Anda di halaman 1dari 51

Konsep dan Asuhan

Keperawatan RPK dan Waham


Kelompok 1
SKENARIO
Pasienku Kambuh Lagi
Seorang pasien laki-laki, usia 29 tahun di bawa kembali oleh pamannya ke RSJ karena marah-marah,
mengancam dan memukul ibunya, bicara kacau, tidak bisa tidur, dan tidak mau makan. Pasien mengalami
kembali gejala-gejala ini dengan presipitasi ibunya tidak mau membelikan handphone.
Tiga bulan yang lalu pasien pernah dirawat di RSJ dengan diagnosa keperawatan utama risiko
perilaku kekerasan. Pada saat itu, pasien diantar ke RSJ karena mengamuk, memecahkan kaca jendela,
merusak peralatan rumah tangga, dan memukul tetangga yang melintas didepan rumahnya. Pasien
berpendidikan tamat SMP, pernah berkerja sebagai juru parkir dan depot air isi ulang, saat ini tinggal
bersama ibu dan ayah tirinya karena pasien telah bercerai dengan istrinya sekitar setahun yang lalu. Pasien
memiliki 1 anak perempuan usia 5 tahun dan sejak bercerai tidak pernah bertemu lagi dengan anaknya.
Pasien tidak menyetujui ibunya menikah lagi dan hal ini membuat pasien benci terhadap ibunya. Ayah
pasien meninggal dunia saat pasien berusia 13 tahun.
Pasien mengalami waham kebesaran dengan berulang-ulang menyatakan dirinya adalah ketua tim
peneliti vaksin Covid-19 di Indonesia dan mendapat penghargaan dari WHO. Sesekali pasien juga
menyatakan bahwa dirinya merupakan adik angkat presiden Amerika Barrack Obama. Pasien mengalami
disorientasi orang dan tempat. Kadang-kadang pasien juga memiliki pikiran magis. Perawat telah melatih
satu cara mengontrol marah yaitu latihan cara fisik. Pada perawatan sebelumnya, perawat juga telah
memberikan intervensi kepada keluarga pasien.
TEMA DAN SKEMA

 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
LEARNING OBJECTIVE
1. Definisi Resiko Perilaku Kekerasan dan Waham
2. Prevalensi Resiko Perilaku Kekerasan dan Waham
3. Faktor Predisposisi dan Presipitasi Resiko Perilaku Kekerasan dan
Waham
4. Tanda dan gejala Resiko Perilaku Kekerasan dan Waham
5. Jenis-jenis Waham
6. Pohon Masalah Resiko Perilaku Kekerasan dan Waham
7. Rentang Marah
8. Respon Neurobiologis
9. Tujuan Perawatan Resiko Perilaku Kekerasan dan Waham
10. Proses terjadinya Rpk dan waham
11. Asuhan Keperawatan Resiko Perilaku Kekerasan dan Waham
RESIKO PERILAKU
KEKERASAN
Definisi Resiko Perilaku Kekerasan

Perilaku kekerasan adalah tingkah laku individu yang ditujukan untuk melukai atau
mencelakakan individu lain yang tidak menginginkan datangnya tingkah laku
tersebut (Purba, dkk: 2008). Menurut Stuart dan Sundeen (2005), perilaku
kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat
membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun
lingkungan. Hal tersebut dilakukan untuk mengungkapkan perasaan kesal atau
marah yang tidak konstruktif.
Prevalensi Resiko Perilaku Kekerasan
Menurut Riskesdas tahun 2018 (dalam Amimi, 2020), mencatat bahwa prevalensi
gangguan jiwa berat pada penduduk Indonesia adalah 1,7 per mil. Gangguan jiwa
berat terbanyak di DI Yogyakarta, Aceh, Sulawesi Selatan, Bali dan Jawa Tengah.
Berdasarkan hasil dari survey awal penelitian di RSJ Tampan Provinsi Riau pada
bulan Januari 2018 sampai Januari 2019 di dapatkan jumlah persentasi pasien
dengan diagnosa Risiko Perilaku Kekerasan di ruang Upip sebanyak (17,18%),
Kuantan (18%), Indragiri (12,13%), Kampar (17, 28%), Siak (20,14%), Sebayang
(9,5%), dan Rokan (20, 76%) (Amimi et al, 2020).
Tanda dan Gejala Resiko Perilaku Kekerasan

