PNEUMONIA
KONSEP DASAR
A. PENGERTIAN
Pneumonia adalah merupakan infeksi akut yang secara anatomi mengenai lobus.
Tubuh mempunyai daya tahan yang berguna untuk melindungi dari bahaya infeksi
melalui mekanisme daya tahan traktus respiratorius yang terdiri dari :
1. Susunan anatomis dari rongga hidung.
2. Jaringan limfoid di naso-oro-faring.
3. Bulu getar yang meliputi sebagian besar epitel traktus respiratorius dan sekret
yang dikeluarkan oleh sel epitel tersebut.
4. Refleks batuk.
5. Refleks epiglotis yang mencegah terjadinya aspirasi sekret yang terinfeksi.
6. Drainase sistem limfatik dan fungsi menyaring kelenjar limfe regional.
7. Fagositas, aksi enzimatik dan respons imunohumoral terutama dari IgA.
KLASIFIKASI PNEUMONIA
Pneumonia Berdasarkan Penyebab :
1. Pneumonia bakteri Paling banyak ditemui.
2. Pneumonia virus.
3. Pneumonia jamur.
4. Pneumonia aspirasi.
5. Pneumonia hipostatik.
Pneumonia Berdasarkan anatomik :
1. Pneumonia lobaris
Radang paru-paru yang mengenai sebagian besar/seluruh lobus paru-paru.
2. Pneumonia Lobularis (Bronkopneumonia).
Radang pada paru-paru yang mengenai satu atau beberapa lobus paru-paru yang
ditandai dengan adanya bercak-bercak infiltrat.
3. Pneumonia interstitialis (Bronkiolitis).
Radang pada dinding alveoli (interstitium) dan peribronkial dan jaringan
interlobular.
B. ETIOLOGI
1. Streptokokus.
2. Stafilokkokus.
3. Pneumokokus.
4. Haemofilus influenza.
5. Pseudomonas.
6. Fungus.
7. Basil Colli
Semuanya dapat masuk ke dalam jaringan paru melalui saluran pernapasan
bagian atas, kuman masuk ke bronkiolus kemudian alveolus MENYEBABKAN
Infasi kuman pada jaringan paru.
Terjadinya akibat infeksi saluran napas bagian atas.
Dapat terjadi gangguan pada :
1. Proses ventilasi.
2. Proses difusi.
C. GEJALA KLINIS
1. Biasanya didahului infeksi saluran nafas bagian atas. Suhu dapat naik
secara mendadak (38 – 40 °C), dapat disertai kejang karena demam tinggi.
2. Gejala khas :
Sianosis pada mulut dan hidung.
Sesak nafas, pernafasan cepat dan dangkal disertai pernafasan cuping hidung.
Gelisah, cepat lelah.
3. Batuk mula-mula kering produktif.
4. Kadang-kadang muntah dan diare, anoreksia.
5. Pemeriksaan laboratorium : Leukositosis.
6. Foto thoraks : bercak infiltrat pada satu lobus beberapa lobus
D. KOMPLIKASI
Bila tidak ditangani secara tepat :
1. Otitis media akut (OMA) terjadi bila tidak diobati, maka sputum
yang berlebihan akan masuk ke dalam tuba eustachius, sehingga menghalangi
masuknya udara ke telinga tengah dan mengakibatkan hampa udara, kemudian
gendang telinga akan tertarik kedalam dan timbul efusi.
2. Efusi pleura.
3. Emfisema.
4. Meningitis.
5. Abses otak.
6. Endokarditis.
7. Osteomielitis.
E. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan berdasarkan jenisnya.
1. Pneumonia Lobaris
Tanpa pengobatan dapat sembuh dengan krisis 5 – 9 hari.
2. Pneumonia Lobularis (Bronkopneumonia)
Penatalaksanaan Medik :
Pengobatan diberikan berdasarkan etiologi dan uji resistensi. Tetapi karena hal
itu perlu waktu dan pasien perlu terapi secepatnya maka biasanya yang
diberikan :
a. Penisilin 50.000 U/kgBB/hari, ditambah dengan kloramfenikol 50
–70 mg/kg BB/hari atau diberikan antibiotik yang mempunyai spektrum
luas seperti ampisilin. Pengobatan ini diteruskan sampai bebas demam 4-5
hari.
b. Pemberian oksigen dan cairan intravena, biasanya diperlukan
campuran glukose 5 % dan NaCl 0,9 % dalam perbandingan 3 : 1 ditambah
larutan KCl 10 mEq/500 ml/botol infus.
c. Karena sebagian besar jatuh ke dalam asidosis metabolik akibat
kurang makan dan hipoksia, maka dapat diberikan koreksi sesuai dengan
hasil analisisgas darah arteri.
Pasien Bronkopneumoni ringan tidak usah dirawat dirumah sakit.
