Disusun Oleh :
21330021
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang karena limpahan rahmat
dan kekuatan yang diberikan kepada kami dalam menyelesaikan penyusunan tugas
yang berjudul “ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN NY “E”
DENGAN UROLITHIASIS DI RUMAH SAKIT HERMINA PALEMBANG
TAHUN 2021,” sebagai pemenuhan nilai tugas mata kuliah Profesi Ners Stase
Keperawatan Medikal Bedah (KMB).
Tentunya ada pihak-pihak yang turut berperan dalam terselesaikannya
makalah ini. Untuk itu kami sampaikan ucapan terimakasih kepada dosen
pengampu yang telah memberikan tugas pembuatan makalah ini. Dan tak lupa
Kami sampaikan ucapan terimakasih kepada teman-teman sejawat yang telah
memberikan support kepada kami sehingga dapat menyelesaikan tugas ini.
Kami telah menyusun tugas ini dengan sebaik-baiknya, namun pastilah
masih memiliki kekurangan. Maka dari itu, Kami berharap banyak masukan kritik
dan saran dari pembaca untuk perbaikan tugas ini agar menjadi lebih baik dan
bermanfaat bagi penyusun dan pembaca.
ii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG ........................................................... 1
1.2 RUMUSAN MASALAH ...................................................... 3
1.3 TUJUAN ................................................................................ 3
1.4 MANFAAT PENELITIAN ................................................... 4
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Pengkajian ............................................................................. 72
4.2 Diagnosa keperawatan............................................................ 72
4.3 Perencanaan keperawatan ...................................................... 73
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan ............................................................................ 74
5.2 Saran ...................................................................................... 74
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
mana saluran kemih manusia terbentuk batu kristal yang mengendap dari urin
(Brunner & Sudarth, 2016). Urolithiasis adalah suatu keadaan terjadinya penum
pukan oksalat, calculi (batu ginjal) pada ureter atau daerah ginjal. Urolithiasis te
rjadi bila batu ada di dalam saluran perkemihan. Batu itu sendiri disebut calculi.
Pembentukan batu mulai dengan Kristal yang terperangkap di suatu tempat sepa
njang saluran perkemihan yang tumbuh sebagai pencetus larutan urin. Calculi b
ervariasi dalam ukuran dan dari fokus mikroskopik sampai beberapa centimeter
dalam diameter cukup besar untuk masuk dalam velvis ginjal (Nuari & Widayat
i, 2017, p. 197).
Terbentuknya batu saluran kemih diduga ada hubungannya gangguan alira
n urine, gangguan metabolik, infeksi saluran kemih, dehidrasi dan keadaan lain
yang masih belum terungkap (idiopatik). Secara epidemiologis terdapat beberap
a faktor yang mempermudah terjadinya batu saluran kemih pada seseorang, yait
u: faktor intrinsik: herediter (diduga diturunkan dari orangtuanya), umur (paling
sering didapatkan pada usia 30 – 50 tahun), jenis kelamin (jumlah pasien lakilak
i tiga kali lebih banyak dibandingkan dengan pasien perempuan) dan faktor ekst
rinsik: geografi, iklim dan temperatur, asupan air, diet pekerjaan (Purnomo, 201
1 dalam Wardani, 2016)
Penyakit ini menduduki kasus 3 teratas untuk kasus urologi setelah ISK d
an pembesaran prostat benigna (Hidayah, dkk, 2017). Kejadian batu saluran ke
mih (urolitiasis) di Amerika serikat tahun 2017 dilaporkan sekitar 5 -10% pendu
duk dalam hidupnya pernah menderita penyakit ini, sedangkan di Eropa bagian
selatan di sekitar laut tengah 6 - 9%. Di Jepang 7%, di Taiwan 9,8% . Sedangka
n di Indonesia menurut riset kesehatan dasar (Riskesdas) memperlihatkan peni
ngkatan 6,9 % ditahun 2013 menjadi 8,5 % ditahun 2018. Pasien batu saluran k
emih ini terbanyak pada kelompok 46-60 tahun dengan perbandingan laki-laki
dan perempuan 33:29 dengan keluhan terbanyak adalah nyeri pingang (Kurnia
wan, 2019). Data Rekam Medis di RS Hermina Palembang selama 3 bulan tera
khir (oktober– Desember 2021) didapatkan sebanyak 39 orang mengalami batu
saluran kemih dan mendapatkan penanganan di RS.
Salah satu faktor yang mempengaruhi timbulnya batu saluran kemih adala
3
1.3 TUJUAN
1. Tujuan umum
Perawat mampu memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan Ur
olithiasis di ruang perawatan RS Hermina Palembang
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui Laporan Pendahuluan Urolithiasis?
b. Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan/Kasus Urolithiasis ?
c. Untuk mengetahui Pembahasan Kasus Urolithiasis ?
d. Untuk mengetaui Kesimpulan dan Saran ?
4
5
6
3) Etiologi
Penyebab terjadinya batu saluran kemih terutama pada tempat yang seri
ng mengalami hambatan aliran urin, salah satunya: sistem kalises (ginja
l), kelainan bawaan pelvikalis, adanya BPH dan buli-buli neurogenik me
rupakan keadaan yang memudahkan terjadinya pembentukan batu (angel
ina, 2016). Penyebab terbentuknya batu dapat digolongkan 2 faktor diant
aranya faktor endogen (Hiperkalsemia, hiperkasiuria, Ph urin yang asam
/basa). Sedangkan faktor eksogen (kurang minum atau kurang mengkons
umsi air yang mengakibatkan terjadinya pengendapan kalsium dalam pel
vis renal (ketidakseimbangan cairan yang masuk) mempermudah pengu
rangan produksi urine, konsumsi makanan yang banyak mengandung pu
rin/kolesterol dan kalsium dapat memicu timbulnya batu (Guyton & Hall,
2016)
8
4) Patofisiologi
Mekanisme pembentukan batu ginjal atau urologi belum diketahui secara pa
sti. Berbagai faktor mempengaruhi proses pembentukan batu. Faktor utama
yaitu supersaturasi filtrat. Faktor lain yaitu PH urine, stasis urine dan deficie
nsi faktor penghambat pembentuk batu. Batu terbentuk dari calsium, phosp
at, oxalat, asam urat, struvit dan kristal cystine. Dan yang paling banyak ada
lah batu calsium yaitu calsium phopat dan calsium oxalat. Batu asam urat di
bentuk dari pengaruh metabolisme purine, batu struvit terbentuk karena aki
bat dari ure splitting bacteri dan mengandung magnesium, phospat dan amo
nium. Batu cystine terbentuk dari crystal cystine sebagai akibat dari defek tu
bulur renal. Ketika filtrat yang harus diekskresikan semakin meningkat kons
entrasinya, keadaanini sangat mendorong terjadinya keadaan supersaturasi.
Contohnya sebagai efek immobilisasi yang lama dapat menyebabkan mobili
sasi calsium dari tulang sehingga kadar serum kalsium meningkat yang berd
ampak terhadap beban yang harus diekskresikan. Jika intake cairan tidak ad
ekuat akan terjadi supersaturasi dan akan terbentuk batu, lebih banyak batu
kalsium. PH urine dapat meningkatkan atau melarutkan batu saluran kemih.
