Anda di halaman 1dari 84

LAPORAN

KARYA TULIS ILMIAH

GAMBARAN SELF EFFICACY PASIEN DIABETES


MILITUS
DIPOLI KLINIK PENYAKIT DALAM RUMKIT TK II
UDAYANA

OLEH:

KANSIANA FERLIN WADU


KP.13.20.027

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KESDAM
IX/UDAYANA
DENPASAR 2022/2023
i
LAPORAN
KARYA TULIS ILMIAH

GAMBARAN SELF EFFICACY PASIEN DIABETES MILITUS


DIPOLI KLINIK PENYAKIT DALAM RUMKIT TK II
UDAYANA

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat


menyelesaikan pendidikan Diploma III program studi diploma

OLEH
KANSIANA FERLIN WADU
KP.13.20.027

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESESEHATAN
KESDAM IX/UDAYANA
DENPASAR
2023

ii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ILMIAH

Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan dengan sesungguhnya

bahwa karya tulis ilmiah dengan judul :

GAMBARAN SELF EFFICACY PASIEN DIABETES MILITUS


DIPOLI KLINIK PENYAKIT DALAM RUMKIT TK II

UDAYANA

Dibuat untuk melengkapi tugas akhir Diploma III Keperawatan Stikes KESDAM

IX/Udayana. Tugas akhir ini merupakan karya tulis ilmiah saya sendiri (ASLI)

dan dalam tugas akhir tidak terdapat karya yang pernah diajukan oleh orang lain

atau kelompok lain untuk memperoleh gelar akademik di suatu Institusi

Pendidikan, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau

pendapat yang pernah dipublikasikan dan atau ditulis dan diterbitkan oleh orang

lain maupun Perguruan Tinggi atau Institusi manapun, kecuali pada sumber

informasinya dicantumkan sebagaimana mestinya.

Denpasar, 9 Juli
2023

iii
iv
LAPORAN

KARYA TULIS ILMIAH

GAMBARAN SELF EFFICACY PASIEN DIABETES MILITUS

DIPOLI KLINIK PENYAKIT DALAM RUMKIT TK II

UDAYANA

Telah disetujui pada tanggal seperti di bawah ini

Mengetahui Pembimbing

Ketua Stikes KESDAM IX /Udayana

Dw. Ngakan Gd, Widiadnyana, S, kep,Ns,m,m,Kes Ns. Komang Agus Jerry Widyanata, M.Kep

NIK 70220117098 NIP 90140408081

v
LAPORAN

KARYA TULIS ILMIAH

GAMBARAN SELF EFFICACY PASIEN DIABETES MILITUS

DIPOLI KLINIK PENYAKIT DALAM RUMKIT TK II

UDAYANA

TELAH DI UJI DI HADAPAN TIM PENGUJI

PADA HARI :

TANGGAL :

TIM PENGUJI

1. Ns. Putu Intan Daryaswanti. M.Kep (ketua) ( )

2. Ns. Kadek Artawan, M,Kep (Anggota I) ( )

3. Ns. Komang Agus Jerry Widyanata, M.Kep (Anggota II) ( )

vi
vii
KATA PENGANTAR

Puji syukur Penulis panjatkan kehadapan Allah SWT atas rahmat-Nya


sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal dengan judul “Gambaran Self
efficacy pasien diabetes melitus dipoli klinik penyakit dalam Rumkit Tk II
Udayana ” dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Proposal ini dapat
terselesaikan bukan hanya semata-mata karena usaha sendiri, melainkan berkat
dorongan dan bantuan berbagai pihak. Untuk itu, melalui kesempatan ini
penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dw. Ngakan Gd. Widiadnyana, S.Kep.Ns, M.M.Kes selaku Ketua Stikes

KESDAM IX/Udayana yang telah memberikan izin dalam penggunaan sarana

dan prasarana kampus yang bermanfaat dalam penyusunan proposal ini.

2. Waket I, II dan III Stikes KESDAM IX/Udayana yang telah memberikan izin

dalam penggunaan sarana dan prasarana kampus yang bermanfaat dalam

penyusunan Proposal ini.

3. Ns. Komang Agus Jerry Widyanata, M.Kep selaku Ka.Prodi DIII

Keperawatan Stikes KESDAM IX/Udayana yang telah memberikan

kesempatan dalam penyusunan proposal ini, guna menyelesaikan pendidikan

program DIII keperawatan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan KESDAM

IX/Udayana.

4. Ns. Komang Agus Jerry Widyanata, M.Kep selaku pembimbing utama yang

telah banyak memberikan arahan, pengetahuan, masukan, dan saran dalam

menyelesaikan proposal ini.

5. Seluruh Dosen pengajar di Stikes KESDAM IX/Udayana yang telah

membekali ilmu yang sangat berharga bagi penulis selama perkuliahan.

viii
6. Seluruh Staf di Stikes KESDAM IX/Udayana yang telah memberikan

kemudahan dalam pembuatan izin dan administrasi dalam penyusunan

proposal ini.

7. Orang tua dan keluarga besar yang tercinta yang selalu memberi doa,

dukungan dan motivasi tiada henti selama penyusunan penelitian dan selama

menempuh Pendidikan ini.

8. Pasien pasien poli penyakit dalam Rumkit Tk II Udayana yang telah

membantu menjadi respoden penelitian Penulis dan tetap memberikan

semangat dalam menyelesaikan proposal ini.

9. Berbagai pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Semoga Tuhan

selalu memberikan yang terbaik bagi kita semua.

Dalam penulisan proposal ini, banyak terdapat kesalahan baik sengaja

maupun tidak disengaja, penulis merasa masih banyak terdapat kekurangan,

oleh karena itu saran dan kritik dari semua pihak yang sifatnya membangun

sangat Penulis harapkan demi penyempurnaan proposal ini.

Denpasar,

Penulis

ix
ABSTRAK

GAMBARAN SELF EFFICACY PASIEN DIABETES MILITUS


DIPOLI KLINIK PENYAKIT DALAM RUMKIT TK II UDAYANA
kansiana Ferlin W1, Widyanata Jery A.K2
1.2
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan KESDAM IX/Udayana
Korespondesi : erlinwadu@gmail.com

Latar Belakang : diabetes yang tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan
berbagai komplikasi, yang secara umum dibagi menjadi 2 yaitu komplikasi
makrovaskuler bahkan dapat mengakibatkan kematian. Oleh kerena itu, pasien
yang doagnosa Dm harus menjalankan manajemen diri dengan baik agar resiko
terjadi komplikasi komplikasi dapat dikurangi. untuk mengetahui gambaran
efikasi diri pada pasien diabetes melitus di dipoli klinik penyakit dalam Rumkit
Tk II Udayana
Metode : penelitian yang diggunakan dengan metode deskriptif dan desain
penelitian cross sectional.Sampel yang digunakan dalam penelitian ini pasien Dm
dipoli klinik penyakit dalam Rumkit Tk II sebanyak 181 responden. Instrumen
yang digunakan adalah Diabetes Management Self-Efficacy Scale (DMSES). Uji
yang digunakan uji univariat Penelitian ini menggunakan nonprobability
sampling yaitu dengan Teknik purposive sampling.
Hasil : penelitian menunjukkan dari 181 responden berdasarkan usia yang
memiliki efikasi diri yang cukup dari umur 46-55 sebanyak 62 orang dengan
jumlah (34,4%), berdasarkan pendidikan yaitu pendidikan SMA 58 orang
(32,0%),berdasarkan status ekonomi mayoritas pendapatan tinggi sebanyak 100
orang (55.2 %), berdasarkan efikasi diri pada pasien diabetes melitus yang
memiliki efikasi diri cukup yaitu sebanyak 91 orang (50,3%) dan efikasi diri yang
baik sebanyak 35 orang (19,3%).
Simpulan : Gambaran Self Efficacy pada pasien diabetes melitus di poli penyakit
dalam Rumkit Tk II udayana berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa
mayoritas responden memiliki Self Efficacy cukup dengan jumlah 50,3%.

x
meningkatkan penyuluhan kesehatan secara rutin kepada penderita diabetes
mellitus agar motivasi dalam menjalani hidup serta kualitas hidup pasien semakin
membaik ditengah tekanan psikhis yang dilamai akibat dari penyakit yang
diderita,

Kata Kunci : Efikasi Diri, Pasien, Diabetes Melitus.

xi
ABSTRACT

DESCRIPTION OF SELF EFFICACY IN DIABETES MILLITUS


PATIENTS DEPARTMENT OF THE INTERNAL DISEASES CLINIC
OF THE UDAYANA TK II RUMKIT
kansiana Ferlin W1, Widyanata Jery A.K2
1.2
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan KESDAM IX/Udayana
Korespondesi : erlinwadu@gmail.com

Background: Diabetes that is not managed properly will cause various


complications, which are generally divided into 2, namely macrovascular
complications and can even result in death. Therefore, patients diagnosed with
DM must carry out good self-management so that the risk of complications can
be reduced. To determine the description of self-efficacy in diabetes mellitus
patients at the Dipoli internal medicine clinic Rumkit Tk II Udayana

Method: The research used a descriptive method and a cross sectional research
design. The sample used in this research was 181 respondents from DM
patients at the Internal Medicine Clinic, Rumkit Tk II. The instrument used was
the Diabetes Management Self-Efficacy Scale (DMSES). The test used is the
univariate test. This research uses nonprobability sampling, namely the
purposive sampling technique.

Results: research shows that of the 181 respondents based on age who have
sufficient self-efficacy from the age of 46-55, there are 62 people (34.4%),
based on education, namely high school education, 58 people (32.0%), based
on economic status. the majority had high incomes as many as 100 people
(55.2%), based on the self-efficacy of diabetes mellitus patients who had
sufficient self-efficacy, namely 91 people (50.3%) and good self-efficacy as
many as 35 people (19.3%).

Conclusion: The description of Self Efficacy in diabetes mellitus patients in the


internal medicine clinic of Rumkit Tk II Udayana based on research results
shows that the majority of respondents have sufficient Self Efficacy at 50.3%.
increasing routine health education for diabetes mellitus sufferers so that the
motivation to live life and the patient's quality of life improves amidst the
psychological pressure experienced as a result of the disease suffered

Keywords: Self-Efficacy, Patients, Type 2 Diabetes Mellitus


xii
DAFTAR ISI

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ILMIAH...................iv


LAPORAN.............................................................................................................vii
KATA PENGANTAR..........................................................................................viii
ABSTRAK................................................................................................................x
ABSTRACT............................................................................................................xi
DAFTAR ISI..........................................................................................................xii
DAFTAR TABEL.................................................................................................xvi
DAFTAR GAMBAR...........................................................................................xvii
DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................xviii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................4
1.3 Tujuan Penulisan....................................................................................4
1.4 Manfaat Penulisan..................................................................................4
1.4.1 Manfaat Bagi Masyarakat.....................................................................4
1.4.2 Bagi Peneliti...........................................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................6
2.1 Diabetes Melitus...............................................................................6
2.1.1. Defenisi Diabetes Melitus................................................................6
2.1.2 Klasifikasi Diabetes..........................................................................7
2.1.3 Etiologi Diabetes Melitus.................................................................8
2.1.4 Manisfestasi Klinis.........................................................................11
2.1.5 Komplikasi.....................................................................................12
2.1.6 Penatalaksanaan.............................................................................13
2.2 Self Effecacy..................................................................................14
2.2.1 Defenisi Self Effecacy....................................................................14
2.2.2 Aspek efikasi diri ( self-effecacy)..................................................15
2.2.3 Fungsi self effecacy........................................................................16
xiii
2.2.4 Gambaran self effecacy dengan diabetes melitus..........................20
2.2.5 Diabetes Management Self-Efficacy Scale (DMSES)...................21
2.2.6 Faktor-faktor yang berhubungan dengan efikasi diri.....................24
BAB III KERANGKA KONSEP........................................................................30
3.1 Kerangka Konsep...........................................................................30
3.2 Variabel Penelitian Dan Defenisi Operasional Variabel................31
3.2.1. Variabel Penelitian.........................................................................31
3.2.2. Defenisi Operasional......................................................................31
BAB IV METODE PENELITIAN.....................................................................33
4.1. Desain penelitian..............................................................................33
4.2. Tempat dan waktu..........................................................................33
4.2.1. Tempat Penelitian...........................................................................33
4.2.2. Waktu Penelitian............................................................................33
4.3. Populasi, Sampel, Dan Teknik Sampling.......................................34
4.3.1 Populasi Penelitian.........................................................................34
4.3.2 Sampel............................................................................................34
4.3.3 Teknik sampling.............................................................................36
4.4. Jenis dan teknik pengumpulan data................................................37
4.4.1 Jenis data........................................................................................37
4.4.2 Metode Pengumpulan Data............................................................37
4.4.3 Instrumen pengumpulan data.........................................................38
4.5. Pengolahan dan analisa data...........................................................39
4.5.1 Pengolahan data..............................................................................39
4.5.2 Analisa Data...................................................................................41
4.6. Etika Peneliti..................................................................................41
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN...............................................................44
5.1 Hasil Penelitian....................................................................................44
5.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian..................................................44
5.1.2 Karakteristik Subjek Penelitian..........................................................45
5.1.3 Penilaian Self Efficacy pada Pasien Diabetes Mellitus di Poliklinik
Penyakit Dalam Rumah Sakit Tingkat II Udayana..........................47
xiv
5.2 Pembahasan..........................................................................................48
5.2.1 Karakteristik Responden.....................................................................48
5.2.2 Gambaran Self Efficacy pada Pasien Diabetes Mellitus di
Poliklinik Penyakit Dalam Rumah Sakit Tingkat II Udayana........50
5.3 Keterbatasan Penelitian.......................................................................52
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN.....................................................................
6.1 Simpulan...............................................................................................55
6.2 Saran......................................................................................................55
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................

