Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN DENGAN KASUS ADHD (ATTENTION

DEFICITAND HYPERACTIVITY DISORDER) DI RUANGAN


POLI ANAK RUMAH SAKIT PROVINSI UNDATA PALU

DI SUSUN OLEH :
SARTINA H. TAHUNINI
WN10323047

CI LAHAN CI INSTITUSI

Ulfa, S.Kep,.Ns Ns.Sisilia Rammang, S.Kep,.M.Kep


NIP : 197907082006042018 NIK : 20220901143

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


UNIVERSITAS WIDYA NUSANTARA
2023
A. Definisi
Hiperaktif adalah suatu pola perilaku yang menetap pada seorang anak
yang ditandai dengan sikap tidak mau diam, tidak bisa berkonsentrasi dan
bertindak sekehendak hatinya atau impulsif. (Adam,2018).
Gangguan hiperaktivitas atau kurang konsentrasi adalah perilaku yang
ditandai dengan kurang konsentrasi, sifat impulsif dan hiperaktivitas.
(Adam,2018).
Gangguan hiperaktivitas diistilahkan sebagai gangguan kekurangan
perhatian yang menandakan gangguan-gangguan sentral yang terdapat pada
anak-anak yang sampai saat ini dicap sebagai menderita hiperkinesis,
kerusakan otak minimal atau disfungsi serebral minimal. (Adam,2018).
Anak hiperaktif adalah anak yang mengalami gangguan pemusatan
perhatian dengan hiperaktivitas (GPPH) atau attention deficitand
hyperactivity disorder (ADHD). Kondisi ini juga disebut sebagai gangguan
hiperkinetik. Dahulu kondisi ini sering disebut minimal brain dysfunction
syndrome. Gangguan hiperkinetik adalah gangguan pada anak yang timbul
pada masa perkembangan dini (sebelum berusia 7 tahun) dengan ciri utama
tidak mampu memusatkan perhatian, hiperaktif dan impulsif. Ciri perilaku
ini mewarnai berbagai situasi dan dapat berlanjut hingga dewasa. Dr. Seto
Mulyadi dalam bukunya “Mengatasi Problem Anak Sehari-hari“
mengatakan pengertian istilah anak hiperaktif adalah: Hiperaktif
menunjukkan adanya suatu pola perilaku yang menetap pada seorang anak.
Perilaku ini ditandai dengan sikap tidak mau diam, tidak bisa berkonsentrasi
dan bertindak sekehendak hatinya atau impulsif. ADHD adalah sebuah
kondisi yang amat kompleks; gejalanya berbeda-beda. (Adam,2018).
B. Epidemiologi
Perkiraan prevalensi ADHD bervariai diseluruh dunia. American
Psychiatric Association memperkirakan 5% anak-anak menderita ADHD
dengan prevalensi lebih rendah pada orang dewasa. Menurut Anonim
(2019) Ada beberapa perbedaan gender yang perlu dipertimbangkan ketika
mendiagnosis ADHD dengan lebih banyak laki-laki yang didiagnosis
dibandingkan perempuan (rasio 2:1). Menurut Ginanjar (2019) laki-laki
lebih cenderung mengalami gejala hiperaktif/impulsif, sedangkan
perempuan lebih cenderung mengalami gejala lalai.
C. Etiologi
Berikut ini adalah faktor-faktor penyebab hiperaktif pada anak :
1) Faktor neurologik
Insiden hiperaktif yang lebih tinggi didapatkan pada bayi yang lahir
dengan masalah-masalah prenatal seperti lamanya proses persalinan,
distresfetal, persalinan dengan cara ekstraksi forcep, toksimiagravidarum
atau eklamsia dibandingkan dengan kehamilan dan persalinan normal.
Di samping itu faktor-faktor seperti bayi yang lahir dengan berat badan
rendah, ibu yang terlalu muda, ibu yang merokok dan minum alkohol
