DINA PRIMASARI
NIM 201101012
Sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi dan memperoleh gelar Ahli Madya
Keperawatan (A.Md. Kep) pada Program Studi D-III Keperawatan Jurusan
Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Pontianak
DINA PRIMASARI
NIM 201101012
Diusulkan Oleh :
DINA PRIMASARI
NIM 201101012
ii
HALAMAN PENGESAHAN
KARYA TULIS ILMIAH
STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DIABETES MELITUS
TIPE II DENGAN PENERAPAN DIABETES SELF CARE ACTIVITIES (DSCA)
DI WILAYAH KERJA UPT PUSKESMAS SINGKAWANG BARAT 1
KOTA SINGKAWANG TAHUN 2023
DINA PRIMASARI
NIM 201101012
Tanda tangan
iii
BIODATA PENULIS
Agama : Islam
Nomor HP : 083815029415
RIWAYAT PENDIDIKAN
iv
INTISARI
STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DIABETES
MELITUS TIPE II DENGAN PENERAPAN DIABETES SELF CARE
ACTIVITIES (DSCA)DI WILAYAH KERJA UPT
PUSKESMAS SINGKAWANG BARAT 1
v
ABSTRACT
CASE STUDY OF NURSING CARE IN PATIENTS WITH TYPE II
DIABETES MELLITUS WITH THE APPLICATION OF DIABETES SELF
CARE ACTIVITIES (DSCA) IN THE WORKING AREA OF UPT
PUSKESMAS SINGKAWANG BARAT 1
Keywords: Diabetes Mellitus, Diabetes Mellitus Nursing Care, Diabetes Self Care
Activities
Bibliography: 20 Bibliography (2010-2022)
Information: 1) Researcher, 2) Main Supervisor, 3) Associate Advisor
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan pada Tuhan Yang Maha Esa atas Kuasa-Nya
yang telah memberikan segala nikmat dan kesempatan sehingga penyusunan
Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Studi Kasus Asuhan Keperawatan pada Pasien
Diabetes Melitus Tipe II dengan Penerapan Diabetes Self Care Activities (DSCA)
di Wilayah Kerja UPT Puskemas Singkawang Barat 1 Kota Singkawang Tahun
2023.”
Karya Tulis Ilmiah ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu
persyaratan sebelum menyelesaikan program Studi Diploma Tiga (D-III) Jurusan
Keperawatan Singkawang.
Penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis telah mendapatkan banyak
bantuan, bimbingan, koreksi, dorongan motivasi dan masukkan dari berbagai
pihak, dan terutama peneliti berterima kasih kepada ayahanda tercinta Mawardi
dan ibunda tercinta Rina serta saudara saya yang telah memberikan semangat dan
memberikan dukungan doa serta bantuan dalam menyelesaikan pendidikan ini,
dan tidak lupa pada kesempatan ini perkenankan pula peneliti menyampaikan
ucapan terima kasih sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Dr. Kelana Kusuma Dharma, S.Kp, M.Kes selaku Direktur Poltekkes
Kemenkes Pontianak.
2. Bapak Ns.Raju Kapadia, S.Kep,M. Med.Ed selaku Ketua Jurusan
Keperawatan Singkawang.
3. Ibu dr. Yosepha Yessi selaku Kepala UPT Puskesmas Singkawang Barat 1
yang telah memberikan izin penelitian.
4. Ibu Nurbani, S.Kp, M.Kep selaku Ketua Program studi D-III Jurusan
Keperawatan Singkawang.
5. Ibu Dwi Sulistyawati, S.SiT, M.Kes selaku dosen penguji 1 yang bersedia
untuk menguji karya tulis ilmiah ini.
6. Bapak Wiradianto Putro, S.Kep. MPH selaku dosen penguji 2 yang bersedia
untuk menguji karya tulis ilmiah ini.
7. Bapak Dr. Ns. Dedi Damhudi, S.Kep M.Kep, Sp.KMB selaku dosen
pembimbing I yang meluangkan waktunya membimbing dalam membuat
vii
Studi kasus.
8. Ibu Nikki Susanti, S.ST selaku dosen pembimbing II yang membantu
memberikan masukan tentang cara penulisan Studi Kasus.
9. Seluruh Dosen, Instruktur dan Staf Jurusan Keperawatan serta semua pihak
yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu dalam
penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
10. Teman-teman seperjuangan D-III Keperawatan Angkatan tahun 2020 yang
mendukung dan memberikan motivasi kepada peneliti sehingga dapat
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini, serta ucapan terima kasih untuk
bantuan kalian semua.
Peneliti menyadari bahwa dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini masih
jauh dari sempurna. Untuk itu peneliti mengharapkan kritik dan saran yang
sifatnya membangun demi kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini. Atas semua
bantuan yang diberikan baik saran atau masukan bagi peneliti dari semua pihak,
saya ucapkan terima kasih.
Singkawang,
Peneliti
viii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 6
C. Tujuan Penelitian.................................................................................. 6
D. Manfaat Penelitian................................................................................ 7
E. Keaslian Penelitian ............................................................................... 8
ix
BAB III METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian ................................................................................ 50
B. Partisipan ............................................................................................ 50
C. Metode Pengambilan Kasus ............................................................... 50
D. Waktu dan Tempat Penelitan ............................................................. 51
E. Metode Pengumpulan Data ................................................................ 51
F. Prosedur Penelitian ............................................................................. 52
G. Instrumen Pengumpulan Data ............................................................ 52
H. Analisa Data ....................................................................................... 53
I. Etika Penelitian .................................................................................. 53
J. Jadwal Penelitian ................................................................................ 55
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
x
DAFTAR TABEL
xi
DAFTAR GAMBAR
xii
DAFTAR LAMPIRAN
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit tidak menular (PTM), diketahui sebagai penyakit kronis,
cenderung berdurasi lama dan merupakan hasil dari kombinasi faktor
genetik, fisiologis, lingkungan serta prilaku. Penyakit tidak menular
(PTM) membunuh 41 juta orang setiap tahun, setara dengan 74% dari
semua kematian secara global. Penyakit kardiovaskuler merupakan
penyebab kematian PTM terbanyak, atau sekitar 17,9 juta orang per tahun,
diikuti oleh kanker sekitar 9,3 juta, penyakit pernapasan kronis sekitar 4,1
juta, dan diabetes sekitar 2,0 juta termasuk kematian akibat penyakit ginjal
yang disebabkan oleh diabetes. Diabetes merupakan penyakit dengan
urutan ke 4 dari 4 penyakit yang menyumbang kematian PTM. (WHO,
2022).
Diabetes melitus (DM) merupakan sekumpulan gangguan
metabolik yang ditandai dengan penigkatan kadar glukosa darah
(hiperglikemia) akibat kerusakan pada sekresi insulin, kerja insulin, atau
keduanya. (ADA dalam Smeltzer et al, 2010, p.1197). Diabetes melitus
(DM) adalah penyakit kronis progresif yang ditandai dengan
ketidakmampuan tubuh untuk melakukan metabolisme karbohidrat, lemak,
dan protein, mengarah ke hiperglikemia (kadar glukosa darah tinggi).
Diabetes melitus (DM) terkadang dirujuk sebagai “gula darah tinggi”, baik
oleh pasien maupun penyedia layanan Kesehatan. (Black J.M, Hawks J. H.
2014, p.631). Diabetes melitus (DM) adalah gangguan metabolisme kronis
ditandai dengan kadar glukosa darah tinggi, dimana tubuh tidak dapat
memetabolisme karbohidrat, lemak, dan protein karena kurangnya atau
penggunaan hormon insulin yang tidak efektif (Doenges et al, 2019,
p.377).
Organisasi International Diabetes Federation (IDF)
mengkonfirmasi bahwa diabetes merupakan salah satu keadaan darurat
kesehatan global yang berkembang sangat cepat di abad ke-21. Pada tahun
1
2
2021, diperkirakan bahwa 537 juta orang menderita diabetes, serta angka
ini diperkirakan mencapai 643 juta pada tahun 2030, dan 783 juta pada
tahun 2045. Tidak hanya itu, 541 juta orang diperkirakan mengalami
gangguan toleransi glukosa pada tahun 2021. Diperkirakan juga lebih dari
6,7 juta orang berusia 20-79 akan meninggal karena penyebab terkait
diabetes pada tahun 2021. Jumlah anak-anak dan remaja (yaitu hingga 19
tahun) hidup dengan diabetes bertambah setiap tahun. Pada tahun 2021,
lebih dari 1,2 juta anak-anak dan remaja mengalami diabetes tipe 1.
Berdasarkan jenis kelamin, IDF memperkirakan prevalensi diabetes pada
wanita ditahun 2021 yaitu 10,2% sedangkan pada pria yaitu 10,8%.
Prevalensi diabetes diperkirakan meningkat seiring penambahan umur
penduduk menjadi 24,0% pada umur 75-79 tahun dan diprediksi menigkat
menjadi 24,7% pada tahun 2045 (IDF, 2021).
Negara di wilayah Timur Tengah-Afrika Utara menempati
peringkat pertama dan wilayah Amerika Utara-Karibia menempati
peringkat ke-2 dengan prevalensi diabetes pada penduduk umur 20-79
tahun tertinggi diantara 7 regional di dunia, yaitu sebesar 16,2% dan
14,0%. Wilayah Asia Tenggara dimana Indonesia berada, menempati
peringkat ke 6 dengan prevalensi sebesar 8,7%. IDF juga memproyeksikan
jumlah penderita diabetes pada penduduk umur 20-79 tahun pada beberapa
negara di dunia dengan jumlah penderita tertinggi. China, india, Pakistan
menempati urutan tiga teratas dengan jumlah penderita 140,9 juta, 74,2
juta, 33,0 juta. Indonesia berada diperingkat ke-5 diantara 10 negara
dengan jumlah penderita yaitu sebesar 19,5 juta. Indonesia menjadi satu-
satunya negara di Asia Tenggara pada daftar tersebut (IDF, 2021).
Prevalensi diabetes melitus (DM) di Indonesia berdasarkan
diagnosis dokter pada penduduk umur lebih dari 15 tahun menurut
provinsi adalah 2% atau sekitar 713.783 orang. Sedangkan prevalensi
diabetes melitus (DM) berdasarkan pemeriksaan kadar gula darah pada
penduduk umur >15 tahun menurut karakteristik yang mengacu pada DM
menurut ADA dan konsensus Perkeni 2011 adalah 8,5% atau sekitar
37.460 orang (Riskesdas, 2018).
3
pasien diabetes tidak mampu melakukan self care dengan baik maka akan
berdampak terjadinya komplikasi yang nantinya akan mempengaruhi
kualitas hidup dari segi kesehatan fisik, kesejahteraan psikologis,
hubungan sosial, dan hubungan lingkungan.(Putri & Nugroho., 2020).
Angka prevalensi yang makin meningkat akan menempatkan
diabetes sebagai penyebab utama mortalitas dan morbilitas di masa datang.
Melihat hal ini Program Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis)
merupakan sebuah program dengan format promotif preventif terintegrasi
bagi penderita penyakit kronis diluncurkan oleh BPJS. Sasaran dari
program ini adalah seluruh peserta JKN-KIS penyandang penyakit kronis
yaitu diabetes melitus tipe II dan hipertensi. Diharapkan melalui program
ini, penderita penyakit kronis bisa mengelola kesehatannya dengan baik,
serta kualitas hidup peserta tersebut tetap optimal, meskipun sedang
menderita penyakit diabetes melitus. Program ini memiliki beberapa
program antara lain promosi kesehatan secara langsung melalui edukasi
kesehatan, penyuluhan kesehatan, cek gula darah, kontrol kesehatan
hingga senam prolanis. Promosi kesehatan juga dilakukan secara tidak
langsung melalui media cetak, media elektronik, dan platform digital (Info
BPJS kesehatan, 2020)
Peran perawat dalam menangani Diabetes Melitus sangat penting
tidak hanya dalam melakukan perawatan pasien di fasilitas kesehatan
namun juga sebagai edukator. Edukasi pada pasien Diabetes Melitus
sebagai fungsi dari keperawatan sangat dibutuhkan karena pasien dengan
diabetes membutuhkan perawatan mandiri seumur hidup. Edukasi tentang
pengaturan pola makan (diet), latihan fisik (olahraga), meminum obat,
monitoring kadar gula darah dan perawatan kaki dapat mempengaruhi
pengendalian dan mencegah komplikasi diabetes. Selain itu penanganan
lainnya adalah dengan memberikan asuhan keperawatan dalam rangka
memecahkan masalah kesehatan pasien yang dimulai dari pengkajian yang
meliputi pengumpulan data, analisis data, dan penentuan masalah yang
kemudian akan dirumuskan diagnosis keperawatan lalu melakukan
penyusunan intervensi keperawatan dan melakukan evaluasi berdasarkan
6
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah diatas maka
peneliti tertarik untuk meneliti tentang “Bagaimanakah Asuhan
Keperawatan pada Pasien Diabetes Melitus Tipe II dengan Penerapan
Diabetes Self Care Activities di Puskesmas Singkawang Barat 1?”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada diabetes melitus Tipe II
dengan penerapan Diabetes Self Care Activities di Puskesmas
Singkawang Barat 1.
