Anda di halaman 1dari 43

1

LAPORAN ASUHAN KEBIDANAN UJIAN KASUS AKHIR


STASE BAYI BARU LAHIR DENGAN BERAT RENDAH
UMUR 2 JAM DI RUANG TERATAI PERINATOLOGI
RSUD. PAMBALAH BATUNG AMUNTAI

DISUSUN OLEH
OLMA HIDAYAH
11194992110064

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


FAKULTAS KESEHATAN, UNIVERSITAS SARI MULIA
TAHUN 2021/2022
LEMBAR PERSETUJUAN

JUDUL KASUS : LAPORAN ASUHAN KEBIDANAN UJIAN


KASUS AKHIR STASE BAYI BARU LAHIR
DENGAN BERAT RENDAH UMUR 2 JAM DI
RUANG TERATAI PERINATOLOGI RSUD.
PAMBALAH BATUNG AMUNTAI
NAMA : Olma Hidayah
NIM : 11194992110064

Amuntai , Februari 2022

Menyetujui,

RS Program Studi Pendidikan Sari Mulia


Preseptor Klinik ( PK ) Fakultas Kesehatan Sari Mulia
Preseptor Pendidikan (PP)

Tati Rahayu SST Lisda Handayani , S.ST., M.Kes.


Bidan Ahli Pertama NIK.1166062013058

LEMBAR PENGASAHAN
JUDUL KASUS : LAPORAN ASUHAN KEBIDANAN UJIAN KASUS AKHIR
STASE BAYI BARU LAHIR DENGAN BERAT RENDAH UMUR
2 JAM DI RUANG TERATAI PERINATOLOGI RSUD.
PAMBALAH BATUNG AMUNTAI
NAMA : Olma Hidayah
NIM : 11194992110064

Amuntai , 2022

ii
iii

Menyetujui,
Fakultas Studi Pendidikan
Universitas Sari Mulia
Preseptor Pendidik (PP)

Filistea Winda E., S Keb. Bd


NIK. 1166122015088

RS Program Studi Pendidikan Sari Mulia


Preseptor Klinik ( PK) Fakultas Kesehatan Sari Mulia
Preseptor Pendidikan (PP)

Tati Rahayu SST Lisda Handayani , S.ST., M.Kes.


Bidan Ahli Pertama NIK.1166062013058

Mengetahui,
Ketua Jurusan Kebidanan
Fakultas
Kesehatan Universitas Sari Mulia

Ika Mardiatul Ulfa, SST., M.Kes


NIK. 116612200902

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan
hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan tugas yang berjudul “ Laporan Kasus
Akhir Stase Bayi Baru lahir dengan berat badan rendah Umur 2 jam di ruang
Teratai perinatologi RSUD Pambalah Batung Amuntai “.
Dalam penulisan ini, penulis banyak mendapatkan bantuan bimbingan
baik secara langsung maupun tidak langsung dari PP dan PK sehingga laporan

iii
iv

ini dapat selesai pada waktunya. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis
ucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu RR. Dwi Sogi Sri Redjeki, SKG, M.Pd selaku Ketua Yayasan Indah
Universitas Sari Mulia Banjarmasin
2. Ibu Anggrita Sari, S.SiT., M.Pd., M.Kes, selaku Rektor Universitas Sari Mulia
Banjarmasin
3. Bapak Hariadi Widodo, S.Ked., M.PH selaku Wakil Rektor II Bidang
Keuangan dan Sistem Informasi Universitas Sari Mulia Banjarmasin.
4. Bapak Dr. Ir. Agustinus Hermino Superma Putra, M.Pd selaku Wakil Rektor
III Bidang Sumber Daya Manusia dan Kemitraan Universitas Sari Mulia
Banjarmasin.
5. Bapak H. Ali Rakhman Hakim, M.Farm., Apt selaku Dekan Fakultas
Kesehatan Universitas Sari Mulia Banjarmasin.
6. Ibu Ika Mardiatul Ulfa, SST., M.Kes selaku Ketua Jurusan Kebidanan
Universitas Sari Mulia Banjarmasin.
7. Ibu Lisda Handayani , S.ST., M.Kes selaku Pembimbing Pendidikan (PP) di
Universitas Sari Mulia Banjarmasin.
8. Ibu Filistea Winda E., S Keb. Bd selaku Penguji Pembimbing Pendidikan
(PP) di Universitas Sari Mulia Banjarmasin.
9. Ibu Tati Rahayu selaku Pembimbing Lahan Praktik (PK) di ruang Teratai
Perinatologi RSUD. Pambalah Batung Amuntai.
10. Semua staf dan kakak Rumah sakit yang telah memberikan dukungan serta
bantuan dalam pembuatan laporan kasus.

Kami sangat menyadari bahwa isi dari laporan ini masih jauh dari
sempurna, untuk itu kami sebagai penulis mengharapkan kritik dan saran demi
perbaikan dan kesempurnaan laporan ini. Semoga laporan ini dapat memberikan
manfaat bagi pelayanan kesehatan dan menambah wawasan serta pengetahuan
bagi kita.

Amuntai, Februari 2022

Penulis

iv
5

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...........................................................................................i
LEMBAR PERSETUJUAN..............................................................................ii
LEMBAR PENGESAHAN...............................................................................iii
KATA PENGANTAR.......................................................................................iv
DAFTAR ISI....................................................................................................vi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..............................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................2
C. Tujuan...........................................................................................3
D. Manfaat.........................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian ...................................................................................5
B. Etiologi..........................................................................................5
C. Patofisiologi..................................................................................6
D. Kreteria Diagnostik Untuk Preeklamsia........................................8
E. Clinical Pathway..........................................................................10
F. Manifestasi Klinis.........................................................................11
G. Faktor Resiko Terjadinya Preeklamsi berat pada ibu nifas ........11
H. Komplikasi...................................................................................13
I. Penatalaksanaan Medis ..............................................................14
J. Penatalaksanaan Kebidanan ......................................................14
BAB III TINJAUAN KASUS
A. Data Subjektif..............................................................................16
B. Data Objektif................................................................................19
C. Analisa Data................................................................................21
D. Penatalaksanaan.........................................................................21
BAB IV PEMBAHASAN..................................................................................33
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan..................................................................................36
B. Saran...........................................................................................37
DAFTAR PUSTAKA

5
6

6
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Berat badan lahir rendah (BBLR) merupakan penyebab tidak langsung dari
kematian neonatal. BBLR berkontribusi hingga 60% hingga 80% dari semua
kematian neonatal. Prevalensi BBLR global adalah 15,5%. Bayi yang mengalami
BBLR setiap tahun sekitar 20 juta bayi, 98,5% diantaranya di negara berkembang.
Pengalaman dari negara maju dan berpenghasilan rendah dan menengah telah
dengan jelas menunjukkan bahwa perawatan bayi BBLR yang tepat, termasuk
pemberian makan, pemeliharaan suhu, tali higienis dan perawatan kulit, serta
deteksi dini dan pengobatan infeksi dan komplikasi termasuk sindrom gangguan
pernapasan dapat secara substansial mengurangi kematian (WHO, 2020).
Berat badan bayi kurang dari 2,5 kg yaitu mereka yang lahir sebelum 37
minggu. Tingkat BBLR yang terkait dengan kerawanan pangan rumah tangga serta
kekurangan gizi pada ibu hamil. Data dari dunia telah menunjukkan bahwa
mayoritas BBLR di India dapat bertahan hidup jika mereka diberikan perawatan
bayi baru lahir yang sangat penting. Banyak faktor yang menyebabkan kejadian
BBLR di India begitu banyak yang pertama yaitu tingkat gizi dan nutrisi pada ibu
hamil, anemia, kurangnya perawatan pada saat kehamilan serta komplikasi
kehamilan telah berkontibusi pada BBLR. Perkiraan kejadian BBLR sekitar 12%
di Afrika dan 28% di Asia Selatan, secara global 21 juta bayi dilahirkan dengan
dengan berat lahir rendah. Asia Selatan memiliki tingkat BBLR tertinggi. Asia
Selatan menyumbang hampir setengah dari 21 juta bayi berat lahir rendah
(Gopalan, 2020).

Profil Anak Indoneisa 2021, kematian bayi merupakan suatu hal yang
sangat penting yang harus diperhatikan oleh para pemangku kebijakan, terutama
negara berkembang seperti Indonesia. Angka kematian bayi (AKB) mencerminkan
tingkat pembangunan kesehatan dari suatu negara serta kualitas hidup dari
masyarakatnya. Angka kematian bayi adalah peluang bayi meninggal antara
kelahiran dan sebelum mencapai usia satu tahun. Perawatan antenatal dan
penolong persalinan sesuai standar harus disertai dengan perawatan neonatal
yang cukup dan upaya menurunkan kematian bayi akibat berat lahir rendah, infeksi
paska lahir (seperti tetanus neonatarum, sepsis), hipotermia dan asfiksia (Profil
Anak Indonesia, 2021)

1
2

Bayi baru lahir tentu membutuhkan bantuan dan waktu untuk melakukan
adaptasi terhadap kehidupan baru di luar Rahim. Penyesuaian kehidupan di luar
rahim bagi bayi baru lahir dengan berat badan rendah tentunya memerlukan upaya
dan perhatian lebih. Berbagai metode penanganan bayi baru lahir bagi bayi berat
lahir rendah (BBLR) perlu dilakukan lebih intensif untuk menghindari kesakitan dan
kematian bayi. Prenstase wanita pernah kawin usian 15 – 49 tahun yang pernah
melahirkan dalam 2 tahun terakhir yang mememiliki anak lahir terakhir termasuk
dalam kategori BBLR. Setidaknya terdapat 13,87 persen wanita usia 15-49 tahun yang
melahirkan dengan berat lahir rendah (kurang dari 2. 500 gram). Kejadian BBLR
menurut tipe daerah nampaknya tidak memiliki kesenjangan yang berarti, yaitu 14,15
persen di perkotaan dan 13, 55 persen di pedesaan (Profil Anak Indonesia,
2021).
Tingkat kematian neonatal tertinggi adalah di Indonesia pada tahun 2020
adalah BBLR dan Asfiksia. Permasalahan yang berkaitan dengan kematian bayi di
Provinsi Kalimantan Selatan antara lain adalah penyebab kematian masih didominasi
oleh BBLR dan asfiksia, masih adanya disparitas angka kematian bayi antar
kabupaten/kota. Kelahiran bayi dapat dikelompokkan menjadi tiga dilihat dari hubungan
antara waktu kelahiran dengan umur kelahiran, kelompok bayi kurang bulan
(premature), yaitu bayi yang dilahirkan dengan masa gestasi kehamilan <37 minggu
(<259 hari. Bayi cukup bulan, yaitu bayi yang dilahirkan dengan masa gestasi anatar
37-42 minggu (259-298 hari). Bayi lebih bulan, ialah bayi yang dilahirkan dengan
masa gestasi >42 minggu (>294 hari). Kejadian BBLR biasanya disebabkan karena
bawan pada bayi ataupun faktor pemenuhan gizi selama kehamilan dan
penyakit yang menyertai ibu selama hamil. Bayi dengan berat badan lahir rendah
mempunyai kencenderungan kearah peningkatan terjadinya infeksi dan mudah
terserang komplikasi( Desmayanti, 2020).
Berdasakan data yang di ambil di RSUD. Pamabalah Batung Amuntai angka
kejadian BBLR terdapat 382 kasus pada tahun 2020. Dari uraian diatas penulis
tertarik untuk mengambil Laporan kasus Akhir stase dengan judul Asuhan Kebidanan
pada bayi BBBLR umur 2 di ruang teratai perinatologi RSUD .Pambalah Batung
Amuntai.
.

2
3

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut maka perlu diadakan studi kasus
untuk mengetahui lebih lanjut “Bagaimana Asuhan Kebidanan pada pada
bayi BBBLR umur 2 di ruang teratai perinatologi RSUD .Pambalah Batung
Amuntai.
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Penulis mampu melakukan dan mengindentifikasi Asuhan
Kebidanan pada Kebidanan pada bayi BBBLR umur 2 di ruang
teratai perinatologi RSUD .Pambalah Batung Amuntai.
2. Tujuan Khusus
a. Mengatahui data subjektif Asuhan Kebidanan pada bayi BBLR
umur 2 jam di ruang Teratai Perinatologi RSUD. Pambalah Batung
Amuntai
b. Mengetahui data objektif Asuhan Kebidanan pada bayi BBLR umur
2 jam di ruang Teratai Perinatologi RSUD. Pambalah Batung
Amuntai
c. Mengindentifikasi diagnosa/ Asuhan Kebidanan Kebidanan pada
pada bayi BBLR umur 2 jam di ruang Teratai Perinatologi RSUD.
Pambalah Batung Amuntai
d. Mengetahui penatalaksanaan Asuhan Kebidanan pada bayi BBLR
umur 2 jam di ruang Teratai Perinatologi RSUD. Pambalah Batung
Amuntai
D. Manfaat
1. Secara Teoritis
Hasil Penulisan dapat digunakan untuk mengidentifikasi kasus BBLR
pada bayi
2. Secara Praktis
a) Bagi penulis
 Agar mampu mengaplikasikan ilmu pengetahuan dan
pengalaman yang nyata pada asuhan kebidanan pada
kasus BBLR pada bayi

b) Bagi Profesi
4

Agar dapat memberikan tambahan pengetahuan dan sebagai


bahan pertimbangan dalam pembelajaran asuhan kebidanan serta
meningkatkan keterampilan dalam memberikan dan melaksanakan
asuahan kebidanan pada kasus pengalaman yang nyata pada
asuhan kebidanan pada bayi dengan BBLR
c) Bagi Pendidikan
gar dapat dijadikan sebagai referensi untuk memberikan pendidikan
mata kuliah tentang asuhan pada kasus BBLR .
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian
Bayi berat badan lahir rendah (BBLR) merupakan bayi baru lahir yang
saat dilahirkan memiliki berat badan senilai < 2500 gram tanpa menilai masa
gestasi. (Sholeh, 2020). Pada tahun 2019 oleh World Health Organization
(WHO) semua bayi yang telah lahir dengan berat badan saat lahir kurang dari
2.500 gram disebut Low Birth Weight Infants atau Bayi Berat Lahir Rendah
(BBLR).
Banyak yang masih beranggapan apabila BBLR hanya terjadi pada bayi
prematur atau bayi tidak cukup bulan. Tapi, BBLR tidak hanya bisa terjadi
pada bayi prematur, bisa juga terjadi pada bayi cukup bulan yang mengalami
proses hambatan dalam pertumbuhannya selama kehamilan (Profil
Kesehatan Dasar Indonesia, 2019 ).
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari
2500 gram tanpa memandang usia gestasi. BBLR merupakan istilah untuk
mengganti bayi premaur karena terdapat dua bentuk penyebab kelahiran bayi
dengan berat badan kurang dari 2500 gram yaitu umur kehamilan kurang dari
37 minggu, berat badan lebih rendah dari semestinya sekalipun cukup bulan
atau karena kombinasi keduanya (Hamzah, 2019)
B. Klasifikasi BBLR

Menurut Proverawati dan Ismawati (2019), ada beberapa cara dalam


mengelompokkan bayi BBLR yaitu :
1. Berdasarkan berat badan

 Bayi berat lahir rendah (BBLR), berat lahir 1500 sampai 2400

gram

 Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR), berat lahir 1000 sampai

1500 gram

 Bayi berat lahir extrem rendah (BBLER), berat lahir kurang dari

1000 gram.

5
2. Berdasarkan usia gestasi

 Prematuris murni

Bayi prematuris murni lahir dengan umur kehamilan kurang dari 37


minggu dan mempunyai berat badan untuk masa kehamilan atau
neonatus kurang bulan sesuai masa kehamilan
 Dismatur
Bayi dismatur lahir dengan berat badan kurang dari berat badan
seharusnya untuk masa kehamilan. Berat bayi mengalami retardasi
pertumbuhn intrauterin dan merupakan bayi yang kecil untuk masa
kehamilannya
C. Etiologi

1. Faktor ibu

a) Usia ibu

Berdasarkan status kesehatan reproduksi, usia dibagi menjadi


usia < 20 tahun, 20 – 30 tahun dan > 35 tahun. Menurut Rohyati
dalam reproduksi sehat, usia yang aman untuk kehamilan dan
persalinan adalah 20-35 tahun, sedangkan yang berisiko untuk
kehamilan dan persalinan adalah usia kurang dari 20 tahun dan
lebih dari 35 tahun.
Usia berhubungan dengan kematangan sistem reproduksi
seorang wanita. Kehamilan di usia terlalu muda menyebabkan
secara biologis kondisi rahim dan panggul ibu belum berkembang
secara sempurna. Hal tersebut menyebabkan aliran darah menuju
serviks dan rahim berkurang, sehingga asupan gizi untuk janin
juga berkurang. Ibu yang hamil di usia remaja masih mengalami
masa pertumbuhan, sehingga terjadi ketidakseimbangan distribusi
gizi bagi ibu dan janin. Pada akhirnya, tubuh kesulitan untuk
memenuhi gizi bagi ibu maupun janin.
Usia berpengaruh terhadap kejadian BBLR, hal ini
disebabkan karena melahirkan di usia kurang dari 20 tahun terjadi
persaingan nutrisi antara ibu dan janin dimana di usia tersebut
seorang wanita masih dalam masa pertumbuhan yang juga akan

6
membutuhkan asupan gizi yang besar untuk memenuhi masa
pertumbuhannya. Begitu pula dengan usia diatas 35 tahun,
seorang wanita mengalami kemunduran fungsi biologis pada
organ-organ tubuh salah satunya penurunan mobilitas usus yang
akan menyebabkan penurunan nafsu makan sehingga
mempengaruhi asupan nutrisi yang dibutuhkan antara ibu dan
janin.
b) Paritas
Paritas adalah banyaknya kelahiran hidup yang dipunyai oleh
seorang perempuan. Berdasarkan jumlahnya, paritas seorang
perempuan dapat dibedakan menjadi empat, yaitu nullipara, primipara,
multipara, dan grandemultipara. Paritas adalah faktor penting yang dapat
mempengaruhi kesejahteraan janin selama kehamilan. Status paritas
tinggi dapat meningkatkan faktor kejadian BBLR. Hal tersebut terjadi
karena kemampuan rahim dalam menyediakan nutrisi bagi kehamilan
semakin menurun sehingga penyaluran nutrisi antara ibu dan janin
terhambat
Paritas tinggi memberikan gambaran tingkat kehamilan yang
banyak yang dapat menyebabkan risiko kehamilan, dan kelahiran
prematur. Semakin banyak jumlah kelahiran yang dialami oleh ibu
semakin tinggi risiko untuk mengalami komplikasi, hal ini dapat
diterangkan bahwa setiap kehamilan yang disusul dengan persalinan
akan menyebabkan kelainan uterus dalam hal ini kehamilan yang
berulang-ulang menyebabkan sirkulasi nutrisi ke janin terganggu.
Ibu grandemultipara beresiko melahirkan bayi dengan berat
rendah, hal ini disebabkan karena paritas yang tinggi akan
mengakibatkan terganggunya uterus terutama dalam hal fungsi pembuluh
darah. Paritas yang tinggi akan berdampak pada timbulnya berbagai
masalah kesehatan baik bagi ibu maupun bayi yang dilahirkan.
Kehamilan dan persalinan yang berulang-ulang menyebabkan kerusakan
pembuluh darah di dinding rahim dan terjadi jaringan parut yang
menyebabkan kemunduran daya lentur (elastisitas) jaringan yang sudah
berulang kali diregangkan kehamilan. Jaringan parut tersebut
mengakibatkan persediaan darah ke plasenta berkurang, plasenta
menjadi lebih tipis dan mencakup uterus lebih luas. Pada

7
grandamultipara akan lebih beresiko mengalami perdarahan antepartum
seperti solusio plasenta maupun plasenta previa sehingga plasenta
menipis dan cenderung timbul kelainan letak ataupun kelainan
pertumbuhan plasenta sehingga melahirkan bayi berat badan lahir
rendah.
c) Jarak kehamilan
Jarak kehamilan adalah selisih waktu antara kehamilan sebelumnya
dengan kehamilan selanjutnya. Jarak kehamilan yang terlalu dekat perlu
diwaspadai karena fungsi alat reproduksi tidak berfungsi secara optimal
sehingga memungkinkan pertumbuhan janin kurang baik. Jarak kelahiran
kurang dari 2 tahun lebih berisiko karena kondisi rahim yang belum pulih
menimbulkan pertumbuhan janin yang kurang baik sehingga bayi lahir
dengan berat badan lahir rendah, persalinan lama karena gangguan
kekuatan kontraksi, dan pendarahan saat persalinan. Jarak kelahiran
yang optimal dianjurkan adalah 36 bulan akan memberikan kesempatan
kepada ibu untuk memperbiki gizi dan kesehatannya
Jarak kehamilan yang terlalu dekat atau pendek meningkatkan
terjadinya masalah yang beresiko. Proses pemulihan pada alat reproduksi
yang memerlukan waktu paling minimal 2 tahun. Dan dalam 2 tahun ibu
yang seharusnya terfokus pada pertumbuhan dan perkembangan anak
akan terbagi jika jarak kehamilan terjadi lagi kurang dari 2 tahun. Jarak
kehamilan yang < 2 tahun beresiko terjadinya BBLR.
d) Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh dalam memberikan
respon terhadap sesuatu yang datang dari luar. Orang yang
berpendidikan tinggi akan memberikan respon yang lebih rasional
terhadap informasi yang datang dan alasan berpikir sejauh mana
keuntungan yang mungkin akan diperoleh dari gagasan tersebut.
Semakin tinggi pendidikan seseorang, maka semakin mudah untuk
menerima informasi sehingga semakin banyak pula pengetahuan yang
dimiliki. Sebaliknya, pendidikan yang kurang akan menghambat sikap
terhadap nilai-nilai yang baru diperkenalkan.
Tingkat pendidikan yang dimiliki ibu mempunyai pengaruh kuat pada
perilaku reproduksi, kelahiran, kematian anak dan bayi, kesakitan, dan
sikap serta kesadaran atas kesehatan keluarga. Latar belakang

8
pendidikan ibu mempengaruhi sikapnya dalam memilih pelayanan
kesehatan dan pola konsumsi makan yang berhubungan juga dengan
peningkatan berat badan ibu semasa hamil yang pada saatnya akan
mempengaruhi kejadian BBLR. Ibu yang berpendidikan rendah sulit untuk
menerima inovasi dan sebagian besar kurang mengetahui pentingnya
perawatan pra kelahiran dan mempunyai keterbatasan mendapatkan
pelayanan antenatal yang adekuat dan keterbatasan mengkonsumsi
makanan yang bergizi selama hamil
e) Umur kehamilan
Umur kehamilan adalah taksiran usia janin yang dihitung dari hari
pertama haid terakhir sampai saat melahirkan. Umur kehamilan terbagi
menjadi tiga golongan yaitu
a. Preterm : umur kehamamilan kurang dari 37 minggu.
b. Aterm ; umur kehamilan antara 37-42 minggu
c. Posterm : umur kehamilan lebih dari 4 minggu
Usia kehamilan pada persalinan adalah penentu paling signifikan dari
berat badan bayi baru lahir. Usia kehamilan mempengaruhi pematangan
organ dan efektifitas penyaluran nutrisi dan oksigenasi plasenta yang
dibutuhkan janin untuk tumbuh optimal. Pada kehamilan kurang bulan
(28-36 minggu) pematangan organ yang belum sempurna dan kurang
efektifitas dalam penyaluran nutrisi dan oksigenenisasi membuat
pertumbuhan janin tidak optimal, hal tersebut menyebabkan kelahiran
prematur dan bayi dengan berat badan lahir rendah.
Berkembangnya peran dan fungsi organ tubuh bayi sejalan dengan
usia kehamilan ibu. Semakin matur usia kehamilan maka perkembangan
organ tubuh bayi semakin sempurna, sehingga bayi lebih siap untuk
bertahan hidup di luar rahim. Kematuran usia kehamilan juga dipengaruhi
asupan nutrisi selama kehamilan. Pada setiap tahap proses kehamilan,
seorang ibu hamil membutuhkan nutrisi makanan dengan kandungan zat
gizi yang berbeda-beda dan disesuaikan dengan perkembangan janin
dan kondisi tubuh ibu. Oleh karenanya pemantauan dan pengawasan
kondisi ibu di setiap tahap kehamilan sangat diperlukan agar ibu dan bayi
terlahir sehat.

9
f) Status Gizi
 Kadar Hb
Status gizi pada hakikatnya merupakan hasil keseimbangan antara
konsumsi zat-zat makanan dengan kebutuhan dari tubuh. Apabila
terjadi malnutrisi pada ibu hamil, volume darah akan menurun, ukuran
plasenta akan berkurang dan transfer nutrient melalu plasenta ke janin
berkurang sehingga pertumbuhan janin terganggu dan akan lahir
dengan berat badan rendah. Penilaian status gizi yang digunakan
salah satunya menggunakan pemeriksaan biokimia yaitu dengan
melakukan pemeriksaan kadar Hb. Hemoglobin adalah zat warna
dalam sel darah merah yng berfungsi untuk mengangkut oksigen.
Apabila kadar hemoglobin dalam darah berkurang maka kemampuan
darah untuk mengikat dan membawa oksigen akan berkurang,
demikian pula zat-zat nutrisi yang dibawa oleh sel darah merah akan
berkurang. Keadaan ini menyebabkan janin kekurangan zat makanan
dan oksigen sehingga akan mengalami gangguan pertumbuhan
Ibu hamil dengan anemia terjadi gangguan oksigenasi
uteroplasenta sehingga tidak cukup mendukung pertumbuhan dan
perkembangan janin intrauterin secara optimal. Jika oksigen dalam
darah berkurang maka janin akan mengalami hipoksia yang berakibat
terhadap gangguan pertumbuhan janin yang akan mempengaruhi
berat badan lahir. Pada saat kehamilan memerlukan aliran darah yang
cukup untuk memenuhi nutrisi dalam rangka mendukung pertumbuhan
plasenta dan janin. Keadaan hipoksia akan menyebabkan terjadinya
stress oksidatif yaitu ketidakseimbangan antara radikal bebas dengan
antioksidan dan enzim-enzim yang berperan dalam proses
menginaktifkan radikal bebas seperti superoxide dismutase, katalase
dan gluthatione pitoxidase. Akibat malnutrisi intrauterin maka kadar
antioksidan dan enzim-enzim tersebut lebih rendah karena
mikronutrien yang penting untuk sintesisnya berkurang sehingga
pertumbuhan janin terganggu.
Selama kehamilan diperlukan tambahan zat besi untuk
meningkatkan jumlah sel darah merah dan membentuk sel darah
merah janin dan plasenta. Penurunan konsentrasi Hb akan lebih kecil

10
pada ibu hamil yang mengkonsumsi zat besi. Kenaikan volume darah
berfungsi untuk memenuhi kebutuhan perfusi dari uteroplasenta.
 Kekurang energi kronik
Status gizi ibu hamil sangat mempengaruhi pertumbuhan janin
dalam kandungan. Apabila status gizi buruk, baik sebelum
kehamilan maupun selama kehamilan akan menyebabkan
terganggunya pertumbuhan pada janin, menyebabkan
terhambatnya pertumbuhan otak janin, anemia pada bayi baru lahir,
bayi baru lahir mudah infeksi, abortus dan sebagainya sehingga
memiliki risiko melahirkan bayi dengan BBLR
g) Stasus ekonomi sosial
Tingkat sosial ekonomi merupakan salah satu faktor yang paling
dekat terkait dengan status kesehatan penduduk. Status sosial ekonomi
akan mempengaruhi dalam pemilihan makanan sehari-hari. Dampak dari
sosial ekonomi yang rendah adalah kurang gizi. Keluarga dengan status
sosial ekonomi yang baik kemungkinan besar gizi yang dibutuhkan
tercukupi untuk kehamilannya, sedangkan keluarga dengan status
ekonomi kurang akan kurang menjamin ketersedianaan jumlah dan
keanekaragaman makanan. Dengan demikian, status sosial ekonomi
menjadi faktor penting bagi kualitas dan kuantitas makanan ibu hail untuk
pertumbuhan dan perkembangan janin.
2. Faktor Obstetri
a) Kehamilan gemeli
Kehamilan kembar (gemelli) adalah kehamilan dengan dua
janin atau lebih. Pada kehamilan kembar dengan disertai uterus
yang berlebihan dapat terjadi persalinan prematur. Kebutuhan ibu
untuk pertumbuhan hamil kembar lebih besar sehingga terjadi
defisiensi nutrisi seperti anemia kehamilan yang dapat mengganggu
pertumbuhan janin dalam rahim.
Pada kehamilan ganda suplai darah ke janin terbagi dua atau
lebih untuk masing-masing janin sehingga suplai nutrisi berkurang.
Berat badan satu janin pada kehamilan ganda rata-rata 1000 gram
lebih ringan dari pada janin kehamilan tunggal. Berat badan bayi
yang baru lahir umumnya pada kehamilan ganda <2500 gram, pada
triplet <2000 gram dan untuk kuadruplet <1500 gram.Pada

11
kehamilan ganda memerlukan asupan nutrisi jauh lebih banyak dari
kehamilan tunggal. Asupan nutrisi yang tidak terpenuhi akan
mempengaruhi tumbuh kembang janin di dalam kandungan. Untuk
itu diperlukan tambahan nutrisi yang cukup dan pemeriksaan ANC
yang teratur untuk memonitor kehamilan kembar sehingga dapat
membantu menurunkan risiko atau komplikasi yang berhubungan
dengan kehamilan kembar seperti BBLR.
b) Preeklamsia
Preeklampsi merupakan suatu kondisi dimana tekanan darah ≥ 140/90
mmHg terjadi setelah umur kehamilan 20 minggu dan disertai dengan
proteinuria atau konsentrasi protein dalam urin sebesar 300 mg/24 jam.
Pada preeklampsi terjadi vasokontriksi pembuluh darah dalam uterus yang
menyebabkan peningkatan resistensi perifer sehingga terjadi peningkatan
tekanan darah. Vasokonstriksi pembuluh darah dalam uterus dapat
mengakibatkan penurunan aliran darah sehingga suplai oksigen dan nutrisi
ke janin berkurang. Hal ini dapat menyebabkan intrauterine growth
retardation (IUGR) dan melahirkan BBLR.
Ibu dengan preeklampsia akan berisiko dalam melahirkan bayi dengan
BBLR. Pada preeklampsia akan terjadi kelainan abnormalitas plasenta serta
vasospasme dan cedera endotelial. Preeklampsia akan mengalami
kegagalan dalam invasi trofoblas pada kedua gelombang arteri spiralis
sehingga akan terjadi kegagalan remodeling arteri spiralis yang
mengakibatkan aliran darah uteroplasenta menurun. Menurunnya aliran
darah ke uteroplasenta dapat menyebabkan terjadinya hipoksia dan iskemia
plasenta yang berakibat pada terhambatnya pertumbuhan janin
c) Ketuban pecah dini
Ketuban pecah dini adalah keadaan pecahnya ketuban sebelum tanda
persalinan. Bila ketuban pecah dini terjadi sebelum usia kehamilan 37
minggu disebut ketuban pecah dini pada kehamilan prematur. KPD
merupakan komplikasi langsung dalam kehamilan yang menggangu
kesehatan ibu dan juga pertumbuhan janin dalam kandungan sehingga
meningkatkan kelahiran BBLR. KPD juga menyebabkan oligohidramnnion
yang akan menekan tali pusat sehingga terjadi asfiksia dan hipoksia pada
janin dan membuat nutrisi ke janin berkurang serta pertumbuhan janin
terganggu

12
13
3. Faktor Bayi dan plasenta
a) Kelainan Kongenital
Kelainan kongenital merupakan kelainan pertumbuhan struktur organ
janin sejak saat pembuahan. Bayi dengan kelainan kongenital yang berat
mengalami retardasi pertumbuhan sehingga berat lahirnya rendah.
b) Infark plasenta
Infark Plasenta adalah terjadinya pemadatan plasenta, nodular dan
keras, sehingga tidak berfungsi dalam pertukaran nutrisi. Infark plasenta
disebabkan oleh infeksi pada pembuluh darah arteri dalam bentuk
pariartritis atau enartritis yang menimbulkan nekrosis jaringan dan disertai
bekuan darah. Pada gangguan yang besar dapat menimbulkan
kurangnya pertukaran nutrisi, sehingga menyebabkan gangguan
pertumbuhan janin dalam rahim, keguguran, lahir prematur, lahir dengan
berat badan rendah, dan kematian dalam rahim.
c) Disfungsi Plasenta
Disfungsi plasenta adalah gangguan plasenta untuk dapat
melakukan pertukaran O2 dan CO2 dan menyalurkan sisa metabolism
menuju sirkulasi ibu untuk dibuang melalui alat ekskresi. Akibat gangguan
fungsi plasenta, perkembangan dan pertumbuhan janin dalam rahim
mengalami kelainan seperti persalinan prematuritas, bayi berat lahir
rendah, dan sampai kematian janin dalam rahim
d) Faktor Lingkungan
1) Asap rokok
Ibu hamil peroko aktif menyebabkan efek yang merugikan
untuk kehamilannya. Merokok selama kehamilan menghambat
penyerapan vitamin B dan C serta asam folat. Kekurangan asam folat
dapat menyebabkan cacat pembuluh neural dan meningkatkan risiko
komplikasi yang berkaitan dengan kehamilan. Wanita perokok
cenderung akan makan sedikit, sehingga pemenuhan nutrisi dari ibu
ke janin juga berkurang. Merokok menyebabkan pelepasan epinefrin
dan norepinefrin yang menyebabkan vasokonstriksi yang
berkepanjangan sehingga terjadi pengurangan jumlah aliran darah ke
dalam uterus dan yang sampai ke dalam ruang intervillus.
Asap rokok secara tidak langsung dapat membahayakan ibu

14
hamil perokok pasif dan janinnya yang sedang berkembang. Ketika
ibu hamil menghirup asap rokok maka asap tersebut akan menembus
plasenta dan masuk ke dalam peredaran darah janin dengan semua
zat yang terkandung dalam rokok yang membahayakan bagi janin.
risiko terpaparnya ibu hamil dengan asap rokok dapat menyebabkan
kelahiran BBLR.
2) Alkohol
Alkohol adalah teratogen yang dapat mempengaruhi janin meski
sudah dalam fase perkembangan embrionik awal. Alkohol menembus
plasenta dan menciptakan konsentrasi yang setara engan sirkulasi janin.
Alkohol menyebabkan gangguan retardasi pertumbuhan janin sehingga
bayi dapat mengalami BBLR.
E. Patofisiologi
Pada umumnya BBLR terjadi pada kelahiran prematur, selain itu
juga dapat disebabkan karena dismaturitas. Dismaturitas adalah bayi
yang lahir cukup bulan tetapi berat badan lahirnya kecil dari masa
kehamilan (<2500 gram). BBLR dapat terjadi karena adanya gangguan
pertumbuhan saat dikandungan. Hal tersebut antara lain disebabkan oleh
penyakit ibu, kelainan plasenta, keadaan-keadaan lain yang
menyebabkan suplai makanan dari ibu ke bayi berkurang.

15
F. Clinical Pathway

Faktor dari ibu


1. Usia ibu
Azizah ( 2020) Faktor – faktor Faktor
2. Paritas obstetri
yang mempengaruhi kejadian BBLR di RSUD
Wilasa Citarum semarang. 2020 1. Kehamilan Faktor janin dan plasenta
3. Umur kehamilan
Hidayah. (2020). Asuhan Kebidanan BBLR. Graha Ilmu. Yogjakarta.
. 1. Kelainan kongenital
4. Jarak kehamilan 2. Gemelli
2. Infark plasenta
5. Status gizi 3. 2. Preeklampsi
3. Disfungsi plasenta
6. Pendidikan 4. 3. KPD

7. Sosial Ekonomi

Faktor lingkungan
1. Paparan asap BBLR
2. Rokok
3. Radiasi/kim
4. Alkohol RUJUK RS

MEDIS KOMPLEMENTER

1. Mengatur suhu tubuh bayi


2. Pengaturan dan Pengawasan Intake Nutrisi 1. Pijat
3. Pencegahan Infeksi ( pemberian antibiotik) 2. Pemberian
4. Penimbangan berat badan ( / hari ) ASI terjadwal
5. Pemberian oksigen
6.

16
G. Komplikasi
1. Komplikasi jangka pendek
 Aspiksia
BBLR berdampak pada proses adaptasi pernapasan waktu lahir
sehingga mengalami asfiksia lahir. Umumnya gangguan telah dimulai
sejak di dalam kandungan, misalnya gawa janin atau stres janin saat
proses kelahirannya yang membuat bayi mengalami kegagalan
napas secara spontan.
 Sidrom gangguan pernafasan
Sindrom gangguan pernapasan pada BBLR adalah perkembangan
imatur pada sistem pernapasan atau tidak adekuat jumlah surfaktan
pada paru-paru. Gangguan nafas yang sering terjadi pada BBLR
(masa gestasi pendek) adalah penyakit membran hialin, dimana
angka kematian ini menurun dengan meningkatnya umur kehamilan
 Hipotermi
Hipotermi terjadi karena sedikitnya lemak di dalam tubuh dan sistem
pengaturan suhu tubuh pada bayi baru lahir belum matang. Adapun
ciri-ciri bayi yang mengalami hipotermi sedang/stress dingin adalah
suhu badan 32C-36C, kaki teraba dingin, kemampuan menghisap
lemah, tangisan lemah,letargi, kulit berwarna tidak merata (cutis
marmorata). Jika hipotermi berlanjut, akan timbul cedera
dingin/hipotermi berat. Tanda-tanda hipotermi berat adalah suhu
badan <32C, bibir, kuku kebiruan, pernapasan lambat dan tidak
teratur, detak jantung melambat, timbul hipoglikemi, a sidosis
metabolik. Tanda-tanda stadium lanjut hipotermi antara lain muka,
ujung kaki, tangan berwarna merah terang, bagian tubuh lainnya
pucat, kulit mengeras merah dan timbul edema terutama pada
punggung, kaki dan tangan (sklerema). Untuk penanganan hipotermi
yaitu dengan metode kanguru dengan “kontak kulit dengan kulit”
dapat membantu BBLR tetap hangat atau bila ada inkubator bayi
dimasukan ke dalam inkubator

17
 Hipoglekemi
Gula darah berfungsi sebagai makanan untuk otak dan membawa
oksigen ke otak. Hipoglikemi terjadi karena hanya sedikit simpanan
energi/asupan glukosa yang kurang pada bayi-bayi baru lahir
terutama pada kasus BBLR akibatnya sel-sel syaraf otak mati dan
mempengaruhi kecerdasan bayi kelak. Bayi BBLR membutuhkan ASI
sesegera mungkin setelah lahir dan minum sesering mungkin (setiap
dua jam) pada minggu pertama
 Gangguan imunitas
Daya tahan tubuh terhadap infeksi berkurang karena rendahnya
kadar Ig G maupun gamma globulin. Bayi prematur relatif belum
sanggup membentuk anti bodi dan daya fagositisis serta reaksi
terhadap infeksi belum baik, karena sistem kekebalan bayi belum
matang. Bayi juga dapat terkena infeksi saat di jalan lahir atau tertular
infeksi ibu melalui plasenta
 Masalah eleminasi
Pada bayi BBLR kerja ginjal masih belum matang. Kemampuan
mengatur pembuangan sisa metabolisme dan air belum
sempurna. Ginjal yang imatur baik secara anatomis dan fungsinya
menyebabkan produksi urine yang sedikit, urea clearence yang
rendah, tidak sanggup mengurangi kelebihan air dan elektrolit dari
tubuh akan berakibat mudah terjadi edema dan asidosis metabolik
 Gangguan pencernaan
Saluran pencernaan pada BBLR belum berfungsi sempurna sehingga
penyerapan makanan lemah dan kurang baik. Aktifitas otot
pencernaan masih belum sempurna sehingga waktu pengosongan
lambung bertambah
2. Komplikasi jangka panjang
 Gangguan pertumbuhan dan perkembangan Bayi yang lahir dengan
BBLR akan mengalami hambatan dalam pertumbuhan maupun
dalam perkembangan, hal ini disebabkan karena kondisi bayi selama
dalam rahim tidak mendapatkan nutrisi yang adekuat karena adanya
gangguan metabolisme dan nutrisi, baik dari faktor ibu maupun faktor
janin sendiri. Keadaan saat dilahirkan juga mengalami banyak
masalah seperti asfiksia, hipotermi, hipoglikemi, dan lain-lain,

18
sehingga komplikasi tersebut mempengaruhi saat usia pertumbuhan
dan perkembangan.
H. Penatalaksaan Medis
Menurut Suriadi dan Yuliani (2020 ) penatalaksanaan medis pada
bayi BBLR Penatalaksaanaan bayi berat lahir rendah hampir sama
dengan bayi normal, akan tetapi harus khusus diperhatikan dalam
pengauran suhu, lingkungan, pemberian makanan, pencegahan infeksi
dan dalam pemberian oksigen. Hal ini disebabkan karena belum
sempurnanya kerja dari alat-alat tubuh yang diperlukan untuk
pertumbuhan, perkembangan, dan penyesuaian diri dengan lingkungan
hidup di luar uterus berikut ini :
1. Mengatur suhu tubuh bayi
2. Pengaturan dan Pengawasan Intake Nutrisi
3. Pencegahan Infeksi ( pemberian antibiotik)
4. Penimbangan berat badan ( / hari )
5. Pemberian oksigen

I. Penatalaksanaan kebidanan
Pemberian Asuhan Kebidanan dengan pendekatan komplementer
yang dilakukan pada kasus BBLR pada bayi dapat menggunakan terapi pijat
yaitu memberikan sentuhan serupa dengan baby massage pada dearah
sekujur tubuh untuk membuat bayi mersa nyaman, sentuhan tangan pada
bayi dapat membantu bayi selalu mersa hangat. Manfaat lain yang dapat di
ambil dari terapi massage baby adalah kualitas tidur bayi akan optimal yang
dapat mempengaruhi kenaikan berat badan.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Susi, 2019 yang
meneliti tentang hubungan pijat dengan kenaikan berat badan bayi yang
kurang, mendapatkan hasil bahwa ada pengaruh antara pijat bayi dengan
menurunan kadar bilirubin bayi, serta di buktikan dengan perhitungan melalui
aplikasi SPPS yang hasil p value 0, 0001 ( mendapatkan hasil yang sigifikan.
Pemberian ASI yang adeukat juaga dapat membantu mengurangi
kadar bilirubin pada bayi. Pemberian asi bertujuan untuk memenuhi
kebutuhan yang di butuhkan bayi, ASI mengandung zat yang kaya akan
vitamin, maneral yang unik yang kaya akan manfaat, khususnya untuk
kehidupan pertama bayi. ( Indanah, 2020)

19
Pemberian ASI pada bayi dianjurkan 2-3 jam sekali atau 8-12 kali
dalam sehari. Dengan Pemberian ASI yang lebih sering mencegah Bayi
mengalami dehidrasi dan kekurangan asupan kalori.

20
BAB III
TINJAUAN KASUS

Hari/tanggal : Sabtu, 19 Februari 2022


Jam : 09:30 wita
Tempat : Ruang teratai Perinatologi RSUD.Pambalah Batung Amuntai

A. DATA SUBJEKTIF
1. Identitas Pasien
No Bayi
1 Nama : By. Ny. S
2 Umur : 2 Jam
3 Tanggal/jam lahir : 19 Februari 2022 ( 07 :30 wita)
4 Jenis Kelamin : Perempuan

No Orang tua Istri Sua


mi
1 Nama Ny. L Tn. S
2 Umur 35 tahun 40 tahun
3 Agama Islam Islam
4 Suku/bangsa Banjar/Indonesia Banjar/Indonesia
5 Pendidikan SD SMA
6 Pekerjaan IRT Wirausaha
7 Alamat Danau Panggang Danau Panggang

2. Keluhan Utama
Bayi umur 2 jam dengan berat badan rendah.
3. Riwayat Perinatal
No Riwayat Perinatal

1 Kehamilan Ke : 3
2 Tempat ANC : BPM/PKM
3 Imunisasi TT : Lengkap
4 Obat – obatan yang pernah di minum : PCT, FE, Kalk
5 Penerimaan ibu/keluarga terhadap kehamilan : Baik
6 Masalah yang pernah dialami ibu saat hamil : HEG, Anemia
2.

21
4. Riwayat Intranatal
No Riwayat intranatal
1 Persalinan Ke : 3
2 Tempat / penolong persalinan : RS/ Bidan
3 Masalah saat persalinan : Tidak ada
4 Cara melahirkan : Spontan
5 Lama Persalinan
6 Kala I : 2 jam Kala II : 20 menit Kala III : 10 menit Kala IV : 2 jam
7 Keadaan bayi saat melahirkan : Hidup, segera
menagis
BB : 2200 gram
PB : 49 cm
JK : Pr

5. Riwayat kesehatan
A Riwayat Kesehatan Bayi
Ibu mengatakan bayinya segara menagis sesaat setelah lahir, tidak
ada kelainan, dan kulit kemerahan,
B Riwayat kesehatan keluarga
Ibu bayi mengatakan bahwa sebelumnya tidak pernah menderita
penyakit menurun seperti hipertensi, DM, jantung, asma dan tidak
pernah menderita penyakit menular seperti Hepatitis, HIV/ Aids dan
TBC

6. Status Imunisasi
No Jenis Imunisasi Umur diberikan Tempat pemberian
1 Hepatitis B0 1 jam setelah Vit K Rumah Sakit

7. Pola kebutuhan sehari –hari


a. Nutrisi
No Nutrisi
1 Jenis yang di kunsumsi : ASI
2 Frekuensi : Jarang
3 Banyaknya : Sesuai kebutuhan
b. Eliminasi
No BAK BAB
1 Frekuensi : 1x sehari Frekuensi : 1x sehari
2 Warna : Kuning Warna : Kehitaman
3 Masalah : Masalah Masalah : Tidak ada
tidak ada
4 konsitensi : - konsitensi : Lembek
c. Personal Hygine
No Personal hygine
1 Frekuensi mandi : Belum dilakukan
2 Frekuensi ganti pakaian : Sesuai kebutuhan
3 Frekuensi ganti popok : / 3 jam ( sesuai kebutuhan

22
8. Data psikososial dan spiritual orang tua / keluarga
No Psikososial dan spritual
1 Tanggapan ibu / keluarga terhadap kelahiran : Baik
bayinya
2 Tanggapan ibu / keluarga terhadap keadaan : Cemas
bayinya
3 Pengambilan keputusan keluarga : Suami/
Bapak
4 Pengetahuan keluarga tentang kesehatan bayi Bidan
5 Kebiasaan/ ritual keluarga yag berkaitan dengan Tasmiyah
kelahiran bayi dan perawatan bayi dan akikah

B. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
 Keadaan umum : Baik  Lila : 9 cm
 Kesadaran : CM  Tanda – tanda vital
 Berat Badan  Respirasi : 45x/ menit
 Saat Lahir : 2200 gram  Nadi : 110 x/ menit
 Suhu : 36,50 C
 Tinggi badan : 52 cm

2. Pemeriksaan Antropometri
No Antropometri
1 Berat Badan : 2200 gram
2 Panjang badan : 49 cm
3 Lingkar kepala : 32 Cm
Cirkum ferensia suboccipito bregmatika : 31 Cm
Cirkum ferensia fronto occipito : 35 Cm
Cirkum ferensia mento occipito : 32 Cm
4 Lingkar dada : 31 Cm
5 Lila : 9 Cm

3. Pemeriksaan Khusus
a. Inspeksi
Kepala : Normal, kulit kepala nampak bersih, ubun – ubun tidak
cekun, tidak ada molase
Muka : Muka tidak pucat, tidak ada pembengkakan dan tidak
ada nyeri tekan, terdapat cloasma gravidarum
Mata : Bentuk tampak simetris, konjungtiva tidak
pucat dan tidak nampak kuning
Telinga : Simetris, tidak terdapat serumen dan
peradangan.
Hidung : Tampak bersih, tidak ada polip dan tidak ada pergerakan
cuping hidung
Mulut Warna bibir kemerahan, tidak ada labioskisis dan

23
palatokisis
Leher : Tidak ada pembengkakan vena jugularis,
kelenjar tyroid dan kelenjar limfe
Mamae : Bentuk simetris, tidak ada massa, terdapat
hiperpigmentasi pada areola, puting susu menonjol.
Perut : Simestis tidak ada benjolan, serta tali pusat sudah puput
Eksrimitas : Simestris antara kiri dan kanan, jumlah jari lengkap,
atas warna kulit kekuningan
Eksrimitas : Simestris antara kiri dan kanan, jumlah jari lengkap,
Bawah warna kulit kemerahan
Genetelia : Labia mayora menutupi labia minora

b. Palpasi
Leher : Tidak teraba pembengkakan vena jugularis dan
kelenjer tyroid
Mammae : Tidak teraba massa, , tidak ada nyeri tekan

4. Pemeriksaan refleks primitif


No Refleks primitiif
1 Refleks moro : (+)
2 Refleks rooting : (+)
3 Refleks grasphing : (+)
4 Refleks sucking : (+)
5 Refleks babynski : (+)

5. Pemeriksaan perkembangan bayi


No Perkembangan bayi
1 Kemampuan bahasa : Menangis
2 Kemampuan motorik kasar : (-)
3 mampuan motorik halus : (-)
4 Adaptasi sosial : (-)

6. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Hasil Lab Nilai Rujukan SATUAN KET


Hematologi
19/02.2020 ( 11:00 WITA )
Hemoglobin ( Hb) 16.3 g/Dl
Luekosit (WBC) 18200 /µL
Eritrosit ( RBC) 4.54 Juta/ /µL
Trombosit (PLT) 387000 /µL
Hematokrit 47.3 %
MCV 104.3 Fl
MCH 35.9 Pg
Lain – lain
Diff Coun/ Hitung jenis
LYM 32 %

24
MID 12.2 %
GRAN 55.8 %
KIMIA KLINIK RUTIN
19/02.2020 ( 11:00
WITA )
Glukosa darah sewaktu 94 Mg/dl

C. ANALISA DATA
1 Diagnosa kebidanan : Bayi umur 2 jam dengan BBLR
2 Masalah : Gangguan termoregulasi dan gangguan
integrasi kulit
3 Kebutuhan : KIE kepada orang tua dan berkolaborasi
dengan dokter Sp.A

D. PENATALAKSANAAN
1. Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga bahwa
keadaan bayi kurang baik, hasil pemeriksaannya adalah mmHg, N :110
x/m, R: 45 x/m, T: 36,50C, spo2 98, BB : 2200 gram PB : 49 cm, dan
dari pemeriksaan lab semua dalam batas normal
“ Ibu dan keluarga mengetahui hasil dari pemeriksaan ”
Rasional tindakan : pasien berhak mengetahui segala sesuatu yang
berkaitan dengan keadaannya sekarang, rencana tindakan yang akan
dilakukan dan resiko dari tindakan tersebut .
2. Memberitahu ibu bahwa berat badan bayinya kurang dari 2500 gram, di
sebabkan saat ibu mengandung ibu mengalami anemia ( terganggunya
proses pembentukan sel darah merah atau hemogobin yang sangat
berpengauh dalam mengangkut suplai oksigen ke tubuh janin yang di
tranfer melalui tali pusat, serta di lingkungan sekitar rumah ibu termasuk
dearah perokok, yang dapat mempengaruhi keadaan janin, menjadi kecil.
. “ibu mengerti dan paham mengenai masalah yang di alaminya “
Rasional Tindakan : Berat badan bayi saat lahir dipengaruhi oleh
beberapa faktor yaitu faktor ibu ( kekurangan gizi, pola kehidupan,
anemia, KPD) dari faktor lingkungan dipengaruhi oleh ( asap rokok, zat
kimia, dll).
3. Memberitahu resiko yang mungkin terjadi pada Bayi BBLR
a. Gangguan termoregulasi
b. Resiko kenaikan hiperbilirubin
c. Penurunan BB
d. Resiko gangguan imunitas

25
e. Gangguan proses perkembangan
f. Gangguan sistem pencernaan
“ibu mengetahui resiko yang mengkin terjadi terhadap bayinya “
Rasioanal Tindakan : keluarga berhak mengetahui resioko yang
mingkin terjadi pada bayi, dan dapat menambah wawasan terhadap
keluarga terutama masalah BBLR.
4. Menjaga tubuh bayi agar selalu hangat dengan cara mengeringkan kulit
bayi setelah BAK/ BAB, memberikan pakaian bersih, selimuti bayi
dengan kain bersih dan hangat, dan menutupi kepala bayi dengan topi
untuk mencengah terjadinay hipotermia.
“ sudah dilakukan dan ibu mengetahui tindakan “
Rasional Tindakan : BBLR sangat rentan mengalami hipotermi karena,
jumlah lemak coklat dalam tubuhnya tidak mencukupi dan rentan
kehilangan panas.
5. Meletakkan bayi dalam box infant warmer untuk menghangatkan tubuh
bayi dan untuk menjaga kehangatan bayi dan kondisi bayi
“ sudah dilakukan dan ibu mengetahui tindakan “
Rasional Tindakan : box infant warmer tempat untuk menghangatkan
bayi setelah lahir untuk menjaga kehangatan tubuh bayi, dan
mempersiapkan tubuh bayi untuk beradaptasi di dearah luar, karena bayi
terbiasa hangat dalam rahim ibu.
6. Memberikan terapi komplementer yaitu dengan pemijatan pada tubuh
bayi yang dilakukan 1x sehari antara pagi sampai sore untuk membantu
kualitas tidur bayi yang berdampak pada kenaikan berat badan bayi serta
memberika imbus pemberian ASI / 3 jam untuk mencukupi kebutuhan
bayi
“ibu mengetahui tindakan dan asuhan yang diberikan terhadap
bayinya”
Rasional tindakan : ASI merupakan suatu zat yang kaya akan manfaat
selain untuk pemenuhan kecukupan yang diperlukan kehidupan bayi di
awal kehidupannya, ASI juga dapat membantu mempercepat proses
menaikkan berat badan tubuh bayi.
7. Mengajarkan pada ibu cara pencengahan infeksi dengan melakukan cuci
tangan 6 langkah menggunakan air mengair atau menggunakan handrub
untuk menjaga kebersihan tangan ibu sebelum menyentuh bayinya.

26
“ sudah dilakukan dan ibu mengerti tentang cara pencengahan
infeksi “
Rasional Tindakan : pencengahan infeksi dapat dilakukan dengan selalu
mencaga kebersihan tangan, karena bayi dengan BBLR rentan terhadap
infeksi.
8. Berkolaborasi dengan DPJP Sp. A dalam pemantauan kondisi bayi
a. Kehangatan tubuh bayi
b. Frekuensi nafas bayi
c. Frekuensi nadi bayi
d. Pemberian diet ( ASI/ PASI 5 -10 CC/ 3 Jam ) naik bertahap
e. Rawat gabung bila kondisi bayi stabil
“ sudah dilakukan “
Rasional Tindakan : pemantauan kondisi bayi setalah lahir sangat
diperhatikan untuk mencengah terjadinya hipogelekemi, serta
dehidrasi, kerana BBLR rentan sekali terhadap masala –masalah
seperti itu “

27
CATATAN PERKEMBANGAN
N Hari/ tanggal Catatan Perkembangan
o Jam
1 Sabtu S : Bayi Umur 2 jam
19/02 /22 O O :
09 :30 Wita Keadaan Umum : Compos Mentis
TTV : , T: 36,5 N : 85 x/m R: 45
x
/m, N : 110 x/menit

A : BBL umur 2 jam dengan BBLR


P:
1. Memberitahu hasil pemeriksaan
2. Menjaga kehangatan bayi dengan meletakkan
bayi di infant warmer, memakaikan bayi yang
bersih dang hangat.
3. Memberikan diet ASI / PASI 5 – 10 cc/ 3 jam
naik bertahap
4. Mengganti popok / 3 jam untuk menjaga
kebersihan bayi dan menjaga kelembapan
kulit bayi.
5. Berkolaborasi dengan dokter Sp.A dalam
pemantauan kondisi bayi

28
2 Minggu S : Bayi umur 1 hari
19/02/22 O O :
12 :00 Keadaan Umum : Compos Mentis
TTV : , T: 36,5 N : 85 x/m R: 44
x
/m, N : 100 x/menit

A : BBL umur 1 hari dengan BBLR


P:
1. Memberitahu hasil pemeriksaan
2. Mengganti popok / 3 jam untuk menjaga
kebersihan bayi dan menjaga kelembapan
kulit bayi.
3. Selalu menjaga kebersihan kulit bayi dengan
mengganti pakaian bila basah
4. Selalu menjaga kebersihan tangan apabila
mau menyentuh bayi
5. Mengingatkan ibu dan keluarga untuk selalu
menyusukan bayi / 2jam untuk mencengah
hiperbilirubin bayinya dan bila bayi malas
menyusu ( tidur) maka bangunkan bayi
6. Bayi diperbolehkan pulang dan dijadwalkan
kontrol ulang 1 minggu lagi di poli anak.

29
BAB IV
PEMBAHASAN

Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari
2500 gram tanpa memandang usia gestasi. BBLR merupakan istilah untuk
mengganti bayi premaur karena terdapat dua bentuk penyebab kelahiran bayi
dengan berat badan kurang dari 2500 gram yaitu umur kehamilan kurang dari 37
minggu, berat badan lebih rendah dari semestinya sekalipun cukup bulan atau
karena kombinasi keduanya (Hamzah, 2019)
Pasien masuk Rumah sakit pada tanggal 19 Februari 2022 , Umur 2
jam. Data Objektif yang didapat BB : 2200 gram, PB: 49 cm, Lila 9 cm, LK : 31
cm serta pada pemeriksaan Lab didapatkan hasil semua dalam batas normal.
Diagnosa pada kasus ini adalah bayi umur 2 jam dengan BBLR
tandai dengan berat badan bayi yang lahir dibawah batas normal.
Penatalaksanaan Kasus BBLR dilakukan dengan melakukan pemantauan
ketat untuk memnau kondisi bayi yang rentan kehilangan panas dengan cara
meletakkan bayi ke dalam infant warmer, memakainkan pakaian yang bersih
dang hangat, memakaikan tui untuk mencengah bayi kehilangan panas ( kepala
merupakan tempat rentan kehilangan panas) selalu menjaga kebersihan tangan
apabila mau bersentuhan dengan bayi untuk mencengah terjadinya infeksi.
Pemberian Asuhan Kebidanan dengan pendekatan komplementer yang
dilakukan pada kasus BBLR pada bayi dapat menggunkan terapi pijat yaitu
memberikan sentuhan serupa dengan baby massage seluruh permukaan tubuh,
sehingga di percaya dapat membantu membuat bayi merasa nyaman, tenang
serta kualitas tidur bayi menjadi baik. Kualitas tidur yang baik sangat
berpengaruh dengan berat badan bayi.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh kiemer, 2020 yang
meneliti tentang hubungan pijat bayi dengan meanaikan berat badan a bayi
yang mendapatkan hasil bahwa ada pengaruh antara pijat bayi dengankenaikan
berat badan bayi , serta di buktikan dengan perhitungan melalui aplikasi SPPS
yang hasil p value 0, 0001 ( mendapatkan hasil yang sigifikan ).
Pemberian ASI yang adekuat juga dapat membantu memenuhi
kebutuhan yang di butuhkan bayi, ASI mengandung zat yang kaya akan vitamin,
maneral yang unik yang kaya akan manfaat, khususnya untuk kehidupan
pertama bayi. ( Indanah, 2020)

30
Pemberian ASI pada bayi dianjurkan 2-3 jam sekali atau 8-12 kali
dalam sehari. Dengan Pemberian ASI yang lebih sering mencegah Bayi
mengalami dehidrasi dan kekurangan asupan kalori . Terlambatnya bayi
mendapatkan nutrisi (ASI) mengakibatkan kekurangan kebutuhan bayi serta
berisiko terjadinya kenaikan bilirubin. ( Indanah, 2020)

31
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Pasien masuk Rumah sakit pada tanggal 19 Februari 2022 , Umur 2


jam. Data Objektif yang didapat BB : 2200 gram, PB: 49 cm, Lila 9 cm, LK :
31 cm serta pada pemeriksaan Lab didapatkan hasil semua dalam batas
normal. Diagnosa pada kasus ini adalah bayi umur 2 jam dengan BBLR
tandai dengan berat badan bayi yang lahir dibawah batas normal.
Penatalaksanaan Kasus BBLR dilakukan dengan melakukan pemantauan
ketat untuk memnau kondisi bayi yang rentan kehilangan panas dengan cara
meletakkan bayi ke dalam infant warmer, memakainkan pakaian yang bersih
dang hangat, memakaikan topi untuk mencengah bayi kehilangan panas
( kepala merupakan tempat rentan kehilangan panas) selalu menjaga
kebersihan tangan apabila mau bersentuhan dengan bayi untuk mencengah
terjadinya infeksi.
Penatalaksaan terhadap bayi dengan kasus BBLR dapat dilakukan
dengan selalu menjaga kehangatan bayi ( memantau kondisi janin yang
rentan berubah – ubah ) serta dalam asuhan kebidanan dengan pendekatan
asuahn komplementer dapat menggunakan terapi pijat dan pemberian ASI
untuk memenuhi kebutuhan janin serta memberikan kualitas tidur bayi yang
berkualitas untuk menaikan berat badan bayi.
B. Saran

1. Bagi Instansi pendidikan


Selalu memberikan bimbingan dan arahan kepada mahasiswa dalam
memberikan asuhan kebidanan terutama pada kasus BBLR
terhadap bayi saat melakukan praktik kebidanan sehingga kualitas
pendidikan pun dapat ditingkatkan.

2. Bagi Lahan Praktik


Diharapkan agar selalu meningkatkan kualitas dalam memberikan
pelayanan kesehatan sehingga dapat menyelenggarakan pelayanan
kesehatan yang berkualitas, efektif yang berorientasi pada
keselamatan pasien.

32
33

3. Bagi Mahasiswa
Diharapkan dapat menambah ilmu, pengalaman serta keterampilan
di pendidikan maupun dilahan praktik

33
DAFTAR PUSTAKA

Azizah. 2020. Faktor – faktor yang mempengaruhi kejadian BBLR di RSUD


Wilasa Citarum semarang. 2020

Desmayanti. 2020.Buku ajar: asuhan kebidanan neonatus, bayi dan anak balita.
Yogyakarta Nuha medika. 2020

Gopalan, 2020. Bayi berat badan lahir rendah. Edisi 1. Jakarta: 2020

Hamzah, 2019. Klasifikasi Berat badan Lahir Rendah ( BBLR) pada bayi .
2019
Hidayah. 2020 . Asuhan Kebidanan BBLR. Graha Ilmu. Yogjakarta. 2020

Ismawati . 2019. Mengenali dan memahami berbagai gangguan kesehatan


anak. Jogjakarta: Katahati. 2019

Proverawati .2019. Berat badan lahir rendah (BBLR). Yogyakarta: Nuha medika
. 2019
Profil Anak Indonesia 2019 Jakarta: Kementerian Pemberdayaan Perempuan
dan Perlindungan Anak (KPPPA).2019

Susi. 2019. Asuhan pertumbuhan kehamilan, persalinan, neonatus, bayi dan


balita. 2019
Suriadi .2020 Jurnal Penelitian Pengaruh Umur dan Paritas Ibu Bersalin
Terhadap BBLR. 2020

34
BIMBINGAN KONSULTASI ( PP)
MAHASISWA PROFESI KEBIDANAN UNIVERSITAS SARI MULIA
BANJARMASIN
No Hari/tanggal Nama PP Materi Saran TTD PP

Lisda Handayani, LP ujian kasus 4.


S.ST., M.Kes. akhir stase
minggu ke 4
BBLR

5.
LP ujian kasus
Lisda Handayani, akhir stase
S.ST., M.Kes. minggu ke 4
BBLR

TAHUN AKADEMIK 2021/2022

Mengetahui.
Sekretaris Jurusan Pendidikan
Profesi Kebidanan

Zulianti, M. Keb
NIK.1166112011047
BIMBINGAN KONSULTASI ( PP)
MAHASISWA PROFESI KEBIDANAN UNIVERSITAS SARI MULIA

35
BANJARMASIN
TAHUN AKADEMIK 2021/2022
No Hari/tanggal Nama PP Materi Saran TTD P
1 Filistea Winda E., LP ujian kasus 1.
S Keb. Bd akhir stase
minggu ke 4
BBLR

LP ujian kasus
Filistea Winda E., akhir stase
2 S Keb. Bd minggu ke 4
BBLR

Mengetahui.
Sekretaris Jurusan Pendidikan
Profesi Kebidanan

Zulianti, M. Keb
NIK.1166112011047

BIMBINGAN KONSULTASI ( PK)


MAHASISWA PROFESI KEBIDANAN UNIVERSITAS SARI MULIA

36
BANJARMASIN
TAHUN AKADEMIK 2021-2022
No Hari/tanggal Nama PP Materi Saran TTD PK
1 Kamis Tati Rahayu LP ujian - Perbaikan 1- 5
21 / 02 /22 kasus akhir - Tatanan
stase minggu tulisan
ke 4 - Penjelas
BBLR pembahasan

2 Jumat Tati Rahayu - Sudah diperbaiki


24/ 02 /22 sesuai preseptor
Klinik
- ACC

Mengetahui.
Sekretaris Jurusan Pendidikan
Profesi Kebidanan

Zulianti, M. Keb
NIK.1166112011047

37

Anda mungkin juga menyukai