xv
DAFTAR TABEL

Tabel 1 Definisi Operasional Gambaran Efikasi Diri Pada Pasien DM.........................

xvi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Kerangka Konsep...........................................................................................

xvii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Persetujuan Responden....................................................................

Lampiran 2 Diabetes Management Self Efficacy (DMSES).........................................

Lampiran 3 Tabel Kisi-kisi Kuesioner..........................................................................

Lampiran 4 Anggaran Biaya..........................................................................................

Lampiran 5 Lembar Bimbingan.....................................................................................

Lampiran 6 Jadwal Kegiatan Penelitian........................................................................

xviii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Diabetes melitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada

seseorang yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar glukosa darah

akibat penurunan sekresi insulin yang progresif (Soegondo, 2013). Umumnya

terjadi secara perlahan-lahan dan tanpa gejala serta secara bertahap akan

bertambah berat dan kurang lebih 90-95 % penderita mengalami diabetes melitus

tipe 2 (Smeltzer & Bare,2002) Diantara penyakit degeneratif, diabetes adalah

salah satu diantara penyakit tidak menular yang akan meningkat jumlahnya di

masa datang. Diabetes merupakan salah satu ancaman utama bagi kesehatan umat

manusia pada abad 21(Suyono, 2010). WHO memprediksi adanya kecenderungan

peningkatan jumlah penyandang diabetes melitus yang cukup besar pada tahun-

tahun mendatang (PERKENI, 2011).

Pengelolaan DM memerlukan waktu yang lama, sehingga membutuhkan

perubahan perilaku. Tujuan dari perubahan perilaku pasien DM adalah untuk

meningkatkan kepatuhan pasien DM. Salah satu faktor kunci dalam mencapai

perubahan perilaku adalah dengan efikasi diri. Efikasi diri dapat memberikan

pengaruh terhadap perubahan perilaku dengan mempengaruhi bagaimana

seseorang berpikir, memotivasi diri, dan bertindak. Efikasi diri dapat

mempengaruhi komitmen pasien (Rahman, Yulia and Sukarmini, 2017).

Diabetes yang tidak dikelola dengan baik dapat menimbulkan berbagai

komplikasi, yang secara umum dibagi dua yaitu komplikasi mikrovaskuler dan

1
2

komplikasi makrovaskuler bahkan dapat mengakibatkan kematian. Oleh karena

itu, pasien yang didiagnosa DM harus menjalankan manajemen diri dengan baik

agar risiko terjadinya komplikasi dapat dikurangi. Pelaksanaan manajemen diri

pasien DM dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satunya adalah self-efficacy

(Munir, Munir and Syahrul, 2019) .Bagi pasien, identifikasi kemampuan self

management dapat menentukan kebutuhan edukasi karena pasien ikut serta dalam

menentukan prioritas masalah kesehatan yang ingin diselesaikan.

Pada tahun 2019 International Diabetes Federation (IDF)

memprediksikan sedikitnya 483 juta jiwa di usia 20-79 tahun mengalami diabetes

dengan angka prevalensi sebesar 9,3% dari keseluruhan penduduk yang usianya

sama dan akan melonjak seiring dengan pertambahan usia penduduk. Dengan

jumlah sebanyak 10,7 juta jiwa Indonesia berada di posisi ke 7 dengan diabetes

setelah Cina, India dan Amerika Serikat (Kemenkes RI, 2018). Hasil Riset

Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2018 kasus DM mengalami peningkatan

yaitu sebanyak 10,9% (Perkeni, 2019). Selain di tingkat Dunia serta Indonesia,

peningkatan permasalahan dunia DM terjadi juga di Kabupaten/Kota yaitu di

Kota Makassar. Pada tahun 2011 diabetes mellitus terjadi 5.700 kasus, tahun 2012

bertambah 14.067 kasus dan pada tahun 2013 menjadi 14.604, serta terus

bertambah menjadi 21.452 di tahun 2014 (Asnaniar & Safruddin, 2019).

Pengelolaan DM memerlukan waktu yang lama, sehingga membutuhkan

perubahan perilaku. Tujuan dari perubahan perilaku pasien DM adalah untuk

meningkatkan kepatuhan pasien DM. Salah satu faktor kunci dalam mencapai

perubahan perilaku adalah dengan efikasi diri. Efikasi diri dapat memberikan
3

pengaruh terhadap perubahan perilaku dengan mempengaruhi bagaimana

seseorang berpikir, memotivasi diri, dan bertindak. Efikasi diri dapat

mempengaruhi komitmen pasien (Rahman, Yulia and Sukarmini, 2017).

Salah satu faktor pencetus dalam melakukan perawatan diri pada pasien

diabetes mellitus adalah motivasi. Motivasi dapat diartikan sebagai dorongan

internal maupun eksternal di dalam diri seseorang yang diindikasikan dengan

adanya dorongan, minat dan kebutuhan untuk mencapai suatu tujuan. Masih

banyak penderita diabetes mellitus yang masih kurang motivasinya untuk selalu

melakukan perawatan diri (Gesti, 2017). Jika motivasi pasien kurang baik itu

artinya akan mempengaruhi tingkat efikasi diri pasien. Efikasi diri (self-efficacy)

merupakan kepercayaan pasien DM terhadap kemampuan yang dimiliki dalam

melakukan suatu tujuan tertentu yang dapat menunjang kesehatannya sesuai

dengan tujuan dan harapan yang diinginkan (Yaqin et al., 2017). Penelitian

terdahulu yang dilakukan oleh (Ariani et al., 2012) penderita diabetes mellitus

mempunyai motivasi yang kurang dalam perawatan diri yaitu sebanyak 76,4%.

Namun pada penelitian Kusuma, 2013 memiliki hasil yang berbeda yaitu 50%

responden tingkat motivasinya baik (Setyoningrum et al., 2017) didapatkan

mayoritas responden memiliki motivasi baik yaitu 71.2% dan responden memiliki

efikasi diri baik 63.6%. bahwa masyarakat memahami tentang penyakit Diabetes

Militus, penyebabnya, serta penatalaksanaan secara nonfarmakologi melalui

perubahan gaya hidup pengetahuan masyarakat untuk melakukan pola hidup

sehat, pola makan/life style yang dapat dilakukan sendiri di rumah secara

sederhana (Suprapto, 2019).


4

Setelah dilakukan studi pendahuluan pada tanggal 13 febuari 2022

terhadap 10 responden mendapatkan data 6 orang memiliki pengatahuan yang

baik dan 4 orang memiliki pengatahuan yang kurang.

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimanakah gambaran self-efficacy pada pasien dengan Diabetes

Mellitus?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Tujuan Umum:

Menggambarkan self-efficacy pada pasien dengan Diabetes Mellitus

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi karakteristik seperti usia, tingkat pendidikan dan

status sosial ekonomi responden pasien dengan Diabetes Mellitus

di RS Tk.II Udayana

b. Mengidentifikasi Self-afficacy pada pasien Diabetes Melltitus di

RS Tk.II Udayana

1.4 Manfaat Penulisan


1.4.1 Manfaat Bagi Masyarakat

Hasil Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi bagi

masyarakat tentang Gambaran Efikasi Diri Pada Pasien Diabetes Melitus,

RS Tk.II Udayana.

1.4.2 Bagi Peneliti

Hasil Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi dan acuan dalam

penyusunan pengembangan ilmu pengetahuan di bidang keperawatan


5

khusunya mengenai Gambaran Efikasi Diri Pada Pasien Diabetes Melitus.

RS Tk.II Udayana.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Diabetes Melitus

2.1.1. Defenisi Diabetes Melitus

Diabetes adalah penyakit kronis serius yang terjadi karena

pankreas tidak menghasilkan cukup insulin (hormon yang mengatur gula

darah atau glukosa), atau ketika tubuh tidak dapat secara efektif

menggunakan insulin yang dihasilkannya. Diabetes adalah masalah

kesehatan masyarakat yang penting, menjadi salah satu dari empat

penyakit tidak menular prioritas yang menjadi target tindak lanjut oleh

para pemimpin dunia. Jumlah kasus dan prevalensi diabetes terus

meningkat selama beberapa dekade terakhir. (WHO Global Report, 2016).

Diabetes Mellitus Tipe 2 adalah penyakit gangguan

metabolik yang di tandai oleh kenaikan gula darah akibat penurunan

sekresi insulin oleh sel beta pankreas atau gangguan fungsi insulin

(resistensi insulin ), diabetes melitus tipe 2 bukan disebabkan oleh

kurangnya sekresi insulin, namun karena sel sel sasaran insulin gagal

atau tidak mampu merespon insulin secara normal, keadaan ini lazim

disebut sebagai resistensi insulin (Fatimah, 2013).Resistensi insulin

banyak terjadi akibat dari obesitas dan kurangnya aktivitasfisik serta

penuaan, pada penderita diabetes melitus tipe 2 dapat juga terjadi

produksi glukosa hepatik yang berlebihan namun tidak terjadi

pengrusakan sel-sel B langerhans secara autoimun seperti diabetes

melitus tipe 2 (Fatimah, 2013).


7

DM tipe 2 merupakan penyakit multifactorial dengan komponen

genetik dan lingkungan yang sama kuat dalam proses timbulnya

penyakit tersebut. Pengaruh faktor genetik terlihat dengan tingginya

penderita diabetes yang berasal dari orang tua yang memiliki

riwayat DM sebelumnya. DM tipe 2 juga disebut diabetes life style

karena penyebabnya selain faktor keturunan, faktor lingkungan

meliputi usia, obesitas, resistensi insulin, makanan, aktifitas fisik,

dan gaya hidup penderita yang tidak sehat juga berperan dalam

terjadinya diabetes ini (Betteng, Pangemanan & Mayulu, 2014).

(Herlambang et al., 2019).

2.1.2 Klasifikasi Diabetes

Klasifikasi Diabetes dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa

kategori umum sebagai berikut (ADA, 2016).

a. Diabetes Melitus Tipe 1

DM tipe 1 terjadi karena adanya destruksi atau kerusakan

sel beta pankreas karena sebab autoimun. Pada DM tipe

ini terdapat sedikit atau tidak sama sekali sekresi insulin

(defisiensi insulin absolut).

b. Diabetes Melitus Tipe 2

Hasil dari gangguan sekresi insulin yang progresif atau

bertahap yang menjadi latar belakang terjadinya resistensi

insulin.

