Anda di halaman 1dari 13

Tanda dan Gejala Skizofrenia

Secara umum gejala serangan skizofrenia dibagi menjadi 2 (dua), yaitu:


a. Gejala Positif
Gejala positif skizofrenia antara lain:
1) Halusinasi: Persepsi sensori yang salah atau pengalaman yang tidak terjadi dalam realitas.
2) Waham: Keyakinan yang salah dan dipertahankan yang tidak memiliki dasar dalam
realitas.
3) Ekopraksia: Peniruan gerakan dan gestur orang lain yang diamati klien.
4) Flight of ideas: Aliran verbalitasi yang terus-menerus saat individu melompat dari suatu
topik ke topik laindengan cepat.
5) Perseverasi: Terus menerus membicarakan satu topik atau gagasan; pengulangan kalimat,
kata, atau frasa secara verbal,dan menolak untuk mengubah topik tersebut.
6) Asosiasi longgar: Pikiran atau gagasan yang terpecah-pecah atau buruk.
7) Gagasan rujukan: Kesan yang salah bahwa peristiwa eksternal memiliki makna khusus
bagi individu.
8) Ambivalensi: Mempertahankan keyakinan atau perasaan yang tampak kontradiktif
tentang individu, peristiwa, situasi yang sama.
b. Gejala Negatif
Gejaja negatif skizofrenia antara lain:
1) Apati: Perasaan tidak peduli terhadap individu, aktivitas, peristiwa.
2) Alogia: Kecendrungan berbicara sedikit atau menyampaikansedikit substansi makna
(miskin isi pikir).
3) Afek tumpul/datar: Tidak adanya ekspresi wajah yang akan menunjukkan emosi atau
mood.
4) Asosialitas: Berkurangnya dorongan social dan interaksi
5) Anhedonia: Merasa tidak senang atau tidak gembira dalam menjalani hidup, aktivitas,
atau hubungan.
6) Avolition: berkurangnya keinginan, motivasi, atau ketekunan, terbatas dalam memulai
aktivitas
Videbeck.Sheila. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta.EGC. 2012.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang bisa dilakukan untuk pasien skizofrenia, yaitu:
a. Neuropatologi
Diagnosa definitif tidak dapat ditegakkan tanpa adanya konfirmasi neuropatologi. Secara
umum didapatkan:
1) Atropi yang bilateral, simetris lebih menonjol pada lobus temporoparietal, anterior
frontal, sedangkan korteks oksipital, korteks motorik primer, sistem somatosensorik tetap
utuh
2) Berat otaknya berkisar 1000 gr (850-1250gr).
c. Pemeriksaan neuropsikologik
Penyakit skizofrenia selalu menimbulkan gejala demensia.
1) Fungsi pemeriksaan neuropsikologik ini untuk menentukan ada atau tidak adanya
gangguan fungsi kognitif umum dan mengetahui secara rinci pola defisit yang terjadi.
2) Test psikologis ini juga bertujuan untuk menilai fungsi yang ditampilkan oleh beberapa
bagian otak yang berbeda-beda seperti gangguan memori, kehilangan ekspresi, kalkulasi,
perhatian dan pengertian berbahasa
c. CT scan:
1) Menyingkirkan kemungkinan adanya penyebab demensia lainnya selain skizofrenia seperti
multiinfark dan tumor serebri. Atropi kortikal menyeluruh dan pembesaran ventrikel
keduanya merupakan gambaran marker dominan yang sangat spesifik pada penyakit ini
2) Penipisan substansia alba serebri dan pembesaran ventrikel berkorelasi dengan beratnya
gejala klinik dan hasil pemeriksaan status mini mental.
d. MRI
1) Peningkatan intensitas pada daerah kortikal dan periventrikuler (Capping anterior horn
pada ventrikel lateral). Capping ini merupakan predileksi untuk demensia awal. Selain
didapatkan kelainan di kortikal, gambaran atropi juga terlihat pada daerah subkortikal
seperti adanya atropi hipokampus, amigdala, serta pembesaran sisterna basalis dan fissura
sylvii.