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui pengkajian keperawatan dengan diabetes
melitus tipe II di Puskesmas Singkawang Barat 1.
b. Untuk mengetahui diagnosis keperawatan dengan diabetes melitus
tipe II di Puskesmas Singkawang Barat 1.
c. Untuk mengetahui intervensi keperawatan dengan diabetes melitus
tipe II di Puskesmas Singkawang Barat 1.
7
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi pasien dan keluarga
Pasien yang menderita Diabetes Melitus dapat memperoleh perawatan
yang maksimal dan keluarga mampu mendorong atau mensuport
keluarganya yang sakit, guna mempercepat proses penyembuhan.
2. Bagi penulis
Agar peneliti dapat memperoleh pengalaman nyata dan menambah
wawasan serta menerapkan pengetahuan yang telah diperoleh,
khususnya tentang metodologi penelitian dan ilmu terapan lainnya
selama menjalani perkuliahan di Jurusan keperawatan singkawang
Poltekkes Pontianak selama 6 semester.
3. Bagi institusi
Untuk menambah informasi dan referensi perpustakaan institiusi
Poltekkes Kemenkes Pontianak Jurusan Keperawatan Singkawang
4. Bagi Puskesmas Singkawang Barat 1
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dalam
peningkatan mutu pelayanan Kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas
Singkawang Barat 1 khususnya dalam menangani permasalahan
diabetes melitus.
8
E. Keaslian Penelitian
Nama Perbedaan
No dan Judul Hasil
Tahun Dahulu Sekarang
1 Iriani efektivitas peer Kebanyakan 1. Tujuan 1. Tujuan
Trendi group diabetes responden Mengetahui Untuk mengetahui
Tramirta, self care perempuan, efektivitas peer asuhan keperawatan
2017 education lama group diabetes self pada pasien Diabetes
terhadap pengobatan 10 management Melitus Tipe II
diabetes self tahun. education program dengan penerapan
care activities Mayoritas (DSMEP) terhadap diabetes self care
pasien DM pendidikan diabetes self care activities di Wilayah
perguruan activities DM tipe Kerja Puskesmas
tinggi, suku II Singkawang Barat 1.
Jawa, Islam, 2. Teori 2. Teori
dan menikah. DM, DSMEP, DM, DSCA,
Terdapat Peer group, Asuhan
perbedaan DSCA keperawatan Dm
aktivitas 3. Hipotesis 3. Hipotesis
perawatan diri Ha, Peer group 4. Metode
sebelum dan diabetes self Purposive
sesudah management sampling
dilakukan education 5. Sampel
intervensi program 6. Variablel
antara (DSMEP) dapat DM
kelompok meningkatkan 7. Instrument
intervensi dan kemampuan format
kontrol pada perawatan diri pengkajian,
komponen pasien DM tipe format diagnosis
pengobatan II keperawatan,
pasien DM 4. Metode format rencana
(p=0,005), Pre eksperiment intervensi
tetapi tidak dengan keperawatan,
ada perbedaan rancangan one format
yang group pre-test- implementasi dan
signifikan post-test design evaluasi
pada with control keperawatan
komponen diet group. 8. Analisis
(p=0,077), 5. Sampel Analisa Data
olahraga Purposive Kualitatif
(p=0,259), tes sampling
gula darah 6. Variable
(p=0,058), dan Dep : Peer
perawatan group diabetes
kaki self management
(p=0,309). education
9
program
(DSMEP)
Indep:diabetes
self care
activities
7. Instrument
Kuesioner
diabetes self
care activities
8. Analisis
t-test
berpasangan dan
tidak
berpasangan
2 Devi Senam Kaki kegiatan senam 1. Tujuan 1. Tujuan
Setya Diabetik kaki diabetic Mengetahui Untuk mengetahui
Putri, Sebagai Upaya pada pasien DM perbedaan self care asuhan
2020 Peningkatan sebelum antara sebelum dan keperawatan pada
Self Care Pada dilakukan senam setelah diberikan pasien Diabetes
Pasien Diabetes kaki self care senam kaki Melitus Tipe II
Melitus Di kurang 60%, baik diabetik dengan penerapan
Rumah Sakit 40%, dan setelah 2. Teori diabetes self care
Mardirahayu dilakukan senam DM, Senam activities di
Kudus kaki diabetic self kaki, self care Wilayah Kerja
care kurang 30%, 3. Hipotesis Puskesmas
baik 70%. 4. Metode Singkawang Barat
Observasional 1.
analitik 2. Teori
5. Sampel DM, DSCA,
Total sampling Asuhan
6. Variable keperawatan Dm
Dep : Self care 3. Hipotesis
Indep:Diabetes 4. Metode
Melitus Purposive
7. Instrument sampling
Kuesioner 5. Sampel
Summary of 6. Variablel
Diabetes Self- DM
Care Activities 7. Instrumen
(SDSCA) format
8. Analisis pengkajian,
\ format diagnosis
keperawatan,
format rencana
intervensi
keperawatan,
format
implementasi
dan evaluasi
keperawatan
8. Analisa
Analisa Data
10
Kualitatif
A. Landasan Teori
1. Konsep dasar penyakit diabetes melitus tipe II
a. Definisi
Diabetes melitus (DM) merupakan sekumpulan gangguan
metabolik yang ditandai dengan peningkatan kadar glukosa darah
(hiperglikemia) akibat kerusakan pada sekresi insulin, kerja
insulin, atau keduanya (ADA, dalam Smeltzer et al, 2010, p.1197).
Biasanya, sejumlah glukosa beredar dalam darah. Sumber utama
glukosa ini adalah penyerapan makanan yang dicerna di saluran
pencernaan dan pembentukan glukosa oleh hati dari zat makanan
(Smeltzer et al, 2010, p.1197).
Diabetes melitus (DM) adalah penyakit kronis progresif
yang ditandai dengan ketidakmampuan tubuh untuk melakukan
metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein, mengarah ke
hiperglikemia (kadar glukosa darah tinggi) (Black J.M & Hawks
J.H,2014, p.631).
Diabetes melitus (DM) adalah gangguan metabolisme
kronis ditandai dengan kadar glukosa darah tinggi, dimana tubuh
tidak dapat memetabolisme karbohidrat, lemak, dan protein karena
kurangnya atau penggunaan hormon insulin yang tidak efektif.
(Doenges et al, 2019, p.377). Diabetes Melitus adalah penyakit
multisistem kronis yang berhubungan dengan produksi insulin
yang abnormal, gangguan utilisasi insulin lisasi, atau keduanya
(Lewis et al, 2014, p.1153).
11
12
b. Etiologi
Faktor resiko diabetes melitus yaitu :
1) Riwayat keluarga diabetes (yaitu orang tua atau saudara
kandungObesitas (yaitu 20% diatas berat badan ideal atau BMI
yang diinginkn ≥27 kg/m2)
2) Ras/etnis (misalnya, Afrika-Amerika, Hispanik Amerika,
penduduk asli amerika, Asia Amerika, Kepulauan Pasifik)
3) Usia ≥45 tahun
4) Gangguan glukosa puasa yang teridentifikasi sebelumnya atau
gangguan toleransi glukosa
5) Hipertensi (140/90 mmHg)
6) Kadar kolestrol HDL 35 mg/Dl (0,90 mmol/L) dan/atau kadar
trigliserida 250 mg/Dl (2,8 mmol/L)
7) Riwayat diabetes gestasional atau kelahiran bayi lebih 9 pon
(Smeltzer et al, 2010, p.1197).
c. Patofisiologi
Insulin disekresikan oleh sel beta, yang merupakan salah
satu dari empat jenis sel di pulau Langerhans. Insulin adalah
hormon anabolatik, atau penyimpan hormon. Ketika seseorang
makan, sekresi insulin meningkat dan memindahkan glukosa dari
darah ke dalam sel otot, hati, dan lemak. Di dalam sel tersebut,
insulin:
1) Mengangkut dan memetabolisme glukosa untuk energi
2) Merangsang penyimpanan glukosa di hati dan otot (dalam
bentuk glikogen)
3) Memberi sinyal pada hati untuk menghentikan pelepasan
glukosa
4) Meningkatkan penyimpanan lemak makanan dalam jaringan
adiposa mempercepat transpor asam amino ke dalam sel
insulin juga menghambat pemecahan glukosa, protein, dan
lemak yang tersimpan (Smeltzer et al, 2010, p.1197).
13
Pathway
Kekurangan insulin
Peningkatan pemecahan
1. Penurunan penggunaan lemak
glukosa oleh otot, lemak
dan hari
2. Peningkatan produksi
glukosa oleh hati
Hiperglikemia
1. Kelemahan Meningkatnya
2. Sakit kepala rasa haus
1. Mual Nafas yang
2. Muntah semakin cepat
3. sakit perut
d. Manifestasi klinis
Menisfestasi klinik diabetes tipe II seringkali tidak spesifik,
meskipun ada kemungkinan bahwa seseorang dengan diabetes
melitus tipe II akan mengalami beberapa gejala klasik yang terkait
dengan diabetes melitus tipe I, seperti polyuria (peningkatan buang
air kecil) dan polidipsia (peningkatan rasa haus), terjadi akibat dari
kelebihan cairan yang terkait dengan diuresis osmotik. Polifagia
peningkatan nafsu makan yang dihasilkan dari keadaan ketabolik
yang disebabkan oleh kekurangan insulin dan pemecahan protein
dan lemak.
Beberapa menifestasi yang lebih umum terkait dengan
diabetes tipe II adalah kelelahan, infeksi berulang, ragi vagina
berulang atau infeksi candida, penyembuhan luka yang
berkempanjangan, dan perubahan visual (Timby & Smith, 2010,
p.786).
e. Komplikasi
Komplikasi pada diabetes menurut (Lewis et al, 2014,
p.1174) diklasifikasikan menjadi 2 yaitu komplikasi akut dan
komplikasi kronis.
1) Komplikasi akut
Ada tiga komplikasi akut utama diabetes terkait dengan
ketidakseimbangan jangka pendek kadar glukosa darah yaitu::
a) Ketoasidosis diabetik (KAD)
Ketoasidosis diabetik disebabkan oleh defisiensi
insulin yang berat dan ditandai dengan hiperglikemia,
ketosis, asidosis, dan dehidrasi. Hal ini paling mungkin
terjadi pada tipe I tetapi dapat terjadi pada tipe II dalam
kondisi penyakit yang parah atau ketika pangkreas tidak
dapat memenuhi permintaan extra insulin (Lewis et al,
2014, p.1176).
Ketika suplai insulin yang beredar tidak mencukupi,
17
2) Komplikasi kronik
Stroke
Retinopati
Hipertensi katarak
Kebutaan
Glaukoma
Dermopati
Aterosklerosis
vaskular perifer
Gangren
Ereksi
disfungsi
Neuropati perifer
Infeksi
Kandung kemih neurogenik
a) Angiopati
Angiopati adalah kerusakan pembuluh darah.
