Anda di halaman 1dari 17

SATUAN ACARA PEMBELAJARAN ( SAP )

SISTEM NEUROBEHAVIOUR

Cabang Ilmu : Sistem Neurobehaviour


Pokok Bahasan : EPILEPSI
Tujuan : Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan ini diharapkan keluarga
mengetahui tentang penyakit EPILEPSI
Tujuan Khusus
Setalah mengikuti penyuluhan ini keluarga akan mampu :
a) Menyebutkan pengertian Epilepsi
b) Menyebutkan penyebab Epilepsi
c) Menyebutkan klasifikasi Epilepsi
d) Menyebutkan tanda dan gejala Epilepsi
e) Menyebutkan cara penatalaksanaan Epilepsi
f) Menyebutkan cara pencegahan Epilepsi
Sasaran : keluarga
Media : Laptop & leflet
Metode penyuluhan : Ceramah, Diskusi, Tanya jawab
Evaluasi : Mengevaluasi kemampuan audience dalam memahami
tentang Epilepsi
Materi : terlampir
Kegiatan Penyuluhan
Tahap Kegiatan Peserta
Kegiatan Penyuluh Waktu
Kegiatan Penyuluh
Pembukaan 1. Salam pembuka 1. Menyambut 3 menit
2. Memperkenalkan diri salam.
3. Menjelaskan tujuan umum 2. Mendengarkan
dan khusus dari3. Memberikan
penyuluhan respon positif
4. Melakukan kontrak waktu 4. Memperhatikan
5. Menyebutkan materi 5. Menjawab
penyuluhan yang akan pertanyaan
diberikan
6. Menggali pengetahuan
audience
Penyampaia 1. Menjelaskan pengertian Mendengarkan dan 10 menit
n materi Epilepsi menyimak
2. Menyebutkan penyebab
Epilepsi
3. Menyebutkan klasifikasi
Epilepsi
4. Menyebutkan tanda dan
gejala Epilepsi
5. Menjelaskan cara
penatalaksanaan Epilepsi
6. Menjelaskan cara
pencegahan Epilepsi
Penutup 1. Mengevaluasi 1. Menjawab 7 menit
pengetahuan peserta pertanyaan dan
dengan menanyakan mendengarkan
materi yang sudah 2. Memperhatikan
dijelaskan. 3. Menyambut
2. Menarik kesimpulan salam
3. Tindak lanjut
4. Membagikan leflet
5. Menutup penyuluhan
(salam)
Evaluasi
Mengevaluasi kemampuan audience dalam memahami tentang Epilepsi,
apakah sesuai dengan tujuan instruksional, keluarga mampu :
a) Menyebutkan pengertian Epilepsi
b) Menyebutkan penyebab Epilepsi
c) Menyebutkan klasifikasi Epilepsi
d) Menyebutkan tanda dan gejala Epilepsi
e) Menyebutkan cara penatalaksanaan Epilepsi
f) Menyebutkan cara pencagahan Epilepsi
MATERI PENYULUHAN
Epilepsi

A. Pengertian
Epilepsi adalah penyakit serebral kronik dengan karekteristik kejang
berulang akibat lepasnya muatan listrik otak yang berlebihan dan bersifat
reversibel (Tarwoto, 2007)
Epilepsi adalah penyakit saraf menahun yang menimbulkan serangan
mendadak berulang-ulang tak beralasan. Kata 'epilepsi' berasal dari
bahasa Yunani (Epilepsia) yang berarti 'serangan'.Epilepsi merupakan
kumpulan gejala dari beberapa kelainan fungsi otak yang dapat ditandai
dengan terjadinya kejang berulang. Epilepsi bisa terjadi karena adanya
gangguan listrik pada sel-sel saraf pada satu bagian otak sehingga pada
bagian tersebut terjadi hantaran listrik yang tidak terkontrol, terjadi
berulang, dan abnormal.