2) MRI lebih sensitif untuk membedakan demensia dari penyakit skizofrenia dengan
penyebab lain, dengan memperhatikan ukuran (atropi) dari hipokampus.
d. EEG
Berguna untuk mengidentifikasi aktifitas bangkitan yang suklinis. Sedang pada penyakit
skizofrenia didapatkan perubahan gelombang lambat pada lobus frontalis yang non spesifik.
e. PET (Positron Emission Tomography)
Pada penderita skizofrenia, hasil PET ditemukan:
1) Penurunan aliran darah
2) Metabolisme O2
3) Dan glukosa didaerah serebral
4) Up take I.123 sangat menurun pada regional parietal, hasil ini sangat berkorelasi dengan
kelainan fungsi kognisi danselalu dan sesuai dengan hasil observasi penelitian
neuropatologi.
f. SPECT (Single Photon Emission Computed Tomography)
Aktivitas I. 123 terendah pada refio parieral penderita skizofrenia. Kelainan ini berkolerasi
dengan tingkat kerusakan fungsional dan defisit kogitif. Kedua pemeriksaan ini (SPECT dan
PET) tidak digunakan secara rutin.
g. Laboratorium darah
Tidak ada pemeriksaan laboratorium yang spesifik pada penderita skizofrenia. Pemeriksaan
laboratorium ini hanya untuk menyingkirkan penyebab penyakit lainnya seperti pemeriksaan
darah rutin, B12, Calsium, Posfor, BSE, fungsi renal dan hepar, tiroid, asam folat, serologi
sifilis, skreening antibody yang dilakukan secara selektif.
Townsend, M. C. Psychiatric Mental Perawatan Kesehatan: Konsep Perawatan di Bukti-Based
Practice 6 Ed. FA Davis Press. 2018.

Diagnosis Banding
Karena gejala psikotik dapat bermanifestasi dalam berbagai gangguan mental lainnya, ada
perbedaan luas untuk skizofrenia, termasuk pada:
 Gangguan psikotik yang diinduksi zat
 Gangguan mood dengan fitur psikotik
 Gangguan terkait tidur
 Gangguan delusional
 Gangguan kepribadian paranoid
 Gangguan kepribadian skizotipal
 Gangguan perkembangan pervasif
 Psikosis sekunder karena penyebab organik
Hany M, Rehman B, Azhar Y, et al. Schizophrenia. [Updated 2023 Jan 30]. In: StatPearls
[Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2023 Jan-. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK539864/

Kriteria Diagnosis
Kriteria diagnosis skizofrenia pada PPDGJ-III atau ICD-10 yakni sebagai berikut :
a. Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang sangat jelas (dan biasanya dua gejala atau
lebih bila gejala-gejala tersebut kurang jelas) :
1) Isi pikiran
a) Thought echo yaitu isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema dalam
kepalanya dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya sama, namun kualitasnya berbeda;
b) Thought incertion or withdrawal yaitu isi pikiran yang asing dari luar masuk ke dalam
pikirannya atau isi pikirannya diambil keluar oleh sesuatu dari luar dirinya; dan
c) Thought broadcasting yaitu isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang lain atau
umum mengetahuinya.
2) Waham atau Delusinasi
a) Delusion of control yaitu waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu kekuatan
tertentu dari luar;
b) Delusion of influence yaitu waham tentang dirinya dipengaruhi oleh suatu kekuatan
tertentu dari luar;
c) Delusion of passivity yaitu waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah terhadap
suatu kekuatan dari luar;
d) Delusion perception yaitu pengalaman indrawi yang tak wajar, yang bermakna sangat
khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau mukjizat.
3) Halusinasi berupa suara yang berkomentar secara terus menerus terhadap perilaku pasien
yang mendiskusikan perihal pasien di antara mereka sendiri; atau jenis suara halusinasi
lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh.
4) Waham-waham menetap lainnya, yang menurut budaya setempat dianggap tidak wajar
dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal keyakinan agama atau politik tertentu atau
kemampuan di atas manusia biasa.
b. Atau paling sedikitnya dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara jelas:
1) Halusinasi yang menetap dari panca indera apa saja , apabila disertai baik oleh waham
yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa kandungan afektif yang jelas,
ataupun disertai oleh ide-ide berlebihan (over-valued ideas) yang menetap, atau apabila
terjadi setiap hari selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan terus menerus.
2) Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan (interpolation) yang
berakibat inkoherensia atau pembicaraan yang tidak relevan atau neologisme.
3) Perilaku katatonik seperti keadaan gaduh gelisah (excitement), posisi tubuh tertentu
(posturing) atay fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme, dan stupor.
4) Gejala negatif seperti sikap apatis, bicara yang jarang dan respons emosional yang
menumpul tidak wajar, biasanya yang mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial
dan menurunya kinerja sosial, tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak
disebabkan oleh depresi atau medikasi neureptika.
c. Adapun gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun waktu satu bulan
atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik prodromal);
d. Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan (overall
quality) dari beberapa aspek perilaku pribadi (personal behavior), bermanifestasi sebagai
hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak berbuat sesuatu, sikap larut dalam diri sendiri
(self absorbed attitute), dan penarikan diri secara sosial.

Penatalaksanaan
Tujuan utama dari skizofrenia adalah mengembalikan fungsi normal klien, serta
mencegah kekambuhannya. Belum ada pengobatan dalam masing-masing subtipe skizofrenia.
Dibawah ini termasuk penatalaksanaan pada skizofrenia :
1. Terapi farmakologi
Obat-obatan yang digunakan dalam terapi farmakologi skizofrenia yaitu golongan obat
antipsikotik. Obat anti psikotik terbagi menjadi dua golongan, yaitu :
a. Antipsikotik tipikal
Merupakan antipsikotik generasi lama yang mempunyai aksi seperti dopamin. Antipsikoti
ini lebih efektif untuk mengatasi gejala positif pada klien skizofrenia. berikut ini yang
termasuk golongan obat antipsikotik tipikal :
1) Chlorpromazine dengan dosis harian 30-800 mg/hari
2) Flupenthixol dengan dosis harian 12-64 mg/hari
3) Fluphenazine dengan dosis harian 2-40 mg/hari
4) Haloperidol dengan dosis harian 1-100 mg/hari
b. Antipsikotik atipikal
Aksi obat ini adalah mengeblok reseptor dopamin yang rendah. Antipsikotik atipikal ini
merupakan pilihan dalam terapi skizofrenia karena mampu mengatasi gejala positif
maupun negatif pada pasien skizofrenia. berikut ini adalah daftar obat yang termasuk
golongan obat antipsikotik atipikal :
1) Clozapine dosis harian 300-900 mg/hari
2) Risperidone dosis harian 1-40 mg/hari
3) Losapin dosis harian 20-150 mg/hari
4) Melindone dosis harian 225 mg/hari
2. Terapi Elektrokonvulsif (ECT)
3. Pembedahan bagian otak
4. Perawatan di rumah sakit
5. Psikoterapi
a. Terapi psikoanalisa
Pada terapi ini menyadarkan seseorang terhadap masalah pada dirinya dan membuat
mekanisme pertahanan dengan tujuan supaya cemasnya dapat terkendalikan.
b. Terapi Perilaku
Ada dua bentuk program psikososial untuk meningkatkan fungsi kemandirian,
diantaranya :
1) Social Learning Program : klien skizofrenia untuk mempelajari perilaku yang sesuai
2) Social Skills Training : melatih penderita mengenai ketrampilan atau keahliannya.
c. Terapi Humanistik
d. Terapi kelompok dan keluarga
Prognosis
Pada skizofrenia, prognosis tergantung pada beberapa faktor. Onset berbahaya, onset masa
kanak-kanak atau remaja, penyesuaian premorbid yang buruk, dan gangguan kognitif merupakan
indikasi hasil prognostik yang buruk, sedangkan onset akut, jenis kelamin perempuan, dan
tinggal di negara maju menandakan faktor prognostik yang relatif lebih baik. Namun, bunuh diri
adalah penyebab paling umum kematian dini pada skizofrenia, dengan dua pertiga pasien
melaporkan setidaknya satu episode ide bunuh diri.
Ventriglio A, Gentile A, Bonfitto I, Stella E, Mari M, Steardo L, Bellomo A. Suicide in the Early
Stage of Schizophrenia. Front Psychiatry. 2016;7:116.