Angiopati adalah salah satu penyebab utama kematian
terkait diabetes, dengan sekitar 68% kematian disebabkan
oleh CDV dan 16% disebabkan oleh stroke. Kerusakan
pembuluh darah kronis ini dibagi menjadi dua kategori
yaitu komplikasi makrovaskuler dan komplikasi
mikrovaskuler (Lewis et al, 2014, p.1180) :
19
f. Pemeriksaan diagnostik
1) Pemeriksaan darah
a) Glukosa serum
Standar emas untuk mendiagnosis diabetes adalah
peningkatan kadar gula darah setelah puasa semalam. Nilai
diatas 140 mg/dL setidaknya dua kali biasanya, berarti
seseorang menderita diabetes. Kadar gula puasa normal
21
g. Penatalaksanaan medis
Tujuan utama terapi adalah menormalkan aktivitas insulin
dan kadar glukosa darah guna mengurangi munculnya komplikasi
vascular dan neuropatik. Tujuan terapeutik pada setiap tipe
diabetes adalah untuk mencapai kadar glukosa darah normal
(euglikemia) tanpa disertai hipoglikemia dan tanpa mengganggu
aktivitas pasien sehari-hari. Ada lima komponen penatalaksanaan
diabetes : nutrisi, olahraga, pemantauan,, terapi farmakologis, dan
edukasi (Smeltzer et al, 2010, p.1201).
1) Terapi nutrisi
Nutrisi, perencanaan makan, dan pengendalian berat badan
merupakan dasar dari manajemen diabetes. Tujuan dari
manajemen nutrisi diabetes (ADA dalam Smeltzer et al, 2010,
p.1202) :
a) Untuk mencapai dan mempertahankan:
(1) Kadar glukosa darah dalam kisaran normal atau sedekat
mungkin dengan nilai normal
(2) Profil lipid dan lipoprotein yang mengurangi resiko
penyakit pembuluh darah
(3) Tingkat tekanan darah dalam kisaran normal atau
sedekat mungkin dengan normal
b) Untuk mencegah, atau setidaknya memperlambat, laju
perkembangan komplikasi kronis diabetes dengan
memodifikasi asypan nutrisi dan gaya hidup.
c) Untuk memenuhi kebutuhan gizi individu, dengan
mempertimbangkan preferensi pribadi dan budaya serta
kemauan untuk berubah.
d) Untuk menjaga kenikmatan makan dengan hanya
membatasi pilihan makanan bila ditunjukan oleh bukti
ilmiah.
23
2) Latihan
Latihan sangat penting dalam penatalaksanaan diabetes
melitus karena efeknya dapat menurunkan kadar glukosa darah
dan mengurangi faktor resiko kardivaskuler. Latihan akan
menurunkan kadar glukosa darah dengan menignkatkan
pengambilan glukosa oleh otot dan memperbaiki pemakaian
insulin. Sirkulasi darah dan tonus otot juga diperbaiki dengan
olahraga. Latihan dengan cara melawan tahanan (resistance
training) dapat meningkatkan lean body mass dan dengan
demikian menambah laju metabolisme istirahat (resting
metabolic rate). Latihan juga akan mengubah kadar lemak
darah yaitu, meningkatkan HDL-kolestrol dan menurunkan
kadar kolestrol total serta triglserida. Semua manfaat ini sangat
penting bagi penderita diabetes mengingat adanya peningkatan
risiko untuk terkena penyakit kardiovaskuler pada diabetes.
(Nathan dalam Smeltzer et al, 2010, p.1205).
Pada penderita diabetes tipe II yang mengalami obesitas,
latihan dan penatalaksanaan diet akan memperbaiki
metabolisme glukosa serta meningkatkan kehilangan lemak
tubuh. Latihan yang digabung dengan penurunan berat akan
memperbaiki sensitivitas insulin dan menurunkan kebutuhan
pasien akan insulin atau obat hipoglikemia oral (ADA dalam
Smeltzer et al., 2010, p.1206).
3) Memantau kadar glukosa dan keton
Dengan melakukan pemantauan kadar glukosa darah secara
mandiri Self Monitoring of Blood Glucose (SMBG), penderita
diabetes kini dapat mengatur terapinya untuk mengendalikan
kadar glukosa darah secara optimal. Pemantauan ini
merupakan dasar untuk melaksanaan terapi insulin yang
insentif (termasuk dua hingga empat kali penyuntikan insulin
per hari atau penggunaan pompa insulin) dan untuk menangani
kehamilan yang dipersulit oleh penyakit diabetes (Smeltzer et
24
b. Komponen DSCA
Pengukuran aktivitas perawatan diri pasien diabetes
menggunakan instrument The Summary of Diabetes Self-Care
Activities (SDSCA), yang dikembangkan oleh General Service
Administration (GSA) Regulatory Information Service Center
(RISC) pengukuran ini terdiri dari 17 pertanyaan yang meliputi
pengaturan pola makan (diet), latihan fisik (olahraga), meminum
obat, monitoring kadar gula darah dan perawatan kaki (Putra et al.,
2021).
Komponen penting dari Diabetes Self Care Activities
menurut (Putra et al., 2021) seperti:
1) pengaturan pola makan (diet)
self care dalam komponen pola makan (diet) memiliki
beberapa aspek diantaranya yaitu perencanaan pola makan/
diet, memakan buah dan sayuran, mengkonsumsi makanan
berlemak tinggi, mengatur pemasukan karbohidrat, melakukan
pola makan yang sehat, dan mengurangi makanan selingan
yang mengandung gula.
Jumlah makan (kalori) pada penderita diabetes yang
dianjurkan adalah makan lebih sering dengan porsi kecil
sedangkan yang tidak dianjurkan yaitu makan dalam porsi
besar. Tujuan tersebut dimaksudkan agar beban kerja organ-
organ tubuh tidak berat, karena makan-makanan yang
berlebihan tidak menguntungkan bagi fungsi pangkreas.
Mengatur jumlah konsumsi karbohidrat sangat diperlukan bagi
penderita diabetes melitus, terutama yang memiliki penyakit
penyerta lainnya atau mengalami obesitas. Akan tetapi
pengurangan dalam mengatur jumlah konsumsi karbohidrat
28
(2) Tanda :
Takikardia, perubahan tekanan darah postural,
hipertensi, nadi menurun, distrimia, krekels; distensi
vena jugularis (jika ada gagal jantung), kulit panas,
kering, dan kemerahan, bola mata cekung (jika
dehidrasi parah)
c) Integritas ego
(1) Gejala :
Stress, masalah finansial yang berhubungan dengan
kondisi
(2) Tanda :
Ansietas, suka marah.
d) Eliminasi
(1) Gejala :
Perubahan pola berkemih, buang air kecil berlebihan
(poliuria), nokturia, rasa nyeri dan terbakar, kesulitan
berkemih (infeksi kandung kenih neurogenik), ISK
baru dan berulang, nyeri tekan abdomen, kembung dan
diare.
(2) Tanda :
Urine pucat, kuning, encer, poliuria (dapat berkembang
menjadi oliguria/anuria jika terjadi hipovolemia berat),
urine keruh dan berbau (infeksi), abdomen keras,
adanya asites, bising usus lemah dan
menurun/hiperaktif (diare)
e) Makanan/cairan
(1) Gejala :
Hilang nafsu makan, mual muntah, tidak mengikuti diet
yang ditentukan, meningkatnya asupan glukosa dan
karbohidrat, penurunan berat badan selama beberapa
hari / minggu, haus, penggunaan diuretik.
(2) Tanda :
32
b. Diagnosis keperawatan
Tabel 2.1 Diagnosis Keperawatan pada Pasien Diabetes Melitus
Kemungkinan diagnosis keperawatan pada pasien Diabetes Kemungkinan diagnosis keperawatan pada pasien Diabetes Mellitus
Mellitus menurut (Doenges et al., 2019): menurut (Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia, 2017):
Kekurangan Volume Cairan (Spesifikkan) (Doenges et al, Hipovolemia (SDKI, 2017, p.64) (D.0023)
2019, p.459) Penyebab
Mungkin terkait dengan a) Kehilangan cairan aktif
a) Kehilangan cairan aktif; diare - muntah, diuresis osmotik b) Kegagalan mekanisme regulasi
b) Penghalang untuk mengakses cairan; asupan cairan yang c) Peningkatan permeabilitas kapiler
tidak mencukupi, mual muntah, anoreksia, perubahan d) Kekurangan intake cairan
status mental e) Evaporasi
c) Faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan cairan Gejala dan Tanda Mayor Gejala dan Tanda Minor
(misalnya, keadaan hipermetabolik; mekanisme Objektif Subjektif
pengaturan yang dikompromikan) a) Frekuensi nadi meningkat
a) Merasa lemah
Mungkin dibuktikan dengan b) Nadi teraba lemah b) Mengeluh haus
a) Peningkatan output urin ( c) Tekanan darah menurun
Objektif
b) Perubahan status mental d) Tekanan nadi menyempit
a) Pengisian vena menurun
e) Turgor kulit menurunb) Status mental berubah
f) Membran mukosa kering
c) Suhu tubuh meningkat
g) Volume urin menurun d) Konsentrasi urin
h) Hematokrit meningkat meningkat
e) Berat badan turun tiba-tiba
Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah (Doenges et al, 2019, Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah (SDKI, 2017, p.71) (D.0027)
p.461) Penyebab
Mungkin terkait dengan a) Hiperglikemia
a) Manajemen diabetes yang tidak memadai atau kepatuhan b) Hipoglikemia
terhadap rencana manajemen diabetes; pemantauan Gejala dan Tanda Mayor Gejala dan Tanda Minor
glukosa darah yang tidak memadai atau manajemen obat Subjektif Subjektif
yang tidak efektif Hipoglikemia Hipoglikemia
b) Asupan makanan yang tidak mencukupi; penambahan atau a) Mengantuk a) Palpitasi
penurunan berat badan yang berlebihan; masa
35
Risiko Infeksi (Doenges et al, 2019, p.464) Risiko Infeksi (SDKI, 2017, p.304) (D.0142)
Mungkin dibuktikan dengan Faktor Risiko
a) Penyakit kronis diabetes mellitus (hiperglikemia, a) Penyakit kronis
gangguan metabolisme; perfusi jaringan yang buruk) b) Efek prosedur invasif
b) Perubahan integritas kulit; prosedur/ perangkat invasif c) Malnutrisi
c) Leukopenia; penurunan aksi siliaris d) Peningkatan paparan organisme pathogen lingkungan
d) Peningkatan paparan lingkungan terhadap patogen; e) Ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer
(infeksi saluran pernapasan atau saluran kemih yang sudah f) Ketidakadekuatan pertahanan tubuh sekunder
ada sebelumnya)
Koping Tidak Efektif (Doenges et al, 2019, p.465) Koping Tidak Efektif (SDKI, 2017, p.210) (D.0096)
Mungkin terkait dengan Penyebab
a) Krisis situasional atau maturasi (penyakit progresif jangka a) Ketidakpercayaan terhadap kemampuan diri mengatasi
panjang yang tidak dapat disembuhkan); kesempatan yang masalah
tidak memadai untuk mempersiapkan stressor b) Ketidakadekuatan sistem pendukung
b) Tingkat ancaman yang tinggi; penilaian ancaman yang c) Ketidakadekuatan strategi koping
tidak akurat d) Ketidakadekuatan/ kekacauan lingkungan
c) Keyakinan yang tidak memadai dalam kemampuan e) Ketidakcukupan persiapan untuk menghadapi stressor
menghadapi situasi; tingkat persepsi kontrol yang tidak f) Disfungsi sistem keluarga
memadai g) Krisis situasional
Mungkin dibuktikan dengan h) Krisis maturasional
a) Ketidakmampuan untuk menghadapi situasi atau meminta i) Kerentanan personalitas
bantuan j) ketidakpastian
b) Perilaku yang diarahkan pada tujuan, pemecahan masalah, Gejala dan Tanda Mayor Gejala dan Tanda Minor
atau penyelesaian masalah yang tidak memadai Subjektif Subjektif
c) Dalam strategi koping yang efektif; perilaku pengambilan a) Mengungkapkan tidak a) Tidak mampu memenuhi
risiko mampu mengatasi kebutuhan dasar
masalah b) Kekhawatiran kronis
Objektif Objektif
a) Tidak mampu memenuhi a) Penyalahgunaan zat
peran yang diharapkan b) Memanipulasi orang lain
(sesuai usia) untuk memenuhi
b) Menggunakan keinginannya sendiri
mekanisme koping yang c) Perilaku tidak asertif
tidak sesuai d) Partisipasi sosial kurang
37
Manajemen Kesehatan Tidak Efektif (Doenges et al, 2019, Manajemen Kesehatan Tidak Efektif (SDKI, 2017, p.256) (D.0116)
p.467) Penyebab
Mungkin terkait dengan a) Kompleksitas sistem pelayanan kesehatan
a) Kurangnya pengetahuan dan kompleksitas rejimen b) Kompleksitas program perawatan/ pengobatan
perawatan kesehatan c) Konflik pengambilan keputusan
b) Konflik keputusan; konflik keluarga; pola perawatan d) Kurang terpapar informasi
kesehatan keluarga; dukungan sosial yang tidak memadai e) Kesulitan ekonomi
c) Keseriusan yang dirasakan dari kondisi, kerentanan, f) Tuntutan berlebih (mis. individu, keluarga)
manfaat atau penghalang g) Konflik keluarga
d) Kurang beruntung secara ekonomi h) Ketidaefektifan pola perawatan kesehatan keluarga
Mungkin dibuktikan dengan i) Ketidakcukupan untuk bertindak
a) Kesulitan dengan rejimen yang ditentukan j) Kekurangan dukungan sosial
b) Pilihan yang tidak efektif dalam kehidupan sehari - hari
untuk memenuhi tujuan kesehatan Gejala dan Tanda Mayor
c) Kegagalan untuk memasukkan rejimen pengobatan dalam Subjektif
kehidupan sehari-hari atau mengambil tindakan untuk a) Mengungkapkan kesulitan dalam menjalani program
mengurangi faktor risiko perawatan/ pengobatan
d) Percepatan gejala penyakit yang tidak terduga Objektif
a) Gagal melakukan tindakan untuk mengurangi faktor resiko
b) Gagal menerapkan program perawatan/ pengobatan dalam
kehidupan sehari-hari
c) Aktivitas hidup sehari-hari tidak efektif untuk memenuhi
tujuan kesehatan
38
c. Intervensi keperawatan
Tabel 2.2 Intervensi Keperawatan pada Pasien Diabetes Melitus
NO DIAGNOSIS TUJUAN DAN INTERVENSI RASIONAL
KEPERAWATAN KRITERIA/ HASIL
1. Kekurangan Kriteria Hasil/evaluasi Manajemen Cairan / Elektrolit a. Membantu memperkirakan total volume
Volume Cairan yang diinginkan-klien Independen deplesi. Gejala mungkin telah hadir untuk
(Spesifikkan) akan Keseimbangan a. Dapatkan riwayat dari klien berbagai jumlah waktu—jam untuk hari.