Batu asam urat cenderung terbentuk pada keadaan urine yang asam. Batu str
uvit dan kalsium phosfat cenderung terbentuk pada keadaan urine yang alka
li. Batu kalsium oxalat tidak dipengaruhi oleh PH urine. Batu dibentuk di gi
njal dan menuju ureter dan turun kedalam vesika urinaria. Sering kali batu t
ersangkut di sudut uretepelvie ataupun dilekukkan uretero visikal. Bila batu
menyumbat dan menghambat aliran urine menyebabkan dilatasi ureter sehi
ngga terjadi keadaan hidroureter. Rasa nyeri karena spasme ureter terasa san
gat berat dan seperti diremes atau ditusuk dan dapat menyebabkan shock. D
apat juga klien mengalami hematuria karena kerusakan lapisan urethelial. Ji
ka obstruksi tidak segera diatasi atau dihilangkan, urin stasis dapat menyeba
bkan infeksi dan secara bertahap mengganggu fungsi ginjal pada bagian yan
g dipengaruhi. Obstruksi terus menerus dapat menyebabkan hidroneprosis a
tau pembesaran ginjal.
9
5) Pathway
Supersaturasi Filtrat
Ph Urine Asidosis
Urolithiasis
Nyeri
6) Manifestasi Klinis
a. Nyeri
Nyeri yang dirasakan dapat berupa nyeri colic dan nyeri non colic. N
yeri colic terjadi akibat adanya stranulasi batu pada saluran kemih ya
ng menyebabkan resistensi dan iritabilitasi pada jaringan sekitar. Ad
anya aktivitas peristaltik otot polos di ureter yang berusaha mengelu
arkan batu pada saluran kemih.
10
Nyeri non colic terjadi akibat peregangan kapsul ginjal karena terjadi
hidroneprosis atau infeksi pada ginjal sehingga menimbulkan nyeri h
ebat (peningkatan prostaglandin). Nyeri bertambah hebat jika batu b
ergerak turun dan menyebabkan obstruktif. Pada uteter bagian bawa
h akan menyebabkan rasa nyeri disekitar testis pada pria dan bagian l
abio mayora pada wanita (Brunner & Suddarth, 2016)
b. Gangguan Miksi
Adanya obstruktif pada saluran kemih akan menurunkan aliran urine
sehingga pasien sulit miksi secara spontan. Pada pasien urolithiasis t
erjadi kesulitan miksi yang disebabkan obstruksi saluran kemih bagi
an distal, batu dengan ukuran kecil dapat keluar secara spontan melal
ui hambatan ureteropelvik dan saat batu ureter masuk ke dalam buli-
buli (Prabowo & Pranata, 2014)
c. Hematuri
Batu yang terperangkap dalam ureter sering mengalami desakan saat
berkemih, tetapi hanya sedikit urine yang keluar . Keadaan ini meni
mbulkan gesekan yang disebabkan oleh batu sehingga urin yang dike
luarkan bercampur dengan darah (hematuria)
d. Mual dan Muntah
Kondisi ini merupakan efek samping dari ketidaknyamanan pasien s
aat nyeri timbul, pasien mengalami stresor yang tinggi sehingga me
micu sekresi HCL pada lambungg yang menyebabkan stimulasi dari
colic plesus di lambung.
e. Demam
Demam terjadinya adanya kuman yang menyebar ketempat lain.
f. Distensi vesika urinaria
Akumulasi urin yang tinggi melebihi kemampuan vesika urinaria ak
an menyebabkan vasodilatasi maksimal pada vesika sehingga teraba
bendungan keras (distensi) saat dilakukan palpasi pada regio vesika
urinaria
11
7) Faktor Resiko
1. Jenis kelamin
Batu saluran kemih dapat terjadi pada laki-laki (70-80 %) lebih tinggi
dibandingkan perempuan (47-60%). Adanya peningkatan kadar testos
teron dan penurunan kadar estrogen pada laki-laki
2. Umur berkisar 19-45 tahun bisa terjadi pada orang dewasa
3. Riwayat keluarga (25%) dapat mempengaruhi terjadinya batu saluran
kemih.
4. Kebiasaan diit dan Obesitas
Intake makanan yang tinggi oksalat (teh, kopi, soft drink) , sodium da
n sayuran hijau (bayam) dapat memicu terjadinya batu saluran kemih
5. Lingkungan yang kering/gersang
6. Pekerjaan
7. Cairan (konsumsi cairan < 1 liter/hari), kurang intake cairan memicu t
erbantuknya batu saluran kemih.
8) Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium
a. Urine mengukur kadar kalsium, asam urat, kreatinin, natrium da
n Ph urin
b. Kultur urine mengidentifikasi adanya bakteri dalam urine
2. Foto polos abdomen
Kemlihat kemungkinan adanya batu radio opak(kalsium oksalat dan
kalsium fosfat) disaluran kemih
3. Intra Vena Pielografi (IVP)
4. USG ginjal
9) Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang dapat dilakukan adalah observasi konservatif (bat
u ureter yang kecil dapat melewati saluran kemih tanpa intervensi). Batu
yang sudah menimbulkan masalah pada saluran kemih harus dilakukan t
indakan/ terapi medis.
12
10) Pencegahan
Tindakan setelah mengeluarkan batu dari saluran kemih adalah pencega
han terjadinya kekambuhan dengan mengatur diet makanan/cairan dan a
ktivitas serta mencegah terjadinya komplikasi post operasi.
1. Konsumsi air putih setiap hari akan mengencerkan urin dan mengura
ngi pembentukan batu.
2. Makanan seperti ikan dan mengurangi konsumsi oksalat (daging) unt
uk menurunkan kadar oksalat dalam urinDiit kalsium untuk mengikat
oksalat dalam urin sehingga menurunkan kadar oksalat dalam urin
3. Aktivitas : tingginya aktivitas harus diimbangi dengan asupan cairan y
ang seimbang untuk mengurangi terjadinya pembetukan batu
1. Body system
Dimana hasil dari sebuah penelitian tentang batu saluran kemih itu ber
kenaan dengan fungsi dan sistem tubuh manusia. Untuk penjelasannny
a dapat dilihat berikut ini:
Sistem pernapasan
Inspeksi : dada klien simetris, irama normal
Palpasi :tidak diketemukan benjolan, tidak ada nyeri takan yang di
rasakan
Perkusi : tidak ditemukan penumpukan secret, cairan atau darah di
paru
Auskultasi : suara napas normal, dan terdengar suara jantung
Sistem kardiovaskuler
Inspeksi : ictus cordis tampak (denyutan)
Palpasi : ictus cordis teraba pada ICS II
Perkusi : Kanan atas : SIC II linea para sternalis dextra
Kanan bawah : SIC IV linea para sternalis dextra
Kiri atas : SIC II linea para sternalis sinistra
Kiri bawah : SIC IV linea medio clavicularis sinistra
Auskultasi : S1 dan S2 tunggal
Sistem perkemihan
Inspeksi : Adanya oliguria, dysuria, gross hematuria, menjadi ciei
khas batu saluan kemih\Palpasi : palpasi area CVA terhadap adany
a nyeri tekan dan pembesaran ginjal
Perkusi : perkusi area CVA terhadap adanya nyeri ketok yang men
jalar ke abdomen bagian depan dank e area genetalia
Sistem pencernaan
Inspeksi : kaji keadaan umum abdomen : ukuran, kontur, dan
warna kulit.