7
8

c. Diabetes Melitus Gastasional

DM tipe ini terjadi selama masa kehamilan, dimana

intoleransi glukosa didapati pertama kali pada masa

kehamilan, biasanya pada trimester kedua dan ketiga. DM

gestasional merupakan klasifikasi yang tidak jelas nyata

sebagai diabetes.

d. Diabetes Melitus Tipe Spesifik yang lain

DM tipe ini terjadi karena etiologi lain, misalnya sindrom

diabetes monogenik (seperti diabetes neonatal dan

diabetes awitan dewasa muda), penyakit eksokrin

pankreas (seperti cystic fibrosis), dan yang dipicu oleh

obat atau bahan kimia (seperti penggunaan

glukokortikoid, dalam pengobatan HIV/AIDS atau

setelah transplantasi organ) (Ariani, 2011).

e. Gejala lain

gejala lain yang dapat timbul pada wanita kadang disertai

gatal di daerah selangkangan (pruritus vulva) dan pada

pria ujung penis terasa sakit (balanitis) (Simatupang,

2017).

2.1.3 Etiologi Diabetes Melitus

Faktor – faktor risiko yang berhubungan dengan proses

terjadinya dibetes adalah:

a. Usia
9

Risiko terjadinya diabetes melitus meningkat seiring

dengan bertambahnya usia. Resistensi insulin mulai

terjadi pada usia 45 tahun dan cenderung meningkat pada

usia di atas 65 tahun. Hal ini terjadi karena orang – orang

diusia ini cenderung kurang bergerak, kehilangan massa

otot, dan bertambah berat badan. Selain itu, proses

penuaan juga mengakibatkan penurunan fungsi sel beta

pankreas sebagai penghasil insulin (Brunner & Suddarth,

2015).

b. Obesitas

Memiliki kelebihan berat badan merupakan faktor risiko

utama untuk diabetes melitus. Sekitar 80% pasien DM

mengalami obesitas. Obesitas menyebabkan respon sel

beta pankreas terhadap peningkatan glukosa darah

berkurang, selain itu reseptor insulin pada sel di seluruh

tubuh termasuk di otot berkurang jumlahnya dan kurang

sensitive (Soegondo, 2010).

c. Riwayat Keluarga

Pada pasien-pasien dengan DM, penyakitnya mempunyai

pola familia yang kuat. Indeks untukm pada kembar

monozigot hampir 100%. Risiko berkembangnya DM

tipe 2 pada saudara kandung mendekati 40% dan 33%

untuk anak cucunya. Transmisi genetik adalah yang


10

paling kuat (Price & Wilson, 2012).

d. Jenis Kelamin

Pervalensi kejadian Dm pada perempuan lebih tinggi

dibanding laki- laki. Perempuan berisiko menderita

diabetes karena memiliki indeks masa tubuh yang lebih

besar. Perempuan juga memiliki sindroma siklus bulanan

( premenstrual siyndrome), pasca- menopouse akan

membuat distribusi lemak tubuh menjadi mudah

terakumulasi akibat proses hormonal, sehingga beresiko

menderita DM (Trisnawati, 2013).

e. Pola Makan

Pola makan yang salah akan mempengaruhi

ketidakstabilan kerja sel β pankreas. Malnutrisi atau

kurang asupan makan dapat merusak pankreas sedangkan

obesitas (kelebihan makan) meningkatkan resistensi

insulin (Riyadi dan Sukarmin, 2008). Menurut penelitian

yang dilakukan oleh Agustina 2007 menunjukkan wanita

yang mengalami obesitas dan memiliki efikasi diri tinggi

akan berinisiatif untuk merubah perilaku hidup sehat serta

akan menjalankan diet yang disarankan petugas medis.

Hal ini dikarenankan efikasi wanita obesitas akan

mempengaruhi besarnya usaha, perubahan dan ketekunan

dalam mengatasi kesulitan dan rintangan yang


11

menghambat dietnya.

f. Stres

Stres membuat peningkatan kerja metabolisme dan

menaikkankerja pankreas. Hal ini akan menyebabkan

pankreas mudah rusak sehingga hasil kerja insulin

menurun (Riyadi dan Sukarmin, 2008).

2.1.4 Manisfestasi Klinis

Menurut Rondhianto (2011) Manisfestasi klinik DM berupa

keluhan yaitu :

a. Penurunan badan dan rasa lemas

Terjadi penurunan BB berlangsung dalam waktu rclatif

singkat dan badan terasa lemah. Hal ini disebabkan gula dalam

darah tidak dapat masuk dalam sel, sehingga sel kckurangan

bahan bakar untuk menghasilkan tenaga. Sumber tenaga

terpaksa diambil dari sel lemak dan otot (protein). Akibatnya

penderita kehilangan jaringan lemak dan otot sehingga menjadi

kurus

b. Banyak Kencing

Jika kadar gula darah melebihi niali ambang ginjal

(»108mg/dl), gula akan keluar bersama urin. Untuk menjaga

agar urin yang keluar tidk terlalu pekat, maka tubuh menarik

air sebanyak mungkin ke dalam urin sehingga volume urin

banyak dan sering kencing terutama pada malam hari.


12

c. Banyak Minum

Dengan banyaknya urin yang keluar, badan akan

kekurangan cairan. Untuk mengatasi hal tersebut timbullah

rasa haus sehingga penderita selalu ingin minum. Tidak jarang

yang dipilihnya minuman dingin, enak dan manis. Sehingga

hal ini akan semakin membuat gula darah naik.

d. Banyak Makan

Pemasukan gula ke dalam sel berkurang, sehingga orang

merasa kurang tenaga. Timbullah keinginan selalu

makan.Menurut Irianto (2014) DM terjadi pada usia 40 tahun

meskipun saat ini prevalensinya pada anak dan remaja tinggi.

Secara umum DM telah menahun (kronis) sebagai berikut:

1. Gangguan penglihatan erupa pandangan yang kabur sehingga

penderita sering ganti-ganti kacamata;

2. Gatal-gatal dan bisul gatal-gatal biasanya dirasakan pada

lipatan kulit di ketiak, payudara, dan alat kelamin;

3. Gangguan jaringan parifer berupa kesemutan, terutama pada

kaki dan terjadi malam hari;

4. Rasa tebal pada kulit ,sehingga kadang-kadang penderita lupa

memakai sandal atau sepatu;

5. Gangguan fungsi seksual, beberapa gangguan ereksi

6. Keputihan pada penderita perempuan, akibat daya tahan tubuh

yang turun
13

2.1.5 Komplikasi

Komplikasi yang muncul akibat penyakit DM antara lain (Irianto

Koes,2014) yaitu:

a. Akut

Meliputi koma hipoglekimia, ketoasidosis, dan koma

hiperglekimia

Hiperosmolar Nonketotik (HHNK). Koma hipoglikemia terjadi

akibat terapi insulin secara terus-menerus, ketoasidosis terjadi

akibat

proses pemecahan lemak secara terus- menerus yang menghasilkan

produk sampingan berupa benda keton yang bersifat toksik bagi

otak, sedangkan koma HHNK terjadi akibat hiperosmolaritas dan

hiperglikemia yang menyebabkan hilangnya cairan dan elektrolit

sehingga terjadi perubahan tingkat kesadaran; dan

b. Kronik
ada dua meliputi makrovaskuler dan mikrovaskuler. makrovaskuler

(mengenai pembuluh darah besar seperti pembuluh darah jantung,

pembuluh darah tepi, dan pembuluh darah otak), mikrovaskuler

(mengenai pembuluh darah kecil : retinopati diabetik, nefropati

diabetik), neuropati diabetik, rentan infeksi, dan kaki diabetik.

2.1.6 Penatalaksanaan

Penatalaksanaan DM tipe 2 secara umum untuk

meningkatkan kualitas hidup pasien dan pengetahuan.


14

Penatalaksanaan DM tipe 2 meliputi jangka pendek dan jangka

panjang. Tujuan jangka pendek adalah menghilangkan tanda dan

gejala DM tipe 2, mempertahankan rasa nyaman, dan target

pengendalian glukosa darah. Tujuan jangka panjang adalah

mencegah dan menghambat progresivitas komplikasi

makrovaskuler, mikrovaskuler, dan neuropati diabetik. Akhir dari

penatalaksanaan DM tipe 2 adalah penurunan morbiditas dan

mortalitas DM tipe 2 (Irianto Koes, 2014).

2.2 Self Effecacy

2.2.1 Defenisi Self Effecacy

Konsep self efficacy sebenarnya adalah inti dari teori social cognitive

yang dikemukakan oleh Albert Bandura yang menekankan peran belajar

observasional, pengalaman social, dan determinisme timbal balik dalam

pengembangan kepribadian.Menurut Bandura (dalam Jess Feist & Feist,

2010:212) self efficacy adalah keyakinan seseorang dalam kemampuannya

untuk melakukan suatu bentuk kontrol terhadap fungsi orang itu sendiri dan

kejadian dalam linkungan. Bandura juga menggambarkan Self Efficacy

sebagai penentu bagaimana orang merasa, berfikir, memotivasi diri, dan

berperilaku (Bandura, 1994:2). Self efficacy merupakan keyakinan seseorang

mengenai dirinya untuk mencapai sesuatu yang diinginkan. Self Efficacy

merupakan salah satu aspek pengetahuan tentang diri atau self knowladge

yang paling berpengaruh dalam kehidupan manusia sehari-hari. Hal ini


15

disebabkan self efficacy yang dimiliki ikut mempengaruhi individu dalam

menentukan tindakan yang akan dilakukan untuk mencapai suatu tujuan,

termasuk didalamnya perkiraan berbagai kejadian yang akan dihadapi

(Gufron, 2016). (Pertiwi, 2019).

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa efikasi diri adalah

keyakinan individu pada kemampuan dirinya sendiri dalam menghadapi atau

meyelesaikan suatu tugas, mencapai tujuan, dan mengatasi hambatan untuk

mencapai suatu hasil dalam situasi tertentu.

2.2.2 Aspek efikasi diri ( self-effecacy)

Menurut Bandura (dalam Ghufron, 2010:88), efikasi diri

pada diri tiap individu akan berbeda antara satu individu dengan y

ang lainnya berdasarkan tiga dimensi. Berikut adalah tiga dimensi

tersebut, yaitu:

a. Tingkat

(level)

Dimensi ini berkaitan dengan derajat kesulitan tugas

ketika individu merasa mampu untuk melakukannya.

Apabila individu dihadapkan pada tugas-tugas yang

disusun menurut tingkat kesulitannya, maka efikasi diri

individu mungkin akan terbatas pada tugas-tugas yang

mudah, sedang, atau bahkan meliputi tugas-tugas yang

paling sulit, sesuai dengan batas kemampuan yang

dirasakan untuk memenuhi tuntutan perilaku yang


16

dibutuhkan pada masing- masing tingkat. Dimensi ini

memiliki implikasi terhadap pemilihan tingkah laku yang

dirasa mampu dilakukannya dan menghindari tingkah

laku yang berada di luar batas kemampuan yang di

rasakannya.

b. Kekuatan

(strength)

Dimensi ini berkaitan dengan tingkat kekuatan dari

keyakinan atau pengharapan individu mengenai

kemampuannya. Pengharapan yang lemah mudah

digoyahkan oleh pengalaman-pengalaman yang tidak

mendukung. Sebaliknya, pengharapan yang mantap

mendorong individu tetap bertahan dalam usahanya.

Meskipun mungkin ditemukan pengalaman yang kurang

menunjang. Dimensi ini biasanya berkaitan langsung

dengan dimensi level, yaitu makin tinggi level taraf

kesulitan tugas, makin lemah keyakinan yang dirasakan

untuk menyelesaikannya.

c. Generalisasi

(geneality)

Dimensi ini berkaitan dengan luas bidang tingkah laku

yang mana individu merasa yakin akan kemampuannya.

Individu dapat merasa yakin terhadap kemampuan


17

dirinya. Apakah terbatas pada suatu aktivitas dan situasi

tertentu atau pada serangkain aktivitas dan situasi yang

bervariasi. (Alwisol, 2009).

2.2.3 Fungsi self effecacy

Efikasi diri yang telah terbentuk akan mempengaruhi dan memberi

fungsi pada aktifitas individu. Bandura (1994:4-7) menjelaskan tentang

pengaruh dan fungsi tersebut, yaitu:

a. Fungsi kognitif

Bandura menyebutkan bahwa pengaruh dari efikasi diri pada

proses kognitif seseorang sangat bervariasi. Pertama, efikasi

diri yang kuat akan mempengaruhi tujuan pribadinya.