B. Etiologi/penyebab
1) Idiopatik; sebagian besar epilepsy pada anak
2) Factor herediter,ada beberapa penyakit yang bersifat herediter
yang disertai bangkitan kejang seperti sklerosis tuberose,
neurofibromatosis, angiomatosis ensefalotrigeminal,
fenilketonuria, hipoparatiroidisme, hipoglikemia.
3) Factor genetic; pada kejang demem dan breath holding spells
4) Kelainan congenital otak; atropi, porensefali, agenesis korpus
kalosum
5) Gangguan metabolik; hipoglikemia, hipokalsemia, hiponatremia
6) Infeksi; radang yang disebabkan bakteri atau virus pada otak dan
selaputnya,toxoplasmosis
7) Trauma; kontusio serebri, hematoma subaraknoid, hematoma
subdural
8) Neoplasma otak dan selaputnya
9) Kelainan pembuluh darah, malformasi, penyakit kolagen
10) Keracunan; timbale (Pb), kapur barus, fenotiazin,air
11) Lain-lain; penyakit darah,gangguan keseimbangan
hormone,degenerasi serebral,dan lain-lain.
Penyebab- penyebab kejang pada epilepsi

Bayi (0- 2 th) - Hipoksia dan iskemia paranatal


- Cedera lahir intracranial
- Infeksi akut
- Gangguan metabolik
(hipoglikemia, hipokalsemia,
hipomagnesmia, defisiensi
piridoksin)
- Malformasi congenital
- Gangguan genetic

Anak (2- 12 th) - Idiopatik


- Infeksi akut
- Trauma
- Kejang demam

Remaja (12- 18 th) - Idiopatik


- Trauma
- Gejala putus obat dan alcohol
- Malformasi anteriovena

Dewasa Muda (18- 35 th) - Trauma


- Alkoholisme
- Tumor otak

Dewasa lanjut (> 35) - Tumor otak


- Penyakit serebrovaskular
- Gangguan metabolik (uremia,
gagal hepatik, dll )
- Alkoholisme
C. Klasifikasi epilepsi
Menurut International League Against Epilepsy (ILAE) 1981, epilepsi
diklasifikasikan menjadi 2 yakni berdasarkan bangkitan epilepsi dan
berdasarkan sindrom epilepsi.
Klasifikasi berdasarkan tipe bangkitan epilepsi :
1. Bangkitan Parsial
Bangkitan parsial diklasifikasikan menjadi 3 yakni,
1) Parsial Sederhana (kesadaran tetap baik)
 Dengan gejala motorik
 Dengan gejala somatosensorik atau sensorik khusus
 Dengan gejala autonom
 Dengan gejala psikis

2) Parsial Kompleks (kesadaran menurun)

 Berasal sebagai parsial sederhana dan


berekambang menjadi penurunan kesadaran

 Dengan penurunan kesadaran sejak awaitan

3) Parsial yang menjadi umum sekunder

 Parsial sederhana yang menajdi umum tonik-konik

 Parsial kompleks menjadi umum tonik-klonik

 Parsial sederhana menjadi parsial kompleks dan


menjadi umum tonik-konik

2. Bangkitan Umum

a. Absence / lena / petit mal

Bangkitan ini ditandai dengan gangguan kesadaran


mendadak (absence) dalam beberapa detik (sekitar 5-10
detik) dimana motorik terhenti dan penderita diam tanpa
reaksi. Seragan ini biasanya timbul pada anak-anak yang
berusia antara 4 sampai 8 tahun. Pada waktu kesadaran
hilang, tonus otot skeletal tidak hilang sehingga penderita
tidak jatuh. Saat serangan mata penderita akan
memandang jauh ke depan atau mata berputar ke atas
dan tangan melepaskan benda yang sedang dipegangnya.
Pasca serangan, penderita akan sadar kembali dan
biasanya lupa akan peristiwa yang baru dialaminya. Pada
pemeriksaan EEG akan menunjukan gambaran yang khas
yakni “spike wave” yang berfrekuensi 3 siklus per detik
yang bangkit secara menyeluruh.

