimal, dengan
meningkatkan pelayanan kesehatan masyarakat, maka akan meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Gizi
Gizi berasal dari bahasa Arab, yaitu “Ghidza”. Gizi adalah suatu proses
penggunaan makanan yang dikonsumsi secara normal oleh suatu organisme melalui
proses digesti, absorbsi, transportasi, penyimpanan metabolisme dan pengeluaran zat-zat
yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan pertumbuhan dan fungsi normal
dari organ-organ, serta menghasilkan energi. Sedangkan ilmu gizi didefinisikan sebagai
suatu cabang ilmu yang mempelajari zat-zat pangan sejak dikonsumsi, dicerna, diserap
sampai dimanfaatkan tubuh serta dampaknya terhadap pertumbuhan, perkembangan dan
kelangsungan hidup manusia serta faktor yang mempengaruhinya (Proverawati dan
Kusumawati, 2010).
c. Mengatur metabolisme dan berbagai keseimbangan air, mineral dan cairan tubuh
(Margaret, 2009).
d. Berperan di dalam mekanisme pertahanan tubuh (Proverawati dan Kusumawati,
2010).
Klinis, pemeriksaan klinis adalah metode untuk melihat status gizi masyarakat
berdasarkan atas perubahan-perubahan yang terjadi yang dihubungkan dengan
ketidakcukupan zat gizi. Biokimia, penilaian status gizi dengan biokimia adalah
pemeriksaan spesimen yang diuji secara laboratoris yang dilakukan pada berbagai
macam jaringan tubuh, seperti darah, urin, tinja, dan beberapa jaringan tubuh seperti
hati dan otot. Biofisik, penilaian status gizi secara biofisik adalah metode penentuan
status gizi dengan melihat kemampuan fungsi (khususnya jaringan) dan melihat
perubahan struktur dari jaringan (Proverawati dan Kusumawati, 2010).
Penilaian status gizi secara tidak langsung dapat dilakukan dengan cara survei
konsumsi makanan, statistik vital, dan faktor ekologi. Survei konsumsi makanan
adalah metode penilaian status gizi secara tidak langsung dengan melihat jumlah dan
jenis zat gizi yang dikonsumsi. Statistik vital, penilaian status gizi dengan statistik
vital adalah dengan menganalisis data beberapa statistik kesehatan seperti angka
kematian berdasarkan umur, angka kesakitan dan kematian serta data-data lainnya
yang berhubungan dengan gizi. Faktor ekologi, malnutrisi merupakan masalah
ekologi sebagai hasil interaksi beberapa faktor fisik, biologis dan lingkungan budaya.
Jumlah makanan yang tersedia sangat bergantung dari keadaan ekologi seperti iklim,
tanah, irigasi, dan lain-lain. Pengukuran faktor ekologi sangat penting untuk
mengetahui penyebab malnutrisi di suatu masyarakat sebagai dasar untuk melakukan
program intervensi gizi (Proverawati dan Kususmawati, 2010).
Dengan adanya penilaian status gizi, kita dapat mengetahui status gizi seseorang.
Seseorang dikatakan mengalami gizi baik apabila dilihat dari penilaian status gizinya,
asupan gizi dalam tubuhnya telah cukup dan seimbang. Sebaliknya seseorang
dikatakan mengalami gizi buruk apabila dilihat dari penilaian status gizinya, asupan
gizi dalam tubuhnya kurang dan tidak seimbang (Proverawati dan Kusumawati,
2010).
waktu lama. Ditandai dengan status gizi sangat kurus (menurut berat badan terhadap
tinggi badan) dan atau hasil pemeriksaan klinis menunjukkan gejala marasmus,
kwarsiorkor, atau marasmus-kwasiorkor (Depkes, 2004).
Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), ada 3 faktor penyebab gizi buruk,
yaitu :
1. Keluarga miskin
2. Ketidaktahuan orang tua atas pemberian gizi yang baik bagi anak
3. Faktor penyakit bawaan pada anak, seperti : jantung, TBC, HIV/AIDS, saluran
pernapasan dan diare (Depkes, 2004).
Sedangkan menurut UNICEF (1988), ada 2 faktor penyebab utama, antara lain :
1. Penyebab langsung
a.) Asupan makanan
Maksud dari asupan makanan ini adalah pola makan yang tidak seimbang
kandungan nutrisinya seperti kaarbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral,
air, dan oksigen (Depkes, 2004).
b.) Infeksi penyakit
Beberapa orang dapat menderita gizi buruk karena mengalami penyakit atau
kondisi tertentu, yang menyebabkan tubuh tidak mampu untuk mencerna
8
3. Atrofi jaringan, otot lemah terasa kendor atau lembek ini dapat dilihat pada
paha dan pantat bayi yang seharusnya kuat, kenyal, dan tebal.