Palpasi : terdapat nyeri tekan abdomen pada region Perkusi : t
impani
15
3. Penatalaksanaan
Tujuan dasar penatalaksanaan adalah untuk menghilangkan batu, mene
ntukan jenis batu, mencegah kerusakan neuron, mengendalikan infeksi,
dan mengurangi obstruksi yang terjadi.
Pengurangan nyeri
Tujuan segera dari penanganan kolik renal atau uretra adalah untu
k mengurangi nyeri sampai penyebabnya dapat dihilangkan.
a. Pemberian morfin atau meperidine untuk mencegah syok dan
sinkop akibat nyeri.
b. Mandi air panas atau air hangat di area panggul.
c. Pemberian cairan kecuali pada pasien gagal jantung kognitif y
ang memerlukan pembatas cairan. Pemberian cairan dapat me
ningkatkan tekanan hydrostatic pada ruang dibelakang batu se
hingga mendorong pasase batu kebawah. Masukkan cairan se
panjang hari mengurangi konsentrasi kritaloid urine, mengenc
erkan urine dan menjamin keluarnya urine yang besar.
Pengangkatan batu
Pemeriksaan sistoskopi dan pasase cateter uretral untuk menghilan
gkan batu yang menyebabkan obstruksi. Ketika batu ditemukan, di
lakukan analisis kimiawi untuk mengumpulkan komposisinya dan
membuktikan indikasi mengenai penyakit yang mendasari.
Terapi nutrisi
Batu ginjal terutama mengandung kalsium, fosfor dana tau oksalat.
Makanan yang harus dihindari atau dibatasi adalah:
a. Makanan yang kaya vitamin D, karena vitamin D meningkatk
an reabsorbsi kalsium.
b. Garam meja dan makanan tinggi natrium, karena Na bersaing
dengan Ca dalam reabsorbsinya di ginjal.
Daftar makanan yang harus dihindari:
17
Produk susu: semua keju, susu dan produk susu (lebih dar
i setengah cangkir sehari), krim asam (yoghurt).
Daging, ikan, unggas: otak, jantung, hati, ginjal, sardine,
sweat-bread, telur ikan, kelinci, rusa.
Sayur: lobak, bayam, buncis, seledri, kedelai.
Buah: kismis, semua jenis beri, anggur.
Roti, sereal: roti murni, roti gandum, catmeal, beras mera
h, jagung giling, sereal.
Minuman: teh, coklat, minuman yang berkarbonat, bir, se
mua minuman yang dibuat dari susu atau produk susu.
Lain-lain: kacang, cokelat, sup yang dicampur susu, maka
nan pencuci mulut yang dicampur susu atau produk susu s
eperti kue basah, kue kering dan pie.
Lithotripsi Gelombang Kejut Ekstrakorporeal (Ekstracorporeal Sh
ock Wave Lithotripsi = ESWL)
ESWL adalah prosedur noninvasif yang digunakan untuk mengha
ncurkan batu kaliks ginjal. Setelah batu pecah menjadi bagian yan
g kecil-kecil seperti pasir, maka sisa batu tersebut dikeluarkan seca
ra spontan. Kebutuhan anestesia pada prosedur ini tergantung pada
tipe Lithotripsi yang digunakan, ditentukan oleh jumlah dan intens
itas gelombang kejut yang disalurkan. Rata-rata penanganan adala
h antara 1000-3000 gelombang kejut.
Metode Endourologi Pengangkatan Batu
Metode Endourologi Pengangkatan Batu yaitu metode untuk peng
angkatan batu ginjal tanpa pembedahan mayor. Nefrostomi perkut
an dan Nefroskop dimasukkan kedalam traktus perkutan yang suda
h dilebarkan kedalam parenkim ginjal. Batu dapat diangkat dengan
forket atau jaringan tergantung ukurannya. Selain itu, alat ultrasou
nd dapat dimasukkan melalui selang nefrostomi disertai pemakaia
n gelombang ultrasonic untuk menghancurkan batu serpihan batu
18
di irigasi dan di hisap keluar dari ductus kolektivus. Batu yang bes
ar selanjutnya dapat dikurangi dengan disentegrasi ultrasonic dan
diangkat dengan forket atau jaringan. Setelah batu diambil, selang
nefrostomi perkutan di biarkan di tempatnya untuk beberapa wakt
u untuk menjamin bahwa ureter tidak mengalami obstruksi oleh ed
ema atau pembekuan darah.
Ureteroskopi
Ureteroskopi mencakup visualisasi dan akses ureter dengan mema
sukkan suatu alat ureteroskop melalui sistoko. Batu dapat dihancur
kan dengan menggunakan laser, lithotripsi-hydraulic, atau ultrasou
nd kemudian diangkat. Suatu set dapat dimasukkan dan dibiarkan
selama 48 jam atau lebih setelah prosedur untuk menjaga kepatena
n ureter.
Pelarutan Batu
Infuse cairan kemolitik, misalnya agent pembuat basa (ankylatik)
dan pembuat asam (acidifying) untuk melarutkan batu dapat dilaku
kan sebagai alternative penanganan untuk pasien kurang beresiko t
erhadap terapi lain dan menolak metode lain atau mereka memiliki
batu yang mudah larut (strufit). Nefrostomi perkutan dilakukan da
n cairan irigasi dimasukkan ke ductus kolectivus melalui ureter ata
u selang nefrostomi.
Pembedahan
Sebelum adanya lithotripsy, pengangkatan batu ginjal dengan pembeda
han merupakan terapi utama. Namun, saat ini pembedahan dilakukan h
anya pada 1% – 2% pasien. Pembedahan di indikasikan jika batu terse
but tidak berespon terhadap penanganan lain. Jika batu terletak didala
m ginjal, pembedahan dilakukan dengan nefrolitotomi (insisi pada ginj
al untuk mengangkat batu) atau nerektomi jika ginjal tidak berfungsi a
kibat infeksi atau hydronefrosis. Batu didalam piala ginjal diangkat den
gan pielolitotomi, sedangkan batu pada ureter diangkat dengan ureterol
itotomi dan batu pada kandungan kemih diangkat dengan sistostomi.