(Doenges et al, Cairan dan orang penting lainnya Adanya proses infeksi menyebabkan demam
2019, p.459) Menunjukkan hidrasi (SO) yang terkait dengan dan keadaan hipermetabolik, meningkatkan
yang memadai durasi dan intensitas gejala, kehilangan cairan yang tidak masuk akal.
Hipovolemia sebagaimana seperti muntah dan buang air b. Hipovolemia dapat dimanifestasikan oleh
(SDKI, 2017, p.64) dibuktikan oleh tanda- kecil yang berlebihan. hipotensi dan takikardia. Perkiraan keparahan
(D.0023) tanda vital yang stabil, b. Pantau Tanda Vital hipovolemia dapat dilakukan ketika BP sistolik
denyut perifer yang c. Catatan ortostatik BP klien turun lebih dari 10 mm Hg dari posisi
teraba, turgor kulit perubahan. telentang ke posisi duduk atau berdiri.
yang baik dan isi d. Pola pernapasan, seperti c. Paru-paru menghilangkan asam karbonat
ulang kapiler, keluaran pernapasan Kussmaul, napas melalui respirasi, menghasilkan alkalosis
urin yang sesuai aseton pernapasan kompensasi atau ketoasidosis.
secara individual, dan e. Tingkat pernapasan dan Napas aseton disebabkan oleh pemecahan asam
kadar elektrolit dalam kualitas; penggunaan otot asetoasetat dan harus berkurang saat ketosis
kisaran normal. aksesori, periode apnea, dan dikoreksi
penampilan sianosis d. Koreksi hiperglikemia dan asidosis akan
f. Suhu, warna kulit, dan menyebabkan laju dan pola pernapasan
kelembaban mendekati normal. Sebaliknya, peningkatan
g. Nilai pulsa perifer, isi ulang kerja pernapasan— pernapasan dangkal dan
kapiler, turgor kulit, dan cepat-dan adanya sianosis dapat
selaput lendir. mengindikasikan kelelahan pernapasan dan
h. Pantau asupan dan keluaran (I klien kehilangan kemampuan untuk
& O); perhatikan berat jenis mengkompensasi asidosis
urin e. Meskipun demam, menggigil, dan diaphoresis
i. Hitung kebutuhan cairan umum terjadi pada pro cess infeksius, demam
j. Berikan posisi Modiffed dengan kulit yang memerah dan kering
39
2. Ketidakstabilan Hasil yang diinginkan Manajemen Hiperglikemia a. Kadang-kadang, klien dengan "tidak diketahui
Kadar Glukosa/ kriteria evaluasi- a. Tentukan faktor individu yang diabetes" akan menderita DKA, terutama orang
Darah (Doenges et klien akan Kadar mungkin berkontribusi pada muda dengan beberapa jenis infeksi Pencetus.
al, 2019, p.461 Glukosa Darah situasi saat ini. Perhatikan usia Namun, banyak kali DKA dipicu oleh
Mencapai dan klien, tingkat perkembangan, kegagalan manajemen diabetes, mungkin terkait
Ketidakstabilan mempertahankan dan kesadaran akan kebutuhan dengan faktor diet, aktivitas, atau kation medi.
Kadar Glukosa glukosa dalam kisaran b. Untuk klien yang menerima b. Penyerapan Insulin dapat bervariasi dari hari ke
Darah (SDKI, yang memuaskan. insulin: periksa tempat hari di tempat yang sehat dan bahkan kurang
2017, p.71) Manajemen Diri: suntikan. dapat diserap dalam jaringan lypohypertrophic
(D.0027) Diabetes c. Tinjau program diet klien dan (kental).
a. Mengakui faktor- pola biasa; bandingkan dengan c. Mengidentifikasi defisit dan penyimpangan dari
faktor yang asupan baru-baru ini. rencana terapeutik, yang dapat memicu glukosa
menyebabkan d. Timbang setiap hari atau yang tidak stabil dan hiperglikemia yang tidak
glukosa dan DKA seperti yang ditunjukkan. terkontrol.
tidak stabil. e. Fasilitasi ambulasi jika ada d. Menilai kecukupan asupan gizi-baik penyerapan
b. Verbalisasi hipotensi ortostatik. maupun pemanfaatannya.
pemahaman f. Anjurkan menghindari e. Hipovolemia dapat disebabkan oleh hipotensi
tentang kebutuhan olahraga saat kadar glukosa dan takikardia. Perkiraan berat ringannya
tubuh dan energi. darah lebih dari 250mg/dL. hipovolemia dapat dibuat ketika tekanan darah
c. Verbalisasi g. Anjurkan monitor kadar sistolik pasien turun lebih dari 10 mmHg dari
rencana untuk glukosa darah secara mandiri. posisi berbaring ke posisi duduk/ berdiri.
memodifikasi h. Pantau studi laboratorium, f. Penderita dengan kadar glukosa darah tinggi
faktor untuk seperti glukosa serum, aseton, diharapkan menurunkan kadar glukosa darah
41
mencegah atau pH, dan HCO3 −. terlebih dahulu supaya tidak terjadi keadaan
meminimalkan i. Berkolaborasi dalam metabolic yang disebut dengan kolaps atau
komplikasi. pengobatan hiperglikemia di ketosis.
DKA: berikan insulin kerja g. Pemantauan Glukosa Darah Mandiri (PGDM)
cepat (pendek), seperti reguler yang berkala dilakukan dengan menggunakan
(Humulin R), lispro glukometer memberikan informasi terkait
(Humalog), atau aspart variabilitas glukosa darah harian setiap sebelum
(Novalog) dengan metode IV makan, satu atau dua jam setelah makan, atau
intermiten atau kontinu, sewaktu-waktu pada kondisi khusus.
misalnya, bolus IV diikuti Penggunaan secara terintegrasi dana terstruktur
dengan infus kontinu melalui dapat menurunkan HbA1c secara signifikan.
pompa sekitar 5 hingga 10 h. Memantau penelitian laboratorium, seperti
unit/jam sehingga glukosa glukosa serum, aseton, pH, dan HCO3 -.
berkurang 50 hingga 75 i. Pengobatan difokuskan pada koreksi
mg/dL/jam. ketidakseimbangan metabolik dan termasuk (1)
j. Berikan larutan glukosa, koreksi kehilangan cairan dengan cairan
misalnya dekstrosa 5% dan intravena; (2) koreksi hiperglikemia dengan
saline setengah normal. insulin; (3) koreksi gangguan elektrolit,
k. Berikan diet sekitar 60% terutama kehilangan kalium; (4) koreksi
karbohidrat, 20% protein, dan keseimbangan asam - basa; dan (5) pengobatan
20% lemak dalam jumlah infeksi konkuren, jika pres THT (Hamdy, 2014)
makanan dan camilan yang j. Insulin kerja cepat digunakan dalam krisis
ditentukan. hiperglikemik. Rute IV adalah rute awal pilihan
karena penyerapan dari jaringan subkutan
mungkin tidak menentu. Banyak yang percaya
metode kontinu adalah cara optimal untuk
memfasilitasi transisi ke metabolisme
karbohidrat dan mengurangi kejadian
hipoglikemia
k. Larutan glukosa dapat ditambahkan setelah
insulin dan cairan membawa glukosa darah
menjadi sekitar 180 mg/dL (Hamdy, 2014). Saat
metabolisme karbohidrat mendekati normal,
42
3. Risiko Infeksi Kriteria Hasil/evaluasi Pencegahan Infeksi a. Klien dapat dirawat dengan infeksi, yang dapat
(Doenges et al, yang diinginkan-klien a. Amati tanda-tanda infeksi dan memicu keadaan ketoasidosis, atau dapat
2019, p.464) akan Mengendalikan peradangan sampai demam, mengembangkan infeksi yang didapat di rumah
Risiko: Proses penampilan memerah, drainase sakit.
Risiko Infeksi Infeksi luka, dahak bernanah, dan urin b. Glukosa tinggi dalam darah menciptakan media
(SDKI, 2017, a. Bebas dari infeksi. keruh. yang sangat baik untuk pertumbuhan bakteri.
p.304) (D.0142) b. Identifikasi b. Mempertahankan teknik c. Dengan mencuci tangan, mencegah infeksi
intervensi untuk aseptik untuk prosedur virus pada diri sendiri, orang sekitar, dan
mencegah atau penyisipan IV, pemberian bahkan komunitas seperti keluarga dan tempat
mengurangi risiko obat-obatan, dan memberikan kerja.
infeksi. perawatan situs. d. bertujuan menjaga kebersihan diri, mencegah
c. Menunjukkan c. Cuci tangan sebelum dan infeksi, dan sebagai pelindung diri.
teknik dan sesudah kontak dengan pasien e. Meminimalkan risiko ISK. Klien koma
perubahan gaya dan lingkungan pasien. mungkin berisiko par tik u lar jika retensi urin
hidup untuk d. Ajarkan cara mencuci tangan terjadi ebelum rawat inap.
mencegah dengan benar. f. Cedera kaki, neuropati sensorik, dan gangguan
perkembangan e. Berikan perawatan kateter dan sirkulasi dikaitkan dengan banyak komplikasi
infeksi perineum, jika diindikasikan. pada penderita diabetes, termasuk infeksi kulit
Ajari klien wanita untuk dan jaringan lunak (selulitis) dengan potensi
membersihkan dari depan ke amputasi. Infeksi ini dapat mempengaruhi
belakang setelah eliminasi permukaan kulit apa pun tetapi paling sering
f. Periksa kaki klien, perhatikan melibatkan kaki (Khardori, 2015). Catatan:
adanya bisul, kuku kaki yang selulitis dapat memicu DKA.
tumbuh ke dalam yang g. Mengurangi kerentanan terhadap infeksi.
terinfeksi, atau masalah lain Peningkatan aliran urin mencegah stasis dan
yang memerlukan intervensi membantu menjaga keasaman urin, mengurangi
medis atau keperawatan. pertumbuhan bakteri dan mengeluarkan
g. Dorong asupan makanan dan organisme dari sistem.
cairan yang cukup (setidaknya h. Perawatan dini dapat membantu mencegah
2500 mL/hari jika tidak sepsis.
