Anda di halaman 1dari 119

i

PENGARUH POSISI PRONASI TERHADAP HEMODINAMIKA


PADA BAYI BERAT LAHIR RENDAH (BBLR) DIRUANG
PERINATAL RSUD RAA SOEWONDO PATI
TAHUN 2018

PROPOSAL SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mencapai
Gelar Sarjana Keperawatan

Oleh
Sumarmi
NIM:E420173513 `

PEMBIMBING :
1.Sukarmin,M.Kep.Ns.Sp.Kep.MB
2.Sri Karyati,M.Kep.Ns.Sp.Kep.Mat

JURUSAN S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH
KUDUS
2018

1
ii

HALAMAN PERSETUJUAN

Proposal Skripsi dengan Judul “PENGARUH POSISI PRONASI TERHADAP


HEMODINAMIKA PADA BAYI BERAT LAHIR RENDAH (BBLR) DI RUANG
PERINATAL RSUD RAA SOEWONDO PATI TAHUN 2018”ini telah disetujui dan
diperiksa oleh pembimbing proposal skripsi untuk dipertahankan dihadapan Tim
Penguji Proposal Skripsi Jurusan Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus,
pada :

Hari :
Tanggal :
Nama : Sumarmi
Nim : E.420173513

Pembimbing Utama Pembimbing Anggota

Sukarmin, M.Kep. Ns.Sp.Kep.MB Sri Karyati, M.Kep.Ns.Sp.Kep.Mat


NIDN. 0607057601 NIDN. 0602087401

Mengetahui
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Kudus
Ketua

Rusnoto, SKM.,M.Kes (Epid)


NIDN. 0621087401

ii
ii
iii

HALAMAN PENGESAHAN

Proposal Skripsi dengan Judul “PENGARUH POSISI PRONASI TERHADAP


HEMODINAMIKA PADA BAYI BERAT LAHIR RENDAH (BBLR) DI RUANG
PERINATAL RSUD RAA SOEWONDO PATI TAHUN 2018”ini telah diuji dan
disahkan oleh Tim Penguji Proposal Skripsi Jurusan Keperawatan STIKES
Muhammadiyah Kudus, pada :

Hari :
Tanggal :
Nama : Sumarmi
Nim : E.420173513

Penguji Utama Penguji Anggota

Sukarmin, M.Kep. Ns.Sp.Kep.MB Yulisetyaningrum, S.Kep.Ns.M.Si. Med


NIDN. 0607057601 NIDN. 0618048103

Mengetahui
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Kudus
Ketua

Rusnoto, SKM.,M.Kes (Epid)


NIDN. 0621087401

iii
iv

HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi dengan Judul “PENGARUH POSISI PRONASI TERHADAP


HEMODINAMIKA PADA BAYI BERAT LAHIR RENDAH (BBLR) DI RUANG
PERINATAL RSUD RAA SOEWONDO PATI TAHUN 2018” ini telah disetujui dan
diperiksa oleh pembimbing skripsi untuk dipertahankan dihadapan Tim Penguji
Skripsi Jurusan Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus, pada :

Hari :
Tanggal :
Nama : Sumarmi
Nim : E.420173513

Pembimbing Utama Pembimbing Anggota

Sukarmin, M.Kep. Ns.Sp.Kep.MB Sri Karyati, M.Kep.Ns.Sp.Kep.Mat


NIDN. 0607057601 NIDN. 0602087401

Mengetahui
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Kudus
Ketua

Rusnoto, SKM.,M.Kes (Epid)


NIDN. 0621087401

iv
v

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi dengan Judul “PENGARUH POSISI PRONASI TERHADAP


HEMODINAMIKA PADA BAYI BERAT LAHIR RENDAH (BBLR) DI RUANG
PERINATAL RSUD RAA SOEWONDO PATI TAHUN 2018” ini telah diuji dan
disahkan oleh Tim Penguji Skripsi Jurusan Keperawatan STIKES
Muhammadiyah Kudus, pada :

Hari :
Tanggal :
Nama : Sumarmi
Nim : E.420173513

Penguji Utama Penguji Anggota

Anny Rosiana M, M.Kep. Ns.Sp.Kep.J Sri Karyati, M.Kep.Ns.Sp.Kep.Mat


NIDN. 0616087801 NIDN. 0602087401

Mengetahui
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Kudus
Ketua

Rusnoto, SKM.,M.Kes (Epid)


NIDN. 0621087401

v
vi

PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama : Sumarmi
Nim : E.420173513
Menyatakan bahwa Skripsi dengan Judul “PENGARUH POSISI PRONASI
TERHADAP HEMODINAMIKA PADA BAYI BERAT LAHIR RENDAH (BBLR) DI
RUANG PERINATAL RSUD RAA SOEWONDO PATI TAHUN 2018” merupakan
:
1. Hasil karya sendiri dan disusun sendiri
2. Belum pernah disampaikan dalam memperoleh gelar Strata 1 Keperawatan
di STIKES Muhammadiyah Kudus

Oleh karena itu pertanggungjawaban skripsi ini spenuhnya berada pada diri
saya. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar benarnya.

Kudus, Agustus 2018

vi
vii

RIWAYAT HIDUP

A. Identitas
Nama : Sumarmi
Tempat, tgl lahir : Pati, 25 Nopember 1981
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Desa Sarirejo RT 02 RW 01 Pati
No. HP : 085232909179
B. Riwayat Pendidikan : 1. SD N Sembaturagung, tamat tahun 1994
2. SLTP N 2 Jakenan, tamat tahun 1997
3. SMAN Jakenan, tamat tahun 2000
4. Akademi Keperawatan Pragolo Pati,
tamat 2003
5. Stikes Muhammadiyah Kudus tahun 2016,
sampai dengan sekarang
C. Riwayat Pekerjaan : 1. RSUD RAA Soewondo Pati 2005 s/d sekarang

vii
viii

MOTTO

Boleh jadi kamu memiliki sesuatu padahal ia amat baik bagimu dan boleh
jadi pula kami menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu. Allah
mengetahui sedang kamu tidakmengetahui (Surat Al Baqoroh : 216 ).
Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan maka kamu telah
selesai (dari suatu urusan) kerjakanlah dengan sungguh sungguh (urusan) yang
lain (Al Insyiroh 6-7).

viii
ix

PERSEMBAHAN

Alhamdulilah atas Rahmat dan Hidayah- Nya saya dapat menyelesaikan


Skripsi ini dengan baik. Karya sederhana ini kupersembahkan untuk :
1. Suamiku yang telah memberikan motivasi dalam segala hal serta
memberikan kasih sayang teramat besar yang tidak bisa kubalas dengan
apapun
2. Anak anakku Mas Rona dan Dik Fikri terima kasih telah mensupport mama,
kalian adalah mutiara hatiku
3. Teman temanku semua yang baik banget telah memberikan semangat dan
motivasi untuk selalu maju lebih baik.

ix
x

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah dan berkah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi
Jurusan Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus
Penulisan Skripsi ini banyak mendapat bimbingan dan masukan,
sehingga penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan bimbingan maupun bantuan, kepada :
1. Rusnoto, SKM. M.Kes (Epid) selaku Ketua STIKES Muhammadiyah Kudus.
2. Sukarmin, M.Kep. Ns.Sp.Kep.MB selaku pembimbing I yang telah
memberikan bimbingan dalam penyusunan Skripsi ini.
3. Sri Karyati, M.Kep.Ns.Sp.Kep.Mat selaku pembimbing II yang telah
memberikan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.
4. dr. Suworo Nurcahyono, M.Kes selaku Direktur RAA Soewondo Pati yang
memberikan ijin untuk melaksanakan ijin belajar
5. Suami dan Anakku tercinta yang selalu mendukung penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
6. Rekan-rekan STIKES Muhammadiyah Kudus seperjuangan yang telah
bersatu padu mengusung asa untuk mencapai cita-cita sebagai perawat yang
mandiri dan profesional.
Penulis menyadari skripsi ini banyak kekurangan, kami mengharapkan
saran dan kritik yang membangun dari semua pihak demi kesempurnaan
skripsi ini.

Kudus, Agustus 2018


Penulis

x
xi

DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN SAMPUL DEPAN................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN PROPOSAL SKRIPSI ............................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN PROPOSAL SKRIPSI .............................................. iii
HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI .................................................................iv
HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI ................................................................... v
PERNYATAAN ....................................................................................................vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ................................................................................ vii
MOTTO ............................................................................................................. viii
PERSEMBAHAN .................................................................................................ix
KATA PENGANTAR ............................................................................................ x
DAFTAR ISI .........................................................................................................xi
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xiv
DAFTAR LAMPIRAN ..........................................................................................xv
ABSTRAK .......................................................................................................... xvi
ABCTRACT ...................................................................................................... xvii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah........................................................................... 4
C. Tujuan Penulisan ............................................................................ 4
D. Manfaat Penelitian........................................................................... 5
E. Keaslian Penelitian ......................................................................... 6
F. Ruang Lingkup Penelitian ............................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR).................................................... 8
B. Hemodinamika pada BBLR .......................................................... 13
C. Posisi Pronasi .............................................................................. 20
D. Pengaruh Pronasi dengan Status Hemodinamika ........................ 22
E. Kerangka Teori ............................................................................ 23

xi
xii

BAB III METODE PENELITIAN


A. Variabel Penelitian ....................................................................... 24
B. Hipotesis Penelitian...................................................................... 24
C. Kerangka Konsep Penelitian ........................................................ 24
D. Rancangan Penelitian .................................................................. 25
1. Jenis Penelitian ........................................................................ 25
2. Pendekatan Waktu Pengumpulan Data.................................... 26
3. Metode Pengumpulan Data ...................................................... 26
4. Populasi Penelitian................................................................... 26
5. Prosedur Sampel dan Sampel Penelitian ................................. 27
6. Definisi Operasional Variabel Penelitian dan
Skala Pengukuran .................................................................... 28
7. Instrumen Penelitian dan Cara Penilaian Data Penelitian ........ 29
8. Analisis Data ............................................................................ 30
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ............................................. 34
B. Karaktersitik Responden .............................................................. 35
C. Analisis Univariat ......................................................................... 36
D. Analisis Bivariat ............................................................................ 42
BAB V PEMBAHASAN
A. Hemodinamika pada Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)
sebelum dilakukan pronasi pada kelompok intervensi dan
kelompok kontrol .......................................................................... 46
B. Hemodinamika pada Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)
sesudah dilakukan pronasi pada kelompok intervensi dan
kelompok kontrol .......................................................................... 49
C. Pengaruh pronasi terhadap status hemodinamika (suhu)
Pada bayi BBLR........................................................................... 52
D. Keterbatasan Penelitian ............................................................... 56
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan .................................................................................. 57
B. Saran ........................................................................................... 57
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xii
xiii

DAFTAR TABEL

Tabel
Halaman

Tabel 1.1. Penelitian Terdahulu ................................................................ 5


Tabel 3.1. Definisi Operasional Variabel Penelitian dan
Skala Pengukuran ................................................................... 28
Tabel 3.2. Jadwal Penyusunan Skripsi..................................................... 32
Tabel 4.1. Distribusi Jenis Kelamin Responden ....................................... 36
Tabel 4.2. Distribusi Statistik Deskriptif Suhu BBLR Sebelum dan
Sesudah Dilakukan Pronasi Pada Kelompok Intervensi dan
Kelompok Kontrol di Ruang Perinatal RSUD RAA
Soewondo ............................................................................ 36
Tabel 4.3. Distribusi Statistik Deskriptif Nadi BBLR Sebelum dan
Sesudah Dilakukan Pronasi Pada Kelompok Intervensi dan
Kelompok Kontrol di Ruang Perinatal RSUD RAA
Soewondo ............................................................................ 38
Tabel 4.4. Distribusi Statistik Deskriptif Pernafasan BBLR Sebelum dan
Sesudah Dilakukan Pronasi Pada Kelompok Intervensi dan
Kelompok Kontrol di Ruang Perinatal RSUD RAA
Soewondo ............................................................................ 40
Tabel 4.5. Distribusi Statistik Deskriptif Saturasi Oksigen BBLR
Sebelum dan Sesudah Dilakukan Pronasi Pada Kelompok
Intervensi dan Kelompok Kontrol di Ruang Perinatal RSUD
RAA Soewondo .................................................................... 42
Tabel 4.6. Normalitas Hemodinamika ...................................................... 44
Tabel 4.7. Pengaruh Pronasi terhadap Hemodinamika ............................ 45

xiii
xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar
Halaman
Gambar 2.1. Kerangka Teori Penelitian ................................................ 24
Gambar 3.1 Kerangka Konsep ............................................................. 26

xiv
xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Lembar Bimbingan


Lampiran 2. Lembar Observasi
Lampiran 3. Permohonan Menjadi Responden
Lampiran 4. Lembar Persetujuan Menjadi Responden
Lampiran 5. Lembar SOP .
Lampiran 6. Rekapitulasi dan Hasil Analisis Penelitian

xv
xvi

PENGARUH POSISI PRONASI TERHADAP HEMODINAMIKA PADA BAYI


BERAT LAHIR RENDAH (BBLR) DI RUANG PERINATAL
RSUD RAA SOEWONDO PATI TAHUN 2018

Sumarmi 1), Sukarmin 2) dan Sri Karyati 3)

ABSTRAK

xvii + 58 halaman + 1 tabel + 2 gambar + 6 lampiran


Latar Belakang : Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) masih merupakan masalah di
bidang kesehatan terutama masalah perinatal. Salah satu hal terpenting dalam
pencegahan kematian akibat kelainan BBLR adalah tindakan pemantauan status
hemodinamika. Pemantauan status hemodinamika merupakan tindakan yang sangat
penting untuk penanganan bayi BBLR. Pemantauan status hemodinamika pada BBLR
diantaranya meliputi sistem pernafasan, frekuensi nadi dan saturasi oksigen.
Tujuan penelitian adalah mengetahui pengaruh posisi pronasi terhadap
hemodinamika pada Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) di Ruang Perinatal RSUD RAA
Soewondo Pati Tahun 2018.
Metode : Jenis penelitian yaitu studi kasus kontrol. Rancangan penelitian ini
menggunakan rancangan penelitian quosi eksperimen control group pretes postes
design. Kelompok kasus yaitu 31 BBLR dilakukan posisi pronasi dan kelompok control
yaitu 31 BBLR dilakukan posisi standar rumah sakit. Analisis menggunakan wilcoxon.
Hasil : Perbedaan rata rata suhu sebelum (36,42 oC) dan sesudah dilakukan
intervensi / pronasi (36,67 oC) yaitu sebesar 0.25 oC. Perbedaan rata rata suhu sebelum
(36,61 oC) dan sesudah pada kelompok kontrol (36,55 oC) yaitu sebesar 0.06 oC.
Perbedaan rata rata nadi sebelum (125,6 kali per menit) dan sesudah dilakukan
intervensi / pronasi (135 kali per menit) yaitu sebesar 9.4. Perbedaan rata rata nadi
sebelum (135 kali per menit) dan sesudah pada kelompok kontrol (130 kali per menit)
yaitu sebesar 5.0. Perbedaan rata rata pernafasan sebelum (41,87 kali per menit) dan
sesudah dilakukan intervensi / pronasi (46,12 kali per menit) terjadi peningkatan yaitu
sebesar 4.25. Perbedaan rata rata pernafasan sebelum (46,12 kali per menit) dan
sesudah pada kelompok kontrol (44,25 kali per menit) yaitu sebesar 1.87. Perbedaan
rata rata saturasi oksigen sebelum (91,58 %) dan sesudah dilakukan intervensi / pronasi
(92,38 %) terjadi peningkatan yaitu sebesar 0.8. Perbedaan rata rata saturasi oksigen
BBLR sebelum (92,38 %) dan sesudah pada kelompok kontrol (95,61 %) yaitu sebesar
3.23. Posisi pronasi berpengaruh terhadap hemodinamika (suhu dengan p value =
0,000, nadi dengan p value = 0,034, pernafasan dengan p value = 0,003 dan saturasi
oksigen p value = 0,000) pada Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) di Ruang Perinatal
RSUD RAA Soewondo Pati.
Kesimpulan : Managemen RSUD RAA Soewondo Pati diharapkan menerapkan
posisi pronasi untuk meningkatkan status hemodinamika bayi baru lahir agar bayi baru
lahir mendapatkan penanganan yang optimal.

Kata Kunci : pronasi dan status hemodinamika


Kepustakaan : 31 buku (2008 – 2018)

1) Mahasiswa Ilmu Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus


2) Dosen Ilmu Keperawatan STIKES Muhammadiyah Kudus

xvi
xvii

INFLUENCE OF PRONASI POSITION TO HEMODYNAMICS OF LOW BED


BABY IN THE PERINATAL ROOM IN RAA SOEWONDO HOSPITAL
OF PATI REGENCY YEAR 2018

Sumarmi 1), Sukarmin 2) dan Sri Karyati 3)

ABSTRACT

xvii + 58 page + 1 table + 2 pictue + 6 explosure

Background : Low Birth Weight Babies are still a health problem, especially
perinatal problems. One of the most important things in preventing death due to Low Birth
Weight Babies disorders is the act of monitoring hemodynamic status. Monitoring of
hemodynamic status is a very important action for the treatment of LBW infants.
Monitoring the status of hemodynamics in Low Birth Weight Babies include respiratory
system, pulse rate and oxygen saturation.
The purpose of this research is to know the influence of pronation position on
hemodynamics in low birth weight baby (BBLR) in perinatal room of RSUD RAA
Soewondo Pati in 2018.
Method : This type of research is a case control study. The design of this study
uses a quosi research design of experimental control group pretest posttest design. The
case group is 31 Low Birth Weight Babies performed pronation position and the control
group is 31 Low Birth Weight Babies carried out the standard hospital position. Analysis
using Wilcoxon.
Result : The average difference of temperature before (36,42 oC) and after
intervention / pronation (36,67 oC) that is equal to 0,25 oC. The difference in mean before
temperature (36.61 oC) and after in the control group (36.55 oC) is 0.06 oC. Mean
difference of pulse before (125,6 time per minute) and after intervention / pronation (135
times per minute) that is equal to 9.4. The difference in pulse average before (135 times
per minute) and after in the control group (130 times per minute) is 5.0. The average
respiratory rate difference before (41.87 times per minute) and after intervention /
pronation (46.12 times per minute) increased by 4.25. The mean respiratory rate
difference before (46.12 times per minute) and after control group (44.25 times per
minute) was 1.87. The average difference of oxygen saturation before (91,58%) and after
intervention / pronation (92,38%) has increased that is equal to 0.8. The average
difference of oxygen saturation of Low Birth Weight Babies before (92.38%) and after
control group (95.61%) was 3.23. The position of pronation affects hemodynamics
(temperature with p value = 0.000, pulse with p value = 0,03 and oxygen saturation p
value = 0,000) in Low Birth Weight in perinatal room RSUD RAA Soewondo Pati.
Conclution : RAA Soewondo Pati Hospital management is expected to apply
pronation position to improve the status of newborn hemodynamics in order to make
newborn babies get optimal handling.

Keyword : Pronasi position and hemodynamics


Bibliografi : 31 book (2008 – 2018)

1) Nurshing Student STIKES Muhammadiyah Kudus


2) Nurshing Science Lecture STIKES Muhammadiyah Kudus

xvii
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia masih menempati urutan atas untuk Angka Kematian Bayi
(AKB). Jumlah kasus kematian Bayi di Indonsia tahun 2015 tercatat sebesar
33.278 kasus, kematian Bayi tahun 2016 sebanyak 32.007 kasus dan pada
tahun 2017 sampai dengan Bulan Juni sebanyak 10.294 kasus (Kementerian
Kesehatan RI, 2017).
Pada tahun 2014 di Propinsi Jawa Tengah kasus kematian bayi (AKB)
pada tahun 2013 sebanyak 5865 kasus, pada tahun 2014 AKB sebesar 5.666
kasus, pada tahun 2015 sebesar 5.571 kasus, pada tahun 2016 sebesar
5.485 kasus dan sampai dengan Bulan Juni 2017 tercatat sebanyak 2.182
kasus (DInkes Prop. Jateng, 2017). Angka Kematian bayi (AKB) di
Kabupaten Pati 2015 sebanyak 43 kasus, tahun 2016 sebanyak 38 kasus
dan tahun 2017 sebanyak 128 kasus (Dinkes Kab. Pati, 2017).
Salah satu penyumbang tingginya AKB adalah bayi berat lahir rendah
(BBLR) dengan kasus prematuritas dan hipotermi pada minggu pertama
dalam kehidupan bayi baru lahir. Bayi baru lahir secara fisiologis belum
mampu menyesuaikan dengan lingkungan baru setelah dilahirkan, dukungan
lingkungan agar bayi tetap terjaga kehangatannya sangat diperlukan
(Perinasia, 2012).
WHO dalam Marnoto dkk (2013) menyatakan kematian periode
neonatal 70% terjadi pada BBLR sampai umur 1 tahun kematian BBLR
adalah 20 kali lebih tinggi dari bayi normal. World Health Organization (WHO)
mendefinisikan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) sebagai bayi yang terlahir
dengan berat < 2.500 gram. Di Indonesia presentase BBLR tahun 2013
mencapai 10,2% (Balitbangkes and Kemenkes RI,2013) artinya satu dari
sepuluh bayi di Indonesia dilahirkan dengan BBLR.
BBLR di Jawa Tengah Tahun 2012 sebesar 3,75%, tahun 2013
sebesar 3,75%, tahun 2014 sebesar 3,90%, tahun 2015 sebesar 5,1% dan
tahun 2016 sebesar 4,4% (Dinkes Prop. Jateng, 2016). Angka bayi BBLR di
Kabupaten Pati tahun 2015 sebanyak 654 terdiri dari laki laki 347 dan
perempuan 307, tahun 2016 sebanyak 561 terdiri dari laki laki 287 dan

1
2

perempuan 274, tahun 2017 sampai dengan Oktober sebanyak 520 terdiri
dari laki laki 241 dan perempuan 279 (Dinkes Kab. Pati, 2017).
Angka Kejadian BBLR di Ruang Perinatal BRSD RAA “Soewondo”
Pati pada tahun 2015 sebanyak 443 bayi, tahun 2016 sebanyak 473 bayi dan
tahun 2017 mulai bulan Januari sampai dengan Bulan Oktober tercatat
sebanyak 48 kasus dari 394 pasien yang dirawat di ruang perinatal (Bagian
Rekam Medik RSUD RAA Soeowondo Pati, 2017).
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) masih merupakan masalah di
bidang kesehatan terutama masalah perinatal. BBLR kurang bulan atau
prematur biasanya mengalami penyulit dan memerlukan perawatan yang
memadai. Angka kejadian dan angka kematian BBLR akibat kompliksi
seperti asfiksia, infeksi, hipotermia, hiperbilirubin masih tinggi (Dirjen Bina
Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan RI, 2010).
WHO dalam Martono dkk (2013) menyatakan kematian periode
neonatal 70% terjadi pada BBLR sampai umur 1 tahun, kematian BBLR
adalah 20 kali lebih tinggi dari bayi normal. Penyebab kematian Neonatus
diantaranya gangguan atau kelainan pernafasan 35,9%, prematuritas 32,4%,
sepsis 12%, hipotermi 6,3%, hiperbilirubin 5,6%, kelainan kongenital 1,4%
(Permenkes RI No. 53 tahun 2014).
Salah satu hal terpenting dalam pencegahan kematian akibat kelainan
kelainan BBLR adalah tindakan pemantauan status hemodinamika.
Pemantauan status hemodinamika merupakan tindakan yang sangat penting
untuk penanganan bayi BBLR. Tujuan pemantauan status hemodinamika
adalah untuk mengetahui kebutuhan oksigen tubuh dan mengeliminasi
karbondioksida yang dihasilkan jaringan. Oksigenasi mencakup seluruh
proses transport oksigen dari paru dan penyebaran ke jaringan, sedangkan
transport karbondioksida dari jaringan serta sekresi karbondioksida (CO2)
dari paru melalui ventilasi. Pemantauan status hemodinamika pada BBLR
diantaranya meliputi sistem pernafasan, frekuensi nadi, saturasi oksigen dan
thermoregulasi (Suek, 2013).

