Anda di halaman 1dari 8

PAPER ATTENTION DEFICIT HYPERACTIVITY DISORDER

CHAPTER 11 “PROGNOSIS DAN PENCEGAHAN ADHD”


Dosen pengampu : Erma Kumala Sari, S.Psi., M.Psi.

Disusun Oleh Kelompok 2


Anggota :
1. Ardhian Yanuar Tri Adji (K5118010)
2. Fatkhia Rizka Shoviana (K5118029)
3. Voeva Laronea (K5118069)
4. Zulaiha Nur Itsnaini (K5118078)
5. Astuti Dwi Ningsih (K5118079)
6. Galuh Dhewi Marantika (K5119027)
7. Fitria Januarti Rudito (K1902946)
8. Rifka Sauva Devtina (K1903758)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KHUSUS


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENGETAHUAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
2021
CHAPTER 11
PROGNOSIS DAN PENCEGAHAN ADHD

Beberapa orang tua yang memiliki anak dengan gangguan ADHD sering
merasa cemas terhadap kondisi anaknya ketika besar nanti. Mereka sering bertanya-
tanya "Akankah dia dapat mengatasi ADHD?” "Apakah ia membutuhkan
pengobatan lanjutan dengan obat stimulus hingga dewasa?" “Apakah ada
peningkatan risiko penyalahgunaan obat pada orang dewasa dengan riwayat ADHD
masa kanak-kanak?". Pertanyaan tersebut tentu memiliki beragam jawaban sesuai
dengan komplikasi gangguan komorbiditas dan faktor lainnya. Banyak faktor,
termasuk penyebab, keparahan gejala, jenis kelamin, status sosial ekonomi,
kecerdasan, ketidakmampuan belajar, kualitas pendidikan, perawatan orang tua dan
iklim emosional di rumah, serta perawatan medis dapat mempengaruhi hasil akhir
anak dengan gangguan ADHD.

Apakah Anak-anak Dapat Mengatasi Gejala ADHD?


Beberapa dokter memprediksi bahwa hiperaktif akan hilang setelah usia 12
tahun. Namun seiring berkembangnya pengetahuan, sebagian besar ahli
menyatakan bahwa gejala ADHD akan bertahan sampai tingkat tertentu sekitar
50% hingga saat mereka mendekati masa dewasa (Barkley, 1990). Mayoritas pasien
dapat melakukan penyesuaian untuk gejala mereka, tetapi beberapa lainnya
mengalami kesulitan yang terus berlanjut sehingga memerlukan pengobatan,
terutama mereka dengan gangguan psikiatri komorbid. Sebuah studi baru-baru ini
menemukan bahwa anak-anak dengan ADHD tanpa komplikasi dapat “mengatasi”
gangguan tersebut.
Berdasarkan informasi dari At the Long Island Jewish Medical Center, New
Hyde Park, NY, 85 anak laki-laki hiperaktif dengan ADHD, dirujuk pada usia rata-
rata 7 tahun dan dievaluasi oleh psikiatri melalui wawancara pada usia rata-rata 24
tahun. ADHD dinyatakan telah sembuh dan hanya sekitar 4% yang memiliki gejala
yang berlanjut.
Bierderman at all, 1996 menyebutkan bahwa terdapat beberapa faktor risiko
pada ADHD usia remaja diantaranya yaitu 1) Riwayat genetik keluarga; 2) Paparan
psikososial lingkungan dan konflik orang tua; dan 3) Komorbiditas dengan
gangguan perilaku, suasana hati dan kecemasan. Sedangkan menurut Weiss dan
Hechtman, 1986 menyatakan bahwa faktor risiko pada ADHD usia dewasa meliputi
1) Kecerdasan pada masa kanak-kanak; 2) Hiperaktivitas dan agresi pada masa
kanak-kanak; 3) Pola asuh pada anak dan keadaan emosional orang tua; dan 4)
Status sosial ekonomi.

Gejala ADHD pada Orang Dewasa


Beberapa penderita ADHD pada usia dewasa menyampaikan keluhan atau
gejala yang dialaminya sebagai berikut :
1. Kegagalan menyelesaikan pendidikan perguruan tinggi karena
ketidakmampuan untuk fokus pada tugas, gangguan konsentrasi, dan
gangguan lainnya.
2. Sering berganti pekerjaan karena kinerja yang buruk, sering lupa, dan
kurang organisasi.
3. Hubungan sosial dan pasangan yang buruk karena cepat marah, impulsif,
toleransi frustrasi yang rendah, dan harga diri yang rendah.
Gejala di atas dapat dikurangi melalui terapi dan konseling, ataupun bisa
menggunakan obat yang telah diresepkan melalui diagnosis psikiatri secara benar.
Risiko penyalahgunaan obat lebih tinggi terjadi pada ADHD usia dewasa.
Penggunaan bupropian (Wellbutrin) lebih aman dibandingkan dengan
amphetamine atau methylpenidate.