HALUSINASI SENESTETIK. Halusinasi senestetik menapaka sensasi tak berdasar akan adanya
keadaan urgan tubuh yang terganggu. Contoh balusinasi senestetik mencakup sensasi ter- bakar
pada otak, sensasi terdonong pada pembuluh darah, sem sensasi tenusik pada sumsum tulang
cerewet serta mungkin mempertontonkan postur bizar (Ghr. 10- 1) Perilaku mereka dapat
menjadi teragitasi atau kasar, yang lampaknya tanpa provokasi namun biasanya merupakan
respons terhadap halusinasi. Sebaliknya, pada stupor katonik, yang sering disebut sebagai
katatonia, pasien tampak tak bernyawa dan mungkin menunjukkan tanda seperti membisu,
segaivisme, das kepatuhan otomatis Fleksibilitas seren, yang dahulu merupa kan tanda umum
kalatenia, kini jarang dimakan. Seseorang de ngan sublipe kasafoeda yang tidak terlalo ekstrim
dapat menunjuk- kan penarikan sosial yang nyata dan egosentrisitas, kurang pembicaraan atau
pergerakan spaman, serta tidak ada perilaku yang bertujuan Pasien dengan katatonia dapat duduk
tak bergerak dan membisu di kursi, hanya merespons pertanyaan dengan jawaban singkat, dan
bergerak hanya bila diarahkan, Penaku nyata lainnya dapat meliputi kekikyakan yang anch atau
kekakuan pergerakan tubuh, saatu anda yang kini dianggap mengindikas kan proses penyakit
ganglia basis. Pasien skizofrenia seringkali tampil tidak rapi, tidak mandi, dan berpakaian terlalu
tebal untuk temperatur yang ada Perilaku anch lainnys mencakup tik, stereo- tipi, munerisme,
dan, kadang-kadang, ekopaksa, yaitu pasien yang menini postur atau perilaku pemeriksa husa
Schagaimana dibedakan dari labisini merupa kan distorsi cara atau sensasi yang nyata sementars
halusina tak didasarkan pada citra atau sensasi yang nyata. Ilusi dapat terjadi pada pasien
skizofrenik selama fase aktif, namun dapat pula terjadi selama fase prodromal dan selama
periode remisi. Bila usi atau halusinasi terjadi, kiinisi sebaiknya memper timbangkan
kemungkinan adanya kausa terkait at untuk gejala tersebar, balikan jika pasien telah didiagnosis
skizofrenis Pikiran. Gangguan pikiran merupakan gejala yang paling sulit dipahami banyak
klinisi dan mahasiswa namun mungkin menjadi gejala i skizofrenia. Pembagian gangguan pikir
mes jadi gangguan isi pikir, benink pikir, dan proses pikir adalah salah salu cara menjaminkanny
a Ist PR Gangguan isi pikir mencerminkan ide, kepercayaan, dan interesi pasien seifiadap
rangsang Waham, contoh gang- guan isi pikir yang paling jelas, bervariasi pada skizofrenia dan
dapat berbentuk kejar (persekutorik), kebesaran, religios, atse somatik. PERASAAN PREKOKS
Sejumlah klinisi berpengals - laporkan adanya perasaan prekoks, yaitu suatu pengalaman intuitif
akan ketidakmampuan mereka untuk membangun rapport mosional dengan sering pasien. Meski
pengalaman ini lazin dijumpai, tidak ada data yang mengindikasikan bahwa hal tersebut
merupakan kriteria yang sahih atau dapat diandalkan dalam diagnosis skizofreni Pasien mungkin
percaya bahwa suatu entitas ar mengen dalikan pikiran atau perilakunya atau sebaliknya, baliwa
dini mereka mengendalikan peristiwa di luar dalam suat cara yang tuar hiast (sebagai contoh,