juga meninggikan insiden hiperaktif. Terjadinya perkembangan otak
yang lambat. Faktor etiologi dalam bidang neuoralogi yang sampai kini
banyak dianut adalah terjadinya disfungsi pada salah satu
neurotransmiter di otak yang bernama dopamin. Dopamin merupakan zat
aktif yang berguna untuk memelihara proses konsentrasi. Beberapa studi
menunjukkan terjadinya gangguan perfusi darah di daerah tertentu pada
anak hiperaktif, yaitu di daerah striatum, daerah orbital-prefrontal,
daerah orbital-limbik otak, khususnya sisi sebelah kanan.
(Baihaqi,2018).
2) Faktor toksik
Beberapa zat makanan seperti salisilat dan bahan-bahan pengawet
memiliki potensi untuk membentuk perilaku hiperaktif pada anak. Di
samping itu, kadar timah (lead) dalam serum darah anak yang
meningkat, ibu yang merokok dan mengkonsumsi alkohol, terkena sinar
X pada saat hamil juga dapat melahirkan calon anak hiperaktif
(Baihaqi,2018).
3) Faktor genetik
Didapatkan korelasi yang tinggi dari hiperaktif yang terjadi pada
keluarga dengan anak hiperaktif. Kurang lebih sekitar 25-35% dari orang
tua dan saudara yang masa kecilnya hiperaktif akan menurun pada anak.
Hal ini juga terlihat pada anak kembar (Baihaqi,2018).
4) Faktor psikososial dan lingkungan
Pada anak hiperaktif sering ditemukan hubungan yang dianggap
keliru antara orang tua dengan anaknya (Baihaqi,2018).
D. Patofisiologi
Kurang konsentrasi atau gangguan hiperaktivitas ditandai dengan
gangguan konsentrasi, sifat impulsif, dan hiperaktivitas. Tidak terdapat
bukti yang meyakinkan tentang sesuatu mekanisme patofisiologi ataupun
gangguan biokimiawi. Anak pria yang hiperaktif, yang berusia antara 6 –
9 tahun serta yang mempunyai IQ yang sedang, yang telah memberikan
tanggapan yang baik terhadap pengobatan–pengobatan stimulan,
memperlihatkan derajat perangsangan yang rendah (a low level of
arousal) di dalam susunan syaraf pusat mereka, sebelum pengobatan
tersebut dilaksanakan, sebagaimana yang berhasil diukur dengan
mempergunakan elektroensefalografi, potensial–potensial yang
diakibatkan secara auditorik serta sifat penghantaran kulit. Anak pria ini
mempunyai skor tinggi untuk kegelisahan, mudahnya perhatian mereka
dialihkan, lingkup perhatian mereka yang buruk serta impulsivitas.
Dengan 3 minggu pengobatan serta perawatan, maka angka–angka
laboratorik menjadi lebih mendekati normal serta penilaian yang
diberikan oleh para guru mereka memperlihatkan tingkah laku yang lebih
baik (Doengoes,2018).
E. Manifestasi Klinis
1. Seringkali tangan atau kaki tidak dapat diam atau duduknya
menggeliat-geliat.
2. Mengalami kesulitan untuk tetap duduk apabila diperlukan.
3. Mudah bingung oleh dorongan-dorongan asing.
4. Mempunyai kesulitan untuk menunggu giliran dalam suatu
permainan atau keadaan didalam suatu kelompok.
5. Seringkali menjawab dengan kata-kata yang tidak dipikirkan
terhadap pertanyaan-pertanyaan yang belum selesai disampaikan.
6. Mengalami kesulitan untuk mengikuti instruksi-instruksi dari
orangtua.
7. Mengalami kesulitan untuk tetap bertahan memperhatikan tugas-
tugas atau aktivitas-aktivitas bermain.
8. Sering berpindah-pindah dari satu kegiatan yang belum selesai ke
