Anda di halaman 1dari 7

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Hipertensi merupakan suatu keadaan dimana seseorang mengalami

peningkatan tekanan darah di atas normal, salah satu penyakit degeneratif

yang banyak ditemukan di masyarakat, dengan mortalitas yang sangat tinggi,

serta dapat berpengaruh pada kualitas hidup dan produktifitas seseorang.

Hipertensi harus diwaspadai dan diperhatikan, karena bisa menjadi faktor

risiko penyakit degeneratif lainnya yaitu penyakit stroke, gagal ginjal, dan

penyakit jantung koroner (Rachman, 2011).

Fenomena yang ada di masyarakat, salah satu kelompok profesi yang

beresiko tinggi mengalami hipertensi adalah sopir. Sopir merupakan

kelompok pekerja sektor informal dengan stigma memiliki berbagai kebiasaan

yang buruk bagi kesehatan seperti, mengkonsumsi minuman berenergi secara

berlebihan, merokok, mengkonsumsi alkohol, minum kopi, kurang minum air

putih, sering menahan buang air kecil, serta perilaku atau kebiasaan lain yang

tidak sehat. Kebiasaan buruk tersebut merupakan faktor resiko terjadinya

hipertensi. Selain itu, kondisi yang berhubungan dengan mengemudi, seperti

stress dijalan dan jam kerja yang panjang juga berpeluang memicu terjadinya

hipertensi pada profesi sopir (Mustikasari, 2007).

Menurut WHO dan ISH (International Society of Hypertension) dalam

Nawi et al, (2016), saat ini terdapat 600 juta penderita hipertensi di seluruh

dunia, 3 juta di antaranya meninggal setiap tahun. Dari 50% penderita

1
2

hipertensi yang diketahui, hanya 25% yang mendapat pengobatan, dan hanya

12,5% yang mendapat pengobatan dengan baik. Di Asia Tenggara, hipertensi

menduduki urutan lima besar dari sepuluh penyakit utama. Sedangkan di

Indonesia hipertensi menduduki urutan pertama dari lima penyakit utama

yang ada di Indonesia Dibandingkan dengan angka kejadian hipertensi negara

lain, prevalensi hipertensi di Indonesia menunjukkan angka yang sangat

tinggi.

Menurut data di Pusat Data dan Informasi Kemenkes RI, (2014),

berdasarkan hasil pengukuran tekanan darah, prevalensi hipertensi di

Indonesia pada penduduk umur 18 tahun ke atas, pada tahun 2007 adalah

sebesar 31,7%. Jika dibandingkan dengan tahun 2013 terjadi penurunan

sebesar 5,9 %, dari 31,7% menjadi 25,8%. Penurunan ini bisa terjadi berbagai

macam faktor, seperti alat pengukur tensi yang berbeda, masyarakat yang

sudah mulai sadar akan bahaya penyakit hipertensi. Prevalensi hipertensi di

Indonesia yang didapat melalui kuesioner terdiagnosis tenaga kesehatan

sebesar 9,4 persen, yang didiagnosis tenaga kesehatan atau sedang minum

obat sebesar 9,5 %. Jadi, ada 0,1 %penderita hipertensi yang minum obat

sendiri.

Berdasarkan data pada Profil Kesehatan Kabupaten Malang Tahun

2015, pada tabel sepuluh penyakit terbesar pada rawat jalan di Puskesmas di

Kabupaten Malang tahun 2014, diketahui jumlah penderita hipertensi di

Kabupaten Malang menempati urutan kedua, setelah ISPA, yaitu sejumlah

74.098 (14,49 %). (Dinkes Kabupaten Malang, 2015).


3

Hasil penelitian Mustikasari pada tahun 2007, terhadap 92 Supir Truk

di Kecamatan Cijulang kabupaten Bandung, menunjukkan 67,4%

responden mengalami hipertensi. dari hasil analisa data, diketahui bahwa

ada hubungan antara faktor umur, riwayat keluarga, kualitas tidur, stress,

kebiasaan merokok, kebiasaan minum alkohol, kebiasaan minum minuman

berkafein dengan kejadian hipertensi papa sopir truk.

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti pada

tanggal 12- 19 Oktober 2016, di organisasi “Paguyuban Sopir Angkutan

Umum Bantur Gondanglegi Hamid Rusdi Desa Wonokerto Kecamatan

Bantur”, dengan cara mewawancarai dan mengukur tekanan darah terhadap

10 orang sopir, di pemberhentian angkutan umum di pasar Wonokerto,

didapatkan data, 90 % dari 10 orang tersebut mengatakan sering makan

makanan berlemak, seperti daging sapi, dan jerohan, 70 % dari 10 orang

tersebut mengatakan, setiap hari menghabiskan lebih dari 12 batang rokok

perhari, 100 % dari 10 orang tersebut mengatakan selalu minum kopi setiap

gai dan sore hari dan 50 % dari 10 orang tersebut mengatakan, sering minum

minuman beralkohol seperti arak. Hal ini menunjukkan ada indikasi bahwa,

para sopir di komunitas tersebut mempunyai gaya hidup yang kurang sehat.

Selanjutnya dari hasil pengukuran tekanan darah terhadap 10 orang sopir

tersebut, didapatkan data 4 orang (40%) pre hipertensi dan 6 orang (60%)

hipertensi.