3. Pneumonia Interstitialis (Bronkiolitis)
Penatalaksanaan Medik :
Anak harus ditempatkan dalam ruangan dengan kelembaban udara yang tinggi,
sebaiknya dengan uap dingin, untuk mencairkan sekret bronkus yang liat. Atau
dapat juga diberikan pengobatan inhalasi. Oksigen perlu diberikan, Perlu
diberikan cairan dengan elektrolit secara intravena dengan untuk mengoreksi
asidosis dan dehidrasi.
Antibiotik diberikan bila tersangka ada infeksi bakterial dan sebaiknya dipilih
yang mempunyai spektrum luas. Mengenai pemberian steroid belum ada
kesepakatan. Pemberian sedatif tidak diperkenankan karena menimbulkan
depresi pernafasan. Bila dianggap perlu boleh diberi kloralhidrat. Bronkodilator
tidak dianjurkan karena merupakan konra indikasi karena dapat memperberat
keadaan anak. Pasien dapat menjadi lebih gelisah dan keperluan oksigen akan
meningkat.
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK R DENGAN HERNIA INGUINALIS
LATERALIS
KONSEP DASAR
A. PENGERTIAN
Hernia inguinalis lateralis adalah hernia yang melalui annulus inguinalis
internus/lateralis, menyelusuri kanalis inguinalis dan keluar rongga perut melalui
annulus inguinalis eksternal/medialis.
Disebut lateralis karena terletak disebelah lateral vasa epigastrika inferior.
Kanalis inguinalis pada pria normal berisi fasikulus spermatikus, vasa spermatika,
nervus spermatikus, muskulus kremaster, prosessus vaginalis peritonei dan
ligamentum rotundum. Pada wanita kanalis ini hanya berisi ligamentum
rotundum.
B. ETIOLOGI
Hernia inguinalis dapat terjadi karena anomaly congenital atau karena sebab yang
didapat. Hernia dapat dijumpai pada setiap usia. Lebih banyak pada pria
ketimbang pada wanita. Berbagai factor penyebab berperan pada pembentukan
pintu masuk hernia pada annulus internus yang cukup lebar sehingga dapat dilalui
oleh kantong dan isi hernia. Disamping itu diperlukan pula factor yang dapat
mendorong isi hernia melewati pintu yang sudah terbuka cukup lebar tersebut.
Pada orang yang sehat ada 3 mekanisme yang dapat mencegah terjadinya hernia
inguinalis, yaitu kanalis inguinalis yang berjalan miring, adanya struktur
m.oblikus internus abdominis yang menutup annulus inguinalis internus ketika
berkontraksi, dan adanya fasia transversa yang kuat yang menutupi trigonum
Hasselbach yang umumnya hampir tidak berotot. Gangguan pada mekanisme ini
dapat menyebabkan terjadinya hernia.
Faktor yang dipandang berperan kausal adalah adanya proses vaginalis yang
terbuka, peninggian tekanan di dalam rongga perut, dan kelemahan otot dinding
perut karena usia.
Proses turunnya testis mengikuti prosesus vaginalis. Pada neonatus kurang lebih
90 % prosesua vaginalis tetap terbuka sedangkan pada bayi umur satu tahun
sekitar 30 % prosesus vaginalis belum tertutup. Tetapi kejadian hernia pada umur
ini hanya beberapa persen.
Tekanan intra abdomen yang meninggi secara kronik seperti batuk kronik,
hipertropi prostat, konstipasi dan asites sering disertai hernia inguinalis.
Insiden hernia meningkat dengan bertambahnya umur mungkin karena
meningkatnya penyakit yang meninggikan tekanan intra abdomen dan jaringan
penunjang berkurang kekuatannya.
Dalam keadaan relaksasi otot dinding perut, bagian yang membatasi annulus
internus turut kendur. Pada keadaan itu intra abdomen tidak tinggi dan kanalis
inguinalis berjalan lebih vertical. Sebaliknya bila otot dinding perut berkontraksi,
kanalis inguinalis berjalan lebih transversal dan annulus inguinalis tertutup
sehingga dapat mencegah masuknya usus ke dalam kanalis inguinalis. Kelemahan
otot dinding perut antara lain terjadi akibat kerusakan m. ilio inguinalis dan m. ilio
femoralis setelah apendiktomi.
Jika kantong hernia inguinalis lateralis mencapai skrotum disebut hernia
C. PATOGENESIS
Kanalis inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus pada bulan ke 8 dari
kehamilan, terjadi desensus testikulorum melalui kanal tersebut. Penurunan testis
itu akan menarik peritoneum ke daerah skrotum sehingga terjadi tonjolan
peritoneum yang disebut dengan prosesus vaginalis peritonei.
Bila bayi lahir, umunya prosesus ini telah mengalami obliterasi, sehingga isi
rongga perut tidak dapat melalui kanalis tersebut. Tetapi dalam beberapa hal
sering belum menutup. Karena testis kiri turun lebih dulu dari yang kanan, maka
kanalis inguinalis yang kanan lebih sering terbuka. Bila kanalis yang kiri terbuka
maka umumnya yang kanan juga masih terbuka.
