Anda di halaman 1dari 80

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN NY “E” DENGAN


UROLITHIASIS DI RUMAH SAKIT HERMINA PALEMBANG
TAHUN 2021

Disusun Oleh :

Yuni Liliyana,, S.Kep

21330021

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEBIDANAN DAN KEPERAWATAN
UNIVERSITAS KADER BANGSA PALEMBANG
T.A 2021-2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang karena limpahan rahmat
dan kekuatan yang diberikan kepada kami dalam menyelesaikan penyusunan tugas
yang berjudul “ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN NY “E”
DENGAN UROLITHIASIS DI RUMAH SAKIT HERMINA PALEMBANG
TAHUN 2021,” sebagai pemenuhan nilai tugas mata kuliah Profesi Ners Stase
Keperawatan Medikal Bedah (KMB).
Tentunya ada pihak-pihak yang turut berperan dalam terselesaikannya
makalah ini. Untuk itu kami sampaikan ucapan terimakasih kepada dosen
pengampu yang telah memberikan tugas pembuatan makalah ini. Dan tak lupa
Kami sampaikan ucapan terimakasih kepada teman-teman sejawat yang telah
memberikan support kepada kami sehingga dapat menyelesaikan tugas ini.
Kami telah menyusun tugas ini dengan sebaik-baiknya, namun pastilah
masih memiliki kekurangan. Maka dari itu, Kami berharap banyak masukan kritik
dan saran dari pembaca untuk perbaikan tugas ini agar menjadi lebih baik dan
bermanfaat bagi penyusun dan pembaca.

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i


KATA PENGANTAR ................................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG ........................................................... 1
1.2 RUMUSAN MASALAH ...................................................... 3
1.3 TUJUAN ................................................................................ 3
1.4 MANFAAT PENELITIAN ................................................... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Konsep Teori ......................................................................... 5
2.1.1 Konsep Teori Keperawatan .......................................... 5
2.2 Tinjauan Teoritis Keperawatan .............................................. 12
2.2.1 Pengkajian .................................................................... 12
2.3 Diagnosa Keperawatan .......................................................... 19
2.4 Intervensi Keperawatan ......................................................... 19

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN


3.1 Pengkajian .............................................................................. 25
3.1.1 IdentitasKlien ............................................................... 25
3.1.2 Identitas Penanggung Jawab......................................... 25
3.1.3 Status Kesehatan .......................................................... 26
3.1.4 Pengkajian pola fungsi dan pemeriksaan fisik ............. 26
3.2 Data Penunjang ...................................................................... 36
3.3 Analisa Data ........................................................................... 38
3.4 Prioritas Masalah ................................................................... 40
3.5 Diagnosa dan Prioritas Masalah ........................................... 40
3.6 Intervensi Keperawatan ......................................................... 41
3.7 Prioritas Masalah ................................................................... 69
3.8 Diagnosa Dan Prioritas Masalah .......................................... 69
3.9 Data Penunjang ...................................................................... 69

BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Pengkajian ............................................................................. 72
4.2 Diagnosa keperawatan............................................................ 72
4.3 Perencanaan keperawatan ...................................................... 73

BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan ............................................................................ 74
5.2 Saran ...................................................................................... 74

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Batu saluran kemih (urolithiasis) merupakan batu yang terdiri dari batu gi
njal, batu ureter, batu uretra, dan batu kandung kemih. Komposisi dari batu salur
an kemih ini bisa terdiri dari batu kalsium, batu struvit, batu asam urat dan
batu jenis lainnya yang didalamnya terkandung batu sistin, batu xanthin, dan ba
tu silikat. Penyebab tersering terjadinya batu saluran kemih ini adalah sumbatan
pada saluran kemih baik yang terjadi secara herediter maupun karena faktor ekst
ernal. (Purnomo 2011 dalam Wayan, dkk, 2017).
Batu saluran kemih (urolithiasis), sudah dikenal sejak zaman Babilonia da
n Mesir kuno dengan diketemukannya batu pada kandung kemih mummi. Batu s
aluran kemih dapatdiketemukan sepanjang saluran kemih mulai dari sistem kalik
s ginjal, pielum, ureter, buli-buli danuretra. Batu ini mungkin terbentuk di di ginj
al kemudian turun ke saluran kemih bagian bawah ataumemang terbentuk di salu
ran kemih bagian bawah karena adanya stasis urine seperti pada batubuli-buli kar
ena hiperplasia prostat atau batu uretra yang terbentu di dalam divertikel uretra.
(Purnomo 2011 dalam Wayan, dkk, 2017).
Penyakit batu saluran kemih menyebar di seluruh dunia dengan perbedaan
di negara berkembangbanyak ditemukan batu buli-buli sedangkan di negara maj
u lebih banyak dijumpai batu salurankemih bagian atas (gunjal dan ureter), perbe
daan ini dipengaruhi status gizi dan mobilitas aktivitassehari-hari. Angka prevale
nsi rata-rata di seluruh dunia adalah 1-12 % penduduk menderita batu saluran ke
mih. Batu saluran kemih menjadi salah satu masalah kesehatan bagian urologi di
Indonesia. (Purnomo 2011 dalam Wayan, dkk, 2017).
Pasien yang mengalami batu saluran kemih biasanya nyeri saat BAK dan
banyak ditemukan batu kristal disepanjang saluran kemih. Nyeri terjadi secara ti
ba-tiba merupakan tanda gejala utama yang dirasakan apabila batu masuk ke ure
ter. Nyeri yang tidak tertangani dengan benar akan berefek pada mobility dan la
manya penyembuhan (Silla, 2019). Batu saluran kemih adalah suatu kondisi di

1
2

mana saluran kemih manusia terbentuk batu kristal yang mengendap dari urin
(Brunner & Sudarth, 2016). Urolithiasis adalah suatu keadaan terjadinya penum
pukan oksalat, calculi (batu ginjal) pada ureter atau daerah ginjal. Urolithiasis te
rjadi bila batu ada di dalam saluran perkemihan. Batu itu sendiri disebut calculi.
Pembentukan batu mulai dengan Kristal yang terperangkap di suatu tempat sepa
njang saluran perkemihan yang tumbuh sebagai pencetus larutan urin. Calculi b
ervariasi dalam ukuran dan dari fokus mikroskopik sampai beberapa centimeter
dalam diameter cukup besar untuk masuk dalam velvis ginjal (Nuari & Widayat
i, 2017, p. 197).
Terbentuknya batu saluran kemih diduga ada hubungannya gangguan alira
n urine, gangguan metabolik, infeksi saluran kemih, dehidrasi dan keadaan lain
yang masih belum terungkap (idiopatik). Secara epidemiologis terdapat beberap
a faktor yang mempermudah terjadinya batu saluran kemih pada seseorang, yait
u: faktor intrinsik: herediter (diduga diturunkan dari orangtuanya), umur (paling
sering didapatkan pada usia 30 – 50 tahun), jenis kelamin (jumlah pasien lakilak
i tiga kali lebih banyak dibandingkan dengan pasien perempuan) dan faktor ekst
rinsik: geografi, iklim dan temperatur, asupan air, diet pekerjaan (Purnomo, 201
1 dalam Wardani, 2016)
Penyakit ini menduduki kasus 3 teratas untuk kasus urologi setelah ISK d
an pembesaran prostat benigna (Hidayah, dkk, 2017). Kejadian batu saluran ke
mih (urolitiasis) di Amerika serikat tahun 2017 dilaporkan sekitar 5 -10% pendu
duk dalam hidupnya pernah menderita penyakit ini, sedangkan di Eropa bagian
selatan di sekitar laut tengah 6 - 9%. Di Jepang 7%, di Taiwan 9,8% . Sedangka
n di Indonesia menurut riset kesehatan dasar (Riskesdas) memperlihatkan peni
ngkatan 6,9 % ditahun 2013 menjadi 8,5 % ditahun 2018. Pasien batu saluran k
emih ini terbanyak pada kelompok 46-60 tahun dengan perbandingan laki-laki
dan perempuan 33:29 dengan keluhan terbanyak adalah nyeri pingang (Kurnia
wan, 2019). Data Rekam Medis di RS Hermina Palembang selama 3 bulan tera
khir (oktober– Desember 2021) didapatkan sebanyak 39 orang mengalami batu
saluran kemih dan mendapatkan penanganan di RS.
Salah satu faktor yang mempengaruhi timbulnya batu saluran kemih adala
3

h penyakit sistemik diantaranya: hipertensi dan obesitas (Brunner & Suddarth 2


016). Pembentukan batu disebabkan oleh peningkatan jumlah kalsium, oksalat,
asam urat dalam tubuh. Penatalaksanaan nyeri pada urolithiasis dapat dilakuka
n dengan memberikan tindakan keperawatan yang salah satunya dengan teknik
distraksi yang dilakukan selama perawatan, nyeri akut dapat menurun dengan m
elemaskan otot, menimbulkan emosi positif sehingga nyeri teralihkan. (Risnah,
2019)
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, penulis tertarik membuat “Asu
han keperawatan pasien dengan urolithiasis di ruang perawatan RS Hermina P
alembang”

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Secara Simultan
Berdasarkan latar belakang di atas maka yang menjadi masalah dalam pe
nelitian ini adalah “Apa Saja Asuhan keperawatan pasien dengan urolithi
asis di ruang perawatan RS Hermina Palembang Tahun 2021”.
2. Secara Persial
a. Laporan Pendahuluan urolithiasis ?
b. Asuhan Keperawatan/Kasus urolithiasis?
c. Pembahasan Kasus urolithiasis ?
d. Kesimpulan dan saran?

1.3 TUJUAN
1. Tujuan umum
Perawat mampu memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan Ur
olithiasis di ruang perawatan RS Hermina Palembang
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui Laporan Pendahuluan Urolithiasis?
b. Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan/Kasus Urolithiasis ?
c. Untuk mengetahui Pembahasan Kasus Urolithiasis ?
d. Untuk mengetaui Kesimpulan dan Saran ?
4

1.4 MANFAAT PENELITIAN


1. Secara Teoritis
Dapat meningkatkan pemahaman tentang Asuhan keperawatan pasien de
ngan urolithiasis di ruang perawatan RS Hermina Palembang dan mamp
u memberikan kontribusi dan perkembangan dalam mengembangkan ilm
u keperawatan Keperawatan Medikal Bedah.
2. Secara Praktis
a. Bagi Peneliti
Penelitian ini sangat bermanfaat bagi peneliti guna meningkatkan pen
getahuan dan kemampuan dalam menganalisis suatu masalah.
b. Bagi Pemerintah dan Petugas Puskesmas
Sebagai masukan khususnya untuk lebih meningkatkan komunikasi, in
formasi, dan edukasi dalam bentuk penyuluhan kepada masyarakat da
n pasien yang ada di Rumah Sakit Hermina palembang
c. Bagi Institusi
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan dalam me
rencenakan dan mengembangkan program intervensi kesehatan untuk
mengatasi masalah yang ada berkaitan dengan Asuhan Keperawatan d
engan urolithiasis.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Teori


2.1.1 Konsep Teori Keperawatan
a. Dewasa
Pengertian usia dewasa sangat luas cangkupannya, mulai dari pernyataa
n menurut para ahli psikologi, menurut para ahli bahasa, menurut para a
hli biologi, menurut hukum, bahkan menurut agama saja mempunyai ap
a pengertian tentang usia dewasa. Disini akan mengupas beberapa penda
pat para masing-masing ahli mengenai pengertian usia dewasa.
1) Pengertian dewasa menurut para ahli  psikologi adalah dilihat dari s
egi kemampuan membentuk intelektual, menjaga emosional, sosial,
mempunyai moral yang bagus dan spiritual (kedewasaan dari segi k
eyakinan yang tidak sempit).
2) Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), dewasa adalah m
encapai usia akil baligh, yaitu bukan anak-anak ataupun remaja lagi,
sudah mengetahui mana yang baik dan mana yang buruk untuk dirin
ya dan orang lain.
3) Kemudian menurut hukum, pengertian dewasa adalah dalam sistem hu
kum nasional, terdapat perbedaan dalam penentuan umur dewasanya s
eseorang. Seseorang yang telah dianggap dewasa, cakap untuk melaku
kan segala perbuatan hukum yang mengatas namakan dirinya sendiri
maupun mewakilkan pihak lain seperti jual beli dll.
4) Seseorang dapat dikatakan dewasa bila ditinjau dari Kitab Undang-
Undang Hukum Perdata Pasal 330 adalah mereka yang telah mencapai
umur genap 21 (dua puluh satu) tahun, atau telah terlebih dahulu melan
gsungkan perkawinan. Bahkan menurut agama saja mengartikan bahw
a dewasa adalah sudah mempunyai kewajiban-kewajiban atas dia diseb
abkan batas usia dewasa sudah beranjak ke dia.

