Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA NY.S

G2P1A0 HAMIL 8 MINGGU DENGAN ABORTUS IMMINENS

DI RUANG POLI KANDUNGAN RSUD PJS KOTABARU

DISUSUN OLEH :

REZKI EMELLIA (1119110065)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI PROFESI BIDAN

FAKULTAS KESEHATAN, UNIVERSITAS SARI MULIA

TAHUN 2021

i
LEMBAR PERSETUJUAN

JUDUL KASUS : LAPORAN KASUS ASUHAN KEBIDANAN


PADA NY S G2P1A0 HAMIL 8 MINGGU
DENGAN ABORTUS IMMINENS DI RUANG
POLI KANDUNGAN RSUD PJS KOTABARU
NAMA MAHASISWA :REZKI EMELLIA
NIM : 1119110065

Banjarmasin, November 2021

Menyetujui,

RSUD PJS Kotabaru Program Studi Pendidikan Profesi Bidan


Preseptor Klinik (PK) Fakultas Kesehatan Universitas Sari Mulia
Preseptor Pendidikan (PP)

Nurhayati,AM.Keb Meldawati, M.Keb


NIP. 19671112 199001 2 004 NIK. 1166092019161

ii
LEMBAR PENGESAHAN

JUDUL KASUS : LAPORAN KASUS ASUHAN KEBIDANAN


PADA NY S G2P1A0 HAMIL 8 MINGGU
DENGAN ABORTUS IMMINENS DI RUANG
POLI KANDUNGAN RSUD PJS KOTABARU
NAMA MAHASISWA :REZKI EMELLIA
NIM : 1119110065

Banjarmasin, November 2021

Menyetujui,

RSUD PJS Kotabaru Program Studi Pendidikan Profesi Bidan


Preseptor Klinik (PK) Fakultas Kesehatan Universitas Sari Mulia
Preseptor Pendidikan (PP)

Nurhayati,AM.Keb Meldawati, M.Keb


NIP. 19671112 199001 2 004 NIK. 1166092019161

Mengetahui,
Ketua Jurusan Kebidanan
Fakultas Kesehatan
Universitas Sari Mulia

Ika Mardiatul Ulfa, SST.,M. Kes


NIK. 1166122009027

KATA PENGANTAR

iii
Dengan kebesaran Allah SWT. yang maha pengasih lagi maha penyayang, penulis
panjatkan rasa puji syukur atas hidayah-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, nikmat, dan
inayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan Asuhan kebidanan Ny. S
dengan Abortus Imminens.
Adapun Asuhan kebidanan ini telah penulis usahakan dapat disusun sebaik mungkin
dengan mendapat bantuan dari berbagai pihak, sehingga penyusunan Asuhan kebidanan ini
dapat diselesaikan secara tepat waktu.
Untuk itu penulis tidak lupa untuk menyampaikan banyak terima kasih kepada :
1. Ibu Dr. Hj. RR. Dwi Sogi Sri Redjeki, SKG.,M.Pd selaku Rektor UNISM.
2. Ibu Anggrita Sari, S.SiT., M.Pd., M.Kes, selaku Wakil Rektor I Bidang Akademik dan

Kemahasiswaan Universitas Sari Mulia Banjarmasin

3. Hariadi Widodo, S.Ked., M.PH selaku Wakil Rektor II Bidang Keuangan dan Sistem

Informasi Universitas Sari Mulia Banjarmasin.

4. Dr. Dede Mahdiyah M.Si selaku Ketua bidang Inovasi Universitas Sari Mulia

Banjarmasin.

5. Dr. Adriana Palimbo, M.Kes selaku Ketua Lembaga Student Affair dan Alumni,

Universitas Sari Mulia.

6. H. Ali Rakhman Hakim, M.Farm., Apt selaku Dekan Fakultas Kesehatan Universitas

Sari Mulia Banjarmasin.

7. Ika Mardiatul Ulfa, SST., M.Kes selaku Ketua Jurusan Kebidanan Universitas Sari

Mulia Banjarmasin.

8. Zulliati, M.Keb selaku Sekretaris Jurusan Program Studi Profesi Bidan Universitas Sari

Mulia Banjarmasin.

9. Ibu Meldawati, M.Keb sebagai Preseptor Pendidikan yang telah memberikan


bimbingan

iv
10. Ibu Nurhayati, AM.Keb sebagai Preseptor Klinik yang telah memberikan bimbingan
diwahana praktek
11. Semua dosen, Staf dan Pengelola Program Studi Profesi Bidan Universitas Sari Mulia
Banjarmasin.
12. Semua pihak yang terlibat dalam pembuatan kasus ini

Penulis tetap menyadari bahwa tentunya selalu ada kekurangan, baik dari segi
penggunaan kosa-kata, tata bahasa maupun kekurangan-kekurangan lainnya. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun kepada penulis agar penulis dapat memperbaiki
kualitas Asuhan kebidanan ini tetap diharapkan.
Penulis berharap semoga Asuhan kebidanan Ny S Dengan Abortus Imminens ini
bermanfaat, dan pelajaran-pelajaran yang tertuang dalam Asuhan kebidanan ini dapat
diambil hikmah dan manfaatnya oleh para pembaca.

Kotabaru, Nopember 2021

Penulis

v
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
LEMBAR PERSETUJUAN......................................................................................ii
LEMBAR PENGESAHAN.....................................................................................iii
KATA PENGANTAR..............................................................................................iv
DAFTAR ISI............................................................................................................vi

BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................... 1
B. Rumusan Masalah...................................................................... 2
C. Tujuan......................................................................................... 2
1) Umum................................................................................. 3
2) Khusus................................................................................. 3
D. Manfaat....................................................................................... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA


A. Pengertian....................................................................................4
B. Etiologi/ Penyebab......................................................................4
C. Faktor Risiko...............................................................................6
D. Patofisiologi/Mekanisme.............................................................8
E. Clinical Pathway.......................................................................10
F. Manifestasi Klinik/ Tanda dan Gejala.......................................10
G. Komplikasi................................................................................11
H. Penatalaksanaan Medis..............................................................11
I. Penatalaksanaan Kebidanan......................................................11

BAB 3 TINJAUAN KASUS


A. Subjektif Data............................................................................13
B. Objektif Data.............................................................................17
C. Analisa Data..............................................................................19
D. Penatalaksanaan.........................................................................19