Tanda dan gejala RPK :


 Fisik : mata melotot/pandangan tajam, tangan mengepal, rahang
mengatup, wajah memerah dan tegang, serta postur tubuh kaku.
 Verbal : mengancam, mengumpat dengan kata kata kotor, berbicara
dengan nada keras, kasar dan ketus
Faktor Predisposisi dan Presipitasi Resiko
Prilaku Kekerasan
Faktor Predisposisi
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya perilaku yang dijelaskanoleh Townsend (2005)
adalah:
1. Teori biologik
Teori biologik terdiri dari beberapa pandangan yang berpengaruh terhadap perilaku:
• Neurobiologik. Ada 3 area pada otak yang berpengaruh terhadap proses impulsagresif : sistem limbik,
lobus frontal dan hypotalamus.

• Biokomia Berbagai neurotransmitter (epinephrine, norepinefrine,dopamine, asetikolin, dan serotonin)


sangat berperan dalammemfasilitasi atau menghambat impuls agresif.

• Genetik Penelitian membuktikan adanya hubungan langsung antara perilaku agresif dengan genetik
karyotype XYY.

• Gangguan otak Sindroma otak organik terbukti sebagai faktor


predisposisi perilaku agresif dan tindak kekerasan. 
2. Teori psikologi
• Teori psikoanalitik Teori ini menjelaskan tidak terpenuhinya kebutuhan untukmendapatkan
kepuasan dan rasa aman dapat mengakibatkan
tidak berkembangnya ego dan membuat konsep diri rendah. 
• Teori pembelajaran Anak belajar melalui perilaku meniru dari contoh peran
mereka, biasanya orang tua mereka sendiri.

3. Teori sosioultural
Pakar sosiolog lebih menekankan pengaruh faktor budaya danstruktur sosial terhadap perilaku
agresif.
FAKTOR PRESIPITASI

Menurut Yosep (2009) faktor-faktor yang dapat mencetuskan perilakukekerasan sering kali berkaitan dengan:
 Ekspresi diri, ingin menunjukkan eksistensi diri atau simbol solidaritasseperti dalam sebuah konser, penonton
sepak bola, geng sekolah, perkelahian masal dan sebagainya.
 Ekspresi dari tidak terpenuhinya kebutuhan dasar dan kondisi sosialekonomi.
 Kesulitan dalam mengkomunikasikan sesuatu dalam keluarga serta tidakmembiasakan dialog untuk
memecahkan masalah cenderung melalukan kekerasan dalam menyelesaikan konflik.
 Ketidaksiapan seorang ibu dalam merawat anaknya dan ketidakmampuandirinya sebagai seorang yang dewasa.
 Adanya riwayat perilaku anti sosial meliputi penyalahgunaan obat dan alkoholisme dan tidak mampu
mengontrol emosinya pada saatmenghadapi rasa frustasi.
 Kematian anggota keluarga yang terpenting, kehilangan pekerjaan, perubahan tahap perkembangan, atau
perubahan tahap perkembangan keluarga.
POHON MASALAH
RENTANG MARAH

Rentang Perilaku Kemarahan yaitu:


 Asertif : Merupakan ungkapan rasa tidak setuju atau kemarahan yang dinyatakan atau diungkapkan tanpa
menyakiti orang lain sehingga akan memberikan kelegaan dan tidak menimbulkan masalah.
 Frustasi : Adalah respon yang terjadi akibat gagal mencapai tujuan yang tidak realistis atau hambatan
dalam pencapaian tujuan.
 Pasif : Merupakan kelanjutan dari frustasi, dalam keadaan ini individu tidak menemukan alternatif lain
penyelesaian masalah, sehingga terlihat pasif dan tidak mampu mengungkapkan perasaannya.
 Agresif : Adalah perilaku yang menyertai marah dan merupakan dorongan untuk bertindak destruktif tapi
masih terkontrol. Perilaku yang tampak berupa muka masam, bicara kasar, menuntut dan kasar.
 Amuk : Yaitu perasaan marah dan bermusuhan yang kuat disertai kehilangan kontrol diri, sehingga
individu dapat merusak diri sendiri, orang lain dan lingkungan.
RESPON NEUROBIOLOGIS