5
6

b. Urolithiasis (Batu Saluran Kemih)


1) Pengertian
Batu saluran kemih adalah suatu kondisi dimana saluran kemih manusi
a terbentuk batu kristal yang mengendap dari urin (Brunner & Sudarth,
2016). Batu saluran kemih merupakan obstruksi benda padat yang terbe
ntuk karena faktor endapan senyawa tertentu. Urolithiasis (Batu Saluran
Kemih) Pendahuluan dan Fakta Urolithiasis adalah suatu kondisi di ma
na dalam saluran kemih individu terbentuk batu berupa kristal yang me
ngendap dari urin (Mehmed & Ender, 2015).
Menurut Prabowo & Pranata, 2014 istilah penyakit batu berdasarkan let
aknya batu, yaitu:
- Nefrolithiasis (batu pada Ginjal)
- Uretolithiasis (batu pada ureter)
- Vesikolhitiasis (batu pada vesika urinaria)
2) Anatomi Dan Fisiologi
Ureter merupakan saluran muskular dengan lumen yang sempit yang me
mbawa urin dari ginjal menju vesica urinaria. Bagian superior dari ureter
yaitu pelvis renalis dibentuk oleh 2-3 calyc major dan masing-masing ca
lyc major dibentuk oleh 2-3 calyc minor. Apex dari pyramidum renalis y
aitu paila renalis akan masuk menekuk ke dalam calyc minor.5,6 Pars ab
dominalis dari ureter 3 menempel peritoneum parietalis dan secara tofog
rafi letaknya adalah retroperitoenal. Ureter bejalan secara inferomedial
menuju anterior dari psoas major dan ujung dari processus transversus v
ertebrae lumbalis dan menyilang arteri iliaca externa tepat di luar percab
angan arteri iliaca commonis. Kemudian berjalan di dinding lateral dari
pelvis untuk memasuki vesica urinaria secara oblique.5 Ureter secara no
rmal mengalami kontriksi dengan derajat yang bervariasi pada tiga temp
at, yaitu: 1). Junctura ureteropelvicum, 2). Saat ureter melwati tepi dari a
ditus pelvicum, dan 3). Saat melewati dinding vesica urinaria. Area-area
yang menyempit ini merupakan lokasi yang potensial untuk terjadinya o
bstruksi yang disebabkan oleh batu (kalkuli) ginjal.5,6
7

Gambar 2.1 Anatomi Sistem Perkemihan

3) Etiologi
Penyebab terjadinya batu saluran kemih terutama pada tempat yang seri
ng mengalami hambatan aliran urin, salah satunya: sistem kalises (ginja
l), kelainan bawaan pelvikalis, adanya BPH dan buli-buli neurogenik me
rupakan keadaan yang memudahkan terjadinya pembentukan batu (angel
ina, 2016). Penyebab terbentuknya batu dapat digolongkan 2 faktor diant
aranya faktor endogen (Hiperkalsemia, hiperkasiuria, Ph urin yang asam
/basa). Sedangkan faktor eksogen (kurang minum atau kurang mengkons
umsi air yang mengakibatkan terjadinya pengendapan kalsium dalam pel
vis renal (ketidakseimbangan cairan yang masuk) mempermudah pengu
rangan produksi urine, konsumsi makanan yang banyak mengandung pu
rin/kolesterol dan kalsium dapat memicu timbulnya batu (Guyton & Hall,
2016)
8

4) Patofisiologi
Mekanisme pembentukan batu ginjal atau urologi belum diketahui secara pa
sti. Berbagai faktor mempengaruhi proses pembentukan batu. Faktor utama
yaitu supersaturasi filtrat. Faktor lain yaitu PH urine, stasis urine dan deficie
nsi faktor penghambat pembentuk batu. Batu terbentuk dari calsium, phosp
at, oxalat, asam urat, struvit dan kristal cystine. Dan yang paling banyak ada
lah batu calsium yaitu calsium phopat dan calsium oxalat. Batu asam urat di
bentuk dari pengaruh metabolisme purine, batu struvit terbentuk karena aki
bat dari ure splitting bacteri dan mengandung magnesium, phospat dan amo
nium. Batu cystine terbentuk dari crystal cystine sebagai akibat dari defek tu
bulur renal. Ketika filtrat yang harus diekskresikan semakin meningkat kons
entrasinya, keadaanini sangat mendorong terjadinya keadaan supersaturasi.
Contohnya sebagai efek immobilisasi yang lama dapat menyebabkan mobili
sasi calsium dari tulang sehingga kadar serum kalsium meningkat yang berd
ampak terhadap beban yang harus diekskresikan. Jika intake cairan tidak ad
ekuat akan terjadi supersaturasi dan akan terbentuk batu, lebih banyak batu
kalsium. PH urine dapat meningkatkan atau melarutkan batu saluran kemih.
Batu asam urat cenderung terbentuk pada keadaan urine yang asam. Batu str
uvit dan kalsium phosfat cenderung terbentuk pada keadaan urine yang alka
li. Batu kalsium oxalat tidak dipengaruhi oleh PH urine. Batu dibentuk di gi
njal dan menuju ureter dan turun kedalam vesika urinaria. Sering kali batu t
ersangkut di sudut uretepelvie ataupun dilekukkan uretero visikal. Bila batu
menyumbat dan menghambat aliran urine menyebabkan dilatasi ureter sehi
ngga terjadi keadaan hidroureter. Rasa nyeri karena spasme ureter terasa san
gat berat dan seperti diremes atau ditusuk dan dapat menyebabkan shock. D
apat juga klien mengalami hematuria karena kerusakan lapisan urethelial. Ji
ka obstruksi tidak segera diatasi atau dihilangkan, urin stasis dapat menyeba
bkan infeksi dan secara bertahap mengganggu fungsi ginjal pada bagian yan
g dipengaruhi. Obstruksi terus menerus dapat menyebabkan hidroneprosis a
tau pembesaran ginjal.
9

5) Pathway
Supersaturasi Filtrat

Calsium Phopat Dan Calsium Oxalat

Ph Urine Asidosis

Mudah Terbentuknya Batu Kalsium

Urolithiasis

Terbentuknya Batu Yang Terbentuknya Batu Yang Kecil


Besar

Obstruksi Saluran Keluar Bersama Urine


Melalui Traktus Urinarius
Kemih

Output Urine Menurun Trauma Pada


Traktus Urinar

Gangguan Eliminasi Urine Pengeluaran


Urine Mediator Nyeri

Respon Nyeri Intoleransi


Aktivitas

Nyeri

6) Manifestasi Klinis
a. Nyeri
Nyeri yang dirasakan dapat berupa nyeri colic dan nyeri non colic. N
yeri colic terjadi akibat adanya stranulasi batu pada saluran kemih ya
ng menyebabkan resistensi dan iritabilitasi pada jaringan sekitar. Ad
anya aktivitas peristaltik otot polos di ureter yang berusaha mengelu
arkan batu pada saluran kemih.
10

Nyeri non colic terjadi akibat peregangan kapsul ginjal karena terjadi
hidroneprosis atau infeksi pada ginjal sehingga menimbulkan nyeri h
ebat (peningkatan prostaglandin). Nyeri bertambah hebat jika batu b
ergerak turun dan menyebabkan obstruktif. Pada uteter bagian bawa
h akan menyebabkan rasa nyeri disekitar testis pada pria dan bagian l
abio mayora pada wanita (Brunner & Suddarth, 2016)
b. Gangguan Miksi
Adanya obstruktif pada saluran kemih akan menurunkan aliran urine
sehingga pasien sulit miksi secara spontan. Pada pasien urolithiasis t
erjadi kesulitan miksi yang disebabkan obstruksi saluran kemih bagi
an distal, batu dengan ukuran kecil dapat keluar secara spontan melal
ui hambatan ureteropelvik dan saat batu ureter masuk ke dalam buli-
buli (Prabowo & Pranata, 2014)
c. Hematuri
Batu yang terperangkap dalam ureter sering mengalami desakan saat
berkemih, tetapi hanya sedikit urine yang keluar . Keadaan ini meni
mbulkan gesekan yang disebabkan oleh batu sehingga urin yang dike
luarkan bercampur dengan darah (hematuria)
d. Mual dan Muntah
Kondisi ini merupakan efek samping dari ketidaknyamanan pasien s
aat nyeri timbul, pasien mengalami stresor yang tinggi sehingga me
micu sekresi HCL pada lambungg yang menyebabkan stimulasi dari
colic plesus di lambung.
e. Demam
Demam terjadinya adanya kuman yang menyebar ketempat lain.
f. Distensi vesika urinaria
Akumulasi urin yang tinggi melebihi kemampuan vesika urinaria ak
an menyebabkan vasodilatasi maksimal pada vesika sehingga teraba
bendungan keras (distensi) saat dilakukan palpasi pada regio vesika
urinaria
11

7) Faktor Resiko
1. Jenis kelamin
Batu saluran kemih dapat terjadi pada laki-laki (70-80 %) lebih tinggi
dibandingkan perempuan (47-60%). Adanya peningkatan kadar testos
teron dan penurunan kadar estrogen pada laki-laki
2. Umur berkisar 19-45 tahun bisa terjadi pada orang dewasa
3. Riwayat keluarga (25%) dapat mempengaruhi terjadinya batu saluran
kemih.
4. Kebiasaan diit dan Obesitas
Intake makanan yang tinggi oksalat (teh, kopi, soft drink) , sodium da
n sayuran hijau (bayam) dapat memicu terjadinya batu saluran kemih
5. Lingkungan yang kering/gersang
6. Pekerjaan
7. Cairan (konsumsi cairan < 1 liter/hari), kurang intake cairan memicu t
erbantuknya batu saluran kemih.
8) Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium
a. Urine mengukur kadar kalsium, asam urat, kreatinin, natrium da
n Ph urin
b. Kultur urine mengidentifikasi adanya bakteri dalam urine
2. Foto polos abdomen
Kemlihat kemungkinan adanya batu radio opak(kalsium oksalat dan
kalsium fosfat) disaluran kemih
3. Intra Vena Pielografi (IVP)
4. USG ginjal
9) Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang dapat dilakukan adalah observasi konservatif (bat
u ureter yang kecil dapat melewati saluran kemih tanpa intervensi). Batu
yang sudah menimbulkan masalah pada saluran kemih harus dilakukan t
indakan/ terapi medis.
12

10) Pencegahan
Tindakan setelah mengeluarkan batu dari saluran kemih adalah pencega
han terjadinya kekambuhan dengan mengatur diet makanan/cairan dan a
ktivitas serta mencegah terjadinya komplikasi post operasi.
1. Konsumsi air putih setiap hari akan mengencerkan urin dan mengura
ngi pembentukan batu.
2. Makanan seperti ikan dan mengurangi konsumsi oksalat (daging) unt
uk menurunkan kadar oksalat dalam urinDiit kalsium untuk mengikat
oksalat dalam urin sehingga menurunkan kadar oksalat dalam urin
3. Aktivitas : tingginya aktivitas harus diimbangi dengan asupan cairan y
ang seimbang untuk mengurangi terjadinya pembetukan batu

2.2 Tinjauan Teoritis Keperawatan


2.2.1 Pengkajian
Menurut Prabowo & Pranata (2014), pengkajian keperawatan adalah sebag
ai berikut :
1. Identitas
Secara otomatis tidak ada factor jenis kelamin dan usia yang signikasi
dalam proses pembentukan batu. Namun, angka kejadian urolithias di l
apangan sering kali terjadi pada laki – laki dan pada masa usia dewasa.
Hal ini dimungkinkan karena pola hidup, aktifitas dan kondisi geografi
s.
2. Status kesehatan saat ini
 Keluahan utama
Keluhan yang sering ditemukan pada pasien dengan urolithiasis ad
alah nyeri (pada punggung, panggul, abdominal, lipat paha, geneta
lia) mual muntah, kesulitan dalam kencing
 Alasan masuk Rumah sakit
Pada observasi sering ditemukan adanya hematuria (baik secara mi
kroskopis maupun gross), oliguria. Kondisi kolik(ginjal/ureter). Bi
asanya timbul secara tiba-tiba (mendadak) dengan pemicu yang be
13

ragam (aktifitas rendah, input cairan rendah, pengaruh gravitasi ya


ng tinggi, imobilitas). Dengan serangan ini biasanya membeut pasi
en untuk segera mendapat pelayanan kesehatan
 Riwayat penyakit sekarang
1. P (Provokatif / Paliatif): klien awalnya mengeluhkan perubaha
n gangguan elimenasi urin yaitu hematuria
2. Q (Qualitas/Quantitas): rasa nyeri seperti tertusuk-tusuk
3. R (Region / Radiasi): Nyeri menyebar pada punggung, pangg
ul, abdominal, lipat paha dan genetalia labia mayora
4. S (Skala Seviritas): Skala nyeri 10 yaitu nyeri hebat
5. T (Timing) : Biasanya timbul secara tiba-tiba (mendadak) den
gan pemicu yang beragam
3. Riwayat kesehatan terdahulu
 Riwayat penyakit sebelumnya
Riwayat ada ISK kronis, obstruksi sebelumnya, riwayat colic ginja
l/bledder tanpa batu yang keluar, riwayat trauma saluran kemih
 Riwayat penyakit keluarga
Riwayat adanya ISK kronis dan penyakit atau kelainan ginjal lainy
a
 Riwayat pengobatan
Adanya riwayat pengunaan obat-obatan tinggi kalsium, antibiotik,
opioda, antihipertensi, natrium bikarbonat, alupurinol, fosfat, tiazi
d, pemasukan berlebihan kalsium dan vitamin
4. Pemeriksaan fisik
 Kesadaran umum
a. Kesadaran
Keterbatasan aktivitas / immobilitas
b. Tanda –tanda vital
Biasanya tidak ada perubahan yang mencolok pada urolithiasi
s.
14

