Anda di halaman 1dari 45

ASUHAN KEBIDANAN PADA NY.

L G5P3A1 USIA 39 TAHUN HAMIL


26 MINGGU DENGAN RESIKO TINGGI (USIA IBU, PARITAS DAN
RIWAYAT ABORTUS) DI PUSKESMAS PEBAYURAN KABUPATEN
BEKASI 2024

Dosen pengampu:

Neneng Julianti, SST., M.Kes

Disusun Oleh:

Elsa Cahya Safitri 123060118

Natasya Miranda 123060124

Putri Ayu Anggraeni 123060125

Putri Nur Fauziah 123060126

Qonita Tasya S 123060127

Salsabila Safa 123060136

PROGRAM STUDI SARJANA KEBIANAN DAN PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MEDIKA SUHERMAN

2024
PERNYATAAN PERSETUJUAN

Asuhan Kebidanan Pada NY. L G5P3A1 USIA 39 Tahun Hamil 26 Minggu dengan
Resiko Tinggi (Usia Ibu, Paritas dan Riwayat Abortus) Di Puskesmas Pebayuran
Kabupaten Bekasi 2024

Disetujui,

Pembimbing Lapangan

Tanggal : Jumat, 19 Januari 2024

Di : Puskesmas Pebayuran Kabupaten Bekasi

(Hj. Rosidah, STr.Keb)


NIP. 196502011987032007

Pembimbing Institusi

Tanggal : Jumat, 19 Januari 2024

Di : Universitas Medika Suherman

(Neneng Julianti, SST., M.Kes.)


NIK. 50100227
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas segala rahmat-
Nya laporan ini dapat terselesaikan dengan tepat pada waktuNya. Sholawat serta salam
kita limpahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, beserta keluarganya,
kerabatnya, sahabatnya dan seluruh umatnya.
Laporan ini disusun guna membahas tentang Asuhan Kebidanan Pada NY. L
G5P3A1 USIA 39 Tahun Hamil 26 Minggu dengan Resiko Tinggi (Usia Ibu,
Paritas dan Riwayat Abortus) Di Puskesmas Pebayuran Kabupaten Bekasi 2024
adapun tambahan materi lainnya yang didasari pada tinjauan pustaka. Dalam
penyusunan laporan ini, penulis mengucapkan terima kasih sebanyak banyaknya kepada
semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan laporan yang penulis buat.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat:
1 Dr. Triseu Setianingsih, SKM., MKM, selaku Rektor Universitas Medika
Suherman
2 Ns. Retno Anggraini Puspita Sari, S.Kep., M. Kes, selaku Bidang Mutu Pendidikan
Universitas Medika Suherman.
3 Vincent Octavius, SE., MM, selaku Wakil Rektor Bidang Keuangan Universitas
Medika Suherman.
4 Ns. Yana Setiawan, S,Kep., M.Kep, selaku Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan
Universitas Medika Suherman.
5 Ns. Angga Saeful Rahmat, S.Kep.M.Kep., Sp.Kep Kom, selaku ketua LPPM
Universitas Medika Suherman.
6 Deni Alamsyah, SP., M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas
Medika Suherman.
7 Yulianti, SST., M.Keb, selaku Ketua Program Studi Sarjana Kebidanan dan
Pendidikan Profesi Bidan Universitas Medika Suherman
8 Neneng Julianti, SST., M.Keb. selaku Dosen pembimbing akademik lahan praktik
klinik.
9 Dosen Universitas Medika Suherman Cikarang yang telah memberikan ilmu dan
pelajaran sebagai bekal bagi penulis.
10 Kepala Puskesmas Pebayuran Kabupaten Bekasi.
11 Hj. Rosidah, S.Tr.Keb selaku Penanggung Jawab PONED dan KIA serta
Pembimbing Lahan Praktik Puskesmas Pebayuran Kabupaten Bekasi.
12 Hj. Hanni Nuur Ghaniyyu, AM. Keb selaku Penanggung Jawab Program KB
Puskesmas Pebayuran Kabupaten Bekasi.
13 Seluruh Bidan dan Perawat yang berada di Puskesmas Pebayuran Kabupaten
Bekasi.
14 Rekan rekan mahasiswi Profesi Kebidanan Universitas Medika Suherman Cikarang
dan semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah memberikan
dukungan.
Penulis sangat menyadari isi dari laporan ini jauh dari sempurna karena
keterbatasan kemampuan. Sehingga harap dimaklumi apabila isi laporan ini banyak
Kekurangan dalam hal pengetikan maupun materi. Oleh karena itu, kritik dan saran
sangat penulis harapkan demi menyempurnakan laporan ini. Semoga laporan ini dapat
bermanfaat bagi penulis maupun pembaca, dan menjadi tambahan ilmu pengetahuan
bagi kita semua khususnya bagi para mahasiswa.

Bekasi, 19 Januari 2024

Penulis
DAFTAR ISI

PERNYATAAN PERSETUJUAN...........................................................................i
KATA PENGANTAR..............................................................................................ii
DAFTAR ISI............................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................4
C. Tujuan.............................................................................................................4
D. Manfaat...........................................................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................6
A. Kehamilan.......................................................................................................6
C. Perubahan Psikologis Ibu Hamil....................................................................9
D. Ketidaknyamanan Ibu Hamil........................................................................11
E. Tanda Bahaya dalam Kehamilan..................................................................13
F. Asuhan Kehamilan (ANC)...........................................................................15
G. Kebutuhan Fisiologis Ibu Hamil...................................................................16
H. Paritas...........................................................................................................17
I. Kehamilan Usia > 35 Tahun.........................................................................18
J. Abortus.........................................................................................................21
BAB III TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN.........................................27
A. Studi Kasus...................................................................................................27
B. Pembahasan..................................................................................................36
BAB IV PENUTUP................................................................................................38
A. Simpulan.......................................................................................................38
B. Saran.............................................................................................................39
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kehamilan merupakan fertilisasi atau penyatuan spermatozoa dan
ovum yang dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Jika dihitung dari
fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung dalam
waktu 40 minggu atau 9 bulan 7 hari dihitung dari hari pertama haid terakhir
(Elisanti, 2018).
Indikator suatu Negara dikatakan sebagai Negara maju atau Negara
berkembang dilihat dari kualitas dan tinggi rendahnya kepeduliaan masyarakat
pada bidang kesehatan. Kematian Maternal merupakan suatu indikasi yang
dapat menentukan keadaan baik buruknya keadaan pelayanan kebidanan
(meternity care) dalam suatu negara. Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka
Kematian Bayi (AKB) merupakan salah satu indikator untuk mengetahui
derajat kesehatan di suatu negara seluruh dunia (Kemenkes, 2019).
Pembahasan SDGs kesehatan salah satunya yaitu pada 2030
mengurangi angka kematian ibu hingga di bawah 70 per 100.000 kelahiran
hidup (KH) dan mengakhiri kematian bayi dan balita yang dapat di cegah,
Menurut hasil analisa sensus penduduk 2015 dalam RAN-PP-AKI (rencana
aksi nasional percepatan penurunan AKI dan AKB pada tahun 2015 adalah 32
per 100.000 KH dan target RPJMN (rencana pembangunan jangka menengah
nasional) yang ingin di capai pada tahun 2024 nanti adalah 16 kematian setiap
1000 kelahiran (Kemenkes, 2020).
Fakta kematian ibu di Indonesia dilihat dari hasil Survei Demografi
dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2017 Angka Kematian Ibu (AKI) di
Indonesia yakni sebesar 305 pe 100.000 KH. Sedangkan Angka Kematian Bayi
(AKB) tahun 2017 menunjukkan sebesar 24 per 1000 KH. Angka Kematian
Ibu (AKI) saat ini masih jauh dari target Tujuan Pembangunan
Berkelanjutan/Sustainable Development Goals (SDGs) (Kemenkes, 2020).
Dinas kesehatan Kabupaten Bekasi melaporkan adanya kenaikan
jumlah kematian ibu di tahun 2021 dibanding 2020 di 44 Puskesmas yaitu pada
tahun 2017 terdapat 31 kasus kematian dibanding tahun 2018 terdapat 28 kasus
adanya kecenderungan penurunan kasus kematian dibanding tahun 2019
menjadi 22 kasus, pada tahun 2020 terjadi kenaikan kasus kembali sebesar 29
dan di tahun 2021 terjadi kenaikan kembali menjadi 33 kasus dibanding tahun
2020 adanya kenaikan kasus kematian ibu di Kabupaten Bekasi (Dinkes Kab
Bekasi, 2021). Di puskesmas pebayuran sendiri melaporkan bahwa pada tahun
2023 tidak ada kasus kematian ibu atau AKI dan terdapat 3 kasus angka
kematian bayi (AKB) (Puskesmas Pebayuran, 2023).
Kehamilan dengan risiko tinggi memiliki beberapa kategori, yang
termasuk dalam kehamilan dengan risiko tinggi yaitu : usia ibu hamil yang
terlalu muda (< 16 tahun); usia ibu hamil yang terlalu tua (> 35 tahun); jarak
kehamilan yang terlalu jauh (>10 tahun); jarak kehamilan yang terlalu dekat (<
2 tahun); terlalu banyak anak; tinggi badan yang terlalu pendek < 145cm;
pernah gagal dalam kehamilan; pernah melahirkan dengan tindakan vakum;
pernah menjalani operasi sesar; terdapat penyakit pada ibu hamil diantaranya :
Anemia, TB Paru, Malaria, Penyakit Menular Seksual, Diabetes; bengkak pada
muka dan tungkai serta hipertensi; kehamilan gameli; bayi mati dalam
kandungan; kehamilan lebih bulan; letak sungsang; letak lintang; perdarahan
dalam kehamilan; preeklamsi berat (Fauzy & Fourianalistyawati, 2018).
Penyebab tidak langsung yang bisa menyebabkan kematian ibu
misalnya tiga terlambat (3T) dan empat terlalu (4T). Tiga terlambat yaitu
terlambat membuat keputusan untuk merujuk oleh keluarga, terlambat menuju
fasilitas kesehatan, dan terlambat dalam mendapatkan pertolongan medis.
Sedangkan empat terlalu yaitu wanita terlalu muda untuk hamil (usia yang
masih kurang dari 20 tahun), wanita terlalu tua untuk hamil (usia yang lebih
dari 35 tahun), wanita terlalu banyak melahirkan anak (lebih dari 3 anak), dan
wanita yang hamil dengan jarak anak sangat dekat < 2 tahun atau sangat jauh >
5 tahun (Rifriadi, 2016).
Usia yang terlalu tua dan paritas 4 kali atau lebih dalam akses
pelayanan kebidanan termasuk dalam faktor resiko tinggi yang dapat
memberikan berbagai dampak bagi keselamatan ibu dan bayi. Adanya faktor
resiko ini juga dapat mempengaruhi nilai mortalitas (AKI dan AKB), serta
morbilitas ibu dan bayi (Aditya, 2017).
Dampak bagi ibu yang resiko tinggi yaitu keguguran, partus macet,
IUFD, preeklampsia, eklampsia, perdarahan ante partum dan post partum,
retensio plasenta, atonia uteri dan KPD. Sedangkan bagi janin yaitu bayi lahir
belum cukup bulan (premature) dan Bayi Lahir dengan BBLR
(Prawirohardjho, 2018).
Umur ibu yang terlalu tua mempengaruhi kerja rahim dimana sering
terjadi kekakuan jaringan yang berakibat miometrium tidak dapat berkontraksi
dan retraksi dengan maksimal (Rochjati, 2011). Sedangkan pada paritas tinggi,
uterus kehilangan elastisitasnya sehingga miometrium tidak dapat berkontraksi
dan retraksi secara maksimal sehingga menimbulkan terjadinya atonia uteri.
Hal ini juga dapat menyebabkan plasenta tidak bisa terlepas dari tempat
implantasinya ataukah plasenta sudah lepas tetapi belum keluar karena atonia
uteri (Sofian, 2011). Salah satu faktor terjadinya abortus adalah riwayat abortus
juga merupakan faktor risiko yang dapat meningkatkan risiko terjadinya
abortus pada ibu hamil. Menuurut penelitian Rahmani (2014) menyatakan
faktor yang menjadi penyebab abortus adalah faktor janin. Faktor janin
merupakan penyebab yang sering terjadi pada abortus spontan. Kelainan yang
menyebabkan abortus spontan tersebut yaitu kelainan telur (blighted ovum),
kerusakan embrio dengan adanya kelainan kromosom, dan abnormalitas
pembentukan plasenta (hipoplasi trofoblas) (Rahmani, 2014).
Meningkatkan pelayanan ANC (Antenatal Care) mampu mendeteksi
dan menangani kasus resiko tinggi secara memadai, pertolongan persalinan
yang bersih, steril dan aman oleh tenaga kesehatan terampil, pelayanan pasca
persalinan dan kelahiran, pelayanan emergency obstetrik dan neonatal dasar
(PONED) dan pelayanan pasca persalinan dan kelahiran, pelayanan emergency
obstetrik dan neonatal komprehensif (PONEK) yang dapat ditinjau oleh
masyarakat yang membutuhkan (Kemenkes, 2018).