Survei awal pada 10 BBLR yang dirawat di Ruang Perinatal RSUD


RAA Soewondo Pati sebelum dilakukan pronasi dengan hasil 6 bayi frekuensi
nadi 94 x/mnt, frekuensi nafas 30 x/mnt, saturasi oksigen 84 %, suhu tubuh
3

36oc. Hasil setelah dilakukan pronasi 4 bayi frekuensi nadi 128 x/mnt,
frekuensi nafas 44 x/mnt, saturasi oksigen 94 x/mnt dan suhu tubuh 365c.
Tindakan yang perlu dilakukan untuk mempertahankan hemodinamika
yang stabil pada BBLR diantaranya perubahan posisi bayi saat tidur. Posisi
bayi dapat dilakukan yaitu posisi lateral, pronasi dan supinasi. Posisi pronasi
pada bayi saat tidur dapat meningkatkan kualitas tidur bayi sehingga
mendorong peningkatan perkembangan neuromoskuler (Miyata et al, 2012).
Posisi pronasi adalah posisi ketika lahir lutut fleksi dibawah abdomen
dan posisi badan tertelungkup (Wong et al, 2009). Bayi yang diletakkan pada
posisi pronasi, gravitasi dapat menarik lidah ke anterior sehingga jalan nafas
lebih baik dan udara dapat masuk ke dalam paru paru, alveoli dan seluruh
jaringan tubuh. Posisi pronasi dapat mempengaruhi perbaikan saturasi
oksigen, perkembangan paru, pengembangan dinding dada dan penurunan
insiden apnea pada BBLR (Wilawan et al, 2009).
Peran pronasi terhadap status hemodinamik menurut Dirkes,
Dickinson, Havey & O’Brien (2012) dalam Suek (2013) intervensi pemberian
posisi pronasi merupakan prosedur yang mudah dilakukan pada BBLR
dengan tujuan untuk meningkatkan status hemodinamik pasien bila
dibandingkan dengan posisi supinasi. Selain itu posisi pronasi dinilai aman
dan merupakan salah satu intervensi terapeutik yang murah untuk
meningkatkan oksigenasi pada BBLR.
Penelitian terdahulu oleh Suek (2013) dengan judul pengaruh posisi
pronasi terhadap status hemodinamik BBLR di ruang Pediatric intensive care
unit (picu) RSAB Harapan Kita Jakarta. Hasil penelitian diketahui bahwa ada
perbedaan bermakna oksigen pada BBLR sebelum dan sesudah pemberian
posisi pronasi. Pemberian posisi pronasi dapat meningkatkan saturasi
oksigen, memudahkan pengeluaran sekret dan mencegah terjadinya
pneumonia. Intervensi ini merupakan tindakan mandiri perawat yang mudah
dilakukan dan dapat di pakai sebagai salah satu intervensi terapeutik oleh
rumah sakit lain yang memiliki fasilitas ruang intensive care untuk merubah
posisi tidur pasien selama di rawat dengan lamanya waktu pemberian posisi
pronasi minimal 2 jam.
Perawatan BBLR di Ruang Perinatal RSUD RAA Soewondo Pati
dilakukan dengan cara melakukan posisi pronasi dan posisi standar rumah
sakit. Posisi pronasi dan posisi posisi standar rumah sakit belum ada
4

perbandingan secara pasti mana yang lebih efektif status hemodinamikanya,


sehingga perlu dilakukan pengkajian dan penelitian (Bagian Perinatal RSUD
RAA Soewondo Pati, 2017).
Survei awal dilakukan pada 10 BBLR yang dirawat di Ruang Perinatal
RSUD RAA Soewondo Pati dilakukan pronasi dengan hasil 8 bayi frekuensi
nadi 126 x/mnt, frekuensi nafas 44 x/mnt, saturasi oksigen 94 %, suhu tubuh
367c. Hasil setelah dilakukan pronasi 2 bayi frekuensi nadi 99 x/mnt,
frekuensi nafas 42 x/mnt, saturasi oksigen 94 x/mnt dan suhu tubuh 367c.
Berdasarkan uraian diatas penulis melakukan penelitian dengan judul
pengaruh posisi pronasi terhadap hemodinamika pada Bayi Berat Lahir
Rendah (BBLR) di Ruang Perinatal RSUD RAA Soewondo Pati Tahun 2018.

B. Perumusan Masalah
Apakah posisi pronasi berpengaruh terhadap hemodinamika pada
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) di Ruang Perinatal RSUD RAA Soewondo
Pati Tahun 2018 ?

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengaruh posisi pronasi terhadap
hemodinamika pada Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) di Ruang Perinatal
RSUD RAA Soewondo Pati Tahun 2018.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui hemodinamika pada Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)
sebelum dilakukan pronasi pada kelompok intervensi dan kelompok
kontrol di Ruang Perinatal RSUD RAA Soewondo Pati Tahun 2018.
b. Mengetahui hemodinamika pada Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)
setelah dilakukan pronasi pada kelompok intervensi dan kelompok
kontrol di Ruang Perinatal RSUD RAA Soewondo Pati Tahun 2018
c. Mengetahui perbedaan hemodinamika pada Bayi Berat Lahir Rendah
(BBLR) sebelum dan sesudah dilakukan pronasi pada kelompok
intervensi dan kelompok kontrol di Ruang Perinatal RSUD RAA
Soewondo Pati Tahun 2018.
5

D. Manfaat Penulisan

1. Bagi Penulis
Penulis mendapat tambahan pengalaman dan wawasan penulis
tentang pengaruh posisi pronasi terhadap hemodinamika pada Bayi
Berat Lahir Rendah (BBLR).
2. Bagi Responden
Sebagai tambahan informasi bagi responden yaitu perawatan
posisi pronasi untuk meningkatkan hemodinamika pada Bayi Berat Lahir
Rendah (BBLR).
3. Bagi RSUD RAA Soewondo Pati
Sebagai masukan dalam pembuatan Stándar Operasional
Prosedur (SOP) perawatan bayi BBLR dengan posisi pronasi dalam
meningkatkan status hemodinamika.
4. Bagi STIKES Muhammadiyah Kudus
Sebagai tambahan pustaka tentang pengaruh posisi pronasi
terhadap hemodinamika pada Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR).

E. Keaslian Penelitian

Penelitian ini pernah dilakukan oleh :

Tabel 1.1. Penelitian Terdahulu

No Judul/ peneliti Metode Penelitian Hasil Penelitian


1 The effect of prone Analisis deskriptif Terdapat pengaruh posisi
position to oxygen dengan pendekatan prone terhadap nilai
aturations’level and Quasy eksperimental saturasi oksigen dan
respiratory rate among dengan control group frekuensi pernapasan
infants who being pre test-post test pada neonatus yang
installed mechanical design menggunakan ventilasi
ventilation in Nicu Koja mekanik.
Hospital (Apriliawati
dan Rosalina, 2016).

2 Hubungan usia gestasi Desain penelitian cross Tidak ada hubungan usia
dengan status sectional. gestasi dengan saturasi
hemodinamik pada oksigen, CRT dan suhu.
bayi premature di
RSUD Sleman
Yogyakarta (Fitriana
dan Krisnanto, 2015).
6

3 Pengaruh posisi Desain penelitian yang Ada perbedaan bermakna


pronasi terhadap digunakan antara
status hemodinamik adalah Quasi saturasi oksigen pada
Anak yang menggu- Experiment anak yang
nakan ventilasi menggunakan ventilasi
mekanik di ruang mekanik
Pediatric intensive care sebelum dan sesudah
unit (picu) RSAB pemberian
arapan Kita Jakarta posisi pronasi
(Suek, 2013).
4 Pengaruh terapi musik Desain kuasi Penurunan indikator
terhadap status eksperimen one group status hemodinamika
Hemodinamika pada pre-post dan dengan pada pasien koma
pasien koma di ruang teknik consecutive dengan cidera kepala dan
ICU sampling stroke akan membantu
Sebuah rumah sakit di stabilisasi hemodinamika
Lampung pasien sekaligus
(Rihiantorodkk,2014) membantu proses
pemulihan pasien

Perbedaan dengan penelitian sebelumnya yaitu :


1. Penelitian Apriliawati dan Rosalina (2016) dilakukan pada bayi dengan
ventilasi mekanik, penelitian ini dilakukan pada bayi BBLR. Variabel
terikat penelitian Apriliawati dan Rosalina (2016) saturasi oksigen dan
frekuensi pernapasan pada neonatus sedangkan variable terikat
penelitian ini adalah status hemodinamika BBLR. Penelitian Apriliawati
dan Rosalina (2016) metode menggunakan analisis deskriptif dengan
pendekatan Quasy eksperimental dengan control group pre test-post test
design, penelitian ini menggunakan metode analitik Quasy eksperimental
dengan control group pre test-post test design.
2. Penelitian Fitriana dan Krisnanto (2015) variabel bebas adalah usia
gestasi sedangkan penelitian ini variabel bebas adalah posisi pronasi.
Desain penelitian Fitriana dan Krisnanto (2015) jenis penelitian analitik
cross sectional sedangkan jenis penelitian ini analitik dengan desain
penelitian control group pre test – post tes desain.
3. Penelitian Suek (2013) dilakukan pada Anak yang menggunakan ventilasi
mekanik sedangkan penelitian ini dilakukan bayi BBLR semuanya tanpa
bantuan ventilator. Penelitian Suek (2013) desain penelitian yang
digunakan adalah Quasi Experiment penelitian ini metode analitik Quasy
eksperimental dengan control group pre test-post test design.
7

4. Pada penelitian Rihiantoro (2014) variabel bebas yaitu terapi musik


sedangkan penelitian ini variabel bebas adalah posos pronasi. Desain
kuasi eksperimen one group pre-post sedangkan penelitian ini Quasy
eksperimental dengan control group pre test-post test design.

F. Ruang Lingkup Penelitian


1. Ruang Lingkup Waktu
Penelitian ini dilakukan di Ruang perinatal RSUD RAA Soweondo
Pati Bulan April-Mei tahun 2018.
2. Ruang Lingkup Tempat
Penelitian ini dilakukan di Ruang Perinatal RSUD RAA
Soweondo Pati.
3. Ruang Lingkup Materi
Penelitian ini termasuk dalam penelitian keperawatan, termasuk di
dalam bidang ilmu perinatologi.
8

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)


1. Pengertian
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir dengan berat
lahir kurang dari 2500 gram tanpa memandang masa kehamilan. Berat
lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam 1 jam setelah lahir. Untuk
keperluan bidan di desa berat lahir masih dapat diterima apabila dilakukan
penimbangan dalam 24 jam pertama lahir (Kementerian Kesehatan RI,
2010).
Bayi berat lahir rendah (BBLR) merupakan bayi yang dilahirkan
dengan berat badan kurang dari 2500 gram (Sujono & Suharsono, 2010).
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari
2500 gram tanpa memandang usia gestasi. BBLR dapat terjadi pada bayi
kurang bulan (<37 minggu) atau pada bayi cukup bulan (intrauterinegrowth
restriction) (Pudjiadi dkk, 2010).

2. Klasifikasi BBLR
Ada beberapa cara dalam mengelompokkan BBLR (Proverawati
dan Ismawati, 2010).
a. Menurut harapan hidupnya
1) Bayi berat lahir rendah (BBLR) dengan berat lahir 1500 sampai
2500 gram.
2) Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR) dengan berat lahir 1000
sampai 1500 gram.
3) Bayi berat lahir amat sangat rendah (BBLASR) dengan berat lahir
kurang dari 1000 gram.
b. Menurut masa gestasinya
1) Prematuritas murni/Sesuai Masa Kehamilan (SMK)
Bayi dengan masa kehamilan kurang dari 37 minggu dan
berat badan sesuai dengan berat badan untuk usia kehamilannya.
Kepala relatif lebih besar dari badannya, kulit tipis, transparan,
lemak subkutan kurang, tangisnya lemah dan jarang.

8
9

2) Dismaturitas/Kecil Masa Kehamilan (KMK)


Bayi dengan berat badan kurang dari berat badan yang
seharusnya untuk usia kehamilan, hal tersebut menunjukkan bayi
mengalami retardasi pertumbuhan intra uteri (Rukmono, 2013).

3. Faktor Penyebab BBLR


Faktor penyebab BBLR menurut Kementerian Kesehatan RI (2010)
ibu hamil umur kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun, jarak
kehamilan terlalu pendek (kurang dari 1 tahun). Ibu dengan keadaan
pernah punya bayi BBLR sebelumnya, mengerjakan pekerjaan fisik
beberap jam tanpa istirahat, sangat miskin, beratnya kurang dan kurang
gizi, ibu perokok,pengguna obat terlarang atau pengguna alcohol. Ibu
hamil dengan anemia, preeklamsi atau hipertensi, infeksi selama
kehamilan dan kehamilan ganda. Bayi cacat bawaan dan infeksi selama
dalam kandungan ( Proverawati, 2010).
Penyebab terjadinya bayi BBLR secara umum bersifat multifaktorial,
sehingga kadang mengalami kesulitan untuk melakukan tindakan
pencegahan. Namun, penyebab terbanyak BBLR adalah kelahiran
prematur. Berikut adalah beberapa faktor yang berhubungan dengan bayi
BBLR secara umum adalah sebagai berikut :
a. Faktor ibu
1) Riwayat premature, pekerjaan fisik yang berat selama
kehamilan,asupan nutrisi selama kehamilan, etnis dan jenis
keluarga secara signifikan terkait dengan kejadian BBLR (raj et al,
2015)
2) Mengalami komplikasi kehamilan, seperti anemia sel berat,
perdarahan antepartum,hipertensi,preeklamsi berat, eklamsi,
infeksi selama kehamilan (infeksi kandung kemih dan ginjal)
3) Menderita penyakit seperti malaria, infeksi menular
seksual,HIV/AIDS,TORCH
4) Angka kejadian prematuritas yang tinggi adalah kehamilan pada
usia kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun.
5) Kehamilan ganda (multigravida)
6) Jarak kehamilan yang terlalu dekat atau pendek (kurang dari 1
tahun )
10

7) Memunyai riwayat BBLR sebelumnya


8) Mengerjakan aktifitas fisik beberapa jam tanpa istirahat
9) Keadaan gizi yang kurang baik
10) Pengawasan antenatal yang kurang
b. Faktor janin
1) Kelainan kromosom
2) Infeksi janin kronik (inklusi sitomegali,rubella bawan)
3) Gemeli/ kehamilan ganda
c. Faktor plasenta
1) Berat plasenta berkurang atau berongga atau keduanya
2) Luas permukaan berkurang
3) Plasentitis vilus (bakteri, virus, dan parasit)
4) Infark
5) Tumor(molahidatidosa,koriongioma)
6) Plasenta yang lepas
7) Sindrom plasenta yang lepas
8) Sindrom transfusi bayi kembar
d. Faktor lingkungan
1) Bertempat tinggal didataran tinggi
2) Terkena radiasi
3) Terpapar zat racun
( Proverawati, 2010)
4. Manifestasi klinis
Manifestasi klinis BBLR menurut Sudarti &Arofah , (2013)
sebagai berikut:
a. Berat badan < 2500 gram.
b. PB < 45 cm, LK < 33 cm, Ld < 30 cm.
c. Kepala bayi lebih besar dari badan rambut kepala tipis dan halus, daun
telinga elastis.
d. Dada:dinding thorak elastis,punting susu belum terbentuk.
e. Abdomen: distensi abdomen, kulit perut tipis dan pembuluh darah
kelihatan
f. Kulit: tipis, transparan, pembuluh darah kelihatan.
g. Jaringan lemah subkutan tipis, lanugo banyak.
11

h. Genetalia: laki-laki scrotum sedikit, testis tidak teraba, perempuan labia


mayor hampir tidak ada, klitoris menonjol.
i. Ekstremitas: kadang odema,garis telapak kaki sedikit.
j. Motorik masih lemah
( Proverawati, 2010)
5. Masalah pada BBLR
Maryunani dkk (2009) masalah yang terjadi pada BBLR terutama
preterm terjadi karena ketidakmatangan sistem organ pada bayi tersebut.
Masalah pada bayi yang sering terjadi adalah gangguan pada sistem
pernafasan, susunan saraf pusat,kardiovaskuler, hematologi, gastro
intestinal, ginjal dan thermoregulasi.
a. Sistem pernafasan
BBLR umumnya mengalami kesulitan untuk bernafas segera
setelah lahir oleh karena jumlah alveoli yang berfungsi masih sedikit,
kekurangan surfaktan (zat didalam paru dan yang diproduksi dalam
paru serta melapisi bagian alveoli, sehingga alveoli tidak kolaps pada
saat ekspirasi). Luman sistem pernafasan yang kecil, kolaps atau
obstruksi jalan nafas, insufisiensi klasifikasi dari tulang thorax,
pembuluh darah paru yang imatur. Hal hal inilah yang mengganggu
usaha bayi untuk bernafas dan sering mengakhibatkan gawat nafas
(distres pernafasan).
b. Sistem Neurologi (Susunan Saraf Pusat)
Bayi lahir dengan BBLR umumnya mudah sekali terjadi trauma
susunan saraf pusat.Hal ini disebabkan antara lain perdarahan
intracranial karena pembuluh darah yang rapuh, trauma lahir,
perubahan proses koagulasi, hipoksia, dan hipoglikemia(Gula darah
berfungsi sebagai makanan otak dan membawa oksigen ke otak. Jika
asupan glukosa kurang akibatnya sel saraf di otak mati dan
mempengaruhi kecerdasan bayi kelak) . Sementara itu asfiksia berat
yang terjadi pada BBLR juga sangat berpengaruh pada sistem susunan
syarat pusat (SSP) yang diakhibatkan karena kekurangan oksigen dan
kekurangan perfusi.
c. Sistem Kardiovaskuler
Bayi dengan BBLR paling sering mengalami gangguan/kelainan
janin yaitu paten ductus arterious, yang merupakan akibat intra uteri ke
12

kehidupan ekstra uterine berupa keterlambatan penutupan ductus


arterious.
d. Sistem Gastrointestinal
Bayi dengan BBLR saluran pencernan belum berfungsi seperti
bayi yang cukup bulan, hal ini disebabkan antara lain karena tidak
adanya koordinasi menghisap dan menelan sampai usia gestasi 33
sampai 34 minggu sehingga kurangnya cadangan nutrisi seperti kurang
dapat menyerap lemak dan mencerna protein.
e. Sistem Termoregulasi
Bayi dengan BBLR sering mengalami temperatur yang tidak
stabil.
Bayi dengan BBLR sering mengalami temperatur yang tidak
stabil, yang disebabkan antara lain:
1) Kurangnya jaringan lemak dibawah kulit atau jaringan lemak bawah
kulit lebih sedikit
2) Permukaan tubuh yang relatif lebih luas di bandingkan dengan berat
badan bayi
3) Otot yang tidak aktif
4) Produksi panas yang berkurang oleh karena lemak coklat (brown fat
) yang belum cukup atau kurangnya lemak coklat
5) Pusat pengaturan panas yang belum berfungsi sebagai mana
fungsinya
6) Ketidakmampuan untuk menggigil
7) Pada beberapa bayi terdapat kekurangan oksigen yang
berpengaruh pada penggunaan kalori
8) Dengan demikian, pengaturan suhu yng belum matang
menyebabkan BBLR seringkali memerlukan perawatan di inkubator
9) Hipotermi terjadi karena hanya sedikitnya lemak tubuh dan sistem
pengaturan suhu tubuh pada bayi baru lahir belum matang (Puspita,
2013)
f. Sistem Hematologi
Bayi dengan BBLR lebih cenderung mengalami masalah
hematologi bila dibandingkan dengan bayi cukup bulan.
13

Bayi dengan BBLR lebih cenderung mengalami masalah


hematologi bila dibandingkan dengan bayi cukup bulan. Penyebabnya
antara lain adalah:
1) Usia sel darah merahnya lebih pendek
2) Pembuluh darah kapilenya mudah rapuh
3) Hemolisis dan berkurangnya darah akibat dari pemeriksaan laborat
yang sering
g. Sistem Imunologi
Daya tahan tubuh terhadap infeksi berkurang karena rendahnya
kadar Ig G maupun gamma globulin. Bayi premature relatif belum
sanggup membentuk antibodi dan daya fagositosis serta reaksi
terhadap infeksi belum baik.Karena sistem kekebalan tubuh BBLR
belum matang. Bayi juga dapat terkena infeksi saat dijalan lahir atau
tertular infeksi melalui plasenta.
h. Sistem Perkemihan
Bayi dengan BBLR mempunyai masalah pada sistem
perkemihannya,dimana ginjal bayi belum matang sehingga tidak
mampu untuk mengolah air, elektrolit, asam basa, tidak mampu
mengeluarkan hasil metabolisme dan obat obatan dengan memadai
serta tidak mampu menekan urin.
i. Sistem Integument
Bayi lahir dengan BBLR mempunyai struktur kuli yang sangat
tipis dan transparan sehingga mudah terjadi gangguan integritas kulit.
j. Sistem Penglihatan
Bayi dengan BBLR dapat mengalami retinopathy of
prematurity(RoP) yang disebabkan ketidakmatangan retina.

B. Hemodinamika pada BBLR


1. Definisi Hemodinamika
Hemodinamika adalah pemerikasaan aspek fisik sirkulasi darah,
fungsi jantung dan karakteristik fisiologis vaskuler perifer. Pengukuran
hemodinamika penting untuk menegakkan diagnosa yang tepat,
menentukan terapi yang sesuai, pemantauan respon terhadap terapi yang
di berikan. Pengukuran hemodinamika ini terutama dapat membantu untuk
14

mengenali syock sedini mungkin, sehingga dapat dilakukan tindakan yang


tepat terhadap bantuan sirkulasi (Jevon dan Ewens, 2009).
2. Tujuan Pemantauan Hemodinamika
Tujuan pemantauan hemodinamika adalah untuk mendeteksi,
mengidentifikasi kelainan fisiologis secara dini dan memantau pengobatan
yang diberikan guna mendapat informasi keseimbangan homeostatik
tubuh. Pemantauan hemodinamika bukan merupakan tindakan terapeutik
tetapi untuk memberkan informasi kepada klinis dan informasi tersebut
perlu disesuaikan dengan penilaian klinis pasien agar dapat memberikan
penanganan yang optimal. Pemantauan hemodinamika didasarkan pada
perfusi jaringan yang adekuat seperti keseimbngan antara pasokan
oksigen dengan yang dibutuhkan, mempertahankan nutrisi, dan suhu
tubuh sehingga manifestasi klinis dari gangguan hemodinamika berupa
gangguan fungsi organ tubuh yang bila tidak di tangani secara cepat dan
tepat akan jauh kedalam gagal fungsi organ multipel (Erniody, 2008).