menyebabkan murit dans benam mencegah terjadinya gempa bumi). Pasien mungkin mengalami
perokupusi dengan ide-kle esmerik abstrak, simbolik, psikologis, mas desnis yang intens dan
menyita perhatianya Pasien ja mungkin mengkhawatirkan kondisi somatik yang dikatakan dapat
mengancam nyawa namun bizar dan tidak masuk skal seperti adanya makhluk luar angkasa di
dala estis pasien yang mempengaruhi kemampuannya mempunyai anak Mood, Perasaan, dan
Afek. Dun gejala afektif yang umum pads skizofrenia adalah menurunnya responsivitas
emosional werkadang cukup parah hingga dapat disebut sebagai anhedonia, serta emosi yang
tidak tepat dan sangai aktif seperti kemarahan. kebahagiaan, dan ansietas yang ekstrims. Afek
yang darar menumpul dapat menjadi gejala penyakit itu sendiri, efek samping parkinsonian
pengobatan antipsikotik atau depresi, dan pon bedaan gejala ini dapat menjadi suatu tangan klinis
Pasien yang sangat emosional dapat menggambarkan kegembiraan karena merasa omnipoten,
kegembiraan religius, seror akan dis- integrasi jiwanya, utaa ansietas yang melumpuhkan
mengenai kehancuran alam semesta Nada perasaan lain mencakup ke- bingungan, teror, perasaan
terisolasi, ambivalensi yang berlebih- serta depresi. (Ciangguan depresif puscapsikotik pada
skizu enia didikan lebih lanjut pada Bagian 14.43 Frasa hilaga batasan ego menggambarkan
kurangny heidean yang jenti akan di mana bulas, pikiran, dan pengaruh diri pasien berakhir, serta
di mana badan pikiran, dan pengaruh objek bemgaws dan tidak bernyawa lain dimulas. Sebagai
contoh, pasien mungkin berpikir bahwa orang lain, televisi, atau surat kabar membuat rujukan
akan dirinya (ide rujuk. Gejala lais hilangnya batasan ego meliputi perasaan bahwa pasien telah
beriusi secara fisik dengan suatu objek luar (contohnya. pobo at orang lain atan bahwa pasien
selali mengalami disintegrasi dan berfusi dengan semesta alam. Dengan keadaan pakaran seperti
ini, sejumlah pasion skizofrenia meragukan jenis kelamin atau orientasi seksualnya. Gula ini
sebaiknya jangan dikelirukan dengan transvestisme, transeksualitas, atau homoseksualitas
Gangguan Perseptual. Panca indera yang manapun dapat dipengaruhi pengalaman halusinatorik
pada pasien skizofrenia. Meski demikian, halusinasi yang paling umum adalah auditorik, dengan
suara-suara yang seringkali mengancam, bersifat cabal, menuduh ata menghisa Dua atau lebih
susra dapat saling bercakap-cakap, atau sati suara dapat mengomentari kehidup an atau perilaku
pasien. Halusinasi visual juga lazim, namun halusinasi taktil, ulfaktorik, dan gustatorik tidak bisa
dijumpai alanya hatusitusi semacam itu seyogianya mendorong klicisi untuk mempertimbangkan
kemungkinan gangguan neologis atau medis yang mendasari yang menyebabkan keseluruhan
sindrom BENTUK PIKIR. Gangguan hentak pikir secara objektif dapat diamati pada bahasa
tidur atau tertulis seorang pasien Ganggan ini mencakup asasiasi longgan meluntur, inkoherens,
tangent- sialitas, sirkumstansialites, neologisme, ekolalin, verbigerasi. word salad, dan mutisme.