1. Respon adaptif
1) Pikiran logis adalah pandangan yang mengarah pada kenyataan
2) Persepsi akurat adalah pandangan yang tepat pada kenyataan
3) Emosi konsisten dengan pengalaman yaitu perasaan yang timbul dari pengalaman ahli
4) Perilaku sosial adalah sikap dan tingkah laku yang masih dalam batas kewajaran
5) Hubungan social adalah proses suatu interaksi dengan orang lain dan lingkungan
2. Respon Psikososial
1) Proses pikir terganggu adalah proses pikir yang menimbulkan gangguan.
2) Ilusi adalah miss interprestasi atau penilaian yang salah tentang penerapan yang
benar-benar terjadi (objek nyata) karena rangsangan panca indra
3) Emosi berlebih atau berkurang
4) Perilaku tidak biasa adalah sikap dan tingkah laku yang melebihi batas kewajaran
5) Menarik diri adalah percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain.
3. Respon Maladaptif
1) Kelainan pikiran adalah keyakinan yang secara kokoh dipertahankan walaupun tidak
diyakinioleh orang lain dan bertentangan dengan kenyataan sosial
2) Halusinasi merupakan persepsi sensori yang salah atau persepsi eksternal yang tidak
realita atau tidak ada
3) Kerusakan proses emosi adalah perubahan sesuatu yang timbul dari hati.Perilaku
tidak terorganisirmerupakan sesuatu yang tidak teratur.
4) Isolasi sosisal adalah kondisi kesendirian yang dialami oleh individu dan diterima
sebagai ketentuan oleh orang lain dan sebagai suatu kecelakaan yang negative
mengancam (Damaiyanti,2012).
PROSES TERJADINYA MARAH
ASUHAN KEPERAWATAN
PENGKAJIAN
A. Identitas
Identitas Pasien
Usia: 24 Tahun
Jenis Kelamin: Laki-laki
Pekerjaan: tidak bekerja
Pendidikan terakhir: SMP
B.Alasan Masuk
Pasien masuk diantar ke RSJ karena mengamuk, memecahkan kaca jendela, merusak peralatan rumah
tangga, dan memukuli tetangga yang melintas didepan rumahnya.
C.Faktor Presipitasi
Pasien tidak menyetujui ibunya menikah lagi dan hal ini membuat pasien benci terhadap ibunya
D.Faktor predisposisi
Pasien berpendidikan rendah, ekonomi rendah, mengalami perceraian, tidak pernah bertemu lagi
dengan anaknya sejak bercerai, ayah pasien meninggal dunia saat pasien berusia 13 tahun
E.Konsep Diri
1. Identitas diri
Pasien tamatan SMP, pernah bekerja sebagai juru parkir dan depot air isi ulang,telah bercerai dengan
istrinya sekitar satu tahun yang lalu
1. Peran
Pasien sebagai ayah
PENGKAJIAN

F. Status mental
1. Pembicaraan
Ketika berbicara kacau
2. Alam perasaan
Pasien tampak marah-marah, mengancam dan memukuli ibunya
3. Persepsi
Pasien tidak ada halusinasi persepsi apapun
4. Isi pikir
Tidak ada waham
5. Tingkat kesadaran
Pasien tidak disorientasi diri waktu dan tempat
ANALISA DATA

DS
•Pasien diantar ke RSJ karena mengamuk, memecahkan kaca jendela, dam merusak peralatan
rumah tangga, serta memukul tetangga yang melintas dideoan rumahnya
•Pasien tidak menyetujui ibunya untuk menikah lagi sehingga hal tersebut membuat dia benci
terhadap ibunya
DO
•Klien diantarkan ke RSJ oleh pamannya, klien tampak marah-marah dan bicara kacau
Diagnosa keperawatan: Resiko menciderai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan
berhubungan dengan perilaku kekerasan
Intervensi keperawatan
INTERVENSI KEPERAWATAN

