SELLY
Dosen Pembina
MAKALAH
Oleh
TUTOR 12
Bismillahirahmanirrahim.
Segala puji bagi Allah SWT. yang telah memberikan rahmat dan karunia-
Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah Kasus Fudy Debrisa untuk
memenuhi tugas mata kuliah BDS-4 Kasus 1 pada semester tiga ini di Fakultas
berbagai pihak, baik moril maupun materil dalam benruk motivasi, bimbingan,
makalah ini.
Oleh karena itu, penulis hendak mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada :
atas segala jasa dan bantuan yang telah diberikan dengan tulus dan ikhlas kepada
penulis.
Seluruh isi makalah ini benar-benar karya penulis dengan binaan dosen
pembina dan bukan merupakan jiplakan atau saduran semata. Oleh karena itu,
penulis bertanggung jawab penuh atas segala isi yang terkandung di dalam
makalah ini.
2
Semoga makalah ini dapat menjadi suatu karya yang bermanfaat dan dapat
Penulis
3
iv
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................v
BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................1
1.3 Mekanisme.................................................................................................3
2.3 Maloklusi.................................................................................................68
2.3.1 Definisi Maloklusi...............................................................................68
2.3.2 Jenis Maloklusi....................................................................................68
2.3.3 Klasifikasi Maloklusi...........................................................................72
2.3.4 Etiologi Maloklusi...............................................................................79
v
vi
3.2 Kesimpulan............................................................................................154
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................155
vi
DAFTAR GAMBAR
PENDAHULUAN
Tutorial 1 Bagian 1
Seorang perempuan bernama Ny. Selly yang berusia 32 tahun datang ke RSGM
UNPAD dengan keluhan giig geraham kiri berlubang besar dan pembengkakan
pada pipi sebelaj kiri, lunak dan terasa sakit. Dari anamnesis diperoleh informasi
bahwa 5 hari yang lalu pasien mengeluh sakit pada rahang bawah kiri. Dua hari
kemudian timbul pembengkakan pada pipi kiri, keras, kemerahan dan sakit hebat.
Pasien sempat membeli obat antalgin di warung, namun tidak ada perubahan.
Tutorial 1bagian 2
Riwayat medis :
1. Gigi 36 karies profunda, non vital, perkusi positif, tekan positif, mobiliti
grade 2
2. Ginggiva oedem
1.2 Tabel 7 Jumps
Nama : Ny. Selly
Umur : 32 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Termin I Don,t
Problems Hypothesis Mechanism More Info Learning Issues
ology Know
Antalgi 1. Gigi 1. Pembengka Karies profunda pada Pemeriksa 1. Macam 1. Inflamasi :
n an : I.O., - Definisi
graham kan gigi 36 E.O., macam - Etiologi
Fluktua general, - Macam-
si kiri jaringan radiologi pembeng
macam
berlubang lunak akiat Pipi kiri bengkak kakan - Gejala
2. Mengapa
besar karies ( keras, kemerahan, (ciri khas)
2. Pembengk obat - Kondisi
profunda sakit hebat )
akan pipi 2. Pembengka antalgin pembuluh
tidak
hilang
ketika
diberi obat
antalgin
6. Pembengk
akan
semakin
membesar
dan
semakin
lunak
7. P. EO :
Pembengk
akan di
pipi kiri
dengan
diameter
5cm,
fluktuasi
positif
terlokalisir
,
kemeraha
n, hangat,
nyeri
tekan
positif
8. P. IO
: -Gigi 36
karies
profunda,
non vital,
perkusi
positif,
tekan
positif,
mobiliti
grade 2
-Ginggiva
oedem
1.3 Mekanisme
Selulitis
Abses
TINJAUAN PUSTAKA
mengurung (sekuestrasi) baik agen pencedera maupun jaringan yang cedera itu
(Dorland, 2002).
memiliki vaskularisasi akibat stimulus eksogen maupun endogen. Dalam arti yang
paling sederhana, inflamasi adalah suatu respon protektif yang ditujukan untuk
menghilangkan penyebab awal jejas sel serta membuang sel dan jaringan nekrotik
Tujuan akhir dari respon inflamasi adalah menarik protein plasma dan fagosit
1. Infeksi mikrobial
8
yang spesifik atau melepaskan endotoksin yang ada hubungannya dengan dinding sel.