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, maka rumusan masalah pada laporan ini
adalah untuk mengetahui bagaimana Asuhan Kebidanan Pada NY. L G5P3A1
USIA 39 Tahun Hamil 26 Minggu dengan Resiko Tinggi (Usia Ibu, Paritas dan
Riwayat Abortus) Di Puskesmas Pebayuran Kabupaten Bekasi 2024.

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Berdasarkan rumusan masalah yang telah disampaikan, maka tujuan
umum pada laporan ini yaitu Mampu menerapkan asuhan kebidanan yang
tepat untuk menangani masalah pada ibu hamil dengan Resiko Tinggi (Usia
Ibu, Paritas dan Riwayat Abortus) Di Puskesmas Pebayuran Kabupaten
Bekasi 2024.
2. Tujuan Khusus
Berdasarkan rumusan masalah yang telah disampaikan, maka tujuan
khusus pada penelitian ini yaitu:
a) Mengetahui data subjektif ibu dengan Resiko Tinggi (Usia Ibu, Paritas
dan Riwayat Abortus) Di Puskesmas Pebayuran Kabupaten Bekasi.
b) Mengetahui data objektif ibu dengan Resiko Tinggi (Usia Ibu, Paritas
dan Riwayat Abortus) Di Puskesmas Pebayuran Kabupaten Bekasi.
c) Menegakkan analisa ibu dengan Resiko Tinggi (Usia Ibu, Paritas dan
Riwayat Abortus) Di Puskesmas Pebayuran Kabupaten Bekasi.
d) Melakukan penatalaksanaan ibu dengan Resiko Tinggi (Usia Ibu,
Paritas dan Riwayat Abortus) Di Puskesmas Pebayuran Kabupaten
Bekasi.
D. Manfaat
1. Bagi Lahan Prakktik
Manfaat bagi lahan praktik yang diharapkan adalah bahwa hasil penelitian
dapat dijadikan rujukan bagi upaya pengembangan penelitian terhadap ibu
hamil dengan Resiko Tinggi (Usia Ibu, Paritas dan Riwayat Abortus) Di
Puskesmas Pebayuran Kabupaten Bekasi.
2. Bagi Profesi
Menambah pengetahuan dan pengalaman dalam mengaplikasikan tindakan
yang dilakukan pada asuhan kebidanan yang sesuai kewenangan pada klien
Resiko Tinggi (Usia Ibu, Paritas dan Riwayat Abortus) Di Puskesmas
Pebayuran Kabupaten Bekasi.
3. Bagi Klien dan Keluarga
Mendapat asuhan kebidanan yang baik dan memberi rasa nyaman terhadap
klien dan keluarga serta mendapatkan informasi tentang bahaya komplikasi
dari Resiko Tinggi (Usia Ibu, Paritas dan Riwayat Abortus) Di Puskesmas
Pebayuran Kabupaten Bekasi.
.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Kehamilan

1) Pengertian Kehamilan
Kehamilan merupakan fertilisasi atau penyatuan spermatozoa dan
ovum yang dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Jika dihitung dari
fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung dalam
waktu 40 minggu atau 9 bulan 7 hari dihitung dari hari pertama terakhir
(Elisanti, 2018).
Kehamilan adalah proses mata rantai yang berkesinambungan dan
terdiri dari ovulasi, migrasi, spermatozoa dan ovum, konsepsi dan
pertumbuhan zigot, nidasi (implantasi) pada uterus, pembentukan placenta
dan tumbuh kembang hasil konsepsi sampai aterm (Manuaba, 2018).
Kehamilan merupakan masa yang diawali dengan proses konsepsi
yaitu pembuahan atau fertilisasi, pembelahan sel (zigot), nidasi atau
implantasi zigot, pertumbuhan dan perkembangan zigot- embrio-
perkembangan janin hingga saat kelahiran. Untuk terjadinya kehamilan
harus adanya sperma dan sel telur yang nantinya akan mengalami
pembuahan (konsepsi) serta nidasi (implantasi hasil konsepsi). Masa
kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya
kehamilan berlangsung secara normal adalah 280 hari atau 40 minggu (9
bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama haid yang terakhir (Manuaba,
2018).
2) Pengertian Kehamilan Trimester I
Kehamilan trimester pertama adalah keadaan mengandung embrio atau
fetus didalam tubuh 0 – 14 minggu. Mual dan muntah adalah gejala yang
wajar dan sering terjadi pada kehamilan trimester pertama. Mual biasanya
timbul pada pagi hari tetapi dapat pula timbul setiap saat dan pada malam
hari. Gejala ini biasanya terjadi pada usia kehamilan 6 mingu hinngga 10
mingggu (Wardani, 2012).
Keadaan mual dan muntah ini menyebabkan terjadinya peningkatan suasana
asam dalam mulut. Adanya peningkatan plak karena malas memelihara
kebersihan, hal ini mempercepat kerusakan gigi (Kemenkes RI,2012).
3) Pengertian Kehamilan Trimester II
Kehamilan trimester kedua adalah mengandung embrio atau fetus dalam
tubuh 14- 28 minggu. Pada masa ini ibu hamil akan merasa lebih tenang,
tentram tanpa gangguan berarti. Pada trimester kedua janin berkembang
menuju maturasi, maka pemberian obat- obatan harus dijaga agar jangan
menganggu pembentukan gigi geligi janin seperti antibiotika, tetrasiklin,
klindamisin (Wardani, 2012)
4) Pengertian Kehamilan Trimester III
Trimester ketiga adalah keadaan mengandung embrio atau fetus didalam
tubuh pada 28 – 40 minggu. Pada trimester ketiga rasa
lelah,ketidaknyamanan, dan depresi ringan akan meningkat. Tekanan
darah ibu hamilbiasanya meninggi, dan kembali normal setelah melahirkan
(Wardani,2012).Peningkatan hormon estrogen dan progesteron memuncak
pada trimester ini.