Dalam keadaan normal, kanal yang terbuka ini akan menutup pada usia 2 bulan.
Bila prosesus terbuka sebagian, maka akan timbul hidrokel. Bila kanalis itu
terbuka terus karena prosesus tidak terobliterasi, maka akan timbul hernia
inguinalis lateral congenital.
Pada orang tua kanalis itu telah tertutup, namun karena daerah itu merupakan
locus amnions resistensiae. Maka pada keadaan yang menyebabkan tekanan intra-
abdominal meninggi, adalah hamil, batuk kronis, pekerjaan mengangkat benda
berat, defekasi yang mengejan dan miktie yang mengejan misalnya pada prostat
hipertropi.
D. JENIS-JENIS HERNIA INGUINALIS
a. Hernia Ingunalis Medialis (Direk)
Hernia inguinalis indirek ini hampir selalu disebabkan factor peninggian
tekanan intra abdomen kronik dan kelemahan otot dinding di trigonum
hesselbach. Oleh karena itu hernia ini umumnya terjadi bilateral, khususnya
pada pria tua. Hernia ini jarang bahkan hampir tidak pernah, mengalami
inkarserasi (menjepit) dan strangulasi (gangguan vaskularisasi). Mungkin
terjadi hernia geser yang mengandung sebagian dinding kantong kemih.
Kadang ditemukan pada segala umur dengan defek kecil di m. oblikus internus
abdominis dengan cincin kaku dan tajam yang sering mengalami strangulasi.
b. Hernia Inguinalis Lateralis (indirek)
Hernia ini disebut lateralis karena menonjol dari perut di lateral pembuluh
epigastrika inferior. Disebut indirek karena keluar melalui dua pintu dan
saluran yaitu annulus dan kanalis inguinalis, berbeda dengan hernia medialis
yang langsung menonjol melalui segitiga Hesselbach dan disebut sebagai
hernia direk. Pada pemeriksaan hernia lateralis, akan tampak tonjolan
berbentuk tonjolan bulat.
E. GEJALA KLINIK
Pada umunya keluhan pada orang dewasa berupa tonjolan dilipat paha yang
timbul pada waktu mengedan, batuk atau mengangkat beban berat, dan
menghilang waktu istirahat baring. Oleh karena itu klien dapat diminta untuk
batuk atau mengedan sehingga adanya benjolan atau keadaan asimetris dapat
dilihat. Pada bayi dan anak-anak adanya benjolan yang hilang timbul dilipat paha
biasanya diketahui oleh orang tua. Jika hernia mengganggu dan anak atau bayi
sering gelisah, banyak menangis dan kadang-kadang perut kembung, harus
dipikirkan kemungkinan hernia strangulata.
F. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum penderita biasanya baik. Bila benjolan tidak tampak maka
penderita disuruh mengejan dengan menutup mulut dalam keadaan berdiri. Bila
ada hernia maka akan tampak benjolan. Bila benjolan sejak permulaan sudah
tampak, maka harus dibuktikan bahwa benjolan itu dapat dimasukan kembali.
Penderita dalam posisi tidur, bernapas dengan mulut untuk mengurangi tekanan
intra abdominal, lalu angkat skrotum perlahan-lahan. Bila benjolan itu dapat
masuk, maka diagnosis pasti hernia dapat ditegakkan. Diagnosis pasti hernia juga
dapat ditegakkan bila terdengar bising usus pada benjolan tersebut.
G. DIAGNOSA BANDING
1. Hidrokel.
Benjolan hidrokel mempunyai batas atas tegas, positif pada pemeriksaan
luminesensi dan tidak dapat dimasukkan kembali. Selain itu testis pada daerah
hidrokel tidak teraba.
2. Limfadenopati inguinal
Lihat apakah ada infeksi pada kaki. Kadang-kadang benjolannya dapat
dimasukkan.
3. Testis ektopik
Yaitu testis yang masuk berada dikanalis inguinalis, mudah diketahui dengan
meraba daerah skrotum dan menghitung jumlah testisnya.
4. Limpoma
H. PENGELOLAAN
Pengelolaan konservatif terbatas pada tindakan melakukan reposisi dan
pemakaian penyangga atau penunjang untuk mempertahankan isi hernia yang
telah direposisi. Reposisi tidak dilakukan pada hernia inguinalis strangulata,
kecuali pada anak-anak. Reposisi dilakukan dengan menidurkan anak dengan
pemberian sedatif dan es diatas hernia. Bila usaha reposisi ini berhasil maka anak
dipersiapkan untuk operasi pada hari berikutnya. Bila tidak berhasil dalam waktu
enam jam, harus dilakukan operasi segera. Pengobatan operatif merupakan satu-
satunya pengobatan hernia inguinalis yang rasional.