43
dikontraindikasikan oleh
disfungsi jantung atau ginjal),
termasuk 8 ons jus cranberry
per hari, yang sesuai.
h. Berikan antibiotik, jika sesuai
4. Risiko Persepsi Hasil yang diinginkan Pemantauan Neurologis a. Memberikan dasar untuk membandingkan
Sensorik / kriteria evaluasi- a. Memantau tanda-tanda vital temuan abnormal; misalnya, demam dapat
Terganggu klien akan Status dan status mental mempengaruhi mentation.
(Spesifikkan) Neurologis b. Jaga rutinitas klien sekonsisten b. Membantu menjaga klien tetap berhubungan
(Doenges et al, a. Mendapatkan mungkin. Mendorong dengan kenyataan dan mempertahankan
2019, p.465) kembali / partisipasi dalam kegiatan orientasi terhadap lingkungan
mempertahankan hidup sehari-hari (adl) sebagai c. Edema atau pelepasan Retinal, perdarahan,
Mungkin tingkat biasa mampu. adanya katarak, atau kelumpuhan sementara
dibuktikan mentation. c. Mengevaluasi ketajaman otot ekstraokular dapat mengganggu
dengan b. Mengenali dan visual, seperti yang penglihatan, memerlukan terapi korektif atau
Ketidakseimbangan mengkompensasi ditunjukkan perawatan suportif.
biokimia (misalnya, gangguan sensorik d. Melaksanakan rejimen yang d. Perubahan dalam proses berpikir dan potensi
glukosa, insulin, yang ada ditentukan untuk mengoreksi aktivitas kejang biasanya dikurangi setelah
elektrolit; resistensi DKA, seperti yang keadaan hiperosmolar diperbaiki
insulin, dehidrasi) ditunjukkan e. Ketidakseimbangan dapat mengganggu
e. Pantau nilai laboratorium, mentation.
seperti glukosa darah,
osmolalitas serum, Hgb / Hct,
dan BUN / Cr
5. Koping Tidak Kriteria hasil/evaluasi Mengatasi Peningkatan/ a. Klien dan / atau keluarga yang mengalami
Efektif (Doenges et yang diinginkan - Dukungan Pengambilan diagnosis diabetes baru, DKA pertama kali,
al, 2019, p.465) klien akan memiliki Keputusan atau kegagalan manajemen diabetes dapat
keyakinan Kesehatan: a. Tentukan tingkat menjadi rentan dan kesal. Karena timbulnya
Koping Tidak Kontrol Yang perkembangan fungsi klien T1DM biasanya di masa kanak-kanak atau
Efektif (SDKI, Dirasakan dan klien/penyedia layanan / remaja, masalah perkembangan pasti dalam
2017, p.210) a. Menilai situasi kemampuan signifikan lainnya bermain.
(D.0096) saat ini secara (SO) untuk memahami b. Diagnosis baru diabetes atau krisis manajemen
akurat; peristiwa. diabetes sering menambah lebih banyak stres
44
mengidentifikasi b. Menentukan stresor individu daripada yang dirasakan klien atau keluarga.
secara efektif (misalnya, masalah keluarga, c. Mengidentifikasi kekhawatiran dan
mengatasi hav iors sekolah, pekerjaan, dan memfasilitasi pemecahan masalah
dan konsekuensi. masalah sosial; keuangan) d. Meningkatkan rasa terlibat dan memberikan
b. Verbalisasi c. Mendorong klien dan kesempatan untuk memecahkan masalah solusi
kesadaran akan sebagainya untuk untuk membantu klien mencegah kekambuhan.
kemampuan mengungkapkan perasaan e. Mempromosikan perasaan kontrol atas situasi
koping dan rasa tentang krisis saat ini/ rawat dan dapat meningkatkan komitmen untuk
kontrol sendiri. inap dan diabetes pada merencanakan.
c. Memenuhi umumnya. f. Karena kontrol diabetes dibangun kembali dan
kebutuhan d. Berikan kesempatan kepada kondisi kontribusi lainnya diobati, rasa
psikologis yang SO untuk mengungkapkan optimisme dan kemampuan koping klien dapat
dibuktikan dengan keprihatinan dan dipulihkan/ditingkatkan.
ekspresi perasaan mendiskusikan cara-cara di g. Pendidikan dan dukungan (orang dan sumber
yang tepat, mana dia dapat membantu daya lainnya) penting dalam membantu klien /
identifikasi klien. sehingga untuk memahami bahwa mereka dapat
pilihan, dan e. Mendukung partisipasi dalam menjalani hidup dengan cara yang normal tetapi
penggunaan perawatan diri dan dalam keterbatasan yang diberikan
sumber daya. memberikan umpan balik
positif untuk upaya.
Menyediakan implementasi
bertahap dan kelanjutan dari
perilaku yang diperlukan dan
perubahan gaya hidup.
f. Berkolaborasi dalam
pengelolaan kondisi berbaring
g. Berkolaborasi dalam
pengelolaan kondisi berbaring
45
6. Manajemen Hasil Yang Fasilitasi Pembelajaran/ Edukasi a. Melihat pembenaran apakah ada keinginan
Kesehatan Tidak Diinginkan / Kriteria Kesehatan berubah untuk meningkatkan kesehatan.
Efektif (Doenges et
Evaluasi-Klien Akan a. Identifikasi kesiapan dalam b. Hubungan dan rasa hormat perlu dibangun
al, 2019, p.467) Pengetahuan: menerima informasi. sebelum pasien mau mengambil bagian dalam
Manajemen Diabetes b. Ciptakan lingkungan proses pembelajaran.
Manajemen a. Verbalisasi kepercayaan dengan c. Sesuaikan dengan waktu luang yang dimilik
Kesehatan Tidak pemahaman mendengarkan kekhawatiran klien agar informasi yang didapat dapat diserap
Efektif (SDKI, tentang proses dan tersedia. secara baik.
2017, p.256) penyakit dan c. Jadwalkan pendidikan d. Partisipasi dalam perencanaan meningkatkan
(D.0116) potensi kesehatan sesuai kesepakatan. antusias dan kerja sama pasien dengan prinsip-
komplikasi. d. Bekerja dengan klien dalam prinsip yang dipelajari.
b. Identifikasi menetapkan tujuan bersama e. Obat Untuk diabetes Tipe 2 bekerja dengan cara
hubungan tanda untuk belajar. yang berbeda untuk mengembalikan kadar gula
dan gejala dengan e. Tentukan jenis agen yang darah menjadi normal. Mereka termasuk (1)
proses penyakit mungkin digunakan klien obat-obatan yang meningkatkan produksi
dan hubungkan dengan T2DM(misalnya, (1) insulin (misalnya, Diabinese, Prandin), (2) obat-
gejala dengan sulfonilurea seperti obatan yang meningkatkan penggunaan insulin
faktor penyebab. klorpropamid [Diabinese], tubuh (misalnya, Actos, Avandia), (3) obat-
empagliflozin [Jardiance], dan obatan yang mengurangi penyerapan gula di
glipizide [Glucotrol]; (2) usus (misalnya, Precose, Glyset), (4) obat-
biguanida seperti metformin obatan yang menurunkan produksi gula oleh
[Glucophage, Glumetza]; (3) hati dan meningkatkan kadar insulin (misalnya,
meglitinida seperti repaglinide metformin), (5) obat-obatan yang meningkatkan
[Prandin] dan nateglinide produksi insulin oleh pankreas dan mengurangi
[Sarlix]; (4) produksi gula oleh hati (misalnya misalnya,
thiazolidinediones, seperti Januvia, Byetta), dan (6) obat yang
rosiglitazone [Avandia] dan menghalangi reabsorpsi glukosa oleh ginjal dan
pioglitazone [actos]; (5) meningkatkan ekskresi glukosa (misalnya,
inhibitor alfa - glukosidase, farxiga, Invokana). Obat kombinasi
seperti acarbose [Precose] dan mengandung lebih dari satu jenis kation
miglitol [Glyset]; (6) inhibitor diabetes seperti satu untuk memblokir
DPP - IV, seperti sitagliptin reabsorpsi glukosa oleh ginjal sementara juga
[Januvia], Linagliptin membantu pankreas memproduksi lebih banyak
46
c. Implementasi keperawatan
Untuk mengoperasionalkan dan mengimplementasikan
rencana secara tepat waktu dan hemat biaya, pertama-tama
kenali prioritas untuk memberikan perawatan pasien. Tinjau
rencana untuk hasil yang akan dievaluasi selama melakukan
perawatan (misalnya, shift atau hari), diikuti oleh intervensi
terencana yang berurutan terkait atau terkait waktu, serta yang
dapat digabungkan sehingga dapat memaksimalkan waktu
perawatan dan upaya pasien (Doenges et al, 2019, p.17)
Implementasi merupakan waktu untuk meninjau rencana
perawatan dengan pasien / orang terdekat untuk menjadwalkan
aktivitas dan memverifikasikan tanggung jawab pasien
(Doenges et al, 2019, p.17)
d. Evaluasi keperawatan
Saat asuhan keperawatan diberikan, evaluasi penilaian
dilanjutkan untuk melihat respon pasien terhadap terapi dan
kemajuan menuju pencapaian hasil yang diinginkan. Saat
perawatan diberikan, perawat memantau dan
mendokumentasikan respon pasien terhadap intervensi dan
menyampaikan kepada tenaga kesehatan (Doenges et al, 2019,
p.18)
Evaluasi berfungsi sebagai umpan balik dan kontrol proses
keperawatan yang melalui status pernyataan diagnostik pasien
dan dinilai untuk diselasaikan, dilanjutkan, atau memerlukan
revisi. Kemudian data tersebut digunakan untuk
mendokumentasikan intervensi keperawatan dan respon pasien,
juga untuk mengevaluasi kembali dan merevisi rencana
perawatan sesuai kebutuhan (Doenges et al, 2019, p.18).
48
B. Kerangka Teori
C. Kerangka Konsep
D. Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimana pengkajian asuhan keperawatan dengan diabetes melitus
tipe II di Puskesmas Singkawang Barat 1.
2. Bagaimana diagnosis asuhan keperawatan dengan diabetes melitus tipe
II di Puskesmas Singkawang Barat 1.
3. Bagaimana intervensi asuhan keperawatan dengan diabetes melitus tipe
II di Puskesmas Singkawang Barat 1.
4. Bagaimana implementasi asuhan keperawatan dengan diabetes melitus
tipe II di Puskesmas Singkawang Barat 1.
5. Bagaimana evaluasi asuhan keperawatan dengan diabetes melitus tipe II
di Puskesmas Singkawang Barat 1.
6. Bagaimana asuhan keperawatan pada diabetes tipe II dengan penerapan
diabetes self care activities di Puskesmas Singkawang Barat 1.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Dalam penelitian ini yang digunakan adalah penelitian
observasional deskriptive dengan pendekatan studi kasus. Penelitian
observasional adalah penelitian yang mengamati timbul atau tidaknya
suatu masalah kesehatan pada individu atau kelompok menurut derajat
pemaparannya terhadap faktor resiko yang diduga menjadi penyebab
(Dharma, 2015).
Penelitian studi kasus bertujuan untuk menggambarkan kasus
secara menyeluruh dan mendalam melalui auhan keperawatan mulai dari
pengkajian, perumusan diagnose keperawatan, perencanaan keperawatan,
implementasi dan evaluasi pada pasien yang mengalami diabetes melitus
tipe II di UPT Puskesmas Singkawang Barat 1.