Semakin kuat efikasi diri, semakin tinggi tujuan yang

ditetapkan oleh individu bagi dirinya sendiri dan yang

memperkuat adalah komitmen individu terhadap tujuan

tersebut. Individu dengan efikasi diri yang kuat akan

mempunyai cita-cita yang tinggi, mengatur rencana dan

berkomitmen pada dirinya untuk mencapai tujuan tersebut.

Kedua, individu dengan efikasi diri yang kuat akan

mempengaruhi bagaimana individu tersebut menyiapkan

langkah-langkah antisipasi bila usahanya yang pertama gagal

dilakukan.

b. Fungsi motivasi

Efikasi diri memainkan peranan penting dalam pengaturan


18

motivasi diri. Sebagian besar motivasi manusia dibangkitkan

secara kognitif. Individu memotivasi dirinya sendiri dan

menuntun tindakan-tindakannya dengan menggunakan

pemikiran-pemikiran tentang masa depan sehingga individu

tersebut akan membentuk kepercayaan mengenai apa yang

dapat dirinya lakukan. Individu juga akan mengantisipasi

hasil-hasil dari tindakan- tindakan yang prospektif,

menciptakan tujuan bagi dirinya sendiri dan merencanakan

bagian dari tindakan-tindakan untuk merealisasikan masa

depan yang berharga. Efikasi diri mendukung motivasi dalam

berbagai cara dan menentukan tujuan-tujuan yang diciptakan

individu bagi dirinya sendiri dengan seberapa besar

ketahanan individu terhadap kegagalan. Ketika menghadapi

kesulitan dan kegagalan, individu yang mempunyai keraguan

diri terhadap kemampuan dirinya akan lebih cepat dalam

mengurangi usaha-usaha yang dilakukan atau menyerah.

Individu yang memiliki keyakinan yang kuat terhadap

kemampuan dirinya akan melakukan usaha yang lebih besar

ketika individu tersebut gagal dalam menghadapi tantangan.

Kegigihan atau ketekunan yang kuat mendukung.

c. Fungsi afeksi

Efikasi diri akan mempunyai kemampuan coping individu

dalam mengatasi besarnya stres dan depresi yang individu


19

alami pada situasi yang sulit dan menekan, dan juga akan

mempengaruhi tingkat motivasi individu tersebut. Efikasi diri

memegang peranan penting dalam kecemasan, yaitu untuk

mengontrol stres yang terjadi. Penjelasan tersebut sesuai

dengan pernyataan Bandura bahwa efikasi diri mengatur

perilaku untuk menghindari suatu kecemasan. Semakin kuat

efikasi diri, individu semakin berani menghadapi tindakan

yang menekan dan mengancam. Individu yang yakin pada

dirinya sendiri dapat menggunakan kontrol pada situasi yang

mengancam, tidak akan membangkitkan pola-pola pikiran

yang mengganggu. Sedangkan bagi individu yang tidak dapat

mengatur situasi yang mengancam akan mengalami

kecemasan yang tinggi. Individu yang memikirkan

ketidakmampuan coping dalam dirinya dan memandang

banyak aspek dari lingkungan sekeliling sebagai situasi

ancaman yang penuh bahaya, akhirnya akan membuat

individu membesar-besarkan ancaman yang mungkin terjadi

dan khawatiran terhadap hal-hal yang sangat jarang terjadi.

Melalui pikiran-pikiran tersebut, individu menekan dirinya

sendiri dan meremehkan kemampuan dirinya sendiri.

d. Fungsi selektif

Fungsi selektif akan mempengaruhi pemilihan aktivitas

atau tujuan yang akan diambil oleh indvidu. Individu


20

menghindari aktivitas dan situasi yang individu percayai

telah melampaui batas kemampuan coping dalam dirinya,

namun individu tersebut telah siap melakukan aktivitas-

aktivitas yang menantang dan memilih situasi yang dinilai

mampu untuk diatasi. Perilaku yang individu buat ini akan

memperkuat kemampuan, minat- minat dan jaringan sosial

yang mempengaruhi kehidupan, dan akhirnya akan

mempengaruhi arah perkembangan personal. Hal ini karena

pengaruh sosial berperan dalam pemilihan lingkungan,

berlanjut untuk meningkatkan kompetensi, nilai-nilai dan

minat-minat tersebut dalam waktu yang lama setelahfaktor-

faktor yang mempengaruhi keputusan keyakinan telah

memberikan pengaruh awal.

2.2.4 Gambaran self effecacy dengan diabetes melitus

Penelitian yang dilakukan oleh (Dalam, Cipto and Jakarta, 2020)

Hasil penelitian menunjukkan karakteristik responden dalam penelitian

yakni perempuan 57 %, pendidikan tertinggi SMA responden (33 %),

komplikasi terbanyak retinopati diabetik (38 %). Berdasarkan rerata usia

responden diabetes MELITUS yakni 57.60 tahun, rerata lama diabetes

11.40 tahun, dan rerata skor self efficacy yakni 59.07.Penelitian yang

dilakukan oleh (Pertiwi, 2019) didapatkan hasil self efficacy baik

17(51,5%), sef efficacy cukup terdapat frekuensi 16(48,5%) dan kurang

0(00,0%). Didapatkan hasil untuk usia 35- 45 tahun sebanyak


21

3(9,1%)responden, untuk usia 45-55 tahun terdapat 12(36,4%)

responden, usia 55-65 terdapat 14(42,4%) responden dan pada usia >65

tahun ada 4(12,1) responden jenis kelamin perempuan berjumlah

18(54,5%), dan laki-laki 15(45,5%), Pada pendidikan dalam penelitian

ini sebagian besar adalah yang berpendidikan SMA dengan jumlah

15(45,4%).Pemberdayaan diri pada penderita diabetes melitus memiliki

peranan yang sangat besar dalam pengelolaan lima pilar diabetes

melitus. Pemberdayaan diri dapat dicapai dengan meningkatkan

pengetahuan, keyakinan diri (self efficacy) dan perubahan perilaku. Self

efficacy merupakan konsep utama dalam pendekatan pemberdayaan,

berperan penting dalam perubahan perilaku dan pengaruh dari perilaku

tersebut (S, Rayasari and Irawati, 2019).

2.2.5 Diabetes Management Self-Efficacy Scale (DMSES)

Instrumen DMSES merupakan skala pengukuran self-efficacy

yang dikembangkan berdasarkan aktivitas perawatan diri penderita DM

dalam mengelola penyakit mereka. Instrumen ini pertama kali

dikembangkan oleh Bijl, Poelgeest-Eeltink, & Shortridge-Baggett (1999)

dengan instrumen pengukuran diarahkan pada dimensi kekuatan dengan

tiga kelompok kegiatan perawatan diri penderita DM yaitu performing

activities, self-observation dan selfregulating. Performing activities atau

melakukan aktivitas seperti penggunaan obat, pengaturan diet dan latihan

fisik. Selfobservation merupakan kegiatan monitoring dan melaporkan


22

kadar glukosa dalam darah dan urin, berat badan, kondisi kulit kaki dan

kesehatan secara umum. Self-regulating yaitu kegiatan untuk mengatur

diri sendiri seperti koreksi hipoglikemia, hiperglikemia, variasi nutrisi,

pengaturan berat badan dan manajemen stress. Instrumen ini terdiri dari 20

item pertanyaan dengan empat faktor yang dinilai yaitu nutrisi khusus dan

berat badan, nutrisi umum dan perawatan medis, aktivitas fisik dan kontrol

gula darah. Instrumen DMSES ini kemudian dikembangkan dibeberapa

Negara yang disesuaikan dengan bahasa dan budaya tertentu. McDowell,

Courtney, Edwards, & Shortridge-Baggett (2005)

mengembangkan instrumen DMSES walaupun sudah dalam bentuk

bahasa Inggris tetapi diadaptasi kembali sesuai dengan budaya di Australia

karena secara budaya memiliki susunan kata yang berbeda. Lain halnya

adaptasi yang dilakukan di Turki dimana para ekspert melihat kondisi pasien

DM yang tidak memiliki alat untuk timbang berat badan dan kontrol gula

darah sehingga ada dua item yang berhubungan dengan masalah tersebut

yang tidak dimasukkan (Kara, van der Bijl, Shortridge-Baggett, Asti, &

Erguney, 2005).

Vivienne Wu et al. (2006), mengembangkan instrumen DMSES

Australia untuk dapat digunakan di Cina dengan memodifikasi tiga item

pertanyaan sehingga menjadi C-DMSES. Sturt, Hearnshaw, & Wakelin

(2010) mengembangkan DMSES menjadi DMSES UK dengan jumlah 15

item pertanyaan karena berdasarkan analisa Warwick Diabetes Research and

Education User Group (WDREUG) terdapat lima item yang menyebabkan


23

kebingungan dan duplikasi yaitu item nomor 8, 18, 5, 14, dan 15. Di Iran

instrumen DMSES terdiri dari lima faktor dimana faktor nutrisi umum dan

kontrol medis ditransformasi menjadi dua subskala, tetapi instrumen ini

masih sama dengan DMSES versi Belanda dan Cina (Noroozi & Tahmasebi,

2014). Proses adaptasi budaya perlu dilakukan seperti halnya masyarakat

Korea menerima konseling tidak hanya dari dokter melainkan dari tenaga

professional lainnya seperti perawat dan ahli gizi sehingga ada item yang

disesuaikan dan pada pengembangan K-DMSES menjadi 16 item

pertanyaan (Lee, van der Bijl, Shortridge-Baggett, Han, & Moon, 2015).

Fappa, Efthymiou, Landis, Rentoumis, & Doupis (2016) mengembangan

DMSES versi Belanda kedalam versi Yunani GRDMSES tanpa merubah

skala aslinya dengan cronbach’s alpha 0.93. Sangruangake, Jirapornkul, &

Hurst (2017) mengembangkan T-DMSES untuk dapat digunakan di

Thailand dengan Cronbach’s alpha 0.89.


24

2.2.6 Faktor-faktor yang berhubungan dengan efikasi diri

Berikut faktor-faktor yang berhubungan dengan efikasi diri, yaitu:

a. Usia

DM merupakan jenis DM yang paling banyak jumlahnya

yaitu sekitar 90-95% dari seluruh penyandang DM dan

banyak dialami oleh dewasa diatas 40 tahun. Hal ini

disebabkan retensi insulin pada DM cenderung meningkat

pada lansia (40-65 tahun), riwayat obesitas dan adanya

faktor keturunan (Smeltzer & Bare, 2008). Penelitian

Wang dan Shiu (2004 dalam Wu, et al., 2006)

menemukan bahwa ada hubungan antara faktor demografi

dengan aktifitas perawatan diri pasien DM termasuk

faktor usia, rata-rata pasien berusia 60 tahun. Menurut

Potter dan Perry (2005) usia 40-65 tahun disebut juga

tahap keberhasilan, yaitu waktu untuk pengaruh

maksimal, membimbing diri sendiri dan menilai diri


25

sendiri, sehingga pasien memiliki efikasi diri yang baik.

b. Tingkat pendidikan

Tingkat pendidikan umumnya akan berpengaruh terhadap

kemampuan dalam mengolah informasi. Menurut

Stipanovic (2002) pendidikan merupakan faktor yang

penting pada pasien DM untuk dapat memahami dan

mengatur dirinya sendiri serta dalam mengontrol gula

darah. Wu et al., (2006) juga mengatakan bahwa pasien

dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi dilaporkan

memiliki efikasi diri dan prilaku perawatan diri yang

baik.

c. Status pernikahan

Menurut Delamater (2000), orang yang menikah atau

tinggal bersama pasangannya akan mempunyai

penyesuaian psikologis yang baik. Penelitian Kott (2008)

menjelaskan bahwa responden yang menikah mempunyai

kontrol DM yang baik dan mempunyai status kesehatan

yang lebih positif. Responden juga mempunyai

kecenderungan nilai HbA1c rendah yang

mengindikasikan kontrol metabolik baik.

d. Status sosial ekonomi

Rubin (2000) mengatakan bahwa pasien dengan

penghasilan yang baik berpengaruh positif terhadap


26

kesehatan dan kontrol glikemik. Penelitian Lau- Walker

(2007 dalam Wantiyah, Sitorus & Gayatri, 2010)

menunjukkan bahwa pekerjaan secara signifikan sebagai

prediktor efikasi diri secara umum, atau dengan kata lain

seseorang yang bekerja memiliki kepercayaan diri yang

lebih tinggi untuk mengatasi masalahnya.

e. Lama menderita Dm

Pada penelitian Fisher (2005), responden yang baru

menderita DM selama 4 bulan sudah menunjukkan

efikasi diri yang baik. Pada penelitian Fisher (2005),

responden yang baru menderita DM selama 4 bulan sudah

menunjukkan efikasi diri yang baik. Penelitian Wu et al.,

(2006) menemukan bahwa pasien yang telah menderita

DM ≥ 11 tahun memiliki efikasi diri yang baik daripada

pasien yang menderita DM <10 tahun. Hal ini disebabkan

karena pasien telah berpengalaman mengelola

penyakitnya dan memiliki koping yang baik. Namun dari

penelitian Bernal, Woolley, Schenzul dan Dickinson

(2000) menemukan bahwa pasien yang telah lama

menderita DM namun disertai komplikasi memiliki

efikasi diri yang rendah. Dengan adanya komplikasi akan

mempengaruhi kemampuan pasien untuk mengelola

perawatan diri dan penyakitnya.