1. Body system
Dimana hasil dari sebuah penelitian tentang batu saluran kemih itu ber
kenaan dengan fungsi dan sistem tubuh manusia. Untuk penjelasannny
a dapat dilihat berikut ini:
 Sistem pernapasan
Inspeksi : dada klien simetris, irama normal
Palpasi :tidak diketemukan benjolan, tidak ada nyeri takan yang di
rasakan
Perkusi : tidak ditemukan penumpukan secret, cairan atau darah di
paru
Auskultasi : suara napas normal, dan terdengar suara jantung
 Sistem kardiovaskuler
Inspeksi : ictus cordis tampak (denyutan)
Palpasi : ictus cordis teraba pada ICS II
Perkusi : Kanan atas : SIC II linea para sternalis dextra
Kanan bawah : SIC IV linea para sternalis dextra
Kiri atas : SIC II linea para sternalis sinistra
Kiri bawah : SIC IV linea medio clavicularis sinistra
Auskultasi : S1 dan S2 tunggal
 Sistem perkemihan
Inspeksi : Adanya oliguria, dysuria, gross hematuria, menjadi ciei
khas batu saluan kemih\Palpasi : palpasi area CVA terhadap adany
a nyeri tekan dan pembesaran ginjal
Perkusi : perkusi area CVA terhadap adanya nyeri ketok yang men
jalar ke abdomen bagian depan dank e area genetalia
 Sistem pencernaan
Inspeksi : kaji keadaan umum abdomen : ukuran, kontur, dan
warna kulit.
Palpasi : terdapat nyeri tekan abdomen pada region Perkusi : t
impani
15

Auskultasi : terdengar bising usus,bunyi usu akan terdengar tidak


teratur seperti orang berkumpur dengan frekuensi 5
– 35 kali permenit
 Sistem Integumen
Pasien mengalami kulit pucat dan turgor kulit menurun
 Sistem muskuluskeletal
Pasien mengalami nyeri
 Sistem Endokrin
Adanya penurunan hormone reproduksi
 Sistem reproduksi
Pasien penderita BSK biasanya merasakan nyeri pada testis (laki-l
aki) dan nyeri pada labia mayora
 Sistem pengindraan
Tidak ada gangguan dalam sistem penginderaan
 Sistem imun
Tidak ditemukan gangguan imun pada pasien
2. Pemeriksaan penunjang
 Foto polos abdomen
Mendeteksi adanya batu ginjal pada system pelvicalyses, klasifika
si parenkim ginjal, batu ureter, klasifikasi dan batu kandung kemih
 Urografi Intravena
Dengan pemasukan zat kontras 50-100 maka batu ginjal bisa terid
entifikasi. Hal ini akan memperlihatkan pelvicalyses, ureter, dan v
esika urinaria
 Pielografi Antegrad
Kontras langsung disuntikkan kedalam system pelvicalyses, sehin
gga akan tergambarkan batu
 Urinalisis
Sering ditemukan adanya hematuria pada urine. Hal ini jika terjadi
lesi pada mukosa saluran kemih karena iritasi dari batu
16

3. Penatalaksanaan
Tujuan dasar penatalaksanaan adalah untuk menghilangkan batu, mene
ntukan jenis batu, mencegah kerusakan neuron, mengendalikan infeksi,
dan mengurangi obstruksi yang terjadi.
 Pengurangan nyeri
Tujuan segera dari penanganan kolik renal atau uretra adalah untu
k mengurangi nyeri sampai penyebabnya dapat dihilangkan.
a. Pemberian morfin atau meperidine untuk mencegah syok dan
sinkop akibat nyeri.
b. Mandi air panas atau air hangat di area panggul.
c. Pemberian cairan kecuali pada pasien gagal jantung kognitif y
ang memerlukan pembatas cairan. Pemberian cairan dapat me
ningkatkan tekanan hydrostatic pada ruang dibelakang batu se
hingga mendorong pasase batu kebawah. Masukkan cairan se
panjang hari mengurangi konsentrasi kritaloid urine, mengenc
erkan urine dan menjamin keluarnya urine yang besar.
 Pengangkatan batu
Pemeriksaan sistoskopi dan pasase cateter uretral untuk menghilan
gkan batu yang menyebabkan obstruksi. Ketika batu ditemukan, di
lakukan analisis kimiawi untuk mengumpulkan komposisinya dan
membuktikan indikasi mengenai penyakit yang mendasari.
 Terapi nutrisi
Batu ginjal terutama mengandung kalsium, fosfor dana tau oksalat.
Makanan yang harus dihindari atau dibatasi adalah:
a. Makanan yang kaya vitamin D, karena vitamin D meningkatk
an reabsorbsi kalsium.
b. Garam meja dan makanan tinggi natrium, karena Na bersaing
dengan Ca dalam reabsorbsinya di ginjal.
Daftar makanan yang harus dihindari:
17

 Produk susu: semua keju, susu dan produk susu (lebih dar
i setengah cangkir sehari), krim asam (yoghurt).
 Daging, ikan, unggas: otak, jantung, hati, ginjal, sardine,
sweat-bread, telur ikan, kelinci, rusa.
 Sayur: lobak, bayam, buncis, seledri, kedelai.
 Buah: kismis, semua jenis beri, anggur.
 Roti, sereal: roti murni, roti gandum, catmeal, beras mera
h, jagung giling, sereal.
 Minuman: teh, coklat, minuman yang berkarbonat, bir, se
mua minuman yang dibuat dari susu atau produk susu.
 Lain-lain: kacang, cokelat, sup yang dicampur susu, maka
nan pencuci mulut yang dicampur susu atau produk susu s
eperti kue basah, kue kering dan pie.
 Lithotripsi Gelombang Kejut Ekstrakorporeal (Ekstracorporeal Sh
ock Wave Lithotripsi = ESWL)
ESWL adalah prosedur noninvasif yang digunakan untuk mengha
ncurkan batu kaliks ginjal. Setelah batu pecah menjadi bagian yan
g kecil-kecil seperti pasir, maka sisa batu tersebut dikeluarkan seca
ra spontan. Kebutuhan anestesia pada prosedur ini tergantung pada
tipe Lithotripsi yang digunakan, ditentukan oleh jumlah dan intens
itas gelombang kejut yang disalurkan. Rata-rata penanganan adala
h antara 1000-3000 gelombang kejut.
 Metode Endourologi Pengangkatan Batu
Metode Endourologi Pengangkatan Batu yaitu metode untuk peng
angkatan batu ginjal tanpa pembedahan mayor. Nefrostomi perkut
an dan Nefroskop dimasukkan kedalam traktus perkutan yang suda
h dilebarkan kedalam parenkim ginjal. Batu dapat diangkat dengan
forket atau jaringan tergantung ukurannya. Selain itu, alat ultrasou
nd dapat dimasukkan melalui selang nefrostomi disertai pemakaia
n gelombang ultrasonic untuk menghancurkan batu serpihan batu
18

di irigasi dan di hisap keluar dari ductus kolektivus. Batu yang bes
ar selanjutnya dapat dikurangi dengan disentegrasi ultrasonic dan
diangkat dengan forket atau jaringan. Setelah batu diambil, selang
nefrostomi perkutan di biarkan di tempatnya untuk beberapa wakt
u untuk menjamin bahwa ureter tidak mengalami obstruksi oleh ed
ema atau pembekuan darah.
 Ureteroskopi
Ureteroskopi mencakup visualisasi dan akses ureter dengan mema
sukkan suatu alat ureteroskop melalui sistoko. Batu dapat dihancur
kan dengan menggunakan laser, lithotripsi-hydraulic, atau ultrasou
nd kemudian diangkat. Suatu set dapat dimasukkan dan dibiarkan
selama 48 jam atau lebih setelah prosedur untuk menjaga kepatena
n ureter.
 Pelarutan Batu
Infuse cairan kemolitik, misalnya agent pembuat basa (ankylatik)
dan pembuat asam (acidifying) untuk melarutkan batu dapat dilaku
kan sebagai alternative penanganan untuk pasien kurang beresiko t
erhadap terapi lain dan menolak metode lain atau mereka memiliki
batu yang mudah larut (strufit). Nefrostomi perkutan dilakukan da
n cairan irigasi dimasukkan ke ductus kolectivus melalui ureter ata
u selang nefrostomi.
 Pembedahan
Sebelum adanya lithotripsy, pengangkatan batu ginjal dengan pembeda
han merupakan terapi utama. Namun, saat ini pembedahan dilakukan h
anya pada 1% – 2% pasien. Pembedahan di indikasikan jika batu terse
but tidak berespon terhadap penanganan lain. Jika batu terletak didala
m ginjal, pembedahan dilakukan dengan nefrolitotomi (insisi pada ginj
al untuk mengangkat batu) atau nerektomi jika ginjal tidak berfungsi a
kibat infeksi atau hydronefrosis. Batu didalam piala ginjal diangkat den
gan pielolitotomi, sedangkan batu pada ureter diangkat dengan ureterol
itotomi dan batu pada kandungan kemih diangkat dengan sistostomi.
19

2.3 Diagnosa Keperawatan


Diagnosa keperawatan menurut SDKI (2017), yaitu :
a) Nyeri akut berhubungan dengan trauma pada tractus urinarius
b) Gangguan eliminasi BAK: retensio urine berhubungan dengan obstruksi s
aluran kemih
c) Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi pada saluran kemih
d) Anxietas berhubungan dengan kurangnya informasi tentang penyakitnya

2.4 Intervensi Keperawatan


STANDAR DIAGNOSA
TUJUAN DAN INTERVENSI
KEPERAWATAN
KRITERIA HASIL KEPERAWATAN
INDONESIA
(SLKI) (SIKI)
(SDKI)
Nyeri akut adalah Setelah dilakukan Observasi
pengalaman sensorik atau intervensi keperawatan  Monitor tanda – tanda
emosional yang tidak selama 3 X 24 jam nyeri vital
menyenangkan akibat dari akut  Identifikasi lokasi,
kerusakan jaringan yang Menurun karakteristik,durasi
aktual atau fungsional, Ditandai dengan : frekuensi, kualitas dan
dengan onset mendadak  Keluhan nyeri intensitas nyeri
atau lambat dan menurun  Identifikasi skala nyeri
berintensitas ringan hingga  Fungsi berkemih
berat yang berlangsung < 3 normal Terapeutik
bulan b.d:  Nafsu makan membaik  Ciptakan lingkungan
yang tenang, kurangi
 Nyeri tekan abdomen kebisingan, atur
 Kecemasan atau stress pencahayaan cukup
 Atur posisi
DS tidur/duduk yang
 Mengeluh adanya nyeri nyaman
DO  Kurangi aktivitas yang
 Tanda – tanda vital : dapat meningkatkan
20

 TD.............mmHg nyeri
 Nadi...........x/mnt  Libatkan keluarga saat
 RR...........x/mnt mengajarkan tehnik
 Tampak gelisah relaksasi dan distraksi
 Aktivitas terbatas  Libatkan keluarga
 Skala nyeri....... untuk memberikan
dukungan kepada
pasien

Edukasi
 Jelaskan penyebab
nyeri, hal-hal yang
dapat memperberat
dan mengurangi rasa
nyeri
 Jelaskan pada pasien
pentingnya istirahat
 Ajarkan cara-cara
mengatasi/menurunka
n nyeri non
farmakologis

Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian
analgetik
 Kolaborasi pemberian
anti inflamasi
 Kolaborasi pemberian
antisida
21