19
TD.............mmHg nyeri
Nadi...........x/mnt Libatkan keluarga saat
RR...........x/mnt mengajarkan tehnik
Tampak gelisah relaksasi dan distraksi
Aktivitas terbatas Libatkan keluarga
Skala nyeri....... untuk memberikan
dukungan kepada
pasien
Edukasi
Jelaskan penyebab
nyeri, hal-hal yang
dapat memperberat
dan mengurangi rasa
nyeri
Jelaskan pada pasien
pentingnya istirahat
Ajarkan cara-cara
mengatasi/menurunka
n nyeri non
farmakologis
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
analgetik
Kolaborasi pemberian
anti inflamasi
Kolaborasi pemberian
antisida
21
Edukasi
□ Jelaskan pentingnya
22
dalam mengobservasi
pengeluaran urin
□ Jelaskan pentingnya
kebutuhan cairan bagi
tubuh
Kolaborasi
□ Kolaborasi dengan
dokter untuk
pemberian diuretik jika
perlu
Intoleransi aktivitas adalah Setelah dilakukan Observasi
Monitor TTV sebelum dan s
intervensi keperawatan
Ketidakcukupan energi untu esudah aktivitas
selama 3x24 Jam Monitor keadaan umum pasi
k melakukan aktivitas sehari toleransi aktivitas en
Identifikasi kemampuan pa
meningkat
- hari sien dalam beraktivitas
Ditandai dengan: Identifikasi penyebab kel
b.d elahan
Ketidakseimbangan Keadaan umum baik Monitor kehilangan/g
antara Saturasi oksigen angguan keseimbanga
suplai dan kebutuhan meningkat n gaya jalan & kelema
oksigen Tekanan darah normal han otot
Tirah baring Frekuensi nadi normal Monitor frekuensi dan
Kelemahan Frekuensi nafas irama jantung
Imobilitas normal ......................................
Gaya hidup monoton Kemudahan dalam ....
..................................... aktivitas sehari – hari ......................................
meningkat ...
Ditandai dengan : Kecepatan berjalan Terapeutik
Data Subjektif : meningkat Tingkatkan istirahat
membaik Tingkatkan
Data Objektif : kemandirian dalam
Keadaan umum.......... aktivitas perawatan
Tanda – tanda vital diri yang dapat
TD :..............mmHg ditoleransi
Nadi :...........x/mnt Libatkan keluarga
RR :...........x/mnt dalam meningkatkan
Klinis pucat kemandirian aktivitas
NCH yang dapat ditoleransi
Retraksi pasien
Sianosis Libatkan
Akral dingin pasien/keluarga untuk
Hasil EKG meningkatkan istirahat
pasien
Bantu pasien
mengubah posisi tidur
secara berkala
Atur periode istirahat
dan aktivitas
Berikan lingkungan
yang tenang
Batasi jumlah
pengunjung
......................................
....
Edukasi
Jelaskan pasien untuk
istirahat
jikamengalami
kelelahan/sesak nafas
saat beraktivitas
Jelaskan tentang
pentingnya istirahat
dan membatasi jumlah
pengunjung
Jelaskan pada pasien
pentingnya istirahat
dan membatasi jumlah
pengunjung
Jelaskan pada pasien
pentingya
mobilisasi/latihan
bertahap
Jelaskan pada pasien
agar tidak mengejan
saat defekasi
24
Disusun Oleh :
21330021
3.1 Pengkajian
3.1.1 IdentitasKlien
Nama : Ny. E
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat/tgl lahir : Palembang, 27 Maret 1979
Umur : 42 Tahun
Golongan darah : B (+)
Pendidikan terakhir : SLTA Sederajat
Agama : Islam
Suku : jawa
Status perkawinan : Kawin
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Kenten Permai Palembang
No RM : O.259661
Diagnosa medik : Urolithiasis
Tanggal diagnosa : 15/12/2021
25
26
E. Istirahat
1. Gejala (subyektif)
Sebelum Sakit
a) Kebiasaan tidur : Tidak ada
Lama tidur : >8 Jam pada malam hari, >1 jam pada siang hari
b) Masalah berhubungan dengan tidur
- Insomnia : tidak ada
- Kurang puas/segar setelah bangun tidur : tidak ada
- Lain-lain, sebutkan : Tidak ada
30
Setelah sakit
a) Kebiasaan Tidur: Sulit Tidur karena Nyeri
Lama Tidur: 4-5 Jam pada malam hari, Tidak bisa tidur pada siang
hari
b) Masalah berhubungan dengan tidur
- Insomnia : ada
- Kurang Puas/segar setelah bangun tidur: ada
2. Tanda (obyektif)
Sebelum Sakit:
a) Tampak mengantuk/mata sayu : Tidak
b) Mata merah: Tidak
c) Sering menguap : Tidak
d) Kurang Konsentrasi: Tidak
Setelah Sakit:
a) Tampak mengantuk/mata sayu : ada
b) Mata merah : ada,
c) Sering menguap : ada,
d) Kurang konsentrasi : tidak ada,
1. Gejala (subyektif)
a) Riwayat hipertensi dan masalah jantung : tidak ada
b) Riwayat edema kaki : tidak ada
c) Flebitis : Tidak ada
d) Rasa kesemutan : Tidak Ada
e) Palpitasi : Tidak ada
2. Tanda (obyektif)
a) Tekanan darah : 130/80 mmHg
b) Mean Arteri Pressure/Tekanan Nadi 95×/menit
c) Nadi/palsasi:
31
F. Eliminasi
1. Gejala (subyektif)
a) Pola BAB : frekuensi : 1x/hari Konsistensi : Lunak
b) Perubahan dalam kebiasaan BAB (penggunaan alat tertentu misal T
erpasang kolostomi/ileostomy) : Tidak ada
c) Kesulitan BAB konstipasi : Tidak ada
Diare : Tidak ada
d) Penggunaan laksatif : tidak ada
e) Waktu BAB terakhir : tanggal 15 sebelum masuk RS
f) Riwayat perdarahan : Tidak ada
Hemoroid : tidak ada
g) Penggunaan alat-alat : misalnya pemasangan kateter : Tidak ada
h) Riwayat penggunaan diuretik: Tidak ada
i) Rasa nyeri/rasa terbakar saat BAK: ada
j) Kesulitan BAK: Retensio urine
2. Tanda (obyektif)
a) Abdomen
Inspeksi : Abdomen membuncit ada/tidak, jelaskan : tidak
ada
Auskultasi : Bisingusus : 20×/menit. Bunyi abnormal : tidak ada
32
G. Neurosensori dankognitif
1. Gejala (subyektif)
a) Adanya nyeri
33
I. Keamanan
1. Gejala (subyektif)
a) Alergi : tidak ada
b) Obat-obatan : tidak ada
c) Makanan : tidak ada
d) Faktor lingkungan :
- Riwayat penyakit hubungan seksual : tidak ada
- Riwayat transfusi darah : tidak ada riwayat adany
a reaksi transfusi: tidak ada
e) Kerusakan penglihatan, pendengaran : tidak ada
f) Riwayat cidera :tidak ada
Riwayat kejang : tidak ada
2. Tanda (objektif)
a) Suhu tubuh : 36 0C Diaforesis : Tidak ada
b) Jaringan parut: tidak ada
c) Kemerahan pucat : tidak ada