B. Perubahan Fisiologis Ibu Hamil

1) Sistem Reproduksi
Sistem Reproduksi terdiri dari uterus. Uterus selama kehamilan
akan beradaptasi untuk menerima dan melindungi hasil konsepsi (janin,
plasenta, amnion) sampai persalinan. Uterus mempunyai kemampuan yang
luar biasa untuk bertambah besar dengan cepat selama kehamilan dan
pulih kembali seperti keadaan semula dalam beberapa minggu setelah
persalinan. Pada perempuan tidak hamil uterus mempunyai berat 70 g dan
kapasitas 10 ml atau kurang. Selama kehamilan, uterus akan berubah
menjadi suatu organ yang mampu menampung janin, plasenta, dan cairan
amnion rata-rata pada akhir kehamilan volume totalnya mencapai 5000 ml
bahkan dapat mencapai 20.000 ml atau lebih dengan rata-rata 1100 g
(Prawirohardjo, 2014).

2) Sistem Perkemihan
Perkemihan Perubahan struktur ginjal selama kehamilan
merupakan akibat aktivitas hormonal (estrogen dan progesteron), tekanan
yang timbul akibat pembesaran uterus dan peningkatan volume darah.
Perubahan ini membuat pelvis dan ureter mampu menampung urine dalam
volume yang lebih besar dan juga memperlambat laju aliran urine sehingga
menyebabkan sering berkemih (Hutahaean, 2013).
3) Sistem Resfirasi
Kebutuhan oksigen selama kehamilan meningkat 15-20%,
sistemrespirasi selama kehamilan dapat mengakibatkan peningkatan
inspirasi dan ekspirasi dalam pernafasan, yang secara langsung juga
mempengaruhi suplai oksigen (0 2) dan karbondioksida (CO 2 ) pada janin
(Hutahaean, 2013).
4) Sirkulasi Udara
Volume darah total dan volume darah plasma darah naik pesat
sejak akhirtrimester pertama. Volume darah akan bertambah banyak kira-
kira 25% dengan puncaknya pada kehamilan 32 minggu diikuti
pertambahan curah jantung yang meningkat sebanyak ±30% (Hutahaean,
2013).
5) Payudara (Mamae)
Pada ibu hamil trimester tiga, terkadang keluar rembesan cairan
berwarna kekuningan (kolostrum). Hal ini tidak berbahaya dan merupakan
pertanda bahwa payudara sedang menyiapkan ASI untuk menyusui bayi
nantinya. Progesteron menyebabkan puting menjadi lebih menonjol dan
dapat digerakkan (Hutahaean, 2013).
6) Kenaikan Berat Badan
Penambahan BB dari mulai awal kehamilan sampai akhir
kehamilan adalah 11-12 kg (Kusmiyati, 2013).
7) Sistem Muskuloskeletal
Terjadi perubahan tubuh secara bertahap dan peningkatan berat
wanita hamil menyebabkan postur dan cara berjalan berubah secara
mencolok. Kurva lumbosakrum normal harus semakin melengkung dan di
daerah servikodorsal harus berbentuk kurvatura (fleksi anterior kepala
berlebihan/seperti menunduk) untuk mempertahankan keseimbangan,
karena pada wanita hamil pusat gravitasi bergeser ke depan. Sehingga
struktur ligamentum dan otot tulang belakang bagian tengah dan bawah
mendapat tekanan berat (Fauziah, 2012).

C. Perubahan Psikologis Ibu Hamil

1) Perubahan Psikologis Ibu Hamil Trimester I


Menurut (Pieter & Namora, 2010) mengungkapkan bahwa terdapat
beberapa macam perubahan psikologi ibu pada masa kehamilan antara lain
:
1. Perubahan Psikologis Pada Trimester Pertama
a. Rasa cemas bercampur bahagia
b. perubahan emosional
c. sika ambivalen
d.ketidakyakinan dan ketidakpastian
e.perubahan seksual
f.fokus pada diri sendiri
g. stress
h.guncangan psikologis
2) Perubahan Psikologis Ibu Hamil Trimester II
Klasifikasi periode trimester kedua dikelompokkan menjadi dua fase, yaitu
pre-quickening (sebelum ada Gerakan janin yang dirasakan ibu) dan
postquickening (setelah ada pergerakan janin yang dirasakan ibu).
a. Fase Pre-Quickening
Selama aktif trimester pertama dan masa prequickening pada trimester
kedua ibu hamil mengevaluasi aspek-aspek yang terjadi selama hamil.
Disini ibu akan mengetahui sejauh mana hubungan interpersonalnya dan
sebagai dasar-dasar pengembangan interaksi sosialnya dengan bayi yang
akan dilahirkannya.
b. Fase Post-Quickening
Setelah ibu hamil merasakan quickening, maka identitas keibuan semakin
jelas. Ibu akan fokus pada kehamilannya dan mempersiapkan diri untuk
menghadapi peran baru sebagai seorang ibu. Terkadang perubahan ini
menyebabkan kesedihan karena dia harus meninggalkan peran lamanya
sebelum hamil, terutama ibu yang pertama kali hamil dan pada wanita
karir.
Beberapa bentuk perubahan psikologis pada trimester
kedua, diantaranya yaitu :
a) Rasa khawatir
Kekhawatiran yang mendasar pada ibu ialah jika bayinya lahir sewaktu-
waktu. Keadaan ini menyebabkan peningkatan kewaspadaan terhadap
datangnya tanda-tanda persalinan.
b) Perubahan emosional
Perubahan emosional trimester II yang paling menonjol yaitu periode
bulan kelima kehamilan, karena bayi mulai banyak bergerak sehingga dia
mulai memerhatikan bayi dan memikirkan apakah bayinya akan dilahirkan
sehat atau cacat. Rasa kecemasan seperti ini terus meningkat seiring
bertambah usia kehamilannya.
c) Keinginan untuk berhubungan seksual
Pada trimester kedua terjadi peningkatan energi libido sehingga pada
kebanyakan ibu menjadi khawatir jika dia berhubungan seksual apakah ini
dapat memengaruhi kehamilan dan perkembangan janinnya.
3) Perubahan Psikologis Ibu Hamil Trimester III
Trimester ketiga biasanya disebut periode menunggu dan waspada
karena pada saat itu ibu tidak sabar menunggu kehadiran bayinya ke dunia.
Gerakan bayi dan semakin membesarnya perut merupakan dua hal yang
mengingatkan akan bayinya. Kadang-kadang ibu juga merasakan khawatir
bahwa bayinya lahir sewaktu-waktu. Hal ini menyebabkan ibu
meningkatkan kewaspadaannya akan timbulnya tanda dan gejala
terjadinya persalinan pada ibu (Elisabeth, 2015).
Sering kali ibu juga merasa khawatir atau takut kalau bayi yang
akan dilahirkannya nanti tidak normal. Kebanyakan ibu juga akan bersikap
melindungi bayinya dan akan menghindari orang atau benda apa saja yang
dianggap membahayakan bayinya. Seorang ibu mungkin mulai merasa
takut akan rasa sakit dan bahaya fisik yang akan timbul pada waktu
melahirkan. Rasa yang tidak nyaman akibat kehamilan timbul kembali dan
banyak ibu yang merasa dirinya aneh dan jelek (Rismalinda, 2015).
Selain hal tersebut, ibu merasa sedih karena akan berpisah dengan
bayinya dan kehilangan perhatian khusus yang diterima selama kehamilan.
Pada trimester ini, ibu memerlukan ketenangan dan dukungan baik dari
suami, keluarga, dan bidan. Trimester ini juga merupakan periode
persiapan aktif untuk kelahiran bayi dan menjadi orang tua (Kusmiyati,
2017).