1) Reaksi hipersensitivitas
Terjadi bila perubahan kondisi respon imunologi mengakibatkan tidak sesuainya atau
2) Agen fisik
Kerusakan jaringan yang terrjadi pada proses radang dapat melalui trauma fisik,
ultraviolet atau radiasi ion, terbakar atau dingin yang berlebihan (fostbite).
Bahan kimiawi yang menyebabkan korosif (bahan oksidan, asam, basa) akan merusak
itu, agen penyebab infeksi dapat melepaskan bahan kimiawi spesifik yang
4) Jaringan nekrosis
kuat untuk terjadinya infeksi. Pada tepi daerah infark sering memperlihatkan suatu
(Underwood, 1999)
1. Rubor
Rubor atau kemerahan merupakan hal pertama yang terlihat di daerah yang
yang mensuplai darah ke daerah peradangan. Dengan demikian, lebih banyak darah
mengalir ke mikrosirkulasi lokal dan kapiler meregang dengan cepat terisi penuh
dengan darah. Keadaan ini disebut hiperemia atau kongesti, menyebabkan warna
merah lokal karena peradangan akut. Timbulnya hyperemia pada permulaan reaksi
peradangan diatur oleh tubuh baik secara neurogenik maupun secara kimia, melalui
2. Kalor
Kalor atau panas terjadi bersamaan dengan kemerahan dari reaksi peradangan yang
hanya terjadi pada permukaan tubuh, yang dalam keadaan normal lebih dingin dari
37 °C yaitu suhu di dalam tubuh. Daerah peradangan pada kulit menjadi lebih panas
dari sekelilingnya sebab darah yang disalurkan tubuh kepermukaan daerah yang
terkena lebih banyak daripada yang disalurkan kedaerah normal. Fenomena panas
lokal ini tidak terlihat pada daerah-daerah yang terkena radang jauh di dalam tubuh,
10
karena jaringan-jaringan tersebut sudah mempunyai suhu inti 37°C, hyperemia lokal
3. Dolor
Dolor atau rasa sakit, dari reaksi peradangan dapat dihasilkan dengan berbagai cara.
Perubahan pH lokal atau konsentrasi lokal ion-ion tertentu dapat merangsang ujung-
ujung saraf. Pengeluaran zat seperti histamin atau zat bioaktif lainnya dapat
merangsang saraf. Rasa sakit disebabkan pula oleh tekanan yang meninggi akibat
4. Tumor
Campuran dari cairan dan sel yang tertimbun di daerah peradangan disebut eksudat
meradang. Pada keadaan dini reaksi peradangan sebagian besar eksudat adalah cair,
seperti yang terjadi pada lepuhan yang disebabkan oleh luka bakar ringan. Kemudian
sel-sel darah putih atau leukosit meninggalkan aliran darah dan tertimbun sebagai
5. Functio laesa
11
Berdasarkan asal katanya, functio laesa adalah fungsi yang hilang (Dorland, 2002).
Functio laesa merupakan reaksi peradangan yang telah dikenal. Akan tetapi belum
(Abrams, 1995)
permeabilitas kapiler, tahap emigrasi fagosit, dan tahap pemulihan jaringan (Tortora
chemoctactic agents yang mana menstimulasi fagosit. Kinin ini dalam bentuk
akhiran saraf sehingga menimbulkan rasa sakit. Dilepaskan karena terdapat sel
memperkuat efek kinin dan histmin, selain itu juga menstimulasi emigrasi
sel mast. Berperan pula sebagai chemoctactic agents yang menstimulasi fagosit.
5) Complement
Berfungsi untuk menstimulasi pelepasan histamin dan mendorong
bakteri.
6) Serotonin
Dilepas oleh trombosit.
Faktor-faktor diatas tersebut mengakibatkan terjadinya :
1) Vasodilatasi
Merupakan pelebaran diameter pembuluh darah pada daerah yang rusak
disebabkan oleh stimulasi dari akhiran saraf maupun oleh racun kimia bakteri.
2) Peningkatan Permeabilitas Kapiler
Merupakan peristiwa hilangnya cairan dari pembuluh darah ke dalam ruang
pembengkakan (edema)
3) Pembatasan Area Cedera
Hal ini terjadi akibat lepasnya fibrinogen dari plasma ke dalam jaringan.