Intervensi keperawatan
Tujuan umum: klien dapat mengontrol perilaku kekerasan
Tujuan khusus:
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya
2. Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan
3. Klien dapat mengidentifikasi jenis perlaku kekerasan yang pernah dilakukan
4. KlKlien dapat mengidentifikasi akibat kekerasan
5. ien dapat mengidentifikasi cara konstruksi dalam menggungkapkan marah
6. Klien dapat mendemostrasikan cara mengontrol perilaku kekerasan
7. Klien dapat dukungan keluarga untuk mengontrol perilaku kekerasan
INTERVENSI KEPERAWATAN
A.Bina hubungan saling percaya dengan:
1. Beri salam setiap berinteraksi
2. Perkenalkan nama dan tanyakan nama panggilan kesukaan pasien
3. Tunjukkan sifat empati dan perasaan klien
4. Buat kontrak indikasi yang jelas
5. Dengarkan dengan penuh perhatian ungkapan perasaan klien
B. Diskusikan dengan klien perilaku kekerasan yang dilakukan selama ini, dengan cara:
1. Motivasi klien menceritakan jenis-jenis tindakan kekerasan selama ini yang pernah dilakukan
2. Motivasi klien menceritakan perasaan klien setelah melakukan tindakan
3. Diskusikan apakah dengan tindakan kekerasan masalah yang dihadapi klien selesai
C. Diskusikan dengan klien akibat negative atau kerugian perilaku kekerasan yang dilakukan pada:
1. Diri sendiri
2. Orang lain atau keluarga
3. Lingkungan
D. Diskusikan dengan klien terkait cara baru perasaan marah, dengan cara:
1. Jelasakan berbagai alternative pilihan untuk menggugkapkan marah selain perilaku kekerasan yang dilakukan klien
• Jelaskan cara sehat untuk mengungkapkan marah seperti latihan fisik, Tarik nafas dalam, pukul bantal atau kasur dan
olahraga. Selain itu juga dapat melakukan cara verbal yaitu mengungkapkan bahwa dirinya sedang kesal. Cara sosial
dengan latihan asertif terhadap orang lain
1. Jelaskan cara spiritual kepada klien seperti sembahyang, doa, dzkir, dan sebagainya sesuai keyakinan masing masing.
INTERVENSI KEPERAWATAN
A.Bina hubungan saling percaya dengan:
1. Beri salam setiap berinteraksi
2. Perkenalkan nama dan tanyakan nama panggilan kesukaan pasien
3. Tunjukkan sifat empati dan perasaan klien
4. Buat kontrak indikasi yang jelas
5. Dengarkan dengan penuh perhatian ungkapan perasaan klien
B. Diskusikan dengan klien perilaku kekerasan yang dilakukan selama ini, dengan cara:
1. Motivasi klien menceritakan jenis-jenis tindakan kekerasan selama ini yang pernah dilakukan
2. Motivasi klien menceritakan perasaan klien setelah melakukan tindakan
3. Diskusikan apakah dengan tindakan kekerasan masalah yang dihadapi klien selesai
C. Diskusikan dengan klien akibat negative atau kerugian perilaku kekerasan yang dilakukan pada:
1. Diri sendiri
2. Orang lain atau keluarga
3. Lingkungan
D. Diskusikan dengan klien terkait cara baru perasaan marah, dengan cara:
1. Jelasakan berbagai alternative pilihan untuk menggugkapkan marah selain perilaku kekerasan yang dilakukan klien
• Jelaskan cara sehat untuk mengungkapkan marah seperti latihan fisik, Tarik nafas dalam, pukul bantal atau kasur dan
olahraga. Selain itu juga dapat melakukan cara verbal yaitu mengungkapkan bahwa dirinya sedang kesal. Cara sosial
dengan latihan asertif terhadap orang lain
1. Jelaskan cara spiritual kepada klien seperti sembahyang, doa, dzkir, dan sebagainya sesuai keyakinan masing masing.
INTERVENSI KEPERAWATAN

E. Diskusikan dengan klien cara yang mungkin dipilih untuk menggungkapkan kemarahan dengan cara:
1. Latihan memperagakan cara yang dipilih
2. Jelaskan manfaat cara tersebut
3. Anjurkan klien menirukan peragaan yang telah dilakukan
4. Beri penguatan pada klien untuk memperbaiki cara yang belum sempurna

F. Anjurkan klien menggunakan cara yang sudah dilatih saat marah dan jengkel
G. Diskusikan pentingnya peran serta keluarga sebagai pendukung klien untuk mengatasi perilaku kekerasan
H. Diskusukan potensi keluarga untuk membantun klien dalam mengatasi perilaku kekerasan
I. Jelasakan pengertian, penyebab, akibat, dan cara merawat klien perilaku kekerasan
J. Beri kesempatan keluarga untuk memperagakan dan memberikan pujian
IMPLEMENTASI

