Anda di halaman 1dari 5

ASKEP ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS

1. AUTIS
Definisi
Autisme adalah kumpulan kondisi kelainan perkembangan yang ditandai dengan kesulitan
berinteraksi sosial, masalah komunikasi verbal dan nonverbal, disertai dengan pengulangan
tingkah laku dan ketertarikan yang dangkal dan obsesif. Penyebab autisme adalah
multifaktorial. Faktor genetik maupun lingkungan diduga mempunyai peranan yang
signifikan.
Epidemologi
Menurut CDC, autisme terdapat pada 1 dari 166 kelahiran. Berdasarkan statistik Departemen
pendidikan Amerika Serikat angka pertumbuhan autisme adalah 10-27 persen per tahun.
National Institute of Mental Health Amerika (NIMH) memperkirakan antara 2 dan 6 per 1000
orang menderita autisme. Insiden autisme konsisten di seluruh dunia tapi prevalen laki-laki
empat kali lebih besar dari padapada perempuan
ETIOLOGI
Penyebab autisme adalah multifaktorial. Faktor genetik maupun lingkungan diduga
mempunyai peranan yang signifikan. Sebuah studi mengemukakan bahwa apabila 1 keluarga
memiliki 1 anak autis maka risiko untuk memiliki anak kedua dengan kelainan yang sama
mencapai 5%, risiko yang lebih besar dibandingkan dengan populasi umum. Di lain pihak,
lingkungan diduga pula berpengaruh karena ditemukan pada orang tua maupun anggota
keluarga lain dari penderita autistik menunjukkan kerusakan ringan dalam kemampuan sosial
dan komunikasi atau mempunyai kebiasaan yang repetitif. Akan tetapi penyebab secara pasti
belum dapat dibuktikan secara empiris.
PATOFISIOLOGI
Saat ini telah diketahui bahwa autisme merupakan suatu gangguan perkembangan, yaitu suatu
gangguan terhadap cara otak berkembang. Akibat perkembangan otak yang salah maka
jaringan otak tidak mampu mengatur pengamatan dan gerakan, belajar dan merasakan serta
fungsi-fungsi vital dalam tubuh. Penelitian post-mortem menunjukkan adanya abnormalitas
di daerah-daerah yang berbeda pada otak anak-anak dan orang dewasa penyandang autisme
yang berbeda-beda pula. Pada beberapa bagian dijumpai adanya abnormalitas berupa
substansia grisea yang walaupun volumenya sama seperti anak normal tetapi mengandung
lebih sedikit neuron. Kimia otak yang paling jelas dijumpai abnormal kadarnya pada anak
dengan autis adalah serotonin 5-hydroxytryptamine (5-HT), yaitu sebagai neurotransmiter
yangbekerja sebagai pengantar sinyal di sel-sel saraf. Anak-anak penyandang autisme
dijumpai 30-50% mempunyai kadar serotonin tinggi dalam darah. Perkembangan
norepinefrine (NE), dopamin (DA), dan 5-HT juga mengalami gangguan.
GEJALA KLINIS
Biasanya tidak ada riwayat perkembangan yang jelas, tetapi jika dijumpai abnormalitas
tampak sebelum usia 3 tahun. Selalu dijumpai hendaya kualitatif dalam interaksi sosialnya
yang berupa tidak adanya apresiasi adekuat terhadap isyarat sosio emosional, yang tampak
sebagai kurangnya respon terhadap emosi orang lain dan atau kurang modulasi terhadap
perilaku dalam konteks sosial; buruk dalam menggunakan isyarat sosial dan lemah dalam
integrasi perilaku sosial, emosional dan komunikatif; dan khususnya, kurang respon timbal
balik sosio-emosional
MANIFESTASI KLINIS
a. Gangguan dalam komunikasi verbal maupun non verbal
b. Gangguan dalam bidang interaksi sosial
c. Gangguan dalam bermain
d. Gangguan perilaku
e. Gangguan perasaan dan emosi
f. Gangguan dalam persepsi sensori
g. Intelegensi
Asuhan Keperawatan
Pengkajian
a.       Factor predisposisi
b.      Psikososial
c.       Konsep diri
d.      Staus mental
e.       Mekanisme koping
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul
a. Ketidakmampuan Koping Individu
b. Harga Diri Rendah
c. Kurangnya pengetahuan

Diagnosa Keperawatan :

1.  Ketidakmampuan koping individu berhubungan dengan tidak adekuat keterampilan


pemecahan masalah.

