Anda di halaman 1dari 7

CLINICAL SCIENCE SESSION (CSS)

* Kepaniteraan Klinik Senior/ Maret 2023


** Pembimbing / dr. Tumpak Saragih, Sp.KJ

ADHD DEWASA

Oleh:
Nadia Wulansari, S.Ked*
Annisaa Fitriah Panggabean, S.Ked*
Intan Oktari, S.Ked*

Pembimbing:
dr. Tumpak Saragih, Sp.KJ**

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR


BAGIAN ILMU KESEHATAN JIWA
RUMAH SAKIT UMUM JIWA DAERAH PROVINSI JAMBI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JAMBI
2023
HALAMAN PENGESAHAN
CLINICAL SCIENCE SESSION

ADHD DEWASA

Disusun Oleh:

Nadia Wulansari, S.Ked G1A222057


Annisaa Fitriah Panggabean, S.Ked G1A222078
Intan Oktari, S.Ked G1A222080

Sebagai Salah Satu Syarat Mengikuti Kepaniteraan Klinik Senior


Bagian Ilmu Kesehatan Jiwa RSJD Jambi
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Jambi

Laporan ini telah diterima dan dipresentasikan


Pada Maret 2023
Pembimbing

dr. Tumpak Saragih, Sp.KJ


PENDAHULUAN
Attention deficit hyperactivity disorder (ADHD) berlanjut hingga dewasa pada sekitar
10 hingga 60 persen individu yang didiagnosis pada masa kanak-kanak. Ekspresi perubahan
gejala pada orang dewasa dinilai untuk gangguan tersebut. Gejala ADHD dewasa menyerupai
gejala ADHD masa kanak-kanak, tetapi intensitas gejala, terutama hiperaktif, dapat menurun
seiring waktu. Riwayat ADHD masa kanak-kanak diperlukan untuk diagnosis ADHD
dewasa, meskipun kriteria lengkap DSM-IV untuk gangguan masa kanak-kanak tidak perlu
dipenuhi selama ada gangguan dalam berbagai pengaturan (yaitu, akademik, hubungan, dan
pekerjaan). Ada kemungkinan besar gangguan komorbid, serta kemungkinan bahwa orang
dewasa dengan ADHD telah mengembangkan mekanisme koping untuk mengkompensasi
kelemahannya. Perawatan farmakologis dan berbagai jenis psikoterapi tersedia untuk orang
dewasa dengan ADHD.

1. Apa Itu ADHD Dewasa?


Attention deficit hyperactivity disorder (ADHD) secara historis dianggap sebagai
penyakit masa kanak-kanak, mempengaruhi 4 sampai 12 persen anak usia sekolah.
Sekarang diperkirakan bertahan hingga dewasa dalam 10 hingga 60 persen kasus dan
muncul pada sekitar 4,5 persen orang dewasa.
Tanda dan gejala ADHD di masa dewasa termasuk kesulitan memulai tugas,
perhatian terhadap detail, kesulitan mengatur diri sendiri dan memprioritaskan, serta
ketekunan yang buruk dalam tugas yang membutuhkan upaya mental berkelanjutan.
Impulsif dan toleransi frustasi yang rendah dapat muncul dalam berbagai tingkat. Hiperaktif
cenderung menjadi gejala yang kurang menonjol pada orang dewasa dibandingkan
presentasi ADHD masa kanak-kanak. Orang dewasa yang berada dalam perawatan primer
sering memiliki gaya hidup yang kacau, komorbiditas psikiatri terkait, mungkin tampak
tidak teratur, dan mungkin bergantung pada obat-obatan dan alkohol untuk "bertahan".
Tidak ada kriteria khusus untuk ADHD dalam DSM-IV yang secara khusus berlaku
untuk orang dewasa. Orang dewasa biasanya mengeluhkan gangguan dalam pekerjaan dan
hubungan dengan orang lain dirumah karena impulsif, hiperaktif, dan kesulitan
memperhatikan. Mereka sering memiliki gangguan kejiwaan terkait, seperti depresi,
kecemasan, gangguan bipolar, penyalahgunaan zat, atau ketidakmampuan belajar.
ADHD bukanlah gangguan yang didapat dari kehidupan dewasa. Untuk memenuhi
syarat ADHD sebagai orang dewasa, seseorang harus memilikinya sebagai seorang anak,
meskipun beberapa gejala ADHD dapat terjadi pada orang dewasa karena cedera otak atau
penyebab organik lainnya. Gejala muncul secara konsisten sejak masa kanak-kanak, dan
tidak terjadi secara episodik.
Gangguan fungsi bersifat global tidak selektif. Dampak ADHD umumnya terlihat di
semua bidang kehidupan, pada tingkat yang lebih besar atau lebih kecil. Meskipun ADHD
dewasa adalah gangguan yang relatif umum, hanya sepertiga hingga setengah dari orang
dewasa yang percaya bahwa mereka menderita ADHD benar-benar memenuhi kriteria
formal DSM IV. ADHD dewasa yang tidak diobati atau kurang diobati dapat
mengakibatkan gangguan fungsi kerja dan kesulitan interpersonal dan hukum. ADHD pada
orang dewasa dikaitkan dengan tingkat perpisahan dan perceraian yang lebih tinggi dan
perubahan pekerjaan yang lebih sering. Perawatan farmakologis adalah terapi andalan untuk
ADHD dewasa.
ADHD diduga disebabkan oleh kombinasi kompleks faktor lingkungan, genetik, dan
biologis, dan etiologi yang tepat pada pasien tertentu mungkin tidak diketahui dan mungkin
berbeda antar individu. Ada faktor risiko prenatal dan perinatal yang terdefinisi dengan baik
untuk ADHD. Ini termasuk paparan rokok dan alkohol dalam kandungan, berat badan lahir
rendah, dan cedera otak yang terjadi dalam kandungan. Studi analisis segregasi keluarga,
kembar, adopsi, dan gen menunjukkan bahwa genetika memainkan peran utama dalam
ADHD. Kira-kira setengah dari orang tua yang didiagnosis dengan ADHD sendiri akan
memiliki anak dengan kelainan ini.
Asosiasi gen yang paling banyak diterima adalah gen D4 reseptor dopamin (DRD47).
Norepinefrin dan epinefrin juga mempengaruhi jumlah dopamin yang tersedia di lokasi
reseptor ini, dan mengapa obat yang mempengaruhi norepinefrin dan epinefrin juga dapat
mempengaruhi sistem dopamin dengan demikian memperbaiki gejala seseorang dengan
ADHD.