Apakah Penggunaan Stimulan pada Masa Kecil Dapat Meningkatkan Resiko


Penyalahgunaan Zat atau Obat-Obatan Pada Kalangan Remaja dan Orang
Dewasa Dengan ADHD ?
Anak-anak yang menggunakan methylphenidate atau obat stimulan lain
untuk ADHD tidak menunjukkan penyalahgunaan stimulan dimasa remaja atau
dewasa. Namun, kebanyakan anak yang menggunakan hal tersebut
mengungkapkan keinginan untuk menghentikan penggunaan obat-obatan sedini
mungkin. Sedangkan penggunaan terapi stimulan tidak mengarahkan pada
penggunaan atau penyalahgunaan zat. Gejala dari ADHD memungkinkan
peningkatan merokok dan kecenderungan alkohol yang digunakan selama masa
remaja, terutama pada mereka dengan gangguan komorbid. Remaja dengan ADHD
yang memiliki gangguan kompleks bisa 2 sampai 5 kali lebih mungkin melakukan
penyalahgunaan rokok, alkohol dan juga mariyuana dibanding pasien hiperaktif
tanpa CD atau remaja pada umumnya (Gittelman et al., 1985;Barkley, 1990).
Anak-anak dengan ADHD yang dirujuk ke klinik psikiatri lebih tinggi
memiliki resiko berkembang dengan kepribadian antisosial dan gangguan
penyalahgunaan zat non-alkohol sebagai orang dewasa. Kepribadian antisosial,
moody, dan gangguan kecemasan dapat meningkatkan risiko substansi penggunaan
dan penyalahgunaan, terlepas dari ADHD. Penyalahgunaan zat, terutama ganja,
pada orang dewasa dengan riwayat ADHD telah dilaporkan pada 40% pasien
dengan gejala ADHD yang persisten (Biederman et al., 1995), dan 12% dari mereka
telah "mengatasi" ADHD dalam 24 tahun (Mannuzza et al., 1998). Subjek kontrol
diikuti sejak masa kanak-kanak sampai usia 24 tahun, selama itu mereka
menunjukkan insiden 4% penyalahgunaan zat.

Indikasi Prognosis yang Baik pada ADHD Anak-anak


Hasil yang menguntungkan, kelulusan sekolah menengah, dan prospek
pendidikan perguruan tinggi mungkin diharapkan pada anak-anak ADHD dengan
kriteria sebagai berikut:
1. IQ rata-rata atau di atas rata-rata
2. Masalah persepsi terbatas pada disfungsi visual atau visuo-motorik, dan
tanpa gangguan gangguan belajar yang serius
3. Tidak adanya komorbid oposisi dan terutama gangguan perilaku
4. Respon cepat dan berkelanjutan terhadap pengobatan stimulan, mengurangi
hiperaktif dan meningkatkan prestasi akademik dan fungsi persepsi
5. Diagnosis psikologis dini dan pendidikan perbaikan yang sesuai akomodasi
6. Sekolah yang memadai dan lingkungan rumah yang mendukung sehingga
dapat mengurangi gangguan dan meningkatan pemusatan perhatian anak
7. Pemahaman orang tua dan guru yang mendukung dan kesuksesan anak
tanpa menggunakan kritik yang berlebihan
8. Lingkungan yang menunjang kepercayaan diri anak anak dan mengarah
pada lingkungan sosial yang sehat untuk perkembangan emosional.

Dampak Penyakit ADHD


Beberapa komplikasi yang dapat terjadi pada anak penderita ADHD yaitu :
1. IQ rata-rata atau ambang batas yang terus-menerus rendah
2. kurang memahami informasi global, pendengaran, dan visual
3. Disleksia berat atau ketidakmampuan belajar lainnya
4. Respon yang buruk atau intoleransi terhadap obat stimulan
5. Evaluasi psikologis yang tertunda, dan akomodasi belajar yang tidak
memadai disekolah
6. Gangguan perilaku dan penyakit penyerta, tahan terhadap psikoterapi
intervensi
7. Lingkungan rumah yang tidak terstruktur atau emosional

Alasan Mengapa Sulit Memprediksi Hasil ADHD


ADHD adalah sindrom heterogen, beragam dalam etiologi dan manifestasi
klinis. Baik faktor keturunan dan lingkungan penting dalam penyebab mengapa
ADHD sulit untuk diprediksi, tetapi pada umumnya penyebab spesifik ADHD
sendiri tidak dapat ditentukan atau idiopatik. Penanganan simptomatik dan
multimodal, melibatkan orang tua, guru, psikolog, dan dokter. Untuk mayoritas,
tidak ada obat yang sederhana atau cepat, dan hasilnya ditentukan oleh berbagai
kriteria. Studi diarahkan ke sekelompok gejala yang lebih homogen dan tanda-tanda
mungkin mengarah pada diagnosis etiologi yang lebih dekat dan prediksi yang lebih
akurat.