Fibrinogen ini diubah menjadi fibrin yang berfungsi untuk membentuk bekuan
yang akan mengisolasi lokasi yang rusak dari jaringan yang masih utuh.
2. Emigrasi Fagosit
13
ini terjadi karena adanya kemotaksis. Terjadi satu jam setelah permulaan proses
peristiwa ini, neutrophil lebih mendominasi dalam arti neutrophil lebih dulu
akan terurai secara enzimatik lalu mati. Leukosit mati, sel jaringan mati, dan
berbagai jenis cairan tubuh akan bersatu dan membentuk pus yang terbentuk
jaringan.
2) Pembentukan Jaringan Parut
Yaitu oleh fibroblast dan mengganti jaringan asli yang rusak. Pemulihan
jaringan oleh jaringan parut ini terjadi apabila jaringan yang rusak terlalu luas
dan mendalam.
14
Physiology)
kerusakan dan nekrotik terhadap sel tubuh. Inflamasi menurut waktu terjadinya dibagi
menjadi 2 macam. Inflamasi akut dan kronis. Kedua mekanisme ini merupakan
pertahanan tubuh yang penting, tetapi berbahaya bagi tubuh, sehingga harus
1. Inflamasi Akut
Dimulai dari tahapan leukosit yang masuk dari aliran darah ke jaringan yang
inflamasi akut sudah bisa ditangani, jika masih ada agen penginvasi saat
mekanisme pertahanan system imun neutrophil telah dilakukan, maka akan timbul
inflamasi kronis.
1) Ciri: onset cepat, berlangsung mulai dari menit sampai harian, Eksudat
5) Morfologi eksudat:
(1) Inflamasi serosa: eksudat dengan bentuk cairan yang bening,
pericarditis.
16
(3) Inflamasi purulent: eksudat yang biasa disebut pus, berupa cairan
Gambar 2.3 Skema Proses Inflamasi Akut dan Kronis. (Sumber: Kumay, Vinar, et al.
2005)
Kerusakan tidak ada lagi dan sel yang meradang telah pulih kembali,
(2) Fibrosis
menjadi massa jaringan fibrosa, proses ini juga disebut organisasi. Dalam
(3) Abses
neutrophil dan debris sel nekrotik. Pada keadaan ini, tubuh tidak dapat
pengrusakan terjadi lebih cepat di sekitar abses. Abses bisa terjadi dimana
abses bukal. Abses ini biasanya disertai rasa nyeri, demam dan adanya
pembengkakan.
18
Gambar 2.4 Purulen pada Jantung dan Paru. (Sumber: Kemp, L Walter, et al., 2008.)
(4) Ulcer
lebih dalam. Keadaan seperti ini tidak dapat ditangani oleh tubuh sendiri.
sertai rasa sakit, hemoragi pada kavitas atau lumen saluran pencernaan
Gambar 2.5 Ulcer pada Duodenum. (Sumber: Kemp, L Walter, et al., 2008.)
Hubungan abnormal yang berkembang antara dua bagian tubuh yang terpisah dari
satu sama lain, atau hubungan abnormal antara dua tempat Hubungan abnormal yang
berkembang antara dua bagian tubuh yang terpisah dari satu sama lain, atau hubungan
Pembentukan Fistula
Komplikasi Fistula
20
Fistula dapat berfungsi sebagai saluran dimana infeksi dapat masuk ke organ lain atau
tahun) dan terjadi inflamsi aktif. Inflamsi kronik, ditandai adanya limfosit dan
jaringan.
1) Inflamasi Kronis Ditandai dengan:
(1) Infiltrasi sel mononuclear (macrophage, lymphosit dan plasma cell).
(2) Destruksi jaringan.
(3) Penyembuhan, meliputi poliferasi pembuluh darah baru
1) Periode Inkubasi
Periode antara masuknya patogen ke dalam tubuh dan munculnya gejala
pertama.
2) Periode prodromal
21
Interval dari gejala non-spesifik sampain gejala yang spesifik. Selama masa
ini, mikroorganisme tumbuh dan berkembang dan pasien lebih mampu menyebarkan
infeksi.