PATHWAY PNEUMONIA
Streptokokus
Kecemasan orang tua Pneumokokus
Stafilokokus
Hambatan tumbuh
kembang
Ancaman kehidupan
Masuk melalui
Saluran nafas bag. atas Kurang dari kebutuhan
Perubahan Pola Tidur gangguan nutrisi
meningkat
Bronkiolus
Sulit Tidur Sebagai kompensasi cadangan
Alveoli lemak dipergunakan oleh tubuh
Merangsang RAS
Nafas kurang pada Peningkatan metabolisme
Jaringan paru
Peningkatan frekwensi
Pernapasan Reaksi radang pada
Bronchus dan alveolus
Akumulasi Sekret
Stimulasi Chemoreseption
Fibrosus dan pelebaran Hipotalamus
Obstruksi jalan
nafas
Atelektasis
D EMAM
Gangguan
Ventilasi
Gangguan Difusi
HIPERTERMIA
O2 Ke jaringan Menurun
Cairan Tubuh berkurang
Kelemahan
PENURUNAN VOLUME
A D L CAIRAN
FORMAT PENGKAJIAN
RUANG PERAWATAN ANAK
I. BIODATA
A. IDENTITAS KLIEN
1. Nama/nama panggilan : An. A
2. Tempat tanggal lahir/usia : Makassar, 27 Oktober 2002/5 bulan.
3. Jenis kelamin : Laki-laki
4. Agama : Islam
5. Pendidikan : -
6. Alamat : Jl. Banta-bantaeng No. 32
7. Tanggal masuk : 14 April 2003 Jam : 15.00
8. Tanggal pengkajian : 15 April 2003
9. Diagnosa medik : Pneumonia
10. Rencana therapy : Pemberian O2
B. IDENTITAS ORANG TUA
1. Ayah
a. Nama : Tn. A
b. Usia : 32 tahun
c. Pendidikan : Tamat SMA
d. Pekerjaan/sumber penghasilan : (Wiraswasta) Perbengkelan
e. Agama : Islam
f. Alamat : Jl. Banta-bantaeng No. 32
2. Ibu
a. Nama : Ny. S
b. Usia : 29 tahun
c. Pendidikan : SMP
d. Pekerjaan/sumber penghasilan : IRT
e. Agama : Islam
f. Alamat : Jl. Banta-bantaeng
C. IDENTITAS SAUDARA KANDUNG
NO. NAMA USIA HUBUNGAN STATUS
KESEHATAN
1. Anshar 10 tahun Saudara kandung Sehat
32 30 27 25 23 35 33 29 24
10 8 5
KETERANGAN :
: Laki-laki
: Perempuan
: Penderita
: Tinggal serumah
B. Cairan
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
1. Jenis Minuman ASI, air putih Asi, air putih
2. Frekwensi minum Kuat minum ± 10 botol Kuat minum, 2-3
200 cc/hari gelas/hari
3. Kebutuhan cairan Terpenuhi Lebih 20 cc
4. Cara pemenuhan Minum pakai dot Minum dot, infus
dextrose 5 %
Maintenance
BB = 5,5 Kg
Umur 5 bulan
5,5 x 100 ml/Kg BB = 550 cc/hari
550
= 22,92
24
= 23 tts/menit Mikro drips
Intake cairan saat sakit
Minum : 5 botol x 100 cc = 500 cc
550-500 = 50 cc
= 2 tts/menit
24
= 120 tt/jam
Infus : 5,5 cc/jam
Out put
SWL urine = 2 cc x 5,5 Kg x 24 jam
= 265 cc
Faces = 100 cc
IWL = 30 cc x 5,5Kg BB/24 jam = 165 cc
Total : SWL + IWL = 265 + 100 + 165
= 530cc.
Jadi out put – intake = - 530 + 550
= 20 cc
D. Istirahat Tidur
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
1. Jam tidur
- Siang 10.00–13.00, 16.00-18.00 Klien susah tidur
- Malam 20.00 – 05.00 Klien susah tidur
2. Pola tidur Teratur Tidak teratur
3. Kebiasaan sebelum Tidak ada Tidak ada
tidur
4. Kesulitan tidur Tidak ada Sering terbangun jika
batuk pada malam hari.
E. Olah Raga
Klien tidak pernah berolah raga karena masih terlalu kecil.
F. Personal Hygiene
Kondisi Sebelum sakit Saat sakit
1. M
andi Dimandikan oleh Dimandikan oleh orang
- Cara ibunya tuanya atau perawat
1 x sehari
- Frekwensi 2 x sehari Waslap, sabun, handuk
- Alat Sabun, Bak mandi,
mandi handuk
1 x sejak sakit
2. Cuci rambut 2 – 3 kali seminggu Dibantu oleh orang tua
- Frekwensi Dibantu oleh orang tua dan perawat
- Cara
G. Aktifitas/Mobilitas Fisik
Kondisi Sebelum Sakit Saat sakit
1. Kegiatan Makan, tidur, bermain Tidur, kadang bermain
sehari-hari bersama saudaranya dengan ibunya.