27

f. Dukungan keluarga

Belgrave dan Lewis (1994 dalam Wu, 2007) meneliti

peran dukungan keluarga, ternyata dukungan keluarga

secara signifikan berhubungan dengan prilaku kesehatan

yang positif dengan mematuhi aktifitas kesehatan. Bomar

(2004) mengatakan bahwa dukungan keluarga adalah

suatu bentuk prilaku melayani yang dilakukan oleh

keluarga baik dalam bentuk dukungan emosional

(perhatian, kasih saying dan simpati), dukungan

penghargaan (menghargai, umpan balik), dukungan

informasional (saran, nasehat dan informasi) maupun

dalam bentuk instrumental (bantuan tenaga, dana dan

waktu). Hasil penelitian Wantiyah (2010) menemukan

bahwa ada hubungan antara dukungan sosial/keluarga

dengan efikasi diri. Begitu juga hasil penelitian

Skarbek (2006) menyimpulkan bahwa responden yang

kurang mendapatkan dukungan keluarga akan memiliki

prilaku perawatan diri yang rendah dibandingkan dengan

responden yang mendapat dukungan keluarga yang

positif.

g. Depresi

Diperkirakan 10,9% sampai 32,9% pasien DM

mengalami depresi (Anderson et al., 2001 dalam Wu,


28

2007). Gejala depresi yang terjadi berimplikasi terhadap

kepatuhan regimen, kualitas hidup dan biaya pelayananan

kesehatan. Depresi juga mempengaruhi kemampuan self

care pasien DM. Depresi dapat berkontribusi pada

penurunan fungsi fisik dan mental yang menyebabkan

seseorang menjadi malas mengikuti perawatan diri harian

secara rutin sehingga menyebabkan kontrol glikemik

yang rendah dan meningkatkan resiko komplikasi.

Skarbek (2006) menyatakan bahwa pasien yang memiliki

gejala depresi akan mengalami penurunan dalam

perawatan diri.(Ariani, 2011).


BAB III
KERANGKA KONSEP
3.1 Kerangka Konsep

Kerangka konsep merupakan turunan dari kerangka teori, yang berisi

kerangka hubungan antara konsep-konsep yang akan diukur atau diamati

melalui penelitian yang akan dilakukan (Imas Masturoh, 2018). Adapun

kerangka konsep pada penelitia adalah sebagai berikut :

Dicegah dengan 4 pilar


Komplikasi akut
penatalaksanaan DM:
DM Tipe 2 (hiperglikemia),
edukasi, terapi nutrisi
kronik (mikrovaskuler,
medis, latihan jasmani,
makrovaskuler)
farmakologi

Self management
Gambaran Efikasi Diri
Pada Pasien DM
diabetes

Faktor yang berhubungan dengan efikasi :


a. Usia
b. Tingkat Pendidikan
c. Status Pernikahan
d. Status sosial ekonomi
e. Lama menderita Dm
f. Dukungan keluarga
g. Depresi
Keterangan Gambar :

: variabel yang diteliti

: variabel yang tidak teliti

29
30

: ada hubungan

Gambar 1 Kerangka Konsep


3.2 Variabel Penelitian Dan Defenisi Operasional Variabel

3.2.1. Variabel Penelitian

Menurut (Prof.Dr.Sugiyono, 2019), variabel penelitian

merupakan segala sesuatu yang berbentuk yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi mengenai hal

tersebut kemudian ditarik kesimpulannya. Pada penelitian ini

variable yang digunakan adalah satu variable yaitu, Efikasi Diri

Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2.

3.2.2. Defenisi Operasional

Definisi operasional adalah Suatu penentuan sifat yang akan

dipelajari sehingga menjadi variable yang dapat diukur, untuk

menghindari perbedaan persepsi (Kelana Kusuma Dharma, 2011).

Pada bagian ini akan membahas tentang penjelasan atau definisi

yang dibuat oleh peneliti tentang fokus studi yang dirumuskan

secara operasional yaitu sebagai berikut:


31

Tabel 1 Definisi Operasional Gambaran Efikasi Diri Pada Pasien DM

No Variabel Definisi Parameter Alat Skala


opersional pengkuruna ukur
1 2 3 4 5 6
1 Efikasi Keyakinana Hasil Diabetes Ordinal
diri pada dan pengisian management hasil
pasien kemampuan kuesioner self efficicay ukur :
diabtes self efficacy a.sangat
pasien diabetes
militus pada pasien tidak
militus dalam Dm yang mampu =
mengatur atau terdiri dari 1
melakukan 15 b.tidak
perilaku yang pertanyaan mampu =2
mendukung dan pasien c.kurang
kesehatn diabetes mampu =
melitus bisa 3
meliputi:
menjawab d.mampu
a.kemampuan pertanyaan =4
dalam dengan skor: e.sangat
mengelola 1 = sangat mampu =
kadar tidak mampu 5
glukosa 2 = tidak
darah mampu
3 = kurang kategori :
b. kemam
mampu
puan dalam 4 = a. Baik :
perawatan mampu 73/-100
kaki 5 = sangat b. cukup :
c.kemampuan mampu 34/- 72
dalam terapi c. kurang :
pengobatan < 33/
d. kemam
puan dalam
mengatur
pola makan
atau diet
e.kemampuan
dalam
melakukan
tingkat
32

aktivitas
fisik
BAB IV
METODE PENELITIAN

4.1. Desain penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif

dengan menggunakan desain survey berupa kuesioner. Metode deskriptif

adalah penelitian yang berusaha menggambarkan fenomena yang terjadi

secara nyata, realistic, actual, nyata, dan pada saat ini, karena penelitian

ini untuk membuat deskriptif, gambaran, atau lukisan secara sistematis,

faktual, akurat mengenai fakta-fakta,sifat-sifat serta hubungan antar

fenomena yang diselidiki (Rukajat, 2018).

Pendekatan yang dipakai dalam penelitian ini adalah pendekatan

crosssectional. Penelitian cross-sectional adalah jenis penelitian yang

menekankan waktu pengukuran atau observasi data variabel hanya satu

kali pada satu saat. Pada jenis ini, variabel dinilai secara bersamaan pada

suatu saat sehingga tidak ada tindak lanjut (Nursalam, 2016)

4.2. Tempat dan waktu

4.2.1. Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di poli klinik penyakit dalam Rumkit Tk II Udayana

4.2.2. Waktu Tanggal Penelitian

Penelitian dilakukan dari 8 mei – 30 juni 2023.

33
34

4.3. Populasi, Sampel, Dan Teknik Sampling

4.3.1 Populasi Penelitian

Populasi adalah sebagian dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi

tersebut, ataupun bagian kecil dari anggota populasi yang diambil menurut

prosedur tertentu sehingga dapat mewakili populasinya (Rukajat, 2018). Populasi

dalam penelitian ini adalah seluruh pasien dengan diabetes melitus. Jumlah

populasi pasien diabetes melitus di poli klinik penyakit dalam Rumkit Tk II

Udayana yaitu sebanyak 331 orang.

4.3.2 Sampel

Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang

dimiliki oleh poplasi, ataupun bagian kecil dari anggota populasi yang

diambil menurut prosedur tertentu sehingga dapat mewakili populasinya

(Rukajat, 2018). Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin

mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena

keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan

sampel yang diambil dari populasi itu. Ukuran sampel yang layak dalam

penelitian adalah 30 hingga 500 orang (Sugiyono, 2017).

a. Cara menghitung sampel

Adapun rumus yang digunakan dalam menentukan besar

sampel yang diteliti, yaitu sebagai berikut (Nursalam, 2016) :

N
n= 2
1+ N (d )

Keterangan :
35

N: besar populasi

n: besar sampel

d: tingkat singnifikansi yang diinginkan (0,05)

pada penelitian ini, peneliti menggunakan data populasi diabetes

melitus di Rumkit Tk II Udayana yang berjumlah 331 orang. Jika

data tersebut dimasukan kedalam rumus diatas maka.

N = 331 orang (jumlah populasi pasien diabetes melitus )

331
n=
1+331 ¿ ¿

331
n=
1+331(0.0025)

331
n=
1.8275

n= 181.12

n= 181

Jadi besaran sampel yang akan diteliti adalah 181.12 dibulatkan

menjadi 181 responden dimana yang menjadi responden yaitu

pasien diabetes melitus dipoli klinik penyakit dalam Rumkit Tk II

Udayana Denpasar.

b. Kriteria inklusi
Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subyek penelitian

dari suatu populasi target yang terjangkau dan akan diteliti

(Nursalam, 2015). Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah


36

sebagai berikut :

a) Pasien penderita Diabetes Melitus di Rumkit Tk II

Udayana

b) Bisa membaca dan menulis

c) Memiliki kesadaran dan komunikasi yang baik.

d) Pasien DM koperatif

c. Kriteria eksklusif

Kriteria ekslusi adalah menghilangkan atau mengeluarkan

subyek yang tidak memenuhi kriteria inklusi dari studi karena

berbagai sebab (Nursalam, 2015).

a) Pasien DM tipe 2 dengan penyakit penyerta lainya

b) Pasien DM dengan gangguan jiwa

4.3.3 Teknik sampling

Teknik sampling merupakan cara-cara yang ditempuh dalam

pengambilan sampel, agar memperoleh sampel yang benar-benar sesuai

dengan keseluruhan subjek penelitian (Sastroasmoro & Ismail, 1995;

Nursalam. 2017 dalam (Nursalam, 2020). Dalam penelitian ini

menggunakan nonprobability sampling yaitu dengan teknik purposive

sampling dimana penetapan sampel dilakukan dengan memilih sampel

diantara populasi sesuai dengan yang dikendaki peneliti, sehingga sampel

dapat mewakili populasi yang ada (Nursalam, 2020).


37

4.4. Jenis dan teknik pengumpulan data

4.4.1 Jenis data

a. Data primer

Data Primer merupakan data yang diperoleh atau

dikumpulkan oleh peneliti secara langsung dari sumber datanya

(Imas Masturoh, 2018). Data primer penelitian ini yaitu :

1. Data identitas meliputi nama, usia, jenis kelamin, pekerjaan, dan

pendidikan

2. Hasil pengukuran dari kuesioner tentang kuisioner efikasi diri

diisi oleh responden.

b. Data sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh peneliti dari

berbagai sumber yang telah ada (Imas Masturoh, 2018). Data

sekunder pada penelitian ini berupa:

1. Gambaran umum tempat penelitian yaitu Rumkit Tk II Udayana.

2. Jumlah penderita diabetes melitus di Rumkit Tk II Udayana.

4.4.2 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data merupakan teknik untuk mendapatkan

data yang kemudian dianalisis dalam suatu penelitian dan bertujuan

untuk menemukan data yang dibutuhkan dalam tahapan penelitia (Imas

Masturoh, 2018). Pengumpulan data penelitian ini dengan cara

melakukan survey lalu responden mengisi kuesioner/google form.