kegiatan lainnya.
9. Mengalami kesulitan untuk bermain dengan tenang.
10. Senang berbicara dengan berlebihan.
11. Sering menyela atau mengganggu orang lain.
12. Sering tampaknya tidak mendengarkan terhadap apa yang sedang
dikatakan kepadanya.
13. Sering kehilangan barang-barang yang diperlukan untuk tugas-tugas
atau kegiatan-kegiatan di sekolah atau dirumah.
14. Sering mengikuti kegiatan-kegiatan yang berbahaya secara fisik
tanpa mempertimbangkan kemungkinan-kemungkinan akibatnya
(mis, berlari-lari di jalan raya tanpa melihat-lihat).
(Townsend, Mary C. 2019).
F. Klasifikasi
1. Tipe ADHD Gabungan
Untuk mengetahui ADHD tipe ini dapat didiagnosis atau
dideteksi oleh adanya paling sedikit 6 diantara 9 kriteria untuk
perhatian, ditambah paling sedikit 6 diantara 9 kriteria untuk
hiperaktivitas impulsifitas. Munculnya enam gejala tersebut berkali-
kali sampai dengan tingkat yang signifikan disertai adanya beberapa
bukti, antara lain sebagai berikut : (Aditama. Taylor, Cynthia. 2018).
a) Gejala-gejala tersebut tampak sebelum anak mencapai usia 7
tahun
b) Gejala-gejala diwujudkan pada paling sedikit dua seting yang
berbeda.
c) Gejala yang muncul menyebabkan hambatan yang signifikan
dalam kemampuan akademik.
d) Gangguan ini tidak dapat dijelaskan dengan lebih baik oleh
kondisi psikologi atau psikiatri lainnya.
2. Tipe ADHD kurang memerhatikan dan Tipe ADHD hiperaktif
impulsive
Untuk mengetahui ADHD tipe ini, dapat didiagnosis oleh
adanya paling sedikit 6 diantara 9 gejala untuk perhatian dan
mengakui bahwa individu- individu tertentu mengalami sikap kurang
memerhatikan yang mendalam tanpa hiperaktivitas atau impulsifitas.
Hal ini merupakan salah satu alas an mengapa dalam beberapa buku
teks, kita menemukan ADHD ditulis dengan garis –AD/HD. Hal ini
membedakan bahwa ADHD kurang memerhatikan dari jenis ketiga
yang dikenal dengan tipe hiperaktif impulsive. (Aditama. Taylor,
Cynthia. 2018)
3. Tipe ADHD hiperaktif impulsive
Tipe ketiga ini menuntut paling sedikit 6 diantara 9 gejala yang
terdaftar pada bagian hiperaktif impulsifitas. Tipe ADHD kurang
memerhatikan ini mengacu pada anak-anak yang mengalami kesulitan
lebih besar dengan memori (ingatan) mereka dan kecepatan motor
perceptual (persepsi gerak), cenderung untuk melamun dan kerap kali
menyendiri secara social. (Aditama. Taylor, Cynthia. 2018).
G. Pemeriksaan Fisik
Berdasarkan gejala yang menonjol, ADHD dibedakan menjadi 3
tipe, yaitu :
1. Tipe yang dominant gangguan pemusatan perhatian
2. Tipe yang dominant hiperaktivitas dan impulsivitas
3. Tipe campuran (gejalanya campuran dari gangguan pemusatan
perhatian hiperaktivitas dan impulsivitas
Diagnosis ADHD tipe gangguan pemusatan perhatian (menurut
DSM IV) ditegakkan bila minimal ada 6 gejala gangguan pemusatan
perhatian untuk waktu minimal 6 bulan dan dapat kurang dari 6 gejala
hiperaktivitas serta dimulai sebelum usia 7 tahun. Gejala-gejala ini tetap
ada pada saat anak di sekolah atau dirumah bersifat maladaptif, dan tak
sesuai dengan tahap perkembangan anak (Ginanjar,2019).
Diagnosis ADHD tipe hiperaktivitas dan impulsivitas (menurut