2. Pengaturan Makan, bermain, istirahat Mengikuti program
jadwal harian perawatan dan
pengobatan di RS
3. Penggunaan Tidak ada Istirahat/tidur.
alat Bantu aktivitas
H. Rekreasi
Kondisi Sebelum Sakit Saat Sakit
1. Perasaan Klien belum sekolah Klien belum sekolah
saat sekolah
2. Waktu luang Bermain dengan orang Bermain dengan orang
tua dan saudara. tua dan perawat
3. Perasaan Tertawa Tertawa, menangis
setelah
rekreasi/bermain
Nonton TV, Istirahat -
4. Waktu
senggang keluarga.
Istirahat di rumah -
5. Kegiatan
hari libur
X. Pemeriksaan Fisik
A. Keadaan umum klien : Lemah
B. Tanda-tanda vital
Suhu : 37,7 º C
Nadi : 100 x/menit
Respirasi : 56 x/menit
Tekanan darah : 80/50 mmHg
C. Antropometri
Panjang Badan : 61 cm
Berat badan : 5,5 Kg 1 bulan : 3 Kg 4 bulan : 4,8 Kg
Lingkaran lengan atas : 11,5 cm
Lingkar kepala : 41,5 cm
Lingkar dada : 42 cm
Lingkar perut : 45,5 cm
D. Sistem pernapasan
Hidung : Simetris kanan dan kiri, ada secret pada lubang hidung.
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar, dan tidak ada tumor.
Dada :
Bentuk dada normal (Barel chest)
Perbandingan ukuran anterior-posterior dengan transversal
:1:1
Gerakan dada : Simetris kiri dan kanan, tidak ada
retraksi dan menggunakan otot bantu pernapasan.
Suara nafas : Vokal fremitus sama kuat kanan dan kiri, ada
bunyi ronchi,
Tidak ada clubbing finger.
E. Sistem Cardiovaskuler
- Conjunctiva tidak anemi, bibir lembab, arteri carotis kuat, tekanan
vena jugularis tidak meninggi.
- Ukuran jantung normal, tidak ada pembesaran.
Batas kiri : Linea medio klavikularis kiri.
Batas kanan : Line parasternalis kanan
Batas atas : ICS III kiri atas
- Suara jantung S1 dan S2 normal, bising aorta, mur-mur, gallop tidak
ada.
- Capillary refilling time : 2 detik.
F. System Pencernaan
- Sklera tidak ikterus, bibir lembab dan tidak ada labioskizis.
- Mulut : Stomatitis, palatoskizis tidak ada, gigi belum tumbuh,
kemampuan menelan baik.
- Gaster : Kembung, tidak ada nyeri dan gerakan peristaltic normal 8
x/menit.
- Abdomen : Hati teraba 3 cm dibawah arcus costa, lien tidak teraba,
ginjal tidak teraba, tidak teraba feses pada abdomen.
- Pada anus tidak ada lecet dan hemoroid
G. System indra
1. Mata
Kelopak mata tidak oedem, bulu mata dan alis tebal.
Lapang pandang : Tidak dikaji.
2. Hidung
- Penciuman tidak dikaji, perih, trauma dan mimisan tidak ada
- Sekret yang menghalangi penciuman tidak ada.
3. Telinga
- Keadaan daun telinga normal yaitu simetris kiri dan kanan, kanal
auditorus bersih, serumen tidak ada.
- Fungsi pendengaran normal, klien dapat mendengarkan suara
pemeriksa dan langsung berbalik kearah pemeriksa ketika dibunyikan
kerincingan di sampingnya.
H. Sistem syaraf
1. Fungsi Cerebral
a. Status mental tidak dikaji.
b. Kesadaran (GCS) :
E : 4 (Buka mata secara spontan).
M :
V : Klien belum bisa berbicara
2. Fungsi cranial
Nervus I (Olfaktorius) : Tidak dikaji
Nervus II (Optikus) : Tidak dikaji.
Nervus III,IV, VI (Okulomotorius, troclearis, Abdusens) : Bola mata
dapat digerakkan, pupil isokor.
Nervus V (Trigeminus) :
Sensorik : Klien dapat merasakan usapan pilinan kapas pada daerah
oftalmikus.
Motorik : Klien belum mempunyai gigi, jadi tidak dikaji.
Nervus VII (Fasialis) :
Sensorik : Tidak dikaji.
Motorik : Pada waktu tersenyum dan menangis bibir tidak miring.
Nervus VIII (Akustikus) : Klien dapat mendengarkan suara tepuk
tangan dan langsung menoleh ke sumber suara.
Nervus IX (Glosofaringeus) : Tidak dikaji
Nervus X (Vagus) : Tidak dikaji
Nervus XI ( Accesorius) : Tidak dikaji
Nervus XII (Hipogosus) : Tidak dikaji
3. Fungsi motorik : Massa otot, tonus otot, kekuatan otot normal.
4. fungsi sensorik : Suhu, nyeri, getaran, posisi normal
5. Fungsi cerebellum : Tidak dikaji
6. Reflex Bisep, trisep, patella, babinski.
7. Iritasi meningen : Tidak dilakukan
I. Sistem muskuloskeletal.
Kepala : Bentuk mesosephal
Vertebrae : Tidak ada kelainan bentuk, tidak ada nyeri
Pelvis : Bentuk simetris kiri dan kanan
Lutut : Tidak ada bengkak, kaku dll
Kaki : Tidak ada bengkak, dapat bergerak, klien belum bisa berjalan.