Kuisioner ini dibuat sendiri oleh peneliti. Langkah langkah dalam


38

pengumpulan data adalah sebagai berikut :

1. Peneliti Mengajukan surat permohonan izin penelitian ke

Rumah Sakit TK 2 Udayana

2. Melakukan pendekatan dan kerjasama dalam pengumpulan

data dengan Rumah Sakit TK 2 Udayana

3. Melakukan pemilihan populasi yang sesuai dengan kriteria

inklusi dan eksklusi untuk dijadikan sampel

4. Melakukan pengecekan kelengkapan data yang telah diisi

dalam lembar kuesioner.

5. Mengelola data yang telah diperoleh dari pengisian kuesioner

pada lembar rekapitulasi dari pengisian kuesioner oleh

responden.

6. Merekapitulasi dan mencatat data yang diperoleh pada lembar

rekapitulasi untuk diolah.

7. Melakukan pengolahan data penelitian kemudian menyusun

laporan penelitian

8. Menyajikan hasil penelitian dalam bentuk laporan penelitian

4.4.3 Instrumen pengumpulan data

Instrumen atau alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini

adalah menggunakan pulpen dan lembar pengumpulan data berupa

formulir kuisioner yang akan diisi oleh responden yang sesuai dengan

kriteria inklusi.Pada lembar pengumpulan data terdiri dari usia, jenis

kelamin, pekerjaan, dan pendidikan. Pada lembar kuesioner Diabetes


39

Management Self-Efficacy Scale (DMSES) UK dari penelitian Sturt, et

al. (2009) terdapat 15 item pertanyaan. DMSES UK digunakan sebagai

instrumen untuk mengidentifikasi efikasi diri pada pasien diabetes

melitus tipe 2. Penilaian jawaban berdasarkan 5 point skala Likert pada

masing-masing item pertanyaan terdapat skor, sangat tidak mampu =

1,tidak mampu= 2, kurang mampu = 3, mampu = 4, sangat mampu = 5.

Dengan kategori baik: 73%-100%, cukup : 34%-72% kurang : <33%.

Kuesioner yang diberikan kepada responden pada saat melakukan

pengisian kuesioner dapat dipandu peneliti dan setelah semua pernyataan

kuesioner diisi lalu di cek kembali oleh peneliti mengenai kelengkapan

pengisian.

4.5. Pengolahan dan analisa data

4.5.1 Pengolahan data

Pengolahan data merupakan bagian dari penelitian setelah pengumpulan

data dan pada tahap ini data mentah atau raw data yang telah dikumpulkan,

diolah dan dianalisis sehingga menjadi informasi (Imas Masturoh, 2018).

a. Editing

Editing atau penyuntingan data adalah tahapan dimana data

yang sudah dikumpulkan dari hasil pengisian kuesioner

disunting kelengkapan jawabannya. Jika pada tahapan

penyuntingan ternyata ditemukan ketidaklengkapan dalam

pengisian jawaban, maka harus melakukan pengumpulan data

ulang.
40

b. Coding

Coding adalah membuat lembaran kode yang terdiri dari tabel

dibuat sesuai dengan data yang diambil dari alat ukur yang

digunakan. Peneliti memberikan kode tertentu untuk

memudahkan pengolahan data.

1. Usia, kode 1 = 36-45 tahun, 2 = 46-55 tahun, 3 = 56-

65 tahun

2. Jenis kelamin, kode 1 = laki-laki, 2

= perempuan

3. Pekerjaan, kode 1 = Tidak bekerja, 2 =

Swasta/Wiraswasta, 3 = PNS

4. Pendidikan, kode 1 = SD, 2 = SMP, 3 = SMA, 4 =

Akademi/Perguruan Tinggi, 5 = Tidak sekolah

c. Data entry

Data entry adalah kegiatan memasukkan data yang telah

dikumpulkan kedalam master tabel dan dilanjutkan dengan

dilakukan analisis data dengan program yang ada di

komputer.

d. Cleaning

Cleaning merupakan kegiatan pengecekan kembali terhadap

data yang sudah dientry dengan cara memeriksa adanya

kesalahan atau tidak saat memasukkan data pada program

perangkat komputer.
41

4.5.2 Analisa Data

Teknik analisa data yang digunakan adalah analisa statistik

deskriptif. Analisis statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan

untuk mengaalisis data dengan cara mendeskripsikan atau

menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa

bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau

generalisasi (Imas Masturoh, 2018). Statistik deskriptif dapat disebut

juga analisis univariat yang dilakukan menurut jenis data, untuk data

kategorik dapat berupa distribusi frekuensi persentase atau proporsi dari

setiap variabel yang diteliti. Jawaban dari responden pada kuesioner

dilakukan distribusi persentase atau proporsi dari efikasi diri pasien pada

diabetes melitus. Adapun analisa data yang dilakukan adalah analisa

univariat. Efikasi diri di ukur menggunakan kuisioner Diabetes

Management Self-Efficacy Scale (DMSES) UK dari penelitian Sturt, et

al. (2009) terdapat 15 item pertanyaan. DMSES UK digunakan sebagai

instrumen untuk mengidentifikasi efikasi diri pada pasien diabetes

melitus. Penilaian jawaban berdasarkan 5 point skala Likert , dengan

menggunakan skala ordinal pada masing- masing item pertanyaan

terdapat skor, sangat tidak mampu = 1,tidak mampu= 2, kurang mampu =

3, mampu = 4, sangat mampu = 5. Dengan kategori baik: 73%-100%,

cukup : 34%-72% kurang : <33%.

4.6. Etika Peneliti

a. Prinsip respect for person


42

Responden akan diberikan lembaran persetujuan dan dijelaskan

kepada responden yang memenuhi kriteria disertai judul dan manfaat

penelitian agar responden mengerti maksud penelitian yang akan

dilakukan. Bila menolak, peneliti tidak memaksa dan menghormati

keputusan.

b. Anonymity (tanpa nama)

Merupakan jaminan yang diberikan kepada subyek penelitian

dengan cara tidak memberikan atau mencantumkan nama responden

pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan

disajikan.

c. Confidentially (kerahasiaan)

Merupakan hasil penelitian yang dirahasiakan baik informasi

maupun masalahmasalah lainnya. Semua informasi yang telah

didapatkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data

tertentu yang akan dilaporkan pada hasil penelitian


BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian


5.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Rumah Sakit dengan rujukan tertinggi di wilayah Kodam IX/Udayana

yaitu Rumah Sakit Tk. II Udayana Denpasar. Rumah Sakit ini memiliki

kewajiban pokok antara lain menawarkan pelayanan dalam bidang kesehatan

bagi anggota TNI-AD, serta Pegawai Negeri Sipil. Untuk dapat mengoperasikan

atau menjalankan tugas sebagai tenaga medis serta pelayanan kesehatan, pihak

rumah sakit melakukan pendaftaran izin pada 23 Maret 2015 dengan nomor

surat izin 445/01.RS.13.I.14/Dinkes, surat ini berlaku selama 5 tahun. Mengenai

perizinan tersebut yang sesuai dengan pertaruran menteri kesehatan tentang

klasifikasi serta perizinan Rumah Sakit yang terdapat pada no 3 tahun 2020 dan

menggantikan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 30 Tahun 2019 tentang

Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit karena harus menyesuaikan dengan

perkembangan serta kebutuhan hukum yang ada.

Rumah Sakit Tingkat II Udayana termasuk institusi penyedia pelayanan

kesehatan serta meyelenggarakan pelayanan perseorangan yang memfasilitasi

pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat yang tertuang dalam

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 3 Tahun 2020. Berdasarkan suratizin yang

berlaku hanya selama 5 tahun, dalam mempertahankan perizinan tersebut, pihak

rumah sakit melakukan Akreditasi Rumah Sakit dengan proses bertahap yang

43
44

pertama Tahap I (5 Pelayanan) hingga pada akhirnya telah ditetapkan status

Akreditasi Rumah Sakit.

Rumah Sakit Tingkat II Udayana bertempat di Jl.P.B Sudirman No.1 Denpasar

dilengkapi dengan sarana dan prasarana medis yang lengkap dan canggih, serta

tenaga dokter maupun perawat yang memiliki kualtias baik. Fasilitas yang

disediakan rumah sakit antara lain fasilitas rawat inap, fasilitas pertemuan rawat

jalan, fasilitas ruang tindakan, fasilitas penunjang. Rumah Sakit Tk. II Udayana

memiliki 152 kamar dimana terdapat ruang VVIP, VIP, I, II, III, ICU, NICU,

IGD, Ruang Bersalin, Ruang Operasi, Ruang Isolasi. Diabetes melitus di poli

penyakit dalam di rumkit tk 2 udayana adalah mengendalikan kadar gula di

dalam darah penderita dengan penerapan gaya hidup sehat yaitu dengan

melakukan diet dan aktivitas fisik seperti olahraga atau melakukan aktivitas.

Adapun 5 penyakit terbanyak yang berkunjung ke rumkit TK 2 udayana

berdasarkan data keadaan pasien rawat jalam selama 3 bulan terakhir:

Tabel 5.1 Daftar Penyakit Terbanyak


Nama Penyakit Jumlah
Diabetes Mellitus 424
Hipertensi esensial 586
Cedera YDT lainnya, YTT dan daerah badan 410
Fraktur tulng anggota gerak lainnya 217
Nyeri punggung bawah 202
Jumlah Total 1.839

5.1.2 Karakteristik Subjek Penelitian

Penelitian dilakukan pada 181 responden diabetes mellitus di Poliklinik

Penyakit Dalam Rumah Sakit Tingkat II Udayana. Penelitian pada responden


45

dilakukan pada tanggal 8 mei-30 juni 2023. Berikut adalah distribusi

karakteristik responden berdasasrkan usia, pendidikan dan status ekonomi.

Tabel 5.2
Karakteristik responden berdasarkan usia, pendidikan dan status ekonomi.

Kategori Frekuensi (f) Persentase (%)


Usia
< 25 tahun 5 2.8
26-35 tahun 26 14.4
36-45 tahun 49 27.1
46-55 tahun 62 34.3
56-65 tahun 20 11.0
> 65 tahun 19 10.5

Pendidikan
Tidak sekolah 19 10.5
SD 22 12.2
SMP 57 31.5
SMA 58 32.0
Perguruan tinggi 25 13.8

Status Ekonomi
Pendapatan rendah 29 16.0
Pendapatan sedang 52 28.7
Pendapatan tinggi 100 55.2
JUMLAH 181 100

Sumber : Data SPSS (2023)

Berdasarkan usia, mayoritas responden berada pada usia 46-55 tahun

dengan jumlah 34,4%. Berdasarkan pendidikan terakhir, mayoritas responden

mengenyam pendidikan hingga SMA dengan jumlah 32%. Status ekonomi

responden diperoleh bahwa mayoritas responden berpendapatan tinggi dengan

jumlah 55,2%.
46

5.1.3 Penilaian Self Efficacy pada Pasien Diabetes Mellitus di Poliklinik

Penyakit Dalam Rumah Sakit Tingkat II Udayana

Berdasarkan hasil kuesioner yang disebar kepada 181 responden,

diperoleh hasil skoring kuesioner yaitu sebagai berikut :

Tabel 5.3

Hasil Penlaian Kuesioner Self Efficacy

Self Efficacy Frekuensi (f) Persentase (%)

Self Efficacy kurang 55 30.4

Self Efficacy cukup 91 50.3

Self Efficacy baik 35 19.3

Total 181 100

Sumber : Data SPSS (2023)

Berdasarkan uraian di atas dapat dijelaskan bahwa mayoritas responden

memiliki Self Efficacy cukup dengan jumlah 50,3%, selanjutnya responden

dengan Self Efficacy kurang dengan jumlah 30,4% dan responden dengan Self

Efficacy baik dengan jumlah 19,3%%.