BAB 4 PEMBAHASAN.........................................................................................22

BAB 5 PENUTUP
A. Kesimpulan ...............................................................................26
B. Saran..........................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................28

vi
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH


Angka Kematian Ibu (AKI) saat ini masih jauh dari penurunan target tujuan
pembangunan Berkelanjutan /Sustainable Development Goal (SDGs) yakni 70 per
100.000 kelahiran hidup pada tahun 2030. Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan
salah satu indicator untuk melihat derajat kesehatan perempuan. Abortus merupakan
salah satu penyebab dari morbiditas dan mortalitas maternal yang terkait dengan
kehamilan di usia dini yang perlu mendapat perhatian (Martaadisoebrata,
Wirakusumah, dan Effendi, 2013).
Akibat dari abortus meningkatkan angka kematian ibu, WHO
memperkirakan jumlah total kematian ibu mencapai 303.000 kematian di seluruh
dunia. MMR di Negara berkembang mencapai 239/100/000 kelahiran hidup, 20 kali
lebih tinggi dibandingkan Negara maju. Negara berkembang menyumbang sekitar
90 % atau 302.000 dari seluruh total kematian ibu yang diperkirakan terjadi pada
tahun 2015 (WHO, 2016).
Menurut Menteri Kesehatan (Menkes)tahun 2017 AKI di Indonesia pada
tahun 2016 berkisah 306 orang per 100.000. Sedangkan Dinas Kesehatan Provinsi
Kalimantan Selatan (Kalsel) tahun 207 mencatat kasus kematian ibu ada 92 kasus
kematian ibu.
Abortus pada kehamilan akan mengakibatkan pengaruh yang buruk pada ibu
diantaranya adalah perdarahan, perforasi uterus terutama pada uterusdalam posisi
hiperretrofleksi, syok haemoragik, infeksi dan juga kematian pada ibu yang terjadi
sekitar 15 %. Data tersebut seringkali tersembunyi dibalik data kematian ibu akibat
perdarahan atau sepsis. Sekitar 15-20% kematian ibu disebabkan oleh sepsis (Husin,
2013)
Sri Hermiyati (2008) mengatakan terdapat 4.692 jiwa ibu melayang karena
tiga kasus (kehamilan, persalinan, dan nifas). Kematian langsung ibu hamil dan
melahirkan akibat terjadinya perdarahan (28%), eklampsia (24%), infeksi (11%),
partus lama (5%) dan abortus (5%). Perdarahan yang banyak menyebabkan kematian
ibu yang sekarang banyak ditemui adalah abortus (Saleh, 2010).
1
2

Abortus dapat dialami oleh semua ibu hamil, faktor resikonya meliputi usia
dan riwayat abortus berulang (Koesno, 2008). Usia dapat mempengaruhi kejadian
abortus berulang karena pada usia kurang dari 20 tahun belum matangnya alat
reproduksi untuk hamil sehingga dapat merugikan kesehatan ibu maupun
pertumbuhan dan perkembangan janin, sedangkan abortus yang terjadi pada usia
lebih dari 35 tahun disebabkan berkurangnya fungsi alat reproduksi, kelainan pada
kromosom dan penyakit kronis (Manuaba, 1998).
Angka kejadian abortus imminens di RSUD PJS Kotabaru pada bulan
November 2021 sebanyak 4 kasus dari 156 ibu hamil yang berkunjung ke Poli
kandungan RSUD Pangeran Jaya Sumitra Kotabaru
Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, maka penulis tertarik untuk
menulis Asuhan kebidanan yang berjudul “Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil Ny. S
G2P1A0 Dengan Abortus Imminens di Ruang Poli Kandungan RSUD PJS Kotabaru.

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan di atas maka
rumusan masalah dalam laporan kasus ini adalah Bagaimana Asuhan Kebidanan Ny
S G2P1A0 Hamil 8 Minggu Dengan Abortus Imminens?
C. TUJUAN
1. Umum
Mahasiswa mampu melakukan asuhan kebidanan pada ibu hamil Ny. S
G2P1A0Ah1 dengan abortus imminens
2. Khusus
a.    Mahasiswa mampu melakukan pengkajian secara menyeluruh pada ibu
hamil Ny. S G2P1A0A dengan abortus imminens
b.    Menginterpretasikan data dengan merumuskan diagnose kebidanan,
masalah, dan kebutuhan pada ibu hamil Ny. S G2P1A0 dengan abortus
imminens
c.    Melakukan perencanaan asuhan menyeluruh dengan tepat dan rasional
berdasarkan keputusan yang dibuat pada ibu hamil Ny. S G 2P1A0A dengan
abortus imminens
3

d.     Melakukan pelaksanaan asuhan kebidanan pada ibu hamil Ny. S


G2P1A0A dengan abortus imminens sesuai perencanaan secara efektif dan
aman
e. Melakukan pendokumentasian pada ibu hamil Ny. S G 2P1A0A dengan
abortus imminens

D. MANFAAT
1. Teoritis
Mahasiswa dapat menerapkan teori yang didapat di bangku kuliah
dalam praktek di lahan serta memperoleh pengalaman secara langsung dalam
masalah memberikan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan abortus
imminens

2. Bagi Instituti Pendidikan


Menambah pustaka bagi kampus asuhan kebidanan pada ibu hamil
dengan abortus imminens.

3. Bagi Peserta Praktik


Menambah wawasan dan menambah ketrampilan dalam memberikan
asuhan kebidanan komprehensif
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
Abortus Imminens adalah peristiwa terjadinya perdarahan vaginal pada
setengah awal kehamilan.
Abortus Imminens ialah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada
kehamilan sebelum 20 minggu, dengan hasil konsepsi masih dalam uterus dan
viable, dan serviks tertutup.
Abortus Imminens adalah wanita yang mengandung bayi hidup dengan usia
kehamilan kurang dari 24 minggu yang mengalami perdarahan vaginal dengan atau
tanpa nyeri abdomen ketika kondisi serviks masih tertutup.
B. Etiologi/ Penyebab
Insiden, 15% sampai 25% dari kehamilan yang dikenali secara klinis, mungkin
mendekati 50% dari semua konsepsi. (Graber, 2006:368) Penyebab abortus
merupakan gabungan dari beberapa faktor. Umumnya abortus didahului oleh
kematian janin.Faktor-faktor yang yang dapat menyebabkan terjadinya abortus
adalah:
1. Faktor Janin
Kelainan yang sering dijumpai pada abortus adalah kelainan perkembangan
zigot, embrio, janin atau plasenta. Kelainan tersebut biasanya menyebabkan
abortus pada trimester pertama, yakni:
a).    Kelainan telur, telur kosong (blighted ovum), kerusakan embrio, atau
kerusakan kromosom (monosomi, trisomi atau poliploidi)
b). Embrio dengan kelainan lokal
c). Abnormalitas pembentukan plasenta (hiplopasi trofoblas)
(Cunningham, 2005:952)
2. Faktor Maternal
a).   Infeksi
Infeksi maternal dapat membawa dapat membawa resiko bagi janin
yang sedang berkembang , terutama pada akhir trimester pertama atau
awal trimester kedua. Tidak diketauhi penyebab kematian janin secara
4
5