Tangan : Tidak ada bengkak, gerakan aktif.
J. Sistem integumen
Rambut : Warna hitam dan tidak mudah tercabut.
Kulit : Warna sawo matang, temperatur normal, kelembaban cukup,
turgor baik.
Kuku : Warna pink, permukaan kuku halus, tidak mudah patah dan
kotor.
K. System Endokrin
- Tidak ada pembesaran pada kelenjar tiroid
- Ekskresi urine tidak berlebihan, tidak ada polidipsi dan poliphagi.
- Suhu tubuh meningkat.
- Tidak ada riwayat bekas air seni dikelilingi semut.
L. Sistem perkemihan
Odema palpebra : Tidak ada oedem palpebra, moon face, oedem anasarka
tidak ada.
Keadaan kandung kemih : Normal
Ada nocturia pada malam hari, tidak ada dysuria dan kencing batu.
M. Sistem reproduksi
Pria.
- Keadaan gland penis : bersih, muara uretra terletak ditengah.
- Testis : Sudah turun, teraba rugae pada skrotum.
N. Sistem Immun
- Tidak ada riwayat alergi.
- Kadang-kadang dengan perubahan cuaca klien menjadi flu.
XI. TEST DIAGNOTIK
Tanggal : 15 April 2003
Laboratorium : Nilai normal
WBC : + 12.1 x 103 m/mm3 5000 – 10.000/mm3
Lymp : 35.3 %
RBC : -4.56 x 106 m/mm3 4,5 –5,5 juta/mm3
HCT : -33.2 % 4,0 – 4,8 %
HB : -10.7 gr/dl 13 – 16 gr %
MCV : -72.8 fl 80 – 97
MCH : -23.5 pg 26.5 – 33.5
MCHC : 32.2 g/dl 315 – 35.0
PLT : + 560 x 103/ l 150 – 400
Urinalysis
SG : 1.005
PH : 7
Leu : Neg.
Nit : Neg
Pro : Neg
Glu : 100 mg/dl
KET : Neg
UBG : Norm
Bil : Neg
Ery : Neg
Mikroskop analysis
Eryth : -
Leuko : 0 – 1
Cylind : -
Epith cell : -
Ro photo :
Ct – Scan : Tidak ada
MRI, USG, EEG, ECG, dll : Tidak ada
Therapy saat ini :
- Terpasang infus dekstrose 2,5 % 24 tetes/menit
- Obat injeksi :
Ampicillin 4 x 200 mg
Kloramfenicol 1 x 200 mg.
DENGAN PNEUMONIA
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan
dengan peradangan dan penumpukan sekret.
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan
perubahan membran kapiler alveolus.
3. Berkurangnya volume cairan berhubungan dengan
intake oral tidak adekuat, demam, takipnea.
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan
menurunnya kadar oksigen darah.
5. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses
infeksi.
6. Kurangnya pengetahuan orang tua tentang
perawatan anak setelah pulang dari Rumah Sakit.
7. Kecemasan orang tua berhubungan dengan dampak
hospitalisasi.
KLASIFIKASI DATA
DATA SUBYEKTIF :
1. Orang tua klien mengatakan anaknya batuk sejak ± 2 bulan yang lalu, dan
batuknya berlendir.
2. Orang tua klien mengeluh anaknya sesak.
3. Orang tua mengatakan anaknya sesak dan batuk mungkin disebabkan oleh tidak
diisap lendirnya sewaktu dilahirkan.
4. Orang tua klien mengatakan anaknya malas makan dan minum sejak sakit.
5. Orang tua klien mengatakan anaknya banyak lendirnya.
6. Orang tua klien mengatakan anaknya demam sejak 3 hari yang lalu secara terus
menerus.
7. Orang tua klien mengatakan sangat cemas dengan keadaan anaknya.
8. Orang tua klien sering bertanya-tanya tentang penyakit anaknya.
DATA OBYEKTIF :
1. Klien nampak sesak.
2. Klien demam
3. Klien batuk dan berlendir.
4. Porsi makan dan minum tidak dihabiskan.
5. Klien nampak lemah.
6. Ekspresi wajah orang tua klien tegang.
7. Orang tua klien nampak cemas.
8. Pada pemeriksaan auskultasi di dapatkan bunyi ronkhi.
9. Vital sign :
TD : 80/50 mmHg
N : 100 x/menit
P : 56 x/menit
S : 37,7º C
ANALISA DATA
D A T A E T I O L O G I MASALAH
1. Data Subyektif : Akumulasi sekret Bersihan jalan nafas tidak
- Orang tua efektif.
klien mengatakan Obstruksi jalan nafas
anaknya batuk
sejak ± 2 bulan
yang lalu, dan Gangguan ventilasi
batuknya berlendir.
