Anda di halaman 1dari 5

PRODI D3 KEBIDANAN FAKULTAS MIPA

UNIVERSITAS BENGKULU
Jl. Indragiri No.4 Padang Harapan Bengkulu 38225 Telp.0736-349489

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR


INTRAUTERIN HYDROSTATIC BALOON TAMPONADEN (IHBT)

Prodi D3 INTRAUTERIN HYDROSTATIC BALOON TAMPONADEN (IHBT)


Kebidanan
No Dokumen : No Revisi : Halaman :

............................... ................................... ...................................

Standar INTRAUTERIN Di susun oleh : Ditetapkan


Operasional HYDROSTATIC Ka.Prodi Kebidanan
Prosedur BALOON
TAMPONADEN
(IHBT)

Tanggal terbit (Kurnia Dewiani, SST, (Novianti, SST, M.Keb)


Maret 2020 M.keb)
Pengertian Suatu uapaya yang menimbulkan tekanan pada cavum uteri dari dalam ke arah
luar, lebih kuat dibandingkan tekanan pada arteria sistemik (kompresi aorta dan
kompresi bimanual), untuk mencegah perdarahan yang terus-menerusTekanan
hidrostatik pada arteri uterina.
Tujuan 1. Sebagai panduan mahasiswa dalam melakukan langkah-langkah kondom
hidrostatik tampon intrauterin
2. Mengindentifikasi pasien yang mengalami atonia uteri untuk dilakukan
kondom hidrostatik tampon intrauterin.
3. Tujuan utama metode ini adalah mengembangkan uterus dari dalam dengan
mengembangkan kondom yang diisi air, sehingga kondom menekan
pembuluh darah yang terbuka
Indikasi / Indikasi:
kontra Indikasi utama adalah perdarahan karena atoni uterius, yang gagal dikelola
indikasi dengan cara medikamentosa, sementara uterus masih harus dipertahankan.
Manual Kontra indikasi :
Plasenta Sebagai persiapan harus dipastikan bahwa tidak terdapat robekan jalan lahir
maupun ruptur uterus, dan tidak terdapat sisa jaringan plasenta.
Persiapan 1. kondom,
alat dan 2. kateter ukuran 18
bahan 3. selang infus (atau lebih baik selang transfusi),
4. tiang infus dan infus set
5. jegul/tampon kassas (kain kasa yang digulung menjadi bulat dengan diameter
kurang lebih 6 cm).
6. Uterotonika ( oxytocin/ prostaglandin/ergometrin)
7. Cairan NaCL/RL
8. Meja gynekologi
9. Lampu sorot
10. Bengkok
11. Sim L/ sim U
12. Ovum tang / klem ovum
13. Celemek, masker, kacamata pelindung, sepatu bot
14. Sarung tangan
15. Benang sutra/benang tali pusat
16. Botol air mineral besar
17. Larutan Klorin 0,5 %

Pelaksanaan 1. Informed consent


2. Persiapan lingkungan, meutup sampiran, memposisikan lampu sorot dengan
tepat dan jaga privasi pasien
3. Mengatur posisi pasien dengan posisi litotomi di meja gynekologi pastikan
blas kosong
4. Memasang APD lengkap
5. Petugas mencuci tangan dengan air mengalir dan keringkan dengan handuk
bersih
6. Pemeriksa memakai handscoon
7. Mempersiapkan tiang dan infus set, cairan NaCL/RL sudah terpasang
8. Masukan Kateter karet steril ke dalam kondom secara aseptik dan diikat
dengan benang sutra atau benang tali pusat di daerah mulut kondom.
9. Hubungkan selang infus bagian atas dengan botol/kantong cairan NaCl/RL
10. memasukan kondom ke dalam kavum uteri bisa dilakukan dengan 2 cara,
yaitu:
a. menggunakan spekulum sims / L, bibir serviks bagian anterior dan posterior
dijepit dengan ring forsep, dan kondom yang sudah diikat pada ujung set
infus dimasukkan intra kavum uteri dengan menggunakan tampon tang.
b. kondom yang sudah diikat pada ujung set infus/set transfusi dimasukkan
secara digital menggunakan jari, cara yang sama dipakai untuk memasukkan
kateter folley untuk induksi. Kondom kateter dimasukkan ke dalam cavum
uteri. Ujung luar kateter dihubungkan dengan selang infus bagian bawah,

c.

11. Sambil dialirkan, tahan kondom dengan tangan agar tidak terlepas. dan
segera alirkan cairan NaCL
12. Alirkan antara 500 sampai 1000 ml cairan kalau perlu dengan diperas atau
sampai aliran berhenti
13. Perdarahan diobservasi, bila berkurang banyak, maka aliran cairan segera
dihentikan ,
14. Sumbat dengan jegul atau tampon kasa supaya kondom tidak lepas.

15. Tampon kondom dikatakan berhasil bila dalam 30 menit sampai 1 jam darah
yang keluar tidak lebih dari 25 sampai 50 ml
16. Dilakukan observasi tanda vital dan perdarahan pervaginam. Bila tanda vital
stabil dan perdarahan pervaginam berhenti, berarti pemasangan kondom
hidrostatik intrauterin berhasil.
17. Pasien dapat dilakukan observasi atau segera dirujuk atau bila tindakan
dilakukan di Rumah Sakit, dapat dilakukan persiapan kamar operasi untuk
laparatomi sebagai rencana cadangan.
18. Apabila pasien stabil dan perdarahan per vaginam berhenti, kondom
hidrostatik intrauterin menjadi tatalaksana utama, dan dapat dipertahankan
selama 24-48 jam, jika perlu cairan dalam kondom dikeluarkan secara
bertahap. Bila dalam 24 jam kondisi pasien stabil, tampon kondom bisa
dilepas. Alirkan cairan dalam kondom dengan membuka penutup aliran
infus pada selang infus kondom.
19. Alirkan secara bertahap, 100 ml tiap 5-10 menit sambil diobervasi apakah
terjadi perdarahan baru atau tidak. Bila tidak teruskan sampai seluruh cairan
habis.
20. Angkat jegul atau tampon vagina, tarik selang dan selesai

21. Membersihkan dan merapikan ibu


22. Dekontaminasi alat bekas pakai ke dalam larutan klorin 0.5% dan membuka
sarung tangan di dalam larutan klorin 0.5%
23. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir
24. Beritahu ibu dan keluarga tentang kondisi ibu sekaligus mengajarkan ibu
dan keluarga untuk masase dan memamntau konsistensi Rahim ibu.
25. Dokumentasi
Sumber 1. World Health Organization (WHO). WHO guidelines for the management of
postpartum haemorrhage and retained placenta. World Health. 2009;62.
Rujukan
2. Georgiou C. Balloon tamponade in the management of postpartum
haemorrhage: a review. BJOG An Int J Obstet Gynaecol [Internet].
2009;116(6):748–57. Available from: http://ovidsp.ovid.com/ovidweb.cgi?
T=JS&CSC=Y&NEWS=N&PAGE=fulltext&D=medl&N=19432563\nhttp:/
/sfx.scholarsportal.info/ryerson?sid=OVID:medline&id=pmid:1943256
3&id=doi:&issn=1470-
0328&isbn=&volume=116&issue=6&spage=748&pages=748-
57&date=2009&title=BJOG:+An 20.
3. Akhter, S., Begum, M.R.,  Kabir, Z.,  Rashid,  M., Laila, T.R. , and Zabeen,
F., 2003.   Use Of A Condom To Control Massive Postpartum Hemorrhage
www.medscape.com

Bengkulu, Maret 2020

Dosen Pembimbing

(………………………………)

Anda mungkin juga menyukai