D. Ketidaknyamanan Ibu Hamil

1) Ketidaknyamanan Ibu Hamil Trimester I


Rasa tidak nyaman pada ibu hamil yang disebabkan oleh perubahan
hormonal yang meliputi ketidaknyamanan pada trimester 1 berupa nyeri
payudara, sering kencing, gusi berdarah, mengidam makanan, kelelahan,
keputihan, ptyalism, pusing, mual dan muntah.
2) Ketidaknyamanan Ibu Hamil Trimester II
pada trimester 2 berupa sulit BAB, wasir, perut kembung, heartburn, serta
ketidaknyamanan pada trimester 3 berupa sulit tidur, nyeri punggung.
3) Ketidaknyamanan Ibu Hamil Trimester III
Tidak semua wanita hamil mengalami semua ketidaknyamanan
yang umum muncul selama kehamilan, tetapi banyak wanita hamil
mengalaminya dalam tingkat ringan maupun berat.
Menurut Hutahaean (2013) ketidaknyamanan yang sering terjadi
pada kehamilan trimester III, yaitu:
a. Haemoroid
Haemoroid merupakan pelebaran vena dari anus. Haemoroid
dapat bertambah besar ketika kehamilan karena adanya kongesti darah
dalam rongga panggul. Penanganan yang dapat dilakukan yaitu
dengan cara menghindari konstipasi dan kompres air hangat pada
anus.
b. Sering Buang Air Kecil (BAK)
Menurut Hutahaean (2013) hal ini diakibatkan tekanan pada
kandung kemih karena janin yang semakin membesar. Teori lain yaitu
menurut Icesmi (2013) yaitu uretra membesar akibat pengaruh
hormone estrogen dan progesterone sehingga menyebabkan
penyaringan darah di ginjal meningkat (60-150%) yang menyebabkan
ibu hamil lebih sering buang air kecil. Untuk mengatasi
ketidaknyamanan tersebut dapat dilakukan dengan memberikan
penjelasan tentang penyebab ibu sering BAK adalah perubahan
fisiologis yang normal dialami pada kehamilan trimester III,
menganjurkan ibu untuk mengosongkan kandung kemih saat ada
dorongan untuk kencing, memperbanyak konsumsi air pada siang hari
untuk mencegah nokturia.
c. Pegal-pegal
Biasanya penyebabnya karena ibu hamil kekurangan kalsium atau
karena ketegangan otot. Pada kehamilan TM III ini dapat dikatakan
ibu membawa beban yang berlebih seiring dengan peningkatan berat
badan janin dalam rahim. Otot-otot tubuh juga mengalami
pengenduran sehingga ibu mudah merasa lelah. Hal ini yang membuat
posisi ibu hamil dalam beraktifitas apa pun menjadi terasa serba salah.
Penanganan yang dapat diberikan untuk mengurangi keluhan tersebut
adalah dengan mengonsumsi susu dan makanan yang kaya kalsium
dan menyempatkan ibu untuk melakukan peregangan pada tubuh
seperti senam hamil.
d. Perubahan Libido
Perubahan Libido pada ibu hamil dapat terjadi karena beberapa
penyebab seperti kelelahan dan perubahan yang berhubungan dengan
semakin tuanya usia kehamilan yang terjadi pada trimester ketiga,
seperti kurang tidur dan ketegangan. Penanganan yang dapat diberikan
yaitu dengan memberikan informasi tentang perubahan atau masalah
seksual yang dialami ibu selama kehamilan adalah normal dan dapat
disebabkan oleh pengaruh hormon estrogen atau kondisi psikologis
yang dialami ibu.
e. Sesak Nafas
Menurut Hutahaean (2013), perubahan hormonal pada trimester
tiga yang mempengaruhi aliran darah ke paru-paru sehingga
terhambatnya darah yang membawa oksigen ke otak dan janin
menurun mengakibatkan banyak ibu hamil mengalami sesak pada saat
ibu hamil tersebut tidur telentang. Ini juga didukung oleh adanya
tekanan rahim yang semakin membesar yang dapat menekan
diafragma. Untuk mengatasi ketidaknyamanan tersebut dapat
dilakukan dengan memberikan konseling yaitu memberitahukan
kepada ibu untuk tidur dengan posisi miring dan menggunakan bantal
yang sedikit tinggi sewaktu ibu tidur.

E. Tanda Bahaya dalam Kehamilan

Tanda bahaya kehamilan menurut Kusmiyati (2018) yaitu :


1) Perdarahan pervaginam
Perdarahan pervaginam adalah perdarahan yang terjadi dalam
kehamilan sampai bayi dilahirkan. Pada kehamilan, perdarahan yang
tidak normal adalah merah, banyak dan kadang-kadang tapi tidak selalu,
disertai dengan rasa nyeri.
2) Plasenta Previa
Plasenta yang berimplantasi rendah sehingga menutupi sebagian
atau seluruh ostium uteri internum. Implantasi plasenta yang normal
adalah pada dinding depan, dinding belakang rahim atau pada daerah
fundus uteri. Gejala-gejala yang sering ditunjukkan seperti: perdarahan
tanpa nyeri, bagian terendah janin sangat tinggi karena plasenta terletak
pada bagian bawah rahim sehingga bagian terendah tidak dapat
mendekati pintu atas panggul, ukuran panjang rahim berkurang maka
pada plasenta previa lebih sering disertai kelainan letak pada janin.
3) Solusio Plasenta
Lepasnya plasenta sebelum waktunya. Secara normal, plasenta
terlepas setelah bayi lahir. Tanda dan gejalanya adalah: perdarahan
disertai rasa nyeri, nyeri abdomen pada saat dipegang, palpasi sulit
dilakukan, Fundus uteri semakin lama semakin naik, bunyi jantung
biasanya susah ditemukan bahkan tidak ada.
4) Sakit Kepala Yang Berat
Sakit kepala merupakan salah satu ketidaknyamanan yang normal
dalam kehamilan. Namun sakit kepala yang menunjukkan suatu masalah
serius adalah sakit kepala yang menetap dan tidak hilang dengan
beristirahat. Kadang-kadang dengan sakit kepala yang hebat ibu mungkin
menemukan bahwa penglihatannya menjadi kabur atau berkunang-
kunang. Sakit kepala yang hebat dalam kehamilan adalah salah satu
gejala dari preeklamsia.
5) Penglihatan Kabur
Karena pengaruh hormonal, ketajaman penglihatan seorang ibu
hamil dapat berubah dalam kehamilan. Tanda dan gejalanya adalah:
a. Masalah visual yang mengindikasikan keadaan yang mengancam
adalah perubahan visual yang mendadak, misalnya penglihatan kabur
dan bekunang-kunang.
b. Perubahan penglihatan ini mungkin disertai sakit kepala yang hebat
dan mungkin dapat menandakan preeklamsia.
6) Bengkak Diwajah dan Di Jari-jari Tangan
Bengkak bisa menunjukkan adanya masalah serius jika muncul
pada muka dan tangan, tidak hilang setelah beristirahat dan disertai
dengan keluhan fisik yang lain seperti pusing dan mata juga kabur. Hal
ini merupakan pertanda anemia, gagal jantung atau preeklamsia.
7) Keluar Cairan Pervaginam
Keluarnya cairan berupa air dari vagina, ketuban dinyatakan pecah
dini jika terjadi sebelum proses persalinan berlangsung, pecahnya selaput
ketuban dapat terjadi pada kehamilan preterm (sebelum kehamilan 37
minggu) maupun pada kehamilan aterm, Normalnya selaput ketuban
pecah pada akhir kala I atau awal kala.
8) Gerakan Janin Tak Terasa
Ibu tidak merasakan gerakan janin. Normalnya ibu mulai merasakan
gerakan janinnya selama bulan ke-5 atau ke-6, beberapa ibu dapat
meraskan gerakan bayinya lebih awal, jika bayi tidur, gerakannya akan
melemah, gerakan bayi akan lebih mudah terasa jika ibu berbaring atau
beristirahat dan saat ibu makan dan minum dengan baik.
9) Nyeri Abdomen Yang Hebat
Nyeri abdomen yang mungkin menunjukkan masalah yang
mengancam keselamatan jiwa adalah nyeri yang hebat, menetap dan
tidak hilang setelah ibu beristirahat.

F. Asuhan Kehamilan (ANC)

Sebagai seorang bidan dalam memberikan pelayanan kebidanan


yang selalu berinteraksi dengan ibu hamil. Untuk menjamin asuhan
kehamilan berlangsung dengan efektif, maka harus memahami dan
menginternalisasi filosofi, lingkup serta prinsip pokok asuhan kehamilan.
Filosofi asuhan menjadi konsep dasar asuhan yang melekat pada diri bidan
dalam memberikan suatu arah asuhan kehamilan yang diberikan. Lingkup dan
prinsip pokok asuhan merupakan rambu rambu yang menjadi area
kewenangan bidan dalam memberikan asuhan kehamilan yang sesuai standar
asuhan kebidanan dan standar pelayanan kebidanan.
Menurut Kusmiyati (2018) tujuan asuhan kehamilan adalah:
1) Mempromosikan dan menjaga kesehatan fisik dan mental ibu dan bayi
dengan pendidikan, nutrisi, kebersihan diri dan proses kelahiran bayi.
2) Mendeteksi dan menatalaksanakan komplikasi medis, bedah atau obstetri
selama kehamilan
3) Mengembangkan persiapan persalinan serta kesiapan menghadapi
Komplikasi
4) Membantu menyiapkan ibu untuk menyusui dengan sukses, menjalankan
nifas normal dan merawat anak secara fisik, psikologis dan sosial.

Asuhan Kehamilan Dalam penerapan praktis pelayanan ANC, menurut


Kemenkes RI (2020), standar minimal pelayanan ANC adalah “10 T” yaitu:
1) Timbang Berat Badan
2) Tekanan darah diperiksa
3) Tinggi Puncak Rahim diperiksa
4) Vaksinasi Tetanus
5) Tablet Fe
6) Tetapkan Status Gizi
7) Tes Laboratorium
8) Tentukan Detak Jantung Janin (DJJ)
9) Tatalaksana Kasus
10) TemuWicara

G. Kebutuhan Fisiologis Ibu Hamil

Menurut (Megasari, 2015) Kebutahan Fsikologis ibu hamil antara lain:


a. Suport keluarga
Memberikan dukungan berbentuk perhatian, pengertian, kasih
sayang pada wanita dari ibu, terutama dari suami, anak jika sudah
mempunyai anak dan keluarga-keluarga dan kerabat.hal ini membantu
untuk ketenangan jiwa.
b. Suport tenaga kesehatan
Memberikan pendidikan, pengetahuan dari awal kehamilan sampai
akhir kehamilan yang berbentuk konseling, penyuluhan,dan pelayanan-
pelayanan kesehatan lainnya.
c. Rasa aman dan nyaman selama kehamilan
Menurut (Romauli, 2016) mengungkapkan bahwa orang yang
paling penting bagi seorang wanita hamil biasanya ialah suami.wanita
hamil yang diberi perhatian dan kasih sayang oleh suami menunjukan
lebih sedikait gejala emosi dan fisik, lebih sedikit komlplikasi persalinan
dan lebih mudah melakukan penyesuain selama masa nifas.
d. Persiapan menjadi orang tua
Menurut (Romauli, 2011) mengungkapkan bahwa persiapan orang
tua harus di persiapkan karena setelah bayi lahir banyak perubahan peran
yang terjadi, mulai dari ibu,ayah dan keluarga. Pendidikan orang tua
adalah sebagai proses pola untuk membantu orang tua dalam perubahan
dan peran ibu hamil.