- Orang tua Bersihan jalan nafas
mengatakan bahwa tidak efektif
anaknya sesak dan
batuk mungkin
disebabkan oleh
tidak diisap
lendirnya sewaktu
dilahirkan.
Data obyektif :
- Klien
batuk berlendir.
- Vital sign
:
TD : 80/50 mmHg.
N : 100 x/menit
P : 56 x/menit
S : 37,7ºC
Streptokokus Gangguan pertukaran gas
2. Data Subyektif : Pneumokokus
- Orang tua Stafilokokus
klien mengeluh
anaknya sesak. Masuk melalui saluran
Data obyektif : nafas bagian atas
- Klien
nampak sesak. Bronkiolus
- Klien
nampak lemah. Alveoli
- Vital sign
: Nafas kurang pada
TD : 80/50 mmHg jaringan paru
N : 100 x/menit
P : 56 x/menit Reaksi radang pada
S : 37,7ºC bronkus dan alveolus
D A T A E T I L O G I MASALAH
3. Data Subyektif : Reaksi radang pada Gangguan rasa nyaman :
- Orang tua bronkus dan alveolus Panas.
klien mengatakan
anaknya demam Stimulasi
sejak 3 hari yang lalu Chemoreseption di
secara terus menerus hipothalamus
Data Obyektif :
- Klien Demam
demam.
- Vital sign Hipertermia
:
S : 37,7C Hipertermia Resiko berkurangnya
volume cairan.
4. Data Subyektif : Evaporasi meningkat
- Orang tua
klien mengatakan Cairan tubuh berkurang
anaknya malas
makan dan minum Penurunan volume
sejak sakit.
Data Obyektif : cairan
- Klien
demam.
- Porsi
makan dan minum Kecemasan orang tua
tidak dihabiskan. Peningkatan frekwensi klien.
- Klien pernafasan
nampak sesak.
Ancaman kehidupan
5. Data Subyektif :
- Orang tua Kecemasan orang tua
klien mengatakan
sangat cemas dengan
keadaan anaknya.
- Orang tua
klien sering
bertanya-tanya
tentang penyakit
anaknya.
Data Obyektif :
- Ekspresi
wajah orang tua klien
nampak tegang.
- Orang tua
klien nampak cemas.
R E N C A N A K E P E R A W A T A N
33
DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN RENCANA RASIONAL
3. Beri posisi yang Peninggian kepala tempat tidur
nyaman yang mempermudah fungsi pernafasan
memudahkan pasien dengan menggunakan gravitasi.
bernafas (peninggian Namun pasien dengan distress
kepala tempat tidur atau berat akan mencari posisi yang
pasien dipangku oleh paling mudah untuk bernafas.
ibunya) Sokongan tangan/kaki dengan
bantal dll, membantu
menurunkan kelemahan otot dan
dapat sebagai alat ekspansi dada.
34
DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN RENCANA RASIONAL
5. Beri minum yang Hidrasi membantu
cukup. menurunkan kekentalan
sekret, mempermudah
pengeluaran. Penggunaan
cairan hangat dapat
menurunkan spasme bronkus.
Banyak antimikrobial
diindikasikan untuk
35
- Antimikrobial.
DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN RENCANA RASIONAL
Mengontorl infeksi
pernafasan/pneumina dan
terapi dapat meningkatkan
aliran udara dan memperbaiki
hasil.
2. Gangguan pertukaran gas Klien memperlihatkan 1. Observasi tingkat Gelisah dan ansietas adalah
berhubungan dengan perubahan perbaikan ventilasi, kesadaran, selidiki adanya manifestasi umum pada
membran kapile alveolus, pertukaran gas secara perubahan. hipoksia, GDA memburuk
ditandai dengan : optimal dan oksigenasi disertai bingung/somnolen
Data Subyektif : jaringan secara adekuat, menunjukkan disfungsi
- dengan kriteria : serebral yang berhubungan
Orang tua klien mengeluh - dengan hipoksemis.
anaknya sesak. Klien tidak sesak.
Data Obyektif : - 2. Kaji frekwensi, Berguna dalam evaluasi
- Klien aktif. kedalaman pernafasan dan derajat distress pernafasan
Klien nampak sesak. - tanda-tanda sianosis setiap adan/atau kronisnya proses
- Pada pemeriksaan 2 jam. penyakit.
Klien nampak lemah. auskultasi tidak
36
ditemukan lagi bnyi
tambahan pernafasan
37
cairan atau udara terjebak.
3. Gangguan rasa nyaman : Klien menunjukkan suhu 1. Pantau suhu klien Suhu 38,9ºC – 41,1ºC
panas berhubungan dengan tubuh dalam batas normal, (derajat dan polanya) menunjukkan proses
proses infeksi, ditandai dengan dengan kriteria : perhatikan menggigil atau penyakit infeksiusakut.