4) Pemulihan
Interval saat munculnya gejala akut infeksi (lamanya penyembuhan bergantung
pada beratnya infeksi dan keadaan umum kesehatan pasien, penyembuhan dapat
mikroba
b. Saluran pencernaan, bakteri masuk melalui air, makanan, jari tangan
keringat, sedangkan fungi dapat tumuh pada kulit karena mampu memproduksi enzim
keratinase.
(3) Organ dalam
Mikroba data langsung beradhesi pada organ di bawah kulit atau membrane
mukosa melalui rute parenteral, seperti melalui injeksi, gigitan, luka, sayatan, bedah,
dll. BeBerapa mikroba dapat menimbulkan penyakit apabila masuk via rute parental,
22
pelekatan terjadi pada sel epitel. Pada saat proses adhesi, bakteri memerlukan protein
adhesin. Adhesin terbagi menjadi dua, yaitu adhesin fimbriae dan adhesin afimbriae.
Fimbriae (fili) adalah struktur menyerupai rambut yang terdapat pada permukaan sel
bakteri yang tersusun atas protein yang tersusun rapat dan memiliki bentuk silinder
heliks.
Fili bertindak sebagai ligan dan berikatan dengan reseptor yang terdapat pada
permukaan sel host. Fili dikenal sebagai antigen kolonisasi karena peranannya
sebagai alat penempelan pada sel lain. Contohnya: asam lipoteichoat menyebabkan
polisakarida yang melekat pada membrane sel bakteri. Polisakarida yang berperan
dalam sel biasanya adalah penyusun membrane sel seperti: glikolipid, glikopotein,
matriks ekstraseluler. Adhesin afimbriae sering juga disebut biofilm, contohnya plak
ke seluruh tubuh.
23
sel/jaringan inang.
b. Endotoksin : dibebaskan ketika bakteri mengalami lisis/mati dan
elektron terakhir dalam pebentukan ATP. Terdapat dua jenis bakteri aerob, yaitu aerob
obligat dan aerob fakultatif. Bakteri aerob obligat hanya mampu hidup ketika ada
Sedangkan bakteri aerob fakultatif merupakan bakteri yang dapat hidup pada kadar
oksigen yang lebih rendah. Kadar oksigen di atmosfer pada umumnya sekitar 20%,
namun bakteri aerob oligatif hanya dapat hidup dengan kadar oksigen 2-10%.
Clostridium perfringens - C.
Histolyticum C. ramosum
25
- C. Sporogenes C. difficile
- C. Sordelli
26
C. botulinum - C. Bifermentans
C. tetani - C. Fallax
C. septicum - C. Innocum
27
– C. Novyi – Bacteroides
– Veilonella
– Ruminococcus
3) Batang Gram negatif (- )
– Coprococcus
:
– Sarcina
– Porphyromonas
– Prevotella
– Fusobacterium
28
Infeksi spesies aerob yang mana tahap ini merupakan predisposisi, yang
anaerob.
coli di jumpai
diturunkan atau
Karies
1. Klasifikasi Karies
3) Karies permukaan gigi ( terlihat pada sementum atau dentin ketuja akar
2.Diagnosis
1) Observasi langsung
sama,mungkin untuk lesi karies besar untuk berkembang dalam pits dan
3.Peyebab karies
pada gigi lama lebih rentan untuk rerserang karies daripada lain,mungkin
3) Mikroorganisme plaque
perkembangannya.
serotip (s-h).S,Mutan serotipe c,e,f dan S.Sobriunus serotipe d,g, adalah spesies
menjadi paling merata,diikuti dengan d dan e.Bukti pada peranan aetiologis pada
perkembangan karies
3) Korelasi positif antara progres pada lesi karies dan S.Mutans terhitung
primata
6) Kemampuan untuk mengawali dan mempertahankan perkembangan
7) Metabolisme cepat pada gula untuk laktis dan asam organik lain
permukaan akar)
2) Korelasi positif antara jumlahnya dalam plaque dan saliva dan aktivitas
karies
5) Fakta bahwa jumlahnya dalam dental plque berawal dari sisi sehat
biasanya rendah
didefiniskan,dipercaya bahwa.
1)Mereka tergabung lebih dalam progres pada lesi lebih dalam pada
enamel
karies (lesi akar berbeda dari enamel karies dalam klasifikasi jaringan
predominan dalam mayoritas sample plaque diambil dari lesi permuakan akar,
Spp. Pada lesi ini.Sisi dari dimana organisme terisolasi muncul untuk memiliki
risiko lebih tinggi mengembangkan permukaan akar karies daripada gigi lain.