b. Klonik

Kejang Klonik dapat berbentuk fokal, unilateral, bilateral


dengan pemulaan fokal dan multifokal yang berpindah-
pindah. Kejang klonik fokal berlangsung 1 – 3 detik,
terlokalisasi , tidak disertai gangguan kesadaran dan
biasanya tidak diikuti oleh fase tonik. Bentuk kejang ini
dapat disebabkan oleh kontusio cerebri akibat trauma
fokal pada bayi besar dan cukup bulan atau oleh
ensepalopati metabolik.

c. Tonik

Berupa pergerakan tonik satu ekstrimitas atau pergerakan


tonik umum dengan ekstensi lengan dan tungkai yang
menyerupai deserebrasi atau ekstensi tungkai dan fleksi
lengan bawah dengan bentuk dekortikasi.

d. Tonik-klonik /Grand mal


Secara tiba-tiba penderita akan jatuh disertai dengan
teriakan, pernafasan terhenti sejenak kemudian diiukti
oleh kekauan tubuh. Setelah itu muncul gerakan kejang
tonik-klonik (gerakan tonik yag disertai dengan relaksaki).
Pada saat serangan, penderita tidak sadar, bisa menggigit
lidah atau bibirnya sendiri, dan bisa sampai mengompol.
Pasca serangan, penderita akan sadar secara perlahan dan
merasakan tubuhnya terasa lemas dan biasanya akan
tertidur setelahnya.

e. Mioklonik

Bangkitan mioklonik muncul akibat adanya gerakan


involuntar sekelompok otot skelet yang muncul secara
tiba-tiba dan biasanya hanya berlangsung sejenak.
Gambaran klinis yang terlihat adalah gerakan ekstensi dan
fleksi lengan atau keempat anggota gerak yang berulang
dan terjadinya cepat.

f. Atonik

Bangkitan ini jarang terjadi. Biasanya penderita akan


kehilangan kekuatan otot dan terjatuh secara tiba-tiba.

3. Tak Tergolongkan

Klasifikasi untuk epilepsi dan sindrom epilepsi yakni,

a) Berkaitan dengan lokasi kelainanny (localized related)

 Idiopatik (primer)

 Simtomatik (sekunder)

 Kriptogenik
b) Epilepsi umum dan berbagai sindrom epilepsi berurutan
sesuai dengan peningkatan usia

 Idiopatik (primer)

 Kriptogenik atau simtomatik sesuai dengan


peningkatan usia (sindrom west, syndrome lennox-
gasraut, epilepsi lena mioklonik dan epilepsi
mioklonik-astatik)

 Simtomatik

c) Epilepsi dan sindrom yang tak dapat ditentukan fokal dan


umum

 Bangkitan umum dan fokal

 Tanpa gambaran tegas fokal atau umum

4) Sindrom khusus : bangkitan yang berkaitan dengan situasi


tertentu.

 kejang demam

 status epileptikus yang hanya timbul sekali


(isolated)

 bangkitan yang hanya terjadi karena alkohaol,


obat-obatan, eklamsi atau hiperglikemik non
ketotik.

 Epilepsi refrektorik

D. Tanda dan Gejala


Gejala epilepsi tergantung dari jenis epilepsi yang diderita. Adapun secara
umum gejala yang sering dialami adalah :
1. Kehilangan kesadaran
2. Kejang
3. Produksi liur bertambah
4. Tertidur selama 2-3 jam setelah serangan, pulih setelah beberapa
menit, jam atau bahkan hari
5. Mengeluh sakit kepala, capek setelah serangan
6. Terjadi peningkatan tekanan darah, denyut nadi saat serangan
7. Sebelum serangan pasien bisa mengalami “aura” seperti perasaan
takut, mual, merasa melihat/mencium/mengecap sesuatu, merasa
aneh di satu anggota badan
8. Terjadi perubahan tingkah laku seperti mudah marah, tersinggung,
tegang beberapa jam atau hari sebelum serangan

E. Penatalaksanaan
Manajemen Epilepsi :
 Pastikan diagnosa epilepsi dan mengadakan explorasi etiologi dari
epilepsy
 Melakukan terapi simtomatik
 Dalam memberikan terapi anti epilepsi yang perlu diingat sasaran
pengobatan yang dicapai, yakni:
 Pengobatan harus di berikan sampai penderita bebas serangan.
 Pengobatan hendaknya tidak mengganggu fungsi susunan syaraf
pusat yang normal.
 Penderita dpat memiliki kualitas hidup yang optimal.
Penatalaksanaan medis ditujukan terhadap penyebab serangan. Jika
penyebabnya adalah akibat gangguan metabolisme (hipoglikemia,
hipokalsemia), perbaikan gangguan metabolism ini biasanya akan ikut
menghilangkan serangan itu.
Pengendalian epilepsi dengan obat dilakukan dengan tujuan mencegah
serangan. Ada empat obat yang ternyata bermanfaat untuk ini: fenitoin
(difenilhidantoin), karbamazepin, fenobarbital, dan asam valproik.
Kebanyakan pasien dapat dikontrol dengan salah satu dari obat tersebut
di atas.
Cara menanggulangi kejang epilepsi :
1. Selama Kejang
a) Berikan privasi dan perlindungan pada pasien dari
penonton yang ingin tahu
b) Mengamankan pasien di lantai jika memungkinka
c) Hindarkan benturan kepala atau bagian tubuh lainnya dari
bendar keras, tajam atau panas. Jauhkan ia dari tempat /
benda berbahaya.
d) Longgarkan bajunya. Bila mungkin, miringkan kepalanya
kesamping untuk mencegah lidahnya menutupi jalan
pernapasan.
2. Setelah Kejang
a) Penderita akan bingung atau mengantuk setelah kejang
terjadi.
b) Pertahankan pasien pada salah satu sisi untuk mencegah
aspirasi. Yakinkan bahwa jalan napas paten.
c) Biasanya terdapat periode ekonfusi setelah kejang grand
mal
d) Periode apnea pendek dapat terjadi selama atau secara
tiba- tiba setelah kejang
e) Pasien pada saaat bangun, harus diorientasikan terhadap
lingkunga
f) Beri penderita minum untuk mengembalikan energi yg
hilang selama kejang dan biarkan penderita beristirahat.
g) Jika pasien mengalami serangan berat setelah kejang
(postiktal), coba untuk menangani situasi dengan
pendekatan yang lembut dan member restrein yang
lembut
h) Laporkan adanya serangan pada kerabat terdekatnya. Ini
penting untuk pemberian pengobatan oleh dokter.

F. Pencegahan
Upaya sosial luas yang menggabungkan tindakan luas harus ditingkatkan
untuk pencegahan epilepsi. Resiko epilepsi muncul pada bayi dari ibu
yang menggunakan obat antikonvulsi (konvulsi: spasma atau kekejangan
kontraksi otot yang keras dan terlalu banyak, disebabkan oleh proses
pada system saraf pusat, yang menimbulkan pula kekejangan pada bagian
tubuh) yang digunakan sepanjang kehamilan. Cedera kepala merupakan
salah satu penyebab utama yang dapat dicegah.
Melalui program yang memberi keamanan yang tinggi dan tindakan
pencegahan yang aman, yaitu tidak hanya dapat hidup aman, tetapi juga
mengembangkan pencegahan epilepsi akibat cedera kepala. Ibu-ibu yang
mempunyai resiko tinggi (tenaga kerja, wanita dengan latar belakang
sukar melahirkan, pengguna obat-obatan, diabetes, atau hipertensi)
harus di identifikasi dan dipantau ketat selama hamil karena lesi pada
otak atau cedera akhirnya menyebabkan kejang yang sering terjadi pada
janin selama kehamilan dan persalinan.
Program skrining untuk mengidentifikasi anak gangguan kejang pada usia
dini, dan program pencegahan kejang dilakukan dengan penggunaan
obat-obat anti konvulsan secara bijaksana dan memodifikasi gaya hidup
merupakan bagian dari rencana pencegahan ini.
MATERI PENYULUHAN
WAHAM

A. Pengertian
Waham adalah keyakinan palsu yang timbul tanpa stimulus dari luar dan
mempunyai ciri-ciri tidak realistic/tidak logis, menetap,egosentrik, yang
diyakini kebenarannya oleh pasien sebagai hal yang nyata.

B. Penyebab Waham
1. Keturunan
2. Mal adaptasi
3. Stress pada kondisi lingkungan

C. Macam-macam Waham
1. Waham kebesaran : Suatu kepercayaan bahwa penderita adalah
orang yang penting dan berpengaruh dan mungkin mempunyai
kekuatan yang terpendam atau merupakan orang terkuat sepanjang
sejarah. Misalnya mengaku sebagai nabi, kyai, tentara, dokter, kaya.
2. Waham curiga : Penderita mempunyai keyakinan bahwa seseorang
atau kelompok yang berusaha merugikan atau mencederai dirinya
yang disampaikan berulang dan tidak sesuai dengan kenyataan.
Misalnya penderita menolak makan makanan yang disaji karena
merasa ada racunnya.
3. Waham nihilistik : pasien yakin bahwa dirinya sudah tidak ada lagi
didunia atau sudah meninggal yang dinyatakan secara berulang yang
tidak sesuai dengan kenyataan.misalnya mengatakan dirinya adalah
mayat dan sudah meninggal.
4. Magic mistik : Keyakinan penderita tentang kemampuannya
melakukan hal-hal yang mustahil diluar kemammpuannya. Misalnya
bisa menghidupkan orang yang mati, bisa mengguna-guna orang.
5. Waham bizar :
a. Sisip pikir : Penderita yakin ada ide pikir orang lain yang disisipkan
dalam pikirannya yang disampaikan secara berulang dan tidak
sesuai dengan kenyataan.
b. Siar pikir : Penderita yakin bahwa orang lain mengetahui apa yang
dia pikirkan yang dinyatakan secara berulangdan tidak sesuai
dengan kenyataan.
c. Kontrol pikir : Penderita yakin pikirannya dikontrol dari luar.
Misalnya melakukan percobaan bunuh diri atau ingin membunuh
orang lain karena ada yang menyuruh

D. Tanda dan gejala waham


1. Merasa ada orang yang mengganggunya
2. Merasa ada gangguan dalam tubuhnya
3. Merasa hidup sendiri
4. Merasa dia adalah orang lain
5. Merasa mempunyai kekuatan (pendidikan, kepandaian, kekayaan
yang luar biasa)
6. Merasa orang-orang tidak memperhatikanKeyakinan kepada agama
yang berlebihan.

E. Cara penanganan dan perawatan pasien dengan waham


1. Hindari mendebat pasien dengan wahamnya
2. Hindari mendukung waham
3. Jika waham timbul, kontak dengan pasien singkat tapi sering
4. Membantu aktivitas menjadi mandiri
5. Terapi obat

SATUAN ACARA PENYULUHAN ( S.A.P )


EPILEPSI DAN WAHAM

OLEH :
KELOMPOK I / E6

1. ATTAS NIM P 201101183


2. SUKARDIN NIM P 201101184
3. HAMSAH NIM P 201101185
4. YUNIARTIN NIM P 201101181
5. HENI SUNDARI NIM P 201101182
6. HARTATY,S NIM P 201101187
7. RINARTIN R.LAYDI NIM P 201101186
8. HARMIN NIM P 201101189

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MANDALA WALUYA
(STIKES-MW) KENDARI
2014
PRINSIP ETIK DAN TERAPI KOGNITIF
Disusun untuk salah Salah satu
Tugas mata kuliah Neurobehavior

OLEH :
KELOMPOK I / E6

1. ATTAS NIM P 201101183


2. SUKARDIN NIM P 201101184
3. HAMSAH NIM P 201101185
4. YUNIARTIN NIM P 201101181
5. HENI SUNDARI NIM P 201101182
6. HARTATY,S NIM P 201101187
7. RINARTIN R.LAYDI NIM P 201101186
8. HARMIN NIM P 201101189
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MANDALA WALUYA
(STIKES-MW) KENDARI
2014

Anda mungkin juga menyukai