Tindakan Pencegahan ADHD


Berikut ini merupakan beberapa langkah atau tindakan pencegahan yang
dapat dilakukan untuk penderita ADHD :
1. Memberikan perhatian medis dan nutrisi yang optimal selama kehamilan
2. Ibu harus menghindari penggunaan alkohol, nikotin, dan obat-obatan,
terutama kokain, selama kehamilan, kelahiran, dan menyusui
3. Memberikan perawatan kebidanan yang optimal dan menghindari
kerusakan otak akibat anoksia dan kelahiran prematur
4. Memberikan perhatian segera pediatrik terhadap ikterus neonatal,
hipoglikemia, penyakit demam, kejang, dan disfungsi tiroid
5. Pengujian dan pengobatan untuk paparan timbal dan keracunan pada anak
usia dini
6. Program pendidikan untuk pencegahan cedera kepala, konsumsi obat yang
tidak disengaja, dan timbal serta keracunan lainnya
7. Berikan lingkungan rumah emosional yang terstruktur dengan baik dan
sehat
8. Rasio guru-murid yang optimal di ruang kelas kecil yang mengurangi
gangguan fokus dan memfasilitasi pembelajaran
9. Perawatan kebidanan yang optimal dan menghindari kerusakan otak akibat
anosia dan kelahiran prematur.
10. Perhatikan segera pediatrik terhadap sakit kuning pada bayi (ikterus
neonatal), hipoglikemia, penyakit demam, kejang, dan disfungsi tiroid.
11. Pengujian dan pengobatan untuk paparan timbal dan keracunan pada anak
usia dini.
12. Program pendidikan untuk pencegahan cedera kepala, konsumsi obat yang
tidak disengaja, dan timbal serta keracunan lainnya.
13. Lingkungan emosional rumah yang terstruktur dengan baik dan sehat.
14. Rasio guru-murid yang optimal di ruang kelas kecil yang mengurangi
gangguan fokus dan memfasilitasi pembelajaran.
KESIMPULAN

ADHD dapat terjadi karena beragam faktor. Terdapat kemiripan faktor


penyebab ADHD remaja dan ADHD pada usia dewasa. Faktor resiko pada ADHD
remaja adalah riwayat keluarga, kesulitan psikososial lingkungan, dan komorbiditas
dengan perilaku, gangguan mood dan kecemasan. Sedangkan faktor penyebab
ADHD dewasa adalah nilai IQ anak yang rendah, agresi masa kanak-kanak,
ketidakstabilan emosi orang tua, dan status sosial ekonomi yang buruk.
Penanganan munculnya gejala ADHD dapat dikurangi melalui terapi dan
konseling, ataupun bisa menggunakan obat yang telah diresepkan melalui diagnosis
psikiatri secara benar. Namun penggunaan obat-obatan untuk ADHD mulai
dikurangi dengan alasan yang masih belum jelas. Mereka yang menggunakan obat-
obatan mulai mengurangi penggunaan sedini mungkin.
Beberapa tindakan pencegahan untuk mengurangi resiko keparahan ADHD
di masa kanak-kanak yang dapat dilakukan oleh penderita ADHD diantaranya
menghindari penggunaan alkohol, nikotin, atau obat-obatan selama kehamilan dan
menyusui; perawatan kebidanan yang optimal untuk mengurangi resiko kerusakan
otak anoksik dan kelahiran prematur; dan lingkungan kelas kecil dengan akomodasi
akademis yang mengurangi gangguuan pemusatan perhatian dan memfasilitasi
pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Barkley RA. Attention-Deficit Hyperactivity Disorder: A Handbook for
Diagnosis and Treatment. New York: Guildford Press; 1990.
Biederman J, et al. Psychoactive substance use disorders in adults with
attention deficit hyperactivity disorder (ADHD): effects of ADHD and
comorbidity. Am J Psychiatry. 1995;152: 1652–1658.
Biederman J, et al. Predictors of persistence and remission of ADHD into
adolescence: results from a four-year prospective follow-up study. J
Am Acad Child Adolesc Psychiatry. 1996;35: 343–351.
Gillberg C, et al. Long-term stimulant treatment of children with attention-
deficit hyperactivity disorder symptoms. Arch Gen Psychiatry.
1997;54:857–864.
Gittelman R, et al. Hyperactive boys almost grown up. Arch Gen Psychiatry.
1985;42:937–947. Jensen PS, et al. A collaborative multimodal
treatment study of children with ADHD. Arch Gen Psychiatry.
1997;54:865–870.
Mannuzza S, et al. Adult psychiatric status of hyperactive boys grown up. Am
J Psychiatry. 1998;155:493–498.
McCarthy S, Asherson P, Coghill D, et al. Attention-deficit hyperactivity
disorder: treatment discontinuation in adolescents and young adults.
Brit J Psychiatry. 2009;194:273–277.
Shaffer D. ADHD in adults. An editorial. Am J Psychiatry. 1994;151:633–638.
Weiss G, Hechtman L. Hyperactive Children Grown Up. New York:
Guildford Press; 1986.

Anda mungkin juga menyukai