SP 1:
•Mendiskusikan penyebab PK
•Mendiskusikan sebab gejala PK
•Mendiskusikan PK yang dilakuakn
•Mendiskusikan cara PK dengan cara fisik: Tarik nafas dalam, senam aerobic low impact dan pukul bantal
•Memasukan dalam jadwal kegiatan
•Melakuakn hasil kolaborasi obat
•Melinatkan dalam TAK stimulasi persepsi
•Melibatkan rehabilitas
SP 2
•Mengevaluasi kemampuan pasien mengontrol PK dengan cara fisik: Tarik nafas dalam, senam aerobic low
impact dan pukul bantal
•Memberikan kolaborasi obat
SP 3
•Mengevalusai kemampuan mengontrol PK dengan cara fisik Tarik nafas, senam aerobic low impact dan pukul
bantal
•Melaksanakan kolaborasi obat
•Melibatkan dalam TAK stimulasi persepsi
•Melibatkan rehabilitas
EVALUASI

Klien mampu:
•Klien menerapkan cara mengontrol kemarahan dengan teknik
yang telah diajarkan
•Klien menggunakan tentang perilaku kekerasan, penyebab,
serta bagaimnaa pencegahannya
•Klien mampu menggunakan mekanisme koping yang efektif
•Klien mampu mengontrol ansietas
EVALUASI

Keluarga mampu:
•Membantu klien mengungkapkan perasaan marahnya dengan baik
•Memberikan perawatan dirumah pada anggota kelaurga dengan resiko perilaku
kekerasan
•Membantu klien menggunakan obat dengan benar
WAHAM
DEFINISI WAHAM

Waham adalah suatu keyakinan yang salah yang dipertahankan secara


kuat/terus menerus namun tidak sesuai dengan kenyataan (Budi Anna dkk,
2007). Keyakinan yang salah yang secara kokoh dipertahankan walaupun
tidak diyakini oleh orang lain dan bertentangan dengan realota normal
(Stuart dan Sundeen, 1998). Waham adalah keyakinan klien yang tidak
sesuai dengan kenyataan tetapi dipertahankan dan tidak dapat dirubah
secara logis oleh orang lain, keyakinan ini berasal dari pemikiran klien
dimana sudah kehilangan kontrol (Dep Kes RI, 1994).
PREVALENSI WAHAM

Menurut Out World in data of mental health pada tahun 2017 diperkirakan terdapat 970
juta orang di seluruh dunia mengalami gangguan jiwa, jumlah terbesar dengan masalah
kecemasan sekitar 3,76%, depresi 3,44%, bipolar 0,6% dan skizofrenia 0,25% (Ritchie,
2019: dalamVictoryna, 2020). Pada kasus skizofrenia dapat ditinjau dari diagnosa atau
jenis skozofrenia di Indonesia yang paling banyak yaitu skizofrenia paranoid (waham)
(40,8%) dan kemudian diikuti dengan skizofrenia residual sebanyak (39,4%). Sedangkan
melalui survey awal diruang Kampar RSJ Tampan tahun 2018 jumlah pasien yang
memiliki gangguan waham sebanyak (0.49%).
 
TANDA DAN GEJALA

Tanda dan gejala waham menurut (Direja 2011) :


Terbiasa menolak makan, tidak ada perhatian dalam perawatan diri, ekspresi wajah
sedih dan ketakutan, gerakan tidak terkontrol, mudah tersinggung, isi pembicaraan
tidak sesuai dengan kenyataan, menghindar dari orang lain, mendominasi
pembicaraan, berbicara kasar, menjalankan kegiatan keagamaan secara berlebihan.
Faktor Predisposisi dan Presipitasi Waham

FAKTOR PREDISPOSISI
1. Biologi
Waham dari bagian dari manifestasi psikologi dimana abnormalitas otak yang
menyebabkan respon neurologis yang maladaptif yang baru mulai dipahami,

2. Psikologi
Teori psikodinamika untuk terjadinya respon neurobiologik yang maladaptif belum
didukung oleh penelitian.

3. Sosial budaya Stress yang menumpuk dapat menunjang terhadap awitan skizofrenia
dan gangguan psikotik tetapi tidak diyakini sebagai penyebab utama gangguan.
LANJUTAN