H. Paritas
Paritas adalah jumlah atau banyaknya persalinan yang pernah dialami
ibu baik lahir hidup maupun mati. Paritas 2 sampai 3 merupakan paritas
paling aman ditinjau dari sudut kematian maternal. Ibu dengan paritas tinggi
lebih dari 3 memiliki angka maternal yang tinggi karena dapat terjadi
gangguan endometrium.
Penyebab gangguan endometrium tersebut dikarenakan kehamilan
berulang. Sedangkan pada paritas pertama berisiko karena rahim baru
pertama kali menerima hasil konsepsi dan keluwesan otot rahim masih
terbatas untuk pertumbuhan janin (Winkjosastro, 2018).
Tingkat paritas telah menarik perhatian peneliti dalam kesehatan ibu
dan anak. Dikatakannya bahwa terdapat kecenderungan kesehatan ibu yang
berparitas rendah lebih baik daripada yang berparitas tinggi, terdapat asosiasi
antara tingkat paritas dan penyakitpenyakit tertentu yang berkaitan dengan
kehamilan (Notoatmodjo, 2018).
Paritas dapat dibedakan menjadi nulipara yaitu paritas 0, primipara
yaitu paritas 1, multipara yaitu paritas 2-4, dan grandemultipara yaitu paritas
lebih dari 4 (Prawirohardjo, 2018).
Kehamilan grande multipara termasuk dalam kehamilan berisiko
tinggi, karena komplikasi bisa terjadi baik saat hamil atau melahirkan.
Beberapa risiko komplikasi yang mungkin terjadi antara lain perdarahan ante
partum, (pendarahan yang terjadi setelah usia kandungan 28 minggu), solustio
plasentae (lepasnya sebagian atau semua plasenta dari rahim), plasenta previa
(jalan lahir tertutup plasenta), spontaneus abortion (keguguran), dan
intrauterine growth retadation (IUGR), atau pertumbuhan bayi yang buruk
dalam Rahim (Prawirohardjo, 2018).
Grande multipara berakibat komplikasi pada persalinan, antara lain
dengan meningkatkan risiko terjadinya uterine atony (perdarahan pasca
melahirkan), ruptur uteri (robeknya dinding rahim), serta malpresentation
(bayi salah posisi lahir). Perdarahan merupakan salah satu risiko besar yang
harus dialami oleh ibu yang jumlah kehamilannya empat kali atau lebih,
dibandingkan ibu yang hamil kurang dari empat kali (Prawirohardjo, 2018).

I. Kehamilan Usia > 35 Tahun

Kehamilan di usia tua ialah kehamilan yang terjadi pada wanita


berusia lebih dari atau sama dengan 35 tahun, baik primi maupun
multigravida (Tukiran, 2014). Penyebab kematian ibu secara tidak langsung
dikarenakan keterlambatan maupun kesalahan sewaktu pertolongan
persalinan. Belum memadainya pengawasan antenatal juga menyebabkan
terjadinya penyulit dan kehamilan resiko tinggi ataupun komplikasi
kehamilan. Masih banyaknya ibu dengan 4 T (terlalu tua, terlalu muda, terlalu
dekat dan terlalu banyak) (Manuaba, 2017).
Umur optimal bagi seorang ibu untuk hamil adalah 20-35 tahun,
dibawah dan diatas umur tersebut akan meningkatkan risiko kehamilan
maupun persalinan. Pertambahan umur diikuti oleh perubahan perkembangan
organ- organ dalam rongga pelvis. Pada wanita usia muda dimana organ-
organ reproduksi belum sempurna secara keseluruhan dan kejiwaan belum
siap menjadi seorang ibu maka kehamilan dapat berakhir dengan suatu
keguguran, bayi berat lahir rendah (BBLR), dan dapat disertai dengan
persalinan macet. Umur hamil pertama yang ideal bagi seorang wanita adalah
20 tahun, sebab pada usia tersebut rahim wanita sudah siap menerima
kehamilan (Manuaba, 2017)
Hamil di usia ≥35 tahun memiliki resiko kehamilan dan persalinan
sangat tinggi yang dapat merugikan kesehatan ibu dan bayi. Kematian
maternal pada usia lebih tinggi daripada kematian maternal pada usia 20-34
tahun. Pada usia ≥35 terjadi penurunan fungsi pada jaringan alat-alat
kandungan dan jalan lahir tidak lentur lagi (Prawirohardjo, 2018).

Resiko yang Dapat Terjadi pada Ibu Hamil dengan Usia ≥35 Tahun,
yaitu:
1) Preeklamsi dan Eklamsia
Sehubungan dengan makin tingginya usia ibu, uterine semakin
mengalami degenerasi. Patofisiologi terjadinya preeklampsia sampai saat
ini pun belum diketahui dengan jelas. Banyak teori yang telah
dikemukakan mengenai terjadinya hipertensi dalam kehamilan. Harrison
(2017) menyebutkan bahwa preeklampsia dapat terjadi akibat kelainan
implantasi plasenta, serta akibat perubahan pada ginjal dan sistem vaskuler
secara keseluruhan, dimana, akibat adanya disfungsi endotel, faktor-faktor
yang memungkinkan perkembangan pembuluh darah menjadi berubah,
menyebabkan menyebabkan timbulnya lesi yang khas pada sel endotel
glomerulus, yang ditandai dengan adanya mikroskopis thrombus, sehingga
mengakibatkan menurunnya fungsi ginjal (Rochdjati, 2018)
2) Diabetes Gestasional
Resiko lainnya dari kehamilan di atas usia 35 tahun adalah ibu
dapat mengalami kemungkinan munculnya gejala diabetes gestasional.
Kondisi kehamilan ini dapat menyebabkan kurang terkontrolnya produksi
insulin di dalam tubuh. Apabila di kombinasi dengan asupan gizi yang
tidak teratur, akan menyebabkan gula darah sang ibu dapat mengalami
kenaikan (Rochdjati, 2018).
3) Plasenta Previa
Plasenta previa digunakan untuk menggambarkan plasenta yang
berimplantasi di atas atau sangat berdekatan dengan ostium uteri internum.
Usia ibu yang semakin lanjut meningkatkan risiko plasenta previa.
Terdapat 1 insiden dalam 1500 kehamilan pada perempuan kelompok usia
≤19 tahun dan sebesar 1 insiden dalam 100 kehamilan pada perempuan
kelompok usia >35 tahun. Penelitian FASTER juga menyebutkan, mereka
yang berusia >35 tahun memiliki risiko 1,1% untuk mengalami plasenta
previa dibandingkan dengan wanita yang berusia <35 tahun yang hanya
beresiko 0,5% (Rochdjati, 2018).
4) Ketuban Pecah Dini
Ketuban Pecah Dini (KPD) adalah keadaan pecahnya selaput
ketuban sebelum persalinan. Pecahnya ketuban pada kehamilan prematur
pada banyak kasus tidak diketahui sebabnya, namun infeksi intrauterin
asimptomatik merupakan penyebab tersering terjadinya KPD. Usia tua
merupakan faktor risiko terjadinya bakteriuria asimptomatik pada
kehamilan, hal ini didasarkan bahwa pada ibu usia tua umumnya telah
terjadi beberapa kehamilan sebelumnya (multiparitas), dan multiparitas
adalah salah satu faktor risiko dari bekteriuria asimptomatik (Rochdjati,
2018).
5) Serotinus
Serotinus atau kehamilan lewat bulan adalah suatu kondisi
kehamilan dimana persalinan terjadi pada minggu ke 42 atau lebih. Pada
studi yang dilakukan Roos didapatkan 8,94% kehamilan lewat bulan,
dimana didapatkan peningkatan lebih dari 50% kehamilan lewat bulan
pada ibu usia ≥35 tahun dan primipara (Besari, 2017).
6) Anemia
Anemia pada kehamilan adalah karena kekurangan zat besi. Jika
persediaan zat besi minimal, maka setiap kehamilan akan mengurangi
persediaan zat besi tubuh dan akhirnya menimbulkan anemia. Pada
kehamilan relativ terjadi anemia karena darah ibu hamil mengalami
hemodilusi atau pengenceran dengan peningkatan volume 30% sampai
40% yang puncaknya pada kehamilan 32 sampai 34 minggu. Pada ibu
hamil yang mengalami anemia biasanya ditemukan ciri-ciri lemas, pucat,
cepat lelah, mata berkung-kunang. Pemeriksaan darah dilakukan minimal
dua kali selama kehamilan yaitu pada trimester pertama dan trimester
ketiga (Sulistyawati, 2017).

Asuhan Kebidanan Kehamilan dengan Usia ≥ 35 Tahun, yaitu:


1. Berikan KIE tentang pemeriksaan kehamilan di fasilitas kesehatan pada
trimester III minimal 2x kunjungan.
2. Berikan KIE tentang ANC terpadu yang meliputi pemeriksaan
labolatorium urin dan darah, pemeriksaan gizi, gigi dan pemeriksaan
penunjang lainnya.
3. Melakukan deteksi dini dengan menggunakan kartu skor untuk digunakan
sebagai alat screening atau deteksi dini faktor resiko ibu hamil.
4. Berikan KIE senam hamil secara rutin untuk mengurangi dan mencegah
timbulnya gejala-gejala yang menggangu selama kehamilan dan
mengurangi ketegangan otot-otot sendi sehingga mempermudah proses
kelahiran.
5. KIE mengenai resiko jika terjadi kehamilan selanjutnya di usia 40 tahun.
6. KIE tentang persiapan persalinan sesuai faktor resiko ibu hamil untuk
bersalin di fasilitas kesehatan atau rumah sakit dan di tolong oleh tenaga
kesehatan.
7. Libatkan keluarga untuk memberikan dukungan pada ibu. Jelaskan tanda-
tanda persalinan.
8. Anjurkan ibu untuk melakukan pemeriksaan kehamilan setiap 1 minggu
atau apabila ada keluhan (Kemenkes RI, 2018).