: - diaforesis. Pola demam dapat
Data Subyektif : Anak tidak demam lagi. membantu dalam
- - diagnosis, misalnyakurva
Orang tua klien mengatakan Vital sign dalam batas demam lanjut berakhir
anaknya demam sejak 3 hari normal, S : 37,7ºC. lebih dari 24 jam
yang lalu secara terus menunjukkan pneumonia
menerus. pneumokokal, demam
Data Obyektif : skarlet atau tifoid, demam
- remiten (bervariasi hanya
Klien demam. beberapa derajat pada
- arah tertentu),
38
Vital sign :
S : 37,7 º C
39
lingkungan, selimut harus diubah untuk
batasi/tambahkan linen mempertahankan suhu
tempat tidur, sesuai mendekati normal
indikasi .
40
pertumbuhan organisme, dan
meningkatkan autodestruksi
dari sel-sel yang terinfeksi.
41
- Turgor kulit baik.
Klien nampak sesak
-
Vital sign :
TD : 80/50 mmHg.
N : 100x/meni
42
kondisi individual.
5. Kecemasan orang tua klien Orang tua menunjukkan 1. Catat derajat Pemahaman bahwa
berhubungan dengan dampak takut/kecemasan hilang atau kecemasan dan takut. perasaan (dimana
hospitalisasi, ditandai dengan : menurun, dengan kriteria : Informasikan pada orang berdasarkan situasi stres
Data Subyektif : - tua klien bahwa ditambah
- Orang tua klien tidak cemas perasaannya normal dan ketidakseimbangan
43
Orang tua klien mengatakan lagi. dorong mengekspresikan oksigen yang mengancam)
sangat cemas dengan keadaan - perasaan. normal dapat membantu
anaknya. Orang tua tidak bertanya-tanya pasien meningkatkan
- lagi tentang penyakit beberapa perasaan kontrol
Orang tua klien sering bertanya- anaknya. emosi.
tanya tentang penyakit -
anaknya. Ekspresi wajah orang tua klien
ceria.
44
Mekanisme koping dan
3. Dukung orang tua partisipasi dalam program
klien dalam menerima pengobatan mungkin
realita situasi, khususnya meningkatkan belajar
rencana untuk periode orang tua klien untuk
penyembuhan yang menerima hasil yang
lama. Libatkan orang tua
dalam perencanaan dan
45
PROPOSAL PROGRAM BERMAIN
46
Nama Pasien : Andara Sabita
Usia : 7 bulan
Diagnosa Medis : Diare dengan dehidrasi ringan.
Tingkat aktivitas : Klien belum mandiri dan semua aktifitas klien dibantu oleh orang tua.
Tingkat Perkembangan :
* Perkembangan psikoseksual :
Fase Oral
Fase ini anak mendapat kepuasan/kenikmatan dari berbagai pengalaman sekitar mulut dari mengisap, menelan, memainkan
bibir, makan. Dasar perkembangan mental yang sehat pada fase ini tergantung dari hubungan ibu dan anak.
* Perkembangan Sosial :
Percaya vs tidak percaya
Komponen awal sangat penting untuk berkembang adalah rasa percaya yang mendasari kehidupan. Rasa aman dan rasa
percaya pada lingkungan merupakan kebutuhan bayi dan perantara yang tepat antara bayi dengan lingkunganadalah ibu.
* Perkembangan Kognitif :
Fase sensori motor
Egosentrik segala usaha ditujukan untuk memuaskan kebutuhannya/kesenangannya.
Jenis Permainan : Eksploratory play
Alat Yang digunakan : Kerincingan warna-warni yang mempunyai pegangan.
Aturan Permainan : Perawat menggoyang kerincingan kemudian memberikan kepada ibu klien, ibu klien
menggoyangkan kerincingan tersebut lagi dan memberikannya kepada si anak. Lihat reaksi anak terhadap kerincingan tersebut.
47
Peserta : - Perawat
- Ibu klien
- Andara Sabita
EVALUAS I
NO. DP TGL JAM PERKEMBANGAN (SOAP) PARAF/NAMA
4 26-3-2003 13.45 S : - Orang tua klien sudah tahu
tentang penyakit hernia
yaitu mengenai pengertian,
penyebab dan tindakan
pengobatan yang akan
dilakukan.
- Orang tua klien mengatakan
mengerti bahwa tindakan
pengobatan hernia hanyalah
dengan operasi.
O : - Orang tua klien tidak
bingung lagi.
-
Orang tua klien tidak
bertanya-tanya lagi
48
tentang penyakit anaknya.
A : Masalah sudah teratasi.
P : Lanjutkan dan tingkatkan
intervensi 1, 2 dan 3
49
Klien masih meringis jika
skrotumnya tertekan.
A : Rasa nyeri klien belum
teratasi.
P : Lanjutkan dan tingkatkan
intervensi 1,3 ,4.
Sedangkan pemberian
analgetik tidak perlu
diberikan dan rasa nyeri
hilang setelah dilakukan
pembedahan.
-
50
51