4. Oedema (bengkak) tidak terjadi
5. Warna rambut tidak berubah (Dinkes Surabaya, 1999).
b.) Kwashiorkor
Kwashiorkor biasanya terjadi pada anak usia 1-3 tahun. Pertumbuhannya
terhambat, jaringan otot lunak dan kendor. Namun jaringan lemak dibawah kulit
masih ada dibanding bayi marasmus. Beberapa tanda khusus dari kwashiorkor
adalah :
1. Selalu ada oedema (bengkak), terutama pada kaki dan tungkai bawah. Bayi
tampak gemuk, muka membulat (moon face), karena oedema. Cairan oedema
sekitar 5-20% dari jumlah berat badan yang diperhitungkan dari penurunan
berat badan ketika tidak oedema lagi (pada masa penyembuhan).
2. Rambut berubah menjadi warna kemerahan, menipis dan mudah rontok.
3. Kulit tampak pucat dan biasanya disertai anemia.
4. Terjadi dispigmentasi dikarenakan habisnya cadangan energi atau protein.
Pada kulit yang terdapat dispigmentasi akan tampak pucat. Sering terjadi
dermatitis (radang pada kulit). Pada kasus kwashiorkor tingkat berat kulit akan
mengeras seperti keripik terutama pada persendian utama. Bibir retak-retak,
lidah pun menjadi lunak dan gampang luka.
5. Perubahan mental juga terjadi misalnya menjadi cengeng, apatis, hilangnya
nafsu makan dan sukar diberi makan atau disulang (Dinkes Surabaya, 1999).
c.) Marasmus-Kwashiorkor
Anak atau bayi yang menderita marasmus-kwashiorkor mempunyai gejala
(sindroma) gabungan kedua hal diatas. Seorang bayi menderita marasmus-
kwashiorkor berlanjut menjadi kwashiorkor atau sebaliknya tergantung dari
makanan atau gizinya dan sejauh mana cadangan energi dari lemak dan protein
akan berkurang atau habis terpakai.
Apabila masukan energi kurang dan cadangan lemak terpakai, bayi atau anak
jatuh menjadi marasmus. Sebaliknya bila cadangan protein energi, gejala
kwashiorkor akan menyertai. Hal ini dapat terjadi pada anak yang dietnya hanya
mengandung karbohidrat saja seperti beras, jagung atau singkong yang miskin
akan protein. Gagalnya pertumbuhan kemungkinan akan menyertai pada kasus
10
maupun dengan berbagai media seperti media cetak, elektronik dan media massa.
Selain itu dilakukan pula surveilans melalui kegiatan penimbangan balita, dengan
pemantauan terhadap balita, pemantauan konsumsi gizi dan pelacakan dini kasus
gizi buruk. Dari sisi masyarakat agar pengetahuan dan pemahaman keluarga
makanan bergizi meningkat dilakukan pembinaan keluarga mandiri sadar gizi
(KADARZI) (Soekirman, 1999).
b. Terapi kuratif
Terapi kuratif meliputi penanganan penderita di klinik gizi puskesmas dengan
memberikan pemberian makanan tambahan pemulihan (PMT-P) dengan formula
khusus, pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI), pengobatan terhadap
penderita gizi buruk dengan penyakit penyerta, rujukan penderita ke rumah sakit
dengan biaya dari Jaminan Kesehatan Masyarakat (JAMKESMAS) atau Jaminan
Kesehatan Daerah (JAMKESDA) (Soekirman, 1999).
c. Terapi promotif
Terapi promotif yaitu terapi yang digunakan untuk meningkatkan kesehatan
individu, dengan cara memberikan penyuluhan, peningkatan gizi, pemeliharaan
kesehatan lingkungan perorangan serta olahraga teratur (Soekirman, 1999).
d. Terapi rehabilitatif
Terapi rehabilitatif ini semestinya telah dimulai di rumah sakit dan dilanjutkan
secara rawat jalan. Penderita harus terus mengkonsumsi energi, protein, dan zat-
zat gizi lain, dalam jumlah yang tepat, terutama jika makanan tradisional telah
dimasukkan kedalam menu harian. Sementara itu, dukungan fisik dan emosi juga
harus diberikan, disamping pengobatan untuk diare yang membandel, parasit usus,
serta vaksinasi.
Tujuan utama dalam terapi ini adalah mendorong anak untuk makan
sebanyak mungkin, memulai dan juga mendorong pemberian air susu ibu
secukupnya, merangsang perkembangan fisik dan emosi, serta menyiapkan ibu
dan atau pengasuh dalam pengawasan anak setelah keluar dari rumah sakit
(Soekirman, 1999).
12
BAB III
CONCEPTUAL MAPPING
Gizi Buruk
Penggolongan Gizi
Buruk
Upaya Perbaikan
Gizi Buruk
13
BAB IV
PEMBAHASAN
Untuk mengetahui status gizi seseorang, dapat dilakukan dengan penilaian status gizi.
Penilaian status gizi dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung. Penilaian
status gizi secara langsung dapat dilakukan dengan cara antropometri, klinis, biokimia, dan
biofisik. Penilaian status gizi secara tidak langsung dapat dilakukan dengan cara survei
konsumsi makanan, statistik vital, dan faktor ekologi.