2. Harga diri rendah berhubungan dengan respon negatif teman sebaya, kesulitan dalam

3. Kurang pengetahuan pada orang tua berhubungan dengan cara mengatasi anak dengan
kesulitan belajarberkomunikasi.

INTERVENSI

a.  Ketidakmampuan koping individu berhubungan dengan tidak adekuat keterampilan


pemecahan masalah. Tujuan : Klien mampu memecahkan masalah dengan koping yang
efektif

b. Harga diri rendah berhubungan dengan respon negatif teman sebaya, kesulitan dalam
berkomunikasi. Tujuan : klien dapat meningkatkan kepercayaan dirinya
c. Kurang pengetahuan pada orang tua berhubungan dengan cara mengatasi anak dengan
kesulitan berkomunikasi. Tujuan : pengetahuan keluarga bertambah

Askep Adhd

Anak hiperaktif adalah anak yang mengalami gangguan pemusatan perhatian dengan
hiperaktivitas (GPPH) atau attentiondeficitandhyperactivitydisorder (ADHD)

KLASIFIKASI

Ada tiga tipe anak hiperaktif yaitu :Tipe anak yang tidak bisa memusatkan perhatian (in-
atensi), Tipe anak yang hiperaktif dan impulsive, Tipe gabungan (kombinasi)

PENGKAJIAN

Menurut Hidayat (2005) pengkajian perkembangan anak berdasarkan umur atau usia anak
antara lain :

1. Neonatus (0-28 hari)\

2. Masa bayi / Infant (28 hari - 1 tahun)

3. Masa Toddler

4. Masa Prasekolah (Preschool)

5. Waktu schoolage

6. Masa adolensence

Menurut Videbeck (2008) pengkajian anak yang mengalami Attention Deficyt Hiperactivity
Disorder (ADHD) antara lain:

1. Pengkajian riwayat penyakit

2. Penampilan umum dan perilaku motorik

3. Mood dan afek

DIAGNOSA

Beberapa diagnosa yang mungkin muncul pada kasus anak dengan hiperaktivitas antara lain :

1. Harga diri rendah situasional berhubungan dengan koping individu tidak efektif.
Tujuan : Anak memperlihatkan perasaan-perasaan nilai diri yang meningkat saat
pulang, dengan : Kriteria hasil : Ekspresi verbal dari aspek-aspek positif tentang diri,
pencapaian masalalu dan prospek-prospek masa depan

2. Risiko cedera berhubungan dengan hiperaktivitas dan perilaku impulsif. Tujuan :


Anak tidak akan melukai diri sendiri atau orang lain dengan kriteria hasil : Darurat
dipertahankan pada tingkat di mana pasien merasa tidak perlu melakukan regresi.,
Anak mencari staf untuk mendiskusikan perasaan – perasaan yang sebenarnya,
Anak mengetahui mengungkapkan dan menerima kemungkinan konsekuensi dari
perilaku maladaptif diri sendiri.