pasti, apakah janin yang menjadi terinfeksi ataukah toksin yang


dihasilkan oleh mikroorganisme penyebabnya. Penyakit-penyakit
yang dapat menyebabkan abortus.
1). Virus
Misalnya rubella, sitomegalo virus, virus herpes simpleks,
varicella zoster, vaccinia, campak, hepatitis, polio dan
ensefalomeilitis.
2). Bakteri- misalnya Salmonella typi.
3). Parasit- misalnya Toxoplasma gondii, plasmodium.
b).    Penyakit vaskular-misalnya hipertensi vaskular
c).    Penyakit endrokin
Abortus spontan dapat terjadi bila produksi progesteron tidak
mencukupi atau pada penyakit disfungsi tiroid, defisiensi insulin.
d)    Faktor Imunologis
Ketidakcocokan (Inkompatibilitas) sistem HLA (Human Leukocyte
Antigen)
e).  Trauma
Kasusnya jarang terjadi, umumnya abortus terjadi segera setelah
trauma tersebut, misalnya trauma akibat pembedahan: Pengangkatan
Ovarium yang mengandung korpus luteum gravidatum sebelum
minggu ke-8
Pembedahan intraabdominal dan operasi pada uterus pada saat hamil
f).    Kelainan Uterus
Hipoplasia uterus, mioma (terutama mioma submukosa), serviks
inkompeten atau retroflexio uteri gravidi incarcerata.
g). Faktor psikosomatik pengaruh dari faktor ini masih dipertanyakan.

3. Faktor Eksternal
a).   Radiasi
Dosis 1-10 rad bagi janin pada usia 9 minggu pertama dapat merusak
janin dan dosis yang lebih tinggi dapat menyebabkan keguguran.
b).   Obat-obatan
Antagonis asam folat, antikoagulan dan lain-lain. Sebaiknya tidak
6

menggunakan obat-obatan sebelum kehamilan 16 minggu, kecuali


telah di buktikan bahwa obat tersebut tidak membahyakan janin atau
untuk pengobatan penyakit ibu yang parah.
c).   Bahan-bahan kimia lainnya, seperti bahan yang mengandung arsen
dan benzen. (Wiknjosastro, 2007:303)
C. Faktor Risiko
1. Usia
Berdasarkan teori S. Prawirahardjo (2002) pada kehamilan usia
muda keadaan ibu masih labil dan belum siap mental untuk menerima
kehamilannya. Akibatnya, selain tidak ada persiapan, kehamilanya tidak
dipelihara dengan baik. Kondisi ini menyebabkan ibu menjadi stress. Dan
akan meningkatkan resiko terjadinya abortus.
Kejadian abortus berdasarkan usia 42,9 % terjadi pada kelompok usia di
atas 35 tahun, kemudian diikuti kelompok usia 30 sampai dengan 34 tahun
dan antara 25 sampai dengan 29 tahun. Hal ini disebabkan usia diatas 35
tahun secara medik merupakan usia yang rawan untuk kehamilan. Selain
itu, ibu cenderung memberi perhatian yang kurang terhadap kehamilannya
dikarenakan sudah mengalami kehamilan lebih dari sekali dan tidak
bermasalah pada kehamilan sebelumnya. Menurut Kenneth J. Leveno et al
(2009) pada usia 35 tahun atau lebih, kesehatan ibu sudah menurun.
Akibatnya, ibu hamil pada usia itu mempunyai kemungkinan lebih
besar untuk mempunyai anak premature, persalinan lama,
perdarahan, dan abortus. Abortus spontan yang secara klinis terdeteksi
meningkat dari 12% pada wanita berusia kurang dari 20 tahun dan menjadi
26% pada wanita berusia lebih dari 40 tahun.
2. Paritas
Pada kehamilan rahim ibu teregang oleh adanya janin. Bila terlalu
sering melahirkan, rahim akan semakin lemah. Bila ibu telah melahirkan 4
anak atau lebih, maka perlu diwaspadai adanya gangguan pada waktu
kehamilan, persalinan dan nifas. Risiko abortus spontan meningkat seiring
dengan paritas ibu.
3. Riwayat abortus sebelumnya
Menurut Prawirohardjo (2009) riwayat abortus pada penderita
7

abortus merupakan predisposisi terjadinya abortus berulang. Kejadiannya


sekitar 3-5%. Data dari beberapa studi menunjukkan bahwa setelah 1 kali
abortus pasangan punya risiko 15% untuk mengalami keguguran lagi,
sedangkan bila pernah 2 kali, risikonya akan meningkat 25%. Beberapa
studi meramalkan bahwa risiko abortus setelah 3 kali abortus berurutan
adalah 30 - 45%. Menurut Suryadi (1994) penderita dengan riwayat
abortus satu kali dan dua kali menunjukkan adanya pertumbuhan janin
yang terhambat pada kehamilan berikutnya melahirkan bayi prematur.
Sedangkan dengan riwayat abortus 3 kali atau lebih, ternyata terjadi
pertumbuhan janin yang terhambat, prematuritas.
4. Jarak Kehamilan
Bila jarak kelahiran dengan anak sebelumnya kurang dari 2 tahun,
rahim dan kesehatan ibu belum pulih dengan baik. Kehamilan dalam
keadaan ini perlu diwaspadai karena ada kemungkinan pertumbuhan janin
kurang baik, mengalami persalinan yang lama, atau perdarahan (abortus).
Insidensi abortus meningkat pada wanita yang hamil dalam 3 bulan setelah
melahirkan aterm.
5. Sosial ekonomi (pendapatan)
Sosial ekonomi masyarakat yang sering dinyatakan dengan
pendapatan keluarga, mencerminkan kemampuan masyarakat dari segi
ekonomi dalam memenuhi kebutuhan hidupnya termasuk kebutuhan
kesehatan dan pemenuhan zat gizi. Hal ini pada akhirnya berpengaruh
pada kondisi saat kehamilan yang berisiko pada kejadian abortus. Selain
itu pendapatan juga mempengaruhi kemampuan dalam mengakses
pelayanan kesehatan, sehingga adanya kemungkinan risiko terjadinya
abortus dapat terdeteksi.
6. Pendidikan
Martadisoebrata dalam Wahyuni (2012) menyatakan bahwa
pendidikan sangat dibutuhkan manusia untuk pengembangan diri dan
meningkatkan kematangan intelektual seseorang. Kematangan intelektual
akan berpengaruh pada wawasan dan cara berfikir baik dalam tindakan
dan pengambilan keputusan maupun dalam membuat kebijaksanaan
dalam menggunakan pelayanan kesehatan. Pendidikan yang rendah
8