3. Pemantauan Hemodinamika pada BBLR


Pemantauan hemodinamika diantaranya sebagai berikut :
a. Saturasi oksigen
Saturasi oksigen didefinisikn sebagai presentase jumlah
hemoglobin yang teroksigenasi di dalam darah (Hockenberry &Wilson).
Saturasi oksigen juga merupakan gambaran aliran oksigen dalam tubuh
yang sangat penting bagi optimalnya fungsi jantung dan organ tubuh
lainnya karena oksigen merupakan bahan bakar metabolisme.Sekitar
97% oksigen yang ditransportasikan ke dalam aliran darah berikatan
dengan hemoglobin di dalam sel darah merah dan sebanyak 3%
lainnya larut dalam plasma. Nilai normal saturasi oksigen pada BBLR
berada dalam rentang antara 88%-92% (Lissauer & Fanaroff, 2009).
Menurut Berman et al, (2009) faktor yang dapat mempengaruhi
kadar saturasi oksigen adalah :
1) Anemia
Kadar hemoglobin rendah seperti pada keadaan anemia
mengakibatkan nilai saturasi oksigen dapat menjadi rendah karena
jumlah hemoglobin yng mengikat oksigen berkurang.
15

2) Sirkulasi
Sistem sirkulasi berperan dalam transportasi darah dan
oksigen. Pada kondisi dimana sistem sikulasi mengalami gangguan
seperti penyakit jantung, perdarahan, anemi, dan penyakit pada
sisten pernafasan (paru-paru),akan turut berpengaruh terhadap
ikatan oksigen dan hemoglobin dalam darah.
3) Suhu tubuh
Peningkatan suhu tubuh mengakibatkan peningkatan
metabolisme sehingga terjadi peningkatan kebutuhan oksigen tubuh
yang dapat mengakibatkan penurunan saturasi oksigen.
b. Penilaian denyut nadi
Denyut nadi merupakan gambaran dari setiap denyut jantung
yang memompakan sejumlah darah ke dalam arteri (Berman et al.,
2009). Rentang nilai normal denyut nadi pada bayi termasuk BBLR
berada pada rentang 100-160 kali tiap menit. Disebut takikardi bila
frekuensi denyut nadi > 160 kali setiap menit, bradikardi bila denyut
nadi < 100 kali setiap menit. Faktor yang dapat mempengaruhi denyut
nadi adalah latihan fisik, berada pada wilayah dengan tekanan atmosfer
rendah, kondisi emosional, penyakit jantung, deman dan apnae
(Mac. Greger, 2008).
Alat yang dapat digunakan untuk mengukur nilai saturasi
oksiden dan denyit nadi adalah oksimetry nadi (pulse oksimetry). Pulse
oksimetry merupakan alat ukur non invasif untuk mengukur saturasi
oksigen darah arteri (Berman et al,. 2009).Area pemasangan sensor
pulse oksimetry dapat pada ujung jari, hidung, daun telinga, dahi. atau
sekitar tangan dan kaki bayi. Sensor pulse oksimetry terdiri dari dua
diode pemancar cahaya (diode merah dan infra merah) yng
mentransmisikan cahaya melalui kuku, darah vena, darah arteri, serta
jaringan, dan foto detektor yang diletakkan langsung didepan diode.
Hemoglobin yang tersaturasi akan lebih banyak mengabsorsi cahaya
infra merah, sedangkan hemoglobin yang tidak bersaturasi lebih banyak
mengabsorsi cahaya merah.Jumlah cahaya merah dan inframerah yang
diabsorsi oleh hemoglobin yang tersaturasi dan tidak tersaturasi dalam
darah arteri akan di ukur oleh foto detector dan dilaporkan sebagai
presentase saturasi (Berman et al., 2009)
16

c. Penilaian suhu tubuh


Suhu tubuh adalah keseimbangan antara produksi panas oleh
tubuh dan pelepasan panas oleh tubuh. Suhu tubuh normal pada BBLR
36,5oC-37,5oC. Faktor yang mempengaruhi suhu tubuh (Saifuddin,
2012) :
1) Variasi diluar. Kegiatan tubuh sepanjang hari dapat bervariasi,
penggunaan energi dalam metabolisme selalu timbul panas.
Kegiatan otot banyak menimbulkan panas, siste saraf yang lebih
berperan pada waktu kegiatan jasmani meningkat.
2) Umur. Pada bayi baru lahir suhu tubuh masih belum menetap dalam
masa ini suhu tubuhnya masih dipengaruhi lingkungan.Pada dewasa
muda suhu tubuhnya sudah menetap sedangkan pada lansia suhu
tubuhnya akan lebih rendah sehubungan dengan laju metabolisme
pada golongan umur.
3) Jenis kelamin. Sesuai dengan kegiatan metabolisme suhu tubuh pria
lebih tinggi daripada wanita.Disamping itu suhu tubuh wanita jg
dipengaruhi siklus mentruasi.Pada waktu mentruasi suhu menurun
0,20c sedangkan setelah mentruasi naik 0,10 -0,6oC.
4) Gizi.Pada keadaan puasa atau kurang gizi suhu tubuh lebih rendah.
5) Lingkungan. Suhu lingkungan yang tinggi akan meningkatkan suhu
tubuh yang terdapat dalam tubuh manusia dan berakibat pada laju
metabolisme.
Pada manusia untuk mendapatkan gambaran suhu tubuh
dilakukan pengkuran yang dipilih (Syaifuddin, 2012)
1) Suhu ketiak.Pengukuran suhu ketiak dilakukan dengan cara
meletakkan termometer diketiak selama 5 menit, lengan atas
didekapkan erat-erat ke badan, jangan lupa ketiak harus dikeringkan
terlebih dahulu,suhu ketiak biasanya 0,20 -0,40c lebih rendah suhu
mulut dan 0,50 -10 c dibawah suhu rectum.
2) Suhu mulut.Pengukuran suhu mulut dilakukan dengan cara
meletakkan termometer dibawah lidah dengan mulut tertutup.
3) Suhu rektum. Pengukuran suhu rektum dilakukan dengan cara
menggunakan termometer sedalam 5 -6 cm , sehinngga yang diukur
benar benar suhu rectum. Suhu rectum lebih dapat dipercaya
sebagai ukuran suhu dibandingkan suhu ketiak dan suhu mulut,
17

namun demikian suhu rectum jarang dilakukan karena dianggap


kurang etis.
d. Respiratory Rate (RR)
1) Pengertian
Menghitung pernafasan yaitu menghitung jumlah pernafasan dalam
satu menit. Nilai pemeriksaan pernafasan merupakan salah satu
indikator untuk mengetahui fungsi sistem pernafasan untuk
mempertahankan pertukaran oksigen dan karbondioksida dalam
paru. Frekuensi pernafasan normal pada neonatus sekitar 30
sampai 60 kali permenit.
2) Tujuan penghitungan pernafasan diantaranya:
a) Mengetahui keadaan umum pasien/ TTV pasien
b) Mengetahui jumlah dan sifat pernafasan dalam satu menit
c) Untuk menegakkan diagnosa
d) Untuk mengetahui RR normal menurut usia
3) Faktor yang mempengaruhi kecepatan bernafas diantaranya
a) Usia
Secara normal kecepatan berbeda,saat lahir terjadi
perubahan respirasi yang besar yaitu paru paru yang
sebelumnya berisi cairan menjadi berisi udara. Bayi memililki
dada yang kecil jalan nafas yang pendek. Bentuk dada yang
bulat pada waktu bayi dan masa kanak kanak.
b) Suhu
Sebagai respon terhadap panas, pembuluh darah perifer
akan berdilatasi sehingga darah akan mengalir ke kulit.
Meningkatnya jumlah panas yang hilang dari permukaan tubuh
akan mengakibatkan curah jantung meningkat sehingga
kebutuhan oksigen juga akan meningkat. Pada lingkungan yang
dingin sebaliknya terjadi kontriksi pembuluh darah perifer,
akhibatnya meningkatkan tekanan darah yang akan
menurunkankegiatan jantung sehingga mengurangi kebutuhan
akan oksigen.
4) Pola pernafasan diantaranya
a) Pernafasan normal pada neonatus 30 sampai 60 kali permenit
b) Pernafasan cepat (tachypnea) lebih dari 60 kali permenit
18

c) Pernafasan lambat (bradypnea) kurang dari 30 kali permenit


d) Sulit atau sukar bernafas (Matondang, Wahidiyat, sastroasmoro,
2009).
4. Penatalaksanaan Hemodinamika pada BBLR
Konsekuensi dari anatomi dan fisiologi yang belum matang
menyebabkan BBLR cenderung mengalami masalah yang bervariasi.
Hal ini harus diantisipasi dan dikelola pada masa neonatal.
Penatalaksanaan yang dilakukan bertujuan untuk mengurangi stres
fisik dan psikologis. Adapun penatalaksanaan BBLR meliputi (Wong,
2008) :
a. Dukungan respirasi
Tujuan primer dalam asuhan bayi resiko tinggi adalah mencapai
dan mempertahankan respirasi. Banyak bayi memerlukan oksigen
suplemen dan bantuan ventilasi. Bayi dengan atau tanpa penanganan
suportif ini diposisikan untuk memaksimalkan oksigenasi karena pada
BBLR resiko mengalami defisiensi surfactan periodik apneu. Dalam
kondisi ini diperlukan pembersihan jalan nafas, memposisikan pronasi
untuk menghasilkan oksigenasi yang lebih baik, terapi oksigen
diberikan berdasarkan kebutuhan dan penyakit bayi. Pemberian
oksigen 100% dapat memberikan efek edema paru dan retinopathy of
prematurity.
b. Termoregulasi
Kebutuhan yang paling krusial pada BBLR setelah tercapainya
respirasi dan pemberian kehangatan eksternal. Pencegahan
kehilangan panas pada bayi distres sangat dibutuhkan karena produksi
panas merupakan proses komplek yang melibatkan sistem
kardiovaskuler, neurologis,dan metabolik. Bayi harus dirawat dalam
suhu yang netral yaitu suhu yang diperlukan untuk konsumsi oksigen
dan pengeluaran kalori minimal. Suhu aksila normal kisaran 365c
sampai375c.
c. Perlindungan infeksi
Perlindungan terhadap infeksi merupakan bagian integral
asuhan semua bayi baru lahir terutama pada bayi pretrem sakit. Pada
BBLR imunitas seluler humoral masih kurang sehingga sangat rentan
demam penyakit.
19

d. Hidrasi
Bayi resiko tinggi sering mendapat cairan parenteral untuk
asupan tambahan kalori, elektrolit, dan air. Hidrasi yang adekuat
sangat penting pada bayi preterm karena kandungan air
ektraselulernya lebih tinggi (70% pada bayi cukup bulan dan
sampai 90% pada bayi preterm). Hal ini dikarenakan permukaan
tubuhnya lebih luas dan kapasitas osmotik diuretik terbatas pada ginjal
bayi preterm yang belum berkembang sempurna sehingga bayi
tersebut sangat peka terhadap kehilangan cairan.
e. Nutrisi
Nutrisi yang optimal sangat penting dalam manajemen bayi
BBLR tetapi terdapat kesulitan dalam memenuhi kebutuhan nutrisi
mereka karena berbagai ingesti dan digesti makanan belum
sepenuhnya berkembang. Jumlah, jadwal, ukuran dan metode
pemberian nutrisi ditentukan oleh ukuran dan kondisi bayi. Nutrisi
dapat diberikan secara parinteral ataupun enteral atau kombinasi
keduanya
Bayi pretem menuntut waktu yang lebih lama dan kesabaran
dalam memberikan makanan dibanding bayi cukup bulan. Mekanisme
oral faring dapat terganggu oleh usaha memberi makan terlalu cepat.
Penting untuk tidak membuat bayi kelelahan atau melebihi kapasitas
mereka dalam menerima makanan. Toleransi yang berhubungan
dengan kemampuan bayi menyusu harus didasarkan pada evaluasi
status respirasi, denyut jantung, saturasi oksigen, dan variasi dari
kondisi normal dapt menunjukkan stres dan kelelahan.
Bayi akan mengalami kesulitan dalam koordinasi menghisap,
menelan, dan bernafas sehingga berakibat apnea, bradikardi, dan
penurunan saturasi oksigen. Pada bayi dengan reflek menghisap dan
menelan kurang, nutisi dapat diberikan melalui sonde ke lambung.
Kapasitas lambung bayi prematur sangat terbatas dan mudah
mengalami distensi abdomen yang dapat mempengaruhi pernafasan
(Wong, 2008).
f. Penghematan energi
Salah satu tujuan utama perawatan bayi resiko tinggi adalah
menghemat energi. Bayi yang dirawat diinkubator tidak membutuhkan
20

pakaian, tetapi hanya membutuhkan popok atau alas. Dengan


demikian kegiatan melepas dan memakaikan pakaian tidak perlu
dilakukan. Selain itu observasi dapat dilakukan tanpa harus membuka
pakaian.
Posisi pronasi merupakan posisi terbaik bagi BBLR. Posisi
pronasi pada BBLR merupakan posisi yang sangat menghemat energi.
Hal ini disebabkan karena pada posisi pronasi, kaki bayi fleksi
sehingga menurunkan metabolisme tubuh akibatnya terjadi penurunan
jumlah kehilangan panas. Penyebab lain juga dikarenakan pada posisi
pronasi wajah bayi menyentuh selimut atau tempat tidur sehinnga
wajah bayi tidak terpapar dengan udara dan memungkinkan terjadinya
penurunan kehilangan panas melalui radiasi (Hegner & Cadwel, 2009).
BBLR yang tidak menggunakan energi tambahan untuk aktifitas
bernafas, menangis, minum, pengaturan suhu tubuh, energi tersebut
dapat digunakan untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi.
Mengurangi tingkat kebisingan lingkungan dapat meningkatkan
kenyamanan sehingga bayi dapat beristirahat lebih banyak. Posisi
pronasi merupakan posisi terbaik bagi bayi preterm yang menghasilkan
oksigenasi yang lebih baik dan pola pernafasan yang lebih teratur,
lebih menoleransi makanan, serta pola tidur istirahat lebih teratur.

C. Posisi Pronasi pada BBLR


Posisi pronasi adalah posisi bayi ketika lahir lutut fleksi dibawah
abdomen dan posisi badan telungkup (Wong, et al, 2009). Posisi pronasi
pada BBLR merupakan posisi yang sangat menghemat energi, karena posisi
ini akan menurunkan kehilangan panas dibandingkan posisi supinasi. Hal ini
disebabkan karena pada posisi pronasi, kaki bayi fleksi sehingga
menurunkan metabolisme tubuh akibatnya terjadi penurunan jumlah
kehilangan panas. Penyebab lain juga dikarenakan pada posisi pronasi wajah
bayi menyentuh selimut atau tempat tidur sehinnga wajah bayi tidak terpapar
dengan udara dan memungkinkan terjadinya penurunan kehilangan panas
melalui radiasi (Hegner & Cadwel, 2009).
Berbagai upaya dilakukan pada BBLR untuk meminimalkan tingkat
stres bayi. Konsep perawatan diruang perinatal bertujuan untuk memberikan
perawatan yang mendukung perkembangan yaitu perawatan yang dapat
21

meningkatkan kemampuan perkembangan fisik, emosional, dan intelektual


saat bayi BBLR dirawat diruang perinatal.Imaturitas dalam aktifitas motorik
akan membuat bayi BBLR cenderung dalam posisi ektensi,padahal posisi
yang terbaik untuk bayi adalah posisi fleksi karena dapat membantu
mengurangi metabolisme dalam tubuh. Pada posisi ektensi ini tentunya akan
meningkatkan stres pada payi BBLR dan secara otomatis akan
mempengaruhi fungsi fisiologis tubuh neonatus seperti pernafasan dan
kardiovaskuler yang dapat dipantau melalui saturasi oksigen dan frekuensi
nadi (Goldsmith & Karotkin, 2009).
Faktor lain yang mempengaruhi tingkat stres adalah posisi bayi.
Posisi bayi ternyata berpengaruh terhadap kondisi fisiologis dan neurologis
bayi. Tujuan perubahan posisi pada BBLR adalah untuk mengurangi stres
bayi. Posisi pronasi dapat meningkatkan kualitas tidur bayi dan menurunkan
stres pada bayi sehingga mendorong peningkatan neuromuskuler terutama
pada otot-otot leher dan kepala (Miyata, at al, 2012).Tingkat stres akan
memprngaruhi fisiologis bayi yang dapat dilihat dari observasi perilaku,
pengamatan fungsi respirasi dan kaerdiovaskuler seperti tingkat saturasi
oksigen dan frekuensi nadi.
Posisi pronasi sangat mempengaruhi perbaikan saturasi oksigen,
pengembangan paru, pengembangan dinding dada dan penurunan insiden
apnea pada bayi BBLR (Wilawan,Patcharee &Chave, 2009). Dengan
meletakkan bayi pada posisi pronase, gravitasi dapat menarik lidah ke
anterior sehingga jalan nafas lebih baik sehingga udara dapat masuk keparu-
paru, alveoli dan keseluruh jaringan tubuh. Posisi yang terbaik untuk bayi
adalah posisi fleksi dan posisi itu hanya didapatkan di posisi pronasi.Tujuan
posisi pronasi pada bayi BBLR adalah untuk meningkatkan oksigenasi,
meningkatkan mekanisme pernafasan, meningkatkan volume paru-paru dan
memfasilitasi kelancaran sekresi. Selain itu posisi pronasi mempunyai banyak
keuntungan karena posisi ini dapat mengurangi pengeluaran energi,
mempercepat pengosongan isi lambung, meningkatkan respirasi,
menurunkan frekuensi nafas, meningkatkan kemampuan bernafas dan
meningkatkan saturasi oksigen (Wilawan,Patcharee &Chave, 2009).
22

Tata cara pelaksanaan pronasi sebagai berikut :


a. Siapkan tempat tidur
b. Tutup tempat tidur dengan linen kering
c. Posisikan bantal U di atas tempat tidur tutup dengan linen kering
d. Letakkan bantal bayi di atas bantal U yang sudah ditutup dengan linen
kering
e. Posisikan bayi tengkurap, pastikan tidak ada kabel yang menekan kulit
bayi
f. Posisikan kedua kaki bayi menekuk ke arah perut, kedua tangan bayi
berada disamping kepala bayi, kepala bayi menghadap ke kiri atau ke
akanan
g. Pastikan jalan nafas tidak tertutup
h. Observasi tanda tanda vital selama bayi dalam posisi tengkurap
i. Kembalikan bayi ke posisi terlentang atau miring kanan atau miring kiri
setelah lebih dari dua jam atau bayi merasa tidak nyaman.

Gambar pelaksanaan posisi pronasi sebagai berikut :

BB :1050 gram BB :1600 gram

BB :1800 gram BB :2000 gram


23

D. Pengaruh Pronasi dengan Status Hemodinamika


Posisi pronasi pada bayi BBLR adalah untuk meningkatkan oksigenasi,
meningkatkan mekanisme pernafasan, meningkatkan volume paru-paru dan
memfasilitasi kelancaran sekresi. Posisi pronasi mempunyai banyak
keuntungan karena posisi ini dapat mengurangi pengeluaran energi,
mempercepat pengosongan isi lambung, meningkatkan respirasi,
menurunkan frekuensi nafas, meningkatkan kemampuan bernafas dan
meningkatkan saturasi oksigen (Wilawan,Patcharee &Chave, 2009).
Penelitian terdahulu oleh Apriliawati dan Rosalina (2016) dengan juduil
The effect of prone position to oxygen aturations’level and respiratory rate
among infants in Nicu Koja Hospital. Hasil penelitian diketahui terdapat
pengaruh posisi prone terhadap nilai saturasi oksigen dan frekuensi
pernapasan pada neonatus.
Penelitian terdahulu oleh Suek (2013) dengan judul pengaruh posisi
pronasi terhadap status hemodinamik anak di ruang Pediatric intensive care
unit (picu) RSAB Harapan Kita Jakarta. Hasil penelitian diketahui bahwa ada
perbedaan bermakna antara saturasi oksigen pada anak sebelum dan
sesudah pemberian posisi pronasi
24

E. Kerangka Teori
Status hemodinamika
:
1. Frekuensi nadi
a. Baik : 100-160 x/
Penyebab menit
Hemodinmika pada b. Kurang baik : <
BBLR : 100, > 160 x/ menit
2. Frekuensi nafas,
a. Faktor ibu a. Baik : 30-60 x/
menit
b. Faktor janin b. Kurang baik : < 30,
c. Faktor plasenta > 60 x/ menit
3. Saturasi oksigen
d. Faktor a. Baik : 88-92 %
lingkungan b. Kurang baik : <
88%
4. Suhu tubuh.
a. Baik : 36,5-37,5oC
b. Kurang baik : <
36,5oC, > 37,5oC

Penanganan
Hemodinmika pada BBLR
:
1. Dukungan respirasi
2. Termoregulasi
3. Perlindungan infeksi
4. Hidrasi
5. Nutrisi
6. Penghematan energi
a. Bayi yang dirawat
diinkubator.

b. Posisi pronasi

Gambar 2.1
Kerangka Teori Penelitian
Ket : diteliti

tidak diteliti

Sumber : Wong (2008) dan Proverawati (2010)


25

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Variabel Penelitian
Variabel adalah gejala yang menjadi fokus dalam penelitian. Variabel
menunjukkan atribut sekelompok orang atau obyek yang mempunyai variasi
antara satu dengan yang lainnya dalam kelompok itu (Riwidikdo, 2008).
Variabel dalam penelitian ini meliputi :
1. Variabel bebas
Variabel bebas atau variabel pengaruh merupakan variabel
perlakuan, kausa, treatment yaitu variabel yang bila suatu saat bersama
variabel lain ini akan berubah (Saryono, 2010). Variabel bebas dalam
penelitian ini posisi pronasi pada Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) di
Ruang Perinatal RSUD RAA Soewondo Pati.
2. Variabel terikat
Variabel terikat adalah variabel terpengaruh/ dependent variabel
atau variabel yang dipengaruhi (Notoatmodjo, 2010). Variabel terikat
dalam penelitian ini adalah hemodinamika pada Bayi Berat Lahir
Rendah (BBLR) di Ruang Perinatal RSUD RAA Soewondo Pati.

B. Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah jawaban sementara, dari suatu penelitian, berarti
juga dugaan, dalil sementara yang kebenarannya akan dibuktkan dalam
penelitian tersebut (Mahfoedz, 2010). Hipotesis dalam penelitian ini adalah :
1. Ha : ada pengaruh posisi pronasi terhadap hemodinamika pada Bayi
Berat Lahir Rendah (BBLR) di Ruang Perinatal RSUD RAA Soewondo
Pati Tahun 2018
2. Ho : tidak ada pengaruh posisi pronasi terhadap hemodinamika pada Bayi
Berat Lahir Rendah (BBLR) di Ruang Perinatal RSUD RAA Soewondo
Pati Tahun 2018

C. Kerangka Konsep Penelitian


Kerangka konsep adalah suatu abstraksi atau gambaran yang
dibangun dengan menggeneralisasikan suatu pengertian. Oleh karena itu
konsep tidak bisa diamati, tidak bisa diukur secara langsung. Kerangka

25
26

konsep agar bisa diamati dan diukur secara langsung maka konsep harus
dijabarkan dalam variabel-variabel (Notoatmodjo, 2010).