5.2 Pembahasan
5.2.1 Karakteristik Responden

5.2.1.1 Usia
Berdasarkan hasil penelitian pada kategori usia, mayoritas responden

berada pada usia 46-55 tahun dengan jumlah 34,4%. Hasil ini sejalan dengan
47

penelitian dari Suryaditha (2022) bahwa dari total 82 responden, mayoritas

berada pada rentang usia 40-55 tahun. Bertambahnya umur membuat fungsi

fisiologis mengalami penurunan akibat proses degeneratif. DM adalah salah

satu penyakit degeneratif yang mungkin akan menyebabkan berakhirnya hidup

dengan episode terminal disertai dengan komplikasi yang mungkin muncul

(Timur, 2021). Komplikasi yang terjadi pada DM secara signifikan berdampak

pada kualitas hidup, biaya perawatan kesehatan yang tinggi dan mobiditas serta

menjadi penyebab utama kematian (Aswir & Misbah, 2018). Pada usia 40-50

)Pada saat usia seseorang semakin tua mendekati lansia, maka terjadi kelemahan

fungsi tubuh secara menyeluruh termasuk fleksibilitas pembuluh darah, dengan

semakin tua usia seseorang harapan, keyakinan untuk kesembuhan juga semakin

menurun (Suwantara, 2018)

5.2.1.2 Pendidikan
Hasil penelitian menunjukan bahwa berdasarkan pendidikan terakhir,

mayoritas responden mengenyam pendidikan hingga SMA dengan jumlah 32%.

Hasil ini sejalan dengan penelitian dari Riska (2020) bahwa mayoritas

responden dengan diabetes mellitus memiliki tingkat pendidkan setingkat SMA

dengan jumlah 40%. Tingkat pendidikan seseorang berhubungan dengan

kemampuan orang tersebut dalam memahami suatu informasi yang selanjutnya

diolahnya menajdi suatu pengetahuan (Fitrianingsih et al., 2019). Semakin

tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka kemampuannya dalam menyerap

suatu informasi menjadi pengetahuan semakin baik (Notoatmodjo, 2018).

Menurut Nugroho (2020) pada umunya semakin tinggi pengetahuan pendidikan


48

seseorang maka semakin mudah menerima informasi sedangkan semakin

kurang pendidikan akan mengambat perkembangan sikap seseorang terhadap

nilai-nilai yang baru diperkenalkan. Dalam hal ini seseorang yang

berpendidikan rendah akan menolak informasi dari sesuatu yang seharusnya

didapatkan sehingga seseorang yang pendidikan rendah cenderung kurang

karena tidak siap dengan penyakit yang dideritanya.

5.2.1.3 Status Ekonomi


Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa status ekonomi

responden diperoleh bahwa mayoritas responden berpendapatan tinggi dengan

jumlah 55,2%. Hasil ini sejalan dengan penelitian dari Gabby (2020) bahwa

responden mayoritas memiliki pendapatan tinggi dengan jumlah 48,3%. Status

sosial ekonomi baik dinilai oleh pendapatan, pendidikan, atau pekerjaan terkait

dengan berbagai masalah kesehatan, termasuk di dalamnya bayi berat lahir

rendah, penyakit kardiovaskuler, hipertensi, arthritis, diabetes dan kanker.

Status sosial ekonomi yang rendah dikaitkan dengan tingkat kematian yang

tinggi (Diarthini et al., 2020). Terdapat penelitian dari Gown (2019) bahwa

pendapatan rumah tangga (belum dipotong pajak) di bawah dari $20.000 per

tahun memiliki risiko untuk terkena Diabetes Melitus tipe 2. Kelompok dengan

pendapatan tinggi merupakan kelompok yang lebih rentan untuk terkena

Diabetes Melitus Tipe 2. Hal tersebut dikarenakan perubahan sosial ekonomi

dan selera makan akan mengakibatkan perubahan pola makan masyarakat yang

cenderung menjauhkan konsep makanan seimbang, sehingga berdampak negatif

terhadap kesehatan dan gizi.


49

5.2.2 Gambaran Self Efficacy pada Pasien Diabetes Mellitus di Poliklinik

Penyakit Dalam Rumah Sakit Tingkat II Udayana

Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa mayoritas responden

memiliki Self Efficacy cukup dengan jumlah 50,3%, Hasil ini sejalan dengan

penelitian Solissa (2021) menunjukan bahwa sebagian besar pasien memiliki

self-efficacy cukup (85,4%) dan self care baik (83%). Hasil uji Fisher Exact

dengan α < 0,05 menunjukkan ada hubungan antara self-efficacy dengan self

care pada pasien diabetes melitus di Puskesmas Tamamaung Kota Makassar

(ρ=0,005). Upaya promosi kesehatan mengenai self care diabetes melitus perlu

ditingkatkan agar dapat menambah pengetahuan pasien dalam pelaksanaan self

care diabetes melitus.

Dalam penelitian ini yang menjadi sempel adalah pasien diabetes

melitus dipoli klinik penyakit dalam rumkit TkII udayana sebanyak 181 orang.

Dilihat d

Berdasarkan hasil penelitian dilihat dari karakteristik usia yang

terbanyak menderita diabetes dari 181 responden adalah usia 46-55 tahun

dengan jumlah 66 ressponden (34,3%). Sejalan dengan penelitian dari

Suryaditha (2022). Bahwa dari total bahwa dari total 82 responden, mayoritas

berada pada rentang usia 40-55 tahun. Bertambahnya umur membuat fungsi

fisiologis mengalami penurunan akibat proses degenerative. Usia ini sangat erat

kaitannya dengan peningkatang kadar gula darah dalam darah, sehingga


50

seamking meningkat usia makan prevelensi Dm dan gangguan toleransi glukosa

semakin tinggi.

Proses menua yang berlangsung setelah 30 tahun mengakibatkan

perubahan anatomis fisiologis dan biokimia. Menurut WHO setelah usia 30

tahun maka kadar glukosa darah akan naik 5,6-13 mg/dL ini berbeda dengan

pada 2 jam setelah makan (sudoyo,2006). Ini berbeda dengan hasil penelitian

sebelumnya yang dilakukan oleh yesiariani (2011) tentang hubungan motivasi

dengan efikasi diri pada pasien diabetes melitus menyatakan responden

terbanyak dengan umur 59,32 tahun dengan median 58 tahun dan modus 58

tahun.

Sesuai dengan hasil penelitian diatas dapat dikatakan bahwa umur

merupakan salah satu factor yang yang mempertinggi resiko terjadinya DM

ditambah lagi manusia akan mengalami perubahan fisiologi tubuh setelah umur

40 tahun mka peluang seseorang yang telah mengalami proses penuaan untuk

terkena DM akan meningkat apa lagi dibarengan dengan pola hidup tidak baik.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa berdasarkan pendidikan

terakhir, mayoritas responden mengenyam pendidikan hingga SMA dengan

jumlah 32%. Menurut Notoatmodjo (2005). Tingkat Pendidikan merupakan

indicator bahwah seseorang telah menempuh jenjang Pendidikan formal

dibidang tertentu, namu bukan indicator bahwa seseorang telah menguasai

beberapa bidang ilmu seseorang dengan Pendidikan yang baik, lebih matang

menerima pengaruh luar yang positif, objek dan terbuka terhadap berbagai

informasi termaksud informasi tentang Kesehatan. Hasil ini sejalan dengan


51

penelitian dari Riska (2020) bahwa mayoritas responden dengan diabetes

mellitus memiliki tingkat pendidkan setingkat SMA dengan jumlah 40%.

Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa penderita Dm yang memiliki

Pendidikan tinggi lebih muda untuk mengakses berbagai informasi mengenai

penyakit dan penetalaksanaannya untuk mencencengah terjadinya komplikasi

lebih lanjut yang disebabkan oleh Dm.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa status ekonomi

responden diperoleh bahwa mayoritas responden berpendapatan tinggi dengan

jumlah 55,2%. Salah satu factor penyebab Dm adalah stres. Tingkat gula darah

tergantung kegiatan hormon yang dikeluarkan oleh kelenjar adrenal, yaitu

adrenalin dan kortikosteroid. Kedua hormon tersebut mengatur kebutuhan gula

darah dan kortikosteriod akan menurunkan Kembali. Adrenalin yang terus

menerus dipacu akan mengakibatkan insulin kewalahan mengatur kadar gula

darah yang ideal dan naik secara drastic (Vitahealth, 2005). Status ekonomi

merupakan salah satu stress bagi penderita Dm yang dapat menurunkan

kemampuan seseorang untuk menyelesaikan masalah. Kondisi ini kemungkinan

dapat memperberat kondisi pasien Dm yang berdampak pada self eficacy diri

dan manajemen perawatan diri. Hasil ini sejalan dengan penelitian dari Gabby

(2020) bahwa responden mayoritas memiliki pendapatan tinggi dengan jumlah

48,3%.

Dari data diatas disimpulkan bahwa seseorang yang memiliki

pendapatan rendah beresiko terkena Dm seseorang dengan pendapatan tinggi

dan pendapatan rendah tentu akan memiliki tingkat stress dan penyelesaian
52

masalah yang berbeda terlebih lagi tuntutan semakin meningkat setiap harinya

akan menuntut seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Hal ini akan

memicu stress terlebih lagi pendapatan rendah dan tidak menentu, sehingga

secara tidak langsung stress menjadi penyabab diabetes melitus, ditambah lagi

pola hidup yang tidak teratur setiap harinya.

5.3 Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan yaitu :

Keterbatasan yang diperoleh pada penelitian ini yaitu penelitian hanya

berbatas pada lingkup Poliklinik Penyakit Dalam saja sehingga kurang

representatif untuk mewakili penderita diabetes mellitus yang lebih luas. Selain

itu penelitian ini hanya menggunakan satu variabel dan memilih metode

deskriptif sederhana, sehingga diharapkan penelitian selanjutnya menggunakan

variabel yang lebih banyak dengan metode lain yang lebih kompleks.
BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN

6.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian pada kategori usia, mayoritas responden

berada pada usia 46-55 tahun dengan jumlah 34,4%, pada kategori pendidikan

terakhir, mayoritas responden mengenyam pendidikan hingga SMA dengan

jumlah 32%, pada status ekonomi responden diperoleh bahwa mayoritas

responden berpendapatan tinggi dengan jumlah 55,2%, berdasarkan hasil

penelitian menunjukan bahwa mayoritas responden memiliki Self Efficacy

cukup dengan jumlah 50,3%

6.2 Saran
1. Diharapkan untuk peneliti selanjutnya agar dapat mengembangkan

penelitian terkait tentang self efficacy pada pasien diabetes mellitus dengan

menggunakan metode lain ataupun menggunakan desain penelitian lain

sehingga memperoleh hasil penelitian yang lebih variatif.