membuat seseorang acuh tak acuh terhadap program kesehatan sehingga


mereka tidak mengenal bahaya yang mungkin terjadi, meskipun sarana
kesehatan telah tersedia namun belum tentu mereka mau enggunakannya.
7. Penyakit Infeksi
Riwayat penyakit ibu seperti pneumoni, typhus abdominalis,
pielonefritis, malaria dan lain-lain dapat menyebabkan abortus. Begitu pula
dengan penyakit-penyakit infeksi lain juga memperbesar peluang terjadinya
abortus. Selain itu kemungkinan penyebab terjadinya abortus adalah infeksi
pada alat genitalia. Tapi bisa juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lain. Infeksi
vagina pada kehamilan sangat berhubungan dengan terjadinya abortus atau
partus sebelum waktunya. Sebanyak 2% peristiwa abortus disebabkan oleh
adanya penyakit sistemik maternal (systemic lupus erythematosus) dan
sistemik maternal tertentu lainnya.
8. Alkohol
Alkohol dinyatakan meningkatkan risiko abortus spontan, meskipun
hanya digunakan dalam jumlah sedang.
9. Merokok
Wanita yang merokok diketahui lebih sering mengalami abortus
spontan daripada wanita yang tidak merokok. Kemungkinan bahwa risiko
abortus spontan pada perokok, disebabkan wanita tersebut juga minum
alkohol saat hamil.
Baba et al (2010) menyatakan bahwa kebiasaan gaya hidup termasuk status
merokok pada ibu dan suaminya berpengaruh terhadap kejadian abortus.
Merokok 1-19 batang perhari dan ≥20 batang perhari memiliki efek pada ibu
mengalami abortus spontan yang lebih awal.
D. Patofisiologi/Mekanisme
Pada awal abortus terjadi perdarahan desiduabasalis, diikuti dengan
nerkrosis jaringan sekitar yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan
dianggap benda asing dalam uterus. Kemudian uterus berkontraksi untuk
mengeluarkan benda asing tersebut.
Pada kehamilan kurang dari 8 minggu, villi korialis belum menembus
desidua secara dalam jadi hasil konsepsi dapat dikeluarkan seluruhnya karena
vili koriales belum menembus desidua secara mendalam. Pada kehamilan 8
9

sampai 14 minggu, penembusan sudah lebih dalam hingga plasenta tidak


dilepaskan sempurna dan menimbulkan banyak perdarahan (Wiknjosastro,
2007:303-305). Mekanisme diatas juga terjadi atau diawali dengan pecahnya
selaput ketuban lebih dulu dan diikuti dengan pengeluaran janin yang cacat
namun plasenta masih tertinggal dalam cavum uteri.
Plasenta mungkin sudah berada dalam kanalis servikalis atau masih melekat
pada dinding cavum uteri. Jenis ini sering menyebabkan perdarahan pervaginam
yang banyak. (Widjanarko, 2009).
Pada kehamilan lebih dari 14 minggu janin dikeluarkan terlebih dahulu
daripada plasenta hasil konsepsi keluar dalam bentuk seperti kantong kosong
amnion atau benda kecil yang tidak jelas bentuknya (blightes ovum), janin lahir
mati, janin masih hidup, mola kruenta, fetus kompresus, maserasi atau fetus
papiraseus (Wiknjosastro, 2007:303-305). Janin biasanya sudah dikeluarkan dan
diikuti dengan keluarnya plasenta beberapa saat kemudian. Kadang-kadang
plasenta masih tertinggal dalam uterus sehingga menyebabkan gangguan
kontraksi uterus dan terjadi perdarahan pervaginam yang banyak. Perdarahan
umumnya tidak terlalu banyak namun rasa nyeri lebih menonjol (Widjanarko,
2009).
10

E. Clinical Pathway
Pathway AB-Imminen

Perdarahan
Perdarahan
Nekrosis
Nekrosis

Hasil konsepsi terlepas dari uterus

Uterus berkontraksi

Hasil konsepsi keluar

Hasil konsepsi keluar Merasa kehilangan Hasil konsepsi keluar


sempurna tidak sempurna

Cemas

Perdarahan
Stress

Defisit volume cairan


Nyeri

Intervensi aktifitas Gangguan rasa Gangguan istirahat dan tidur


nyaman, nyeri

F. Manifestasi Klinik/ Tanda dan Gejala


1. Terlambat haid atau amenorhe kurang dari 20 minggu
2. Terdapat perdarahan, disertai perut sakit.
11

3. Pada pemeriksaan dijumpai besarnya rahim sama dengan umur kehamilan


dan terjadi kontraksi otot rahim.
4. Hasil pemeriksaan dalam terdapat perdarahan dari kanalis servikalis, kanalis
servikalis masih tertutup, dapat dirasakan kontrasi otot rahim.
5. Hasil pemeriksaan tes hamil masih positif
G. Komplikasi
1. Perdarahan
2. Perforasi
3. Infeksi
4. Syok
a. Perdarahan yang banyak disebut syok hemoragik
b. Infeksi berat atau sepsis disebut syok septic atau endoseptik
(Wiknjosastro, 2007:311-312)
H. Penatalaksanaan Medis

1. Tirah baring
2. Pemberian hormone progesterone, sebelumnya dipastikan dulu karena
adanya kekurangan hormone progesterone
3. USG: Penentuan kondisi janin
4. Pemeriksaan lanjut untuk mncari penyebab abortus. Perhatikan juga
involusi uterus dan kadar B-Hcg 1-2 bulan kemudian
5. Pasien dianjurkan jangan hamil dulu selama 3 bulan kemudian (jika perlu,
anjurkan pemakaian kontrasepsi kondom atau pil.
I. Penatalaksanaan Kebidanan

1. Istirahat baring agar aliran darah ke uterus bertambah dan rangsangan


mekanik berkurang.
2. Periksa denyut nadi dan suhu badan dua kali sehari bila klien tidak panas
dan tiap empat bila pasien panas.
3. Tes kehamilan dapat dilakukan bila hasil negative, mungkin janin sudah
mati, periksa USG untuk menentukan apakah janin masih hidup.
4. Berikan obat penenang, biasanya Fenobarbital 3x30mg, berikan Preparat
Hemafinik misalnya Sulfas Ferosus 600-1000mg.
5. Diet tinggi protein dan tambahan vitamin C.
12

6. Bersihkan vulva minimal 2x sehari dengan cairan anti septik untuk


mencegah infeksi terutama saat masih mengeluarkan cairan cokelat.
BAB III
ASUHAN KEBIDANAN
PADA IBU G2P1A0 HAMIL 8 MINGGU (TRIMESTER I) DENGAN ABORTUS
IMMINENS
DI POLI KANDUNGAN RSUD PJS KOTABARU
Hari/tgl pengkajian : Jum,at 12 November 2021 Nama :Rezki Emellia
Nim : 11194992110065 Pukul :09.00 WITA
RMK : 07.07.54