Variabel bebas Variabel terikat

Hemodinamika
Posisi pronasi pada Bayi Berat
Lahir Rendah
(BBLR)
Gambar 3.1
Kerangka Konsep

D. Rancangan Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah studi kasus kontrol yaitu
dilakukan dengan cara membandingkan dua kelompok kasus dan kontrol,
kemudian ditelusuri ada tidaknya faktor resiko yang berperan (Saryono,
2010). Kelompok kasus dalam penelitian ini posisi pronasi pada Bayi
Berat Lahir Rendah (BBLR) di Ruang Perinatal RSUD RAA Soewondo
Pati, sedangkan kelompok kontrol adalah posisi standar rumah sakit
pada Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) di Ruang Perinatal RSUD RAA
Soewondo Pati.
Rancangan penelitian ini menggunakan rancangan penelitian quosi
eksperimen control group pretes postes design artinya penelitian untuk
membandingkan hasil kelompok kasus dan kelompok control
(Notoatmodjo, 2010).
Bentuk Rancangan ini sebagai berikut :

: Perlakuan
Pretes Post Tes
(kasus/pronasi)
(O1) (X1) (O2) Y1=O1. O2

Pretes Perlakuan Post Tes


(O3) (control) (X2) (O4) Y2=O3. O4

Gambar 3.1
Rancangan Penelitian
27

Keterangan :
(O1) = hemodinamika bayi sebelum dibeikan perlakuan posisi pronasi
(O2) = hemodinamika bayi sesudah dibeikan perlakuan posisi pronasi
(O3) = hemodinamika bayi sebelum dibeikan perlakuan posisi standar
rumah sakit
(O4) = hemodinamika bayi sesudah dibeikan perlakuan posisi standar
rumah sakit
(X1) = Pemberian perlakuan posisi pronasi
(X2) = Pemberian perlakuan posisi standar rumah sakit
Y1 = Hasil dari hemodinamika sebelum dan sesudah pronasi kelompok
kasus
Y2 = Hasil dari hemodinamika sebelum dan sesudah perlakuan posisi
standar rumah sakit untuk kelompok kontrol
2. Pendekatan Waktu Pengumpulan Data
Pendekatan waktu penelitian yang digunakan yaitu pre post test with
control group design artinya penelitian untuk membandingkan hasil
kelompok kasus dan kelompok control (Notoatmodjo, 2010).
Berdasarkan teori Notoatmodjo (2010) bahwa pengumpulan data
untuk posisi pronasi dan status hemodinamika pada Bayi Berat Lahir
Rendah (BBLR) di Ruang Perinatal RSUD RAA Soewondo Pati dilakukan
pada yaitu sebelum dilakukan tindakan pronasi dan sesudah dilakukan
pronasi.
3. Metode Pengumpulan Data
Data primer adalah data yang diperoleh langsung oleh pengumpul
data dari obyek risetnya (Riwidikdo, 2008). Pengumpulkan data primer
yaitu mengetahui hemodinamika pada Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)
diperoleh dari hasil observasi pelaksanaan bayi dilakukan posisi pronasi
dan posisi standar rumah sakit, dengan cara melakukan observasi bayi
dilakukan pronasi dan posisi standar rumah sakit.
Pengambilan data sekunder yaitu data yang didapat tidak secara
secara langsung (Riwidikdo, 2008). Data sekunder merupakan data
pendukung untuk penelitian yang didapat dari RSUD RAA Soewondo Pati
meliputi profil rumah sakit, jumlah persalinan, jumlah BBLR di Ruang
Perinatal RSUD RAA Soewondo Pati.
28

4. Populasi Penelitian
Populasi adalah keseluruhan dari unit di dalam pengamatan yang
akan kita lakukan (Hastono dan Sabri, 2008). Populasi dalam penelitian
ini adalah Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) di Ruang Perinatal RSUD
RAA Soewondo Pati rata rata per bulan dalam tahun 2017 sebanyak 70
BBLR. Pengambilan sampel dengan rumus menurut Notoatmodjo
2010.sebagai berikut :
N
n =
N.d2 + 1

70
n =
70.(0,05 * 0,05) + 1

= 62,2
= dibulatkan 62
n = jumlah sampel
N = jumlah populasi
d = presisi yang ditetapkan (0,05)

5. Prosedur Sampel dan Sampel Penelitian


Sampel adalah sebagian dari populasi yang nilai atau
karakteristiknya kita ukur yang digunakan untuk menduga karakteristik
dari populasi (Hastono dan Sabri, 2008).
. Sampel dalam penelitian ini adalah Bayi Berat Lahir Rendah
(BBLR) di Ruang Perinatal RSUD RAA Soewondo Pati pada Bulan April
dan Mei 2018.
Teknik sampling yaitu teknik pengambilan sampel dengan prinsip
pengambilan sampel harus representatif atau mewakili (Mahfoedz,
2008). Teknik pengambilan sampel dengan quota sampling yaitu
pengembilan sampel dengan menentukan kuota (Saryono, 2010).
Teknik kuota sampling dengan menentukan kuota untuk kelompok
kasus yaitu 31 BBLR dilakukan posisi pronasi dan kelompok control yaitu
31 BBLR dilakukan posisi standar rumah sakit.
29

Kriteria responden adalah sebagai berikut :


a. Kriteria Inklusi
Kritria inklusi adalah kriteria atau cirri cirri yang perlu dipenuhi
oleh setiap anggota populasi yang dapat diambil sebagai sampel
(Notoatmodjo, 2010). Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah :
1) Bayi BBLR (1500 – 2500 gram) di Ruang Perinatal RSUD RAA
Soewondo Pati
2) Bayi berat 1000 – 1500 gram
3) Bayi dalam keadaan sehat
4) Ibu BBLR bersedia menjadi responden
b. Kriteria Eksklusi
Kriteria eksklusi adalah ciri ciri anggota populasi yang tidak dapat
diambil sebagai sampel (Notoatmodjo, 2010). Kriteria eksklusi dalam
penelitian ini adalah :
1) Ibu bayi yang mengundurkan diri tidak mengijinkan untuk penelitian
2) BBLR dengan kondisi kritis
3) Bayi berat kurang dari 1.000 gram
6. Definisi Operasional Variabel Penelitian dan Skala Pengukuran

Tabel 3.1
Definisi Operasional Variabel Penelitian dan Skala Pengukuran

No Variabel Definisi Alat Ukur Hasil Ukur Skala


Penelitian Operasional dan cara
ukur
1. Posisi Posisi bayi Panduan 1. Dilakukan Nominal
pronasi diletakkan lutut prosedur pronasi
fleksi dibawah pelaksanaan 2. Tidak
abdomen dan posisi dilakukan
posisi badan pronasi pronasi
tertelungkup
selang seling 2
jam pronasi 2 jam
posisi standar
rumah sakit
30

2 Hemodina- Pemerikasaan Dilakukan 1. Jumlah denyut Rasio


mika frekuensi nadi, dengan nadi
suhu, frekuensi observasi Rasio
nafas dan dengan alat 2. Jumlah
saturasi oksigen oksimetry frekuensi nafas
dilakukan nadi (pulse Rasio
sebelum dan oksimetry), 3. Angka saturasi
sesudah termometer. oksigen
dilakukan pronasi RR dihitung Rasio
serta sebelum 1 menit 4. Angka suhu
dan sesudah penuh. tubuh.
dilakukan posisi
standar rumah
sakit.

7. Instrumen Penelitian dan Cara Penilaian Data Penelitian


Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
lembar observasi untuk mengetahui hemodinamika (frekuensi nadi,
frekuensi nafas, saturasi oksigen dan suhu) pada Bayi Berat Lahir
Rendah (BBLR) dilakukan pronasi dan dilakukan posisi standar rumah
sakit di Ruang Perinatal RSUD RAA Soewondo Pati.
Notoatmodjo (2010) kuesioner untuk observasi (form of
observasion) adalah lembar atau daftar tilik (chek list) yang disiapkan
terlebih dahulu agar observasi terarah dan mendapatkan data yang benar
benar diperlukan. Kuesioner untuk observasi ini mencakup hal hal yang
diselidiki, diamati atau diobservasi.
Cara penilaian data dengan memberikan skor sebagai berikut :
a. Penerapan posisi pronasi dan standar rumah sakit :
1) Dilakukan posisi pronasi (kasus) : skor 2
2) Tidak dilakukan posisi pronasi/ standar (kontrol) : skor 1
b. Status hemdinamika :
1) Frekuensi nadi : Jumlah denyut nadi
2) Frekuensi nafas : Jumlah frekuensi nafas
3) Saturasi oksigen : Angka saturasi oksigen
4) Suhu. : Angka suhu tubuh

8. Teknik Pengolahan Data dan Analisa


a. Teknik Pengolahan
31

Teknik pengolahan data yang dilakukan dalam penelitian ini


menggunakan teori dari Notoadmodjo (2010) yang menyatakan bahwa
langkah-langkah pengolahan data dilakukan dengan komputer secara
rinci sebagai berikut :
1) Editing (Penyuntingan data)
Hasil wawancara atau angket yang diperoleh atau
dikumpulkan melalui kuesioner perlu disunting (edit) terlebih dahulu.
Editing adalah pengecekan dan perbaikan isian lembar observasi
apakah lengkap, jawaban jelas, relevan dan konseisten.
2) Coding
Setelah semua kuesioner diedit atau disunting selanjutnya
dilakukan pengkodean atau koding yakni merubah data dari bentuk
kalimat menjadi bentuk angka yaitu penerapan pronasi diberikan
kode kode 2, posisi standar kode 1.
3) Entry data (memasukkan data)
Entri data yaitu memasukkan data jawaban dari responden
dalam bentuk kode (angka) dimasukkan dalam program komputer.
4) Cleaning (pembersihan data)
Pembersihan data yaitu setelah sumber data selesai
dimasukkan perlu dicek kembali untuk melihat kemungkinan adanya
kesalahan kesalahan kode atau ketidaklengkapan, apabila ada
kesalahan dilakukan pembetulan ataui koreksi (Notoatmodjo, 2010).

b. Analisis Data
1) Analisis univariat
Analisa univariat bertujuan untuk mejelaskan atau
mendeskripsikan karakteristik setiap variable penelitian. Bentuk
analisis univariat tergantung dari jenis datanya. Analisi dengan data
numerik digunakan mean (rata rata), median dan standar deviasi.
Analisa univariat dilakukan terhadap setiap variabel dari hasil
penelitian. Analisis univariat menghasilkan distribusi dan
presentase setiap variabel (Notoatmodjo, 2010).
Analisi univariat dalam penelitian ini dilakukan untuk mencari
distribusi frekuensi dengan mean (rata rata), median dan standar
deviasi status hemodinamika (nadi, nafas, saturasi oksigen dan
32

suhu) BBLR dilakukan posisi pronasi (kelompok kasus) dan posisi


standar (kontrol).
2) Analisis bivariat
Analisis bivariat merupakan analisis untuk mengetahui
interaksi antara dua variabel baik berupa komparatif, asosiatif
maupun korelatif (Saryono, 2010).
Dahlan (2011) untuk menguji data Numerik berpasangan
(kasus dan kontrol) diuji normalitas dulu. Uji normalitas
menggunakan saphiro wilk karena data kasus kurang dari 50.
Apabila hasil normalitas data berditribusi normal menggunakan uji
paired t tes dan apabila hasil data berdistribusi tidak normal
menggunakan uji wilcoxon.
Interpretasi :
pvalue < 0,05, maka Ho ditolak, Ha diterima berarti posisi
pronasi berpengaruh terhadap hemodinamika pada Bayi Berat
Lahir Rendah (BBLR) di Ruang Perinatal RSUD RAA Soewondo
Pati Tahun 2018.
pvalue > 0,05, maka Ho ditterima, Ha ditolak berarti posisi
pronasi tidak berpengaruh terhadap hemodinamika pada Bayi
Berat Lahir Rendah (BBLR) di Ruang Perinatal RSUD RAA
Soewondo Pati Tahun 2018.
33

c. Jadwal Penelitian

Tabel 3.2
Jadwal Penyusunan Skripsi

Tahun 2018
Kegiatan Januari Pebruari Maret April Mei Juni Juli

Bimbingan V
proposal

Ujian V
proposal

Uji validitas V

Penelitian V V

Penyusunan V V
hasil
penelitian

Ujian skripsi V

Revisi ujian V V
34

BAB IV
HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum
Tugas pokok dan Fungsi RSUD RAA Soewondo Pati berdasarkan
Peraturan Daerah Kabupaten Pati Nomor 12 Tahun 2008 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah dan Polisi Pamong Praja, RSUD
RAA Soewondo Pati mempunyai tugas pokok membantu Bupati dalam
penyelenggaraan Pemerintahan Daerah di bidang kesehatan melalui upaya
kegiatan peningkatan, pencegahan, penyembuhan dan pemulihan kesehatan
serta melaksanakan upaya rujukan.
Berdasarkan instruksi Presiden RI Nomor 7 Tahun 1999 tentang
akuntabilitas kinerja Instansi Pemerintah, maka RSUD RAA Soewondo Pati
memiliki visi dan misi sebagai berikut :
1. Visi : Rumah sakit pendidikan dengan pelayanan paripurna yang menjadi

kebanggaan masyarakat.

2. Misi :

a. Meningkatkan kualitas dan kuantitas sumber daya rumah sakit.


b. Memberikan pelayanan secara cepat, tepat, dilandasi moral dan etika
profesi yang berorientasi pada keselamatan pasien.
c. Menyediakan pendidikan, pelatihan dan memfasilitasi penelitian yang
berkualitas.
d. Mewujudkan pengelolaan rumah sakit dengan prinsip efektif dan
efisien.
e. Meningkatkan kesejahteraan dan kepuasankerja karyawan.
Rumah Sakit Umum Daerah RAA Soewondo Pati mempunyai tujuan
pelayanan sebagai berikut :
1. Terwujudnya rumah sakit yang mempunyai fasilitas yang memadai serta
memiliki sumberdaya manusia yang profesional.
2. Terwujudnya pelayanan kesehatan prima dengan biaya yang terjangkau
oleh masyarakat serta memberikan kepuasan bagi pengguna jasa rumah
sakit.
3. Terwujudnya rumah sakit yang berperan aktif dalam meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat.

34
35

4. Terciptanya iklim kondusif yang menunjang daya saing rumah sakit.


5. Terwujudnya rumah sakit sebagai rumah sakit pendidikan, pelatihan dan
penelitian yang berkualitas.
Falsafah Rumah Sakit Umum Daerah RAA Soewondo Pati yaitu
memberikan pelayanan kesehatan paripurna serta membina jaringan rujukan
guna meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Tata Nilai Rumah Sakit
Umum Daerah RAA Soewondo Pati yaitu keramahan, kecepatan layanan,
kerja keras, kebersamaan dan optimis. Motto yaitu kesembuhan dan
kepuasan anda adalah kebahagiaan kami.
INSTALASI Rumah Sakit Umum Daerah RAA Soewondo Pati yaitu
Instalasi dibawah tanggung jawab Wadir Pelayanan yaitu Instalasi Gawat
Darurat, Instalasi Kamar Bersalin, Instalasi Bedah Sentral, Instalasi Anestesi
dan Terapi Intensif( belum berjalan ), Instalasi Rehabilitasi Medik, Instalasi
Perinatologi, Instalasi Perawatan Intensif (ICU), Instalasi Rawat Inap,
Instalasi Rawat Jalan, Instalasi Farmasi, Instalasi Gizi, Instalasi
Laboratorium, Instalasi Radiologi, Instalasi Sterilisasi, Instalasi Pemulasaraan
Jenazah, Instalasi Linen, Instalasi Sanitasi, Instalasi Alkes, Instalasi
Hemodialisa, Instalasi Bank Darah.
Instalasi dibawah tanggung jawab Wadir Administrasi dan Keuangan
Instalasi Pemeliharaan Sarana Rumah Sakit, Instalasi Pendidikan dan
Latihan, K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja) dan IPKRS.
Lokasi penelitian yaitu di Ruang Perinatal RSUD RAA Soewondo Pati,
merupakan unit rawat inap untuk pasien perinatal. Ruang Perinatal terdiri dari
Ruang Perinatal 1 dengan petugas terdiri dari perawat sebanyak 15 perawat
dan 12 inkubator. Ruang perinatal 2 dengan petugas terdiri dari perawat
sebanyak 25 perawat dan 12 inkubator.
Penelitian dilakukan dengan membagi kelompok intervensi (dilakukan
pronasi) dan kelompok kontrol (dilakukan supinasi). Bayi dalam kelompok
intervensi sebelum dilakukan pronasi diperiksa nadi, frekuensi pernafasan,
suhu dan saturasi oksigen. Setelah dilakukan pronasi diperiksa lagi denyut
nadi, frekuensi pernafasan, suhu dan saturasi oksigen bayi.

B. Karaktersitik Responden
Jenis kelamin BBLR di Ruang Perinatal RSUD RAA Soewondo Pati,
dijelaskan dalam distribusi frekuensi pada tabel 4.1 berikut ini :
36

Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Pekerjaan Ibu BBLR di Ruang Perinatal
RSUD RAA Soewondo Pati (N : 48)

No Pekerjaan f %
1 Laki laki 13 41,9
2 Perempuan 18 58,1
Total 48 100

Tabel 4.1 hasil analisis menunjukkan jenis kelamin BBLR di Ruang


Perinatal RSUD RAA Soewondo Pati sebagian besar perempuan sebanyak
18 bayi (58,1%) dan berjenis kelamin laki laki sebanyak 13 orang (41,9%).

C. Analisis Univariat
Hemodinamika pada BBLR sebelum dilakukan pronasi pada kelompok
intervensi dan kelompok kontrol
1. Suhu BBLR sebelum dan sesudah dilakukan intervensi (pronasi) dan
tidak dilakukan intervensi (kelompok kontrol).
Suhu BBLR sebelum dan sesudah dilakukan pronasi pada
kelompok intervensi dan kelompok kontrol, berikut ini :
Tabel 4.2
Distribusi Statistik Deskriptif Suhu BBLR Sebelum dan Sesudah Dilakukan
Pronasi Pada Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol
di Ruang Perinatal RSUD RAA Soewondo Pati

No Variabel Mean Medi- Standar Min- 95%


. an Deviasi Mak CI
1. Intervensi (Pronasi)
a. Suhu BBLR Sebelum 36,42 36,4 0,1935 36,2 s/d 36,35
dilakukan pronasi 37 s/d
(intervensi) 36,50
b. Suhu BBLR Sesudah 36,67 36,6 0,2622 35,8 s/d 36,57
dilakukan pronasi 37,2 s/d
(intervensi) 36,76
2. Kontrol
a. Suhu BBLR Sebelum 36,61 36,6 0,2552 36,2 s/d 36,51
dilakukan supinasi 37,4 s/d
(control) 36,7
b. Suhu BBLR Sesudah 36,55 36,5 0,2953 36,0 s/d 36,4
dilakukan supinasi 37,4 s/d
(control) 36,6
37

Tabel 4.2 hasil analisis menunjukkan bahwa rata rata suhu BBLR
sebelum dilakukan pronasi yaitu 36,2oC (95% CI 36,35 – 36,50), median
36,4 dengan standar deviasi 0,1935. Suhu BBLR terendah yaitu 36,2 oC
dan suhu tertinggi 37 oC. Dari hasil estimasi interval dapat disimpulkan
bahwa 95% diyakini bahwa rata rata suhu BBLR sebelum dilakukan
pronasi adalah 36,35 oC – 36,50 oC. Rata rata suhu BBLR sesudah
dilakukan pronasi yaitu 36,67oC (95% CI 36,57 – 36,76), median 36,4
dengan standar deviasi 0,1935. Suhu BBLR terendah yaitu 35,8 oC dan
suhu tertinggi 37,2 oC. Dari hasil estimasi interval dapat disimpulkan
bahwa 95% diyakini bahwa rata rata suhu BBLR sesudah dilakukan
pronasi adalah 36,57 oC – 36,76 oC.
o
Perbedaan rata rata suhu sebelum (36,42 C) dan sesudah
dilakukan intervensi / pronasi (36,67 C) yaitu sebesar 0.25 oC. Setelah
o

dilakukan pronasi ada peningkatan rata rata suhu sebesar 0.25 oC.
Rata rata suhu BBLR sebelum dilakukan supinasi (control) yaitu
36,61 C (95% CI 36,51 – 36,70), median 36,4 dengan standar deviasi
o

0,2552. Suhu BBLR terendah yaitu 36,2 oC dan suhu tertinggi 37,4 oC.
Estimasi interval dapat disimpulkan bahwa 95% diyakini bahwa rata rata
suhu BBLR sebelum dilakukan supinasi (kontrol) : 36,51oC – 36,70 oC.
Rata rata suhu BBLR sesudah dilakukan supinasi (kontrol) yaitu 36,55oC
(95% CI 36,57 – 36,76), median 36,5 dengan standar deviasi 0,2953.
Suhu BBLR terendah yaitu 36,0 oC dan suhu tertinggi 37,4 oC. Estimasi
interval dapat disimpulkan bahwa 95% diyakini bahwa rata rata suhu
BBLR sesudah dilakukan supinasi adalah 36,4oC – 36,6 oC.
Perbedaan rata rata suhu sebelum (36,61 oC) dan sesudah tidak
dilakukan intervensi / kontrol (36,55 oC) yaitu sebesar 0.06 oC. Pada
kelompok control tidak dilakukan intervensi terjadi rata rata penurunan
suhu sebesar 0.06oC.