J. Abortus

1) Definisi Abortus
Abortus merupakan masalah kesehatan masyarakat karena
memberikan dampak pada kesakitan dan kematian ibu. Salah satu
penyebab utama kematian ibu adalah perdarahan berupa komplikasi yang
disebabkan oleh abortus. Abortus inkomplit merupakan salah satu
penyebab kematian Neonatal dan Maternal di Indonesia. Risiko terjadinya
abortus inkomplit meningkat bersamaan dengan peningkatan jumlah
paritas dan usia ibu. Abortus meningkat 10% pada wanita dengan paritas
primipara dan grandemultipara, sedangkan pada usia abortus meningkat
sebesar 12% pada wanita usia kurang dari 20 tahun dan meningkat sebesar
26% pada usia lebih dari 40 tahun (Cunningham et al., 2012).

2) Faktor-faktor penyebab terjadinya abortus


Faktor penyebab terjadinya abortus dibagi menjadi beberapa faktor yaitu:
1. Faktor janin
Faktor janin merupakan penyebab yang sering terjadi pada
abortus spontan. Kelainan yang menyebabkan abortus spontan tersebut
yaitu kelainan telur (blighted ovum), kerusakan embrio dengan adanya
kelainan kromosom, dan abnormalitas pembentukan plasenta (hipoplasi
trofoblas).
2. Faktor maternal
Faktor yang menyebabkan abortus terbagi menjadi faktor internal
dan faktor eksternal, yaitu:
a. Faktor Internal
1) Usia
Pada kehamilan usia muda keadaan ibu masih labil dan belum
siap mental untuk menerima kehamilannya. Akibatnya, selain
tidak ada persiapan, kehamilannya tidak dipelihara dengan baik.
Kondisi ini menyebabkan ibu menjadi stress. Akan meningkatkan
resiko terjadinya abortus. Kemudian diikuti usia diatas 35 tahun,
Hal ini disebabkan usia diatas 35 tahun secara medik merupakan
usia yang rawan untuk kehamilan. selain itu, ibu cenderung
memberi perhatian yang kurang terhadap kehamilannya
dikarenakan sudah mengalami kehamilan lebih dari sekali dan
tidak bermasalah pada kehamilan. sebelumnya.
2) Paritas
Pada kehamilan, rahim ibu teregang oleh adanya janin. Bila
terlalu sering melahirkan, rahim akan semakin lemah. Bila ibu
telah melahirkan 4 anak atau lebih, maka perlu diwaspadai adanya
gangguan pada waktu kehamilan, persalinan dan nifas. Risiko
abortus spontan meningkat seiring dengan paritas ibu.
3) Jarak Kehamilan
Bila jarak kelahiran dengan anak sebelumnya kurang dari 2 tahun,
rahim dan kesehatan ibu belum pulih 15 dengan baik. Kehamilan
dalam keadaan ini perlu diwaspadai karena ada kemungkinan.
pertumbuhan janin kurang baik, mengalami persalinan yang lama,
atau perdarahan (abortus). Insidensi abortus pada wanita yang
hamil dalam 3 bulan setelah melahirkan aterm.
4) Riwayat Abortus Sebelumnya
Riwayat abortus pada penderita abortus merupakan predisposisi
terjadinya abortus berulang. Kejadiannya sekitar 3-5%. Data dari
beberapa studi menunjukkan bahwa setelah 1 kali abortus
pasangan punya risiko 15% untuk mengalami keguguran lagi,
sedangkan bila pernah 2 kali maka risikonya akan meningkat
25%. Beberapa studi menyatakan risiko abortus setelah 3 kali
abortus berurutan adalah 30- 45%.
5) Faktor Genetik
Sebagian besar abortus spontan disebabkan oleh kelainan kariotip
embrio yang merupakan kelainan sitogenik berupa aneuploidi
yang disebabkan oleh kejadian sporadis dari fertilitas abnormal.
Sebagian dari kejadian abortus pada trimester pertama berupa
trisomi autosom yang timbul selama gametogenesis pada pasien
dengan kariotip.
6) Faktor Anatomik
Defek anatomik uterus diketahui sebagai penyebab komplikasi
obstetrik, seperti abortus berulang, prematuritas, dan
malpresentasi janin. Kelainan anatomik uterus lainnya seperti
septum uterus dan uterus bikornis. Mioma uteri dapat
menyebabkan infertilitas maupun abortus berulang dan Sindroma
Asherman juga dapat menyebabkan gangguan tempat implantasi
serta pasokan darah pada permukaan endometrium.
7) Faktor Immunologis
Faktor dengan penyebab autoimun yaitu antibodi dengan
fosfolipid bermuatan negatif yang terdeteksi sebagai antikoagulan
lupus dan antibodi antifosfolipid yang banyak terjadi pada abortus
berulang. 17 Antikoagulan lupus yaitu imunoglobin yang
mengganggu satu atau lebih dari beberapa uji koagulasi dependen
fosfolipid in vitro yang biasanya untuk kriteria diagnostik
penyakit lupus.
8) Faktor Infeksi
Penyakit yang diakibatkan oleh penularan virus atau bakteri yang
berdampak pada janin atau unit fetoplasenta seperti infeksi kronis
endometrium, amnionitis, infeksi organ genetalia, dan HIV
(Human immunodeficiency virus).
9) Faktor Penyakit Debilitas Kronik
Penyakit kronik yang timbul saat atau sebelum kehamilan dapat
menyebabkan abortus seperti tuberkulosis, karsinomatosis,
hipertensi dan sindroma malabsorbsi.
10) Faktor Hormonal
Ovulasi, implantasi, serta kehamilan dini bergantung pada
koordinasi yang baik pada sistem pengaturan hormon maternal.
Sistem hormonal ibu hamil yang perlu diperhatikan terutama
setelah konsepsi 18 yaitu kadar progesteron, fase luteal dan kadar
insulin. Kadar progesteron ibu yang rendah dapat berisiko abortus
karena progesteron berperan dalam reseptivitas endometrium
terhadap implantasi embrio.
11) Faktor Hematologik
Pada kasus abortus berulang yang ditandai defek plasentasi dan
adanya mikroorganisme pada pembuluh darah plasenta. Berbagai
komponen koagulasi dan fibrinolitik memegang peran penting
pada implantasi embrio, invasi trofoblas, dan plasentasi. Penyakit
trombofilia herediter juga berpengaruh terhadap terjadinya
abortus.
12) Sevik Inkompeten
Merupakan kelainan yang ditandai adanya pembukaan serviks
tanpa rasa nyeri pada trimester kedua atau awal trimester tiga
yang disertai prolaps dan menggembungnya selaput ketuban dan
ekspulsi janin imatur. Riwayat trauma pada serviks saat adanya
dilatasi atau pada kuretase menjadi salah satu penyebab dari
serviks inkompeten.
13) Cacat Uterus
Destruksi endometrium luas akibat kuretase hal ini menyebabkan
amenore dan abortus berulang yang 19 disebabkan oleh kurang
memadai endometrium untuk menunjang implantasi.
b. Faktor Eksternal
1) Faktor Lingkungan dan Pemakaian Obat Diperkirakan 1-10%
Malformasi janin akibat dari paparan obat, bahan kimia, atau
radiasi dan umumnya berakhir dengan abortus, misalnya adanya
paparan terhadap buangan gas anestesi dan tembakau. Kebiasaan
minum alkohol dan yang mengandung kafein secara berlebihan
serta kegagalan efektivitas alat kontrasepsi dalam rahim juga
berisiko terhadap insiden abortus pada kehamilan muda.
2) Faktor Sosial Budaya
Dalam teori Swasono tentang kehamilan terhadap konteks budaya
yang mengemukakan bahwa aspek kultural pada masyarakat
khususnya Suku Jawa terdapat masa krisis diantara tahapan-
tahapan kehidupan dimana suatu perpindahan dari suatu tahapan
dianggap cukup gawat atau membahayakan, oleh karena itu
dilakukan suatu upacara adat yang disebut crisis rites (upacara
waktu krisis) dan rites de passage (upacara peralihan).
3) Pekerjaan
Beberapa wanita yang sudah bekerja juga akan terhambat
karirnya ketika memilih untuk meneruskan kehamilannya.
Kondisi pekerjaan yang dilakukan oleh seorang wanita dapat juga
setara dengan beban kerja laki-laki baik dari jabatan ataupun jenis
pekerjaannya ataupun didukung dengan sosial ekonomi yang
rendah sehingga wanita berisiko mengalami kehamilan yang tidak
diinginkan.
3. Faktor paternal
Tidak banyak yang diketahui tentang faktor ayah dalam terjadinya
abortus spontan. Translokasi kromosom pada sperma dapat
menyebabkan abortus dimana abnormalitas kromosom pada sperma
berhubungan dengan abortus.
BAB III
TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN

A. Studi Kasus
Hari/Tanggal Pengkajian : Rabu, 06 Desember 2023
Waktu Pengkajian : Pukul 10.00 WIB
Tempat Pengkajian : Puskesmas Pebayuran