B. Partisipan
Jumlah partisipan yang digunakan dalam kasus penelitian ini yaitu 2
orang pasien dengan Diabetes Melitus Tipe II di Puskesmas Singkawang
Barat 1 yang sesuai dengan kriteria, dan memenuhi kriteria sebagai
berikut:
a. Terdiagnosa oleh dokter menderita Diabetes Melitus Tipe II
b. Pasien bersedia menjadi subjek penelitian
c. Kesadaran kompos mentis
50
51
1. Waktu penelitian
Penelitian ini dilakukan mulai dari penyusunan proposal
sampai sidang akhir dilakukan selama kurang lebih 9 bulan dari bulan
oktober 2022 sampai bulan juli 2023. Waktu yang diperlukan untuk
penelitian kasus selama 2 minggu.
2. Tempat penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di Puskesmas Singkawang
Barat 1 Pada Tahun 2023.
2. Metode observasi
3. Metode dokumentasi
F. Prosedur Penelitian
H. Analisa Data
H. Etika Penelitian
Setelah mendapatkan persetujuan, peneliti mulai melakukan
penelitian dengan memperhatikan masalah etik sebagai berikut:
1. Inform concent (Lembar pemberitahuan persetujuan)
Sebelum lembar persetujuan diberikan pada subjek penelitian,
peneliti menjelaskan maksud dan tujuan penelitian yang akan
dilakukan serta manfaat setelah dilakukannya penelitian. Setelah
diberikan penjelasan, lembar persetujuan diberikan kepada subjek
54
3. Confidentiality (kerahasiaan)
Kerahasiaan Semua informasi yang diperoleh oleh subjek
penelitian dijamin oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu saja
yang akan disajikan atau dilaporkan pada hasil penelitian serta
penelitian tidak akan memberitahukan segala informasi yang bersifat
pribadi terkait partisipan
55
I. Jadwal Penelitian
BULAN
No Kegiatan Oktober November Desember Januari Februari Maret April Mei Juni Juli
2022 2022 2022 2023 2023 2023 2023 2023 2023 2023
1. Perzinan
2. Penyusunan proposal
3. Seminar proposal
4. Revisi Proposal
5. Pelaksanaan penelitian
6. Pengolahan data,
Analisa Data dan
Penyusunan
Laporan
7. Seminar Hasil
8. Revisi hasil
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini menyajikan tentang hasil studi kasus asuhan keperawatan dengan
pembahasan pada Ny. N dan Ny. Y meliputi pengkajian, diagnosis, intervensi,
implementasi dan evaluasi yang dilakukan pada tanggal 3 – 8 April 2023 dan
tanggal 10 –15 April 2023 di wilayah UPT Puskesmas Singkawang Barat I.
A. Hasil Penelitian
Berdasarkan pengelolaan asuhan keperawatan pada klien 1 dan klien 2
dengan diagnosis yang sama yaitu Diabetes Melitus tipe II di wilayah UPT
Puskesmas Singkawang Barat I selama 2 minggu, penulis mengelompokkan
menjadi beberapa temuan penting sebagai berikut:
1. Pengkajian
Tabel 4.1 Data Fokus Hasil Pengkajian Diabetes Melitus tipe II di Wilayah
UPT Puskesmas Singkawang Barat I
No Data Fokus Klien 1(Ny. N) Klien 2 (Ny.Y )
1. Identitas Inisial Klien : Ny. N Inisial Klien : Ny. Y
Klien Umur: 53 tahun Umur: 50 tahun
Jenis Kelamin: Laki-laki Jenis Kelamin:
Agama: Islam PerempuanAgama: Islam
Suku: Melayu Suku: Melayu
Pendidikan: SMA Pendidikan: SD
Pekerjaan: IRT Pekerjaan: IRT
Alamat: Jl. Yos Sudarso Alamat: Jl. Merpati,Gg Nuri No
RT008/RW002 25
56
57
Spiritual : Spiritual :
Klien sering berdoa kepada Klien sering berdoa kepada
Allah SWT, untuk kesembuhan Allah SWT, untuk kesembuhan
penyakitnya penyakitnya
Genogram
Keterangan:
= Laki – Laki
= laki-laki meninggal
= Perempuan
= Perempuan meninggal
= Klien
= Tinggal Serumah
Keterangan:
= Laki – Laki
= Laki-laki meninggal
= Perempuan
= Perempuan meninggal
= Klien
= Tinggal Serumah
Ny. N Ny. Y
- Glibenclamid 5 mg 2x1 tablet - Metformin 500 mg 2x1 tablet
- Metformin 500 mg 2x1 tablet - Glimepiride 2 mg 1x1 tablet
- Simvastatin 10 mg 1x1 tablet - Vildagliptin50 mg 2x1 tablet
- Sianokobalamin 50 mcg 1x1 tablet
- Amlodipine 1x1 tablet
Pemeriksaan GDS
600
500
400
300
200
100
pemeriksaan pertama pemeriksaan kedua pemeriksaan ketiga
Ny.N Ny.Y
Tanggal pemeriksaan
Nama Klien
03 – April – 2023 10 – April – 2023 15 – April – 2023
Klien 1 (Ny.N)
195 mg/dl 175 mg/dl 119 md/dl
GDP
Klien 1 (Ny.Y)
444 mg/dl 346 mg/dl 397 mg/dl
GDS
2. Analisa Data
Tabel 4.4 Analisa data Ny. N
DO:
Kadar glukosa dalam darah tinggi,
a. TTV :
haus meningkat, jumlah urine
TD : 110/90 mmHg, T: 36,7 °c, N: 70 x/mnt, RR: 20 x/mnt
meningkat
b. GDS :195 mg/dl
3
DS: Kurangnya informasi yang Defisit Pengetahuan (D.0111) b.d
a. klien mengatakan tidak banyak mengetahui tentang berkaitan dengan diabetes kurang terpapar informasi
penyakitnya melitus
b. Klien mengatakan bahwa dirinya disarankan dokter untuk
menggunakan suntik insulin karna gula darah klien tidak
turun, tetapi klien menolak karena takut mengalami
komplikasi karna penggunaan insulin tersebut. Kurang terpapar informasi
DO:
a. Klien tampak bertanya mengenai penyebab dan komplikasi
dari penyakit yang dialaminya
b. Klien tampak bingung saat ditanya mengenai penyakitnya Menanyakan masalah yang
c. Klien tampak khawatir dihadapi, menunjukan persepsi
yang keliru terhadap masalah
67
3. Diagnosis keperawatan
NO DIAGNOSIS KEPERAWATAN
Ny. N
1. Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah (D.0027) b.d Resistensi Insulin
Ny. Y
1. Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah (D.0027) b.d Resistensi Insulin
4. Intervensi keperawatan
P:
Intervensi Dukungan Tidur dilanjutkan
mengenai penyakitnya
c. Klien tampak khawatir
A:
Masalah Defisit pengetahuan belum teratasi
P:
Intervensi Edukasi Kesehatan dilanjutkan
A:
Masalah Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah
belum teratasi
73
P:
Intervensi Manajemen Hiperglikemia dilanjutkan
N: 85 x/mnt
RR: 20 x/mnt
A:
Masalah Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah
belum teratasi
P:
Intervensi Manajemen Hiperglikemia dilanjutkan
P:
Intervensi Dukungan Tidur dilanjutkan
76
O:
a. Klien tampak mau mengikuti anjuran
minum obat diabetes secara teratur
b. TTV :
TD : 120/90 mmHg
T: 37,0 °c
N: 90 x/mnt
RR: 20 x/mnt
A:
Masalah Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah
belum teratasi
P:
Intervensi Manajemen Hiperglikemia dilanjutkan
O:
a. Klien tampak antusias mengikuti arahan
b. Klien mencoba untuk mengecek kadar
glukosa darah menggunakan glukometer
c. TTV :
TD : 120/80 mmHg
T: 36,8 °c
N: 73 x/mnt
RR: 20 x/mnt
A:
Masalah Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah
belum teratasi
P:
Intervensi Manajemen Hiperglikemia dilanjutkan
A:
Masalah Defisit pengetahuan belum teratasi
P:
Intervensi Edukasi Kesehatan dilanjutkan
P:
Intervensi Edukasi Kesehatan dilanjutkan
O:
a. Klien tampak kooperatif
b. TTV :
TD : 100/70 mmHg
T: 37,2 °c
N: 70 x/mnt
RR: 20 x/mnt
c. GDP : 175 mg/dl
A:
Masalah Ketidakstabilan Kadar Glukoa Darah
belum teratasi
P:
Intervensi Manajemen Hiperglikemia dilanjutkan
O:
a. Klien tampak mau mengikuti anjuran
pengaturan pola makan
b. Klien mengatakan siap dan mampu untuk
dilakukan evaluasi penkes yang sudah
diberikan
c. TTV :
TD : 110/70 mmHg
T: 36,2 °c
N: 78 x/mnt
RR: 20 x/mnt
A:
Masalah Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah
belum teratasi
84
P:
Intervensi Manajemen Hiperglikemia dilanjutkan
R/ klien mengatakan perasaan cepat Lelah e. Klien mengatakan sering kencing pada
berkurang, cepat haus berkurang, sering kencing malam hari berkurang dengan frekuensi 2
pada malam hari berkurang dengan frekuensi 2 kali
kali, pengelihatan kabur, kulit di sekitar kaki f. Klien mengatakan pengelihatan kabur
tampak kering berkurang, kadang-kadang g. Klien mengatakan terkadang mengalami
kesemutan, pusing berkurang kesemutan
h. kulit di sekitar kaki tampak kering
berkurang
i. klien mengatakan pusing berkurang
O:
a. Klien tampak mau mengikuti penerapan
aktifitas fisik dan olahraga ringan pada
pasien diabetes melitus
b. TTV :
TD : 120/80 mmHg
T: 36,5 °c
N: 82 x/mnt
RR: 20 x/mnt
A:
Masalah Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah
belum teratasi
P:
Intervensi Manajemen Hiperglikemia
dilanjutkan
86
P:
Intervensi Edukasi Kesehatan dilanjutkan
O:
a. Klien tampak mau mengikuti anjuran
minum obat diabetes secara teratur
b. TTV :
TD : 120/70 mmHg
T: 36,0 °c
N: 87 x/mnt
RR: 20 x/mnt
A:
Masalah Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah
belum teratasi
P:
Intervensi Manajemen Hiperglikemia dilanjutkan
P:
Intervensi Edukasi Kesehatan dilanjutkan
O:
a. Klien tampak menjelaskan senam kaki pada
pasien diabetes walaupun kadang-kadang
pasien lupa
b. TTV :
TD : 130/70 mmHg
T: 37,0 °c
N: 69 x/mnt
RR: 20 x/mnt
A:
Masalah Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah
belum teratasi
P:
Intervensi Manajemen Hiperglikemia dilanjutkan
89
5. Memonitor tanda dan gejala hiperglikemia b. Klien mencoba untuk mengecek kadar
R/ klien mengatakan perasaan cepat lelah glukosa darah menggunakan glukometer
berkurang, cepat haus berkurang, sering kencing c. Klien tampak kooperatif
pada malam hari berkurang dengan frekuensi 2 d. TTV :
kali, pengelihatan kabur, kulit di sekitar kaki TD : 120/70 mmHg
tampak lembab T: 36,6 °c
N: 70 x/mnt
RR: 20 x/mnt
GDP :119 mg/dl
A:
Masalah Ketidakstabilan Kadar Glukosa belum
teratasi
P:
Intervensi Manajemen Hiperglikemia dihentikan
P:
Intervensi Manajemen Sensasi Perifer dilanjutkan
P:
Intervensi Edukasi Kesehatan dilanjutkan
P:
Intervensi Manajemen Sensasi Perifer dilanjutkan
dijelaskan peneliti A:
Masalah Defisit pengetahuan belum teratasi
P:
Intervensi Edukasi Kesehatan dilanjutkan
P:
Intervensi Manajemen Hiperglikemia dilanjutkan
P:
Intervensi Manajemen Sensasi Perifer dilanjutkan
diabetes melitus A:
R/Klien tampak mendengarkan penkes yang Masalah Defisit pengetahuan belum teratasi
dijelaskan peneliti
P:
Intervensi Edukasi Kesehatan dilanjutkan
P:
Intervensi Manajemen Sensasi Perifer dilanjutkan
P:
Intervensi Manajemen Hiperglikemia dilanjutkan
100
A:
Masalah Risiko Disfungsi Neurovaskuler Perifer
belum teratasi
P:
Intervensi Manajemen Sensasi Perifer dilanjutkan
P:
Intervensi Edukasi Kesehatan dilanjutkan
P:
Intervensi Manajemen Hiperglikemia dilanjutkan
102
A:
Masalah Risiko Disfungsi Neurovaskuler Perifer
belum teratasi
P:
Intervensi Manajemen Sensasi Perifer dilanjutkan
P:
Intervensi Edukasi Kesehatan dilanjutkan