d) Adanya luka : Luka Post Operasi kistektomi tahun 2020
Drainase purulen : tidak ada
Peningkatan nyeri pada luka : Tidak
e) Ekimosis/tanda perdarahan lain : tidak ada
f) Faktor resiko: terpasang alat invasive : tidak ada
g) Gangguan keseimbangan: tidak ada
h) Parese atau paralise : Tidak ada
L. Interaksi Sosial
1. Gejala (subyektif)
a) Orang terdekat &lebih berpengaruh : Suami pasien
b) Kepada siapa pasien meminta bantuan bila mempunyai masalah :
keluarga
c) Adakah kesulitan dalam keluarga hubungan dengan orang tua, saud
ara, pasangan : tidak ada
d) Kesulitan berhubungan dengan tenaga kesehatan, klien lain : tidak
ada
2. Tanda (obyektif)
a) Kemampuan berbicara : jelas
b) Tidak dapat dimengerti : Tidak ada afasia : tidak ada
c) Pola bicara tidak biasa/kerusakan : tidak ada
d) Penggunaan alat bantu bicara : tidak ada
36
2. Tanda (obyektif)
a) Perubahan perilaku : tidak ada
b) Menolak pengobatan : tidak ada
c) Berhenti menjalankan aktivitas agama : Tidak ada
d) Menunjukan sikap permusuhan dengan tenaga kesehatan : Tidak
Urinalisa:
Warna Kuning Kuning muda- tua
Kejernihan Agak keruh Jernih
Ph 6 7 netral
Protein Negatif Negatif
Glukosa Negatif Negatif
Keton Negatif Negatif
Blood Positif (+2) Negatif
Lekosit 9-12 1-6 /LPB
Eritrosit 20-21 0-1 /LPB
Sel epitel Positif Negatif /LPB
Bakteri Negativ Negatif /LPB
Ragi negativ Negatif /LPB
RADIOLOGI
Ro Thoraks: normal thoraks
CT SCAN UROLOGI
Kesan : tampak batu multipel kanan yang menyebabkan hidroureter dan
38
hidronefrosis
NALISA DATA
Nama : Ny. “E” No. RM :O.259661
Umur : 42 th Jenis Kel : P Bangsal : RPU Lt4
Do Dokter : “F“ Diagnosa : Urolithiasis
Hari/
Data Etiologi Masalah
Tanggal
Rabu DS : Nyeri
15-12-2021 Os mengatakan kerusakan
nyeri pinggang jaringan yang
sebelah kanan, Os aktual atau
post kecelakaan fungsional
DO : ↓
- K/U sedang, Ketegangan otot
Kesadaran: Compos ↓
Mentis Nyeri
- skala nyeri 6
- tampak meringis
- Tanda vital
TD : 130/80 mmhg
39
Nadi : 95 x/m
RR : 22 x/m
T : 36. ℃
DO:
Keadaan umum
Lemah
Kekuatan otot:
Tanda – tanda vita
l
TD : 130/90 mm
Hg
Nadi :95 x/mnt
RR :22x/mnt
41
-ekspresi wajah relaksasi dan distraksi
meringis -Libatkan keluarga untuk memberikan dukungan
-Skala nyeri 6 kepada pasien
-TD 130/80
-Nadi 95x/mt Edukasi
-durasi nyeri 15- - Jelaskan penyebab nyeri, hal-hal yang dapat
20 dtk memperberat dan mengurangi rasa nyeri
- Jelaskan pada pasien pentingnya istirahat
- Ajarkan cara-cara mengatasi/menurunkan nyeri
non farmakologis
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian analgetik
- Kolaborasi pemberian anti inflamasi
42
- Peningkatan Ditandai dengan: - Pantau keluhan distensi kandung kemih dengan
tekanan uretra □ Jumlah urin normal palpasi dan perkusi
- Obstruktif □ Desakan berkemih menurun
pada saluran □ Distensi kandung kemih Terapeutik
kemih menurun - Anjurkan pasien untuk tidak menahan bila ingin
□ Frekuensi BAK normal berkemih
Data Subjektif : - Anjurkan pasien untuk minum air putih cukup 1 l
√ Rasa penuh di iter/hari
kandung kemi - Libatkan keluarga dalam mengobservasi pengelu
h aran urin
√ BAK tidak tun
tas Edukasi
√ BAK nyeri - Jelaskan pentingnya dalam mengobservasi peng
eluaran urin
- Jelaskan pentingnya kebutuhan cairan bagi tubuh
Data Objektif :
√ oliguria Kolaborasi
√ Distensi kand - Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian diure
ung kemih tik jika perlu
43
√ Jumlah urin 1 - Kolaborasi dengan dokter tindakan EWLS jika p
00 ml warna k erlu
uning pekat
44
umum.......... sehari – hari
*Tanda – tanda Tingkatkan kemandirian dalam aktivitas
vital
perawatan diri yang dapat ditoleransi
*TD
:..............mm Libatkan keluarga dalam meningkatkan
Hg kemandirian aktivitas yang dapat ditoleransi
*Nadi :...........
pasien
x/mnt
*RR :...........x Libatkan pasien/keluarga untuk meningkatkan
/mnt istirahat pasien
* Tonus Otot:
Bantu pasien mengubah posisi tidur secara
Normal
* Kekuatan: berkala
Atur periode istirahat dan aktivitas
Berikan lingkungan yang tenang
Batasi jumlah pengunjung
Edukasi
Jelaskan pasien untuk istirahat jikamengalami
kelelahan/sesak nafas saat beraktivitas
Jelaskan tentang pentingnya istirahat dan
membatasi jumlah pengunjung
Jelaskan pada pasien pentingnya istirahat dan
45
membatasi jumlah pengunjung
Jelaskan pada pasien pentingya
mobilisasi/latihan bertahap
Jelaskan jenis latihan yang sesuai dengan
kondisi kesehatan
Ajarkan tehnik perbafasan yang tepat untuk
memaksimalkan oksigen selama latihan fisik
Kolaborasi
Kolaborasi dengan ahli terapi okupasi untuk
merencanakan program aktivitas
Kolaborasi untuk pemberian suplemen
46
Hari/
No Diagnosa Keperawatan Implementasi Jam Evaluasi Paraf
Tanggal
1 Nyeri akut berhubungan Observasi Nyeri:
14.00 Evaluasi : Sr. Yuni
dengan Rabu
1.2 Mengidentifikasi lokasi, wib
15/12/21 S : Pasien mengatakan nyeri
√ Nyeri tekan abdomen karakteristik,durasi frekuensi,
pada pinggang kanan,
kualitas dan intensitas → nyeri
√ Cedera traumatik 10.00 nyeri saat miksi dan
pinggang kanan seperti diremas
WIB Aktifitas terbatas
dan terpelintir, skala nyeri 4
hilang timbul dengan durasi
15-20 detik
2 O: Ku sedang Kesadaran
Gangguan eliminasi BAK
1.11 Memberikan penkes pada CM, nyeri pinggang skala
berhubungan dengan: pasien pentingnya istirahat
pasien kooperatif 3 hilang timbul nyeri
√Peningkatan tekanan uretra
seperti diremas dan
√Obstruktif pada saluran kemih
1.5 Mengatur posisi tidur/duduk terperintir. Pasien terlihat
yang nyaman - pasien posisi
semifowler dan duduk gelisah menahan nyeri,
3 Intoleransi aktivitas b.d:
menghadap ke kanan pasien tampak bertanya
* Kelemahan
mengenai keluhan nyeri
* Imobilitas 1.5 Menganjurkan pasien untuk tid
yang belum berkurang.