DSM IV) ditegakkan bila minimal ada 6 gejala hiperaktivitas dan
impulsivitas untuk waktu minimal 6 bulan dan didapat kurang dari 6
gejala gangguan pemusatan perhatian dan dimulai sebelum usia 7 tahun.
Gejala-gejala ini tetap ada pada saat anak di sekolah atau dirumah
bersifat maladaptif, dan tak sesuai dengan tahap perkembangan anak
(Ginanjar,2019).
Diagnosis ADHD tipe campuran (menurut DSM IV) ditegakkan
bila didapatkan 6 atau lebih gejala gangguan pemusatan perhatian dan 6
atau lebih gejala hiperaktivitas dan impulsivitas yang tetap ada selama
paling sedikit 6 bulan, dimulai sebelum usia 7 tahun serta gejal-gejala ini
tetap ada saat di sekolah da di rumah (Ginanjar,2019).
H. Pemeriksaan Penunjang
Tidak ada pemeriksaan laboratorium yang akan menegakkan
diagnosis gangguan kekurangan perhatian. Anak yang mengalami
hiperaktivitas dilaporkan memperlihatkan jumlah gelombang-gelombang
lambat yang bertambah banyak pada elektorensefalogram mereka, tanpa
disertai dengan adanya bukti tentang penyakit neurologik atau epilepsi
yang progresif, tetapi penemuan ini mempunyai makna yang tidak pasti.
Suatu EEG yang dianalisis oleh komputer akan dapat membantu di dalam
melakukan penilaian tentang ketidakmampuan belajar pada anak itu
(Martin,2019).
I. Komplikasi
1) Diagnosis sekunder sampai gangguan konduksi, depresi dan
penyakit ansietas.
2) Pencapaian akademik kurang, gagal disekolah, sulit membaca dan
mengejakan aritmatika (sering kali akibat abnormalitas konsentrasi)
3) Hubungan dengan teman sebaya buruk (sering kali akibat perilaku
agresif dan kata-kata yang diungkapkan). (Ginanjar,2019).
J. Terapi/ Tindakan penanganan
1. Keperawatan
a) Pengobatan serta perawatan yang harus dilaksanakan pada anak
yang mengalami gangguan hiperaktif ditujukan kepada keadaan
sosial lingkungan rumah dan ruangan kelas penderita serta kepada
kebutuhan-kebutuhan akademik dan psikososial anak yang
bersangkutan, suatu penjelasan yang terang mengenai keadaan anak
tersebut haruslah diberikan kepada kedua orang tuanya dan kepada
anak itu sendiri (Martin,2019).
b) Anak tersebut hendaklah mempunyai aturan yang berjalan secara
teratur menurut jadwal yang sudah ditetapkan dan mengikuti
kegiatan rutinnya itu, dan sebaiknya selalu diberikan kata-kata
pujian (Martin,2019).
c) Perangsangan yang berlebihan serta keletihan yang sangat hebat
haruslah dihindarakan, anak tersebut akan mempunyai saat-saat
santai setelah bermain terutama sekali setelah ia melakukan
kegiatan fisik yang kuat dan keras (Martin,2019).
d) Periode sebelum pergi tidur haruslah merupakan masa tenang,
dengan cara menghindarkan acara-acara televisi yang merangsang,
permainan-permainan yang keras dan jungkir balik (Martin,2019).
e) Lingkungan di sekitar tempat tidur sebaiknya diatur sedemikian
rupa, barang-barang yang membahayakan dan mudah pecah
dihindarkan (Martin,2019).
f) Teknik-teknik perbaikan aktif yang lebih formal akan dapat
membantu, dengan memberikan hadiah kepada anak tersebut
berupa bintang atau tanda sehingga mereka dapat mencapai
kemajuan dalam tingkah laku mereka (Martin,2019).
2. Medis