2. Nadi BBLR sebelum dan sesudah dilakukan pronasi (intervensi) dan


kelompok kontrol.
Nadi BBLR sebelum dan sesudah dilakukan pronasi (intervensi)
dan kelompok kontrol di Ruang Perinatal RSUD RAA Soewondo Pati :
38

Tabel 4.3
Distribusi Statistik Deskriptif Nadi BBLR Sebelum dan Sesudah Dilakukan
Pronasi (Intervensi) dan Kelompok Kontrol di Ruang Perinatal
RSUD RAA Soewondo Pati

No Variabel Mean Medi- Standar Min- 95%


. an Deviasi Mak CI
1. Pronasi (intervensi)
a. Nadi BBLR Sebelum 125,6 124,0 163,1 99 s/d 119,6
pronasi (intervensi) 174 s/d
131,6
b. Nadi BBLR Sesudah 135,0 133,0 1,489 110 s/d 129 s/d
pronasi (intervensi) 174 140
2. Kontrol
a. Nadi BBLR Sebelum 135,0 133,0 148,9 110 s/d 129,6
dilakukan supinasi 174 s/d
(kontrol) 140,5
b. Nadi BBLR Sesudah 130,0 134,0 114,0 100 s/d 126
dilakukan supinasi 162 s/d
(kontrol) 134
Tabel 4.3 hasil analisis menunjukkan bahwa rata rata nadi BBLR
sebelum dilakukan pronasi yaitu 125,6 kali per menit (95% CI 119,6 –
131,6), median 124,0 dengan standar deviasi 163,1. Nadi BBLR
terendah yaitu 99 kali per menit dan nadi tertinggi 174 kali per menit.
Dari hasil estimasi interval dapat disimpulkan bahwa 95% diyakini bahwa
rata rata nadi BBLR sebelum dilakukan pronasi adalah 119,6 – 131,6.
Rrata rata nadi BBLR sesudah dilakukan pronasi yaitu 135 kali per menit
(95% CI 129 – 140), median 133,0 dengan standar deviasi 1,489. Nadi
BBLR terendah yaitu 110 kali per menit dan nadi tertinggi 162 kali per
menit. Dari hasil estimasi interval dapat disimpulkan bahwa 95% diyakini
bahwa rata rata nadi BBLR sesudah dilakukan pronasi adalah 129 –
140.
Perbedaan rata rata nadi sebelum (125,6 kali per menit) dan
sesudah dilakukan intervensi / pronasi (135 kali per menit) yaitu sebesar
9.4, berarti setelah dilakukan pronasi ada peningkatan rata rata nadi
sebesar 9.4 kali per menit.
Rata rata nadi BBLR sebelum dilakukan supinasi (kontrol) yaitu
135,0 kali per menit (95% CI 129,6 – 140,5), median 133,0 dengan
standar deviasi 148,9. Nadi BBLR terendah yaitu 110 kali per menit dan
nadi tertinggi 174 kali per menit. Dari hasil estimasi interval dapat
disimpulkan bahwa 95% diyakini bahwa rata rata nadi BBLR sebelum
39

dilakukan supinasi (control) adalah 129,6 – 140,5. Rata rata nadi BBLR
sesudah dilakukan supinasi (kontrol) yaitu 130,0 kali per menit (95% CI
129 – 140), median 134,0 dengan standar deviasi 1,489. Nadi BBLR
terendah yaitu 100 kali per menit dan nadi tertinggi 164 kali per menit.
Dari hasil estimasi interval dapat disimpulkan bahwa 95% diyakini bahwa
rata rata nadi BBLR sesudah dilakukan supinasi adalah 126 – 134.
Perbedaan rata rata nadi sebelum (135 kali per menit) dan
sesudah tidak dilakukan intervensi (kelompok kontrol) (130 kali per
menit) yaitu sebesar 5.0, berarti bayi yang tidak dilakukan intervensi
(kelompok kontrol) terjadi penurunan rata rata nadi sebesar 5,0 kali per
menit.
3. Pernafasan BBLR sebelum dan sesudah dilakukan pronasi (intervensi)
dan kelompok kontrol.
Pernafasan BBLR sebelum dan sesudah dilakukan pronasi pada
kelompok intervensi dan kelompok kontrol di Ruang Perinatal RSUD
RAA Soewondo Pati, berikut ini :
Tabel 4.4
Distribusi Statistik Deskriptif Pernafasan BBLR Sebelum dan Sesudah
Dilakukan Pronasi Pada Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol
di Ruang Perinatal RSUD RAA Soewondo Pati

No Variabel Mean Medi- Standar Min- Mak 95% CI


. an Deviasi
1. Pronasi (intervensi)
a. Pernafasan BBLR 41,87 40,0 5,48 36 s/d 58 39,8 s/d
Sebelum pronasi 43,8
(intervensi)

b. Pernafasan BBLR 46,12 44,0 5,239 38 s/d 58 44,2 s/d


Sesudah pronasi 48
(intervensi)

2. Kontrol
a. Pernafasan BBLR 46,12 44,0 5,23 38 s/d 58 44,2 s/d
Sebelum dilakukan 48,0
supinasi (kontrol)
b. Pernafasan BBLR 44,25 44,0 2,816 40 s/d 54 43,2 s/d
Sesudah dilakukan 45,2
supinasi (kontrol)

Tabel 4.4 hasil analisis menunjukkan bahwa rata rata pernafasan


BBLR sebelum dilakukan pronasi yaitu 41,87 kali per menit (95% CI 39,8
40

– 43,8), median 40,0 dengan standar deviasi 5,48. Pernafasan BBLR


terendah yaitu 36 kali per menit dan pernafasan tertinggi 58 kali per
menit. Dari hasil estimasi interval dapat disimpulkan bahwa 95% diyakini
bahwa rata rata pernafasan BBLR sebelum dilakukan pronasi adalah
39,8 – 43,8 kali per menit. Rata rata pernafasan BBLR sesudah
dilakukan pronasi yaitu 46,12 kali per menit (95% CI 44,1 – 48), median
44,0 dengan standar deviasi 5,239. Pernafasan BBLR terendah yaitu 38
kali per menit dan pernafasan tertinggi 58 kali per menit. Dari hasil
estimasi interval dapat disimpulkan bahwa 95% diyakini bahwa rata rata
pernafasan BBLR sesudah dilakukan pronasi adalah 44,2 – 48 kali per
menit.
Perbedaan rata rata pernafasan sebelum (41,87 kali per menit)
dan sesudah dilakukan intervensi / pronasi (46,12 kali per menit) terjadi
peningkatan yaitu sebesar 4.25, berarti setelah dilakukan pronasi ada
peningkatan rata rata pernafasan sebesar 4.25 kali per menit.
Hasil analisis menunjukkan bahwa rata rata pernafasan BBLR
sebelum dilakukan pronasi yaitu 46,12 kali per menit (95% CI 44,2 –
48,0), median 44,0 dengan standar deviasi 5,23. Pernafasan BBLR
terendah yaitu 38 kali per menit dan pernafasan tertinggi 58 kali per
menit. Dari hasil estimasi interval dapat disimpulkan bahwa 95% diyakini
bahwa rata rata pernafasan BBLR sebelum dilakukan supinasi adalah
44,2 – 48 kali per menit. Rata rata pernafasan BBLR sesudah dilakukan
pronasi yaitu 44,25 kali per menit (95% CI 43,2 – 45,2), median 44,0
dengan standar deviasi 2,816. Pernafasan BBLR terendah yaitu 40 kali
per menit dan pernafasan tertinggi 54 kali per menit. Dari hasil estimasi
interval dapat disimpulkan bahwa 95% diyakini bahwa rata rata
pernafasan BBLR sesudah dilakukan supinasi adalah 43,2 – 45,2 kali
per menit.
Perbedaan rata rata pernafasan sebelum (46,12 kali per menit)
dan sesudah tidak dilakukan intervensi (kelompok kontrol) (44,25 kali per
menit) yaitu sebesar 1.87, berarti bayi yang tidak dilakukan intervensi
(kelompok kontrol) terjadi penurunan rata rata pernafasan sebesar 1,87
kali per menit.
4. Saturasi Oksigen BBLR sebelum dan sesudah dilakukan pronasi pada
kelompok intervensi dan kelompok kontrol.
41

Saturasi oksigen BBLR sebelum dan sesudah dilakukan pronasi


pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol di Ruang Perinatal
RSUD RAA Soewondo Pati, berikut ini :
Tabel 4.5
Distribusi Statistik Deskriptif Saturasi Oksigen BBLR Sebelum dan
Sesudah Dilakukan Pronasi Pada Kelompok Intervensi dan
Kelompok Kontrol di Ruang Perinatal RSUD RAA
Soewondo Pati

No Variabel Mean Medi- Standar Min- 95%


. an Deviasi Mak CI
1. Pronasi (intervensi)

Saturasi Oksigen 91,58 92,0 8,61 50 s/d 88,4


BBLR Sebelum 99 s/d
pronasi (intervensi) 94,7

Saturasi Oksigen 92,38 95,0 1,579 90 s/d 86,5


BBLR Sesudah 100 s/d
pronasi (intervensi) 98,1

Kontrol
2. Saturasi Oksigen 92,38 95,0 1,579 87 s/d 86,5
BBLR Sebelum 100 s/d
dilakukan supinasi 98,1
(kontrol)
Saturasi Oksigen 95,61 96,0 2,616 90 s/d 94,6
BBLR Sesudah 99 s/d
dilakukan supinasi 96,5
(kontrol)

Tabel 4.5 hasil analisis menunjukkan bahwa rata rata saturasi


oksigen BBLR sebelum dilakukan pronasi yaitu 91,58% (95% CI 88,4 –
94,7), median 92,0 dengan standar deviasi 8,61. Saturasi oksigen BBLR
terendah yaitu 50% dan saturasi oksigen tertinggi 99%. Dari hasil
estimasi interval dapat disimpulkan bahwa 95% diyakini bahwa rata rata
saturasi oksigen BBLR sebelum dilakukan pronasi adalah 88,4 – 94,7 %.
Rata rata saturasi oksigen BBLR sesudah dilakukan pronasi yaitu
92,38% (95% CI 86,5 – 98,1), median 95,0 dengan standar deviasi
1,579. Saturasi oksigen BBLR terendah yaitu 90% dan saturasi oksigen
tertinggi 100%. Dari hasil estimasi interval dapat disimpulkan bahwa
95% diyakini bahwa rata rata saturasi oksigen BBLR sesudah dilakukan
pronasi adalah 86,5 – 98,1 %.
42

Perbedaan rata rata saturasi oksigen sebelum (91,58 %) dan


sesudah dilakukan intervensi / pronasi (92,38 %) terjadi peningkatan
yaitu sebesar 0.8, berarti setelah dilakukan pronasi ada peningkatan rata
rata saturasi oksigen sebesar 0.8%.
Hasil analisis tabel 4.4 menunjukkan bahwa rata rata saturasi
oksigen BBLR sebelum dilakukan supinasi (kontrol) yaitu 92,38% (95%
CI 86,5 – 98,1), median 95,0 dengan standar deviasi 1,579. Saturasi
oksigen BBLR terendah yaitu 87% dan saturasi oksigen tertinggi 100%.
Dari hasil estimasi interval dapat disimpulkan bahwa 95% diyakini bahwa
rata rata saturasi oksigen BBLR sebelum dilakukan supinasi adalah
86,5 – 98,1%. Rata rata saturasi oksigen BBLR sesudah dilakukan
supinasi (kontrol) yaitu 95,61% (95% CI 94,6 – 96,5), median 96,0
dengan standar deviasi 2,616. Saturasi oksigen BBLR terendah yaitu
90% dan saturasi oksigen tertinggi 99%. Dari hasil estimasi interval
dapat disimpulkan bahwa 95% diyakini bahwa rata rata saturasi oksigen
BBLR sesudah dilakukan supinasi adalah 94,6 – 96,5%.
Perbedaan rata rata saturasi oksigen BBLR sebelum (92,38 %)
dan sesudah tidak dilakukan intervensi (kelompok kontrol) (95,61 %)
yaitu sebesar 3.23, berarti bayi yang tidak dilakukan intervensi
(kelompok kontrol) terjadi peingkatan rata rata saturasi oksigen pada
BBLR sebesar 3,2%.

D. Analisis Bivariat
Perbedaan hemodinamika pada Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)
sebelum dan sesudah dilakukan pronasi pada kelompok intervensi dan
kelompok kontrol
Sebelum melakukan uji beda untuk mengetahui perbedaan
hemodinamika pada Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) sebelum dan
sesudah dilakukan pronasi pada kelompok intervensi dan kelompok
kontrol, dilakukan uji normalitas karena sampel kurang dari 50 maka
menggunakan Shapiro-Wilk dengan hasil sebagai berikut :
43

Tabel 4.6
Normalitas Data Hemodinamika pada Bayi Berat Lahir Rendah
(BBLR) Sebelum Dilakukan Pronasi Pada Kelompok Intervensi
dan Kelompok Kontrol di Ruang Perinatal
RSUD RAA Soewondo Pati

No Item NIlai Signifikan


( p value)
1 Perbedaan suhu sebelum dan sesudah
.006
dilakukan pronasi (kasus)
2 Perbedaan nadi sebelum dan sesudah
.000
dilakukan pronasi (kasus)
3 Perbedaan pernafasan sebelum dan
.000
sesudah dilakukan pronasi (kasus)
4 Perbedaan saturai oksigen sebelum dan
.000
sesudah dilakukan pronasi (kasus)
5 Perbedaan suhu sebelum dan sesudah
.001
dilakukan supinasi (kontrol)
6 Perbedaan nadi sebelum dan sesudah
.000
dilakukan supinasi (kontrol)
7 Perbedaan pernafasan sebelum dan
.000
sesudah dilakukan supinasi (kontrol)
8 Perbedaan saturasi oksigen sebelum dan
.000
sesudah dilakukan supinasi (kontrol)

Hasil uji normalitas menggunakan saphiro wilk tentang perbedaan


suhu sebelum dan sesudah dilakukan pronasi (kasus) 0,006 < 0,05,
Perbedaan nadi sebelum dan sesudah dilakukan pronasi (kasus) 0,000 <
0,05, Perbedaan pernafasan sebelum dan sesudah dilakukan pronasi
(kasus) 0,000 < 0,05, Perbedaan saturai oksigen sebelum dan sesudah
dilakukan pronasi 0,000 < 0,05 berarti data berdistribusi tidak normal.
Hasil uji normalitas menggunakan saphiro wilk perbedaan suhu
sebelum dan sesudah dilakukan supinasi (kontrol) 0,001 < 0,05,
Perbedaan nadi sebelum dan sesudah dilakukan supinasi (kontrol) 0,000
< 0,05, Perbedaan pernafasan sebelum dan sesudah dilakukan supinasi
(kontrol) 0,000 < 0,05, Perbedaan saturai oksigen sebelum dan sesudah
dilakukan supinasi 0,000 < 0,05 berarti data berdistribusi tidak normal.
Berdasarkan hasil analisis uji normalitas data menggunakan
saphiro wilk hasil analisis data berdistribusi tidak normal maka analisis
bivariat menggunankan analisis statistic wilcoxon, dengan hasil sebagai
berikut :
44

Tabel 4.7
Pengaruh Posisi Pronasi terhadap Hemodinamika
pada Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)

No Item Mean Mean Selisih Nilai


Sebelum sesudah (mean) Signifikan
( p value)
1 Perbedaan suhu pada Intervensi (Pronasi)
BBLR sebelum dan
sesudah dilakukan 36,42 oC 36,67 oC 0.25 oC
pronasi pada kelompok
intervensi dan Kontrol 0,000 < 0,05
kelompok kontrol
36,61 oC 36,55 oC -0.06 oC

2 Perbedaan nadi pada Intervensi (Pronasi)


BBLR sebelum dan
sesudah dilakukan 125,6 135 9.4
pronasi pada kelompok
intervensi dan Kontrol 0,034 < 0,05
kelompok control
135 130 5,0

3 Perbedaan pernafasan Intervensi (Pronasi)


pada BBLR sebelum
dan sesudah dilakukan 41,87 46,12 4.25 0,003 < 0,05
pronasi pada kelompok
intervensi dan Kontrol
kelompok kontrol
46,12 46,12 -1,87

4 Perbedaan saturasi Intervensi (Pronasi)


oksigen pada BBLR
sebelum dan sesudah 91,58% 92,38% 0.8 0,000 < 0,05
dilakukan pronasi pada
kelompok intervensi Kontrol
dan kelompok kontrol
92,38% 95,61% 3.23

Tabel 4.7 menunjukkan bahwa terdapat perbedaan rata rata


suhu sebelum dan sesudah dilakukan intervensi (pronasi) yaitu
sebesar 0.25 oC. Perbedaan rata rata suhu sebelum dan sesudah
o
pada kelompok kontrol yaitu sebesar 0.06 C. Hasil uji statisik
menggunakan wilcoxon pada tabel 4.9 perbedaan status
hemodinamika (suhu) pada BBLR sebelum dan sesudah dilakukan
pronasi pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol di Ruang
Perinatal RSUD RAA Soewondo Pati p value 0,000 < 0,05, berarti
posisi pronasi berpengaruh terhadap hemodinamika (suhu) pada Bayi
Berat Lahir Rendah (BBLR) di Ruang Perinatal RSUD RAA Soewondo
Pati Tahun 2018.
45

Tabel 4.7 menunjukkan bahwa perbedaan rata rata nadi sebelum


dan sesudah dilakukan intervensi (pronasi) yaitu sebesar 9.4.
Perbedaan rata rata nadi sebelum dan sesudah tidak dilakukan
intervensi (kelompok kontrol) yaitu sebesar 5.0. Hasil uji statisik
menggunakan wilcoxon pada tabel 4.9 perbedaan status
hemodinamika (nadi) pada BBLR sebelum dan sesudah dilakukan
pronasi pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol di Ruang
Perinatal RSUD RAA Soewondo Pati p value 0,034 < 0,05, berarti
posisi pronasi berpengaruh terhadap hemodinamika (nadi) pada Bayi
Berat Lahir Rendah (BBLR) di Ruang Perinatal RSUD RAA Soewondo
Pati Tahun 2018.
Tabel 4.7 menunjukkan bahwa perbedaan rata rata pernafasan
sebelum dan sesudah dilakukan intervensi (pronasi) terjadi
peningkatan yaitu sebesar 4.25. Perbedaan rata rata pernafasan
sebelum dan sesudah pada kelompok kontrol yaitu sebesar 1.87. Hasil
uji statisik menggunakan wilcoxon pada tabel 4.9 perbedaan status
hemodinamika (pernafasan) pada BBLR sebelum dan sesudah
dilakukan pronasi pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol di
Ruang Perinatal RSUD RAA Soewondo Pati p value 0,003 < 0,05,
berarti posisi pronasi berpengaruh terhadap hemodinamika
(pernafasan) pada Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) di Ruang Perinatal
RSUD RAA Soewondo Pati Tahun 2018.
Tabel 4.7 menunjukkan bahwa perbedaan rata rata saturasi
oksigen sebelum ) dan sesudah dilakukan intervensi (pronasi) terjadi
peningkatan yaitu sebesar 0.8. Perbedaan rata rata saturasi oksigen
dan sesudah pada kelompok kontrol yaitu sebesar 3.23.
Hasil uji statisik menggunakan wilcoxon pada tabel 4.7
perbedaan status hemodinamika (saturasi oksigen) pada BBLR
sebelum dan sesudah dilakukan pronasi pada kelompok intervensi dan
kelompok kontrol di Ruang Perinatal RSUD RAA Soewondo Pati p
value 0,000 < 0,05, berarti posisi pronasi berpengaruh terhadap
hemodinamika (saturasi oksigen) pada Bayi Berat Lahir Rendah
(BBLR) di Ruang Perinatal RSUD RAA Soewondo Pati Tahun 2018.
46

BAB V
PEMBAHASAN

A. Hemodinamika pada Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) sebelum dilakukan


pronasi pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol.
1. Suhu BBLR sebelum dilakukan pronasi pada kelompok intervensi dan
kelompok kontrol.
Status hemodinamika yaitu rata rata suhu BBLR sebelum
dilakukan pronasi yaitu 36,2oC. Suhu BBLR terendah yaitu 36,2 oC dan
suhu tertinggi 37 oC. Dari hasil estimasi interval dapat disimpulkan bahwa
95% diyakini bahwa rata rata suhu BBLR sebelum dilakukan pronasi
adalah 36,35 oC - 36,50 oC.
Rata rata suhu BBLR sebelum dilakukan supinasi (control) yaitu
36,61oC. Suhu BBLR terendah yaitu 36,2 oC dan suhu tertinggi 37,4 oC.
Dari hasil estimasi interval dapat disimpulkan bahwa 95% diyakini bahwa
rata rata suhu BBLR sebelum dilakukan pronasi adalah 36,51oC -
36,70 oC.
Status hemodinamika yaitu rata rata suhu BBLR sebelum
dilakukan pronasi yaitu 36,2oC lebih rendah dari rata rata suhu BBLR
kelompok kontrol diketahui 36,61oC.
Suhu tubuh BBLR sebagian besar adalah 36,2oC, suhu bayi
kurang baik karena bayi BBLR, mudah terjadi hipotermi dan kehilangan
panas. Bayi yang sudah lahir suhu tubuh hanya mengandalkan dari
tubuh bayi sendiri, bayi mudah kehilangan panas karena fungsi paru
paru, jantung bayi belum berkembang sempurna. Bayi banyak bergerak
juga menyebabkan penurunan suhu, karena digunakan untuk
metabolisme tubuh bayi. Suhu bayi pada kelompok kontrol diketahui
36,61oC, hal ini karena sebagai pembanding diambil bayi yang memiliki
suhu lebih baik,daripada kelompok yang akan dilakukan intervensi atau
dilakukan posisi pronasi.

2. Nadi BBLR sebelum dilakukan pronasi pada kelompok intervensi dan


kelompok kontrol.
Nadi BBLR sebelum dilakukan pronasi pada kelompok intervensi dan
kelompok kontrol di Ruang Perinatal RSUD RAA Soewondo Pati, rata

46
47

rata nadi sebelum dilakukan pronasi yaitu 125,6 kali per menit (95% CI
119,6 – 131,6), median 124,0 dengan standar deviasi 163,1. Nadi BBLR
terendah yaitu 99 kali per menit dan nadi tertinggi 174 kali per menit.
Dari hasil estimasi interval dapat disimpulkan bahwa 95% diyakini bahwa
rata rata nadi BBLR sebelum dilakukan pronasi adalah 119,6 – 131,6.
Rata rata nadi BBLR sebelum dilakukan supinasi (kontrol) yaitu
135,0 kali per menit (95% CI 129,6 – 140,5), median 133,0 dengan
standar deviasi 148,9. Nadi BBLR terendah yaitu 110 kali per menit dan
nadi tertinggi 174 kali per menit. Dari hasil estimasi interval dapat
disimpulkan bahwa 95% diyakini bahwa rata rata nadi BBLR sebelum
dilakukan pronasi adalah 129,6 – 140,5.
Status hemodinamika yaitu rata rata nadi BBLR sebelum
dilakukan pronasi yaitu 125,6 kali per menit lebih lebih rendah dari rata
rata suhu BBLR kelompok control diketahui 135 kali per menit. Hal ini
karena fungsi paru paru, jantung bayi belum berkembang sempurna
sehingga frekuensi denyut nadi > 160 kali setiap menit.
Denyut nadi merupakan gambaran dari setiap denyut jantung
yang memompakan sejumlah darah ke dalam arteri (Berman et al.,
2009). Rentang nilai normal denyut nadi pada bayi termasuk BBLR
berada pada rentang 100-160 kali tiap menit. Disebut takikardi bila
frekuensi denyut nadi > 160 kali setiap menit, bradikardi bila denyut nadi
< 100 kali setiap menit. Faktor yang dapat mempengaruhi denyut nadi
adalah latihan fisik, berada pada wilayah dengan tekanan atmosfer
rendah, kondisi emosional, penyakit jantung, deman dan apnae (Mac.
Greger, 2008).