Gizi buruk adalah keadaan kekurangan energi dan protein (KEP) tingkat berat akibat
kurang mengonsumsi makanan yang bergizi, dan atau menderita sakit dalam waktu lama.
Gizi buruk ini terjadi karena adanya faktor penyebab dan faktor yang mempengaruhi. Faktor
penyebab gizi buruk, digolongkan menjadi faktor penyebab secara langsung dan tidak
langsung. Faktor penyebab secara langsung dilihat dari asupan makanan dan infeksi penyakit.
Asupan makanan, maksud dari asupan makanan ini adalah pola makan yang tidak seimbang
kandungan nutrisinya seperti karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral, air, dan oksigen.
Infeksi penyakit, beberapa orang dapat menderita gizi buruk karena mengalami penyakit atau
kondisi tertentu yang menyebabkan tubuh tidak mampu untuk mencerna ataupun menyerap
makanan yang sempurna. Sedangkan penyebab secara tidak langsung yaitu dalam bidang
ekonomi, pendidikan, sosial dan lingkungan. Apabila makin tersedia air bersih yang cukup
untuk keluarga, serta makin dekat dengan jangkauan keluarga terhadap pelayanan dan sarana
kesehatan, ditambah dengan pemahaman ibu tentang kesehatan, makin kecil resiko anak
terkena penyakit dan kekurangan gizi.
Gizi buruk dapat digolongkan menjadi marasmus, kwarshiokor, marasmus-
kwarshiokor. Marasmus dengan ciri-ciri anak sangat kurus, wajah seperti orang tua, cengeng
dan rewel, rambut tipis, jarang, kusam, kulit keriput, tulang iga tampak jelas, pantat kendur
dan keriput, perut cekung. Kwarshiokor dengan ciri-ciri wajah bulat dan sembab, cengeng
dan rewel, rambut tipis, warna rambut kemerahan, mudah dicabut tanpa rasa sakit, kedua
punggung kaki bengkak, bercak merah kehitaman ditungkai atau di pantat. Marasmus-
kwarshiokor dengan ciri-ciri gabungan tanda-tanda marasmus dan kwarshiokor sangat kurus,
rambut mudah rontok, perut buncit.
Dalam upaya perbaikan gizi buruk dengan menggunakan terapi preventif, kuratif,
promotif, rehabilitatif, dan resosialitatif. Terapi preventif dengan membuka konseling atau
pelayanan konsultasi di klinik gizi puskesmas, melakukan penyuluhan-penyuluhan baik
14
15
secara langsung maupun dengan berbagai media. Terapi kuratif meliputi penanganan
penderita di klinik gizi puskesmas dengan memberikan pemberian makanan tambahan
pemulihan dengan formula khusus. Terapi promotif merupakan terapi yang digunakan untuk
meningkatkan kesehatan individu, dengan cara memberikan penyuluhan, peningkatan gizi,
pemeliharaan, kesehatan lingkungan perorangan, serta olahraga teratur. Terapi rehabilitatif,
fase ini semestinya telah dimulai di rumah sakit dan dilanjutkan secara rawat jalan. Terapi
resosialitatif yaitu upaya yang digunakan untuk mengembalikan penderita atau individu dan
kelompok-kelompok khusus ke dalam pergaulan masyarakat, diantaranya adalah kelompok-
kelompok yang diasingkan masyarakat.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
a. Pada masyarakat Indonesia penyebab utama gizi buruk harus diatasi oleh
pemerintah bersama seluruh komponen masyarakat Indonesia adalah kemiskinan
yang merupakan tanggung jawab pemerintah untuk meningkatkan pendapatan
keluarga miskin sehingga mampu memberikan gizi yang baik dan seimbang bagi
anaknya.
b. Sedangkan, pada anak penderita gizi buruk karena penyakit bawaan, menjadi
tugas pemerintah untuk memberikan imunisasi bagi wanita hamil, sehingga
bayinya nanti tidak memiliki penyakit bawaan. Selain itu, bayi memiliki penyakit
bawaan harus disembuhkan penyakitnya, agar mereka nanti mampu menerima
asupan gizi yang baik.
5.2 Saran
Dalam penulisan ini banyak harapan yang diinginkan agar terwujud masyarakat
sadar gizi, jadi penulis mengharapkan setelah adanya tulisan ini dapat menambah
wawasan pembaca. Hal yang terpenting adalah beberapa saran penting dari penulis :
a. Pembaca dapat mengetahui dan memahami masalah akan pentingnya gizi dalam
kehidupan masyarakat.
b. Penulisan ini dijadikan sebuah ilmu pengetahuan yang bermakna dalam
menghadapi masalah gizi buruk di masyarakat.
c. Untuk memberikan informasi kepada masyarakat tentang pentingnya pemenuhan
kebutuhan gizi.
16