A. DATA SUBJEKTIF
1. Identitas
Istri Suami
Nama Ny. S Tn. F
Umur 38 tahun 44 tahun
Agama Islam Islam
Suku/Bangsa Banjar/Indonesia Banjar/Indonesia
Pendidikan SD SMA
Pekerjaan IRT Swasta
Alamat Gg. Rambai Tirawan Gg. Rambai Tirawan
2. Keluhan Utama
Ibu mengatakan hamil dan ada keluar flek dari jalan lahir 1 hari yang lalu karena
perjalanan jauh, serta ada terasa nyeri bagian bawah perut, nyerinya terasa hilang
timbul,dirasakan sudah 1 hari ini.
3. Riwayat Perkawinan
Kawin 1 kali, kawin pertama kali umur 23 tahun, dengan suami sekarang sudah
13 tahun .
4. Riwayat Haid
a. Menarche umur : 13 tahun
b. Siklus : 28 hari
c. Teratur / tidak : teratur
d. Lamanya : 5-7 hari
e. Banyaknya : 2 kali ganti pembalut / hari
f. Dismenorhoe : tidak ada
13
14

g. HPHT : 18–09-2021
h. Tafsiran Partus : 25-06-2022
i. Usia Kehamilan : 8 minggu
5. Riwayat Obstetri
G2P1A0
Kehamilan Persalinan Bayi Penyu
No Thn Penyu Cara Tempat/ Penyul Keadaa lit Ket
UK UK BB PB Seks
lit Penolong it n lahir Nifas
Ti
Spo
Tida da
Tid ntan Pere
Tidak 40 Rumah/ Tidak k k Tidak
1. 2010 ak perv mpua Normal
ada mg DK ada ditim diu ada
ada agin n
bang ku
am
r
2021
2 (seka
rang)

6. Riwayat Keluarga Berencana


No. Jenis Lama Masalah Ket.
KB
1. Suntik Kurang lebih Muka berflek
3 bulan 6 tahun

7. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan ibu  
Ibu mengatakan bahwa tidak pernah menderita penyakit menular seperti
Hepatitis, TBC, tidak pernah menderita penyakit menurun seperti, Jantung dan
DM, tetapi ada penyakit menurun Asma
b. Riwayat kesehatan keluarga
Ibu mengatakan keluarganya tidak pernah menderita penyakit menular seperti
Hepatitis, TBC, dan tidak pernah menderita penyakit menurun seperti, Jantung
dan DM, tetapi ada keluarga penyakit menurun asma
8. Riwayat Kehamilan Sekarang
a. Selama hamil ibu diperiksa : Puskesmas
15

b. Mulai periksa sejak usia kehamilan : 8 minggu


c. Frekuensi periksa kehamilan
Trimester I :1x
Trimester II : Tidak ada
Trimester III : Tidak ada
d. Obat yang di minum selama hamil : Belum ada
e. Minum jamu : tidak pernah
f. Keluhan/ masalah yang di rasakan ibu : telat haid
9. Pola Kebutuhan Sehari-hari
a. Nutrisi
 Jenis yg dikonsumsi : Nasi, Sayur, Buah, Ikan
 Frekuensi : 3 - 4 kali / hari
 Porsi makan : 1 piring
 Pantangan : tidak ada
b. Eliminasi
BAB
 Frekuensi : 1 kali / hari
 Konsistensi : lembek
 Warna : kecoklatan
BAK
 Frekuensi        : 4 - 5 kali / hari
 Warna  : kuning jernih
 Bau : khas urine
c. Personal Hygiene
 Frekuensi mandi : 2 kali/hari
 Frekuensi gosok gigi : 2 kali/hari
 Frekuensi ganti pakaian : sesuai kebutuhan
d. Aktifitas
Ibu mengatakan masih biasa melakukan pekerjaan rumah tangga seperti
biasanya.
e. Tidur dan Istirahat
 Siang hari : 1 - 2 jam
16

 Malam hari : 7 - 8 jam


 Masalah : tidak ada
f. Pola Seksual
 Masalah : Tidak ditanyakan
10. Data Psikososial dan Spiritual
 Tanggapan ibu terhadap keadaan dirinya : Cemas
 Tanggapan ibu terhadap kehamilannya : Senang
 Ketaatan ibu beribadah : Sholat 5 waktu
 Pemecahan masalah dari ibu : Bersama suami
 Pengetahuan ibu terhadap kehamilannya : Pengalaman
 Budaya yang dipercayai selama kehamilan : Tidak ada
 Lingkungan yang berpengaruh Ibu tinggal bersama : Suami
 Hewan peliharaan : Tidak ada
 Hubungan sosial ibu dengan orang tua / keluarga : Baik
 Penentu pengambil keputusan dalam keluarga : Suami
 Jumlah penghasilan keluarga : cukup
 Yang menanggung biaya ANC dan persalinan : BPJS
17

B. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan umum
a. Keadaan umum : baik   
b. Kesadaran : compos mentis
c. Berat badan   
Sebelum hamil : 53 kg
Sekarang : 54 kg
d. Tinggi badan : 155 cm
e. LILA : 28,5 cm
f. Tanda Vital : TD : 100/80 mmHg Nadi : 80 x/menit
Suhu : 36°C, Respirasi : 18 x/menit
2. Pemeriksaan khusus
a. Inpeksi
Kepala : Bentuk kepala tampak simetris, rambut tampak
berwarna hitam, tidak tampak ketombe, dan tampak
bersih.
Muka : Terlihat agak tampak pucat, tidak tampak adanya
odema, tidak tampak adanya closma gravidarum.
Mata : Konjungtiva tampak pucat dan sclera tidak kuning.
Hidung : Tidak ada polip, tidak ada sumbatan jalan nafas, tidak
ada pernafasan cuping hidung dan tidak ada pengeluran
sekret.
Telinga : Bentuk tampak simetris kiri dan kanan, tidak ada
pengeluaran serumen.
Mulut : Bibir tampak pucat, tidak ada sariawan, lidah tampak
bersih, gigi berlubang.
Dada : Tampak simetris saat inspirasi dan ekspirasi, tidak ada
retraksi dada.
Mamae : Bentuk tampak simetris, puting susu menonjol
Abdomen : Tidak tampak bekas operasi dan jaringan parut
Tungkai : Tidak tampak odem dan varises
Genetalia : Tampak pengeluaran darah warna merah segar sedikit
b. Palpasi
18

Leher : Tidak teraba adanya pelebaran vena jugularis dan


kelenjar tyroid
Mamae : Tidak ada nyeri tekan, tidak teraba adanya massa pada
kedua belah payudara
Abdomen
Leopold I : Ballotement terasa
Leopold II Tidak dilakukan
Leopold III : Tidak dilakukan
Leopold IV Tidak dilakukan
Tungkai : Tidak terdapat danya oedama dan varises
c. Auskultasi
DJJ : Belum terdengar
d. Perkusi
 Cek ginjal : Kiri / Kanan, (-) / (-)
 Refleks Patella: Kiri / Kanan, (+) / (+)
e. Pemeriksaan Panggul Luar :
 Distansia Spinarum : tidak dilakukan
 Distansia Cristarum : tidak dilakukan
 Conjugata Eksterna : tidak dilakukan
 Lingkar Panggul : tidak dilakukan
3. Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium
a. Golongan Darah : O
b. HB : 12,3 gr%
c. Albumin : Tidak dilakukan
d. Reduksi : Tidak dilakukan
e. HIV : Negatif (-)
f. HbSAG : Negatif (-)