3. Pernafasan BBLR sebelum dilakukan pronasi pada kelompok intervensi


dan kelompok kontrol.
Pernafasan BBLR sebelum dilakukan pronasi pada kelompok
intervensi dan kelompok kontrol di Ruang Perinatal RSUD RAA
Soewondo Pati, menunjukkan bahwa rata rata pernafasan BBLR
sebelum dilakukan pronasi yaitu 41,87 kali per menit (95% CI 39,8 –
43,8), median 40,0 dengan standar deviasi 5,48. Pernafasan BBLR
terendah yaitu 36 kali per menit dan pernafasan tertinggi 58 kali per
menit. Dari hasil estimasi interval dapat disimpulkan bahwa 95% diyakini
48

bahwa rata rata pernafasan BBLR sebelum dilakukan pronasi adalah


39,8 – 43,8 kali per menit.
Hasil analisis menunjukkan bahwa rata rata pernafasan BBLR
sebelum dilakukan pronasi yaitu 46,12 kali per menit (95% CI 44,2 –
48,0), median 44,0 dengan standar deviasi 5,23. Pernafasan BBLR
terendah yaitu 38 kali per menit dan pernafasan tertinggi 58 kali per
menit. Dari hasil estimasi interval dapat disimpulkan bahwa 95% diyakini
bahwa rata rata pernafasan BBLR sebelum dilakukan pronasi adalah
44,2 – 48 kali per menit.
Status hemodinamika yaitu rata rata pernafasan BBLR sebelum
dilakukan pronasi yaitu 41,87 kali per menit lebih lebih rendah dari rata
rata suhu BBLR kelompok control diketahui 46,12 kali per menit. Hal ini
karena fungsi paru paru bayi belum berkembang sempurna sehingga
frekuensi 41,87 kali per menit belum sempurna sampai 60 kali per menit.
Menghitung pernafasan yaitu menghitung jumlah pernafasan
dalam satu menit. Nilai pemeriksaan pernafasan merupakan salah satu
indikator untuk mengetahui fungsi sistem pernafasan untuk
mempertahankan pertukaran oksigen dan karbondioksida dalam paru.
Frekuensi pernafasan normal pada neonatus sekitar 30 sampai 60 kali
permenit (Matondang, Wahidiyat, sastroasmoro, 2009).
.
4. Saturasi Oksigen BBLR sebelum dilakukan pronasi pada kelompok
intervensi dan kelompok kontrol.
Saturasi oksigen BBLR sebelum dilakukan pronasi pada kelompok
intervensi dan kelompok kontrol di Ruang Perinatal RSUD RAA
Soewondo Pati, rata rata saturasi oksigen BBLR sebelum dilakukan
pronasi yaitu 91,58% (95% CI 88,4 – 94,7), median 92,0 dengan
standar deviasi 8,61. Saturasi oksigen BBLR terendah yaitu 50% dan
saturasi oksigen tertinggi 99%. Dari hasil estimasi interval dapat
disimpulkan bahwa 95% diyakini bahwa rata rata saturasi oksigen BBLR
sebelum dilakukan pronasi adalah 88,4 – 94,7 %.
Hasil analisis tabel 4.4 menunjukkan bahwa rata rata saturasi
oksigen BBLR sebelum dilakukan supinasi (kontrol) yaitu 92,38% (95%
CI 86,5 – 98,1), median 95,0 dengan standar deviasi 1,579. Saturasi
oksigen BBLR terendah yaitu 87% dan saturasi oksigen tertinggi 100%.
49

Dari hasil estimasi interval dapat disimpulkan bahwa 95% diyakini bahwa
rata rata saturasi oksigen BBLR sebelum dilakukan pronasi adalah 86,5
– 98,1%.
Status hemodinamika yaitu rata rata saturasi oksigen BBLR
sebelum dilakukan pronasi yaitu 91,58% lebih lebih rendah dari rata rata
suhu BBLR kelompok control diketahui 92,38%. Saturasi oksigen
kelompok intervensi maupun kelompok kontrol sebagian besar
pernafasan bayi sudah baik, tapi belum stabil dan belum sempurna.
Saturasi oksigen didefinisikn sebagai presentase jumlah
hemoglobin yang teroksigenasi di dalam darah (Hockenberry &Wilson).
Saturasi oksigen juga merupakan gambaran aliran oksigen dalam tubuh
yang sangat penting bagi optimalnya fungsi jantung dan organ tubuh
lainnya karena oksigen merupakan bahan bakar metabolisme.Sekitar
97% oksigen yang ditransportasikan ke dalam aliran darah berikatan
dengan hemoglobin di dalam sel darah merah dan sebanyak 3% lainnya
larut dalam plasma. Nilai normal saturasi oksigen pada BBLR berada
dalam rentang antara 88%-92% (Lissauer & Fanaroff, 2009).

B. Hemodinamika pada Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) sesudah dilakukan


pronasi pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol.
1. Suhu BBLR sesudah dilakukan pronasi pada kelompok intervensi dan
kelompok kontrol.
Suhu BBLR sesudah dilakukan pronasi pada kelompok intervensi
dan kelompok kontrol di Ruang Perinatal RSUD RAA Soewondo Pati,
rata rata suhu BBLR sesudah dilakukan pronasi yaitu 36,67oC. Suhu
BBLR terendah yaitu 35,8 oC dan suhu tertinggi 37,2 oC. Dari hasil
estimasi interval dapat disimpulkan bahwa 95% diyakini bahwa rata rata
suhu BBLR sesudah dilakukan pronasi adalah 36,57 oC – 36,76 oC.
Hasil analisis menunjukkan bahwa rata rata suhu BBLR sesudah
dilakukan supinasi (control) yaitu 36,55oC. Suhu BBLR terendah yaitu
36,0 oC dan suhu tertinggi 37,4 oC. Dari hasil estimasi interval dapat
disimpulkan bahwa 95% diyakini bahwa rata rata suhu BBLR sesudah
dilakukan pronasi adalah 36,4oC – 36,6 oC.
Terdapat selisih suhu bayi sesudah dilakukan pronasi sebelum
(36,42 oC) dan sesudah dilakukan intervensi / pronasi (36,67 oC) yaitu
50

sebesar 0.25 oC. Setelah dilakukan pronasi ada peningkatan rata rata
suhu sebesar 0.25 oC. Status hemodinamika yaitu rata rata suhu BBLR
sesudah dilakukan pronasi yaitu 36,67oC lebih tingi dari rata rata suhu
BBLR kelompok kontrol diketahui 36,55oC.
Perbedaan rata rata suhu sebelum (36,61 oC) dan sesudah tidak
dilakukan intervensi / kontrol (36,55 oC) yaitu sebesar 0.06 oC. Pada
kelompok control tidak dilakukan intervensi terjadi rata rata penurunan
suhu sebesar 0.06oC. Peningkatan suhu pada kelompok hanya 0.06oC
lebih rendah dari peningkatan suhu kelompok yang dilakukan intervensi
atau pronasi.
Suhu tubuh adalah keseimbangan antara produksi panas oleh
tubuh dan pelepasan panas oleh tubuh. Suhu tubuh normal pada BBLR
36,5oC-37,5oC. Faktor yang mempengaruhi suhu tubuh (Saifuddin,
2012).

2. Nadi BBLR sesudah dilakukan pronasi pada kelompok intervensi dan


kelompok kontrol.
Nadi BBLR sesudah dilakukan pronasi pada kelompok intervensi
dan kelompok kontrol di Ruang Perinatal RSUD RAA Soewondo Pati,
menunjukkan bahwa rata rata nadi BBLR sesudah dilakukan pronasi
yaitu 135 kali per menit. Nadi BBLR terendah yaitu 110 kali per menit
dan nadi tertinggi 162 kali per menit. Dari hasil estimasi interval dapat
disimpulkan bahwa 95% diyakini bahwa rata rata nadi BBLR sesudah
dilakukan pronasi adalah 129 – 140.
Perbedaan rata rata nadi sebelum (125,6 kali per menit) dan
sesudah dilakukan intervensi / pronasi (135 kali per menit) yaitu sebesar
9.4, berarti setelah dilakukan pronasi ada peningkatan rata rata nadi
sebesar 9.4 kali per menit.
Analisis menunjukkan bahwa rata rata nadi BBLR sesudah
dilakukan supinasi (kontrol) yaitu 130,0 kali per menit. Nadi BBLR
terendah yaitu 100 kali per menit dan nadi tertinggi 164 kali per menit.
Dari hasil estimasi interval dapat disimpulkan bahwa 95% diyakini bahwa
rata rata nadi BBLR sesudah dilakukan pronasi adalah 126 – 134
Status hemodinamika yaitu rata rata nadi BBLR sesudah
dilakukan pronasi yaitu 135 kali per menit lebih tingi dari rata rata nadi
BBLR kelompok kontrol diketahui 130,0 kali per menit.
51

3. Pernafasan BBLR sesudah dilakukan pronasi pada kelompok intervensi


dan kelompok kontrol.
Pernafasan BBLR sesudah dilakukan pronasi pada kelompok
intervensi dan kelompok kontrol di Ruang Perinatal RSUD RAA
Soewondo Pati, menunjukkan bahwa rata rata pernafasan BBLR
sesudah dilakukan pronasi yaitu 46,12 kali per menit. Pernafasan BBLR
terendah yaitu 38 kali per menit dan pernafasan tertinggi 58 kali per
menit. Dari hasil estimasi interval dapat disimpulkan bahwa 95% diyakini
bahwa rata rata pernafasan BBLR sesudah dilakukan pronasi adalah
44,2 – 48 kali per menit.
Hasil analisis menunjukkan bahwa rata rata pernafasan BBLR
sesudah dilakukan supinasi yaitu 44,25 kali per menit. Pernafasan
BBLR terendah yaitu 40 kali per menit dan pernafasan tertinggi 54 kali
per menit. Dari hasil estimasi interval dapat disimpulkan bahwa 95%
diyakini bahwa rata rata pernafasan BBLR sesudah dilakukan pronasi
adalah 43,2 – 45,2 kali per menit.
Status hemodinamika yaitu rata rata pernafasan BBLR sesudah
dilakukan pronasi yaitu 46,12 kali per menit lebih lebih rendah dari rata
rata suhu BBLR kelompok control diketahui 44,25 kali per menit.
Menghitung pernafasan yaitu menghitung jumlah pernafasan
dalam satu menit. Nilai pemeriksaan pernafasan merupakan salah satu
indikator untuk mengetahui fungsi sistem pernafasan untuk
mempertahankan pertukaran oksigen dan karbondioksida dalam paru.
Frekuensi pernafasan normal pada neonatus sekitar 30 sampai 60 kali
permenit (Matondang, Wahidiyat, sastroasmoro, 2009).

4. Saturasi Oksigen BBLR sesudah dilakukan pronasi pada kelompok


intervensi dan kelompok kontrol.
Saturasi oksigen BBLR sesudah dilakukan pronasi pada kelompok
intervensi dan kelompok kontrol di Ruang Perinatal RSUD RAA
Soewondo Pati, rata rata saturasi oksigen BBLR sesudah dilakukan
pronasi yaitu 92,38%. Saturasi oksigen BBLR terendah yaitu 90% dan
saturasi oksigen tertinggi 100%. Dari hasil estimasi interval dapat
disimpulkan bahwa 95% diyakini bahwa rata rata saturasi oksigen BBLR
sesudah dilakukan pronasi adalah 86,5 – 98,1 %.
52

Hasil analisis tabel 4.8 menunjukkan bahwa rata rata saturasi


oksigen BBLR sesudah dilakukan supinasi (kontrol) yaitu 95,61%.
Saturasi oksigen BBLR terendah yaitu 90% dan saturasi oksigen
tertinggi 99%. Dari hasil estimasi interval dapat disimpulkan bahwa 95%
diyakini bahwa rata rata saturasi oksigen BBLR sesudah dilakukan
pronasi adalah 94,6 – 96,5%.
Status hemodinamika yaitu rata rata saturasi oksigen BBLR
sebelum dilakukan pronasi yaitu 92,38% lebih rendah dari rata rata suhu
BBLR kelompok control diketahui 95,61%..
Saturasi oksigen didefinisikn sebagai presentase jumlah
hemoglobin yang teroksigenasi di dalam darah (Hockenberry &Wilson).
Saturasi oksigen juga merupakan gambaran aliran oksigen dalam tubuh
yang sangat penting bagi optimalnya fungsi jantung dan organ tubuh
lainnya karena oksigen merupakan bahan bakar metabolisme.Sekitar
97% oksigen yang ditransportasikan ke dalam aliran darah berikatan
dengan hemoglobin di dalam sel darah merah dan sebanyak 3% lainnya
larut dalam plasma. Nilai normal saturasi oksigen pada BBLR berada
dalam rentang antara 88%-92% (Lissauer & Fanaroff, 2009).
C. Pengaruh pronasi terhadap status hemodinamika pada Bayi Berat Lahir
Rendah (BBLR).
1. Pengaruh pronasi terhadap status hemodinamika (suhu) pada Bayi Berat
Lahir Rendah (BBLR).
Hasil uji statisik menggunakan wilcoxon diketahui p value 0,000 <
0,05, berarti terdapat perbedaan status hemodinamika (suhu) pada
BBLR sebelum dan sesudah dilakukan pronasi pada kelompok intervensi
dan kelompok kontrol di Ruang Perinatal RSUD RAA Soewondo Pati.
Status hemodinamika (suhu) pada BBLR pada kelompok kasus
(dilakukan pronasi) sebesar 15,90 dan sedangkan suhu pada BBLR
pada kelompok kontrol sebesar 12,88. Hasil ini menunjukkan bahwa
rentang rata rata suhu BBLR pada kelompok kasus lebih tinggi daripada
kelompok kontrol, sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil tersebut
menunjukkan ada perberbedaan yang signifikan status hemodinamika
(suhu) pada Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) sebelum dan sesudah
dilakukan pronasi pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol di
Ruang Perinatal RSUD RAA Soewondo Pati.
53

Posisi pronasi sangat dapat mengurangi pengeluaran energi,


mempercepat pengosongan isi lambung, meningkatkan respirasi,
menurunkan frekuensi nafas, meningkatkan kemampuan bernafas
(Wilawan,Patcharee &Chave, 2009).

Kebutuhan yang paling krusial pada BBLR setelah tercapainya


respirasi dan pemberian kehangatan eksternal. Pencegahan kehilangan
panas pada bayi distres sangat dibutuhkan karena produksi panas
merupakan proses komplek yang melibatkan sistem kardiovaskuler,
neurologis,dan metabolik. Bayi harus dirawat dalam suhu yang netral
yaitu suhu yang diperlukan untuk konsumsi oksigen dan pengeluaran
kalori minimal. Suhu aksila normal kisaran 36oC sampai37oC (Wong,
2008).
Hasil penelitian ini sama dengan penelitian terdahulu oleh
Apriliawati dan Rosalina (2016) bahwa terdapat pengaruh posisi prone
terhadap nilai saturasi oksigen dan frekuensi pernapasan pada
neonatus.

2. Pengaruh pronasi terhadap status hemodinamika (nadi) pada Bayi Berat


Lahir Rendah (BBLR).
Hasil uji statisik menggunakan wilcoxon diketahui p value 0,034 <
0,05, berarti terdapat perbedan status hemodinamika (nadi) pada BBLR
sebelum dan sesudah dilakukan pronasi pada kelompok intervensi dan
kelompok kontrol di Ruang Perinatal RSUD RAA Soewondo Pati.
Status hemodinamika (nadi) pada BBLR pada kelompok kasus
(dilakukan pronasi) sebesar 15,48 dan sedangkan nadi pada BBLR pada
kelompok kontrol sebesar 17,50. Hasil ini menunjukkan bahwa rentang
rata rata nadi BBLR pada kelompok kasus lebih tinggi daripada
kelompok kontrol, sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil tersebut
menunjukkan ada perberbedaan yang signifikan status hemodinamika
(nadi) pada Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) sebelum dan sesudah
dilakukan pronasi pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol di
Ruang Perinatal RSUD RAA Soewondo Pati.
Hasil penelitian ini sama dengan penelitian terdahulu oleh
Apriliawati dan Rosalina (2016) bahwa terdapat pengaruh posisi prone
54

terhadap nilai saturasi oksigen dan frekuensi pernapasan pada


neonatus.

3. Pengaruh pronasi terhadap status hemodinamika (pernfasan) pada Bayi


Berat Lahir Rendah (BBLR).
Hasil uji statisik menggunakan wilcoxon diketahui p value 0,000 <
0,05, berarti terdapat perbedan status hemodinamika (pernafasan) pada
BBLR sebelum dan sesudah dilakukan pronasi pada kelompok intervensi
dan kelompok kontrol di Ruang Perinatal RSUD RAA Soewondo Pati.
Status hemodinamika (pernafasan) pada BBLR pada kelompok
kasus (dilakukan pronasi) sebesar 14,42 dan sedangkan pernafasan
pada BBLR pada kelompok kontrol sebesar 22,50. Hasil ini menunjukkan
bahwa rentang rata rata pernafasan BBLR pada kelompok kasus lebih
rendah daripada kelompok kontrol tidak sama, sehingga dapat
disimpulkan bahwa hasil tersebut menunjukkan ada perberbedaan yang
signifikan status hemodinamika (pernafasan) pada Bayi Berat Lahir
Rendah (BBLR) sebelum dan sesudah dilakukan pronasi pada kelompok
intervensi dan kelompok kontrol di Ruang Perinatal RSUD RAA
Soewondo Pati.
Hasil penelitian ini sama dengan penelitian terdahulu oleh
Apriliawati dan Rosalina (2016) bahwa terdapat pengaruh posisi prone
terhadap frekuensi pernapasan pada neonatus.

4. Pengaruh pronasi terhadap status hemodinamika (saturasi oksigen) pada


Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR).
Hasil uji statisik menggunakan wilcoxon diketahui p value 0,000 <
0,05, berarti terdapat perbedan status hemodinamika (saturasi oksigen)
pada BBLR sebelum dan sesudah dilakukan pronasi pada kelompok
intervensi dan kelompok kontrol di Ruang Perinatal RSUD RAA
Soewondo Pati.
Status hemodinamika (saturasi oksigen) pada BBLR pada
kelompok kasus (dilakukan pronasi) sebesar 14,54 dan sedangkan
saturasi oksigen pada BBLR pada kelompok kontrol sebesar 29,00. Hasil
ini menunjukkan bahwa rentang rata rata saturasi oksigen BBLR pada
kelompok kasus lebih rendah daripada kelompok kontrol, sehingga
55

dapat disimpulkan bahwa hasil tersebut menunjukkan ada perberbedaan


yang signifikan status hemodinamika (saturasi oksigen) pada Bayi Berat
Lahir Rendah (BBLR) sebelum dan sesudah dilakukan pronasi pada
kelompok intervensi dan kelompok kontrol di Ruang Perinatal RSUD
RAA Soewondo Pati.
Hasil penelitian ini sama dengan penelitian terdahulu oleh
Apriliawati dan Rosalina (2016) bahwa terdapat pengaruh posisi prone
terhadap nilai saturasi oksigen pada neonatus. Hasil penelitian ini sama
dengan penelitian terdahulu oleh Suek (2013) ada perbedaan bermakna
antara saturasi oksigen pada bayi sebelum dan sesudah pemberian
posisi pronasi
Posisi pronasi sangat mempengaruhi perbaikan saturasi oksigen,
pengembangan paru, pengembangan dinding dada dan penurunan
insiden apnea pada bayi BBLR (Wilawan,Patcharee &Chave, 2009).
Posisi pronasi adalah posisi bayi ketika lahir lutut fleksi dibawah
abdomen dan posisi badan telungkup (Wong, et al, 2009). Posisi pronasi
pada BBLR merupakan posisi yang sangat menghemat energi, karena
posisi ini akan menurunkan kehilangan panas dibandingkan posisi
supinasi. Hal ini disebabkan karena pada posisi pronasi, kaki bayi fleksi
sehingga menurunkan metabolisme tubuh akibatnya terjadi penurunan
jumlah kehilangan panas. Penyebab lain juga dikarenakan pada posisi
pronasi wajah bayi menyentuh selimut atau tempat tidur sehinnga wajah
bayi tidak terpapar dengan udara dan memungkinkan terjadinya
penurunan kehilangan panas melalui radiasi (Hegner & Cadwel, 2009).
Posisi pronasi sangat mempengaruhi perbaikan saturasi oksigen,
pengembangan paru, pengembangan dinding dada dan penurunan
insiden apnea pada bayi BBLR (Wilawan,Patcharee &Chave, 2009).
Dengan meletakkan bayi pada posisi pronase, gravitasi dapat menarik
lidah ke anterior sehingga jalan nafas lebih baik sehingga udara dapat
masuk keparu-paru, alveoli dan keseluruh jaringan tubuh. Posisi yang
terbaik untuk bayi adalah posisi fleksi dan posisi itu hanya didapatkan di
posisi pronasi.Tujuan posisi pronasi pada bayi BBLR adalah untuk
meningkatkan oksigenasi, meningkatkan mekanisme pernafasan,
meningkatkan volume paru-paru dan memfasilitasi kelancaran sekresi.
Selain itu posisi pronasi mempunyai banyak keuntungan karena posisi
56

ini dapat mengurangi pengeluaran energi, mempercepat pengosongan


isi lambung, meningkatkan respirasi, menurunkan frekuensi nafas,
meningkatkan kemampuan bernafas dan meningkatkan saturasi oksigen
(Wilawan,Patcharee &Chave, 2009).

D. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Ruang Perinatal RSUD RAA Soewondo Pati,
keterbatasan penelitian ini yaitu bayi BBLR yang dirawat sudah dilakukan
tindakan penanganan atau tindakan medis yang lain sehingga menjadi faktor
pengganggu status hemodinamika bayi BBLR. Waktu penelitian terbatas
sehingga pelaksanaan pronasi dan pengukur hemodinamika bayi baru lahir
hanya dilakukan satu kali, idealnya dilakukan 3 kali.
57

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
1. Rata rata suhu BBLR sebelum dilakukan pronasi yaitu 36,2oC dan
sebelum dilakukan supinasi (control) yaitu 36,61oC. Rata rata nadi BBLR
sebelum dilakukan pronasi yaitu 125,6 kali per menit dan sebelum
dilakukan supinasi (kontrol) yaitu 135,0 kali per menit. Rata rata
pernafasan BBLR sebelum dilakukan pronasi yaitu 41,87 kali per menit
dan sebelum dilakukan pronasi yaitu 46,12 kali per menit. Rata rata
saturasi oksigen BBLR sebelum dilakukan pronasi yaitu 91,58% dan
sebelum dilakukan supinasi (kontrol) yaitu 92,38%.
2. Rata rata suhu BBLR sesudah dilakukan pronasi yaitu 36,67oC dan
sesudah dilakukan supinasi (kontrol) yaitu 36,55oC. Rata rata nadi BBLR
sesudah dilakukan pronasi yaitu 135 kali per menit dan sesudah dilakukan
supinasi (kontrol) yaitu 130,0 kali per menit. Rata rata pernafasan BBLR
sesudah dilakukan pronasi yaitu 46,12 kali per menit dan sesudah
dilakukan pronasi yaitu 44,25 kali per menit. Rata rata saturasi oksigen
BBLR sesudah dilakukan pronasi yaitu 92,38% dan sesudah dilakukan
supinasi (kontrol) yaitu 95,61%.
3. Posisi pronasi berpengaruh terhadap hemodinamika (suhu sig = 0,000,
nadi sig = 0,034, pernafasan sig = 0,003 dan saturasi oksigen sig = 0,000)
pada Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) di Ruang Perinatal RSUD RAA
Soewondo Pati.

B. Saran
1. Kepada Direktut RSUD RAA Soewondo Pati
Managemen RSUD RAA Soewondo Pati diharapkan menerapkan
posisi pronasi untuk meningkatkan status hemodinamika bayi baru lahir
agar bayi baru lahir mendapatkan penanganan yang optimal.
2. Kepada Perawat RSUD RAA Soewondo Pati
Perawat di RSUD RAA Soewondo Pati meningkatkan pengetahuan
tentang penanganan BBLR dan hemodinamika.

57
58

3. Bagi STIKES Muhammadiyah Kudus


Hasil penelitian ini dapat dijadikan tambahan pustaka tentang
pengaruh posisi pronasi terhadap hemodinamika pada Bayi Berat Lahir
Rendah (BBLR).
4. Bagi Peneliti Lain
Kepada peneliti lain diharapkan melakukan penelitian yang dapat
mempengaruhi hemodinamika selain posis pronasi
1

DAFTAR PUSTAKA

Apriliawati, Anita dan Rosalina, The effect of prone position to oxygen


aturations’level and respiratory rate among infants who being installed
mechanical ventilation in Nicu Koja Hospital. The 2nd International
Multidisciplinary Conference 2016 November 15th , 2016, Universitas
Muhammadiyah Jakarta, Indonesia

Berman A, Snyder S, Kozier B. Alih Bahasa meliya, Wahyuningsih dan Yulianti.