Gangguan eliminasi BAK: setelah dilakukan Observasi


Gangguan eliminasi BAK : tindakan kep selama 3 x □ Observasi tanda-tanda
Retensi urine adalah 24 jam eliminasi urine vital
pengosongan kandung menurun □ Pantau eliminasi urine
kemih yang tidak lengkap Ditandai dengan: meliputi frekuensi,
b.d : □ Jumlah urin normal konsistensi,bau,volum
□ Peningkatan tekanan □ Desakan berkemih e dan warna yang
uretra menurun tepat 
□ Obstruktif pada saluran □ Distensi kandung □ Observasi intake
kemih kemih menurun output cairan
□ Frekuensi BAK □ Pantau derajat distensi
normal kandung kemih
Data Subjektif : dengan palpasi dan
□ Rasa penuh dikandung perkusi
kemih
□ BAK tidak tuntas Terapeutik
□ BAK nyeri □ Anjurkan pasien untuk
tidak menahan bila
ingin berkemih
Data Objektif : □ Anjurkan pasien untuk
□ oliguria minum air putih cukup
□ Distensi kandung kemih 1 liter/hari
□ Jumlah urin........ml □ Libatkan keluarga
dalam mengobservasi
pengeluaran urin

Edukasi
□ Jelaskan pentingnya
22

dalam mengobservasi
pengeluaran urin
□ Jelaskan pentingnya
kebutuhan cairan bagi
tubuh

Kolaborasi
□ Kolaborasi dengan
dokter untuk
pemberian diuretik jika
perlu
Intoleransi aktivitas adalah Setelah dilakukan Observasi
 Monitor TTV sebelum dan s
intervensi keperawatan
Ketidakcukupan energi untu esudah aktivitas
selama 3x24 Jam  Monitor keadaan umum pasi
k melakukan aktivitas sehari toleransi aktivitas en
 Identifikasi kemampuan pa
meningkat
- hari sien dalam beraktivitas
Ditandai dengan:  Identifikasi penyebab kel
b.d elahan
 Ketidakseimbangan  Keadaan umum baik  Monitor kehilangan/g
antara  Saturasi oksigen angguan keseimbanga
suplai dan kebutuhan meningkat n gaya jalan & kelema
oksigen  Tekanan darah normal han otot
 Tirah baring  Frekuensi nadi normal  Monitor frekuensi dan
 Kelemahan  Frekuensi nafas irama jantung
 Imobilitas normal  ......................................
 Gaya hidup monoton  Kemudahan dalam ....
 ..................................... aktivitas sehari – hari  ......................................
meningkat ...
Ditandai dengan :  Kecepatan berjalan Terapeutik
Data Subjektif : meningkat  Tingkatkan istirahat

 Mengeluh sesak nafas set  Jaraj berjalan  Berikan aktivitas yang


elah beraktivitas meningkat tidak berat
 Cepat lelah bila beraktivit  Kekuatan tubuh bagian  Bantu pasien dalam
as atas meningkat pemenuhan kebutuhan
 Merasa tidak nyaman sete  Kekuatan tubuh bagian sehari – hari
lah beraktivitas bawah meningkat  Libatkan keluarga

 Merasa lemah  Warna kulit membaik dalam pemenuhan


 Mengeluh lelah  Toleransi dalam kebutuhan sehari –
 .................................. menaiki tangga hari
23

membaik  Tingkatkan
Data Objektif : kemandirian dalam
 Keadaan umum.......... aktivitas perawatan
 Tanda – tanda vital diri yang dapat
 TD :..............mmHg ditoleransi
 Nadi :...........x/mnt  Libatkan keluarga
 RR :...........x/mnt dalam meningkatkan
 Klinis pucat kemandirian aktivitas
 NCH yang dapat ditoleransi
 Retraksi pasien
 Sianosis  Libatkan
 Akral dingin pasien/keluarga untuk
Hasil EKG meningkatkan istirahat
pasien
 Bantu pasien
mengubah posisi tidur
secara berkala
 Atur periode istirahat
dan aktivitas
 Berikan lingkungan
yang tenang
 Batasi jumlah
pengunjung
 ......................................
....
Edukasi
 Jelaskan pasien untuk
istirahat
jikamengalami
kelelahan/sesak nafas
saat beraktivitas
 Jelaskan tentang
pentingnya istirahat
dan membatasi jumlah
pengunjung
 Jelaskan pada pasien
pentingnya istirahat
dan membatasi jumlah
pengunjung
 Jelaskan pada pasien
pentingya
mobilisasi/latihan
bertahap
 Jelaskan pada pasien
agar tidak mengejan
saat defekasi
24

 Jelaskan jenis latihan


yang sesuai dengan
kondisi kesehatan
 Ajarkan tehnik
perbafasan yang tepat
untuk memaksimalkan
oksigen selama latihan
fisik
 ......................................
.....
Kolaborasi
 Kolaborasi untuk
konsultasi ke bagian
rehabilitasi jantung
 Kolaborasi dengan ahli
terapi okupasi untuk
merencanakan
program aktivitas
 Kolaborasi untuk
pemberian suplemen
25
LAPORAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN NY “E” DENGAN


UROLITHIASIS DI RUMAH SAKIT HERMINA PALEMBANG
TAHUN 2021

Disusun Oleh :

Yuni Liliyana,, S.Kep

21330021

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEBIDANAN DAN KEPERAWATAN
UNIVERSITAS KADER BANGSA PALEMBANG
T.A 2021-2022
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian
3.1.1 IdentitasKlien
Nama : Ny. E
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat/tgl lahir : Palembang, 27 Maret 1979
Umur : 42 Tahun
Golongan darah : B (+)
Pendidikan terakhir : SLTA Sederajat
Agama : Islam
Suku : jawa
Status perkawinan : Kawin
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Kenten Permai Palembang
No RM : O.259661
Diagnosa medik : Urolithiasis
Tanggal diagnosa : 15/12/2021

3.1.2 Identitas Penanggung Jawab


Nama : Tn. I
Umur : 45 Tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Suku : Indonesia
Hubungan dengan pasien : Suami Pasien
Pendidikan terakhir : SLTA sederajat
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Kenten permai Palembang

25
26

3.1.3 Status Kesehatan


a. Status kesehatan saat ini :
2. Keluhan utama: Nyeri pinggang sebelah kanan
3. Faktor pencetus: Batu saluran kemih
4. Lamanya keluhan : Sejak 1 hari yang lalu, Os mengeluh nyeri
pinggang sebelah kanan, nyeri saat BAK, rasa penuh di kandung
kemih, BAK tidak tuntas, pasien post kecelakaan 4 hr yang lalu
dengan bagian pinggang sebelah kanan terbentur dashboard mobil
(skala Nyeri:6)
P : Nyeri timbul saat terlalu banyak gerak
Q: Tertindih benda berat dan di remas-remas
R : Pinggang Kanan
T : 15-20 detik
5. Timbulnya keluhan : Mendadak
6. Faktor yang memperberat : Ketika pasien melakukan gerakan untuk
merubah posisi
b. Status kesehatan masa lalu :
1. Penyakit yang pernah dialami: Pasien pernah dirawat dengan kista
ovarium dan dilakukan Operasi Kistektomi.
2. Kecelakaan : Ada
3. Penyakit : Tidak ada
4. Riwayat operasi : Ada (Kistektomi)

3.1.4 Pengkajian pola fungsi dan pemeriksaan fisik


A. Persepsi dan pemeliharaan kesehatan
1. Persepsi tentang kesehatan diri : Tidak ada keluhan
2. Pengetahuan dan persepsi pasien tentang penyakit dan perawatannya :
Pasien mengatakan tidak mengetahui tentang penyakitnya
3. Upaya yang biasa dilakukan dalam mempertahankan kesehatan
- Kebiasaan diet yang adekuat, diet yang tidak sehat : Tidak ada
27

- Pemeriksaan kesehatan berkala, perawatan kebersihan diri, imunisa


si : Tidak dilakukan
- Kemampuan pasien untuk mengontrol kesehatan
a) Yang dilakukan bila sakit : Pasien mengatakan kalau sakit
meminjat badan dan meminum obat tradisional.
b) Kemana pasien biasa berobat bila sakit : Puskesmas terdekat
c) Kebiasaan hidup (konsumsi jamu /alcohol /rokok /kopi /kebiasaa
n olahraga)
Merokok : tidak
Kebiasaan olahraga, jenis : tidak ada
4. Faktor sosio ekonomi yang berhubungan dengan kesehatan
a. Penghasilan : 1,5jt-2jt / bulan
b. Asuransi/jaminan kesehatan : Ada/BPJS Permerintah

B. Nutrisi, Cairan & Metabolik


1. Gejala(subyektif)
a) Diet biasa (tipe) : BB TKTP Jumlah makan per hari : 3x/Hari
b) Pola diet : Tidak Ada
c) Nafsu/selera makan : tidak ada keluhan Mual : tidak ada
Muntah : tidak ada
d) Nyeri ulu hati : tidak ada
Alergi makanan : tidak ada
e) Masalah mengunyah/ menelan : tidak ada
f) Keluhan demam : tidak ada
g) Pola minum/cairan : biasa jumlah minum : 5-6
gelas/hari
cairan yang biasa diminum : Air Mineral
h) Penurunan BB dalam 6 bulan terakhir : tidak ada
2. Tanda (obyektif)
a) Suhu tubuh 360C
Diaphoresis : tidak ada
28

Berat badan : 60 kg, tinggi badan 165 cm


Turgor kulit : Elastis tonus otot : baik Edema : tidak ada
b) Ascites : tidak ada
c) Integritas kulit perut
Lingkar abdomen : 30 cm
d) Distensi vena jugularis : tidak ada
e) Hernia/masa : tidak ada
f) Bau mulut/halitosis : tidak ada
g) Kondisi mulut gigi/gusi/mukosa mulut dan lidah : Normal

C. Pernafasan, aktivitas dan latihan pernapasan


1. Gejala (subyektif)
a) Dispnea : tidak ada
b) Yang meningkatkan/mengurangi sesak : tidak ada
c) Pemajanan terhadap udara berbahaya : tidak ada
d) Penggunaan alat bantu : tidak ada
2. Tanda (obyektif)
a) Pernapasan : 22x/menit
b) Penggunaan alat bantu nafas : Tidak ada
nafas cuping hidung : Tidak ada
c) Batuk : Tidak ada

D. Aktivitas (termasuk kebersihan diri) dan latihan


1. Gejala (subyektif)
a) Kegiatan dalam pekerjaan : Terbatas karena Nyeri di pinggang
kanan
b) Kesulitan/keluhan dalam aktivitas
Pergerakan tubuh :ada, nyeri di bagian pinggang saat bergerak
merubah posisi
c) Kemampuan merubah posisi : ada, Nyeri saat bergerak yang
berlebihan
29

d) Perawatan diri (mandi, mengenakan pakaian, bersolek, makan,dll)


perlu bantuan, Jelaskan : Tidak ada kesulitan
e) Toileting (BAB/BAK) : Tidak perlu bantuan
f) Keluhan sesak nafas setelah beraktivitas : tidak ada
Mudah merasa kelelahan : tidak ada
Toleransi terhadap aktivitas : terganggu
2. Tanda(obyektif)
a) Respon terhadap aktifitas yang teramati : terlihat meringis saat
bergerak merubah posisi
b) Status mental (misalnya menarik diri, letargi) : tidak ada
c) Penampilan umum
- Tampak lemah :ya
Kerapian berpakaian : Pasien terlihat rapi dalam berpakaian
d) Pengkajian neuro muskuler
- Masa/tonus : Lemah
- Kekuatan otot : skala 5
- Rentang gerak : Terbatas
- Deformasi : Tidak ada
e) Bau badan : Tidak ada bau mulut : Tidak ada
- Kondisi kulit kepala : Baik
- Kebersihan kuku : Terlihat Bersih

E. Istirahat
1. Gejala (subyektif)
Sebelum Sakit
a) Kebiasaan tidur : Tidak ada
Lama tidur : >8 Jam pada malam hari, >1 jam pada siang hari
b) Masalah berhubungan dengan tidur
- Insomnia : tidak ada
- Kurang puas/segar setelah bangun tidur : tidak ada
- Lain-lain, sebutkan : Tidak ada
30

Setelah sakit
a) Kebiasaan Tidur: Sulit Tidur karena Nyeri
Lama Tidur: 4-5 Jam pada malam hari, Tidak bisa tidur pada siang
hari
b) Masalah berhubungan dengan tidur
- Insomnia : ada
- Kurang Puas/segar setelah bangun tidur: ada
2. Tanda (obyektif)
Sebelum Sakit:
a) Tampak mengantuk/mata sayu : Tidak
b) Mata merah: Tidak
c) Sering menguap : Tidak
d) Kurang Konsentrasi: Tidak
Setelah Sakit:
a) Tampak mengantuk/mata sayu : ada
b) Mata merah : ada,
c) Sering menguap : ada,
d) Kurang konsentrasi : tidak ada,
1. Gejala (subyektif)
a) Riwayat hipertensi dan masalah jantung : tidak ada
b) Riwayat edema kaki : tidak ada
c) Flebitis : Tidak ada
d) Rasa kesemutan : Tidak Ada
e) Palpitasi : Tidak ada
2. Tanda (obyektif)
a) Tekanan darah : 130/80 mmHg
b) Mean Arteri Pressure/Tekanan Nadi 95×/menit
c) Nadi/palsasi:
31