USG Abdomen : Kantung kehamilan dan janin baik


19

C. Analisa Data
1. Diagnosa Kebidanan : G2P1A0 hamil 8 minggu dengan abortus imminens
2. Masalah : Tidak ada
3. Kebutuhan : -Bedrest total
-Kolaborasi dengan dokter Obgyn
D. Penatalaksanaan
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan keadaan umum ibu baik dengan TD:
100/80 mmHg Nadi : 80 x / menit, Suhu : 36° C, respirasi :18x/menit, dan
ibu mengalami ancaman keguguran yang disebut abortus imminens, namun ibu
tidak perlu cemas karena janin masih bisa dipertahankan.
“Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan dan memahami penjelasan petugas,
sehingga wajah ibu yang tegang berubah terlihat tenang”
Rasional tindakan: Pasien berhak mengetahui segala sesuatu yang berkaitan
dengan keadaan penyakit yaitu tentang diagnosis, tindakkan medik yang akan
dilakukan, segala resiko dari tindakkan medik tersebut (Valery M.P. Siringoringo
et al, 2017)
2. Menjelaskan kepada ibu bahwa ibu perlu rawat inap di RSUD Kotabaru
“Ibu memahami penjelasan petugas dan akan mematuhi saran yang diberikan
bidan”
Rasional tindakan: Dengan rawat inap di RSUD kotabaru yang letaknya dekat
dengan rumah ibu maka ibu dan janin akan terpantau dengan baik oleh dokter
spesialis kandungan
3. Menjelaskan kepada ibu pentingnya bedrest total atau tirah baring di tempat tidur
seta mengurangi aktivitas baik itu duduk , pergi kekamar mandi maupun aktifitas
lainnya, menganjurkan ibu untuk tetap berbaring ditempat tidur
“ Ibu memahami dan bersedia melakukan aktifitas yang minim ditempat tidur”
Rasional tindakan: Tidur berbaring merupakan unsur penting dalam pengobatan,
karena cara ini menyebabkan bertambahnya aliran darah ke uterus dan
berkurangnya rangsang mekanik. (Prawirohardjo dkk, 2007)
4. Kolaborasi dengan dokter dengan cara menjelaskan keadaan pasien saat
kunjungan dokter dan meminta terapi obat yang sesuai.
“ Kolaborasi dilakukan, ibu mendapat terapi obat Utrogeston 2x200 Mcg”
Rasional tindakan: Salah satu tugas bidan sebagai pelaksana adalah tugas
20

kolaborasi. Bidan bersama dokter bertanggung jawab atas asuhan pada perempuan
hamil yang mempunyai komplikasi medis. (Astuti, 2016)
5. Kolaborasi dengan dokter untuk dilakukan pemeriksaan USG oleh dokter untuk
memastikan keadaan janin dalam kandungan
“USG dilakukan oleh dokter dan janin masih baik dan dapat dipertahankan
Rasional tindakan: Pemeriksaan USG penting dilakukan untuk menentukan
apakah janin masih hidup. (Wiknjosastro dkk, 2002)
6. Menganjurkan ibu untuk diet tinggi protein dan tambahan vitamin C.
“Ibu bersedia untuk diet tinggi protein dan mendapatkan vitamin C 1x1
Rasional Tindakan: Dengan makan diet tinggi protein dan tambahan
vitamin C akan menambah
7. Menganjurkan ibu untuk vulva hygiene minimal 2x sehari dengan cairan anti
septik untuk mencegah infeksi terutama saat masih mengeluarkan cairan cokelat.
“Ibu bersedia melakukan vulva hyegien minimal 2x”
Rasional Tindakan: Dengan melakukan vulva hygiene mencegah infeksi.
8. Menganjurkan ibu untuk tidak melakukan hubungan seksual selama hamil
trimester I ini atau selama ada keluar darah.
“Ibu mengerti dan bersedia untuk tidak melakukan hubungan seksual selama
hamil trimester I ini atau selama ada keluar darah ”
Rasional Tindakan: Seorang wanita yang memiliki riwayat infertilitas, dan
abortus sebaiknya dianjurkan tidak melakukan hubungan seksual terlebih dahulu.
jika terjadi perdarahan selama kehamilan walaupun sedikit, merupakan
kontraindikasi untuk melakukan hubungan seksual
9. Memberitahukan tanda bahaya ibu hamil pada trimester I, dan jika menemukan
tanda bahaya tersebut ibu segera ke tenaga kesehatan yaitu:
- Perdarahan pervaginam
- Nyeri abdomen / perut yang kuat dan berlebihan
“Ibu mengetahui tanda bahaya ibu hamil dan bersedia ke tenaga kesehatan”
Rasional tindakan: Hal yang harus diperhatikan untuk kesehatan kandungan ibu
dan janinnya adalah tanda bahaya ibu hamil. Tanda bahaya kehamilan adalah
tanda yang mengindikasikan adanya bahaya yang dapat terjadi selama kehamilan
atau pperiode antenatal, yang apabila tidak dilaporkan atau tidak terdeteksi bisa
menyebabkan kematian ibu. ( Pratiwi and Fatimah, 2018)
21

10. Mendokumentasikan tindakan.


“Semua pemeriksaan dan tindakan terdokumentasi dan tercatat deregister
pasien”
Rasional Tindakan: Untuk mempertanggung jawabkan tindakan yang telah
dilakukan dan sebagai bukti dari setiap tindakan. (Handayani dkk: 2017)
BAB IV
PEMBAHASAN

Dalam bab pembahasan ini, penulis akan membahas beberapa hal yang berkaitan
dengan pelaksanaan “Asuhan Kebidanan pada Ny. S hamil 8 minggu usia 38 tahun
dengan Abortus Imminens” yang berkunjung pada tanggal 11 Nopember 2021 di Poli
Kandungan RSUD PJS Kotabaru. Dalam penatalaksanaan asuhan kebidanan
menggunakan manajemen kebidanan dengan pendokumentasian SOAP.