A:
Masalah Risiko Disfungsi Neurovaskuler Perifer
belum teratasi
P:
Intervensi Manajemen Sensasi Perifer dilanjutkan
O:
a. Klien tampak mau mengikuti anjuran
pengaturan pola makan
b. Klien mengatakan siap dan mampu untuk
dilakukan evaluasi penkes yang sudah
diberikan
c. TTV :
TD : 140/70 mmHg
T: 36,8 °c
N: 88 x/mnt
RR: 20 x/mnt
A:
Masalah Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah
belum teratasi
P:
Intervensi Manajemen Hiperglikemia dilanjutkan
106
A:
Masalah Risiko Disfungsi Neurovaskuler Perifer
belum teratasi
P:
Intervensi Manajemen Sensasi Perifer dilanjutkan
O:
a. Klien tampak mau mengikuti penerapan
aktifitas fisik dan olahraga ringan pada
pasien diabetes melitus
b. TTV :
TD : 140/80 mmHg
T: 36,9 °c
N: 80 x/mnt
RR: 20 x/mnt
A:
Masalah Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah
belum teratasi
108
P:
Intervensi Manajemen Hiperglikemia dilanjutkan
A:
Masalah Risiko Disfungsi Neurovaskuler Perifer
belum teratasi
P:
Intervensi Manajemen Sensasi Perifer dilanjutkan
P:
Intervensi Edukasi Kesehatan dilanjutkan
A:
Masalah Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah
belum teratasi
P:
Intervensi Manajemen Hiperglikemia dilanjutkan
A:
Masalah Risiko Disfungsi Neurovaskuler Perifer
belum teratasi
P:
Intervensi Manajemen Sensasi Perifer dilanjutkan
minum obat teratur pada pasien diabetes dilakukan evaluasi penkes yang sudah
melitus menjelaskan kembali dampak jika tidak diberikan
minum obat secara teratur A:
R/ saat ditanya klien dapat menjelaskan Masalah Defisit pengetahuan belum teratasi
P:
Intervensi Edukasi Kesehatan dilanjutkan
O:
a. Klien tampak menjelaskan senam kaki pada
pasien diabetes walaupun kadang-kadang
pasien lupa
b. TTV :
TD : 140/80 mmHg
T: 36,8 °c
N: 69 x/mnt
RR: 20 x/mnt
112
A:
Masalah Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah
belum teratasi
P:
Intervensi Manajemen Hiperglikemia dilanjutkan
A:
Masalah Risiko Disfungsi Neurovaskuler Perifer
belum teratasi
P:
Intervensi Manajemen Sensasi Perifer dilanjutkan
A:
Masalah Ketidakstabilan Kadar Glukosa belum
teratasi
P:
Intervensi Manajemen Hiperglikemia dihentikan
A:
Masalah Risiko Disfungsi Neurovaskuler Perifer
belum teratasi
P:
Intervensi Manajemen Sensasi Perifer dihentikan
R/ Klien antusias untuk bertanya tentang cara kadar glukosa darah menggunakan
mengecek glukosa darah menggunakan glukometer
glukometer A:
4. Mengevaluasi klien cara mengecek kadar Masalah Defisit pengetahuan teratasi
glukosa meter menggunakan glukometer
R/klien tampak mengerti menggunakan alat P:
glukometer walaupun kadang-kadang klien Intervensi Edukasi Kesehatan dihentikan
lupa
116
B. Pembahasan
Berdasarkan hasil asuhan keperawatan yang dilakukan pada Ny.N dan Ny.Y
dengan Diabetes Melitus tipe II di wilayah kerja UPT Puskesmas Singkawang
Barat 1 tanggal 3 – 8 April 2023 dan tanggal 10 –15 April 2023, maka dalam
hal ini penulis akan membahas kesenjangan antara teori dengan hasil observasi
yang didapatkan di lapangan sebagai hasil pelaksanaan asuhan keperawatan.
Dalam membahas asuhan keperawatan ini, penulis menggunakan lima tahapan
proses keperawatan yaitu pengkajian, diagnosis keperawatan, intervensi,
implementasi, dan evaluasi.
1. Pengkajian
Menurut Smeltzer et al (2010, p.1197) usia lebih dari 45 tahun
merupakan salah satu penyebab munculnya DM. Dari hasil praktik, peneliti
mendapatkan bahwa kedua partisipan memiliki usia lebih dari 45 tahun,
dimana Ny.N berusia 53 tahun sedangkan Ny.Y berusia 50 tahun. Hal ini
menunjukan bahwa terjadinya keselarasan antara teori dan praktik. Pada
teori ini juga menunjukan bahwa riwayat keluarga diabetes merupakan
penyebab terjadinya DM. Hal ini ditemukannya keselarasan antara teori dan
praktik, yang mana ibu dan kakak dari Ny.Y sebelumnya juga mengidap
penyakit DM Tipe II.
Hasil pengkajian yang peneliti dapatkan dari Ny.N meliputi: klien
mengatakan sering merasa lelah, sering merasa haus, sering kencing pada
malam hari yang menyebabkan klien sering terbangun dan sulit tidur, klien
mengeluh tangan dan kakinya sering kesemutan, pengelihatan kabur, sering
merasa pusing, kulit di sekitar kaki klien tampak kering. Hasil pengkajian
Ny.Y meliputi: klien mengatakan sering merasa kesemutan di kaki dan
tangan, kebas pada kaki, kepala terasa pusing, tengkuk terasa sakit.
Klien juga mengatakan nafsu makan kurang, pandangan kabur, sering
merasa lelah saat banyak beraktivitas, sering merasa haus, sering
kencing dan urine kadang-kadang berbusa.
Dari data tersebut didapatkan kedua responden terdiagnosis Diabetes
Melitus tipe II. Kedua responden sama-sama mengalami polyuria
(peningkatan buang air kecil), polidipsia (peningkatan rasa haus), kelelahan,
117
resistensi insulin. Pada diabetes melitus tipe 2 terdapat dua masalah utama
yang berhubungan dengan insulin, yaitu resistensi insulin dan gangguan
sekresi insulin. Normalnya insulin akan terikat dengan reseptor khusus pada
permukaan sel. Sebagai akibat terikatnya insulin dengan reseptor tersebut,
terjadi suatu rangkaian reaksi dan metabolisme glukosa di dalam sel.
Resistensi insulin pada diabetes melitus tipe II disertai dengan penurunan
reaksi intrasel ini. Dengan demikian insulin menjadi tidak efektif untuk
menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan. Untuk mengatasi
resistensi insulin dan mencegah terbentuknya glukosa dalam darah, harus
terdapat peningkatan jumlah insulin yang disekresikan. Pada penderita
toleransi glukosa terganggu, keadaan ini terjadi akibat sekresi insulin yang
berlebihan, dan kadar glukosa akan dipertahankan pada tingkat yang normal
atau sedikit meningkat. Namun demikian, jika sel-sel beta tidak mampu
mengimbangi peningkatan kebutuhan akan insulin, maka kadar glukosa
akan meningkat dan akan terjadi diabetes melitus tipe II (Smeltzer et al,
2010).
Diagnosis keperawatan kedua Ny. N yaitu Gangguan pola tidur
berhubungan dengan kurang kontrol tidur, dikarenakan klien mengatakan
tidur malam hanya 4 jam saja dan sering terbangun karena rasa ingin buang
air kecil serta jika sudah terbangun malam klien sulit untuk tidur. Keadaan
tersebut disebabkan kadar glukosa melebihi ambang batas ginjal dalam
reabsobsi glukosa di tubulus ginjal. Hal tersebut menyebabkan glukosoria
yang berdampak pada terjadinya diuresis osmotik, yaitu pengenceran
volume urine yang dikeluarkan bertambah banyak. Keluhan sering kencing
ini umumnya terjadi pada malam hari yang menyebabkan gangguan tidur
klien (Subiyanto, 2019).
Diagnosis keperawatan kedua Ny. Y yaitu Risiko disfungsi
neurovaskuler perifer berhubungan dengan hiperglikemia, keluhan tangan
dan kaki sering kesemutan yang dialami klien merupakan tanda awal adanya
komplikasi perifer arterial deseases (PAD), yaitu adanya sumbatan arteri
yang menuju kaki. Adanya sumbatan arteri semakin parah pada tahap lanjut
akan menyebabkan rasa nyeri, bahkan pada tahap akhir dimana sel saraf
120
perifer mengalami kerusakan dan kematian akan timbul rasa kebas, kebal
dan mati rasa/ neuropati (Subiyanto,2019).
Diagnosis keperawatan ketiga Ny. N dan Ny. Y yaitu Defisit
pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi ditandai
dengan ketidaktahuan klien tentang penyakitnya, menunjukan persepsi yang
keliru terhadap masalah, menanyakan masalah yang dihadapi.
Penatalaksanaan diabetes tidaklah sederhana, dalam mengelola diabetes
langkah pertama yang harus dilakukan adalah edukasi / penyuluhan baik
pada penyandang diabetes atau keluarganya, perencanaan makanan dan
kegiatan jasmani dan olahraga. Apabila langkah tersebut belum mencapai
untuk mengendalikan kadar glukosa darah, langkah berikunya adalah
penggunaan obat-obatan oral atau insulin (Subiyanto, 2019)
3. Intervensi Keperawatan
Perencanaan merupakan langkah ketiga dalam proses keperawatan
yang merupakan satu kategori prilaku keperawatan. Intervensi keperawatan
adalah segala tindakan yang dikerjakan oleh perawat yang didasarkan pada
pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai luaran yang diharapkan
PPNI, (2018). Perencanaan untuk kedua partisipan disesuaikan dengan teori
sebagai berikut :
Tahap perencanaan yang terdapat pada tinjauan teori yang dibuat
meliputi penentuan prioritas masalah, menentukan tujuan, kriteria hasil dari
rencana keperawatan yang tepat untuk mencapai tujuan serta menerapkan
kriteria hasil yang diharapan.
Intervensi keperawatan yang penulis terapkan kepada kedua
partisipan sesuai dengan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI)
PPNI, (2018) yang merupakan acuan bagi perawat di Indonesia dalam
menetapkan intervensi keperawatan yang telah ditegakkan dalam
pelaksanaan asuhan keperawatan.
Intervensi pada diagnosis Ny. N adalah manajemen hiperglikemia
(I.03115) dengan kriteria hasil tercapainya kadar glukosa berada pada
rentang normal (L.03022). Dukungan tidur (I.05174) dengan kriteria hasil
keadekuatan kualitas dan kuantitas tidur membaik (L.05045). Edukasi
121
A. Kesimpulan
Setelah dilakukan penelitian tentang studi kasus asuhan keperawatan pada
pasien Diabetes Melitus Tipe 2 dengan penerapan Diabetes Self Care Activities
di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Singkawang Barat 1, maka dapat
disimpulkan:
1. Pengkajian
Dari hasil pengkajian yang dilakukan pada kedua partisipan didapatkan
hasil pada Ny.N usia 53 tahun meliputi: klien mengatakan sering merasa
lelah, sering merasa haus, sering kencing pada malam hari yang
menyebabkan klien sering terbangun dan sulit tidur, kesemutan di
ekstremitas, pengelihatan kabur, sering merasa pusing, kulit di sekitar kaki
klien tampak kering, kadar glukosa darah klien diatas rentang normal.
Hasil pengkajian pada Ny.Y usia 50 tahun meliputi: klien mengatakan
sering merasa kesemutan di ekstremitas, kebas pada ekstremitas bawah,
kepala terasa pusing, tengkuk terasa sakit. Klien juga mengatakan nafsu
makan kurang, pandangan kabur, sering merasa lelah saat banyak
beraktivitas, sering merasa haus, sering kencing dan urine kadang-
kadang berbusa, kadar glukosa darah klien diatas rentang normal.