Bunyi jantung : Dup-Lup Frekuensi : 80 Bpm


Irama : Lup-Dup Kualitas : 80 Bpm
d) Murmur : Tidak ada
e) Ekstremitas, suhu : 36 0C Warna : Pink
f) Pengisian kapiler : tidak ada
Varises : tidak ada Phlebitis : Tidak ada
g) Warna : membran mukosa : merah mengkilat Bibir : Lembab
Konjungtiva : normal Sklera : normal
Punggung kuku : Bersih

F. Eliminasi
1. Gejala (subyektif)
a) Pola BAB : frekuensi : 1x/hari Konsistensi : Lunak
b) Perubahan dalam kebiasaan BAB (penggunaan alat tertentu misal T
erpasang kolostomi/ileostomy) : Tidak ada
c) Kesulitan BAB konstipasi : Tidak ada
Diare : Tidak ada
d) Penggunaan laksatif : tidak ada
e) Waktu BAB terakhir : tanggal 15 sebelum masuk RS
f) Riwayat perdarahan : Tidak ada
Hemoroid : tidak ada
g) Penggunaan alat-alat : misalnya pemasangan kateter : Tidak ada
h) Riwayat penggunaan diuretik: Tidak ada
i) Rasa nyeri/rasa terbakar saat BAK: ada
j) Kesulitan BAK: Retensio urine
2. Tanda (obyektif)
a) Abdomen
Inspeksi : Abdomen membuncit ada/tidak, jelaskan : tidak
ada
Auskultasi : Bisingusus : 20×/menit. Bunyi abnormal : tidak ada
32

Perkusi : Bunyi tympani : tidak ada. Kembung : tidak


Bunyi abnormal : tidak ada
Palpasi:
- Nyeri tekan : ada Skala Nyeri 6
Nyeri lepas : tidak ada
- Konsistensi : lunak/keras : lunak
Massa : Tidak ada
- Pola BAB : Konsistensi : Lunak
Warna : Kuning kecokletan
Abnormal : tidak ada
- Pola BAK :
Frekuensi : 1-2x/hari retensi : ada
- Distensi kandung kemih : ada (bagian vesica urinaria)
- Karakteristik urin:
Jumlah : 100cc
bau : khas urine
intake : 920 cc
Out Put : 100 cc
Balance : 820
Deuresis : 0,2 cc/Kg BB/Jam
- Bila terpasang colostomy atau ileustomy : keadaan : tidak ada

G. Neurosensori dankognitif
1. Gejala (subyektif)

a) Adanya nyeri
33

P (Paliatif/provokatif) : Nyeri timbul saat terlalu banyak gerak


Q (Quality/kuantitas) : Tertindih benda berat dan di remas-remas
R (Region/tempat) : Pinggang kanan
S (Severity/tingkat) : Skala nyeri 6
T (Time) : 15-20 detik
b) Rasa ingin pingsan/pusing : tidak ada
c) Sakit kepala : Tidak ada Kesemutan/ kebas/ kelemahan. Loka
si : tidak ada
d) Kejang : tidak ada
e) Mata : penurunan penglihatan : tidak ada
f) Pendengaran : penurunan pendengaran : tidak ada
Epistaksis : tidak ada
2. Tanda (obyektif)
a) Status mental
Kesadaran : composmentis,
b) Skala koma glasgow (GCS) : 15
Respon membuka mata(e) :6
Respon verbal(v) :5
Respon motorik (m) :4
c) Terorientasi/disorientasi : tidak ada Waktu : tidak ada Temp
at : tidak ada
Orang : tidak ada
d) Persepsi sensori : ilusi : tidak ada halusinasi : tidak ada
Delusi : tidak ada afek : tidak ada, jelaskan :
e) Memori: ada
Saat ini : sedang dirawat di RS
Masa lalu : ada
f) Alat bantu penglihatan/pendengaran : tidak ada
g) Reaksi pupil terhadap cahaya : mengecil
Ukuran pupil : Normal
34

h) Penampilan umum tampak kesakitan : ada, menjaga area sakit :


daerah pinggang kanan

H. Respon emosional : protektif

I. Keamanan
1. Gejala (subyektif)
a) Alergi : tidak ada
b) Obat-obatan : tidak ada
c) Makanan : tidak ada
d) Faktor lingkungan :
- Riwayat penyakit hubungan seksual : tidak ada
- Riwayat transfusi darah : tidak ada riwayat adany
a reaksi transfusi: tidak ada
e) Kerusakan penglihatan, pendengaran : tidak ada
f) Riwayat cidera :tidak ada
Riwayat kejang : tidak ada
2. Tanda (objektif)
a) Suhu tubuh : 36 0C Diaforesis : Tidak ada
b) Jaringan parut: tidak ada
c) Kemerahan pucat : tidak ada
d) Adanya luka : Luka Post Operasi kistektomi tahun 2020
Drainase purulen : tidak ada
Peningkatan nyeri pada luka : Tidak
e) Ekimosis/tanda perdarahan lain : tidak ada
f) Faktor resiko: terpasang alat invasive : tidak ada
g) Gangguan keseimbangan: tidak ada
h) Parese atau paralise : Tidak ada

J. Seksual dan reproduksi


35

a) Menarche: Umur 12 Tahun


b) Siklus Haid/Lama Haid: 28 Hari/5 Hari
c) Gangguan Haid : tidak ada
d) Penggunaan alat kontrasepsi : Tidak
e) Payudara : tidak ada keluhan

K. Persepsi diri, konsep diri dan mekanisme koping


a) Faktor stres : tidak ada
b) Bagaimana pasien dalam mengambil keputusan (sendiri atau di ban
tu) : dibantu oleh keluarga
c) Yang dilakukan jika menghadapi suatu masalah : berbicara dengan
keluarga ketika ada masalah
d) Upaya klien dalam menghadapi masalahnya sekarang : hanya
pasrah
e) Perasaan cemas/takut : ada
f) Perasaan ketidak berdayaan : tidak ada , keputusasaan : tidak ada

L. Interaksi Sosial
1. Gejala (subyektif)
a) Orang terdekat &lebih berpengaruh : Suami pasien
b) Kepada siapa pasien meminta bantuan bila mempunyai masalah :
keluarga
c) Adakah kesulitan dalam keluarga hubungan dengan orang tua, saud
ara, pasangan : tidak ada
d) Kesulitan berhubungan dengan tenaga kesehatan, klien lain : tidak
ada
2. Tanda (obyektif)
a) Kemampuan berbicara : jelas
b) Tidak dapat dimengerti : Tidak ada afasia : tidak ada
c) Pola bicara tidak biasa/kerusakan : tidak ada
d) Penggunaan alat bantu bicara : tidak ada
36

e) Adanya jaringan laringoktomi/trakeostomi : tidak ada


f) Perilaku menarik diri : tidak ada

M.Pola nilai kepercayaan dan spiritual


1. Gejala (subyektif)
a) Sumber kekuatan bagi pasien : Berdoa kepada YME
b) Perasaan menyalahkan tuhan : tidak ada
c) Bagaimana klien menjalankan kegiatan agama atau kepercayaan :
Klien melakukan ibadah sholat
d) Masalah berkaitan dengan aktifitasnya tersebut selama dirawat :
tidak dilakukan
e) Pemecahan oleh pasien : tidak ada
f) Adakah keyakinan/ kebudayaan yang dianut pasien yang bertentan
gan dengan kesehatan : tidak ada
g) Pertentangan nilai/keyakinan/ kebudayaan terhadap pengobatan ya
ng dijalani: ada

2. Tanda (obyektif)
a) Perubahan perilaku : tidak ada
b) Menolak pengobatan : tidak ada
c) Berhenti menjalankan aktivitas agama : Tidak ada
d) Menunjukan sikap permusuhan dengan tenaga kesehatan : Tidak

3.2 DATA PENUNJANG


PEMERIKSAAN LABORATORIUM (15/12/21 jam 06.05 wib)
37

Pemeriksaan Hasil Nilai normal Satuan


HEMATOLOGI
Hemoglobin 11,1 12,0 – 16,0 gr/dl
Hematokrit 34 36,0 – 46,0 %
Lekosit 12.820 4.500 – 11.000 /mm3
Trombosit 251.000 150.000 – 450.000 /mm3

GDS 127 <100: bukan DM mg/dl


100-199:belum pasti DM
>=200:kemungkinan DM

Urinalisa:
Warna Kuning Kuning muda- tua
Kejernihan Agak keruh Jernih
Ph 6 7 netral
Protein Negatif Negatif
Glukosa Negatif Negatif
Keton Negatif Negatif
Blood Positif (+2) Negatif
Lekosit 9-12 1-6 /LPB
Eritrosit 20-21 0-1 /LPB
Sel epitel Positif Negatif /LPB
Bakteri Negativ Negatif /LPB
Ragi negativ Negatif /LPB

COVID 19-ANT NEGATIF Negatif


IGEN
USG ABDOMEN
Kesan : Hidronefrosis grade III yang disebabkan oleh batu ureter kanan d
istal Ada gambaran hematome pole tengah ginjal kanan diameter 5,3 cm

FOTO POLOS ABDOMEN


Kesan : curiga batu ureter kanan distal

RADIOLOGI
Ro Thoraks: normal thoraks

CT SCAN UROLOGI
Kesan : tampak batu multipel kanan yang menyebabkan hidroureter dan
38

hidronefrosis

Tabel terapi yang diberikan pada pasien:


3.3
Nama obat/ caiaran
A No sediaan Dosis & frekuensi rute
infus
1 Ivfd RL Infus500ml 20cc/jam iv
2 Ketorolac 30 mg 30mg/8jam iv
3 Ceftriaxone 1 gr 1gr/12 jam iv
4 Ranitine 40 mg 40 mg/12 jam iv
5 Omeprazole 40 mg Extra Iv
6 Harnal 80 mg 80 mg/24 jam PO

NALISA DATA
Nama : Ny. “E” No. RM :O.259661
Umur : 42 th Jenis Kel : P Bangsal : RPU Lt4
Do Dokter : “F“ Diagnosa : Urolithiasis

Hari/
Data Etiologi Masalah
Tanggal
Rabu DS : Nyeri
15-12-2021 Os mengatakan kerusakan
nyeri pinggang jaringan yang
sebelah kanan, Os aktual atau
post kecelakaan fungsional
DO : ↓
- K/U sedang, Ketegangan otot
Kesadaran: Compos ↓
Mentis Nyeri
- skala nyeri 6
- tampak meringis
- Tanda vital
TD : 130/80 mmhg
39

Nadi : 95 x/m
RR : 22 x/m
T : 36. ℃

Rabu DS : Retensi urine Gangguan


15-12-2021 Os mengatakan Rasa ↓ Eliminasi
penuh dikandung k pengosongan
emih kandung kemih
BAK tidak tuntas da yang tidak
n nyeri saat BAK lengkap

DO : Obstruktif pada
oliguria saluran kemih
√ Distensi kandung ↓
kemih Gangguan
√ Jumlah urin 100 m Eliminasi
l warna kuning pek
at
- Tanda Vital :
TD : 130/80
Nadi : 95 x/m
RR : 22 x/m
T : 36℃
Rabu DS : Intoleransi
15-12-2021 Os mengatakan aktifitas
lemas dan tindak
nyaman setelah be-
raktifitas akibat ny-
eri yang di rasakan
40

DO:
 Keadaan umum
Lemah
 Kekuatan otot:
 Tanda – tanda vita
l
 TD : 130/90 mm
Hg
 Nadi :95 x/mnt
 RR :22x/mnt

3.4 PRIORITAS MASALAH


1. Nyeri
2. Gangguan eliminasi BAK
3. Intoleransi aktifitas

3.5 DIAGNOSA DAN PRIORITAS MASALAH


1. Nyeri akut berhubungan dengan nyeri tekan abdomen dan cidera trauma
tic (skala 5)
2. Gangguan eliminasi BAK berhubungan dengan Peningkatan tekanan
uretra dan Obstruktif pada saluran kemih
3. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan Ketidak cukupan energi untuk
melakukan aktivitas sehari-hari, Kelemahan, dan imobilitasi
3.6 INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosa
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan Tanda
Hari/Tgl Keperawatan
(SLKI) (SIKI) tangan
(SDKI)
1 2 3 4 5
Rabu (D0077) (L08066) Observasi Sr. Yuni
15-12-21 Nyeri akut b/d Setelah dilakukan intervensi - Monitor tanda – tanda vital
nyeri tekan keperawatan selama 3 X 24 jam -Identifikasi lokasi, karakteristik,durasi
abdomen dan nyeri akut frekuensi, kualitas dan intensitas nyeri
cidera traumatic Menurun - Identifikasi skala nyeri
Ditandai dengan :
DS:  Keluhan nyeri menurun Terapeutik
-Os mengatakan  Fungsi berkemih normal - Ciptakan lingkungan yang tenang, kurangi
nyeri pinggang  Nafsu makan membaik kebisingan, atur pencahayaan cukup
sebelah kanan - Atur posisi tidur/duduk yang nyaman
-Nyeri saat BAK - Kurangi aktivitas yang dapat meningkatkan
nyeri
DO: - Pertahankan posisi imobilisasi pada bagian
-Tampak gelisah yang sakit dengan tirah baring
dan tegang - Libatkan keluarga saat mengajarkan tehnik