2. Gejala dan Tanda ADHD Dewasa?


Pasien ADHD dewasa mengeluh kesulitan berkonsentrasi, kesulitan dalam hal
memusatkan perhatian, dan gangguan pada memori jangka pendek. Kondisi psikiatri yang
paling umum yang mungkin saling bertumpang tindih dengan gejala ADHD pada dewasa
termasuk gangguan mood, gangguan kecemasan, penyalahgunaan zat, gangguan kepribadian
antisosial, retardasi mental, gangguan kepribadian serta beberapa kondisi medis lain.
Individu dengan gangguan depresi mayor (Major Depressive Disorder)mungkin
memiliki gejala seperti inatensi, serta gampang kecewa. Namun mereka mengalami
setidaknya 2 minggu dari gejala mood depresif atau kehilangan minat dan kesenangan pada
banyak aktivitas, kehilangan energi, serta gangguan pada nafsu makan.
Orang dewasa dengan gangguan bipolar, mengalami penurunan dari mood episodik
yang jelas termasuk periode kegembiraan, marah yang hebat serta iritabilitas, kebesaran, serta
menurunnya kebutuhan tidur (tidak merasa lelah), hiperseksualitas, serta pikiran bercabang.
Mereka juga mungkin memiliki gejala psikotik. Pasien dengan gangguan anxietas dapat
menunjukan gejala perilaku hiperaktivitas, seperti gelisah dan inatensi, tetapi gejala ini
diikuti oleh gejala takut dan cemas yang persisten serta gejala somatik dari gangguan
anxietas. Pada penyalahgunaan zat, gejala dengan jelas berhubungan dengan intoksikasi zat
serta diikuti gejala withdrawal.
Pasien dengan gangguan kepribadian antisosial, dibedakan dengan gejala ADHD
dengan menunjukkan gejala kepribadian antisosial yang persisten seperti berbohong,
mencuri, mengabaikan, melakukan pelanggaran. Mereka sering ditangkap dan sering
memiliki masalah hukum yang serius. Meskipun memiliki gejala yang sama dengan
borderline personalities disorder dan ADHD, yang mana termasuk impulsivitas, afek labil,
dan ledakan marah. Gejala impulsivitas dan gejala marah pada ADHD umumnya tanpa
berpikir dan singkat. Pasien dengan ADHD tidak memiliki konflik pada hubungan, rasa ingin
bunuh diri, gangguan identitas serta perasaan ditinggalkan.
Kondisi medis yang muncul pertama pada pasien dewasa dengan ADHD
hipertiroidisme, kejang, defisit pendengaran, sleep apneu dan head injury. Pasien dewasa
dengan ADHD sering berkomorbid dengan gangguan afektif, gangguan anxietas,
penyalahgunaan zat, gangguan belajar, serta gangguan kepribadian antisosial.