Meski asosiasi long dahulu disebut pzogsoonik untuk skizofrenia, gejala ini juga sering terdapat
pada mania. Membedakan amara asosiasi longgar dan tange membunuh seseorang, data yang
tersedia mengindikasikan bahwa pasies semacam ini tidak lebih mungkin melakukan pembunuh
dibanding anggota populasi umum Saat seorang passen skin- frenin benar-ben melakukan
pembunuhan, hal au mungkin di- lakukan dengan alasan yang aneh atau tak disangka-sangka
yang didasarkan pada halusinasi na waham. Kemungkinan perkiraan dilakukannys penshushian
adalah riwayat tindak keserasom sebelumnya perilaka berbahaya saat dirawat inap dan halusinasi
atau walim yang melibatkan kekerasan semai silitas dapan menjadi salir bahkan untuk klimisi
yang paling be pengalaman sekalipun, PROSES PIKIR Gangguan proses pikir menyangkut
Bagaimana sualu ide dam bahasa dirumuskan Pemeriksa menyimpulkan Suatu gangguan dari
apa dan bagaimana pasien berbicara, menulis, atau menggambar. Pemeriksa juga dapat mengkaji
proses pikir pasion dengan mengamati perilakunya, terutama dalam mengerj kan ragas yang
diskret, contohnya pada terapi okupesional Gang guan proses pikir meliputi Might, bloking
pikiran, atensi erganggu, miskin isi pikir, kemampuan abstraksi buruk, per severasi, asosiasi
idiusinkratik (sebagai comoli, geedikat identik dan asosiasi bunyi), ovetinkasi, dan
sirkumstansialitas. Sensorium dan Kognisi Orientasi. Pasien skizofrenia biasanya bercelentasi
terhadap nrang, waka dan temput. Tidak adanya orientasi semacam itu seyogianya
mengharuskanklinisi umk menyeliki kemungkinan adanya gangguan otak neurologis atau medis,
Beherpa pasien skizofrenia mungkin memberikan jawaban yang salal atau bizar terug pertanyaan
tentang orientasi, sebagai contoh, "Saya adalah Kristus surga; stan sekarang tahun 35 M."
Impulsivitas, Kekerasan, Bunuh Diri, dan Pembunuhan. Pasies skizofrenia mungkin menjadi
teragitasi dan memiliki pengendalian impuls yang minim sair sedang sakit. Mereka juga
mungkin mengalami sensitivitas susial yang berkurang dan tampak impulsif saat, conlofeya,
merebut rokok pasien lanh Liba mengganti saluran esis, tau melempar macanan ke lantai.
Beberga perilaku yang tampak impulsi, termasuk percobaan bunuh diri dan pembunuhan,
mungkin mengokan respons ter- adap halusinasi yang memeriahkan pasien untuk bertindak
Memori. Memori seperti yang diajikan pada pemeriksaan sajus mental, bisaya intak. Namun,
serkadang mustahil pag minta pasien mengerjakan uji mimari dengan baik agar kemampu
unyadapan likaji secara sekur KEKERASAN. Perilaku kekerasan (dak termasuk pembunuhan)
lazim dijumpai di antara pasien skizofresik yang tak diobatt Waham yang bersifat keja, episode
kekemsan sehelamnya, dan defisit urologis monipakan faktor risiko perilaku kekeras a impulsif
Penatalaksanaan mencakup pengobatan aipsikotik yang sesuai. Penangan dievem terdiri dari
penahanan dan penguin Sodas dengan lorazepam (Ativan), I sampai mg muskular, diulang tiap
am bila periu, mimes in dibutuhkan untuk mencegah pasien melaka orang lam, Bila seorang
klinisi mendapati diriga ketakutan atas ketadiran seorang pasien ski- zotrok, hal nu seyogianya
dianggap schigal peunjuk intomat bahwa pasien mungkin berada di ambang batas untuk
melakukan kekerasan. Pada kasus semacam itu sawa shakya d akhiri atau dilakukan dengan
disertai petugas yang siap sedia Daya Nilai dan Tilikan. Secara klasik, pasion skil digambarkan
memiki iken buruk terhadap sifat dan kepamban gangguannya. Hal yang disebut tilikan kurang
dikaitkan dengan Funya kepnuharteradap pengabatan Saat memeriksa pasien skizofrenik, klinisi
sebaiknya mendefinisikan secara cenar ber bagi aspek tilikan, seperti kewaspadan akan gejala,
kesolitam Bergnol derin orang dan alasan mis masalah-masalah tersebu Informasi semacam its