41
-ekspresi wajah relaksasi dan distraksi
meringis -Libatkan keluarga untuk memberikan dukungan
-Skala nyeri 6 kepada pasien
-TD 130/80
-Nadi 95x/mt Edukasi
-durasi nyeri 15- - Jelaskan penyebab nyeri, hal-hal yang dapat
20 dtk memperberat dan mengurangi rasa nyeri
- Jelaskan pada pasien pentingnya istirahat
- Ajarkan cara-cara mengatasi/menurunkan nyeri
non farmakologis

Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian analgetik
- Kolaborasi pemberian anti inflamasi

15/8/21 D0040 setelah dilakukan tindakan kep Observasi


Jam Gangguan selama 3 x 24 jam eliminasi - Observasi tanda-tanda vital
09.50 eliminasi BAK : urine - Pantau eliminasi urine meliputi frekuensi, konsis
wib b.d : menurun tensi,bau,volume dan warna yang tepat 

42
- Peningkatan Ditandai dengan: - Pantau keluhan distensi kandung kemih dengan
tekanan uretra □ Jumlah urin normal palpasi dan perkusi
- Obstruktif □ Desakan berkemih menurun
pada saluran □ Distensi kandung kemih Terapeutik
kemih menurun - Anjurkan pasien untuk tidak menahan bila ingin
□ Frekuensi BAK normal berkemih
Data Subjektif : - Anjurkan pasien untuk minum air putih cukup 1 l
√ Rasa penuh di iter/hari
kandung kemi - Libatkan keluarga dalam mengobservasi pengelu
h aran urin
√ BAK tidak tun
tas Edukasi
√ BAK nyeri - Jelaskan pentingnya dalam mengobservasi peng
eluaran urin
- Jelaskan pentingnya kebutuhan cairan bagi tubuh
Data Objektif :
√ oliguria Kolaborasi
√ Distensi kand - Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian diure
ung kemih tik jika perlu

43
√ Jumlah urin 1 - Kolaborasi dengan dokter tindakan EWLS jika p
00 ml warna k erlu
uning pekat

15/12/21 Intoleransi aktiv Setelah dilakukan intervensi Observasi Sr.


Jam itas b.d: keperawatan selama 2 X 24 jam, * Monitor TTV sebelum dan sesudah aktivitas Yuni
09.55 * Kelemahan toleransi aktivitas meningkat * Monitor keadaan umum pasien
* Identifikasi kemampuan pasien dalam
wib * Imobilitas
beraktivitas
Kriteria Hasil: * Identifikasi penyebab kelelahan
DS: * Monitor kehilangan/gangguan keseimbangan
* Keadaan umum baik gaya jalan & kelemahan otot
* Cepat lelah * Lelah Menurun
* Monitor frekuensi dan irama jantung
bila beraktivitas * Kemudahan dalam aktivitas
* Merasa tidak sehari – hari meningkat
nyaman setelah * Kekuatan tubuh bagian bawah Terapeutik
beraktivitas meningkat  Tingkatkan istirahat
* Merasa lemah
 Berikan aktivitas yang tidak berat
pada otot
 Bantu pasien dalam pemenuhan kebutuhan
* Mengeluh
Lelah sehari – hari
 Libatkan keluarga dalam pemenuhan kebutuhan
DO:
*Keadaan

44
umum.......... sehari – hari
*Tanda – tanda  Tingkatkan kemandirian dalam aktivitas
vital
perawatan diri yang dapat ditoleransi
*TD
:..............mm  Libatkan keluarga dalam meningkatkan
Hg kemandirian aktivitas yang dapat ditoleransi
*Nadi :...........
pasien
x/mnt
*RR :...........x  Libatkan pasien/keluarga untuk meningkatkan
/mnt istirahat pasien
* Tonus Otot:
 Bantu pasien mengubah posisi tidur secara
Normal
* Kekuatan: berkala
 Atur periode istirahat dan aktivitas
 Berikan lingkungan yang tenang
 Batasi jumlah pengunjung
Edukasi
 Jelaskan pasien untuk istirahat jikamengalami
kelelahan/sesak nafas saat beraktivitas
 Jelaskan tentang pentingnya istirahat dan
membatasi jumlah pengunjung
 Jelaskan pada pasien pentingnya istirahat dan

45
membatasi jumlah pengunjung
 Jelaskan pada pasien pentingya
mobilisasi/latihan bertahap
 Jelaskan jenis latihan yang sesuai dengan
kondisi kesehatan
 Ajarkan tehnik perbafasan yang tepat untuk
memaksimalkan oksigen selama latihan fisik

Kolaborasi
 Kolaborasi dengan ahli terapi okupasi untuk
merencanakan program aktivitas
 Kolaborasi untuk pemberian suplemen

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERWATAN

Pertemuan hari pertama

46
Hari/
No Diagnosa Keperawatan Implementasi Jam Evaluasi Paraf
Tanggal
1 Nyeri akut berhubungan Observasi Nyeri:
14.00 Evaluasi : Sr. Yuni
dengan Rabu
1.2 Mengidentifikasi lokasi, wib
15/12/21 S : Pasien mengatakan nyeri
√ Nyeri tekan abdomen karakteristik,durasi frekuensi,
pada pinggang kanan,
kualitas dan intensitas → nyeri
√ Cedera traumatik 10.00 nyeri saat miksi dan
pinggang kanan seperti diremas
WIB Aktifitas terbatas
dan terpelintir, skala nyeri 4
hilang timbul dengan durasi
15-20 detik
2 O: Ku sedang Kesadaran
Gangguan eliminasi BAK
1.11 Memberikan penkes pada CM, nyeri pinggang skala
berhubungan dengan: pasien pentingnya istirahat 
pasien kooperatif 3 hilang timbul nyeri
√Peningkatan tekanan uretra
seperti diremas dan
√Obstruktif pada saluran kemih
1.5 Mengatur posisi tidur/duduk terperintir. Pasien terlihat
yang nyaman - pasien posisi
semifowler dan duduk gelisah menahan nyeri,
3 Intoleransi aktivitas b.d:
menghadap ke kanan pasien tampak bertanya
* Kelemahan
mengenai keluhan nyeri
* Imobilitas 1.5 Menganjurkan pasien untuk tid
yang belum berkurang.
ak menahan bila ingin berkemih
Distensi abdomen (+),
 pasien mengerti
Pasien terlihat sulit
BAK . BAK 1 kali (50

47
 3.7 Meliibatkan keluarga dalam
ml) selama 3,5 jam di RS
meningkatkan kemandirian
aktivitas yang dapat ditoleransi
A:
pasien→Keluarga mengerti
Dx 1 Nyeri
2.4 Melakukan pemantauan keluhan Dx 2 Gangguan
distensi kandung kemih dengan
eliminasi
palpasi  abdomen pasien
sedikit keras pasien BAK 1 kali BAK :
50 ml warna kuning tua
Retensio
Kolaborasi tidak dilakukan instruksi Urin
sesuai DPJP Dx 3 Intoleransi
aktifitas

Terapeutik
√ Ciptakan lingkungan yang tenang, P: Dalam 1x 3,5 jam nyeri,
Gangguan eliminasi
kurangi kebisingan, atur BAK: retensio urine
pencahayaan cukup dan Toleransi aktifitas
meningkat
√ Atur posisi tidur/duduk yang
nyaman
√ Kurangi aktivitas yang dapat

48
meningkatkan nyeri
√ Pertahankan posisi imobilisasi
pada bagian yang sakit dengan
tirah baring
√Libatkan keluarga saat
mengajarkan tehnik relaksasi dan
distraksi
√Libatkan keluarga untuk
memberikan dukungan kepada
pasien

Edukasi
√ Jelaskan penyebab nyeri, hal-hal
yang dapat memperberat dan
mengurangi rasa nyeri
√ Jelaskan pada pasien pentingnya
istirahat
√Ajarkan cara-cara
mengatasi/menurunkan nyeri non

49
farmakologis

Kolaborasi
√ Kolaborasi pemberian analgetik
√ Kolaborasi pemberian anti
inflamasi
√ Kolaborasi dengan ahli terapi
okupasi untuk merencanakan
program aktivitas

Pertemuan hari ke dua

Hari/
No Diagnosa Keperawatan Implementasi Jam Evaluasi Paraf
Tanggal

50
Observasi
1 14.00 Evaluasi : Sr. Yuni
Nyeri berhubungan dengan Kamis
nyeri pinggang berkurang, nyeri wib S: Pasien mengatakan
√ Nyeri tekan abdomen 16/12/21 nyeri pinggang kanan
saat miksi berkurang, pasien bisa
10.00 dan nyeri saat miksi
√ Cedera traumatik
istirahat berkurang
WIB
1.6 Melibatkan keluarga dalam O: Ku sedang Kesadaran
2 Gangguan eliminasi BAK
memberikan support mental CM, nyeri pinggang dan
berhubungan dengan:
dengan berdoa  keluarga nyeri saat BAK skala 2
√Peningkatan tekanan uretra
kooperatif hilang timbul nyeri
√Obstruktif pada saluran kemih
seperti diremas . Pasien
3.9 Memberikan penkes pada pas terlihat bisa beristirahat,
3 ien tentang tehnik relaksasi distensi abdomen (-)
Intoleransi aktivitas b.d:
dan distraksi (pengalihan rasa
BAK 450 ml warna
* Kelemahan
nyeri) saat nyeri timbul  pa
kuning
* Imobilitas
sien kooperatif

2.5 Menganjurkan pasien untuk


minum air putih cukup 1 li A:
ter/hari  pasien kooperat Dx 1 Nyeri
if Dx 2 Gangguan

51
eliminasi
2.5 Melakukan pemantauan kelu BAK :
han distensi kandung kemih Retensio
pasien dengan palpasi  ab Urin
domen pasien teraba lembek, Dx 3 Intoleransi
pasien merasa tenang saat B aktifitas
AK. BAK 3 kali/5 jam (@ 1
P: Dalam 1x7 jam nyeri,
50 ml) warna kuning
Gangguan eliminasi BAK:
Kolaborasi DPJP tidak dilakuk retensio urine dan Toleransi
an therapy sesuai intruksi DPJ aktifitas meningkat
P

Terapeutik
√ Ciptakan lingkungan yang
tenang, kurangi kebisingan, atur
pencahayaan cukup
√ Atur posisi tidur/duduk yang
nyaman
√ Kurangi aktivitas yang dapat
meningkatkan nyeri

52
√ Pertahankan posisi imobilisasi
pada bagian yang sakit dengan
tirah baring
√Libatkan keluarga saat
mengajarkan tehnik relaksasi dan
distraksi
√Libatkan keluarga untuk
memberikan dukungan kepada
pasien

Edukasi
√ Jelaskan penyebab nyeri, hal-
hal yang dapat memperberat dan
mengurangi rasa nyeri
√ Jelaskan pada pasien pentingnya
istirahat
√Ajarkan cara-cara
mengatasi/menurunkan nyeri non
farmakologis

53
Kolaborasi
√ Kolaborasi pemberian analgetik
√ Kolaborasi pemberian anti
inflamasi

Pertemuan hari ke tiga

Hari/
No Diagnosa Keperawatan Implementasi Jam Evaluasi Paraf
Tanggal
Observasi Evaluasi :
1 14.30 Sr. Yuni
Nyeri berhubungan dengan Jumat
pasien mengatakan nyeri saat wib S: Pasien mengatakan nyeri