A. Pendokumentasian Asuhan Kebidanan


1. Data Subjektif
Berdasarkan anamnesa ibu melakukan pemeriksaan tes kehamilan hasil
positif pada tanggal 8 November 2021. Hamil kedua,dengan jarak anak sebelumnya
kurang lebih 11 tahun. HPHT tanggal 18 September 2021 dan menurut ibu sekarang
sedang hamil 2 bulan. Tanda kehamilan yaitu adanya keterlambatan haid, dan
pemeriksaan tes kehamilan menunjukkan positif.
Didapat data subjektif bahwa ibu keluar flek dari jalan lahir 1 hari yang lalu
karena perjalanan jauh, serta ada terasa nyeri bagian bawah perut, nyerinya terasa
hilang timbul,dirasakan sudah 1 hari ini. Tanda dan gejala abortus imminens
berdasarkan teori, yaitu terjadinya perdarahan dari jalan lahir berwarna merah segar,
adanya kram perut bagian bawah, tanpa pengeluaran hasil konsepsi. Perdarahan pada
saat hamil muda, sebelum kehamilan kurang dari 20 minggu yang ditandai dengan
keluarnya darah sedikit seperti bercak merupakan abortus imminens yang baru
mengancam dan masih dapat dipertahankan. Perdarahan yang terjadi diakibatkan
oleh terlepasnya sebagian jaringan plasenta sehingga janin kekurangan nutrisi dan
O2, bagian yang terlepas dianggap benda asing sehingga rahim berusaha untuk
mengeluarkan seluruh atau sebagian hasil konsepsinya dengan mengeluarkan darah.
Ibu sebagai ibu rumah tangga, memiliki waktu untuk bepergian jauh
menggunakan kendaraan bermotor dengan kondisi geografis yang banyak bebatuan
sehingga menimbulkan trauma pada ibu yang mempunyai faktor risiko yang sudah
berumur 38 tahun.

22
23

2. Data Objektif
Dari hasil pemeriksaan didapat bahwa keadaan umum ibu tampak baik, kesadaran
compos mentis, tekanan darah 100/80 mmHg, nadi 80 kali/menit, suhu 360C, dan pernapasan
18 kali/menit.
Pada pemeriksaan abdomen didapatkan ballotemnt positif (teraba), adanya nyeri tekan
pada bagian bawah perut. Tanda dan gejala abortus imminens yaitu ukuran uterus sesuai
dengan usia kehamilan, dan adanya kram perut bagian bawah. Ukuran uterus yang sesuai
dengan usia kehamilan dikarenakan masih adanya hasil konsepsi di dalam uterus. Adanya
kram perut bagian bawah dikarenakan terjadinya pelepasan sebagian jaringan plasenta
sehingga janin kekurangan nutrisi dan O2, bagian yang terlepas dianggap benda asing
sehingga rahim berusaha untuk mengeluarkan hasil sebagian konsepsinya dengan kontraksi.
Pada pemeriksaan genitalia tampak pengeluaran darah berwarna merah segar. Tanda
dan gejala abortus imminens yaitu saat di inspeksi tampak pengeluaran darah berwarna merah
segar, banyaknya sedang, saat di inspekulo tampak pengerluaran darah dari kavum uteri, tidak
berbau, ostium uteri tertutup dan tidak ada jaringan yang keluar. Pengeluaran darah ini
disebabkan karena terlepasnya sebagian atau seluruh jaringan plasenta yang menyebabkan
perdarahan.
Pada kasus ini pemeriksaan penunjang yang dilakukan adalah USG dengan hasil USG
tampak kantung kehamilan, keadaan janin baik, terlihat dan terdengar denyut jantung janin
(DJJ). Pemeriksaan penunjang untuk menentukan diagnosis abortus imminens adalah
pemeriksaan USG yang ditandai adanya tanda kehidupan janin yaitu denyut jantung janin.
Pemeriksaan penunjang lain yang dilakukan adalah pemeriksaan urin yang masih
menunjukkan hasil positif pada kehamilan. Akan tetapi pada kasus ini tidak dilakukan
pemeriksaan urin dikarenakan dengan pemeriksaan fisik pada abdomen uterus sesuai dengan
masa kehamilan, adanya denyut jantung jantung janin (DJJ), genitalia tidak ada jaringan yang
keluar dan tidak adapembukaan, dan pemeriksaan penunjang yaitu USG adanya tanda
kehidupan janin dengan terlihat dan terdengarnya denyut jantung janin (DJJ) sudah cukup
untuk menegakkan bahwa masih adanya tanda kehidupan janin.
3. Analisa
Dari hasil pengkajian data subjektif didapatkan bahwa ibu sudah melakukan
pemeriksaan kehamilan (test pect) hasil positif. Hamil kedua, belum pernah keguguran
sebelumnya. HPHT tanggal 18 November 2021, mengeluh keluar darah berwarna coklat, kram
pada perut bagian bawah. Dari hasil pemeriksaan fisik abdomen teraba ballotement genitalia
tampak pengeluaran darah, tidak ada jaringan yang keluar, tidak berbau. Hasil USG tampak
kantung kehamilan, keadaan janin baik, terlihat dan terdengar denyut jantung janin
(DJJ) sehingga dapat ditegakkan analisa yaitu “Ny. S, usia 38 tahun, G2P1A0 hamil 8 minggu
dengan abortus imminens”.
4. Penatalaksanaan
Berdasarkan hasil pengkajian data subjektif dan objektif yang didapat serta analisa
yang ditegakkan, maka disusunlah penatalaksanaan yang telah dilakukan sesuai dengan
kebutuhan ibu, yaitu:
Memberitahu bahwa ibu mengalami abortus imminens yaitu perdarahan pada saat
hamil muda, sebelum kehamilan kurang dari 20 minggu yang ditandai dengan keluarnya darah
sedikit seperti bercak, keguguran ini baru mengancam dan masih dapat dipertahankan.
Abortus imminens yaitu terjadinya perdarahan bercak yang menunjukkan ancaman
terhadap kelangsungan suatu kehamilan sebelum kehamilan kurang dari 20 minggu. Dalam
kondisi seperti ini kehamilan masih mungkin berlanjut atau dipertahankan.7
Menganjurkan ibu untuk istirahat baring total, salah satu penanganan abortus imminens
yaitu bed rest. Bed rest bertujuan untuk meningkatkan aliran darah ke rahim, dan mengurangi
rangsangan mekanis.
Pengobatan pasien dengan abortus imminens yaitu diberikan obat hormonal seperti
Progesteron; penguat plasenta seperti Utrogestan . Dalam kasus ini, berdasarkan adviced
dokter Obgyn ibu diberikan Uterogestan 2x200 mcg. Utrogestan merupakan obat yang
mengandung progesterone termiknorisasi. Indikasinya bermacam-macam salah satunya adalah
untuk abortus imminens. Progesteron adalah hormon steroid awalnya diproduksi oleh indung
telur (kopus luteum), sampai kemudian diambil alih oleh plasenta pada minggu 7-9 minggu
kehamilan. Pada awal kehamilan, progesteron penting untuk pemeliharaan kehamilan.
Progesteron memiliki peran luar biasa dalam menjaga kehamilan yang sehat. Kelangsungan
hidup embrio dalam rahim benar-benar tergantung pada hormon penting ini.
Pada kondisi tertentu kadar estrogen naik seperti pada saat stres (fisik atau mental).
Saat stres akan dikeluarkan kortisol, zat inilah yang akan merangsang munculnya estrogen.
Dominasi estrogen (kadarnya lebih tinggi dari etrogen) akan menyebabkan rahim berkontraksi.
Progesteron dapat dianggap sebagai penyeimbang hormonal, terutama estrogen. Fungsi
progesteron dalam memelihara kehamilan salah satunya menurunkan tonus otot polos
sehingga uterus relaksasi.
Menganjurkan ibu untuk tidak melakukan hubungan seksual selama 1 minggu. Seorang
wanita yang memiliki riwayat infertilitas, dan abortus sebaiknya dianjurkan tidak melakukan
hubungan seksual terlebih dahulu. jika terjadi perdarahan selama kehamilan walaupun sedikit,
25