a) Terapi farmakologi :

Farmakoterapi kerap kali diberikan kepada anak-anak yang


mengalami gangguan hiperaktif. Farmakologi yang sering
digunakan adalah dekstroamfetamin, metilfenidat, magnesium
pemolin serta fenotiazin. obat tersebut mempunyai pengaruh-
pengaruh sampingan yang lebih sedikit. Cara bekerja obat tersebut
mungkin sekali adalah dengan mengadakan modifikasi di dalam
gangguan-gangguan fundamental pada rentang perhatian,
konsentrasi serta impulsivitas. Oleh karena respon yang akan
mereka berikan terhadap pengobatan tidak dapat diramalkan
sebelumnya, maka biasanya diperlukan suatu masa percobaan
klinik, mungkin akan dibutuhkan waktu 2-3 minggu dengan
pemberian pengobatan setiap hari untuk menentukan apakah akan
terdapat pengaruh obat itu atau tidak (Martin,2019).
b) Dosis:

Obat tersebut diberikan setelah makan pagi dan makan siang,

agar hanya memberikan pengaruh yang minimal kepada nafsu

makan dan tidur penderita.

1) Metilfenidat : dosis yang diberikan berbeda-beda sesuai

dengan usia masing-masing anak akan tetapi berat badan tidak

berpengaruh terhadap dosis.pada awalnya mereka diberikan 5

mg pada saat makan pagi serta pada waktu makan siang. Jika

tidak ada respon yang diberikan maka dosis di naikan dengan

2,5 mg dengan selang waktu 3-5 hari. Bagi anak-anak yang

berusia 8-9 tahun dosis yang efektif adalah 15-20 mg/24 jam.

Sementara itu anak yang berusia lebuh lanjut akan memerlukan


dosis sampai 40 mg/jam. Pengaruh obat ini akan berlangsung

selama 2-4 hari. Biasanya anak akan bersifat rewel dan

menangis. Jika pemakaian obat ini sudah berlangsung lama

dan dosis yang diberikan lebih dari 20 mg/jam rata-rata mereka

akan mengalami pengurangan 5 cm dari tinggi yang

diharapkan (Martin,2019).

2) Dekstroamfetamin : dapat diberikan dalam bentuk yang

dilepaskan (showreleased) secara sedikit demi sedikit. Dosis

awalnya adalah 10 mg dengan masa kerja selama 8-18 jam

sehingga penderita hanya membutuhkan satu dosis saja setiap

hari, pada waktu sarapan pagi. Dosisnya dalah kira sebesar

setengah dosis metilfenidat, berkisar antara 10-20 mg/jam

(Martin,2019).

3) Magnesium pemolin : dianjurkan untuk memberikan dosis

awal sebesar 18,75 mg, untuk selanjutnya dinaikan dengan

setengah tablet/minggu. Akan dibutuhkan waktu selama 3-4

minggu untuk menetapkan keefektifan obat tersebut. Efek

samping dari obat tersebut adalah berpengaruh terhadap fungsi

hati, kegugupan serta kejutan otot yang meningkat

(Martin,2019).

K. Komplikasi

1. Diagnosis sekunder sampai gangguan konduksi, depresi dan


penyakit ansietas.
2. Pencapaian akademik kurang, gagal disekolah, sulit membaca dan
mengejakan aritmatika (sering kali akibat abnormalitas konsentrasi)
3. Hubungan dengan teman sebaya buruk (sering kali akibat perilaku
agresif dan kata-kata yang diungkapkan)

L. Pathway

Genetik Trauma kelahiran


.
Kerusakan sistem saraf (Hipofungsi Penurunan Neurubiologis dan
dopamine dan neropinefrin) Neurotransmiter
Hipofungsi lobus Frontal ADHD ( attention Deficit
hyperaktify discorder)

Inatentiveness, Hiperaktif, impulsif

Proses berfikir terganggu Tidak bisa diam dalam bergerak

Ketidakmampuan atensi terhadap Aktivitas tak terkendali


lingkungan sekitar

Tidak mampu mendeteksi bahaya


Sulit berkonsentrasi dan berinteraksi

Resiko cedera
gangguan interaksi
sosial
4. Rencana Asuhan Pasien Dengan ADHD
A. Pengkajian
1) Riwayat Keperwatan
Menurut Hidayat (2018) pengkajian perkembangan anak
berdasarkan umur atau usia anak antara lain:
a) Neonatus (0-28 hari)
gangguan interaksi
sosial
 Apakah ketika dilahirkan neonatus menangis ?
 Bagaimana kemampuan memutar-mutar kepala ? Resiko cedera

 Bagaimana kemampuan menghisap ?