3. Ketidakefektifan koping  individu berhubungan dengan kelainan fungsi dari system


keluarga dan perkembangan ego yang terlambat, serta penganiayaan dan
penelantaran anak. Tujuan: Anak mengembangkan dan menggunakan keterampilan
koping yang sesuai dengan umur dan dapat diterima sosial dengan kriteria hasil:
Anak mampu penundaan pemuasan terhadap keinginannya, tanpa terpaksa untuk
menipulasi orang lain,  Anak mampu mengekspresikan kemarahan dengan cara yang
dapat diterima secara sosial, Anak mampu mengungkapkan kemampuan-
kemampuan koping alternatif yang dapat diterima secara sosial sesuai dengan gaya
hidup dari yang ia rencanakan untuk menggunakannya sebagai respons terhadap
rasa frustasi

ANAK DENGAN RETARDASI MENTAL

Retardasi mental (RM) adalah fungsi intelektual di bawah angka 7, yang muncul bersamaan
dengan kurangnya perilaku adaptif, serta kemampuan beradaptasi dengan kehidupan sosial
sesuai tingkat perkembangan dan budaya.

Klasifisikasi Retardasi Mental : RM ringan, sedang, berat, sangat berat

MASALAH KEPERAWATAN YANG TIMBUL

1.Kerusakan interaksi sosial berhubungan dengan gangguan neurologis. Tujuan : klien mau
memulai berbicara dengan orang lain. Intervensi Keperawatan (Manajemen Periaku :
Menyakiti Diri) : Gunakan pendekatan yang tenang dan tidak menghukum pada saat
menghadapi perilaku menyakiti diri, Sebelumnya menetapkan konsekuensi apabila pasien
masih melakukan tingkah laku menyakiti diri, Lakukan kontak dengan pasien untuk tidak
menyakiti diri, dengan cara yang tepat, Tempatkan pasien pada lingkungan yang lebih
terlindungi (misalnya, areaterbatas atau seklusi) jika pasien menyakiti diri atau tingkah llaku
menyakiti diri mucul, Sediakan pendidikan tentang penyakit pada pasien atau SO jika tingkh
laku menyakiti diri muncul dikarenakan sakit (misalnya, borderline personality disorder, atau
autisme)

2.Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan stimulasi sensori yang kurang, menarik
diri. Tujuan : klien dapat berkomunikasi dan mengungkapkan perasaan kepada orangtua.
Intervensi Keperawatan (Peningkatan Komunikasi : Kurang Pendengaran) : Dapatkan
perhatian pasien sebelum berbicara (yaitu; mendapatkan perhatian melalui sentuhan) Hindari
lingkungan yang berisik saat berkomunikasi, Gunakan gerakan tubuh bila diperlukan, Hadapi
pasien secara langsung, bangun kontak mata dan hindari berpaling di tengah kalimat
Sederhanakan bahasa, dengan cara yang tepat (yaitu: tidak menggunakan bahasa gaul, dan
gunakan kalimat-kalimat yang pendek dan sederhana)

3. Risiko mutilasi diri sendiri berhubungan dengan gangguan neurologis. Tujuan : Klien tidak
menyakiti diri. Intervensi keperawatan (Bantuan Kontrol Marah): Bangun rasa percaya dan
hubungan yang dekat dan harmonis dengan pasien, Gunakan pendekatan yang tenang dan
meyakinkan, Cegah menyakiti secara fisik jika marah diarahkan pada diri atau orang lain
(misalnya dengan menggunakan pengekangan dan memindahkan senjata yang mematikan),
Dorongan penurunan aktivitas yang sangat kuat (misalnya, dengan memukul tamondar –
mandir, latihan yang berlebihan), Berikan pendidikan mengenai metode untuk mengatur
pengalaman emosi yang sangat kuat (misalnya, latihan asertif, teknik relaksasi, menulis
jurnal, distraksi), Bantu pasien atau keluarga untuk memperoleh perangkat alat bantu
pendengaran

DAFTAR PUSTAKA

1.Sacharin, r.m, 1996, Prinsip Keperawatan Pediatrik Edisi 2, EGC, Jakarta


2. Behrman, Kliegman, Arvin, 1999, Ilmu Kesehatan Anak Nelson Edisi 15, Alih Bahasa
Prof. DR. Dr. A. Samik Wahab, Sp. A (K), EGC, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai