Disusun oleh:
Nama : Lisa Purwani
NIM : 11194992210159
JUDUL KASUS : Laporan Kasus Akhir Stase Asuhan Kebidanan Pada Ny. N
Dengan Persalinan Letak Sungsang di VK Bersalin (Ruang
Mawar) Rumah Sakit H. Abdul Azis Marabahan
NAMA MAHASISWA : Lisa Purwani
NIM : 11194992210159
Barito Kuala,
Juni 2023
Menyetujui,
ii
LEMBAR PENGESAHAN
JUDUL KASUS : Laporan Kasus Akhir Stase Asuhan Kebidanan Pada Ny. N
Dengan Persalinan Letak Sungsang di VK Bersalin (Ruang
Mawar) Rumah Sakit H. Abdul Azis Marabahan
NAMA MAHASISWA : Lisa Purwani
NIM : 11194992210159
Menyetujui,
Mengetahui,
Ketua Jurusan Kebidanan
Fakultas Kesehatan
Penguji Universitas Sari Mulia
Banjarmasin
iii
KATA PENGANTAR
iv
Penulis menyadari adanya ketidaksempurnaan dari laporan
akhir stase ini, karenanya penulis mengharapkan kritik maupun saran
yang sifatnya membangun untuk menyempurnakan laporan kasus
akhir stase ini. Semoga hasil-hasil yang dituangkan lewat laporan
kasus akhir stase ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu kesehatan
umumnya dan khususnya dalam kebidanan.
Barito
Kuala, Juni 2023
Penulis
v
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..................................................................................................... i
LEMBAR PERSETUJUAN.......................................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN........................................................................................... iii
KATA PENGANTAR .................................................................................................. iv
DAFTAR ISI................................................................................................................. vi
BAB 1 PENDAHULUAN.................................................................................. 1
A. Latar Belakang..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah............................................................................... 3
C. Tujuan.................................................................................................. 3
1) Umum........................................................................................... 3
2) Khusus........................................................................................... 3
D. Manfaat................................................................................................ 3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA......................................................................... 4
A. Pengertian............................................................................................ 4
B. Etiologi/Penyebab................................................................................ 5
C. Patofisiologi/Mekanisme..................................................................... 7
D. Clinical Pathway................................................................................. 8
E. Manifestasi Klinik/Tanda dan Gejala.................................................. 9
F. Komplikasi.......................................................................................... 9
G. Penatalaksanaan Medis........................................................................ 10
H. Penatalaksanaan Kebidanan................................................................ 17
BAB 3 TINJAUAN KASUS.............................................................................. 22
A. Subjektif Data...................................................................................... 22
B. Objektif Data....................................................................................... 26
C. Analisa Data........................................................................................ 29
D. Penatalaksaan....................................................................................... 30
BAB 4 PEMBAHASAN..................................................................................... 39
BAB 5 PENUTUP.............................................................................................. 41
vi
A. Kesimpulan.......................................................................................... 41
B. Saran.................................................................................................... 42
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................... 43
vii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta, dan selaput ketuban keluar dari
uterus ibu. Persalinan normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada
kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala
yang berlangsung tidak lebih dari 18 jam tanpa komplikasi baik bagi ibu maupun janin
(Saifuddin, 2014).
Angka kematian maternal dan perinatal di Indonesia masih cukup tinggi.
Padahal jumlah pelayanan kesehatan dan tenaga kesehatan di Indonesia cukup banyak.
Asuhan bersalin Normal (APN) diperlukan dalam periode ini karena merupakan masa
kritis ibu maupun bayinya. Diperkirakan bahwa 60% kematian ibu akibat kehamilan
terjadi setelah persalinan dan 50% kematian pada masa nifas 24 jam pertama (Saifuddin,
2014).
Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2015, menegaskan setiap
tahun sejumlah 358.000 ibu meninggal saat bersalin di mana 355.000 (99%) berasal dari
negara berkembang. Angka Kematian Ibu (AKI) di Negara berkembang merupakan
peringkat tertinggi dengan 290 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup jika
dibandingkan dengan AKI di negara maju yaitu 14 kematian ibu per 100.000 kelahiran
hidup. AKI tahun 2015 di dunia yaitu 303.000 meunurun sekitar 44 % di bandingkan
dengan tahun 1990. AKB usia 0- 11 bulan yaitu 34 per 1000 kelahiran hidup (Astuti,
2018).
Berdasarkan data dinas kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan tercatat AKI
pada tahun 2019 sebesar 92 per 100.000 kelahiran hidup dan angka ini meningkat tahun
2018 yang mencapai 108 per 100.000 kelahiran hidup ( profil Dinkes Kalsel,2019),
sedangkan di Kabupaten Barito Kuala angka kematian ibu pada tahun 2021 adalah 133
per 100.0000 kelahiran hidup (profil Dinkes Batola, 2022) .
Salah satu faktor yang dapat menyebabkan mordibitas dan mortalitas pada ibu
dan janin yaitu persalinan sungsang. Persalinan sungsang adalah dimana posisi kepala
bayi berada di fundus uteri dan bagian terbawah janin yaitu bokong. Malpresentasi yaitu
presentasi yang bukan presentasi belakang kepala, malpresentasi meliputi presentasi
puncak kepala, presentasi dahi, presentasi muka, presentasi bokong, presentasi bahu.
Malposisi merupakan presentasi belakang kepala dengan ubun-ubun kecil tidak berada di
segmen atau di depan, malposisi meliputi ubun-ubun kecil belakang, ubun-ubun kecil
kiri belakang, ubun-ubun kecil melintang. Letak sungsang atau presentasi bokong
merupakan letak memanjang dengan kepala janin di fundus dan bokong di bagian kavum
uteri.
Kejadian letak sungsang pada janin aterm kira-kira 3%, jauh lebih tinggi pada
permulaan masa kehamilan kira-kira 40% daripada kehamilan sebelum 28 minggu antara
17 sampai 31 minggu. Janin letak sungsang berada pada resiko morbiditas dan mortalitas
prenatal yang lebih tinggi tidak hanya akibat partus tetapi juga karena presentasi. Dalam
persalinan terdapat beberapa presentasi di antaranya : presentasi kepala 96,8%, letak
sungsang 2,7%, letak lintang 0,3%, letak muka 0,05% dan letak dahi 0,01%. Letak
sungsang terjadi pada 25% persalinan yang terjadi sebelum umur kehamilan 28 minggu,
7% persalinan sungsang terjadi pada umur kehamilan 32 minggu dan 1,3% persalinan
sungsang yang terjadi pada kehamilan aterm.
Adapun komplikasi yang dapat terjadi meliputi terjadinya impaksi bokong,
prolaps tali pusat cidera lahir, hipoksia janin dan plasenta terlepas sebelum waktunya.
Oleh karena itu peran bidan sangat penting dalam memberikan asuhan kebidanan seperti
memberikan informasi seputar kehamilan dan dukungan moril. Pertolongan pada
persalinan sungsang ini dapat dilakukan secara pervaginam dan perabdominal (sectio
caesarea). Persalinan sungsang ini jika tidak ditangani dengan baik akan menyebabkan
resiko atau 5 komplikasi pada ibu dan bayi. Resiko yang dapat terjadi pada ibu yaitu
perdarahan, robekan jalan lahir, infeksi. Sedangkan resiko yang dapat terjadi pada bayi
yaitu edema dan memar pada genetalia bayi dapat terjadi akibat tekanan pada serviks,
asfiksia, fraktur humerus, klavikula atau femur atau dislokasi bahu atau pinggul, Trauma
organ internal, Kerusakan medula spinalis atau fraktur tulang, hipoksia janin.
Menururt data di RSUD H. Abdul Azis Marabahan kasus persalinan letak
sungsang selama bulan januari sampai mei 2023 berjumlah 14 kasus dari 379 jumlah
pasien ibu bersalin (3,69%) di Ruang VK Bersalin RSUD H. Abdul Azis Marabahan.
Karena masih banyaknya kasus persalinan letak sungsang oleh sebab itu penulis tertarik
untuk mengambil laporan kasus dengan judul “Laporan akhir stase Asuhan Kebidanan
Pada Ny. N Dengan Persalian Letak Sungsang Di VK Bersalin (Ruang Mawar) Rumah
Sakit H. Abdul Azis Marabahan”.
2
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas didapatkan rumusan masalah yaitu
“Bagaimana Asuhan Kebidanan Pada Ny. N Dengan Persalinan Letak Sungsang Di VK
Bersalin (Ruang Mawar ) Rumah Sakit H. Abdul Azis Marabahan”
C. Tujuan
1. Umum
Setelah melakukan praktik klinik kebidanan mahasiswa mampu melakukan asuhan
kebidanan pada Ny. N Dengan Persalinan Letak Sungsang Di VK Bersalin (Ruang
Mawar ) Rumah Sakit H. Abdul Azis Marabahan”
2. Khusus
a) Mahasiswa mampu mengidentifikasi pengkajian data subjektif secara sistematis
kepada Pada Ny. N dengan Persalinan Letak Sungsang.
b) Mahasiswa mampu mengidentifikasi data objektif kepada Ny. Ny. N dengan
Persalinan Letak Sungsang.
c) Mahasiswa mampu menginterpretasi data dan menetapkan diagnose kebidanan,
masalah dan kebutuhan kepada Ny. Ny. N dengan Persalinan Letak Sungsang.
d) Mahasiswa mampu menyusun rencana asuhan dan penatalaksanaan Ny. N dengan
Persalinan Letak Sungsang.
D. Manfaat
1. Bagi Tenaga kesehatan
Meningkatkan ilmu pengetahuan, keterampilan dan mutu pelayanan yang
profesional oleh tenaga kesehatan agar dapat memberikan pelayanan kepada ibu
bersalin dengan Persalinana Letak Sungsang.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai tambahan referensi untuk bahan laporan selanjutnya pada pasien dengan
persalinan Letak Sungsang.
3. Bagi Rumah Sakit
Dapat meningkatkan mutu pelayanan yang profesional dan dapat memberikan
informasi tenaga kesehatan khususnya bidan, tentang pentingnya memberikan
pelayanan yang komprehensif kepada ibu bersalin dengan Persalinan Letak
Sungsang.
4. Bagi Peneliti
Diharapkan peneliti dapat mengerti dan memahami tentang persalinan Letak
Sungsang sehingga dapat memberikan asuhan kebidanan secara komprehensi.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
Letak sungsang adalah janin yang letaknya memanjang (membujur) dalam rahim dengan
kepala berada di fundus dan bokong di bawah (Rustam, 2011). Persalinan pada bayi dengan
presentasi sungsang dimana bayi letaknya sesuai dengan sumbu badan ibu, kepala berada pada
fundus uteri sedangkan bokong merupakan bagian terbawah atau di bagian pintu atas panggul.
Pada letak sungsang berturut-turut lahir bagian-bagian yang makin lama makin besar,dimulai
Pertolongan persalinan sungsang masih menjadi diskusi yang menarik, karena ada yang
berpendapat bahwa operasi seksio sesarea merupakan cara terbaik untuk melahirkan sungsang
sedangkan pendapat lain percaya bahwa melahirkan pervaginam masih menjadi pilihan pertama
yang dilakukan. Dari beberapa penelitian melaporkan bahwa kematian perinatal pada persalinan
sungsang secara pervaginam lebih tinggi dibanding persalinan melalui operasi bedah Sesar,
namun pada penelitian lain melaporkan bahwa pemilihan operasi seksio sesarea pada letak
sungsang tidak selalu menjamin bahwa bayi yang dilahirkan akan selalu baik sedangkan di sisi
lain risiko dan komplikasi operasi bedah sesar teradap ibu lebih tinggi dibanding persalinan
pervaginam. Sehingga dalam pemilihan tindakan persalinan pada letak sungsang mesti
dipertimbangkan secara bijaksana. Komunikasi yang baik dengan pasien dan keluarga
dibutuhkan untuk pengambilan keputusan apakah dilakukan persalinan pervaginam atau seksio
jika posisi sungsang terjadi pada usia kehamilan dibawah 32 minggu. Pada usia kehamilan ini,
jumlah air ketuban relatif lebih banyak sehingga janin masih dapat bergerak bebas. Dari posisi
sungsang berputar menjadi posisi melintang lalu berputar lagi sehingga posisi kepala dibagian
bawah rahim. Sehingga frekuensi letak sungsang menjadi lebih tinggi pada kehamilan beluh
cukup bulan.
Memasuki usia kehamilan 37 minggu ke atas, letak sungsang sudah sulit untuk berubah
karena bagian terendah janin sudah masuk ke pintu atas panggul. Tetapi seharusnya di
trimester ketiga, bokong janin dengan tungkai terlipat yang ukurannya lebih besar dari kepala
janin akan menempati ruangan yang lebih besar yaitu dibagian atas rahim (fundus uteri),
sedangkan kepala menempati ruangan yang lebih kecil, disegmen bawah rahim ibu.
Masalahnya, mengapa posisi sungsang masih dapat terjadi hingga kehamilan cukup bulan?
Penyebab Letak Sungsang dapat berasal dari faktor janin maupun faktor ibu.
Kehamilan dengan dua janin atau lebih dalam rahim, sehingga menyebabkan terjadinya
perebutan tempat. Setiap janin berusaha mencari tempat yang lebih nyaman, sehingga
ada kemungkinan bagian tubuh yang lebih besar (yakni bokong janin) berada di bagian
bawah rahim.
Didefinisikan jumlah air ketuban melebihi normal (lebih 2000 cc) sehingga hal ini bisa
menyebabkan janin bergerak lebih leluasa walau sudah memasuki trimester ketiga.
5
c. Hidrocepalus
sehingga kepala menjadi besar serta terjadi pelebaran sutura-sutura dan ubun-ubun.
Karena ukuran kepala janin terlalu besar dan tidak dapat berakomodasi dibagian bawah
a. Plasenta praevia
Keadaan dimana plasenta berimplantasi pada tempat abnormal, yaitu pada segmen
bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir (osteum
uteri internal). Akibatnya keadaan ini menghalangi turunnya kepala janin ke dalam pintu
atas panggul sehingga janin berusaha mencari tempat yang lebih luas yakni dibagian atas
rahim.
b. Panggul sempit
c. Multiparitas
Adalah ibu/ wanita yang pernah melahirkan bayi viable beberapa kali (lebih dari 4 kali),
sehingga rahimnya sudah sangat elastis, keadaan ini membuat janin berpeluang besar
d. Kelainan uterus (seperti uterus arkuatus, uterus bikornis, mioma uteri) Adanya kelainan
didalam uterus akan mempengaruhi posisi dan letak janin dalam rahim, janin akan
6
C. Patofisiologi/Mekanisme
Menurut Sarwono (2007) letak janin dalam uterus bergantung pada proses adaptasi janin
terhadap ruangan di dalam uterus. Pada kehamilan sampai lebih kurang 32 minggu, jumlah air
ketuban relatif banyak, sehingga memungkinkan janin bergerak dengan leluasa. Dengan
demikian janin dapat menempatkan diri dalam presentasi kepala, letak sungsang atau letak
lintang. Pada kehamilan triwulan terakhir janin tumbuh dengan cepat dan jumlah air ketuban
relatif berkurang. Karena bokong dengan kedua tungkai yang terlipat lebih besar dari pada
kepala, maka bokong dipaksa untuk menempati ruang yang lebih luas di fundus uteri,
sedangkan kepala berada dalam ruangan yang lebih kecil di segmen bawah uterus.
7
D. Clinical Pathway
LETAK SUNGSANG
Partus Sungsang
Pervaginam
Full Extraction:
- Ekstraksi Bokong
- Ekstraksi Kaki
8
E. Manifestasi Klinik
Pada persalinan sungsang, akan didapatkan presentasi bagian terbawah janin sebagai
berikut:
1. Frank breech. Pantat bayi (janin) terletak terlebih dulu untuk keluar selama persalinan.
Kaki lurus di depan tubuh, dengan kaki di dekat kepala. Jenis ini merupakan jenis posisi
2. Complete breech. Pantat bayi di bawah dekat saluran persalinan. Kaki tertekuk dan
3. Footling breech. Salah satu atau kedua kaki menjuntai di bawah bokong. Salah satu atau
a. Perdarahan
c. Infeksi
a. Asfiksia bayi, dapat disebabkan oleh : Kemacetan persalinan kepala (aspirasi air
ekstremitas. Kerusakan alat vital : limpa, hati, paru-paru atau jantung. Dislokasi fraktur
persendian tulang leher : fraktur tulang dasar kepala ; fraktur tulang kepala ; kerusakan
9
pada mata, hidung atau telinga ; kerusakan pada jaringan otak.
c. Infeksi, dapat terjadi karena : Persalinan berlangsung lama, Ketuban pecah pada
pemeriksaan dalam.
G. Penatalaksanaan Medis
Dalam memilih metode pertolongan persalinan pada letak sungsang apakah akan
dilakukan operasi seksio sesarea atau akan dilakukan persalinan normal pervaginam diperlukan
beberapa pertimbangan. Tidak semua letak sungsang dilakukan operasi seksio sesarea karena
proses persalinan pervaginam juga masih aman dengan perencanaan yang baik dan dilakukan
oleh petugas yang kompeten dan terlatih. Seorang bidan dan dokter umum harus mendapatkan
pelatihan agar dapat melakukan pertolongan persalinan pada letak sungsang, terutama bila
menghadapai kasus pasien letak sungsang dengan inpartu kala II yang datang ke IGD sebuah
rumah sakit. Bila masih memungkinkan untuk pilihan section cesarea, biasanya dokter
a. Spontan Bracht
- Muller
- Klasik
- Lovseet
- Mauriceau
10
c. Full Extraction (dilakukan hanya bila ada indikasi mengakhiri persalinan atau
Perasat Brach
- Setelah bokong lahir, bokong dan paha janin dicekam dengan kedua tangan, sedemikian hingga
kedua ibu jari + sejajar pada pangkal paha dan 4 jari lainnya menggenggam bokong; disertai
- Setelah ujung tulang scapula lahir, bokong diarahkan ke atas perut itu untuk menambah lordose.
Tidak boleh melakukan tarikan pada janin karena lengan dapat menjungkit ke atas. Ekspressi
- Ekspresi dari luar tetap, hingga mulut dan hidung bayi tampak dari vulva. Sisa kepala
11
Cara melahirkan bahu:
1.Perasat Mueller
2. Perasat Lovset
3. Perasat Klasik/Deventer
Di makalah ini akan dijelaskan hanya tentang Perasat Lovset, karena cara ini yang mudah dilakukan
dan penulis sering menggunakan perasat ini untuk melahirkan bahu dan cukup berhasil.
Cara Lovset
Setelah bokong dan kaki bayi lahir, pegang pinggul bayi dengan kedua tangan
Putar bayi 180° sambil tarik ke bawah dengan lengan bayi yang terjungkit ke arah penunjuk
jari tangan yang menjungkit, sehingga lengan posterior berada di bawah simfisis (depan).
Bantu lahirkan dengan memasukkan satu atau dua jari pada lengan atas serta menarik
tangan ke bawah melalui dada sehingga siku dalam keadaan fleksi dan lengan depan lahir.
Untuk melahirkan lengan kedua, putar kembali 180° ke arah yang berlawanan ke kiri/ke
kanan sambil ditarik sehingga lengan belakang menjadi lengan depan dan lahir di depan.
12
Gambar 4. Manuver Lovset
- Letakkan badan bayi di atas tangan kiri sehingga badan bayi seolah-oleh menunggang kuda
- Letakkan jari telunjuk dan jari manis kiri pada maksila bayi dan jari tengah di dalam mulut
bayi.
- Tangan kanan memegang/mencengkam tengkuk bahu bayi, dan jari tengah mendorong
- Dengan koordinasi tangan kiri dan kanan secara hati-hati tariklah kepala dengan gerakan
13
Gambar 5. Melahirkan kepala secara Mauriceau
Sumber: Benson & Pernoll’s. Handbook of Obstetrics &Gynecology. Tenth edition. McGraw-Hill
Company. New York 2001.
Bila kemacetan pada kelahiran kepala (After coming head), perlu dilakukan tindakan atau manuver-
a. Forceps Piper
14
Melahirkan dengan Forceps piper :
dipasang melintang terhadap kepala dan melintang terhadap panggul. Setelah dengan tarikan pada
cunam batas rambut kepala janin tampak di bawah simfisis, dengan batas tersebut sebagai titik
pemutaran, lambat laun muka bayi dilahirkan melalui perineum, disusul oleh bagian kepala yang
berambut.
- Primigravida dengan disertai salah satu faktor X (Ketuban pecah dini, Serotinus, riwayat
- Presentasi kaki
15
- Riwayat Obstetri jelek
a. Kriteria Janin:
- Kepala fleksi
b. Kriteria ibu
- Panggul normal
Bila direncanakan dilakukan persalinan pervaginam, ada skoring untuk memprediksi keberhasilan
Keterangan 0 1 2
Paritas Primi Multi
Usia Gestasi ≥ 39 minggu 38 minggu ≤ 37 minggu
TBJ ≥ 3630 3629 - 3176 ≤ 3176
Riwayat pres. Bokong - 1 kali 2 kali
Station -3 -2 -1/lebih rendah
Pembukaan ≤ 2 cm 3 cm ≥4 cm
16
H. Penatalaksanaan Kebidanan
Pada penatalaksaan kebidanan seperti yang tercantum pada SOP pertolongan persalinan
dengan letak sungsang dari RS. Pelita Insani Martapura tahun 2017:
a. Melahirkan lengan belakang dulu karena lengan belakang berada di ruang yang luas
(sacrum), baru melahirkan lengan depan, tetapi bila lengan depan sulit dilahirkan maka
lengan depan diputar menjadi lengan belakang yaitu punggung diputar melewati
sympisis.
b. Kedua kaki janin di pegang dengan tangan penolong pada pergelangan kaki, ditarik ke
c. Bersamaan dengan itu tangan kiri penolong yaitu jari telujukdan jari tengah masuk ke
jalan lahir menelusuri bahu, vosa cubiti, lengan dilahirkan seolah-olah mengusap muka
janin.
d. Untuk melahirkan bahu depan kaki janin di pegang dengan tangan kanan ditarik curam
e. Bila lengan depan sulit dilahirkan maka harus diputar menjadi lengan belakang yaitu
lengan yang sudah lahir di sekam dengan kedua tangan penolong sedemikian rupa
sehingga kedua ibu jari penolong terletak di punggung dan sejajar dengan sumbu badan
janin sedang jari yang lain mencengkeram dada, kemudian di putar punggung melewati
sympisis sehingga lengan depan menjadi lengan belakang lalu lengan dilahirkan dengan
17
2. TEKNIK MELAHIRKAN BAHU DAN LENGAN MENJUNGKIT
SECARA LOVSET
Prinsip : memutar badan janin dalam setengah lingkaran bolakbalik sambil dilakukan traksi
curam ke bawah, sehingga bahu yang sebelumnya berada di belakang akhirnya lahir di
bawah sympisis
badan janin di putar setengah lingkaran sehingga bahu belakang menjadi bahu depan.
Kemudian sambil dilakukan traksi badan janin di putar kembali ke arah yang
berlawanan setengah lingkaran sehingga bahu belakang tampak di bawah sympisis dan
b. Bila lengan janin tidak bisa lahir dengan sendirinya maka lengan janin dapat di lahirkan
a. Tangan penolong yang sesuai dengan muka janin(tangan yang dekat dengan perut janin)
dimasukkan ke dalam jalan lahir yaitu jari tengah dimasukkan ke dalam mulut janin, jari
telunjuk dan jari manis pada vosa canina, sedangkan jari yang lain mencekam leher,
b. Kedua tangan penolong menarik curam ke bawah sambil seorang asisten melakukan
kristeller ringan. Tenaga tarikan terutama dilakukan oleh tangan penolong yang
mencekam leher janin. Bila oksiput tampak di bawah sympisis kepala janin dielevasi ke
18
4. TEKNIK EKSTRAKSI KAKI BILA KAKI DEPAN LAHIR LEBIH DULU
a. Kaki ditarik keluar diusahakan betis menghadap ke atas, hingga punggung anak juga
b. Tungkai bawah yang sudah lahir dipegang dengan kedua ibu jari sejajar pada betis,
jari yang lain di sebelah belakang 3. Pegangan dipindahkan pada pangkal paha
setinggi mungkin dengan kedua ibu jari sejajar pada sumbu paha dan jari lainnya di
belakang paha, ditarik curam ke bawah sampai trochanter mayor depan lahir
c. Kedua pangkal paha dengan pegangan yang sama ditarik ke atas sehingga trochanter
belakang lahir
d. Setelah lipatan paha kelihatan lalu dikait dengan jari telunjuk tangan kiri
e. Setelah bokong lahir dipegang dengan ibu jari sejajar pada sacrum, jari-jari lain pada
masing-masing paha ditarik curam ke bawah sampai pusat kelihatan lalu tali pusat
dikendorkan. Lalu ditarik terus curam ke bawah hingga ujung scapula depan di bawah
sympisis.
f. Bahu dan lengan dilahirkan secara klasik dan kepala dilahirkan secara mauriceau.
lahir lebih dulu, maka bokong depan tersangkut pada tepi atas symphisis. Untuk
menghindari kesulitan tersebut maka tungkai belakang ditarik lebih curam ke bawah hingga
pusat kelihatan kemudian tali pusat dikendorkan. Tarikan terus ke bawah sampai ujung
a. Tarik terus ke bawah sampai trochanter mayor depan berada di bawah symphisis, ditarik
19
b. Lipatan paha depan dikait dengan satu jari yaitu jari telunjuktangan kanan
c. Pegangan beralih, kedua ibu jari sejajar pada sacrum, jari-jari yang lain masing-masing
pada paha, ditarik ke bawah hingga pusat kelihatan kemudian tali pusat dikendorkan.
Tarik terus ke bawah sampai ujung scapula depan kelihatan di bawah symphisis . Kedua
bahu dan lengan dilahirkan secara klasik dan kepala dilahirkan secara maureciau
KONTRAKSI.
Asuhan yang diberikan untuk mengatasi kehamilan dengan letak sungsang adalah
gerakan anti sungsang atau disebut posisi Kneechest yang dilakukan sebanyak 3 – 4 kali
selama 10 – 15 menit setiap hari selama 7 hari. Geraan knee chest yang dapt merangsang
kembalinya posisi bayi dari sungsang menjadi posisi yang normal. Perubahan presentasi
janin selama kehamilan dipengeruhi oleh gaya fisik yang bekerja pada uterus dan janin.
Gaya isik yang bekerja pada janin dalam uterus termasuk gaya gravitasi, gaya apung, da
gaya gesek. Melalui gaya gravitasi pada janin bekerja pada berbagai bagian tubuh janin
dengan kekuatan gaya berbeda bedasarkan densitas dan massa dari bagian tubuh janin.
Untuk melengkapi atau menyempurnakan terapi konvensional (posisi knee chest) ada
beberapa terapi komplementer yang dapat diajarkan kepada ibu dan keluarga serta bisa
tenaga kesehatan lakukan kepada ibu dengan kehamilan posisi letak sungsang. Menurut
Eisenberg dalam jurnal septiani (2020), berbagai jenis terapi yang populer
direkomendasikan bidan adalah terapi pijat, obat herbal, teknik relaksasi, suplemen nutrisi,
Hal mudah yang dapat diajarkan oleh bidan adalah pijat pada titik akupesure (BL 67
20
dan Sp 6) dan prenatal yoga. Titik akupresure BL 67 atau Zhi Yin di kaki menghasilkan
energi Yang (energi pemanasan) pada dasar panggul. Titik BL 67 terletak pada bagian kaki,
tepatnya di luar ujung jari kelingking dekat dengan tepi kuku kaki. Adanya stimulus panas
mengakibatkan peningkatan dalam estrogen plasenta. Adanya sensitivitas yang lebih besar
dari miometrium dan perubahan prostaglandin maka akan terjad peningkatan energi
kontraktilitas uterus, sehingga akan menyebabkan stimulasi gerakan janin berupa gerakan
dan probabilitas yang lebih tinggi untuk versi jann, sehingga efeknya bayi bergerak
memutar serta bebalik. Menurut Zita West dalam bukunya The essential Guide to
Acupuncture in Cildbirth and Pregnancy, akupresure pada titik SP6 bermanfaat untuk
merangsang kontraksi rahim serta mengurangi rasa sakit selama kontraksi berlangsung.
Titik SP 6 adalah titik yng terletak empat jari di atas mata kaki. Titik limpa 6 (spleen
point/SP 6) digunakan sebagai titik akupresure dalam segala kondisi termasuk untuk
mempercepat persalinan.
21
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Subjective Data
1. Identitas
Istri (pasien)
Nama : Ny. N
Umur : 21 tahun
22
Alamat :Desa danda
jaya
23
2. Keluhan Utama
Ibu mengatakan hamil 9 bulan mengeluh sakit dari bagian bawah menjalar
kepinggang mulai dari jam 17.00 wita dan jam 22.00 wita semakin sakit sehingga tidak
bisa melakukan aktivitas seperti biasa lagi, ada keluar air atau pecah ketuban sekitar 15
menit yang lalu.
4. Riwayat Perkawinan
Kawin 1 kali, kawin pertama kali umur 20 tahun, dengan suami sekarang sudah
1 tahun.
5. Riwayat Haid
a. Menarche umur : 13 tahun
b. Siklus : 7 hari
c. Teratur/ tidak : teratur
d. Lamanya : 3-5 hari
e. Banyaknya : 2-3 x ganti pembalut/hari
f. Dismenorhoe : tidak
g. HPHT : 24-9-2022
h. Taksiran partus : 1-7-2023
i. Usia kehamilan : 38 - 39 minggu
24
6. Riwayat Obstetri
G1 P0 A0
9. Riwayat Kesehatan
25
operasi pada alat kandungannya.
Trimester II : 4 kali
b. Eliminasi
BAB
Konsistensi : lembek
Warna : kuning
BAK
Banyaknya : 6x sehari
26
Warna : kuning jernih
c. Personal hygiene
Terakhir mandi dan gosok gigi : 6 jam yang lalu
d. Aktifitas
Ibu melakukan aktifitas ringan disela sela rasa mules seperti menyapu
f. Data seksual
ibu malam tadi melakukan hubungan seksual
Sekarang : 76,9 kg
27
14. Pemeriksaan Khusus
a. Inspeksi
1. Kepala : Tampak bersih dan tampak tidak ada benjolan.
10. Tungkai : Tidak tampak oedem pada kaki, tangan dan tidak
tampak adanya varises.
b. Palpasi
Leher : Tidak teraba pembesaran vena jugularis dan tidak
teraba pembesaran kelenjar tyroid
Abdomen
28
melenting
Leopold IV : divergen
Kaki
c. Auskultasi
DJJ (+), terdengar jelas, frekuensi 136 x/menit
d. Perkusi
Refleks patella : Kiri/ kanan, (+)/ (+)
e. Periksa dalam
Keadaan vagina : tidak ada massa
Pembukaan serviks : 10 cm
Presentasi : bokong
29
Keadaan panggul dalam
Laboratorium
HB : 11,8 gr%
Albumin : negatif
Reduksi : negatif
B. Assessment
1. Diagnosa Kebidanan : G1 P0 A0, hamil 38-39 minggu dengan inpartu kala I fase
aktif janin tunggal hidup intra uteri dengan Letak Sungsang
2. Masalah : Cemas menghadapi persalinan
3. Kebutuhan : KIE
Skor Ztuchi-Androw
Skor 0 1 2 jumlah
paritas Primi Multi 0
Pernah Tidak 1 ≥2 0
lutsu
PBB >3500 3000- <3000 2
30
3500
UK >39 38 <37 1
minggu minggu minggu
Penurunan -3 -2 -1 1
bokong
pembukaan 2 cm 3 cm 4 cm 2
jumlah 6
C. Penatalaksanaan
1. Memberitahukan ibu hasil pemeriksaan
TD 130/80 mmhg, N 80 x/m, R 20 x/m, T 36,7 °C, Pembukaan 10 cm, Djj 136 x/m, His 3 x
10’ 40”, secara umum keadaan ibu baik namun adanya kontrasi yang membuat ibu ingin
mengedan,maka ajarkan kepada ibu cara mengedan dengan baik dan benar di sela – sela
istirahat kontraksi maka ibu dianjurkan untuk miring kiri dan melakukan tehnik relaksasi
ketika datang his.
Rasional tindakan : agar ibu dan keluarga memahami keadaannya dan memberikan
dukungan yang dapat mengurangi kecemasan dan siap menghadapi persalinan (Valery M.P.
Siringoringo et al, 2017)
”ibu dan keluarga mengetahui penjelasan tentang hasil pemeriksaan yang telah dilakukan”.
2. Memberikan kebutuhan nutrisi ibu dengan menganjurkan ibu makan dan minum diantara rasa
nyeri, hal ini berguna untuk tenaga ibu saat proses persalinan
Rasional tindakan : memenuhi kebutuhan nutrisi bagi tubuh merupakan suatu kebutuhan
dasar manusia yang sangat penting, merupakan sumber energi untuk segala aktifitas (Aziz
Alimul Hidayat, 2005)
”Ibu mengikuti anjuran bidan untuk makan dan minum untuk menambah tenaga”.
3. Menghadirkan suami untuk memberikan dukungan psikologi pada ibu seperti memberikan
kata-kata semangat pada ibu, bahwa ibu bisa melalui masa ini, dengan sentuhan lembut
31
Rasional tindakan : Kehadiran suami , sentuhan tangannya , do'a dan kata - kata penuh
motivasi yang diucapkannya akan membuat istri merasa lebih kuat dan tabah menghadapi
rasa sakit dan berjuang untuk melahirkan bayinya . (Ummi, 2002)
”ibu merasa tenang dengan kehadiran suami dan motivasi dari keluarga”.
4. Mengajarkan ibu teknik relaksasi yang benar seperti ibu menarik nafas melalui hidung dan
keluar melalui mulut selama timbul kontraksi
” Ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan dan bersedia melakukan anjurannya”
Rasional tindakan: untuk mengurangi rasa sakit akibat kontraksi dan mengontrol intensitas
reaksi ibu terhadap rasa nyeri (Taqwin, 2018)
”ibu mengikuti anjuran bidan untuk melakukan teknik relaksasi”.
5. Melakukan terapi komplementer kepada ibu dan mengajarkan kepada keluarga yaitu terapi
pijat atau akupresure di titik BL 67 dan Sp 6.
Rasional Tindakan : melakukan teknik akupresure di titik BL 67 dan Sp 6 dapat membantu
untuk merubah posisi janin dan mengurangi nyeri saat kontraksi serta dapat mempercepat
persalinan. untuk titik BL 67 terletak pada bagian kaki, tepatnya di luar ujung jari kelingking
dekat dengan tepi kuku kaki. Titik SP 6 adalah titik yng terletak empat jari di atas mata kaki.
“ ibu bersedia untuk dilakukan penanganan lebih lanjut.”
6. Melakukan kolaborasi dengan dokter SpOg, Advis :
- Infus RL 20 tp
- Partus percobaan pervaginam
Rasional tindakan: untuk menjaga kecukupan cairan selama proses persalinan dan sebagai
media untuk pemberian obat melalui intravena (Dini, 2017)
”ibu bersedia untuk dilakukan penanganan lebih lanjut”.
32
Tanggal/
Jam
1 16-06-2023 Subjektif
Jam 03.18 Keluar air-air (+), mules perut rasa seperti hendak bab (+)
Objective:
Penatalaksanaan
Subjektif
2. Jam 03.19
Ibu ingin mengedan.
Objektif:
Assesment
33
Kala II
Penatalaksaan
34
Memberitahu ibu bahwa ibu akan di suntik oktitosin.
Menyuntikkan oksitosin 10 IU secara IM pada bagian luar paha
kanan 1/3 atas, setelah melakukan aspirasi terlebih dahulu untuk
memastikan bahwa ujung jarum tidak mengenai pembuluh darah
kemudian potong tali pusat dengan meletakkan klem tali pusat
3cm dari pangkal lalu dorong isi tali pusat kearah ibu dan
letakkan klem kedua 2cm dari klem pertama, kemudian potong
sambil melindungi bayi dari gunting , setelah itu ikat tali pusat
dan bungkus dengan kassa steril.
7. Mengeringkan dan menghangatkan bayi
8. Mengganti kain pembungkusnya dan setelah lahir bayinya
langsung diserahkan ke ibu, untuk melakukan IMD (Inisiasi
Menyusu Dini)
2. 03.25 Subjektif:
Objektif:
Penatalaksanaan:
1. Melakukan management aktif kala III.
Melakukan peregangan tali pusat terkendali sejajar klem
dengan tangan kiri dan tangan kanan menahan fundus secara
dorsal kranial. Plasenta lahir spontan lengkap dengan
selaputnya pada pukul 03.25 wita.
35
2. Melakukan rangsangan taktil uterus selama 15 detik untuk
merangsang kontraksi uterus.
3. Segera menilai perdarahan pada jalan lahir serta kelengkapan
plasenta.
3. 03.30 Subjektif:
Objektif:
Penatalaksanaan:
36
e. Kontraksi Uterus
f. Kandung kemih
g. Perdarahan
6. Hasil observasi setiap 15 menit selama 1 jam pertama post
partum.
a. 15 menit I
1. Tekanan darah : 130/70 mmHg
2. Nadi : 84 x/menit
3. Suhu : 37,2C
4. TFU : 3 jari di bawah pusat
5. Kontraksi Uterus : baik
6. Kandung Kemih : kosong
7. Perdarahan : normal
b. 15 menit II
1. Tekanan darah : 130/70 mmHg
2. Nadi : 84 x/menit
3. Suhu :-
4. TFU : 2 jari di bawah pusat
5. Kontraksi Uterus : baik
6. Kandung Kemih : kosong
7. Perdarahan : normal
c. 15 menit III
1. Tekanan darah : 130/80 mmHg
2. Nadi : 83 x/menit
3. Suhu :-
4. TFU : 2 jari di bawah pusat
5. Kontraksi Uterus : baik
37
6. Kandung Kemih : kosong
7. Perdarahan : normal
d. 15 menit IV
1. Tekanan darah : 130/70 mmHg
2. Nadi : 84 x/menit
3. Suhu :-
4. TFU : 2 jari di bawah pusat
5. Kontraksi Uterus : baik
6. Kandung Kemih : kosong
7. Perdarahan : normal
a. 30 menit I
1. Tekanan darah : 130/70 mmHg
2. Nadi : 80 x/menit
3. Suhu : 36,5C
4. TFU : 2 jari di bawah pusat
5. Kontraksi Uterus : baik
6. Kandung Kemih : kosong
7. Perdarahan : normal
b. 30 menit II
1. Tekanan darah : 130/70 mmHg
2. Nadi : 84 x/menit
3. Suhu :-
4. TFU : 2 jari di bawah pusat
5. Kontraksi Uterus : baik
6. Kandung Kemih : kosong
7. Perdarahan : normal
38
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada hari jumat tanggal 16 juni 2023 pukul 03.00 datang ibu hamil rujukan Poskesdes Danda
Jaya Ny. N G1P0A0 mengeluh perut terasa sakit dari bagian bawah menjalar sampai kepinggang dan
merasakan ingin mengedan, ada keluar lender darah dan air-air jam 21.00 wita. Menurut teori
Praworohardjo (2010) tanda dan gejala persalinan adanya rasa sakit dikarenakan his yang dating
lebih kuat, sering, dan teratur, keluar lender darah, kadang-kadang ketuban pecah sendiri dan pada
waktu pemeriksaan dalam terdapat pembukaan serviks, hal ini sejalan dengan penelitian Metti (2016)
dari data subjektif dan objektif yang diperoleh pada pengkajian anamnesa didapatkan hasil ibu
mengeluh perutnya sakit dan menjalar dipinggang sedangkan pada pemeriksaan objektif ada keluar
Setelah diperiksa oleh petugas kesehatan didapatkan hasil pemeriksaan fisik abdomen leopol
I: TFU teraba 3 jari bawah presesus xypoideus, fundus uteri teraba keras, bulat dan melenting
(kepala), leopold II: bagian kanan perut ibu teraba keras memanjang (punggung) dan bagian kiri
perut ibu teraba bagian terkecil janin (ekstermitas), leopoldIII: bagian terbawah janin teraba lunak,
bulat dan tidak melenting (bokong), leopold IV: bokong sudah masuk PAP, TFU 30 cm, His 4 x 10