I. DATA SUBJEKTIF

Identitas Klien

Klien Suami

Nama : Ny. L Tn. U

Usia : 39 Tahun 41 Tahun

Suku/Bangsa : Sunda Sunda

Agama : Islam Islam

Pendidikan : SMP SD

Pekerjaan : IRT Buruh

Alamat Rumah: Kp. Pintu 6/2 Kp. Pintu 6/2

Alamat Kantor: - -

Penghasilan : - 1.500.000

Quick Chek :
Pendarahan pervaginam,plasenta Previa ,solusio plasenta ,sakit kepala
berat,pandangan kabur, bengkak di wajah dan di jari tangan, keluar cairan
pervaginam,gerakan janin tidak terasa ,nyeri abdomen hebat.
1. Alasan Kunjungan Saat Ini :
Ibu mengatakan ingin memeriksakan kehamilannya
Keluhan : Pusing, Mual, Batuk
2. Riwayat Kehamilan ini
a. Riwayat Menstruasi
HPHT : 22/05/2023 Pasti., Lamanya :7 hari ,
Banyaknya : 2x ganti pembalut
Haid sebelumnya tanggal : lupa Lamanya : 7 hari,
Banyaknya: 2x ganti pembalut Siklus : 28 Hari
Kontensitas : - Tafsiran Persalinan :29/02/2024
Hasil tes kehamilan (+) Tanggal :22/05/2023. Hasil :Positif
b. Pergerakan Fetus
Pergerakan fetus dirasakan pertama kali : - bulan
Pergerakan fetus dirasakan 24 jam dlm 2 jam terakhir : 2 kali
c. Keluhan yang dijalankan (Bila ada dijelaskan)
 Rasa Lelah : ada
 Mual dan muntah yang lama : ada
 Nyeri perut : tidak ada
 Panas, menggigil : tidak ada
 Sakit kepala berat/terusmenerus : tidak ada
 Pengelihatan kabur : tidak ada
 Nyeri/panas waktu BAK : tidak ada
 Rasa gatal pada vulva, vagina dan sekitarnya : tidak ada
 Pengeluaran cairan pervaginaan : tidak ada
 Nyeri, kemerahan, tegang pada tungkai : tidak ada
 Oedema : tidak ada
d. Diet/Makan
Pola makan dan menu : 3x sehari (ayam,tempe,nasi sayur)
Perubahan makan yang dialami : ada
e. Pola Eleminasi
BAB :1x sehari, Keluhan : tidak ada
BAK :4x sehari, Keluhan : tidak ada
f. Aktifitas sehari-hari
Pola istirahat dan tidur : 8 jam
Seksualitas : aktif berhubungan
Pekerjaan : IRT
g. Imunisasi
TT1 tanggal : - TT2 tanggal : -
h. Kontrasepsi yang pernah digunakan
Suntik KB 3 Bulan
3. Riwayat Kehamilan, Persalinan, Nifas yang lalu.
G5P3A1
Penyulit An Nifas
ak
kehamilan
Tgl/tahun Tempat Usia Jenis
No Penolong & Jenis
persalinan pertolongan kehamilan persalinan Persalinan kelamin BB PB Keadaan Laktasi Keadaan
Asi
1. 2003 Rumah 36minggu Normal Paraji Tidak ada Perempuan 4000 49 Baik Baik
Ekslusif
2. 2007 Rumah 12 minggu Abortus Paraji Abortus - - - - - -
Asi
3. 2007 Rumah 36 minggu Normal Paraji Tidak ada Perempuan 4000 50 Baik Baik
Ekslusif
Asi
4. 2017 Rumah 36 minggu Normal Paraji Tidak ada Laki laki 5000 49 Baik Baik
Ekslusif
5. Hamil ini

4. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Penyakit yang pernah atau sedang diderita
 Jantung : tidak ada
 Tekanan darah tinggi : tidak ada
 Hepar : tidak ada
 Diabetes Melitus : tidak ada
 Anemia berat : tidak ada
 Penyakit HS & HIV/AIDS: tidak ada
 Campak : tidak ada
 Malaria : tidak ada
 Tuberkulosis : tidak ada
 Gangguan mental : tidak ada
 Operasi : tidak ada
 Lain – lain :-
b. Perilaku Kesehatan
 Penggunaan alcohol/obat-obat sejenisnya : tidak ada
 Obat-obatan/jamu yang sering digunakan : tidak ada
 Merokok, makan sirih : tidak ada
 Irigasi vagina/ganti pakaian dalam : tidak ada

5. Riwayat Sosial
a. Apakah kehamilan ini direncanakan/diinginkan? iya
b. Jenis kelamin yang diharapkan : apa saja yang penting sehat
c. Status perkawinan : menikah
Jumlah :1
Lama perkawinan : 23 tahun
d. Susunan keluarga yang tinggal serumah
Jenis Umur Hubungan
No Pendidikan Pekerjaan Keterangan
kelamin tahun keluarga

1. Laki laki 42 Suami SD Buruh

2. Perempuan 39 Istri SMP IRT

3. Perempuan 20 Anak SMA Karyawan

4. Oerempuan 16 Anak SMP Siswa

5. laki laki 6 Anak SD Siswa

e. Kepercayaan yang berhubungan dengan kehamilan, persalinan,


nifas : Membawa sapu lidi
6. Riwayat kesehatan keluarga (Tanyakan tentang penyakit-penyakit
keturunan)
Ibu mengatakan tidak mempunyai riwayat penyakit keturunan

II. DATA OBJEKTIF

1. Keadaan umum : baik


Kesadaran : composmentis
Keadaan emosional : stabil
2. Tanda vital
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Denyut nadi : 80x/menit
Suhu tubuh : 36 oC
Pernafasan : 20 X/menit
Tinggi badan : 154 cm,
BB sebelum hamil : 69 kg
Berat badan sekarang : 74 kg
Lila : 34 cm
Kenaikan BB : 5 kg
3. Pemeriksaan fisik
a. Kepala : Rambut & kebersihannya: bersih
b. Muka : Simetris, tampak sedikit pucat
Kelopak mata : Tidak ada pembengkakan
Konjungtiva : pucat
Sklera : berwarna putih
c. Mulut & gigi
Lidah : bersih
Gigi : terdapat caries pada gigi
Gusi : tidak bengkak
d. Kelenjar tyroid : Pembesaran : tidak ada pembengkakan
Kelenjar getah bening: Pembesaran : tidak pembengkakan
f. Dada : simetris / tidak: simetris
Jantung : normal
Paru : normal
Payudara : Pembesaran: tidak ada
Puting susu : simetris
Simetris : simetris
Benjolan / Tumor : tidak ada
Pengeluaran : ada
Rasa nyeri : tidak ada
Areola : normal
g. Abdomen
Bekas luka operasi : tidak ada
Pembesaran : ada
Benjolan : tidak ada
Pembesaran lien/liver: tidak ada
Linea : tidak ada
Stirae : ada
h. Tinggi fundus uteri : 2 jari dia atas pusat
Kontraksi : Braxton Hicks
i. Palpasi
Leopold I : TFU 2 jari di atas pusat ( 24 cm )
Leopold II Kanan : terba seperti papan (punggung)
Kiri : teraba bagian kecil kecil janin
Leopold III : bagian bawah ibu teraba bulat, keras, melenting
(kepala)
Leopold IV : belum masuk PAP
TBJ : (TFU – 13) x 155 = (24-13) x 155 = 11 x 155 =
1.705 gr
DJJ : 140 X/menit
Punctum maximum : dibawah pusat sebelah kanan
j. Ekstrimitas atas dan bawah
Oedema : Tidak Odema
Kekakuan sendi : Tidak ada
Kemerahan : Tidak ada
Varises : Tidak ada
Refleks : ada
K. Anogenital
1) Kelainan
• Vulva : warna : merah muda Luka : tidak ada
• Vagina : warna : merah muda Polip : tidak ada polip
• Parut perineum : tidak ada
• Condiloma akuminata : tidak ada
• Condiloma matalata : tidak ada
• Varises : tidak ada
• Oedema : tidak ada
• Kelenjar bartolin : tidak ada pembengkakan
• Rasa nyeri : tidak terdapat rasa nyeri
2) Pengeluaran
• Air ketuban : Tidak ada
• Darah lendir : Tidak ada
• Lendir : Tidak ada
• Darah/fluxus : Tidak ada
3) Anus
• Haemoroid : Tidak ada
l. Punggung dan pinggang
Posisi tulang belakang : Hiperlordosis
Pinggang nyeri : ada
CVAT : Tidak dilakukan
m. Previ metri klinis
a. Pemeriksaan panggul dalam
PAP : Promontorium : Tidak Dilakukan
Linea anominata : Tidak Dilakukan
Conjungata vera : Tidak Dilakukan
PTP : Conjungata diagnosis : Tidak Dilakukan
Spina wall (dinding samping)
PBP : Arcus pubis : Tidak Dilakukan
Os cocigigys : Tidak Dilakukan
b. Pemeriksaan panggul luar
• Distasia spinarum : Tidak Dilakukan
• Distasia Cristarum : Tidak Dilakukan
• Conjungta Externa : Tidak Dilakukan
• Lingkar Panggul : Tidak Dilakukan
Pemeriksaan Laboratorium
Darah : Hb : 9,8 gr %
Golongan darah :O
Urine : Protein : Negatif
Reduksi : Negatif
Pemeriksaan penunjang lain
HIV : Non Reaktif
Sifilis : Non Reaktif
HbAag : Non Reaktif
III. ANALISA

Ibu : G5P3A1 Hamil 26 Minggu


Janin : Tungal, hidup, intrauterin, presentasi kepala

IV. PENATALAKSANAAN

a) Menanyakan keluhan dan memberitahukan Ny. L tentang hasil


pemeriksaan. Hasil anamnesis ibu mengeluh pusing, mual, batuk serta
ingin memeriksakan kehamilannya. Hasil pemeriksaan: TD: 110/70
mmHg, N: 80 x/menit, RR: 20 x/menit, S: 36OC, Hb: 9,8 g/dL.
Evaluasi: Ny. L mengetahui hasil pemeriksaan bahwa kondisi ibu baik
dan ibu saat ini mengalami keluhan pusing, mual serta batuk.
b) Memberikan KIE tanda bahaya kehamilan. Tanda bahaya kehamilan
yaitu seperti pendarahan pervaginam, plasenta previa, solusio plasenta,
sakit kepala berat, pandangan kabur, bengkak di wajah dan di jari tangan,
keluar cairan pervaginam, gerakan janin tidak terasa dan nyeri abd omen
hebat. Jika ibu merasakan atau mengalami salah satu dari tanda tersebut
segera datang ke fasilitas terdekat agar dapat ditangani.
Evaluasi: Ny. L mengetahui terkait tanda bahaya kehamilan dan bersedia
untuk datang ke fasilitas kesehatan terdekat jika mengalami salah satu
dari tanda bahaya kehamilan.
c) Memberikan KIE terkait pola nutrisi. Menganjurkan Ny. L untuk
memperhatikan pola makannya menjadi makan dengan gizi seimbang,
mengonsumsi makanan kaya akan zat besi seperti hati, daging sapi,
sayuran hijau tua, kacang-kacangan, ikan dan daging ayam serta
mengonsumsi minuman susu tinggi asam folat. Makan sedikt sedikit
tetapi sering.
Evaluasi: Ny. L memahami terkait pola nutrisi dan bersedia untuk
melaksanakannya.
d) Memberikan KIE pola istirahat. Menganjurkan Ny. L untuk istirahat
yang cukup minimal 8 jam sehari serta tidak mengangkat beban yang
berat.
Evaluasi: Ny. L memahami terkait pola istirahat dan bersedia untuk
melaksanakannya.
e) Memberikan KIE pada ibu mengenai obat yang diberikan. Paracetamol
3x sehari sesudah makan, B6 3x sehari sesudah makan, Guaifenesin 3x
sehari sesudah makan, Fe 1x sehari sesudah makan, Kalsium 1x sehari
sesudah makan.
Evaluasi: Ny. R mengerti dan bersedia meminum obat secara teratur.
f) Memberikan KIE terkait kunjungan ulang. Meminta ibu untuk datang
kembali ke puskesmas untuk kunjungan ulang 2 minggu lagi.
Evaluasi: Ny. L bersedia untuk melakukan kunjungan ulang.

B. Pembahasan

1. Aspek Klinis
Hasil pemeriksaan tanda vital, Tekanan darah: 110/70 mmHg,
Nadi: 80 x/menit, Pernafasan: 20 x/menit, S: 36OC, Hb: 9,8 g/dL dan
pemeriksaan fisik yang telah dilakukan muka tampak sedikit pucat,
konjungtiva pucat, pada abdomen terdapat stirae, TFU: 2 jari diatas pusat,
Puka, DJJ: 140x/menit, TBJ : 1.705 gr. Menurut teori yang ditulis Ike, et.al
2016, terdapat hubungan antara usia ibu dengan resiko terjadinya anemia
yang mana ibu hamil dengan usia > 35 tahun memasuki fase degeneratif (fase
penuruan fungsi organ atau jaringan) terutama pada sistem reproduksinya.
Anemia juga berdampak pada keguguran yang mana ini sesuai dengan
riwayat abortus ny. L pada tahun 2007 karena kurangnya pengetahuan pasien
terhadap tanda-tanda bahaya kehamilan dan pemeriksaan kehamilan
difasilitas kesehatan.

2. Aspek Psikososial
Suami dan keluarga memberi dukungan dan respon yang baik
terhadap kehamilan ke 5 ini, karena kehamilan ini kehamilan yang di
inginkan.
3. Aspek Kesehatan
Ibu mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit keturunan.
a) Melakukan anamnesis dan melakukan pemeriksaan antenatal care.
b) Memberikan KIE tanda bahaya kehamilan.
c) Memberikan KIE terkait pola nutrisi.
d) Memberikan KIE pola istirahat.
e) Memberikan KIE pada ibu mengenai obat yang diberikan. Paracetamol 3x
sehari sesudah makan, B6 3x sehari sesudah makan, Guaifenesin 3x sehari
sesudah makan, Fe 1x sehari sesudah makan, Kalsium 1x sehari sesudah
makan.
f) Meminta ibu untuk datang kembali ke puskesmas untuk kunjungan ulang 2
minggu lagi.
BAB IV
PENUTUP

A. Simpulan

Kesimpulan dari asuhan kebidanan pada Ny. L usia 39 tahun G5P3A1


H26 minggu dengan resiko tinggi (Usia ibu, paritas dan riwayat abortus) di
puskesmas kabupaten bekasi 2024 berupa pengumpulan data subjektif,
pemeriksaan fisik, data penunjang untuk memperoleh data objektif,
menentukan analisa untuk mengetahui masalah yang terjadi pada pasien
serta pelaksanaan yang telah diberikan, maka dapat disimpulkan sebagai
berikut:
1. Pada pengkajian kasus Ny. L umur 39 tahun dengan data subyektif yaitu
ibu hamil dengan keluhan pusing, mual dan batuk dan data obyektif yaitu
keadaan umum baik , kesadaran composmentis, TD; 110/70 mmHg, N;
50 x/menit, R; 20 x/menit, S; 36º C, LILA 34 cm.
2. Pada interpretasi data didapat diagnosa kebidanan Ny. L umur 39 tahun
dengan resiko tinggi (usia ibu, paritas dan riwayat abortus) sehingga ,
terdapat hubungan antara usia ibu dengan resiko terjadinya anemia yang
mana ibu hamil dengan usia > 35 tahun memasuki fase degeneratif (fase
penuruan fungsi organ atau jaringan) terutama pada sistem
reproduksinya. Anemia juga berdampak pada keguguran yang mana ini
sesuai dengan riwayat abortus ny. L pada tahun 2007 karena kurangnya
pengetahuan pasien terhadap tanda-tanda bahaya kehamilan dan
pemeriksaan kehamilan difasilitas kesehatan.
3. Memberikan KIE tanda bahaya kehamilan.
4. Memberikan KIE terkait pola nutrisi.
5. Memberikan KIE pola istirahat.
6. Memberikan KIE pada ibu mengenai obat yang diberikan. Paracetamol 3x
sehari sesudah makan, B6 3x sehari sesudah makan, Guaifenesin 3x sehari
sesudah makan, Fe 1x sehari sesudah makan, Kalsium 1x sehari sesudah
makan.
7. Meminta ibu untuk datang kembali ke puskesmas untuk kunjungan ulang 2
minggu lagi.

B. Saran
Saran yang diberikan ditujukan untuk:
1. Bagi Lahan Prakktik
Manfaat bagi lahan praktik yang diharapkan adalah bahwa hasil laporan
kasus ini dapat dijadikan rujukan bagi upaya pengembangan penelitian
terhadap ibu hamil resiko tinggi (usia ibu, paritas dan riwayat abortus) di
puskesmas pebayuran kabupaten bekasi 2024
2. Bagi Profesi
Menambah pengetahuan dan pengalaman dalam mengaplikasikan tindakan
yang dilakukan pada asuhan kebidanan yang sesuai kewenangan pada klien
Antenal care (ANC).
3. Bagi Klien dan Keluarga
Mendapat asuhan kebidanan Antenatal care yang baik terhadap ibu hamil
serta mendapatkan informasi tentang resiko tinggi (Usia ibu, paritas dan
riwayat abortus).
DAFTAR PUSTAKA

Damayanti, D., Wardani, R. S. dan Indrawati, N. D. (2015) “Studi Deskriptif


Tingkat Pengetahuan Tentang Ketidaknyamanan Selama Kehamilan Pada
Ibu Hamil Trimester Pertama di BPM Ny.A Pundenarum Demak.

Elisanti, A. D. (2018). HIV AIDS, Ibu Hamil dan Pencegahan pada Janin.
Deepublish.

Fauzy, R., & Fourianalistyawati, E. (2016). Hubungan antara depresi dengan


kualitas hidup pada ibu hamil berisiko tinggi. Jurnal Psikogenesis, 4 (2),
207-214

Hutahaean. 2013. Perawatan Antenatal. Jakarta : Salemba Medika.

Kemenkes RI, (2019). Profil Kesehatan Indonesia 2019.

Kementerian Kesehatan RI. 2020. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2019. Jakarta
: Kementerian Kesehatan RI; 2020.

Kusmiyati Y, dan Heni, 2013. Asuhan Ibu Hamil. Yogyakarta: Fitramaya

Manuaba, Ida Bagus. Ilmu Kebidanan Penyakit dan Kandungan dan Kb untuk
Pendidikan Bidan. Jakatra : EGC: 2016.

Prawirohardjo, Sarwono. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal


dan Neonatal. 1st ed. cetakan kelima Abdul Bari Saifuddin, editor. Jakarta:
PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2018.

Rahmani, S. L., 2014, Faktor-faktor Risiko Kejadian Abortus di RS Prikasih


Jakarta Selatan pada Tahun 2013, Skripsi, Fakultas Kedokteran Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta.

Rochjati P. Skrining Antenatal Pada Ibu Hamil (Edisi 2): Pengenalan Faktor
Risiko Deteksi Dini Ibu Hamil Risiko Tinggi. Airlangga university press;
2011

Anda mungkin juga menyukai