dapat bermanfaat secara klinis dalam me entukan strategi pengobatan dan saan teretis bergunak
memformulasikan ares otak yang berperan dalam tilikan kurang yang diamati tersebut
(contohnya, lobus parcial) Reliabilitas. Seorang pasien skizofrenia tidak kurung depar dipercaya
dibanding pasien psikiatrik lain. Namun, saft gang- guan tersebut mengharuskan pemeriksa
untuk memerasa kembali informasi yang penting dari sumber tambahan BUNUH DIRI Kurang
lebin 50 persen dari semus pasien skizofrenik mencuba bunub din, dan 10 sampai 15 persen
pasien skizofrenia meninggal akibat bunuh diri. Mungkin faktor yang palm tidak diperhitungkan
yang terlibat dalam kasus bunch din pasien mi adalah depress yang salah didiagnosis sebagai
afek mendatar atau efek simpang abat Faktor pemicu lin untuk bunuh diri mencakup perasaan
kelisempaan absolut kebutuhan melarikan diri dari penyiksaan mental, atau halusinasi auditorik
yang me rintahkan passen membunuh diri sendiri. Faktor risiko bunul din adalah kesadaran
pasien akan penyakitnya, jenis kelamin pa pendidikan universitas, usa mida perubahan
perjalanan penya- kit, perbiskan setelah relaps, betergantungan pada rumah sakit. ambis yang
terlalu tinggi, percobaan bunuh diri sebelumnya pada awas perjalanan penyakit, serta singgal
seorang din. Di rumah sakit, pasien schaiknya dipantan secara ketat bila mereka her polebuli diri
Temuan Neurologis Tanda neumologis yang teriokaletasi dan yang tidak terlokalisas (juga
dikenal sebagai tanda keras dan book bertan) dilace kan terjadi lebih sering poda pasien
skizofrenia dibanding pasien psikiatrik lain. Tanca tak terlokalisasi melipat disiacokekinesia,
asferengnosis, reflicks primitil sam berkampija ketangkasan Adanya tanda dan gejala neurologis
berkorelasi dengan mening kamnya keparahan penyakit, penumpukan afck, Jan prognosis yang
buruk. Tenda neurologis abnormal lam meseskutik, sero tip menyeringai, terganggunys
keterampilan motorik balus, tonus motorik abcrmal, dan gerakan abnormal. Satu studi me-
nemakan bahwa hanya sekitar 25 persen posies skizofrenia yang menyadar gerakan involunter
abnormalnya dan bahwa kurangnya Walaupun timbul perhatian sensasional yang kesadaran
berkorelasi dengan kurangny
pasien menanjakkan adanya gejala yang tak lazim att jag maupun setiap variasi tingkat
kesadaran. Kedas, klinisi sebaiknya. mencoba memperoleh riwayat keluarga yang lengkap,
termasuk riwaya gangguan medis, neurologis, dan pukinik. Ketiga kimisi sebaiknya
mempertimbangkan kemungkinan kondisi medis non- psikiatrik, bahkan pada pasien yang
sebelumnya didiagnosis kizofrenia. Pasien skizofrenia mentiliki keinungkinan yang sama. seperti
pasien nonskizofrenik untuk mengalami tumor otak yang menimbulkan gejala pikn Pemeriksaan
Mala. Selain gangguan pencarian okular halus (gakan sakadik), pasion skizofrenia memiliki
tingkat ber kedip yang meningka Peningkatan tingkal berkedip dianggap mencerminkan aktivitas
hiperdopaminergik. Pada prinnala, ber kedip dapat ditingkatkan oleft agonis dopamin dan
dikurangi oleh Pembicaraan. Meski gangguan bicara pada skizofrens (sebagai contoh, wsestasi
longgar) secara klasik dianggap meng kasikan suatu gangguan pemikiran, hal ini juga dapat
memanda kan suatu forme fate (manifestasi penyakit yang tipikal dan biasanya bersifat abortif
pen) afasia, yang mungkin melibatkan labus parietal yang dominan Ketidakmampuan pasien
skizo frenik memahami ata mengatur intensi pembesaran digat de libat sebagai suatu gejala
neurologis gangguan lobos parietal nondominan. Gejala lirobus perictal lain pada skizofrena
men- cakup ketidakmampuan mengerakan sagas (yaitu, option, dis arsentasi kiri-kann, das
kurangnya keprihatinan akan gangguan Berpura-pura (Malingering) dan Gangguan Buatan. Pada