Peran Actinomises spp, dalam karies oleh karena itu tidak terlalu jelas
lain dan mengubahanya dalam laju lebih rendah dan kurang kariogenk. Asam
dikonversikan dalam polisakarida yang larut dalam air atau tidak larut dalam air-
makanan bakteri mayor .Fruktan tidak larut berkontribusi untuk matirx plaque .
meyerhof pathway,dengan produkis pada dua molekul asam pirvuat dari setiap
Spesises berbeda memproduksi asama pada laju berbeda dan ariasi dalam
kondisi berdekatan untuk plaque lain.Hailnya umum jatuh dalam pH untuk level
suatu area yang robek pada kulit, meskipun demikian hal ini dapat
terjadi tanpa bukti sisi entri dan ini biasanya terjadi pada ekstrimitas
dan Suddarth, 2000). Jadi selulitis adalah infeksi pada kulit yang
streptokokus piogenes.
2) Etiologi
Penyebab dari selulitis menurut Isselbacher adalah bakteri
sering berjangkit pada orang gemuk, rendah gizi, kejemuan atau orang
tua pikun dan pada orang kencing manis yang pengobatannya tidak
adekuat. Gambaran klinis eritema lokal pada kulit dan system vena dan
staphilokokus aureus.
4) Pathway
Bakteri Patogen Streptokokus piogenes, streptokokus grup A,
Stapilokokus aureus.
sistem vena dan limfatik pada kedua ekstrimitas, kelainan kulit berupa
infiltrat difus subkutan, eritema local, nyeri yang cepat menyebar dan
(Issebacher, 1999).
(3) Rontgen sinus-sinus para nasal (selulitis perioribital).
7) Penatalaksanaan Medis
Rawat inap di rumah sakit, Insisi dan drainase pada keadaan
nafsilin, obat oral dapat atau tidak digunakan, infeksi ringan dapat
diobati dengan obat oral pada pasien diluar rumah sakit, analgesik,
2. Selulitis Fasial
1) Pengertian
Perluasan infeksi odontogenik atau infeksi yang mengenai struktur
gigi penyebab infeksi, tetapi infeksi primer dapat meluas ke regio yang
lebih jauh, karena adanya perlekatan otot atau jaringan lunak pada
jika tidak segera diberikan perawatan yang adekuat (Berini, et al, 1999).
paru, otak , hati, ginjal dan organ-organ lainnya. (Berini, et al, 1999)
Karakter klinis dari selulitis adalah suatu proses inflamasi yang disertai
diperlukan.
2) Patofisiologi
Pada 88,4 % kasus selulitis fasialis disebabkan infeksi odontogenik
yang berasal dari pulpa dan periodontal. Periodontitis apikalis akut atau
mencari jalan keluar. Ketika itu biasanya periosteum ruptur dan infeksi
tulang rahang dan otot-otot yang berinsersi pada tulang tersebut (Berini,
et al,1999).
Topazian, 2004)
Gambar 2.11 Perjalanan Infeksi Odontogenik (sumber :
Dimitroulis, 1997).
Patogenitas :
Streptococcus pyogenes merupakan salah satu patogen yang
yang ada. Bila bakteri ini tersebar sampai ke jaringan yang rentan, maka
Faktor Virulensi :
2) Staphylococcus aureus
Staphylococcus aureus merupakan bakteri Gram positif berbentuk
baik pada suhu kamar (20-25 ºC). Koloni pada perbenihan padat
adalah bisul, jerawat, impetigo, dan infeksi luka. Infeksi yang lebih
dan sindroma syok toksik (Ryan, et al., 1994). Bisul atau abses
keracunan biasanya cepat dan akut, tergantung pada daya tahan tubuh
ditandai oleh rasa mual, muntah-muntah, dan diare yang hebat tanpa
mialgia, ruam, dan hipotensi, dengan gagal jantung dan ginjal pada
kasus yang berat. SST sering terjadi dalam lima hari permulaan haid
pada wanita muda yang menggunakan tampon, atau pada anakanak dan
dari vagina, tampon, luka atau infeksi lokal lainnya, tetapi praktis tidak
(Warsa, 1994).
(3) Hemolisin merupakan toksin yang dapat membentuk suatu zona
agar darah. Toksin ini dapat menyebabkan nekrosis pada kulit hewan
sel darah merah domba dan sapi. Sedangkan delta hemolisin adalah
toksin yang dapat melisiskan sel darah merah manusia dan kelinci,
tetapi efek lisisnya kurang terhadap sel darah merah domba (Warsa,
1994).
(4) Leukosidin dapat mematikan sel darah putih pada beberapa hewan.
(Warsa, 1994).
(6) Toksin Sindrom Syok Toksik (TSST) sebagian besar galur S. aureus
syok, ruam kulit, dan gangguan multisistem organ dalam tubuh (Ryan,
et al., 1994).
(7) Enterotoksin adalah enzim yang tahan panas dan tahan terhadap
infeksi bakteri campuran. Bakteri yang berperan dalam proses pembentukan abses
aureus dalam proses ini memiliki enzim aktif yang disebut koagulase yang
enzim utama yang berperan dalam penyebaran infeksi gigi, yaitu streptokinase,
enzim hyaluronidase. Enzim ini merusak jembatan antar sel yang terbuat dari
sel penting adanya, sebagai transpor nutrisi antar sel, sebagai jalur komunikasi
antar sel, juga sebagai unsur penyusun dan penguat jaringan. Jika jembatan ini
rusak dalam jumlah besar, maka dapat diperkirakan, kelangsungan hidup jaringan
Proses kematian pulpa, salah satu yang bertanggung jawab adalah enzim
dari S.mutans tadi, akibatnya jaringan pulpa mati, dan menjadi media
bacterial infection. Kondisi abses kronis dapat terjadi apabila ketahanan host
dalam kondisi yang tidak terlalu baik, dan virulensi bakteri cukup tinggi. Yang
penanganan.
namun karena kondisi hostnya tidak terlalu baik, dan virulensi bakteri cukup
terbuat dari jaringan ikat, yang sering kita kenal sebagai membran abses (oleh
karena itu, jika dilihat melalui ronsenologis, batas abses tidak jelas dan tidak
beraturan, karena jaringan ikat adalah jaringan lunak yang tidak mampu ditangkap
dengan baik dengan ronsen foto). Ini adalah peristiwa yang unik
dimana S.aureus melindungi dirinya dan S.mutans dari reaksi keradangan dan
terapi antibiotika.
Tidak hanya proses destruksi oleh S.mutans dan produksi membran abses
saja yang terjadi pada peristiwa pembentukan abses ini, tapi juga ada
pembentukan pus oleh bakteri pembuat pus (pyogenik), salah satunya juga
adalah S.aureus. jadi, rongga yang terbentuk oleh sinergi dua kelompok bakteri
tadi, tidak kosong, melainkan terisi oleh pus yang konsistensinya terdiri dari
leukosit yang mati (oleh karena itu pus terlihat putih kekuningan), jaringan
rasa sakit atau nyeri tanpa menghilangkan kesadaran. Kesadaran akan perasaan
sakit terdiri dari dua proses,yakni penerimaan rangsang sakit dibagian otak besar
1.Obat narkotik
rasa sakit yang hebat seperti kanker dan fraktur.jenis obat ini biasanya
,heroin,hidromorfon,hidrokodon,dan dionin.
2) Pentidin dan turunanya,fentanyl dan sufentanil.
3) Metadon dan turunanya dekstromoramida,bezitramida,piritramida, dan
d-ptopoksifen
4) Fenantren dan turunanya levorfenol termasuk pula pentazosin.
dan turunanya
3.Clindamycin
memiliki diare yang berair atau berdarah, berhenti menggunakan obat ini
memiliki penyakit ginjal, penyakit hati, gangguan usus seperti kolitis atau
penyakit Crohn, atau riwayat asma, eksim, atau reaksi alergi pada kulit.
1. Pendahuluan
Antalgin merupakan salah satu turunan atau derivat pirazolon yang bersifat
analgetika yang mempunyai kerja farmakologi utama analgetika, selain itu juga
dari antalgin yang dapat memberikan efek fatal bila dikonsumsi terus menerus
2. Uraian Umum
Rumus Bangun :
pirazolon-4-
metilaminometanasulfonat
0,02 N.
o
pada suhu 105 hingga bobot tetap
3. Farmakologi antalgin
mudah larut dalam air dan cepat diserap ke dalam tubuh. Bekerja secara sentral
(Lukmanto, 1986).
2. Farmakodinamika antalgin
intensitas rendah sampai sedang, misalnya sakit kepala dan juga efektif
lebih lemah dari efek analgetik opiat, obat ini tidak menimbulkan
Sebagai antipiretik, obat ini akan menurunkan suhu badan hanya pada
lemah (Ganiswara,1981).
3. Farmakokinetik antalgin
secara simultan langsung atau tidak langsung melintasi sel membrane (Anief,
2007).
Pada pemberian secara oral senyawa diserap cepat dan sempurna dalam
saluran cerna. Terdapat 60% antalgin yang terikat oleh protein plasma, masa
paru dalam plasma 3 jam. Obat ini dimetabolisme di hati menjadi metabolit
seperti kolik abdomen, sakit pada haid, sakit kepala, dan lain sebagainya.
darah
4. Bayi usia 4 bulan atau bayi yang memiliki berat badan di bawah 5 kg
5. Ibu hamil
6. Tekanan darah rendah. Karena metampiron memiliki sifat menurunkan
tekanan darah
Pada pemakaian yang teratur dan untuk jangka waktu yang lama
selama penggunaan obat ini perlu dilakukan uji darah secara teratur
(Lukmanto, 1986).
trombopenia. Terutama pada pasien usia lanjut terjadi retensi Na dan air
LAPORAN KASUS
4.5 Analisa Kasus
ke RSGM UNPAD dengan keluhan giig geraham kiri berlubang besar dan
pembengkakan pada pipi sebelaj kiri, lunak dan terasa sakit. Dari anamnesis
diperoleh informasi bahwa 5 hari yang lalu pasien mengeluh sakit pada rahang
bawah kiri. Dua hari kemudian timbul pembengkakan pada pipi kiri, keras,
kemerahan dan sakit hebat. Pasien sempat membeli obat antalgin di warung,
terasa lunak.
positif. Pemeriksaan intra oral gigi 36 karies profunda, non vital, perkusi
Ny. Selly sudah bisa tidur dengan nyenyak dan bisa tersenyum kembali.
4.6 Kesimpulan
Dari hasil diskusi kasus ini, Ny. Selly seorang wanita berusia 32 tahun
kemerahan, hangat, dan nyeri tekan positif. Sedangkan pemeriksaan intra oral
hasilnya gigi 36 karies profunda, non vital, perkusi positif, mobiliti grade 2,
dan gingiva oedem. Dokter melakukan insisi drainase dan pencabutan gigi 36.
Abrams, G.D. (1995). Respon tubuh terhadap cedera. Dalam S. A. Price & L. M.
Berini, et al, 1997. Medica Oral: Buccal and Cervicofacial Cellulitis. Volume 4,
(p337-50).
Brooks, G.F., Butel, J.S., Morse, S.A. 2001. Mikrobiologi Kedokteran. McGraw
Hill.
Dimitroulis, G, 1997. A Synopsis of Minor Oral Surgery. Wright, Oxford (71-81)
Dorland, W.A.N. (2002). Kamus Kedokteran Dorland (Setiawan, A., Banni, A.P.,
Widjaja, A.C., Adji, A.S., Soegiarto, B., Kurniawan, D., dkk , penerjemah).
Falace, DA, 1995. Emergency Dental Care. A Lea & Febiger Book. Baltimore (p
214-26)
Girsang, RD. 2012. Penetapan Kadar Bahan Baku Antalgin Secara Iodometri.
repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/.../4/Chapter%20II.pdf [Diakses
211,213,215
Kemp, L Walter, et al., 2008. The Big Picture: Pathology. USA: The McGraw
Kumay, Vinar, et al. 2005. Robin and Cotran Pathologic Basis of Disease.
Philadelphia: Elsevier.
Peterson, et al, 2002. Oral and Maxillofacial Surgery. Mosby, St. Louis Topazian,
Philadelphia
FK UI.
Sloane, E. (2003). Anatomi dan fisiologi untuk pemula alih bahasa, James
14th Edition: 14th Edition. BOOK, Wiley Global Education. Retrieved from
https://books.google.co.id/books?id=boNbAgAAQBAJ