 Kapan mulai mengangkat kepala ?
 Bagaimana kemampuan motorik halus anak (misalnya
kemampuan untuk mengikuti garis tengah bila kita
memberikan respons terhadap jari atau tangan) ?
 Bagaimana kemampuan berbahasa anak (menangis,
bereaksi terhadap suara atau bel) ?
 Bagaimana kemampuan anak dalam beradaptasi (misalnya
tersenyum dan mulai menatap muka untuk mengenali
seseorang ?
b) Masa bayi /Infant (28 – 1 tahun)
 Bagaimana kemampuan motorik kasar anak (misalnya
mengangkat kepala saat tengkurap, mencoba duduk
sebentar dengan ditopang, dapat duduk dengan kepala
tegak, jatuh terduduk dipangkuan ketika disokong pada
posisi berdiri, komtrol kepala sempurna, mengangkat
kepala sambil berbaring terlentang, berguling dari
terlentang ke miring, posisi lengan dan tungkai kurang
fleksi danm berusaha untuk merangkan) ?
 Bagaimana perkembangan adaptasi sosial anak (misalnya :
mengamati tangannya, tersenyum spontan dan membalas
senyum bila diajak tersenyum, mengenal ibunya dengan
penglihatan, penciuman, pendengaran dan kontak,
tersenyum pada wajah manusia, walaupun tidur dalams
ehari lebih sedikit dari waktu terhaga, membentuk siklus
tidur bangun, menangis menjadi sesuatu yang berbeda,
membedakan wajah-wajah yang dikenal dan tidak dikenal,
senang menatap wajah-wajah yang dikenalnya, diam saja
apabila ada orang asing) ?
c) Bayi Umur 4-8 bulan
 Bagaimana perkembangan motorik kasar anak (misalnya
dapat telungkup pada alas dan sudah mulau mengangkat
kepala dengan melakukan gerakan menekan kedua
tangannya dan pada bulan keempat sudah mulai mampu
memalingkan ke kanan dan ke kiri , sudah mulai mampu
duduk dengan kepala tegak, sudah mampu membalik
badan, bangkit dengan kepala tegak, menumpu beban pada
kaki dan dada terangkat dan menumpu pada lengan,
berayun ke depan dan kebelakang, berguling dari
terlentang ke tengkurap dan dapat dudu dengan bantuan
selama waktu singkat) ?
 Bagaimana perkembangan motorik halus anak (misalnya :
sudah mulai mengamati benda, mulai menggunakan ibu
jari dan jari telunjuk untuk memegang, mengeksplorasi
benda yangs edang dipegang, mengambil objek dengan
tangan tertangkup, mampu menahan kedua benda di kedua
tangan secara simultan, menggunakan bahu dan tangan
sebagai satu kesatuan, memindahkan obajek dari satu
tangan ke tangan yang lain) ?
 Bagaimana kemampuan beradaptasi sosial anak (misalnya
merasa terpaksa jika ada orang asing, mulai bermain
dengan mainan, takut akan kehadiran orang asing, mudah
frustasi dan memukul-mukul dengan lengan dan kaki jika
sedang kesal)?
d) Bayi Umur 8-12 bulan
 Bagaimana kemampuan motorik kasar anak (misalnya
duduk tanpa pegangan, berdiri dengan pegangan, bangkit
terus berdiri, berdiri 2 detik dan berdiri sendiri) ?
 Bagaimana kemampuan motorik halus anak (misalnya
mencari dan meraih benda kecil, bila diberi kubus mampu
memindahkannya, mampu mengambilnya dan mampu
memegang dengan jari dan ibu jari, membenturkannya dan
mampy menaruh benda atau kubus ketempatnya)?
e) Masa Toddler
 Bagaimana perkembangan motorik kasar anak (misalnya:
mampu melangka dan berjalan tegak, mampu menaiki
tangga dengan cara satu tangan dipegang, mampu berlari-
lari kecil, menendang bolan dan mulai melompat)?
 Bagaimana perkembangan motorik halus anak (misalnya :
mencoba menyusun atau membuat menara pada kubus)?
 Bagaimana kemampuan berbahasa anak (misalnya :
memiliki sepuluh perbendaharaan kata, mampu menirukan
dan mengenal serta responsif terhadap orang lain sangat
tinggi, mampu menunjukkan dua gambar, mampu
mengkombinasikan kata-kata, mulai mampu menunjukkan
lambaian anggota badan) ?
f) Masa Prasekolah (Preschool)
 Bagaimana perkembangan motorik kasar anak (misalnya:
kemampuan untuk berdiri dengan satu kaki selama 1-5
detik, melompat dengan satu kaki, berjalan dengan tumit
ke jari kaki, menjelajah, membuat posisi merangkan dan
berjalan dengan bantuan) ?
 Bagaimana perkembangan motorik halus anak (misalnya :
kemampuan menggoyangkan jari-jari kaki, menggambar
dua atau tiga bagian, memilih garis yang lebih panjang dan
menggambar orang, melepas objek dengan jari lurus,
mampu menjepit benda, melambaikan tangan,
menggunakan tangannya untuk bermain, menempatkan
objek ke dalam wadah, makan sendiri, minum dari cangkir
dengan bantuan menggunakan sendok dengan bantuan,
makan dengan jari, membuat coretan diatas kertas)?
 Bagaimana perkembangan adaptasi sosial anak (misalnya :
bermain dengan permainan sederhana, menagis jika
dimarahi, membuat permintaan sederhana dengan gaya
tubuh, menunjukkan peningkatan kecemasan terhadap
perpisahan, mengenali anggota keluarga) ?