ak menahan bila ingin berkemih
Distensi abdomen (+),
pasien mengerti
Pasien terlihat sulit
BAK . BAK 1 kali (50
47
3.7 Meliibatkan keluarga dalam
ml) selama 3,5 jam di RS
meningkatkan kemandirian
aktivitas yang dapat ditoleransi
A:
pasien→Keluarga mengerti
Dx 1 Nyeri
2.4 Melakukan pemantauan keluhan Dx 2 Gangguan
distensi kandung kemih dengan
eliminasi
palpasi abdomen pasien
sedikit keras pasien BAK 1 kali BAK :
50 ml warna kuning tua
Retensio
Kolaborasi tidak dilakukan instruksi Urin
sesuai DPJP Dx 3 Intoleransi
aktifitas
Terapeutik
√ Ciptakan lingkungan yang tenang, P: Dalam 1x 3,5 jam nyeri,
Gangguan eliminasi
kurangi kebisingan, atur BAK: retensio urine
pencahayaan cukup dan Toleransi aktifitas
meningkat
√ Atur posisi tidur/duduk yang
nyaman
√ Kurangi aktivitas yang dapat
48
meningkatkan nyeri
√ Pertahankan posisi imobilisasi
pada bagian yang sakit dengan
tirah baring
√Libatkan keluarga saat
mengajarkan tehnik relaksasi dan
distraksi
√Libatkan keluarga untuk
memberikan dukungan kepada
pasien
Edukasi
√ Jelaskan penyebab nyeri, hal-hal
yang dapat memperberat dan
mengurangi rasa nyeri
√ Jelaskan pada pasien pentingnya
istirahat
√Ajarkan cara-cara
mengatasi/menurunkan nyeri non
49
farmakologis
Kolaborasi
√ Kolaborasi pemberian analgetik
√ Kolaborasi pemberian anti
inflamasi
√ Kolaborasi dengan ahli terapi
okupasi untuk merencanakan
program aktivitas
Hari/
No Diagnosa Keperawatan Implementasi Jam Evaluasi Paraf
Tanggal
50
Observasi
1 14.00 Evaluasi : Sr. Yuni
Nyeri berhubungan dengan Kamis
nyeri pinggang berkurang, nyeri wib S: Pasien mengatakan
√ Nyeri tekan abdomen 16/12/21 nyeri pinggang kanan
saat miksi berkurang, pasien bisa
10.00 dan nyeri saat miksi
√ Cedera traumatik
istirahat berkurang
WIB
1.6 Melibatkan keluarga dalam O: Ku sedang Kesadaran
2 Gangguan eliminasi BAK
memberikan support mental CM, nyeri pinggang dan
berhubungan dengan:
dengan berdoa keluarga nyeri saat BAK skala 2
√Peningkatan tekanan uretra
kooperatif hilang timbul nyeri
√Obstruktif pada saluran kemih
seperti diremas . Pasien
3.9 Memberikan penkes pada pas terlihat bisa beristirahat,
3 ien tentang tehnik relaksasi distensi abdomen (-)
Intoleransi aktivitas b.d:
dan distraksi (pengalihan rasa
BAK 450 ml warna
* Kelemahan
nyeri) saat nyeri timbul pa
kuning
* Imobilitas
sien kooperatif
51
eliminasi
2.5 Melakukan pemantauan kelu BAK :
han distensi kandung kemih Retensio
pasien dengan palpasi ab Urin
domen pasien teraba lembek, Dx 3 Intoleransi
pasien merasa tenang saat B aktifitas
AK. BAK 3 kali/5 jam (@ 1
P: Dalam 1x7 jam nyeri,
50 ml) warna kuning
Gangguan eliminasi BAK:
Kolaborasi DPJP tidak dilakuk retensio urine dan Toleransi
an therapy sesuai intruksi DPJ aktifitas meningkat
P
Terapeutik
√ Ciptakan lingkungan yang
tenang, kurangi kebisingan, atur
pencahayaan cukup
√ Atur posisi tidur/duduk yang
nyaman
√ Kurangi aktivitas yang dapat
meningkatkan nyeri
52
√ Pertahankan posisi imobilisasi
pada bagian yang sakit dengan
tirah baring
√Libatkan keluarga saat
mengajarkan tehnik relaksasi dan
distraksi
√Libatkan keluarga untuk
memberikan dukungan kepada
pasien
Edukasi
√ Jelaskan penyebab nyeri, hal-
hal yang dapat memperberat dan
mengurangi rasa nyeri
√ Jelaskan pada pasien pentingnya
istirahat
√Ajarkan cara-cara
mengatasi/menurunkan nyeri non
farmakologis
53
Kolaborasi
√ Kolaborasi pemberian analgetik
√ Kolaborasi pemberian anti
inflamasi
Hari/
No Diagnosa Keperawatan Implementasi Jam Evaluasi Paraf
Tanggal
Observasi Evaluasi :
1 14.30 Sr. Yuni
Nyeri berhubungan dengan Jumat
pasien mengatakan nyeri saat wib S: Pasien mengatakan nyeri
54
√ Nyeri tekan abdomen BAK berkurang, urin lancar. pinggang kanan berkurang
17/12/21
dan BAK sudah lancar
√ Cedera traumatik
10.00 2.6 Melibatkan keluarga dalam
WIB
mengobservasi pengeluaran
O: Ku sedang Kesadaran
2 Gangguan eliminasi BAK
urin pasien keluarga koo
CM, nyeri pinggang dan
berhubungan dengan:
peratif, pasien mulai banyak
nyeri saat BAK skala 1,
√Peningkatan tekanan uretra
mengeluarkan urin
BAK 2-3 kali/shift warna
√Obstruktif pada saluran kemih
2.7 Memberikan penkes pada pa
urin kuning jernih ± 150-
sien dan keluarga pentingnya
200 ml/ bak, Pasien
Intoleransi aktivitas b.d:
3 dalam mengobservasi penge
terlihat bisa beristirahat,
* Kelemahan
luaran urin pasien dan kel
distensi abdomen (-)
* Imobilitas
uarga kooperative
2.8 Memberikan penkes pada pa
A:
sien dan keluarga pentingnya
Dx 1 Nyeri
dalam mengobservasi penge
Dx 2 Gangguan
luaran urin pasien dan kel
eliminasi
uarga kooperative
BAK :
1.6 Menganjurkan pasien untuk
Retensio
menguangi aktivitas yang
Urin
dapat meningkatkan nyeri
55
Pasien mengerti Dx 3 Intoleransi
aktifitas
2.9 Kolaborasi dengan dokter un
P: Dalam 1x7 jam nyeri,
tuk tindakan ESWL jika perl
Gangguan eliminasi BAK:
u pasien dilakukan tindak retensio urine menurun
intervensi dihentikan.