54
√ Nyeri tekan abdomen BAK berkurang, urin lancar. pinggang kanan berkurang
17/12/21
dan BAK sudah lancar
√ Cedera traumatik
10.00 2.6 Melibatkan keluarga dalam
WIB
mengobservasi pengeluaran
O: Ku sedang Kesadaran
2 Gangguan eliminasi BAK
urin pasien  keluarga koo
CM, nyeri pinggang dan
berhubungan dengan:
peratif, pasien mulai banyak
nyeri saat BAK skala 1,
√Peningkatan tekanan uretra
mengeluarkan urin
BAK 2-3 kali/shift warna
√Obstruktif pada saluran kemih
2.7 Memberikan penkes pada pa
urin kuning jernih ± 150-
sien dan keluarga pentingnya
200 ml/ bak, Pasien
Intoleransi aktivitas b.d:
3 dalam mengobservasi penge
terlihat bisa beristirahat,
* Kelemahan
luaran urin  pasien dan kel
distensi abdomen (-)
* Imobilitas
uarga kooperative
2.8 Memberikan penkes pada pa
A:
sien dan keluarga pentingnya
Dx 1 Nyeri
dalam mengobservasi penge
Dx 2 Gangguan
luaran urin  pasien dan kel
eliminasi
uarga kooperative
BAK :
1.6 Menganjurkan pasien untuk
Retensio
menguangi aktivitas yang
Urin
dapat meningkatkan nyeri 

55
Pasien mengerti Dx 3 Intoleransi
aktifitas
2.9 Kolaborasi dengan dokter un
P: Dalam 1x7 jam nyeri,
tuk tindakan ESWL jika perl
Gangguan eliminasi BAK:
u  pasien dilakukan tindak retensio urine menurun
intervensi dihentikan.
an konservatif dulu

Rencana : - pasien boleh rawat


jalan
- Kontrol 1 minggu
di poliklinik

Terapeutik
√ Ciptakan lingkungan yang
tenang, kurangi kebisingan, atur
pencahayaan cukup
√ Atur posisi tidur/duduk yang
nyaman
√ Kurangi aktivitas yang dapat
meningkatkan nyeri

56
√ Pertahankan posisi imobilisasi
pada bagian yang sakit dengan
tirah baring
√Libatkan keluarga saat
mengajarkan tehnik relaksasi dan
distraksi
√Libatkan keluarga untuk
memberikan dukungan kepada
pasien

Edukasi
√ Jelaskan penyebab nyeri, hal-
hal yang dapat memperberat dan
mengurangi rasa nyeri
√ Jelaskan pada pasien pentingnya
istirahat
√Ajarkan cara-cara
mengatasi/menurunkan nyeri non

57
farmakologis

Kolaborasi
√ Kolaborasi pemberian analgetik
√ Kolaborasi pemberian anti
inflamasi

58
59

Penerapan Evidence Based Nursing Pada Kasus “ Nyeri Akut pada pasien
Urolithiasis

Hasil Artikel Reading

Pengertian
Pengertian Tehnik Distraksi menurut Tamsuri adalah :
Pengalihan dari fokus perhatian terhadap nyeri ke stimulus yang lain.
Tehnik distraksi dapat mengatasi nyeri berdasarkan teori bahwa aktivasi retikuler
menghambat stimulus nyeri. Jika seseorang menerima input sensori yang
berlebihan dapat menyebabkan terhambatnya impuls nyeri ke otak (nyeri
berkurang atau tidak dirasakan oleh klien). Stimulus yang menyenangkan dari luar
juga dapat merangsang sekresi endorfin, sehingga stimulus nyeri yang dirasakan
oleh klien menjadi berkurang. Peredaan nyeri secara umum berhubungan
langsung dengan partisipasi aktif individu, banyaknya modalitas sensori yang
digunakan dan minat individu dalam stimulasi, oleh karena itu, stimulasi
penglihatan, pendengaran dan sentuhan mungkin akan lebih efektif dalam
menurunkan nyeri dibanding stimulasi satu indera saja (Tamsuri, 2007).

Jenis Tehnik Distraksi antara lain :


Distraksi visual
Melihat pertandingan, menonton televisi, membaca koran, melihat
pemandangan dan gambar termasuk distraksi visual.

Distraksi pendengaran
Diantaranya mendengarkan musik yang disukai atau suara burung serta
gemercik air, individu dianjurkan untuk memilih musik yang disukai dan musik
tenang seperti musik klasik, dan diminta untuk berkosentrasi pada lirik dan irama
lagu. Klien juga diperbolehkan untuk menggerakkan tubuh mengikuti irama lagu
seperti bergoyang, mengetukkan jari atau kaki. (Tamsuri, 2007). Musik klasik
salah satunya adalah musik Mozart. Dari sekian banyak karya musik klasik,
60

sebetulnya ciptaan milik Wolfgang Amadeus Mozart (1756-1791) yang paling


dianjurkan. Beberapa penelitian sudah membuktikan, Mengurangi tingkat
ketegangan emosi atau nyeri fisik. Penelitian itu di antaranya dilakukan oleh Dr.
Alfred Tomatis dan Don Campbell. Mereka mengistilahkan sebagai “Efek
Mozart”. Dibanding musik klasik lainnya, melodi dan frekuensi yang tinggi pada
karya-karya Mozart mampu merangsang dan memberdayakan daerah kreatif dan
motivatif di otak. Yang tak kalah penting adalah kemurnian dan kesederhaan
musik Mozart itu sendiri. Namun, tidak berarti karya komposer klasik lainnya
tidak dapat digunakan (Andreana, 2006)

Distraksi pernafasan
Bernafas ritmik, anjurkan klien untuk memandang fokus pada satu objek
atau memejamkan mata dan melakukan inhalasi perlahan melalui hidung dengan
hitungan satu sampai empat dan kemudian menghembuskan nafas melalui mulut
secara perlahan dengan menghitung satu sampai empat (dalam hati). Anjurkan
klien untuk berkosentrasi pada sensasi pernafasan dan terhadap gambar yang
memberi ketenangan, lanjutkan tehnik ini hingga terbentuk pola pernafasan
ritmik. Bernafas ritmik dan massase, instruksi kan klien untuk melakukan
pernafasan ritmik dan pada saat yang bersamaan lakukan massase pada bagaian
tubuh yang mengalami nyeri dengan melakukan pijatan atau gerakan memutar di
area nyeri.

Distraksi intelektual
Antara lain dengan mengisi teka-teki silang, bermain kartu, melakukan
kegemaran (di tempat tidur) seperti mengumpulkan perangko, menulis cerita.

Tehnik pernafasan
Seperti bermain, menyanyi, menggambar atau sembayang

Imajinasi terbimbing
61

Kegiatan klien membuat suatu bayangan yang menyenangkan dan


mengonsentrasikan diri pada bayangan tersebut serta berangsur-angsur
membebaskan diri dari dari perhatian terhadap nyeri atau bisa juga “Distraksi =
Gangguan = berarti mengalihkan perhatian kita pada sesuatu. Kita menggunakan
metode ini tanpa menyadari ketika kita menonton televisi atau mendengarkan
radio untuk mengalihkan pikiran kita dari kekhawatiran / cemas / suatu masalah
atau mungkin rasa sakit yang sedang kita alami, Misalnya: rasa sakit. Distraksi
dapat digunakan sendiri untuk mengatasi rasa sakit ringan atau Distraksi berguna
ketika kita sedang menunggu bekerjanya obat anti sakit. Jika kita mempunyai
masalah yang mengganggu pikiran, kita dapat berfokus pada yang lain sehingga
pikiran yang mengganggu hilang dari pikiran kita

Cara menggunakan Distraksi


Setiap kegiatan/aktifitas dimana kita harus fokus dapat digunakan untuk
melakukan distraksi. Distraksi bisa internal, seperti menghitung, menyanyi untuk
diri sendiri, berdoa, atau mengulangi pernyataan seperti “Saya dapat
mengatasinya.” Atau Distraksi dapat eksternal, seperti menjahit, membuat /
menggambar lukisan dll Bagi anda yang menginginkan kesehatan diri menjadi
sehat secara lahir dan batin, ada baiknya Anda mau melakukan langkah-langkah
latihan relaksasi pernafasan. Bagaimana cara relaksasi tersebut..? Dalam persepsi
kebanyakkan orang, kata “relaksasi” seringkali diidentikkan dengan “kemalasan”,
atau suatu cara untuk bermalas-malasan dengan sah.
Relaksasi itu bukan suatu bentuk kemalasan. Relaksasi adalah suatu cara
untuk menenangkan fisik, pikiran dan jiwa dari hiruk pikuk kehidupan sehari-hari.
Sangat berbeda dengan “kemalasan” Sebenarnya, “malas” adalah suatu masalah di
dalam pikiran, bahkan di dalam jiwa; dimana “si pemalas” secara tidak sadar
menganggap bahwa bermalas-malasan adalah suatu cara terbaik untuk hidup.
Pahamilah, bahwa rileks dan santai dalam hidup tidak berarti malas. Dengan
Teknik Relaksasi Pernafasan ini, kita bisa memakai beberapa postur tubuh untuk
memudahkan kita sampai pada posisi rileks yang dikehendaki; sekaligus dengan
62

postur tubuh tersebut, kita akan mendapatkan stimuli yang dibutuhkan syaraf-
syaraf tertentu.
Teknik Relaksasi ini sebenarnya juga bertujuan untuk mengaktifkan
kekuatan energi dari otak kanan, yaitu bagian otak yang mengurusi masalah
emosi dan imajinasi manusia. relaksasi-distraksi

LANGKAH-LANGKAH TEKNIK RELAKSASI PERNAFASAN:


Langkah Pertama:
Posisi : duduk tegak, tidak ada gerakan fisik, mata terpejam. Telapak tangan
menutup dan menempel di atas paha.
Nafas : bernafas Teknik gabungan, normal sewajarnya.
Waktu : 5 – 10 menit.
Setelah duduk tegak dan memejamkan mata dengan perlahan, mulailah dengan
mengendurkan seluruh otot tubuh Anda. Mulai dari otot leher dan bahu, lemaskan
secara perlahan-lahan. Setelah itu cobalah ke bagian tubuh lain yang masih
tegang. Mulailah mengeksplorasi setiap bagian tubuh dengan visualisasi pikiran,
dari ujung jari kaki naik perlahan ke atas sampai ke ubun-ubun kepala. Mata Anda
tetap terpejam dengan rileks.
Setelah seluruh tubuh terasa kendur, lemas dan nyaman; nikmatilah posisi tersebut
beberapa saat dan tenangkan nafas, lambatkan ritmenya tanpa ada penahanan
sama sekali. Usahakan seluruh tubuh Anda merasa nyaman.

Langkah Ke dua:
Posisi : duduk tegak, tidak ada gerakan fisik, mata terpejam. Telapak tangan
membuka, punggung tangan menempel di atas paha.
Nafas : bernafas Teknik gabungan, normal sewajarnya.
Waktu : 5 – 10 menit.
Posisi seperti yang Anda lakukan di Langkah Pertama tetapi posisi telapak
tangan membuka ke atas dengan punggung tangan menempel di paha. Rasakan
saja dengan seluruh bagian tubuh Anda; suasana, situasi ataupun kondisi ruangan
tempat Anda sedang berlatih. Setelah seluruh tubuh Anda merasa nyaman,
63

arahkan perhatian ke pusat telapak tangan yang terbuka. Rasakan sensasi atau
getaran atau apapun itu, yang terjadi di telapak tangan.
Langkah Ke tiga:
Posisi : berdiri tegak, mata terpejam, kedua tangan di samping tubuh.
Nafas : bernafas Teknik gabungan, normal sewajarnya.
Waktu : 5 – 10 menit.
Setelah posisi berdiri Anda terasa enak dan nyaman, tempatkan sebagian perhatian
anda pada kedua belah tangan, mulai dari bahu perlahan turun ke lengan atas, siku
sampai lengan bawah dan akhirnya telapak tangan. Arahkan perhatian pada pusat
telapak tangan. Setelah beberapa saat mungkin Anda akan merasakan suatu
sensasi di telapak tangan atau getaran di lengan dan bahu. Ikuti saja bila getaran
atau tenaga tersebut akhirnya mengangkat lengan naik perlahan, kemudian turun
lagi. Ikuti terus getaran atau sensasi lainnya yang mengangkat lengan Anda tanpa
tenaga otot itu. Terangkat dengan sendirinya, bukan atas kemauan Anda. Bila
Anda tergolong orang yang kurang peka sehingga tidak merasakan apa-apa,
tenang dan rileks saja terus. Hal ini tidak berarti Anda gagal atau tidak
mendapatkan manfaat dari latihan ini. Latihan ini bukan sekedar fisik, tetapi juga
olah pikiran dan jiwa.