g) Masa school age


 kemampuan kemandirian anak dilingkungan luar rumah ?
 Bagaimana kemampuan anak mengatasi masalah yang
dialami disekolah ?
 Bagaimana kemampuan beradaptasi sosial anak
(menyesuaikan dengan lingkungan sekolah)?
 Bagaimana kepercayaan diri anak saat berada di sekolah ?
 Bagaimana rasa tanggung jawab anak dalam mengerjakan
tugas di sekolah?
 Bagaimana kemampuan anak dalam berinteraksi sosial
dengan teman sekolah ?
 Bagaimana ketrampilan membaca dan menulis anak ?
 Bagaimana kemampua anak dalam belajar di sekolah ?

B. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan Interaksi Sosial berhubungan dengan Hambatan
perkembangan/maturasi
2. Koping Tidak Efektif berhubungan dengan Ketidakpercayaan
terhadap kemampuan diri mengatasi masalah
3. Resiko Gangguan Perkembangan Ketidakadekuatan nutrisi
C. Intervensi Keperawatan

NO SDKI SLKI SIKI


1. Gangguan Interaksi Sosial Interaksi Sosial (L.13115) Promosi So
(D.0118) Setelah dilakukan tindakan keperawatan Tindakan
Gejala dan Tanda Mayor selama 3x24 jam masalah resiko cedera Observasi
Subjektif diharapkan - Iden
1. Merasa tidak nyaman dengan meningkat dengan kriteria hasil : mela
situasi sosial 1. Perasaan nyaman dengan situasi sosial oran
2. Merasa sulit menerima atau meningkat - Iden
mengkomunikasikan perasaan 2. Perasaan mudah menerima atau mela
Objektif mengkomunikasikan perasaan oran
1. Kurang responsif atau tertarik meningkat Terapeutik
pada orang lain 3. Responsif pada orang lain meningkat - Moti
2. Tidak berminat melakukan 4. Minat melakukan kontak emosi keter
kontak emosi dan fisik meningkat hubu
5. Minat melakukan kontak fisik - Moti
meningkat men
hubu
- Moti
dalam
kegi
- Disk
keter
berk
oran
- Beri
setia
kem
Edukasi
- Anju
deng
berta
- Anju
keju
men
- Latih
men
kom
- Latih
mara

2. Koping Tidak Efektif (D.0096) Status Koping (L.09086) Promosi Ko


Gejala dan Tanda Mayor Setelah dilakukan tindakan keperawatan Observasi
Subjektif selama 1x24 jam masalah resiko cedera - Iden
1. Mengungkapkan tidak diharapkan pend
mampu mengatasi masalah Membaik dengan kriteria hasil : tujua
Objektif 1. Kemampuan memenuhi peran sesuai - Iden
1. Tidak mampu memenuhi usiacukup meningkat yang
peran yang diharapkan 2. Perilaku koping adaptif cukup - Iden
(sesuai usia) meningkat yang
2. Menggunakan mekanisme 3. Verbalisasi kemampuan mengatasi mem
koping yang tidak sesuai masalah cukup meningkat - Iden
4. Verbalisasi kemampuan masalah terha
cukup meningkat
5. Verbalisasi kelemahan diri cukup hubu
meningkat Terapeutik
6. Perilaku asertif cupuk meningkat - Disk
7. Verbalisasi menyalahkan orang lain yang
cukup menurun - Gun
8. Verbalisasi rasionalisasi kegagalan tenan
cukup menurun - Disk
9. Hipersensitif terhadap kritikan men
cukup menurun kesa
men
send
- Fasil
mem
dibu
- Dam
(mis
keca
- Perk
atau
berh
peng
- Kura
lingk
men
Edukasi
- Anju
hubu
kepe
sama
- Anju
yang
- Ajar
masa
- Latih
relak
- Latih
sesu