FAKTOR PRESIPITASI
1. Biologi
Stress biologi yang berhubungan dengan respon neurologik yang maladaptif
termasuk:
• Gangguan dalam putaran umpan balik otak yang mengatur proses informasi
• Abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang mengakibatkan
ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi rangsangan.
2. Stres lingkungan Stres biologi menetapkan ambang toleransi terhadap stress yang
berinteraksi dengan stressor lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan
perilaku.
3. Pemicu gejala Pemicu merupakan prekursor dan stimulus yang yang sering
menunjukkan episode baru suatu penyakit.
KLASIFIKASI WAHAM

Waham berdasarkan temanya


1. Waham kebesaran : Yaitu meyakini ia memiliki kebesaran, kekuasaan atau hubungan khusus dengan dewa
atau orang terkenal dan diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.
2. Wahan kejar atau curiga : Yaitu meyakini bahwa ada seseorang atau kelompok yang berusaha mencurigakan
atau menciderai dirinya, diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai kenyataan.
3. Waham agama : Yaitu memiliki keyakinan terhadap suatu agama secara berlebihan, diucapkan berulangkali
tetapi tidak sesuai kenyataan.
4. Waham somatic : Yaitu meyakini bahwa tubuh atau bagian tubuhnya terganggu atau terserang penyakit,
dicuapkan berulangkali tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.
5. Waham nihilistic : Yaitu meyakini bahwa dirinya sudah tidak ada di dunia atau meninggal, diucapkan
berulangkali tetapi tidak sesuai kenyataan. Contoh ‘’ Ini kana lam kubur ya, yang ada disini adalah roh-roh’’.
(Budi Anna Keliat, 2009)
BERDASARKAN ONSETNYA

 Waham Primer : Merupakan salah satu waham yang muncul secara tiba-tiba dan dengan keyakinan
penuh tanpa peranan perilaku kearah lain.
 Waham Sekunder : Dimana waham sekunder dapat dimengerti saat diperoleh dari beberapa
pengalaman yang tidak wajar sebelumnya.
PROSES TERJADINYA WAHAM

Proses terjadinya wahamt Terbagi menjadi 6 yaitu:

•Fase kebutuhan manusia rendah (lack of human need)


Terbatasnya berbagai kebutuhan baik fisik atau psikis. Contoh: persoalan ekonomi menurun
terjadi karena kesenjangan antara kenyataan (reality) dengan ideal diri (self ideal)
•Fase kepercayaan diri rendah (lack of self esteem)
Kesenjangan antara realita dan ideal diri sehingga pasien malu
•Fase pengendalian internal dan eksternal
Tahap ini pasien mencoba berpikir rasional bahwa apa yang ia yakini atau apa yang ia
katakana adalah kebohongan. Menutupi kekurangan dan tidak sesuai dengan kenyataan
LANJUTAN.....

•Fase dukungan lingkungan


Dukungan lingkungan sekitar yang mempercayai keyakinan pasien dalam lingkunganya
menyebabkan pasien merasa didukung
•Fase nyaman
Pasien nyaman dengan kebohongan nya dan beranggapan bahwa orang sekitar atau
lingkungannya akan mendukung
•Fase peningkatan
Apabila tidak ada kepastian dan upaya Koreksi maka keadaan akan meningkat.
POHON MASALAH
ASUHAN KEPERAWATAN
PENGKAJIAN...
A. Identitas
Identitas Pasien
Usia: 24 Tahun
Jenis Kelamin: Laki-laki
Pekerjaan: tidak bekerja
Pendidikan terakhir: SMP

B. Faktor Presipitasi
Klien mengalami kembali gejala-gejala ini dengan presipitasi ibunya tidak mau membeli handphone

C. Faktor predisposisi
Pasien sebelumnya belum pernah dirawat di rumah sakit jiwa dengan diagnosa resiko perilaku kekerasan, pasien
berpendidikan rendah, ekonomi rendah, mengalami perceraian, tidak pernah bertemu lagi dengan anaknya sejak bercerai,
ayah pasien meninggal dunia saat pasien berusia 13 tahun.
PENGKAJIAN...
D. Aspek psikososial
Konsep Diri
1.Identitas diri
Pasien tamatan SMP, pernah bekerja sebagai juru parkir dan depot air isi ulang,telah bercerai dengan istrinya sekitar satu
tahun yang lalu
2. Peran
Pasien sebagai ayah