3. Pemeriksaan ADHD
Biasanya, diagnosis ADHD dewasa dapat ditegakkan dari riwayat gejala masa
kanak-kanak dan dewasa. Namun, satu skala penilaian berdasarkan DSM-IV untuk orang
dewasa yang dapat membantu dokter menegakkan diagnosis adalah skala penilaian Conner’s
Adult ADHD yang dinilai dokter. Ada juga skala penilaian self-reported behavior yang
mungkin bisa membantu. Ini termasuk Checklist Gejala Copeland untuk ADHD Dewasa,
skala penilaian tiga poin keparahan untuk berbagai gejala kognitif, emosional, dan sosial
yang diisi oleh pasien; skala penilaian Wender Utah, skala penilaian keparahan lima poin
retrospektif dari gejala ADHD masa kanak-kanak yang diisi oleh pasien; Brown Adult ADHD
Scale, skala penilaian frekuensi empat poin untuk gejala kognitif yang terkait dengan
kesulitan memulai dan mempertahankan tingkat gairah optimal yang diselesaikan oleh
pasien; dan Adult ADHD Self-Report Scale (ASRS), yang merupakan skala berbasis frekuensi
yang cocok dengan 18 item dalam DSM-IV, memiliki bahasa khusus orang dewasa, dan
menyertakan "konteks" situasional untuk menggambarkan gejala.

4. Penilaian Pada Intervensi Farmakologis


Tidak ada penelitian laboratorium yang tersedia saat ini untuk mendiagnosis ADHD
dewasa. Namun, psikiater harus memantau pemeriksaan fungsi hati dan Complete Blood
Count (hitung darah lengkap) baik sebelum memulai terapi dengan obat dan secara berurutan
setelahnya. Hipertiroidisme harus disingkirkan.
Riwayat kejang akan menjadi kontraindikasi relatif terhadap penggunaan stimulan
karena dapat menurunkan ambang kejang. Jika ada temuan neurologis fokal pada
pemeriksaan fisik atau jika ada riwayat cedera otak traumatis, pemeriksaan neurologis lebih
lanjut dan pemeriksaan pencitraan radiologi akan diindikasikan, tetapi sebaliknya tidak
diperlukan. Rujukan dapat dilakukan ke ahli saraf jika ada kekhawatiran tentang
ketidakmampuan belajar atau jika sulit untuk menentukan apakah gangguan tersebut terjadi
pada masa kanak-kanak. Tes neuropsikologis dapat mencakup tes kewaspadaan dengan
continuous performance testing (CPT) karena kewaspadaan ditemukan tidak normal pada
orang dewasa dengan ADHD. Juga, ada bukti bahwa orang dengan ADHD dewasa memiliki
kelainan pada kecepatan motorik perseptual, memori kerja, pembelajaran verbal,
pengelompokan semantik, dan penghambatan respons. Seorang neuropsikolog juga dapat
mencari ketidakmampuan belajar dengan menguji beberapa modalitas sensorik (misalnya,
presentasi rangsangan visual vs pendengaran) untuk menentukan apakah orang tersebut
memiliki defisit dalam satu modalitas tetapi tidak pada yang lain.
5. Terapi Farmakologis
Tujuan terapi ADHD adalah untuk mencapai peningkatan dalam hal perhatian,
akademik yang lebih baik, serta memperbaiki working memory. Terapi ADHD juga dapat
menurunkan aktivitas psikomotorik mengurangi agresi serta mengurangi perilaku yang
mengganggu. Akan tetapi, gejala sisa mungkin menetap dalam level yang rendah. Stimulan
serta obat yang menghambat reuptake norepinefrin merupakan terapi yang paling banyak
digunakan pada pasien dewasa dengan ADHD. Psikostimulan merupakan terapi lini pertama
pada pasien dewasa dengan ADHD serta terbukti dapat memperbaiki gangguan baik pada
aspek kognitif dan perilaku pada kebanyakan pasien. Sayangnya, stimulan merupakan obat
yang berpotensi untuk adiksi dan penyalahgunaan dan sejumlah pasien dengan ADHD juga
menyalahgunakan zat. Selain itu, stimulan juga memiliki resiko efek samping
kardiovaskular. Obat-obatan ini dapat meningkatkan denyut jantung dan tekanan darah yang
dapat meningkatkan resiko serangan jantung, stroke bahkan kematian.
Obat non stimulan yang telah didemonstrasikan sebagai pengobatan ADHD
atomoxetine, hanya berefek pada sistem norepinefrin. Atomoxetin merupakan anti stimulan
pertama yang telah terbukti oleh FDA sebagai terapi pada pasien ADHD pada anak-anak dan
dewasa. Obat-obatan lain termasuk antidepresan trisiklik juga juga diketahui memiliki efek
terhadap sistem norepinefrin dan serotonin, serta obat bupropion yang memiliki efek terhadap
sistem dopamin dan norepinefrin. Meskipun obat-obat ini digunakan pada pasien dewasa
dengan gejala ADHD akan tetapi belum disetujui oleh FDA sebagai pengobatan pada ADHD.

Kesimpulan

ADHD sekarang dipahami sebagai gangguan yang terus berlanjut kedewasaan pada
beberapa orang dan memiliki efek global pada kehidupan sehari-hari mereka, mempengaruhi
fungsi sosial, pekerjaan, dan relasional. Farmakologis, psikososial, dan psikoterapi berbasis
bukti intervensi yang tersedia untuk pengobatan yang efektif.

Anda mungkin juga menyukai