an konservatif dulu
Terapeutik
√ Ciptakan lingkungan yang
tenang, kurangi kebisingan, atur
pencahayaan cukup
√ Atur posisi tidur/duduk yang
nyaman
√ Kurangi aktivitas yang dapat
meningkatkan nyeri
56
√ Pertahankan posisi imobilisasi
pada bagian yang sakit dengan
tirah baring
√Libatkan keluarga saat
mengajarkan tehnik relaksasi dan
distraksi
√Libatkan keluarga untuk
memberikan dukungan kepada
pasien
Edukasi
√ Jelaskan penyebab nyeri, hal-
hal yang dapat memperberat dan
mengurangi rasa nyeri
√ Jelaskan pada pasien pentingnya
istirahat
√Ajarkan cara-cara
mengatasi/menurunkan nyeri non
57
farmakologis
Kolaborasi
√ Kolaborasi pemberian analgetik
√ Kolaborasi pemberian anti
inflamasi
58
59
Penerapan Evidence Based Nursing Pada Kasus “ Nyeri Akut pada pasien
Urolithiasis
Pengertian
Pengertian Tehnik Distraksi menurut Tamsuri adalah :
Pengalihan dari fokus perhatian terhadap nyeri ke stimulus yang lain.
Tehnik distraksi dapat mengatasi nyeri berdasarkan teori bahwa aktivasi retikuler
menghambat stimulus nyeri. Jika seseorang menerima input sensori yang
berlebihan dapat menyebabkan terhambatnya impuls nyeri ke otak (nyeri
berkurang atau tidak dirasakan oleh klien). Stimulus yang menyenangkan dari luar
juga dapat merangsang sekresi endorfin, sehingga stimulus nyeri yang dirasakan
oleh klien menjadi berkurang. Peredaan nyeri secara umum berhubungan
langsung dengan partisipasi aktif individu, banyaknya modalitas sensori yang
digunakan dan minat individu dalam stimulasi, oleh karena itu, stimulasi
penglihatan, pendengaran dan sentuhan mungkin akan lebih efektif dalam
menurunkan nyeri dibanding stimulasi satu indera saja (Tamsuri, 2007).
Distraksi pendengaran
Diantaranya mendengarkan musik yang disukai atau suara burung serta
gemercik air, individu dianjurkan untuk memilih musik yang disukai dan musik
tenang seperti musik klasik, dan diminta untuk berkosentrasi pada lirik dan irama
lagu. Klien juga diperbolehkan untuk menggerakkan tubuh mengikuti irama lagu
seperti bergoyang, mengetukkan jari atau kaki. (Tamsuri, 2007). Musik klasik
salah satunya adalah musik Mozart. Dari sekian banyak karya musik klasik,
60
Distraksi pernafasan
Bernafas ritmik, anjurkan klien untuk memandang fokus pada satu objek
atau memejamkan mata dan melakukan inhalasi perlahan melalui hidung dengan
hitungan satu sampai empat dan kemudian menghembuskan nafas melalui mulut
secara perlahan dengan menghitung satu sampai empat (dalam hati). Anjurkan
klien untuk berkosentrasi pada sensasi pernafasan dan terhadap gambar yang
memberi ketenangan, lanjutkan tehnik ini hingga terbentuk pola pernafasan
ritmik. Bernafas ritmik dan massase, instruksi kan klien untuk melakukan
pernafasan ritmik dan pada saat yang bersamaan lakukan massase pada bagaian
tubuh yang mengalami nyeri dengan melakukan pijatan atau gerakan memutar di
area nyeri.
Distraksi intelektual
Antara lain dengan mengisi teka-teki silang, bermain kartu, melakukan
kegemaran (di tempat tidur) seperti mengumpulkan perangko, menulis cerita.
Tehnik pernafasan
Seperti bermain, menyanyi, menggambar atau sembayang
Imajinasi terbimbing
61
postur tubuh tersebut, kita akan mendapatkan stimuli yang dibutuhkan syaraf-
syaraf tertentu.
Teknik Relaksasi ini sebenarnya juga bertujuan untuk mengaktifkan
kekuatan energi dari otak kanan, yaitu bagian otak yang mengurusi masalah
emosi dan imajinasi manusia. relaksasi-distraksi
Langkah Ke dua:
Posisi : duduk tegak, tidak ada gerakan fisik, mata terpejam. Telapak tangan
membuka, punggung tangan menempel di atas paha.
Nafas : bernafas Teknik gabungan, normal sewajarnya.
Waktu : 5 – 10 menit.
Posisi seperti yang Anda lakukan di Langkah Pertama tetapi posisi telapak
tangan membuka ke atas dengan punggung tangan menempel di paha. Rasakan
saja dengan seluruh bagian tubuh Anda; suasana, situasi ataupun kondisi ruangan
tempat Anda sedang berlatih. Setelah seluruh tubuh Anda merasa nyaman,
63
arahkan perhatian ke pusat telapak tangan yang terbuka. Rasakan sensasi atau
getaran atau apapun itu, yang terjadi di telapak tangan.
Langkah Ke tiga:
Posisi : berdiri tegak, mata terpejam, kedua tangan di samping tubuh.
Nafas : bernafas Teknik gabungan, normal sewajarnya.
Waktu : 5 – 10 menit.
Setelah posisi berdiri Anda terasa enak dan nyaman, tempatkan sebagian perhatian
anda pada kedua belah tangan, mulai dari bahu perlahan turun ke lengan atas, siku
sampai lengan bawah dan akhirnya telapak tangan. Arahkan perhatian pada pusat
telapak tangan. Setelah beberapa saat mungkin Anda akan merasakan suatu
sensasi di telapak tangan atau getaran di lengan dan bahu. Ikuti saja bila getaran
atau tenaga tersebut akhirnya mengangkat lengan naik perlahan, kemudian turun
lagi. Ikuti terus getaran atau sensasi lainnya yang mengangkat lengan Anda tanpa
tenaga otot itu. Terangkat dengan sendirinya, bukan atas kemauan Anda. Bila
Anda tergolong orang yang kurang peka sehingga tidak merasakan apa-apa,
tenang dan rileks saja terus. Hal ini tidak berarti Anda gagal atau tidak
mendapatkan manfaat dari latihan ini. Latihan ini bukan sekedar fisik, tetapi juga
olah pikiran dan jiwa.
Langkah Ke empat:
Posisi : berdiri tegak, mata terpejam, telapak tangan saling berhadapan
didepan dada tetapi tidak bersentuhan (ada jarak).
Nafas : bernafas Teknik gabungan, normal sewajarnya.
Waktu : 5 – 10 menit.
Setelah posisi Anda nyaman, tempatkan sebagian perhatian anda pada kedua
tangan, mulai bahu perlahan turun ke lengan, siku sampai lengan bawah dan
kemudian telapak tangan. Arahkan perhatian Anda pada pusat telapak tangan.
Setelah beberapa saat mungkin Anda akan merasakan sensasi atau getaran tenaga
pada telapak tangan. Bila sensasi atau getaran tenaga pada telapak tangan terasa
menggerakkan tangan anda, ikuti saja gerakannya, jangan dilawan. Ikutilah terus
gerakan tangan anda tanpa tenaga otot tersebut.