Ada dua faktor yang menjadi penyebab hipertensi, yaitu faktor gaya

hidup serta faktor bawaan. Faktor bawaan tidak dapat diubah, namun

kebanyakan penyebab tekanan darah tinggi adalah gaya hidup yang tidak
4

sehat yang masih dapat diubah. Gaya hidup tidak sehat merupakan faktor

yang paling penting untuk dikaji karena gaya hidup tidak sehat dapat menjadi

faktor resiko penting bagi timbulnya hipertensi. Beberapa diantaranya adalah

faktor kebiasaan makan seperti mengkonsumsi banyak garam dan makanan

yang berlemak tinggi, kegemukan, status gizi, pola aktivitas, pola kerja,

aktivitas fisik, kebiasaan merokok, kebiasaan minum alkohol, kebiasaan

minum kopi (Ilham, 2012)

Hipertensi jika tidak ditangani dengan seksama, akan lebih membebani

jantung dan pembuluh darah. Jenis-jenis komplikasi yang berpotensi terjadi

meliputi: Serangan jantung atau stroke. Hipertensi berpotensi menyebabkan

penebalan dan pengerasan dinding arteri sehingga dapat memicu serangan

jantung serta stroke. Aneurisme atau pelebaran abnormal pada arteri.

Peningkatan tekanan darah dapat memicu pelebaran dinding pembuluh darah

(seperti menggembung). Dinding yang menggelembung akan menjadi lemah

saat menahan tekanan aliran darah. Komplikasi ini berpotensi mengancam

jiwa, terutama jika pembuluh darah pecah. Pembuluh darah kecil pada ginjal

yang rusak akibat hipertensi. Kondisi ini bisa menghalangi ginjal untuk

berfungsi dengan baik. Beberapa gejalanya adalah pembengkakan kedua

tungkai bawah, keinginan untuk buang air kecil di malam hari meningkat tapi

volume urine sedikit, dan hipertensi yang semakin parah. Sindrom metabolik,

yaitu munculnya sejumlah masalah kesehatan yang dialami secara bersamaan.

Lingkar pinggang meningkat, tingginya kadar trigliserida, rendahnya kadar

kolesterol baik (HDL), kadar gula darah puasa yang tinggi, disertai hipertensi

akan meningkatkan risiko terjadinya sindrom metabolik. Sindrom ini juga


5

dikenal sindom resistensi insulin, dimana tubuh gagal menggunakan insulin

dalam darah dengan efektif. Pada akhirnya, risiko terjadinya penyakit

kardiovaskular dan diabetes juga akan meningkat (Rasjad. 2012).

Konseling dan pendidikan kesehatan merupakan pilihan yang tepat

untuk mengurangi angka kematian akibat hipertensi. Upaya tersebut bisa

dilakukan dengan penyediaan sarana informasi yang mudah diakses

masyarakat terutama para sopir, seperti leaflet dan poster tentang faktor risiko

hipertensi. Dengan pengetahuan yang baik mengenai pencegahan, dampak

yang timbul akibat hipertensi yang tidak mendapatkan penanganan, akan

timbul motivasi dalam diri seseorang untuk menghindari faktor resiko, dan

rajin memeriksakan diri ke fasilitas pelayanan kesehatan (Armilawaty, 2007).

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian tentang “Hubungan Gaya Hidup dengan Kejadian Hipertensi pada

Sopir di Desa Wonokerto Kecamatan Bantur”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah “Adakah Hubungan Gaya Hidup dengan Kejadian

Hipertensi pada Sopir di Desa Wonokerto Kecamatan Bantur?”.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan gaya hidup dengan kejadian

hipertensi pada sopir di desa Wonokerto kecamatan Bantur.


6

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi gaya hidup pada sopir di desa Wonokerto

kecamatan Bantur.

2. Mengidentifikasi kejadian hipertensi pada sopir di desa Wonokerto

kecamatan Bantur

3. Menganalisa hubungan gaya hidup dengan kejadian hipertensi pada

sopir di desa Wonokerto Kecamatan Bantur.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Peneliti Berikutnya

Dapat dijadikan tambahan informasi, pengetahuan dan wawasan

untuk melaksanakan penelitian berikutnya khususnya pada hubungan

gaya hidup dengan kejadian hipertensi pada sopir.

1.4.2 Bagi Institusi

Dapat dijadikan penambahan kepustakaan untuk pengembangan

ilmu pengetahuan dan kesehatan serta dapat membantu melaksanakan

proses belajar mengajar khususnya dalam membahas hubungan gaya

hidup dengan kejadian hipertensi pada sopir.

1.4.3 Bagi Ilmu Keperawatan

Dapat memberikan informasi dan pengetahuan ilmiah yang

bermanfaat dalam mengembangkan ilmu pengetahuan, khususnya

ilmu kesehatan.
7

1.4.4 Bagi Responden

Dapat memberikan informasi dan wawasan mengenai gaya

hidup yang dapat memicu timbulnya hipertensi.

1.5 Batasan Penelitian

Penelitian dibatasi pada pada Sopir anggota Paguyuban Sopir Angkutan

Umum Bantur Gondanglegi Hamid Rusdi Desa Wonokerto Kecamatan

Bantur. Kejadian hipertensi dibatasi pada tekanan darah berdasarkan

klasifikasi hipertensi menurut The seventh Report of the Joint National

Commite on Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure

(JNC-VII).

Anda mungkin juga menyukai