2. Diharapkan kepada Rumah Sakit Tingkat II Udayana khususnya perawat

agar memberikan penyuluhan kesehatan secara rutin kepada penderita

diabetes mellitus agar motivasi dalam menjalani hidup serta kualitas hidup

pasien semakin membaik ditengah tekanan psikhis yang dilamai akibat

dari penyakit yang diderita, agar bisa memberikan kondisi yang stabil dan

terkontrol

53
54

DAFTAR PUSTAKA

Alwisol (2009) ‘Self efficacy anak didik pemasyarakatan di Lapas anak


kelas IIA Blitar’, Retrieved from http://etheses.uin-
malang.ac.id/1236/6/11410061_Bab_2.pdf., pp. 13–39.
Ariani, Y. (2011) ‘Hubungan Antara Motivasi dengan Efikasi Diri Pasien
DM Tipe 2 Dalam Konteks Asuhan Keperawatan di RSUP. H.
Adam Malik Medan’, Universitas Indonesia. Available at:
http://lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20282755-T Yesi Ariani.pdf.
Dalam, P., Cipto, R. and Jakarta, M. (2020) ‘Gambaran Self Efficacy
Pada Pasien Diabetes Tipe 2’, 3(2), pp. 42–48.
Fatimah, R. N. (2013) ‘Konsep Diabetes Melitus’, Journal of Chemical
Information and Modeling, 53(9), pp. 1689–1699.
Herlambang, U. et al. (2019) ‘Pengaruh Progressive Muscle Relaxation
terhadap Stres dan Penurunan Kadar Gula Darah pada Pasien
Diabetes Melitus Tipe 2’, Critical Medical and Surgical Nursing
Journal, 8(1), p. 45. doi: 10.20473/cmsnj.v8i1.13400.
Imas Masturoh, N. A. (2018) Metodologi Penelitian Kesehatan. jakarta
selatan. ‘Infodatin-2020-Diabetes-Melitus.pdf’.
Kelana Kusuma Dharma (2011) Metodologi Penelitian Keperawatan. revisi.
Jakarta: Trans Info Media.
Manuntung, A. et al. (2017) ‘ANALISIS KEYAKINAN DIRI PASIEN
DIABETES MELLITUS TIPE 2 DALAM PENGELOLAAN
DIABETES MELLITUS’, 3(2006).
Munir, N. W., Munir, N. F. and Syahrul, S. (2019) ‘Self-Efficacy dan Kualitas
Hidup Pasien Diabetes Melitus Tipe 2’, Jurnal Penelitian Kesehatan
‘SUARA FORIKES’ (Journal of Health Research ‘Forikes Voice’),
11(2), p. 146. doi: 10.33846/sf11208.
Nursalam (2016) Ilmu Keperawatan Pendekatan Praktis. Jakarta: Salemba medika.
Nursalam (2020) Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. 5th edn. Edited by
P. P. Lestari. Jakarta: Salemba Medika.
Pertiwi, I. (2019) ‘Gambaran Self Efficacy Peserta Prolanis pada Pasien
Diabetes Mellitus Tipe II di Puskesmas Gamping 2 Sleman
Yogyakarta’, pp. 1–15.
Prof.Dr.Sugiyono (2019) Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. 2nd edn.
Bandung: Alfabeta.
Rahman, H. F., Yulia and Sukarmini, L. (2017) ‘Efikasi diri, kepatuhan, dan
55

kualitas hidup pasien diabetes melitus tipe 2 ( Self efficacy, adherence,


and quality of life of patients with type 2 diabetes )’, e-Jurnal Pustaka
Kesehatan, 5, pp. 108–113. Available at:
https://jurnal.unej.ac.id/index.php/JPK/article/view/4059/3172.

Rukajat, A. (2018) Pendekatan Penelitian Kuantitatif: Quantitative Research


Approach. Deepublish.
S, B. L., Rayasari, F. and Irawati, D. (2019) ‘Peningkatan Self Efficacy Melalui
Spiritual Care pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2’, Indonesian
Journal of Nursing Sciences and Practice, 1(2), pp. 83–91.
Simatupang, R. (2017) ‘Pengaruh Pendidikan Kesehatan Melalui Media Leaflet
Tentang Diet Dm Terhadap Pengetahuan Pasien Dm Di Rsud Pandan
Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2017’, Ilmiah Kohesi, 1(2), pp. 163–
174.
Sugiyono (2017) ‘Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D’, in.
Bandung : Alfabeta.

Amila. (2019). Hubungan Efikasi Diri Dengan Kecemasan Pada Pasien Pre Operasi Di
Rumah Sakit Tingkat Iii Baladhika Husada Jember. Jurnal UNEJ, 3(1).
Arif, T. (2020). Peningkatan Vaskularisasi Perifer dan Pengontrolan Glukosa Klien
Diabetes Mellitus Melalui Senam Kaki. Jurnal Ners Dan Kebidanan (Journal
of Ners and Midwifery), 7(1), 082–088.
https://doi.org/10.26699/jnk.v7i1.art.p082-088
Aswir, & Misbah, H. (2018). No 主観的健康感を中心とした在宅高齢者における
健康関連指標に関する共分散構造分析 Title. Photosynthetica, 2(1), 1–13.
http://link.springer.com/10.1007/978-3-319-76887-8%0Ahttp://link.springer.c
om/10.1007/978-3-319-93594-2%0Ahttp://dx.doi.org/10.1016/B978-0-12-
409517-5.00007-3%0Ahttp://dx.doi.org/10.1016/j.jff.2015.06.018%0Ahttp://
dx.doi.org/10.1038/s41559-019-0877-3%0Aht
Diarthini, N. L. P. E., Sudarmaja, I. M., Swastika, I. K., & Ariwati, N. L. (2020).
Peningkatan Kualitas Hidup Lansia Melalui Pelayanan Kesehatan dan Edukasi
Kesehatan Secara Personal Pada Lansia dI Desa Melinggih Payangan Gianyar
Bali. Talenta Conference Series: Tropical Medicine (TM), 19 Nomor 4(1),
490–494.
Fitrianingsih, W., Suindri, N. N., & Armini, N. W. (2019). Hubungan Antara
Pengetahuan, Pendapatan dan Pekerjaan Ibu Dengan Kehamilan Risiko Tinggi
di Puskesmas Kecamatan Denpasar Basar Tahun 2018. Jurnal Ilmiah
Kebidanan, 7(2), 98–108.
Ginting, P. A. S. (2019). Gambaran Karakteristik Pasien Penderita Diabetes Melitus
Di Ruangan Internis Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2019.
Diabetes Melitus, 032015035, 39–46.
Munir, N. W., Munir, N. F., & Syahrul, S. (2019). Self-Efficacy dan Kualitas Hidup
Pasien Diabetes Melitus Tipe 2. Jurnal Penelitian Kesehatan “SUARA
FORIKES” (Journal of Health Research “Forikes Voice”), 11(2), 146.
https://doi.org/10.33846/sf11208
56

Notoatmodjo, S. (2018). Metode Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta.


Nugroho. (2020). HUBUNGAN SELF EFFICACY DENGAN TINGKAT
KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI. Jurnal Kesehatan Kusuma Husada,
1(1), 10.
Suwantara. (2018). Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Efikasi Diri Pasien Gagal
Jantung Di Poliklinik Jantung RSUD Wangaya Kota Denpasar. SKripsi,
Program Studi Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Wira Medika
Bali.
Timur, P. D. (2021). Artawan, Rahayu, N.M.P. 07(01), 56–66.
Yanti, A. K., Primatanti, P. A., & Suryanditha, P. A. (2022). Hubungan Antara
Perubahan Fisik dengan Kecemasan pada Wanita Menopause di Desa Pupua.
AMJ (Aesculapius Medical Journal), 1(2), 1–6.
https://ejournal.warmadewa.ac.id/index.php/amj/article/view/4597%0Ahttps://
ejournal.warmadewa.ac.id/index.php/amj/article/download/4597/3289
57

Lampiran 1. Surat Persetujuan Responden

SURAT PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN

(INFORMED CONSENT)

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama :

Kelas :

Umur :

Alamat :

Setelah mendapatkan keterangan secukupnya serta menyadari manfaat dari

penelitian di bawah ini yang berjudul:

GAMBARAN SELF EFFICACY PASIEN DIABETES MILITUS

Dengan sukarela menyetujui diikutsertakan dalam penelitian di atas dengan catatan

bila suatu waktu merasa dirugikan dalam bentuk apapun berhak membatalkan

persetujuan ini serta berhak mengundurkan diri.

Mengetahui (Peneliti) Menyetujui (Responden)

( Kansiana Ferlin Wadu ) ( )


58

Lampiran 2 Diabetes Management Self Efficacy (DMSES)

Petunjuk Pengisian:

1. Kuesioner ini terdiri dari dua bagian yaitu identitas

responden dan kuesioner penelitian tentang efikasi diri.

2. Mohon kesediaan Bapak/Ibu untuk mengisi kuesioner tersebut sesuai

dengan keadaan yang sebenarnya, beri tanda ceklist (√) pada kotak yang

tersedia.

1. Identitas Responden

Nama Inisial :

Umur : tahun

Alamat :

Jenis kelamin

Laki-laki

Perempuan

Pendidikan terakhir

฀ Tidak tamat Sekolah

฀ Tamat SD

฀ Tamat SMP/MTs
59

฀ Tamat SMA/MA

฀ Diploma/Sarjana/Magister/Doktor

Status pekerjaan

฀ Tidak bekerja

฀ Swasta/Wiraswasta

฀ PNS
petunjuk Pengisian:

Berilah respon terhadap pernyataan dalam tabel dengan memberikan tanda ( √ )

pada kolom yang sesuai dengan persepsi bapak/ibu mengenai pernyataan maupun

pertanyaan tersebut.

Sangat
Tidak Tidak Kurang Sangat
No Item Pernyataan Mampu
Mampu Mampu Mampu Mampu

Saya mampu memeriksa gula darah


1 saya apabila diperlukan
Saya mampu menstabilkan gula darah
2 saya ketika kadarnya terlalu tinggi
Saya mampu menstabilkan gula darah
3 saya ketika kadarnya terlalu rendah
Saya mampu memilih makanan yang
4 tepat
Saya mampu menjaga berat badan saya
5 tetap terkontrol
Saya mampu memeriksa keadaan kaki
6 saya jika ada luka
Saya mampu mengatur pola makan
7 ketika sakit
Saya mampu mengikuti aturan makan
8 yang sehat setiap waktu
60

Saya mampu berolahraga ketika dokter


9 menyarankan
Saya mampu menyesuaikan aturan
10 makan ketika saya berolahraga
Saya mampu mengikuti pola makan
11 sehat ketika saya berada di luar rumah
Saya mampu mengikuti pola makan
12 sehat ketika saya menghadiri suatu pesta

Saya mampu mengatur pola makan


13 ketika saya merasa stres atau cemas
Saya mampu meminum obat sesuai
14 resep secara teratur
Saya mampu menyesuaikan pengobatan
15 ketika saya sakit

Tabel 2 Kuesioner Efikasi Diri


61

Lampiran 3 Tabel Kisi-kisi Kuesioner


TABEL 3
KISI-KISI KUESONER
Dibetes Management Self Efficacy Sacle (DMSES)

Komponen Nomor butir Total


Pertanyaan
Diet 4,7,8,10,11,12,13 7
Aktivitas fisik 9 1
Monitoring glukosa darah 1,2,3 3
Terapi pengobatan 14,15 2
Perawatan umum 5,6 2

Total 15

Lampiran 4 Anggaran Biaya

REALISASI ANGGARAN BIAYA PENELITIAN GAMBARAN SELF

EFFECACY PADA PASIEN DIABETES MELITUS

DIRUMKIT TK II UDAYANA
62

Alokasi dana yang diperlukan dalam penelitian ini

direalisasikan sebagai berikut:

No Keterangan Biaya
A Tahap Perencanaan
ATK (Alat Tulis Kantor) untuk proposal Rp.50.000,00
Print proposal Rp.150.000,00
B Tahap Pelaksanaan
Pengurusan izin penelitian (print surat ke tempat
Rp. 20.000,00
penelitian)
Pembelian masker Rp. 60.000,00
Pembelian Hand Sanitizer Rp. 200.000,00
Pembelian face shield Rp. 150.000,00
Transportasi dan akomodasi Rp. 20.000,00
C Tahap Akhir
Kertas HMJ untuk print proposal + KTI Rp. 100.000,00
Print KTI Rp. 50.000,00
Pengeluaran tak terduga Rp. 200.000,00
Total Biaya Rp. 1.000.000,00

Lampiran 5 Lembar Bimbingan


Nama : Kansiana Ferlin Wadu

NIM : KP. 13.20.027

Dosen Pembimbing : Ns. Komang Agus Jerry Widyanata, M.Kep


63

No. BIMBINGAN HALAMAN TANDA


TANGAN
1

Lampiran 6 Jadwal Kegiatan Penelitian


JADWAL KEGIATAN PENELITIAN

2022 2023
No Kegiatan Keterangan
11 12 1 2 3 4 5 6

1 Pengajuan judul Minggu ke 2


desember
64

penelian

Proses bimbingan Minggu ke 2


2 November
menyusun proposal – minggu
ke 2 febuari
3 Seminar proposal Minggu ke 2
febuari
4 Revisi proposal Minggu ke 4
febuary
5 Pengurusan izin Minggu ke 1
penelitian maret

6 Pengumpulan data Minggu ke 2


maret
Minggu ke 4
7 Analisa data Februari –
minggu ke
4 April
Minggu ke 4
8 Proses bimbingan Februari –
penyusunan laporan minggu ke
4 April
9 Ujian KTI Minggu ke 1
Mei
10 Revisi hasil penelitian Minggu ke 2
Mei
Pengumpulan KTI
11 Minggu ke 1
dan publikasi Juni
65
66

Lampiran 7 Surat studi pendahuluan

66

Anda mungkin juga menyukai