pasien yang weens gejala skizofrenia nomm sebenarnya tidak mengidap gangguan tersebut,
herpura-pura atau gangguan bustan mungkin merupakan diagnosis yang sesuai. Orang dapat
memalsukan gejala skizofrenik dan dimasukkan serta dirawat d rumah sakit psikiatrik. Kondisi
pasien yang sepenuhnya dapat mengendalikan produksi gejala mereka mungkin memes syarat
untuk diagnosis berpura-pura: pasien semacam biasanya mempunyai suatu alasan hukum atau
finansial yang jelas untuk dapat denggi menderita sakit jiwa. Kondisi pasien yang tidak terlalu
dapat mengendalikan pemalsuan mereka akan gejala psiko- tiknya mungkin sesuai untuk
diagnosis gangguan balan. Meski demikian, sejumlah pasien skizofrenia dapat memalsuka kelan
eksas basi gejala psikotik untuk memperoleh peningkatan ke untungan pendampingan mas mink
dpat kembali dirawat ap (Gangguan hintan merupakan subjek Bab 16). Temuan Fisik Lain
Meningkatnya insidensi memali isik muce dikaitkan dengan diagnosis skizofreniz, Anumali san
ini, yang paling sering dikaitkan dengan labip awat pertumbuhan janin das enbrio, hiasanya
selama trimester pertama, dilaporkan terjadi pada 30 sampai 75 persen pasien skizofrenia,
dibandingkan sampai 13 persen pada popolisi umum. Sejumlah studs terkini mengesankan
bahwa alisersebut lebih sering terjadi pada pria daripada wanita dan mungkin terkait faktor
genclik, meski penyalit obstetrik tidak dapat disingkirkan sebagai faktor kausatif. Me- ainum air
secara kompulsif dapat terjadi pada beberapa pasion yang dapat menghabiskan hingga 10 1 pes
hari dan mengalam Gangguan Psikotik Lain Gejala psikotik pada skizofrenia dapat identik
dengan gangguse skizofrenito gangguan psikerik singkat, ganggan skizonekal dan gangguas
walam Gangen skeefenform berbeda dan skizofrenia berupa pelas yang berdurasi seraknys 1
bulan tape kurang dari bulan Gungguan prikotik algkar merupakan diag nesis yang sesuai bila
gejala berlangsung setidaknya hari tapi kurang dari belan dan bila passen tidak kembali ke
keadaan fungsi praorbidaya dalam waktu tersebut his sun sindren manika depresif terjadi
bersamaan dengan gejala utama skizu , skiconfektif adalah diagnosis yang tepat. Waham bizar
yang timbul selama sekurangnya I bilan tampa gejala skizofrenia lain atau gangguan mood pat
didiagnosis sebagai PENILAIAN DIAGNOSIS Gangguan Psikotik Sekunder Serangkaian besar
kondisi medis conpsikiatrik serta berbaga dapat mengindeksi gejala psikosts clan katatonia.
Diagnosis yang paling tepat untuk psikosis alau katatonia semacam itu adal gangguan psikotik
akibat kondisi medis umum, gangguan kato Indikas 201. Manifestasi psikiatrik berbagai kondisi
medis o psikiatrik dapat muncul pada awal perjalanan penyakit, seringkali sebelum
berkembangnya gejala tain. Oleh sebab itu klinisi harus mempertimbangkan serangkaian luas
kondisi medis nonpsikik pada diagnosis banding psikosis, bahkan pada keda tidak aya gejala isik
yang nyata. Pasien dengan ganggan neur logismya lebih memiliki nikan terhadap penyakitnya
dan lebih menderita akibat gejala psikiatrik daripada pasien skice fret. Fakta ini dapat membantu
klinisi membedakan kedua kelompok pasión terseb Gangguan Mood Diagnoses banding antar
skizofreniz dan gangguan mood mungkin sulit dilakukan namun harus dibuat karena tersedianya
pergsbatan spesifik die efecti ak sa dam depress Di bandingkan durasi gejala primer, gejala
afektif atau mod pada skizofrenia semestinya singkat. Sebelum membuat diagnosis skrenia yang
terlalu dini dan tangs informasi baselin yang diperoleh dari satu pemeriksaan status mental sau,
klinis seyugianya menunda diagnosis akhir atau sebaiknya mengasamsi Ban adanya canan mond
Sercial remisi dan suam enisxde

Anda mungkin juga menyukai