menit durasi 40 detik/menit, DJJ 138x/menit, pada pemeriksaan dalam didapatkan pembukaan 10
cm, ketuban (-), hodge III, titik penunjuk sakrum. Dilihat dari data objektif Ny. N suatu keadaan
dimana letak bayi memanjang dengan kepala janin di fundus sedangkan dibagian bawah terdapat
bokong disebut sungsang (persentasi bokong), seperti penelitian Agnes Isti Harjanti (2019),
Berdasarkan data subjektif dan data objektif yang diperoleh pada pengkajian bahwa ibu
merasa ada benda keras yang mendesak tulang iga dan pada pemeriksaan leopold di dapatkan
bagian terbawah janin teraba bulat, lunak, tidak melenting maka diperoleh Ny.N mengalami
39
kehamilan letak sungsang karena ada benda keras (kepala) yang mendesak tulang iga. Berdasarkan
data yang diperoleh dari pengkajian data subjektif dan objektif maka Ny.N didiagnosa kebidanan
G1P0A0 hamil 38-39 minggu inpartu kala I fase aktif dengan persentase bokong. Asuhan yang
diberikan adalah memberitahu hasil pemeriksaan kepada pasien dan memberitahu kepada pasien
bahwa ibu bisa bersalin pervaginam dikarenakan menurut skor Ztuchi-Androw boleh bersalin
pervaginam jika skor >5, Ny N skor 6 hal ini juga sejalan dengan penelitian Navillah (2017) yang
dimana Ny.S menurut skor Ztuchi-Androw boleh bersalin normal dikarenakan skornya 8. Setelah
didapatkan hasil pemeriksaan kemudian dilakukan kolaborasi dengan dokter obgyn, Pasien Ny N
mendapatkan terapi pasang infus RL 20 tpm, dan partus percobaan. Karena ibu datang sudah
pembukaan 10 cm, dan bokong terlihat didepan vulva, his juga sangat baik, hanya dalam waktu 16
menit pembukaan lengkap dan ibu dipimpin untuk persalinan. Memberikan dukungan psikologis
kepada ibu agar ibu tidak merasa khawatir, mengajarkan ibu teknik relaksasi dengan cara seperti
ibu menarik nafas melalui hidung dan keluar melalui mulut selama timbul kontraksi, pemeriksaan
alat partus dan obat-obatan. Pada jam 03.19 wita ibu mengatakan ingin mengedan setelah
dipereiksa oleh petugas, hasil pemeriksaan pembukaan lengkap, hoodge IV, lalu Bidan menyuruh
ibu untuk meneran setelah bokong sudah lahir, bidan melonggarkan tali pusat dan penolong
menolong persalinan dengan secara maneuver klasik, muller dan mauriceu lahir bayi laki-laki jam
03.22 wita segera menangis AS 7-8-9. Dari penatalaksanaan asuhan persalinan yang dilakukan
tenaga kesehatan kepada Ny.N antar teori dan dilahan praktik tidak ada kesenjangan. Sehingga
Pada perbandingan praktek lahan dengan teori dalam kasus persalinan sungsang dari tanda
gejala hingga penanganan tidak memiliki perbedaan, ruang VK bersalin RSUD H. Abdul Azis
40
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pada kasus ny. N usia 21 tahun di ruang VK RSUD H. Abdul Azis Marabahan. Tgl 16
Juni 2023. Pasien mengatakan usia kehamilan sudah 9 bulan, dan ada keinginan untuk bab,
serta ada keluar air-air sejak pukul 21.00 wita. Di ketahui hasil pemeriksaan usia
kehamilan 38-39 minggu minggu, his 4 x 10’40”, pembukaan 10 cm, ketubahn (-),
2. Berdasarkan hasil pemeriksaan data subjektif dan objektif dapat disimpulkan bahwa pasien
4. melakukan kolaborasi dengan dokter obgyn, dan melaksanakan advis untuk memberikan
5. Berdasarkan hasil lapangan dan teori dari berbagai macam sumber, penerapan tidak ada
41
B. Saran
Dapat digunakan sebagai acuan dalam melakukan asuhan pasien persalinan dengan letak
sungsang
sungsang serta agar dapat mengidentifikasi sejak dini, sehingga ibu tahu akan kondisi bayi
3. Bagi Mahasiswa
Diharapkan dapat menerepakan ilmu yang didapat terhadap praktik lapangan pada pasien
Diharapkan bisa menjadi wahana informasi bagi mahasiswa, pasien dan seluruh staf
Kesehatan lahan praktik sehingga bisa menambah wawasan dalam memberikan asuhan
42
DAFTAR PUSTAKA
Cunningham F.G, Leveno K.J, Bloom S.L, et al. Williams Obstetrics. 22th edition.McGraw-Hill
Australia and New Zealand. Australian and New Zealand Journal of Obstetrics and
Single Center Experience. Open Journal of Obstetrics and Gynecology, 2014, 4, 294-299.
Manuaba, I. B. G. F. and Manuaba, I. A. C. (2012) Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan KB.
Pramana C. Ilmu Phantom Obstetri Dalam Praktik Klinik. Sagung Seto. Jakarta. 2018
Umoh A.V, Abah M.G, Umoiyoho A.J. Breech Presentation-An Overview. Ibon Medical Journal.
Wiknyosastro H, Saifuddin AB, Rachimhadhi T. Ilmu Kebidanan. Edisi Ketiga. Yayasan Bina
43
Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta, 1991
Y. Berhan, A Haileamlak.The risks of planned vaginal breech delivery versus planned caesarean
section for term breech birth: a meta-analysis including observational studies. BJOG
2016;123:49-57.
44