Langkah Ke empat:
Posisi : berdiri tegak, mata terpejam, telapak tangan saling berhadapan
didepan dada tetapi tidak bersentuhan (ada jarak).
Nafas : bernafas Teknik gabungan, normal sewajarnya.
Waktu : 5 – 10 menit.
Setelah posisi Anda nyaman, tempatkan sebagian perhatian anda pada kedua
tangan, mulai bahu perlahan turun ke lengan, siku sampai lengan bawah dan
kemudian telapak tangan. Arahkan perhatian Anda pada pusat telapak tangan.
Setelah beberapa saat mungkin Anda akan merasakan sensasi atau getaran tenaga
pada telapak tangan. Bila sensasi atau getaran tenaga pada telapak tangan terasa
menggerakkan tangan anda, ikuti saja gerakannya, jangan dilawan. Ikutilah terus
gerakan tangan anda tanpa tenaga otot tersebut.
64

Tujuan
Beberapa tindakan mandiri yang dapat di laksanakan perawat untuk membantu
klien yaitu dengan menggunakan Manajemen Nyeri dalam rangka menghilangkan
atau mengurangi nyeri agar dapat meningkatkan rasa nyaman. Menggunakan
komunikasi terapeutik untuk mengetahuipengalaman nyeri pasien yaitu dengan
menggunakan teknik distraksi, relaksasi(Menggunakan napas dalam), pijat
efflurage, guided imaginary, kompres air hangat, teknik relaksasi otot progresif
dalam, relaksasi genggam jari (Utami & Kartika, 2018). Untuk mengatasi
penyakit Gastritis, diperlukan penanganan secara komprehensif guna mencegah
terjadinya komplikasi yang lebih serius. Penerapan evidence-based nursing (EBN)
merupakan salah satu dari beberapa strategi untuk memberikan outcome yang
lebih baik bagi kesembuhan pasien. Ditilik dari sejarah EBN dan evidence- based
practice (EBP) dalam dunia keperawatan, EBN dan EBP diadopsi dari evidence-
based medicine (EBM) yang berfokus pada percobaan klinis (Ingersoll,
2000).EBN dalam praktik keperawatan merupakan modifikasi pemberian asuhan
keperawatan kepada pasien yang berlandaskan teori dan beberapa hasil penelitian
(Ingersoll, 2000).

Indikasi
Tehnik relaksasi dan distraksi merupakan intervensi EBN yang sudah diteliti dan
direkomen dasikan pada pasien Gastritis. Tehnik relaksasi dan distraksi juga
banyak digunakan sebagai terapi dalam mengatasi beberapa masalah kesehatan
pada pasien di banyak negara. Penelitian yang dilakukan oleh Vindira ,Ashinta
Arini dan Teguh, Pribadi tahun 2013 dengan mengajarkan tehnik relaksasi dan
distraksi pada pasien Gastritis menunjukkan hasil yakni terjadi penurunan skala
nyeri pasien dengan gastritis. Penelitian lain yang dilakukan oleh Stania f.x
Rampengan menunjukkan bahwa pasien yang dtehnik relaksasi dan distraksi
65

menunjukkan ada pengaruh perubahan nyeri sebelum dan sesudah (Stania f.x
Rampengan, Rolly Rendonuwu,Franly Onibala , 2014)

Penerapan Artikel Dalam Intervensi Keperawatan


“Nyeri Akut Berhubungan DenganDiskontuinitas jaringan akibat tindakan
pembedahan” penerapan evidence based Nursing yaitu mengajarkan tehnik
relaksasi dan distraksi bertujuan untuk menurunkan skala nyeri.

Hari/Tanggal Pre-test Post-test


Rabu, 15-12-2021 5 4
Kamis,16-12-2021 4 3
Jumat, 17-12-2021 3 1

Tabel 1 menunjukkan penurunan skala nyeri yakni dari skala nyeri pada angka 5
(nyeri sedang) pada hari pertama ke skala nyeri 4 (nyeri sedang) pada hari ke-
4.nyeri ringan skala nyeri 1
66

RESUME MEDIK

Nama Klien : Ny ”E”


Umur/Tgl Lahir : 42 Tahun/17-07-1976
Diagnose Medis : Urolithiasis
Tanggal Pengkajian : 15 Desember 2021
Keluhan Utama : Nyeri
Riwayat Penyakit Sekarang : pasien mengatakan nyeri pingang sebelah kanan
sejak 1 hari yang lalu. Pasien post kecelakaan 4
hari yang lalu dengan bagian pinggang kanan
terbentur dasboard mobil, Nyeri saat BAK
Pemeriksaan Fisik: : KU sedang Kes CM, TD 130/80 mmhg,
Nadi;95x/mt, Suhu 36

Diagnosa Keperawatan :
1. Nyeri Akut berhubungan dengan:
Nyeri tekan abdomen
Cedera traumatic
2. Gangguan eliminasi BAK berhubungan dengan:
Peningkatan tekanan urethra
Obstruksi pada saluran kemih
3. Ancietas berhubungan dengan:
Krisis situsional
Kebutuhan tidak terpenuhi
Ke khawatiran memgalami kegagalan
67

Kurang terpapar informasi

ANALISA DATA
Nama : Ny. “E” No. RM :O.259661

Umur : 42 th Jenis Kel : P Bangsal : RPU Lt4


Do Dokter : “F“ Diagnosa : Urolithiasis

Hari/
Data Etiologi Masalah
Tanggal
Rabu DS : Nyeri
15-12-2021 Os mengatakan kerusakan
nyeri pinggang jaringan yang
sebelah kanan, Os aktual atau
post kecelakaan fungsional
DO : ↓
- K/U sedang, Ketegangan otot
Kesadaran: Compos ↓
Mentis Nyeri
- skala nyeri 6
- tampak meringis
- Tanda vital
TD : 130/80 mmhg
Nadi : 95 x/m
RR : 22 x/m
T : 36. ℃

Rabu DS : Retensi urine Gangguan


68

15-12-2021 Os mengatakan Rasa ↓ Eliminasi


penuh dikandung k pengosongan
emih kandung kemih
BAK tidak tuntas da yang tidak
n nyeri saat BAK lengkap

DO : Obstruktif pada
oliguria saluran kemih
√ Distensi kandung ↓
kemih Gangguan
√ Jumlah urin 100 m Eliminasi
l warna kuning pek
at
- Tanda Vital :
TD : 130/80
Nadi : 95 x/m
RR : 22 x/m
T : 36℃
Rabu DS : Intoleransi
15-12-2021 Os mengatakan aktifitas
lemas dan tindak
nyaman setelah be-
raktifitas akibat ny-
eri yang di rasakan

DO:
 Keadaan umum
Lemah
 Kekuatan otot:
 Tanda – tanda vita
l
 TD : 130/90 mm
Hg
69

 Nadi :95 x/mnt


 RR :22x/mnt

3.7 PRIORITAS MASALAH


1. Nyeri
2. Gangguan eliminasi BAK
3. Intoleransi aktifitas

3.8 DIAGNOSA DAN PRIORITAS MASALAH


1. Nyeri akut berhubungan dengan nyeri tekan abdomen dan cidera traumati
c (skala 5)
2. Gangguan eliminasi BAK berhubungan dengan Peningkatan tekanan
uretra dan Obstruktif pada saluran kemih
3. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan Ketidak cukupan energi untuk
melakukan aktivitas sehari-hari, Kelemahan, dan imobilitasi

3.9 DATA PENUNJANG


PEMERIKSAAN LABORATORIUM (15/12/21 jam 06.05 wib)
70

Pemeriksaan Hasil Nilai normal Satuan


HEMATOLOGI
Hemoglobin 11,1 12,0 – 16,0 gr/dl
Hematokrit 34 36,0 – 46,0 %
Lekosit 12.820 4.500 – 11.000 /mm3
Trombosit 251.000 150.000 – 450.000 /mm3

GDS 127 <100: bukan DM mg/dl


100-199:belum pasti DM
>=200:kemungkinan DM

Urinalisa:
Warna Kuning Kuning muda- tua
Kejernihan Agak keruh Jernih
Ph 6 7 netral
Protein Negatif Negatif
Glukosa Negatif Negatif
Keton Negatif Negatif
Blood Positif (+2) Negatif
Lekosit 9-12 1-6 /LPB
Eritrosit 20-21 0-1 /LPB
Sel epitel Positif Negatif /LPB
Bakteri Negativ Negatif /LPB
Ragi negativ Negatif /LPB

COVID 19-ANTI NEGATIF Negatif


GEN
71

USG ABDOMEN
Kesan : Hidronefrosis grade III yang disebabkan oleh batu ureter kanan dis
tal Ada gambaran hematome pole tengah ginjal kanan diameter 5,3 cm

FOTO POLOS ABDOMEN


Kesan : curiga batu ureter kanan distal

RADIOLOGI
Ro Thoraks: normal thoraks

CT SCAN UROLOGI
Kesan : tampak batu multipel kanan yang menyebabkan hidroureter dan hi
dronefrosis

Tabel terapi yang diberikan pada pasien:

No Nama obat/ caiaran sediaan Dosis & frekuensi rute


infus
1 Ivfd RL Infus500ml 20cc/jam iv
2 Ketorolac 30 mg 30mg/8jam iv
3 Ceftriaxone 1 gr 1gr/12 jam iv
4 Ranitine 40 mg 40 mg/12 jam iv
5 Omeprazole 40 mg Extra Iv
6 Harnal 80 mg 80 mg/24 jam PO
72
BAB IV
PEMBAHASAN

Setelah penulis mempelajari teori tentang asuhan keperawatan dan melaksan


akan secara langsung asuhan keperawatan pasien dengan Urolithiasis di ruang pera
watan RS Hermina Palembang ternyata teori yang didapat dengan kenyataan yang d
itemui dalam praktek lapangan tidak terdapat kesenjangan. Pemahaman tentang pen
yakit dan keadaan dilapangan sesuai dengan proses keperawatan, mulai dari pengka
jian, diagnosa keperawatan, perencanaan keperawatan, pelaksanaan/implementasi k
eperawatan, dan evaluasi sebagai berikut:

4.1 Pengkajian
Merupakan tahap awal dari proses keperawatan oleh karena itu pengkaji p
erlu melakukan dengan teliti, cermat dan sistematis melalui wawancara, observasi,
dan pemeriksaan fisik penunjang. pada pengkajian penulis mendapatkan Sesuai p
emeriksaan penunjang USG didapatkan hidronefrosis grade III disertai batu ureter
distal kanan dengan hasil pemeriksaan fisik didapatkan nyeri pinggang kanan (per
kusi) dan nyeri saat BAK.

4.2 Diagnosa keperawatan


Ditegakkan berdasarkan pengumpulan data dan masalah masalah keperaw
atan yang ditemukan setelah pengkajian. Penulis menganalisa dan mengidentifika
si masalah keperawatan yang dirumuskan dalam diagnosa keperawatan untuk sela
njutnya penulis memprioritaskan masalah tersebut berdasarkan teori pemenuhan k
ebutuhan dasar manusia. Adapun diagnosa keperawatan pasien dengan urolithiasis,
sebagai berikut:
1. Diagnosa I : Nyeri berhubungan dengan trauma cedera, nyeri tekan abdomen
2. Diagnosa II : Gangguan eliminasi BAK: retensi urine berhubungan dengan obstrukti
f saluran kemih
3. Diagnosa III : Ancietas berhubungan dengan kurangnya informasi tentang penyakitn
ya
74

4.3 Perencanaan keperawatan


Dalam perencanaan tindakan keperawatan penulis merencanakan tindakan, tuju
an,dan kriteria hasil dari masing masing diagnosa yang timbul pada pasien yan
g berdasarkan prioritas masalah dan keluhan yang dirasakan pasien
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan pasien dengan Urolithiasis maka penulis
menyimpulkan antara lain:
1. Pada pengkajian terjadi kerja sama antara pasien, keluarga dan penulis sehingga tida
k ditemukan hambatan untuk mengumpulkan data dan ditemukan masalah keperawa
tan tetapi tidak semua masalah -masalah keperawatan yang ada pada teori ditemukan
dan dijumpai pada pasien dengan penyakit yang sama.
2. Diagnosa yang ada pada teori tidak semuanya muncul pada pasien. Hal ini dikarenak
an dalam pembuatan diagnosa keperawatan disesuaikan dengan data dan keadaan pa
sien saat pengkajian.
3. Perencanaan keperawatan yang dibuat berdasarkan teori yang disesuaikan dengan ke
adaan dan kondisi pasien.
4. Pelaksanaan keperawatan disesuaikan dengan rencana yang didapat sesuai dengan k
eadaan dan kondisi pasien.
5. Evaluasi keperawatan pasien dengan Urolithiasis didapatkan masalah keperawatan d
apat teratasi

5.2 Saran
1. Bagi Pihak Rumah sakit
Pihak Rumah Sakit hendaknya lebih meningkatkan mutu pelayanan agar dapat mela
kukan pelayanan keperawatan pasien dengan urolithiasis
2. Bagi Perawat
Perawat perlu meningkatkan pengetahuan dan skill agar dalam melakukan pengkajia
n pada pasien dengan Urolithiasis secara tepat dan akurat
3. Bagi Pasien dan Keluarga
Pasien dan keluarga diharapkan dapat meningkatkan kerja sama dengan tim medis a
gar masalah yang dihadapi dapat segera teratas

75

Anda mungkin juga menyukai