2. Diagnosis keperawatan
Diagnosis keperawatan yang muncul pada kedua responden yaitu:
a) Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah (D.0027) b.d Resistensi Insulin
b) Defisit Pengetahuan (D.0111) b.d kurang terpapar informasi
c) Gangguan Pola Tidur (D. 0055) b.d Kurang Kontrol Tidur
d) Risiko Disfungsi Neurovaskuler Perifer (D. 0167) d.d Hiperglikemia
3. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperarawatan adalah panduan untuk perilaku spesifik yang
diharapkan dari pasien, dan atau tindakan yang harus dilakukan oleh perawat.
intervensi dibuat menggunakan acuan standar luaran keperawatan Indonesia
(SLKI) dan standar intervensi keperawatan indonesia (SIKI) yang telah
125
126
B. Saran
1. Bagi UPT Puskesmas Singkawang Barat 1
Hasil asuhan keperawatan ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan
dan sebagai bukti nyata mengenai penerapan asuhan keperawatan dengan
kasus diabetes melitus.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Hasil asuhan keperawatan ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi
mengajar serta pengembangan ilmu pengetahuan khususnya yang berkaitan
dengan topik asuhan keperawatan pada Diabetes Melitus bagi dosen dan
mahasiswa di lingkungan Politeknik Kesehatan Kemenkes Pontianak
khususnya jurusan keperawatan singkawang.
127
3. Bagi Partisipan
Diharapkan klien dapat menerapkan 5 komponen dari diabetes self care
activities, dan juga diharapkan klien jika bingung dan ragu untuk
menanyakan ke tenaga ahli (perawat atau dokter), supaya tidak ada
kesalahan dalam penanganan penyakit.
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
Hasil asuhan keperawatan ini diharapkan dapat dijadikan masukan dalam
penelitian serupa, selain itu agar dapat meningkatkan referensi ilmiah dibidang
keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA
DOKUMENTASI KEGIATAN
PETUNJUK PENGISIAN:
Berikan tanda silang (x) pada kotak pilihan sesuai dengan kondisi sebenarnya pada anda
A. Pasien
1) Inisial : ..........
2) Jenis kelamin : Laki-laki Perempuan
3) Usia : ........tahun
4) Status perkawinan : Kawin Belum kawin
Duda/janda
5) Pendidikan : Tidak Sekolah SD SMP SMA
Perguruan Tinggi
6) Pekerjaan : PNS/TNI/Polri Wiraswasta
DIAGNOSIS KEPERAWATAN
NAMA :
UMUR :
NO TGL/WAKTU DIAGNOSIS NAMA JELAS TERATASI
KEPERAWATAN
RENCANA KEPERAWATAN
NAMA :
UMUR :
DIAGNOSIS TUJUAN / INTERVENSI PARAF
KEPERAWATAN KRITERIA HASIL
IMPLEMENTASI
NAMA :
UMUR :
NO TGL/WAKTU INTERVENSI RESPON PARAF
EVALUASI KEPERAWATAN
NAMA :
UMUR :
NO WAKTU EVALUASI (SOAP) PARAF
Lampiran 7
Pertanyaan-pertanyaan di bawah ini menanyakan tentang kegiatan perawatan diri pasien diabetes
selama 7 hari terakhir. Jika anda menjadi sakit selama 7 hari terakhir, pikirkan kembali 7 hari terakhir
bahwa anda tidak sakit
POLA 0 1 2 3 4 5 6 7
1. Rata-rata dalam satu bulan terakhir, berapa hari dalam satu
MAKAN
minggu Anda merencanankan pola makan/diet?
2. Berapa hari dalam 7 hari terakhir anda makan buah dan sayuran ?
3. Berapa hari dalam 7 hari terakhir Anda mengkonsumsi makanan
berlemak tinggi (daging sapi, kambing, babi, makanan cepat saji) atau
produk olahan susu (keju,krim, yogurth, mentega)?
4. Berapa hari dalam 7 hari terakhir Anda mengatur pemasukan makanan
yang mengandung karbohidrat (nasi,roti,mie,jagung,singkong)?
5. Berapa hari dalam 7 hari terakhir Anda mengikuti pola makan yang
sehat?
6. Berapa hari dalam 7 hari terakhir Anda makan makanan selingan
/cemilan yang mengandung gula (seperti kue, biskuit, coklat, es krim)?
MINUM OBAT 0 1 2 3 4 5 6 7
9. Berapa hari dalam 1 minggu terakhir Anda minum obat diabetes yang
disarankan untuk anda?
10. Apakah anda menggunakn insulin? Jika Ya, berapa hari dalam 7 hari
terakhir Anda menggunakan insulin yang disarankan untuk anda ?
PERAWATAN KAKI 0 1 2 3 4 5 6 7
13. Berapa hari dalam 7 hari terakhir Anda memeriksa kaki Anda ?
(Ti
14. Berapa hari dalam 7 hari terakhir Anda memeriksa bagian dalam sepatu
Anda? da
15. Berapa hari dalam 7 hari terakhir Anda mengeringkan sela-sela jari k)
setelah dicuci?
16. Berapa hari dalam 7 hari terakhir Anda menggunakan alas kaki saat
keluar rumah ?
17. Berapa hari dalam 7 hari terakhir Anda menggunakan pelembab atau
lotion pada kaki Anda?
Keterangan:
Favourable Unfavourable
Hari ke -0 : Skor 0 Hari ke-0 : Skor 7
Hari ke -1 : Skor 1 Hari ke -1 : Skor 6
Hari ke -2 : Skor 2 Hari ke -2 : Skor 5
Hari ke -3 : Skor 3 Hari ke -3 : Skor 4
Hari ke -4 : Skor 4 Hari ke -4 : Skor 3
Hari ke -5 : Skor 5 Hari ke -5 : Skor 2
Hari ke -6 : Skor 6 Hari ke -6 : Skor 1
Hari ke-7 : Skor 7 Hari ke -7 : Skor 0
Nama :......................................
Alamat :......................................
Umur :......................................
Singkawang, 2023
Partisipan
(.........................................)
Lampiran 9
Pokok Pembahasan : Diabetes Self Care Activities pada Pasien Diabetes Melitus
Sasaran : Pasien diabetes melitus
Hari/Tanggal :-
Jam/Waktu :-
Tempat : Di Rumah Pasien Diabetes Melitus
Penyuluh : Dina primasari
3. Pengobatan untuk DM
Orang dengan diabetes perlu minum obat untuk membantu menjaga
kadar gula darah (glukosa) tetap stabil. Diabetes meningkatkan risiko
terhadap penyakit lainnya seperti : jantung, ginjal dan stroke.
a. Obat- Obatan Yang Perlu Di Konsumsi
1) Insulin; hormon yang membantu tubuh Anda
menggunakan atau menyimpan makanan (karbohidrat)
yang anda makan untuk energi
2) Obat-obatan yang membantu tubuh anda melepaskan
atau menggunakan insulin dengan lebih baik. Seperrti:
sulfonylurea, glibenclamide, metformin dan lain-lain.
3) Anti-hipertensi, yang menurunkan tekanan darah
4) Statin, yang menurunkan kolesterol
5) Aspirin, yang menurunkan risiko serangan jantung
6) Vaksinasi, termasuk influenza dan pneumonia,
yang membantu anda tetap sehat
b. Tips pengobatan
1) Jangan lupa - Untuk memastikan anda minum obat pada
waktu yang tepat setiap hari, gunakan waktu untuk kegiatan
sehari- hari lainnya (seperti menggosok gigi atau makan
sarapan), atau atur ponsel anda atau jam alarm untuk
mengingatkan Anda.
2) Putar area suntikan anda - Jika Anda menyuntikkan insulin,
putar area suntikan setiap hari dari bagian lemak di lengan atas
anda ke paha luar ke bokong ke perut. Jika tidak, anda bisa
mendapatkan benjolan di bawah kulit, sehingga lebih sulit
bagi tubuh anda untuk menyerap insulin
4. Pemeriksaan rutin pada penderita DM
a. Yang harus anda pelajari adalah
1) Cara menggunakan meter gula darah.
2) Obat-obatan yang membantu tubuh anda melepaskan
Kapan memeriksa gula darah anda dan apa artinya hasil
angka-angka tersebut.
3) Apa yang harus dilakukan ketika hasilnya berada di luar
batas normal.
4) Cara mencatat hasil gula darah anda.
b. Prosedur pemeriksaan gula darah
1) mencuci tangan
2) pasang stik GDA pada alat glaukometer
3) menghidupkan alat glaukometer
4) mengurut jari yang aka ditusuk denga kapas alkohol
5) desinfesi jari yang akan ditusuk dengan kapas alkohol
6) Menusukkan lanset di jari tangan pasien, dan biarkan
darah mengalir secara spontan
7) Tempatkan ujung strip tes glukosa darah (bukan diteteskan
) secara otomatis terserap ke dalam strip
8) Menutup bekas tusukkan lanset menggunakan kapas
alkohol.
9) Alat glukometer akan berbunyi dan bacalah angka yang
tertera pada monitor.
10) Keluarkan strip tes glukosa dari alat monitor
11) Matikan alat monitor kadar glukosa darah
12) Membereskan alat.
13) Mencuci tangan.
14) Dokumentasi : catat hasil pada buku catatan
5. Perawatan kaki pada pasien DM
a. Tujuan perawatan kaki pada pasien diabetes melitus
1) Meningkatkan kebersihan kaki
2) Mencegah trauma dan infeksi kaki
3) Meningkatkan kelancaran peredarahan darah pada kaki
4) Memberikan perasaan segar dan nyaman
5) Meningkatkan derajat kesehatan
b. Akibat kaki diabetik jika tidak dirawat dengan baik
1) Terjadi gangguan pembuluh darah, seperti :
a) Rasa nyeri pada waktu istirahat dan malam hari
b) Sakit pada telapak kaki setelah berjalan
c) luka sukar sembuh
2) Resiko terjadi infeksi
3) Berkurangnya perasaan pada kedua kaki
4) Berkurangnya daya tahan tubuh terhadap infeksi
c. Cara perawatan kaki diabetes
1) Bersihkan kaki setiap hari dengan air bersi dan sabun mandi
2) Berikan pelembab/ body lotion pada daerah kaki yang kering
agar kulit tidak menjadi retak, tapi jangan di sela-sela jari kaki
karena akan lembab dan dapat menimbulkan jamur
3) Gunting kuku kaki lurus mengikuti bentuk normal jari kaki,
tidak terlalu dekat dengan kulit, kemudian kikir agar kuku
tidak tajam
4) Pakai alas kaki, sepatu dan sendal untuk melindungi kaki agar
tidak terjadi luka
5) Gunakan sepatu atau sendal dengan baik, sesuai dengan
ukuran dan enak untuk dipakai dengan ruangan sepatu yang
cukup untuk jari- jari
6) Periksa sepatu sebelum diapakai, apakah ada kerikil/ benda
benda tajam seperti jarum dan duri
7) Bila adal luka kecil, obati luka dan tutup dengan kain atau
kassa bersih
8) Periksalah apakah ada tanda-tanda radang. Segera ke dokter
bila kaki mengalami luka
9) Bersihkan kaki setiap hari dengan air bersih dan sabun mandi
B. Kegiatan Pembelajaran
1. Evaluasi Struktural
a) Sasaran hadir di tempat penyuluhan sesuai waktu yang
dijadwalkan
b) Penyelenggaraan dilaksanakan di rumah pasien
c) Pengorganisasian penyelenggaraan dilaksanakan sebelumnya
2. Evaluasi Proses
a) aSasaran antusias terhadap materi penyuluhan
b) Tidak ada sasaran yang meninggalkan tempat penyuluhan sampai
acara berakhir
c) Sasaran mengajukan pertanyaan dan dapat menyimpulkan hasil
penyuluhan
3. Evaluasi Hasil
3. Pengobatan untuk DM
D. Metode
1.Ceramah
2.Tanya Jawab
E. Media
1.Leaflet
Lampiran 10
LEAFLET