Praktik Keperawatan Klinis. EGC, Jakarta, 2009.

Dahlan, Sofiyudin.Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan Deskriptif, Bivariat,


Multivariat dilengkapi dengan Aplikasi menggunakan SPSS. Penerbit
Salemba Medika, Jakarta.2011

Dinkes Kab. Pati Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Pati. Dinkes Kab, Pati, 2017.

Goldsmith, J & karotin E, H. Assisted ventilation of the neonatal. Philadelpia ,


Souenders Inc, 2009.

Hegner B R and Cadwel E. Asisten Keperawatan Suatu Pendekatan Proses


Keperawatan. EGC,Jakarta, 2009.

Jevon, P.& Evens, B . Pemantauan Pasien Kritis. Edisi kedua. Alih bahasa:Vidhia
Umami , Erlangga Medical Seriies, Jakarta, 2009.

Kementerian Kesehatan RI. Manajemen Bayi Berat Lahir Rendah untuk Bidan
dan Perawat. Direktorat Jendral Bina Kesehatan Masyarakat RI, Jakarta ,
2010.

Kementerian Kesehatan RI. Panduan Pelayanan Kesehatan Bayi Baru Lahir


Berbasis Perlindungan Anak. Direktorat Kesehatan Anak Khusus,
Kemenkes, Jakarta , 2013.

Kementerian Kesehatan RI. Buku Pedoman Pengenalan Tanda Bahaya pada


Kehamilan, Persalinan dan Nifas. Kementerian Kesehatan RI, Jakarta
,2014.

Lissauer, T & Fanaroff, A. At a Glance Neonatologi. Erlangga, Jakarta, 2009.

Mahfoedz, Ircham, dkk. Metodologi Penelitian Bidang Kesehatan,


Keperawatan dan Kebidanan. Fitramaya, Yogyakarta, 2010.

Mc. Gregor J. Introduction to the anatomy and physiology of children : A. Guide


for student of nursing. STIKES. A.Yani.Cimahi, 2008.

Marnoto Wirastari. Pemberian ASI pada Bayi Berat Lahir Rendah. Perkumpulan
Perinatologi Indonesia (Perinasia), Jakarta, 2017.

Maryunani, A Nur Hayati. Asuhan Kegawat Daruratan dan Penyulit pada


Neonatus. Traninfomedika , Jakarta ,2009.
1

Maryunani, A & Puspita, E. Asuhan Kegawatan Maternal & Neonatal. TIM,


Jakarta, 2013.

Matondang,dkk. Diagnosis Fisik pada Anak. CV. Sagun Seto, Jakarta, 2009.

Miyata, s, et, al. The effec of the Prone Position on the psycological function in
healthy Student. The Open general and Medicine Journal, 2012 ;(5):9-12.

Notoadmojo, Soekidjo. Metodologi Penelitian Kesehatan. Edisi Revisi, Rineka


Cipta, Jakarta, 2010.

Kemenkes RI, Perkumpulan Perinatologi Indonesia (Perinasia).


Penatalaksanaan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR). Jakarta, 2017

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 53 Tahun 2014 Tentang


Pelayanan Kesehatan Neonatal Esensial

Proverawati, Atikah. BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) . Nuha Medika


,Yogyakarta, 2010.

Pudjiadi,dkk. Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter Anak Indonesia .IDAI,


Jakarta, 2010.

Raj, S, et al. Low Brith Weight at Term and its Determinants in a Tertiaty Hospital
of Nepal. 2015 ;10 (4), P. 4- 10

Riwidakdo, Handoko. Statistik Kesehatan Belajar Mudah Teknik Analisis Data


dalam Penelitian Kesehatan (Plus Aplikasi Sofware SPSS). Mitra Cendikia
Press, Yogyakarta, 2008.

RSUD RAA Soewondo Pati. Profil RSUD RAA Soewondo Pati.. Pati, 2017.

Rihiantoro, dkk. Pengaruh terapi musik terhadap status Hemodinamika pada


pasien koma di ruang ICU Sebuah rumah sakit di Lampung., 2014.

Sabri & Hastono. Statistik Kesehatan. Raja Grafinda Persada, Jakarta, 2008.

Saryono .Metodologi Penelitian Kesehatan. Mitra Cendekia Press, Yogyakarta,


2010.

Saifuddin. Anatomi Fisiologi Kurikulum Berbasis Kompetensi untuk Keperawatan


dan Kebidanan. EGC, Jakarta, 2012.

Suek. Orpa Diana. 2013. Pengaruh posisi pronasi terhadap status hemodinamik
Anak di ruang Pediatric intensive care unit (PICU) RSAB Harapan Kita Jakarta .
Jurnal Info Kesehatan, Vol 11 Nomor 1 Juni 2013
1

Sudarti dan Arofah. Asuhan Kebidanan Neonatus Bayi dan Balita. Nuha Medika ,
Yogyakarta, 2012.

Sujono & suharsono. Asuhan Keperawatan Anak Sakit. Gosyen Publishing,


Yogyakarta, 2010.

Wong. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. EGC, Jakarta, 2008 ;Volume 2.

Wong, D.L. Eaton, M.H. Wilson D Winkelstein, L.M., Schwartz P. Wong’s


Essensial of pediatric nursing (6 th edition). Missiori Mosby Inc, 2009.

Wilawan, O. Patchere W & Chave B. 2009. Positioning of preterm infans for


optimal physiological development : A. systemic review.

JBI Library of Systemic Review. 7 97) : 224-259 IEBSCO diperoleh dari


www.ui.ac.pada tanggal 15 Pebruari 2018.
1

Lampiran 2

LEMBAR OBSERVASI
PENGARUH POSISI PRONASI TERHADAP HEMODINAMIKA PADA BAYI
BERAT LAHIR RENDAH (BBLR) DI RUANG PERINATAL RSUD RAA
SOEWONDO PATI TAHUN 2018

Nomor Responden : ……………………………..


Nama bayi : ……………………………..
Jenis kelamin : ……………………………...
Umur : ………………………………
Alamat : ……………………………….

Hemodinamika pada Posisi Pronasi


Petunjuk pengisian : Isi kondisi keadaan bayi sebelum dilakukan posisi
pronasi

No PEMERIKSAAN Hasil Pengukuran


1 Frekuensi nadi …………………..

2 Frekuensi nafas, ……………………..

3 Saturasi oksigen ……………………….

4 Suhu tubuh. ……………………….

Hemodinamika pada Posisi Stándar Rumah Sakit


Petunjuk pengisian : Isi kondisi keadaan bayi sebelum dilakukan posisi
standar rumah sakit

No PEMERIKSAAN Hasil Pengukuran


1 Frekuensi nadi …………………..
2 Frekuensi nafas, ……………………..

3 Saturasi oksigen ……………………….

4 Suhu tubuh. ……………………….


Lampiran 2

LEMBAR OBSERVASI
PENGARUH POSISI PRONASI TERHADAP HEMODINAMIKA PADA BAYI
BERAT LAHIR RENDAH (BBLR) DI RUANG PERINATAL RSUD RAA
SOEWONDO PATI TAHUN 2018

Nomor Responden : ……………………………..


Nama bayi : ……………………………..
Jenis kelamin : ……………………………...
Umur : ………………………………
Alamat : ……………………………….

Hemodinamika pada Posisi Pronasi


Petunjuk pengisian : Isi kondisi keadaan bayi sesudah dilakukan posisi
pronasi

No PEMERIKSAAN Hasil Pengukuran


1 Frekuensi nadi …………………..

2 Frekuensi nafas, ……………………..

3 Saturasi oksigen ……………………….

4 Suhu tubuh. ……………………….

Hemodinamika pada Posisi Stándar Rumah Sakit


Petunjuk pengisian : Isi kondisi keadaan bayi sesudah dilakukan posisi
standar rumah sakit

No PEMERIKSAAN Hasil Pengukuran


1 Frekuensi nadi …………………..
2 Frekuensi nafas, ……………………..

3 Saturasi oksigen ……………………….

4 Suhu tubuh. ……………………….


Lampiran 3

PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada Yth.
Ibu Bayi di Ruang Perinatal RSUD RAA SOEWONDO PATI

Dengan Hormat,
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Sumarmi
NIM : E420173513
Alamat : Desa Sarirejo RT 2/ RW 1
Kecamatan Pati Kabupaten Pati

Adalah mahasiswa Stikes Muhammadiyah Kudus, yang sedang


melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Posisi Pronasi Terhadap
Hemodinamika pada Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) di Ruang Perinatal RSUD
RAA Soewondo Pati Tahun 2018”.
Penelitian ini tidak menimbulkan akibat yang merugikan bagi Saudara
sebagai responden dan kerahasiaan informasi akan dijaga serta hanya
digunakan untuk kepentingan penelitian. Jika Anda tidak bersedia menjadi
responden, maka tidak ada ancaman. Bila Anda bersedia menjadi responden
dan terjadi hal-hal yang memungkinkan untuk mengundurkan diri, Anda boleh
tidak ikut sebagai responden dalam penelitian ini.
Apabila anda menyetujui, maka saya mohon kesediaannya untuk
menandatangani persetujuan dan menjawab semua pertanyaan yang saya
ajukan.
Atas perhatian dan kesediaan Anda untuk menjadi responden kami
ucapkan terima kasih.

Hormat kami
Peneliti

Sumarmi
Lampiran 4

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama :

Umur :

Alamat :

Setelah diberikan penjelasan, dengan ini saya menyatakan bersedia menjadi


responden untuk penelitian :

Nama : Sumarmi

NIM : E420173513

Judul : Pengaruh Posisi Pronasi Terhadap Hemodinamika


pada Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) di Ruang
Perinatal RSUD RAA Soewondo Pati Tahun 2018

Untuk pembuatan Skripsi ini, saya buat tanpa paksaan dari pihak manapun
dan tidak menuntut di kemudian hari.

Pati, 2018

Yang menyatakan
Lampiran 5 …. ……………….

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

PELAKSANAAN POSISI PRONASI PADA BAYI BERAT LAHIR RENDAH


(BBLR)
DI RUANG PERINATAL RSUD RAA SOEWONDO PATI TAHUN 2018

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

PELAKSANAAN POSISI PRONASI PADA BAYI BERAT LAHIR RENDAH (BBLR)

1. Pengertian Posisi bayi diletakkan lutut fleksi dibawah abdomen dan posisi
badan tertelungkup

2. Tujuan a. Untuk meningkatkan oksigenasi


b. Meningkatkan kualitas hidup bayi
c. Meningkatkan kemampuan bernafas dan meningkatkan saturasi
oksigen
3. Persiapan alat a. Linen kering atau gedong
b. Bantal bayi

4. Prosedur j. Siapkan tempat tidur


k. Tutup tempat tidur dengan linen kering
l. Posisikan bantal U di atas tempat tidur tutup dengan linen
kering
m. Letakkan bantal bayi di atas bantal U yang sudah ditutup
dengan linen kering
n. Posisikan bayi tengkurap, pastikan tidak ada kabel yang
menekan kulit bayi
o. Posisikan kedua kaki bayi menekuk ke arah perut, kedua
tangan bayi berada disamping kepala bayi, kepala bayi
menghadap ke kiri atau ke akanan
p. Pastikan jalan nafas tidak tertutup
q. Observasi tanda tanda vital selama bayi dalam posisi tengkurap
r. Kembalikan bayi ke posisi terlentang atau miring kanan atau
miring kiri setelah lebih dari dua jam atau bayi merasa tidak
nyaman
5. Unit Tekait ICU dan perinatal

Lampiran 6

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR


PELAKSANAAN PENGUKURAN PERNAFASAN PADA BAYI DI RUANG
PERINATAL RSUD RAA SOEWONDO PATI TAHUN 2018

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

PELAKSANAAN PENGUKURAN PERNAFASAN PADA BAYI

1.Pengertian Menghitung pernafasan adalah tindakan untuk


menghitung pernafasan bayi.

2.Tujuan Untuk menetapkan langkah langkah sebagai acuan untuk


penghitungan pernafasan pada bayi

3.Alat Ukur a. Alat ukur waktu (arloji / jam tangan)


b. Alat tulis
4.Prosedur s. Mempersiapkan alat
t. Petugas mempersiapkan pasien
u. Hitung pernafasan dengan naik turunnya dada sambil
memegang dada bayi
v. Hitung dalam satu menit penuh
w. Petugas merapikan alat yang sudah digunakan
x. Petugas mencatat hasil kegiatan di rekam medis

5.Unit Tekait ICU dan perinatal


Lampiran 7

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR


PELAKSANAAN PENGUKURAN SUHU PADA BAYI DI RUANG PERINATAL
RSUD RAA SOEWONDO PATI TAHUN 2018

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

PELAKSANAAN PENGUKURAN SUHU PADA BAYI

1.Pengertian Mengukur suhu adalah menghitung suhu bayi dengan


menggunakan termometer

2.Tujuan a. Untuk mengetahui suhu badan bayi


b. Menentukan diagnose
c. Menentukan tindakan perawatan

3.Alat Ukur c. Termometer


d. Alat tulis
4.Prosedur y. Mempersiapkan alat
z. Petugas mencuci tangan
å. Petugas membersihkan ketiak bayi dengan tisu kering
ä. Petugas menurunkan air raksa termometer tepat pada
angka nol
ö. Memasang termometer tepat pada reservoirnya
aa. Jepitkan ditengah tengah ketiak di lengan
dilipatkan
bb. Mengangkat termometer setelah 5-10 menit
langsung dibaca
cc. Mencuci termometer di air mengalir dengan sabun
atau kapas alkohol
dd. Keringkan kembali, kemudian air dikembalikan
diatur ke posisi nol
ee. Termometer disimpan
ff. Merapikan pasien
5.Unit Tekait ICU dan perinatal

Lampiran 8

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

PELAKSANAAN PENGUKURAN NADI PADA BAYI DI RUANG PERINATAL


RSUD RAA SOEWONDO PATI TAHUN 2018

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

PELAKSANAAN PENGUKURAN NADI PADA BAYI

1.Pengertian Mengukur nadi adalah mengukur denyut nadi bayi

2.Tujuan d. Untuk mengetahui denyut nadi bayi


e. Menentukan diagnose
f. Menentukan tindakan perawatan

3.Alat Ukur e. Oksimetri


f. Alat tulis
4.Prosedur gg. Persiapan alat
hh. Pulse oksimetri beserta sensornya
ii. Cuci tangan
jj. Lokasi tempat sensor dibersihkan dari darah atau kotoran lain
kk. Pilih sensor yang tepat sesuai dengan lokasi sensor
ll. Sambungkan oksimetri dengan menekan tombol power on
mm. Set alarm secara tepat dan cek fungsi lainnya
nn. Matikan kembali
oo. Sambungkan sensor pada kaki, telinga
pp. Membaca hasil oksimetri
qq. Mencatat hasil pengukuran
rr. Merapikan pasien

5.Unit Tekait ICU dan perinatal


Lampiran 9

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR


PELAKSANAAN PENGUKURAN SATURASI OKSIGEN PADA BAYI DI RUANG
PERINATAL RSUD RAA SOEWONDO PATI TAHUN 2018

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

PELAKSANAAN PENGUKURAN SATURASI PADA BAYI

6. Pengertian Mengukur saturasi oksigen adalah teknik monitoring non infasiv


untuk mengukur saturasi oksigen arteri dan fungsi hemoglobin
pada bayi nilai normal 88-92 %

7. Tujuan g. Untuk menilai data dasar saturasi oksigen yang merupakan


bagian pengkajian oksigenasi
h. Deteksi dini terhadap perubahan saturasi yang sering
berubah terutama pada keadaan kritis
i. Mengevaluasi respon bayi terhadap aktivitas oksigenasi
pasien seperti, reposisi, perubahan konsentrasi O2

8. Alat Ukur g. Oksimetri


h. Alat tulis
9. Prosedur ss. Persiapan alat
tt. Pulse oksimetri beserta sensornya
uu. Cuci tangan
vv. Lokasi tempat sensor dibersihkan dari darah atau
kotoran lain
ww. Pilih sensor yang tepat sesuai dengan lokasi sensor
xx. Sambungkan oksimetri dengan menekan tombol power
on
yy. Set alarm secara tepat dan cek fungsi lainnya
zz. Matikan kembali
åå. Sambungkan sensor pada kaki, telinga
ää. Simpan alat kembali

10. Unit Tekait ICU dan perinatal


REKAPITULASI PENELITIAN

SEBELUM SESUDAH PERBEDAAN


NO J_Kel KASUS (PRONASI) KONTROL KASUS (PRONASI) KONTROL KASUS (PRONASI) KONTROL
S N RR SPO S N RR SPO S N RR SPO S N RR SPO S N RR SPO S N RR SPO
1 1 36,2 121 38 87 36,6 124 44 96 36,6 134 44 92 36,5 126 40 96 0,4 13 6 5 -0,1 2 -4 0
2 1 36,4 100 40 88 36,6 110 40 90 36,8 120 48 99 36,4 110 42 92 0,4 20 8 11 -0,2 0 2 2
3 1 36,4 112 38 99 36,8 133 46 91 37 134 42 90 36,8 133 46 91 0,6 22 4 -9 0 0 0 0
4 2 36,6 134 40 90 36,2 174 54 99 36,8 136 44 94 36,2 164 54 96 0,2 2 4 4 0 -10 0 -3
5 1 36,5 110 42 90 36,6 120 44 92 36,6 120 44 92 36,6 121 44 90 0,1 10 2 2 0 1 0 -2
6 2 36,4 124 42 90 36,5 126 44 94 36,7 128 46 94 36,4 126 44 93 0,3 4 4 4 -0,1 0 0 -1
7 2 36,6 112 42 88 36,8 124 48 93 37 120 46 94 36,6 126 46 93 0,4 8 4 6 -0,2 2 -2 0
8 2 36,5 100 40 90 36,4 110 40 94 36,7 124 44 96 36,4 110 40 94 0,2 24 4 6 0 0 0 0
9 1 36,2 112 40 87 36,6 130 42 93 36,6 130 42 93 36,5 118 40 92 0,4 18 2 6 -0,1 -12 -2 -1
10 2 36,6 130 42 92 37 128 44 94 37,2 136 46 96 37,1 128 44 94 0,6 6 4 4 0,1 0 0 0
11 1 36,8 142 44 92 36,8 126 40 94 37 136 46 94 36,6 124 40 94 0,2 -6 2 2 -0,2 -2 0 0
12 2 36,4 124 40 90 36,4 142 48 92 35,8 136 44 94 36,4 142 46 92 -0,6 12 4 4 0 0 -2 0
13 2 36,2 110 36 91 36,6 128 44 96 36,5 120 40 93 36,5 126 44 96 0,3 10 4 2 -0,1 -2 0 0
14 1 36,4 134 38 96 36,8 146 58 94 36,5 140 42 98 36,8 146 58 94 0,1 6 4 2 0 0 0 0
15 2 36,6 112 42 92 36,4 118 38 87 36,8 124 46 96 36,4 120 38 87 0,2 12 4 4 0 2 0 0
16 1 36,2 124 40 92 36,8 126 44 96 36,8 126 44 96 36,6 126 44 94 0,6 2 4 4 -0,2 0 0 -2
17 2 36,4 99 36 90 36,4 120 40 93 36,6 112 42 94 36,5 121 38 90 0,2 13 6 4 0,1 1 -2 -3
18 2 36,5 126 40 92 36,6 130 52 95 36,6 128 42 93 36,6 130 52 95 0,1 2 2 1 0 0 0 0
19 1 36,2 146 48 99 36,8 138 48 99 36,8 138 48 99 36,6 138 46 99 0,6 -8 0 0 -0,2 0 -2 0
20 1 36,5 128 40 90 36,2 146 54 96 36,7 134 46 94 36 138 54 96 0,2 6 6 4 -0,2 -8 0 0
21 2 36,2 129 40 98 36,5 140 44 99 36,5 145 44 99 36,4 140 42 99 0,3 16 4 1 -0,1 0 -2 0
22 1 36,5 146 56 94 36,4 138 54 94 36,4 138 54 94 36,4 138 52 92 -0,1 -8 -2 0 0 0 -2 -2
23 1 37 156 58 99 37 160 46 99 37,2 100 46 99 36,6 160 48 98 0,2 -56 -12 0 -0,4 0 2 -1
24 2 36,6 174 56 98 37,4 143 52 100 36,6 162 44 98 37,4 157 52 99 0 -12 -12 0 0 14 0 -1
25 2 36,2 120 40 96 36,8 125 40 99 36,6 120 40 98 36,4 137 56 98 0,4 0 0 2 -0,4 12 16 -1
26 1 36,4 128 40 97 36,5 135 44 98 36,6 135 42 99 36,8 105 40 98 0,2 7 2 2 0,3 -30 -4 0
27 2 36,5 124 44 94 36,6 165 44 95 36,4 120 42 98 36,4 140 44 95 -0,1 -4 -2 4 -0,2 -25 0 0
28 2 36,4 136 36 98 36,6 148 44 99 36,5 136 40 99 37,2 162 44 98 0,1 0 4 1 0,6 14 0 -1
29 1 36,5 128 40 90 36,6 148 52 89 36,7 134 46 94 36,6 171 52 89 0,2 6 6 4 0 23 0 0
30 2 36,2 129 40 98 36,2 146 54 96 36,7 145 44 99 36 138 54 96 0,5 16 4 1 -0,2 -8 0 0
31 2 36,2 124 40 92 36,5 140 44 99 36,5 126 44 96 36,4 140 42 99 0,3 2 4 4 -0,1 0 -2 0
explore

Case Processing Summary


Cases
Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Suhu sebelum dilakukan


31 100.0% 0 .0% 31 100.0%
pronasi
Nadi sebelum dilakukan
31 100.0% 0 .0% 31 100.0%
pronasi
Pernafasan sebelum
31 100.0% 0 .0% 31 100.0%
dilakukan pronasi
Saturasi oksigen sebelum
31 100.0% 0 .0% 31 100.0%
dilakukan pronasi
Suhu sebelum dilakukan
31 100.0% 0 .0% 31 100.0%
kontrol (supinasi)
Nadi sebelum dilakukan
31 100.0% 0 .0% 31 100.0%
kontrol (supinasi)
Pernafasan sebelum
31 100.0% 0 .0% 31 100.0%
dilakukan kontrol (supinasi)
Saturasi oksigen sebelum
31 100.0% 0 .0% 31 100.0%
dilakukan kontrol (supinasi)
Suhu sesudah dilakukan
31 100.0% 0 .0% 31 100.0%
pronasi
Nadi sesudah dilakukan
31 100.0% 0 .0% 31 100.0%
pronasi
Pernafasan sesudah
31 100.0% 0 .0% 31 100.0%
dilakukan pronasi
Saturasi oksigen sesudah
31 100.0% 0 .0% 31 100.0%
dilakukan pronasi
Suhu sesudah dilakukan
31 100.0% 0 .0% 31 100.0%
kontrol (supinasi)
Nadi sesudah dilakukan
31 100.0% 0 .0% 31 100.0%
kontrol (supinasi)
Pernafasan sesudah
31 100.0% 0 .0% 31 100.0%
dilakukan kontrol (supinasi)
Case Processing Summary
Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Suhu sebelum dilakukan