merupakan kontraindikasi untuk melakukan hubungan seksual. Perlu diingat sikap


hati-hati pada saat bersenggama, sebaiknya tetap diperhatikan pasangan pada empat bulan
pertama kehamilan, karena dikhawatirkan terkena abortus spontan. Hal ini bisa terjadi karena
plasenta sebagai pelindung kehamilan belum terbentuk secara sempurna, padahal selain
fungsinya sebagai bantalan (pelindung) janin, plasenta ini menghasilkan hormon progesteron
yang dikenal sebagai hormon penguat kandungan.
Keberhasilan penatalaksanaan abortus imminens dipengaruhi oleh nasehat yang
diberikan petugas kesehatan mengenai penatalaksanaan yang harus dilakukan dan menjelaskan
menegenai tanda bahaya yang mungkin terjadi pada kehamilan muda.
Mendokumentasikan tindakan yang sudah dilakukan dan mencatat di register pasien
sebagai bentuk pertanggung jawaban tindakan yang telah dilakukan dan sebagai bukti dari
setiap tindakan.
BAB V

PENUTUP

B. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengkajian melalui anamnesa, pemeriksaan fisik, diagnosa


yang ditegakkan dan dilakukan rencana sesuai kebutuhan, serta pembahasan terdapat
kesesuaian antara teori dan kenyataan yang telah di uraikan maka penulis dapat
mengambil kesimpulan bahwa:
1. Data subjektif
Berdasarkan hasil anamnesa didapatkan data subjektif dari pasien yaitu ibu
berusia 38 tahun, HPHT 18 September 2021, tes kehamilan positif, sedang hamil
2 bulan.
Ada keluar flek dari jalan lahir 1 hari yang lalu karena perjalanan jauh, serta
ada terasa nyeri bagian bawah perut, nyerinya terasa hilang timbul,dirasakan
sudah 1 hari ini.
2. Data objektif
Dari data objektif berdasarkan hasil pemeriksaan yang telah dilakukan
didapatkan bahwa pada pemeriksaan fisik pada abdomen didapatkan teraba
ballotement, adanya nyeri tekan puntum maksimum kuadran bawah kanan. Pada
pemeriksaan genitalia tampak pengeluaran darah, tidak ada jaringan yang keluar,
tidak berbau. Pada kasus ini dilakukan pemeriksaan USG tampak kantung
kehamilan, keadaan janin baik.
3. Analisa
Berdasarkan data subjektif dan objektif yang telah didapatkan maka ditegakkan
analisa Ny. S, G2P1A0 hamil 8 minggu dengan abortus imminens.
4. Penatalaksanaan
Memberitahu bahwa ibu mengalami abortus imminens yaitu perdarahan pada
saat hamil muda, sebelum kehamilan kurang dari 20 minggu yang ditandai
dengan keluarnya darah sedikit seperti bercak, keguguran ini baru mengancam
dan masih dapat dipertahankan. Melakukan kolaborasi dengan dokter Obgyn:
memberikan obat Uterogestan 2x200 mg.
Menganjurkan ibu untuk istirahat baring total, menganjurkan ibu untuk tidak
melakukan hubungan seksual selama 1 minggu.

26
27

C. Saran

1. Pusat Pelayanan Kesehatan


Diharapkan tetap mempertahankan pelayanan kesehatan yang sudah sesuai
dengan SOP serta teori sehingga dapat meningkatkan kualitas dan kepercayaan
dari para pengguna jasa pelayanan kesehatan, khususnya pelayanan kebidanan
dengan abortus imminens.
2. Untuk klien dan keluarga
Dengan diberikannya asuhan ini diharapkan ibu mendapatkan asuhan yang
lebih terarah dan berkelanjutan. Menganjurkan ibu untuk segera datang ke
petugas kesehatan apabila mengalami perdarahan lagi, cukup istirahat, dan
kurangi pekerjaan yang dapat melelahkan ibu karena kemungkinan abortus
dapat terulang apabila kondisi ibu kurang baik.
3. Untuk profesi Bidan
Diharapkan dapat lebih meningkatkan kualitas asuhan sesuai dengan teori yang
terus berkembang namun tetap berdasarkan wewenangnya sebagai bidan yang
telah ditetapkan sehingga asuhan yang diberikan sesuai dengan standar
pelayanan kebidanan dan bemanfaat bagi klien.
DAFTAR PUSTAKA

A.A Gde Kiki Sanjaya Dharma. (2015). Laporan Kasus Abortus Imminens Juni 2015 Faktor
Resiko, Patogenesis, Dan Penatalaksanaannya.
Ahmad La Ode A.L. (2016). Analisis Faktor Resiko Usia Kehamilan Dan Paritas Terhadap
Kejadian Abortus. Jurnal Al Maiyyah, 9(1)

Benson RC, Pernoll ML. (2009). Buku Saku Obstetri dan Ginekologi. Edisi 9. Jakarta: EGC

Husin Farid. (2013). Asuhan Kehamilan Berbasis Bukti. Bandung: Sagung Seto

Leveno KJ, Cunningham FG, Gant NF, et al. (2009). Obstetri Williams:Panduan Ringkas.
Edisi 21. Yudha EK, Subekti NB, translator. Jakarta: EGC

Linda Yanti. (2018). Faktor Determinan Kejadian Abortus Pada Ibu Hamil. Jurnal Ilmiah
Ilmu-Ilmu Kesehatan, 16(2)

Mochtar R. (1998). Sinopsis Obstetri Jilid II. Edisi II. Jakarta: EGC

Prawirodihardjo, Sarwono. (2014). Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono


Prawirodihardjo

Sastrawinata S, Martaadisoebrata D, Wirakusumah FF. (2005). Ilmu Kesehatan Reproduksi:


Obstetri Patologi. Edisi 2. Handini S, Sari LA, editor. Jakarta: EGC

Setyarini, Didien Ika dan Suprapti.(2016). Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan Maternal


Neonatal. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia

28

Anda mungkin juga menyukai