64
Tujuan
Beberapa tindakan mandiri yang dapat di laksanakan perawat untuk membantu
klien yaitu dengan menggunakan Manajemen Nyeri dalam rangka menghilangkan
atau mengurangi nyeri agar dapat meningkatkan rasa nyaman. Menggunakan
komunikasi terapeutik untuk mengetahuipengalaman nyeri pasien yaitu dengan
menggunakan teknik distraksi, relaksasi(Menggunakan napas dalam), pijat
efflurage, guided imaginary, kompres air hangat, teknik relaksasi otot progresif
dalam, relaksasi genggam jari (Utami & Kartika, 2018). Untuk mengatasi
penyakit Gastritis, diperlukan penanganan secara komprehensif guna mencegah
terjadinya komplikasi yang lebih serius. Penerapan evidence-based nursing (EBN)
merupakan salah satu dari beberapa strategi untuk memberikan outcome yang
lebih baik bagi kesembuhan pasien. Ditilik dari sejarah EBN dan evidence- based
practice (EBP) dalam dunia keperawatan, EBN dan EBP diadopsi dari evidence-
based medicine (EBM) yang berfokus pada percobaan klinis (Ingersoll,
2000).EBN dalam praktik keperawatan merupakan modifikasi pemberian asuhan
keperawatan kepada pasien yang berlandaskan teori dan beberapa hasil penelitian
(Ingersoll, 2000).
Indikasi
Tehnik relaksasi dan distraksi merupakan intervensi EBN yang sudah diteliti dan
direkomen dasikan pada pasien Gastritis. Tehnik relaksasi dan distraksi juga
banyak digunakan sebagai terapi dalam mengatasi beberapa masalah kesehatan
pada pasien di banyak negara. Penelitian yang dilakukan oleh Vindira ,Ashinta
Arini dan Teguh, Pribadi tahun 2013 dengan mengajarkan tehnik relaksasi dan
distraksi pada pasien Gastritis menunjukkan hasil yakni terjadi penurunan skala
nyeri pasien dengan gastritis. Penelitian lain yang dilakukan oleh Stania f.x
Rampengan menunjukkan bahwa pasien yang dtehnik relaksasi dan distraksi
65
menunjukkan ada pengaruh perubahan nyeri sebelum dan sesudah (Stania f.x
Rampengan, Rolly Rendonuwu,Franly Onibala , 2014)
Tabel 1 menunjukkan penurunan skala nyeri yakni dari skala nyeri pada angka 5
(nyeri sedang) pada hari pertama ke skala nyeri 4 (nyeri sedang) pada hari ke-
4.nyeri ringan skala nyeri 1
66
RESUME MEDIK
Diagnosa Keperawatan :
1. Nyeri Akut berhubungan dengan:
Nyeri tekan abdomen
Cedera traumatic
2. Gangguan eliminasi BAK berhubungan dengan:
Peningkatan tekanan urethra
Obstruksi pada saluran kemih
3. Ancietas berhubungan dengan:
Krisis situsional
Kebutuhan tidak terpenuhi
Ke khawatiran memgalami kegagalan
67
ANALISA DATA
Nama : Ny. “E” No. RM :O.259661
Hari/
Data Etiologi Masalah
Tanggal
Rabu DS : Nyeri
15-12-2021 Os mengatakan kerusakan
nyeri pinggang jaringan yang
sebelah kanan, Os aktual atau
post kecelakaan fungsional
DO : ↓
- K/U sedang, Ketegangan otot
Kesadaran: Compos ↓
Mentis Nyeri
- skala nyeri 6
- tampak meringis
- Tanda vital
TD : 130/80 mmhg
Nadi : 95 x/m
RR : 22 x/m
T : 36. ℃
DO:
Keadaan umum
Lemah
Kekuatan otot:
Tanda – tanda vita
l
TD : 130/90 mm
Hg
69
Urinalisa:
Warna Kuning Kuning muda- tua
Kejernihan Agak keruh Jernih
Ph 6 7 netral
Protein Negatif Negatif
Glukosa Negatif Negatif
Keton Negatif Negatif
Blood Positif (+2) Negatif
Lekosit 9-12 1-6 /LPB
Eritrosit 20-21 0-1 /LPB
Sel epitel Positif Negatif /LPB
Bakteri Negativ Negatif /LPB
Ragi negativ Negatif /LPB
USG ABDOMEN
Kesan : Hidronefrosis grade III yang disebabkan oleh batu ureter kanan dis
tal Ada gambaran hematome pole tengah ginjal kanan diameter 5,3 cm
RADIOLOGI
Ro Thoraks: normal thoraks
CT SCAN UROLOGI
Kesan : tampak batu multipel kanan yang menyebabkan hidroureter dan hi
dronefrosis
4.1 Pengkajian
Merupakan tahap awal dari proses keperawatan oleh karena itu pengkaji p
erlu melakukan dengan teliti, cermat dan sistematis melalui wawancara, observasi,
dan pemeriksaan fisik penunjang. pada pengkajian penulis mendapatkan Sesuai p
emeriksaan penunjang USG didapatkan hidronefrosis grade III disertai batu ureter
distal kanan dengan hasil pemeriksaan fisik didapatkan nyeri pinggang kanan (per
kusi) dan nyeri saat BAK.
5.1 Kesimpulan
Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan pasien dengan Urolithiasis maka penulis
menyimpulkan antara lain:
1. Pada pengkajian terjadi kerja sama antara pasien, keluarga dan penulis sehingga tida
k ditemukan hambatan untuk mengumpulkan data dan ditemukan masalah keperawa
tan tetapi tidak semua masalah -masalah keperawatan yang ada pada teori ditemukan
dan dijumpai pada pasien dengan penyakit yang sama.
2. Diagnosa yang ada pada teori tidak semuanya muncul pada pasien. Hal ini dikarenak
an dalam pembuatan diagnosa keperawatan disesuaikan dengan data dan keadaan pa
sien saat pengkajian.
3. Perencanaan keperawatan yang dibuat berdasarkan teori yang disesuaikan dengan ke
adaan dan kondisi pasien.
4. Pelaksanaan keperawatan disesuaikan dengan rencana yang didapat sesuai dengan k
eadaan dan kondisi pasien.
5. Evaluasi keperawatan pasien dengan Urolithiasis didapatkan masalah keperawatan d
apat teratasi
5.2 Saran
1. Bagi Pihak Rumah sakit
Pihak Rumah Sakit hendaknya lebih meningkatkan mutu pelayanan agar dapat mela
kukan pelayanan keperawatan pasien dengan urolithiasis
2. Bagi Perawat
Perawat perlu meningkatkan pengetahuan dan skill agar dalam melakukan pengkajia
n pada pasien dengan Urolithiasis secara tepat dan akurat
3. Bagi Pasien dan Keluarga
Pasien dan keluarga diharapkan dapat meningkatkan kerja sama dengan tim medis a
gar masalah yang dihadapi dapat segera teratas
75