E.Status mental
1.Pembicaraan
Klien berbicara kacau
2.Proses pikir
Ketika diajak berkomunikasi klien mengatakan dirinya adalah ketua tim peneliti vaksin covid 19 di Indonesia dan
mendapatkan penghargaan WHO. Sesekali pasien mengatakan bahwa dirinya merupakan adik angkat pasien Amerika
Barrack Obama.
3.Isi pikir
Waham kebesaran
4.Tingkat kesadaran
Pasien tidak disorientasi diri waktu dan tempat
Analisa Data

DS
•Klien mengatakan dirinya adalah ketua tim peneliti vaksin covid 19 di
Indonesia dan mendapatkan penghargaan WHO.
•Sesekali pasien mengatakan bahwa dirinya merupakan adik angkat pasien
Amerika Barrack Obama.
DO
•Pasien mengalami disorientasi orang dan tempat
•Kadang-kadang pasien memiliki pikiran magis

Priotitas masalah keperawatan:


•Resiko kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan waham
•Perubahan proses pikir waham berhubungan dengan harga diri rendah
TINDAKAN
KEPERAWATAN

Tindakan Keperawatan untuk Pasien


1.Tujuan

•Pasien dapat beriorientasi kepada realita secara bertahap


•Pasien dapat memenuhi kebutuhan dasar
•Pasien mampu berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan
•Pasien menggunakan obat dengan prinsip lima benar
TINDAKAN
KEPERAWATAN

2. Tindakan
A. Bina Hubungan saling percaya
1) Mengucapkan salam teraupeti
2) Berjabat tangan
3) Menjelaskan tujuan interaksi
4) Membuat kontrak topic,waktu dan tempat setiap kali pertemuan

B. Bantu orientasi realitas


1. Tidak mendukung dan wabah pasien
2. Yakinkan pasien berada dalam keadaan aman
3. Obsevasi pengaruh waham dalam aktivitas sehari-hari
4. Jika pasien terus menerus membicarakan wahamnya, dengarkan tanpa memberikan dukungan sampai pasien
menyangkal sampai berhenti membicarakanya
5. Berikan pujian bila penampilan pasien sesuai dengan realita
TINDAKAN
KEPERAWATAN

C. Diskusikan kebutuhan psikologis atau emosional yang tidak terpenuhi sehingga menimbulkan kecemasan,
rasa takut, dan marah
1. Tingkatkan aktivitas yang dapat memenuhi kebutuhan fisik dan emosional pasien
2. Berdiskusikan tentang kemampuan positif yang dimilki
3. Bantu melakukan kemampuan yang dimiliki
4. Berdiskusi tentang obat yang di minum
5. Melatih minum obat dengan benar

D. Ikut sertakan pasien dalam terapi aktivitas kelompok stimulasi (TAK) orientasi realitas. TAK ini berupaya
untuk mengembalikan ke realita
TINDAKAN KEPERAWATAN UNTUK KELUARGA

1.Tujuan

•Keluarga mampu mengidentifikasi waham pasin


•Keluarga mampu memfasilitasi pasien untuk memenuhi kebutuhan yang dipenihi wahanya
•Keluarga mampu bertahan mempertahankan program pengobatan secara optimal.
TINDAKAN KEPERAWATAN UNTUK KELUARGA

2. Tindakan
a.Diskusikan dengan keluarga tentang waham yang dialami pasien
b.Diskusikan dengan keluarga tentang:
1) Cara merawat pasien waham di rumah
2) Follow up dan keteraturan obat
3) Lingkungan yang tepat untuk pasien
c. Diskusikan dengan keluarga tentang obat pasien (nama obat, dosis, frekuensi, efek
samping, akibat penghentian obat)
d. Diskusikan dengan keluarga kondisi pasien yang memerlukan konsultasi segera
EVALUASI
A.Pasien mampu melakukan hal berikut:
1. Mengungkapkan keyakinan sesuai dengan kenyataan
2. Berkomunikasi sesuai dengan kenyataan
3. Menggunakan obat dengan benar dan patuh
B.Keluarga mampu melakukan hal berikut:
1. Membantu pasien untuk mengungkapkan keyakinan sesuai
kenyataan
2. Membantu pasien melakukan kegiatan kegiatan sesuai dengan
kemampuan pasien dan kebutuhan pasien
3. Membantu pasien menggunakan obat dengan benar dan patuh
THANKS!

CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo, including icons by Flaticon, and infographics & images by Freepik.
Please keep this slide for attribution.

Anda mungkin juga menyukai