3. Resiko Gangguan Status Perkembangan (L.10101) Promosi Pe


Perkembangan (D.0107) Setelah dilakukan tindakan keperawatan (I.10340)
Faktor Risiko selama 1x24 jam masalah resiko cedera Observasi
1. Ketidakadekuatan nutrisi diharapkan - Iden
2. Ketidakadekuatan Membaik dengan kriteria hasil : khus
perawatan prenatal 1. Keterampilan/perilaku sesuai usia kem
3. Keterlambatan perawatan cukup meningkat Terapeutik
prenatal 2. Kemampuan melakukan perawatan - Fasil
4. Usia hamil di bawah 15 diri cukup meningkat deng
tahun - Duk
5. Usia hamil diatas 35 tahun deng
6. Kehamilan tidak terencana - Duk
7. Kehamilan tidak men
diinginkan pera
8. Gangguan endokrin - Beri
9. Prematuritas anak
10. Kelainan - Sedi
genetik/kongenital alat-
11. Kerusakan otak (mis. men
Perdarahan selama periode mew
pascanatal, penganiayaan, Edukasi
kecelakaan) - Jelak
12. Penyakit kronis obje
13. Infeksi dilin
14. Efek samping terapi (mis. - Ajar
Kemoterapi, terapi radiasi, buka
agen farmakologis) anak
15. Penganiayaan (mis. Fisik, - Ajar
psikologis. seksual) bant
16. Gangguan pendengaran perlu
17. Gangguan penglihatan - Dem
18. Penyalahgunaan zat yang
19. Ketidakmampuan belajar perk
20. Anak adopsi peng
21. Kejadian bencana Kolaborasi
22. Ekonomi lemah - Ruju
perlu
D. Implementasi
Keperawatan oleh perawat kepada pasien Implementasi
keperawatan adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana
keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan (Setiadi,
2020).
E. Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses
keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan,
rencana tindakan dan pelaksanaanya sudah berhasil dicapai. Perawat
melakukan evaluasi kepada pasien setelah dilakukan tindakan (Setiadi,
2020).
DAFTAR PUSTAKA

1. Adam, (2018). ADHD. http://www.seanadam.net/contents.php?cid=25


2. Anonim, (2019). Pendidikan sekolah Anak ADHD.
http://www.adhd.or.id/school.html. Diakses tanggal 18 April 2009
3. Baihaqi, MIF, Sugiarmin, M. (2018). Memahami Anak ADHD. Cetakan I.
Bandung : Penerbit PT Refika Aditama
4. Doengoes, M.E. Townsend, M.C. Moorhouse, M.F. (2019). Rencana
asuhan keperawatan Psikiatri (terjemahan). Edisi 3. Jakarta : Penerbit
Buku Kedokteran EGC
5. Ginanjar, A.S. (2019). Penanganan Terpadu Bagi Anak Autis.
http://www.lspr.edu/csr/autismawareness/media. Diakses tanggal 18 April
2019
6. Martin, G. I. (2019). Terapi Untuk Anak ADHD (terjemahan). Cetakan II.
Jakarta : Penerbit BIP Kelompok Gramedia
7. Permadi. (2019). Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADD/ADHD)
Panduan Bagi Keluarga . http://www.bundazone.com/ADHD. Diakses
tanggal 18 April 200
8. Pikiran Rakyat. (2019). Terapi dan Pendampingan Anak Hiperaktif.
http://www.pikiran-rakyat.com/prprint.php?mib=beritadetail&id=16731.
9. Townsend, M.C. (2018). Buku Saku Diagnosa Keperawatan pada
Keperawatan Psikiatri pedoman Untuk Pembuatan rencana Perawatan
(terjemahan). Edisi 3. Jakarta : penerbit Buku Kedokteran EGC.

Anda mungkin juga menyukai