31 100.0% 0 .0% 31 100.0%
pronasi
Nadi sebelum dilakukan
31 100.0% 0 .0% 31 100.0%
pronasi
Pernafasan sebelum
31 100.0% 0 .0% 31 100.0%
dilakukan pronasi
Saturasi oksigen sebelum
31 100.0% 0 .0% 31 100.0%
dilakukan pronasi
Suhu sebelum dilakukan
31 100.0% 0 .0% 31 100.0%
kontrol (supinasi)
Nadi sebelum dilakukan
31 100.0% 0 .0% 31 100.0%
kontrol (supinasi)
Pernafasan sebelum
31 100.0% 0 .0% 31 100.0%
dilakukan kontrol (supinasi)
Saturasi oksigen sebelum
31 100.0% 0 .0% 31 100.0%
dilakukan kontrol (supinasi)
Suhu sesudah dilakukan
31 100.0% 0 .0% 31 100.0%
pronasi
Nadi sesudah dilakukan
31 100.0% 0 .0% 31 100.0%
pronasi
Pernafasan sesudah
31 100.0% 0 .0% 31 100.0%
dilakukan pronasi
Saturasi oksigen sesudah
31 100.0% 0 .0% 31 100.0%
dilakukan pronasi
Suhu sesudah dilakukan
31 100.0% 0 .0% 31 100.0%
kontrol (supinasi)
Nadi sesudah dilakukan
31 100.0% 0 .0% 31 100.0%
kontrol (supinasi)
Pernafasan sesudah
31 100.0% 0 .0% 31 100.0%
dilakukan kontrol (supinasi)
Saturasi oksigen sesudah
31 100.0% 0 .0% 31 100.0%
dilakukan kontrol (supinasi)
Descriptives
Statistic Std. Error

Suhu sebelum Mean 36.4290 .03476


dilakukan pronasi 95% Confidence Interval Lower Bound 36.3580
for Mean Upper Bound 36.5000

5% Trimmed Mean 36.4140

Median 36.4000

Variance .037

Std. Deviation .19355

Minimum 36.20

Maximum 37.00

Range .80

Interquartile Range .30

Skewness .768 .421

Kurtosis 1.156 .821

Nadi sebelum Mean 1.2561E2 2.93062


dilakukan pronasi 95% Confidence Interval Lower Bound 1.1963E2
for Mean Upper Bound 1.3160E2

5% Trimmed Mean 1.2474E2

Median 1.2400E2
Variance 266.245

Std. Deviation 1.63170E1

Minimum 99.00
Maximum 174.00

Range 75.00

Interquartile Range 22.00


Skewness .777 .421

Kurtosis 1.497 .821

Pernafasan Mean 41.8710 .98564


sebelum dilakukan 95% Confidence Interval Lower Bound 39.8580
pronasi for Mean Upper Bound 43.8839

5% Trimmed Mean 41.3405


Median 40.0000
Variance 30.116

Std. Deviation 5.48782

Minimum 36.00
Maximum 58.00

Range 22.00

Interquartile Range 2.00


Skewness 1.986 .421

Kurtosis 3.555 .821

Saturasi oksigen Mean 91.5806 1.54695


sebelum dilakukan 95% Confidence Interval Lower Bound 88.4213
pronasi for Mean Upper Bound 94.7399

5% Trimmed Mean 92.7491


Median 92.0000

Variance 74.185

Std. Deviation 8.61307

Minimum 50.00

Maximum 99.00

Range 49.00
Interquartile Range 7.00

Skewness -3.879 .421

Kurtosis 18.933 .821


Suhu sebelum Mean 36.6129 .04585
dilakukan kontrol 95% Confidence Interval Lower Bound 36.5193
(supinasi) for Mean Upper Bound 36.7065

5% Trimmed Mean 36.6000

Median 36.6000

Variance .065
Std. Deviation .25527

Minimum 36.20

Maximum 37.40
Range 1.20

Interquartile Range .40


Skewness .823 .421
Kurtosis 1.810 .821

Nadi sebelum Mean 1.3506E2 2.67483


dilakukan kontrol 95% Confidence Interval Lower Bound 1.2960E2
(supinasi) for Mean Upper Bound 1.4053E2

5% Trimmed Mean 1.3447E2

Median 1.3300E2
Variance 221.796

Std. Deviation 1.48928E1

Minimum 110.00
Maximum 174.00

Range 64.00

Interquartile Range 21.00


Skewness .653 .421

Kurtosis .514 .821

Pernafasan Mean 46.1290 .94099


sebelum dilakukan 95% Confidence Interval Lower Bound 44.2073
kontrol (supinasi) for Mean Upper Bound 48.0508

5% Trimmed Mean 45.9606


Median 44.0000

Variance 27.449

Std. Deviation 5.23922


Minimum 38.00

Maximum 58.00

Range 20.00

Interquartile Range 8.00

Skewness .591 .421

Kurtosis -.582 .821


Saturasi oksigen Mean 92.3871 2.83741
sebelum dilakukan 95% Confidence Interval Lower Bound 86.5923
kontrol (supinasi) for Mean Upper Bound 98.1819
5% Trimmed Mean 95.0789

Median 95.0000
Variance 249.578
Std. Deviation 1.57981E1

Minimum 9000

Maximum 100.00
Range 91.00

Interquartile Range 6.00

Skewness -5.215 .421


Kurtosis 28.297 .821

Suhu sesudah Mean 36.6710 .04711


dilakukan pronasi 95% Confidence Interval Lower Bound 36.5748
for Mean Upper Bound 36.7672

5% Trimmed Mean 36.6781

Median 36.6000
Variance .069

Std. Deviation .26229

Minimum 35.80

Maximum 37.20

Range 1.40

Interquartile Range .30


Skewness -.621 .421

Kurtosis 3.420 .821

Nadi sesudah Mean 1.3023E2 2.04924


dilakukan pronasi 95% Confidence Interval Lower Bound 1.2604E2
for Mean Upper Bound 1.3441E2

5% Trimmed Mean 1.3024E2

Median 1.3400E2

Variance 130.181

Std. Deviation 1.14097E1


Minimum 100.00

Maximum 162.00

Range 62.00
Interquartile Range 16.00

Skewness .023 .421


Kurtosis 1.846 .821
Pernafasan Mean 44.2581 .50581
sesudah dilakukan 95% Confidence Interval Lower Bound 43.2251
pronasi for Mean Upper Bound 45.2911
5% Trimmed Mean 44.0717

Median 44.0000

Variance 7.931
Std. Deviation 2.81624

Minimum 40.00

Maximum 54.00
Range 14.00

Interquartile Range 4.00

Skewness 1.211 .421


Kurtosis 3.564 .821

Saturasi oksigen Mean 95.6129 .46991


sesudah dilakukan 95% Confidence Interval Lower Bound 94.6532
pronasi for Mean Upper Bound 96.5726

5% Trimmed Mean 95.6971

Median 96.0000
Variance 6.845

Std. Deviation 2.61633

Minimum 90.00
Maximum 99.00

Range 9.00

Interquartile Range 4.00

Skewness -.071 .421

Kurtosis -1.078 .821

Suhu sesudah Mean 36.5516 .05305


dilakukan kontrol 95% Confidence Interval Lower Bound 36.4433
(supinasi) for Mean Upper Bound 36.6600

5% Trimmed Mean 36.5391


Median 36.5000

Variance .087
Std. Deviation .29538
Minimum 36.00

Maximum 37.40

Range 1.40
Interquartile Range .20

Skewness .941 .421

Kurtosis 2.038 .821


Nadi sesudah Mean 1.3423E2 2.91482
dilakukan kontrol 95% Confidence Interval Lower Bound 1.2827E2
(supinasi) for Mean Upper Bound 1.4018E2
5% Trimmed Mean 1.3385E2

Median 1.3300E2

Variance 263.381
Std. Deviation 1.62290E1

Minimum 105.00

Maximum 171.00

Range 66.00

Interquartile Range 16.00

Skewness .501 .421


Kurtosis -.054 .821

Pernafasan Mean 46.0000 1.02023


sesudah dilakukan 95% Confidence Interval Lower Bound 43.9164
kontrol (supinasi) for Mean Upper Bound 48.0836

5% Trimmed Mean 45.8172

Median 44.0000

Variance 32.267

Std. Deviation 5.68038

Minimum 38.00
Maximum 58.00

Range 20.00

Interquartile Range 10.00


Skewness .541 .421

Kurtosis -.831 .821


Saturasi oksigen Mean 94.4839 .57897
sesudah dilakukan
95% Confidence Interval Lower Bound 93.3015
kontrol (supinasi)
for Mean Upper Bound 95.6663
5% Trimmed Mean 94.6093

Median 94.0000

Variance 10.391
Std. Deviation 3.22357

Minimum 87.00

Maximum 99.00

Range 12.00

Interquartile Range 6.00

Skewness -.335 .421

Kurtosis -.511 .821

Suhu sebelum dilakukan pronasi


Suhu sebelum dilakukan pronasi Stem-and-Leaf Plot

Frequency Stem & Leaf

9.00 362 . 000000000


.00 363 .
8.00 364 . 00000000
7.00 365 . 0000000
5.00 366 . 00000
.00 367 .
1.00 368 . 0
1.00 Extremes (>=37.00)

Stem width: .10


Each leaf: 1 case(s)
Explore

Case Processing Summary


Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Perbedaan suhu
sebelum dan sesudah
31 100.0% 0 .0% 31 100.0%
dilakukan pronasi
(kasus)
Perbedaan nadi
sebelum dan sesudah
31 100.0% 0 .0% 31 100.0%
dilakukan pronasi
(kasus)
Perbedaan pernafasan
sebelum dan sesudah
31 100.0% 0 .0% 31 100.0%
dilakukan pronasi
(kasus)
Perbedaan saturai
oksigen sebelum dan
31 100.0% 0 .0% 31 100.0%
sesudah dilakukan
pronasi (kasus)
Perbedaan suhu
sebelum dan sesudah
31 100.0% 0 .0% 31 100.0%
dilakukan supinasi
(kontrol)
Perbedaan nadi
sebelum dan sesudah
31 100.0% 0 .0% 31 100.0%
dilakukan supinasi
(kontrol)
Perbedaan pernafasan
sebelum dan sesudah
31 100.0% 0 .0% 31 100.0%
dilakukan supinasi
(kontrol)
Perbedaan saturasi
oksigen sebelum dan
31 100.0% 0 .0% 31 100.0%
sesudah dilakukan
supinasi (kontrol)
Descriptives
Statistic Std. Error

Perbedaan suhu Mean .2419 .04418


sebelum dan sesudah 95% Confidence Lower Bound .1517
dilakukan pronasi
Interval for Mean Upper Bound .3322
(kasus)
5% Trimmed Mean .2590

Median .2000

Variance .061

Std. Deviation .24600

Minimum -.60

Maximum .60

Range 1.20

Interquartile Range .30

Skewness -1.153 .421

Kurtosis 3.438 .821

Perbedaan nadi Mean 4.6129 2.58435


sebelum dan sesudah 95% Confidence Lower Bound -.6650
dilakukan pronasi Interval for Mean Upper Bound 9.8909
(kasus)
5% Trimmed Mean 6.0753

Median 6.0000
Variance 207.045

Std. Deviation 1.43891


E1

Minimum -56.00

Maximum 24.00
Range 80.00

Interquartile Range 13.00

Skewness -2.506 .421


Kurtosis 9.989 .821

Perbedaan pernafasan Mean 2.3871 .79471


sebelum dan sesudah 95% Confidence Lower Bound .7641
dilakukan pronasi Interval for Mean Upper Bound 4.0101
(kasus)
5% Trimmed Mean 2.9140
Median 4.0000
Variance 19.578

Std. Deviation 4.42476

Minimum -12.00
Maximum 8.00

Range 20.00

Interquartile Range 2.00


Skewness -2.354 .421

Kurtosis 6.052 .821

Perbedaan saturai Mean 4.0323 1.44987


oksigen sebelum dan 95% Confidence Lower Bound 1.0712
sesudah dilakukan Interval for Mean Upper Bound 6.9933
pronasi (kasus)
5% Trimmed Mean 3.0090
Median 4.0000

Variance 65.166

Std. Deviation 8.07252

Minimum -9.00

Maximum 44.00

Range 53.00
Interquartile Range 3.00

Skewness 4.170 .421

Kurtosis 21.459 .821


Perbedaan suhu Mean -.0613 .03366
sebelum dan sesudah 95% Confidence Lower Bound -.1300
dilakukan supinasi Interval for Mean Upper Bound .0074
(kontrol)
5% Trimmed Mean -.0733

Median -.1000

Variance .035
Std. Deviation .18740

Minimum -.40

Maximum .60
Range 1.00

Interquartile Range .20


Skewness 1.342 .421
Kurtosis 4.569 .821

Perbedaan nadi Mean -.8387 1.78470


sebelum dan sesudah 95% Confidence Lower Bound -4.4836
dilakukan supinasi Interval for Mean Upper Bound 2.8061
(kontrol)
5% Trimmed Mean -.4642

Median .0000
Variance 98.740

Std. Deviation 9.93679

Minimum -30.00
Maximum 23.00

Range 53.00

Interquartile Range 3.00


Skewness -.709 .421

Kurtosis 3.103 .821

Perbedaan pernafasan Mean -.1290 .59341


sebelum dan sesudah
95% Confidence Lower Bound -1.3409
dilakukan supinasi
Interval for Mean Upper Bound 1.0829
(kontrol)
5% Trimmed Mean -.5341

Median .0000

Variance 10.916
Std. Deviation 3.30396

Minimum -4.00

Maximum 16.00
Range 20.00

Interquartile Range 2.00

Skewness 3.998 .421


Kurtosis 20.003 .821

Perbedaan saturasi Mean 2.0968 2.70179


oksigen sebelum dan
95% Confidence Lower Bound -3.4210
sesudah dilakukan
Interval for Mean Upper Bound 7.6146
supinasi (kontrol)
5% Trimmed Mean -.4785
Median .0000
Variance 226.290
Std. Deviation 1.50429
E1
Minimum -3.00

Maximum 83.00

Range 86.00
Interquartile Range 1.00

Skewness 5.534 .421

Kurtosis 30.747 .821


Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Perbedaan suhu
sebelum dan sesudah
.174 31 .017 .895 31 .006
dilakukan pronasi
(kasus)
Perbedaan nadi
sebelum dan sesudah
.181 31 .011 .789 31 .000
dilakukan pronasi
(kasus)
Perbedaan pernafasan
sebelum dan sesudah
.287 31 .000 .697 31 .000
dilakukan pronasi
(kasus)
Perbedaan saturai
oksigen sebelum dan
.339 31 .000 .507 31 .000
sesudah dilakukan
pronasi (kasus)
Perbedaan suhu
sebelum dan sesudah
.243 31 .000 .853 31 .001
dilakukan supinasi
(kontrol)
Perbedaan nadi
sebelum dan sesudah
.276 31 .000 .822 31 .000
dilakukan supinasi
(kontrol)
Perbedaan pernafasan
sebelum dan sesudah
.388 31 .000 .525 31 .000
dilakukan supinasi
(kontrol)
Perbedaan saturasi
oksigen sebelum dan
.523 31 .000 .217 31 .000
sesudah dilakukan
supinasi (kontrol)
a. Lilliefors Significance Correction
Perbedaan suhu sebelum dan sesudah dilakukan pronasi (kasus)
Perbedaan suhu sebelum dan sesudah dilakukan pronasi (kasus) Stem-and-Leaf Plot

Frequency Stem & Leaf

1.00 Extremes (=<-.60)


2.00 -1 . 00
.00 -0 .
1.00 0. 0
4.00 1 . 0000
9.00 2 . 000000000
4.00 3 . 0000
5.00 4 . 00000
1.00 5. 0
4.00 6 . 0000

Stem width: .10


Each leaf: 1 case(s)
NPar Tests
Wilcoxon Signed Ranks Test

Ranks

N Mean Rank Sum of Ranks

Perbedaan suhu sebelum dan Negative Ranks 26a 15.90 413.50


sesudah dilakukan supinasi
Positive Ranks 4b 12.88 51.50
(kontrol) - Perbedaan suhu
Ties 1c
sebelum dan sesudah
dilakukan pronasi (kasus) Total 31

a. Perbedaan suhu sebelum dan sesudah dilakukan supinasi (kontrol) < Perbedaan suhu sebelum
dan sesudah dilakukan pronasi (kasus)

b. Perbedaan suhu sebelum dan sesudah dilakukan supinasi (kontrol) > Perbedaan suhu sebelum
dan sesudah dilakukan pronasi (kasus)

c. Perbedaan suhu sebelum dan sesudah dilakukan supinasi (kontrol) = Perbedaan suhu sebelum
dan sesudah dilakukan pronasi (kasus)

Test Statisticsb

Perbedaan suhu sebelum dan


sesudah dilakukan supinasi
(kontrol) - Perbedaan suhu
sebelum dan sesudah dilakukan
pronasi (kasus)

Z -3.736a

Asymp. Sig. (2-tailed) .000

a. Based on positive ranks.

b. Wilcoxon Signed Ranks Test


NPar Tests
Wilcoxon Signed Ranks Test

Ranks

N Mean Rank Sum of Ranks

Perbedaan nadi sebelum dan Negative Ranks 23a 15.48 356.00


sesudah dilakukan supinasi
Positive Ranks 8b 17.50 140.00
(kontrol) - Perbedaan nadi
Ties 0c
sebelum dan sesudah
dilakukan pronasi (kasus) Total 31

a. Perbedaan nadi sebelum dan sesudah dilakukan supinasi (kontrol) < Perbedaan nadi sebelum
dan sesudah dilakukan pronasi (kasus)

b. Perbedaan nadi sebelum dan sesudah dilakukan supinasi (kontrol) > Perbedaan nadi sebelum
dan sesudah dilakukan pronasi (kasus)

c. Perbedaan nadi sebelum dan sesudah dilakukan supinasi (kontrol) = Perbedaan nadi sebelum
dan sesudah dilakukan pronasi (kasus)

Test Statisticsb

Perbedaan nadi sebelum dan sesudah dilakukan


supinasi (kontrol) - Perbedaan nadi sebelum dan
sesudah dilakukan pronasi (kasus)

Z -2.118a

Asymp. Sig. (2-tailed) .034

a. Based on positive ranks.

b. Wilcoxon Signed Ranks Test


NPar Tests
Wilcoxon Signed Ranks Test

Ranks

N Mean Rank Sum of Ranks

Perbedaan pernafasan Negative Ranks 26a 14.42 375.00


sebelum dan sesudah
Positive Ranks 4b 22.50 90.00
dilakukan supinasi (kontrol) -
Ties 1c
Perbedaan pernafasan
sebelum dan sesudah Total
31
dilakukan pronasi (kasus)

a. Perbedaan pernafasan sebelum dan sesudah dilakukan supinasi (kontrol) < Perbedaan
pernafasan sebelum dan sesudah dilakukan pronasi (kasus)

b. Perbedaan pernafasan sebelum dan sesudah dilakukan supinasi (kontrol) > Perbedaan
pernafasan sebelum dan sesudah dilakukan pronasi (kasus)

c. Perbedaan pernafasan sebelum dan sesudah dilakukan supinasi (kontrol) = Perbedaan


pernafasan sebelum dan sesudah dilakukan pronasi (kasus)

Test Statisticsb

Perbedaan pernafasan sebelum dan sesudah dilakukan


supinasi (kontrol) - Perbedaan pernafasan sebelum dan
sesudah dilakukan pronasi (kasus)

Z -2.962a

Asymp. Sig. (2-tailed) .003

a. Based on positive ranks.

b. Wilcoxon Signed Ranks Test


NPar Tests
Wilcoxon Signed Ranks Test
Ranks

N Mean Rank Sum of Ranks

Perbedaan saturasi oksigen Negative Ranks 28a 14.54 407.00


sebelum dan sesudah
Positive Ranks 2b 29.00 58.00
dilakukan supinasi (kontrol) -
Ties 1c
Perbedaan saturai oksigen
sebelum dan sesudah Total
31
dilakukan pronasi (kasus)

a. Perbedaan saturasi oksigen sebelum dan sesudah dilakukan supinasi (kontrol) < Perbedaan
saturai oksigen sebelum dan sesudah dilakukan pronasi (kasus)

b. Perbedaan saturasi oksigen sebelum dan sesudah dilakukan supinasi (kontrol) > Perbedaan
saturai oksigen sebelum dan sesudah dilakukan pronasi (kasus)

c. Perbedaan saturasi oksigen sebelum dan sesudah dilakukan supinasi (kontrol) = Perbedaan
saturai oksigen sebelum dan sesudah dilakukan pronasi (kasus)

Test Statisticsb

Perbedaan saturasi oksigen sebelum dan sesudah


dilakukan supinasi (kontrol) - Perbedaan saturai
oksigen sebelum dan sesudah dilakukan pronasi
(kasus)

Z -3.603a

Asymp. Sig. (2-tailed) .000

a. Based on positive ranks.

b. Wilcoxon Signed Ranks Test


Posisi Pronasi
Posisi Supinasi
Lampiran 1

BUKU KONSULTASI SKRIPSI

1. Nama Mahasiswa :SUMARMI


2. N.I.M /Angkatan :E420173513
3. Jurusan :S1 Kepewaratan
4. Nama Mahasiswa :SUMARMI
5. N.I.M /Angkatan :E420173513
6. Jurusan :S1 Kepewaratan
7. Judul Skripsi :PENGARUH POSISI PRONASI
TERHADAP HEMODINAMIKA PADA
BAYI BERAT LAHIR RENDAH (BBLR)
DI RUANG PERINATAL RSUD RAA
SOEWONDO PATI TAHUN 2018
5. Pembimbing Utama :SUKARMIN, M.Kep. Ns. Sp. Kep.MB
6. Pembimbing Anggota :SRI KARYATI, M.Kep.Ns.Sp.Kep.Mat
7. Keterangan :....................................................................

JURUSAN S-1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMDIYAH

KUDUS
LEMBAR KONSULTASI
NAMA MAHASISWA : SUMARMI
NIM : E.420173513
JUDUL SKRIPSI
PENGARUH POSISI PRONASI
TERHADAP HEMODINAMIKA PADA BAYI
BERAT LAHIR RENDAH (BBLR)
DI RUANG PERINATAL RSUD RAA
SOEWONDO PATI
TAHUN 2018
PEMBIMBING 1 : Sukarmin, M.Kep. Ns.Sp.Kep.MB

PEMBIMBING
HARI/
NO MATERI KONSULTASI TANDA
TANGGAL SARAN
TANGAN
LEMBAR KONSULTASI
NAMA MAHASISWA : SUMARMI
NIM : E.420173513
JUDUL SKRIPSI
PENGARUH POSISI PRONASI
TERHADAP HEMODINAMIKA PADA BAYI
BERAT LAHIR RENDAH (BBLR)
DI RUANG PERINATAL RSUD RAA
SOEWONDO PATI
TAHUN 2018
PEMBIMBING 1 Sri Karyati, M.Kep. Ns. Sp.Kep.Mat

PEMBIMBING
HARI/
NO MATERI KONSULTASI TANDA
TANGGAL SARAN
TANGAN

Anda mungkin juga menyukai