Anda di halaman 1dari 49

LAPORAN PENDAHULUAN

DAN ASUHAN KEPERAWATAN


PASIEN CHF DI RUANG ICU RS PERKEBUNAN JEMBER

Disusun Sebagai Salah Satu Persyaratan Untuk Memenuhi Tugas KMB

Disusun Oleh:

Edi Santoso (NIM: 1811012005)


Ayu Tri (NIM: 1811012006)
Debie Saktyana Iriawandani (NIM: 1811012012)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER
2019
DAFTAR ISI

i
BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Anatomi Fisiologi
Jantung merupakan organ utama sistem kardiovaskuler, yang memiliki otot
dan berongga serta terletak pada rongga toraks bagian mediastrium. Jantung
berbentuk kerucut tumpul dengan bagian bawah disebut apeks yang terletak lebih
ke kiri dari garis medial.Jantung dilapisi oleh selaput yang disebut dengan
perikardium. Selaput ini memiliki 2 lapisan yaitu perikardium lateral dan
perikardium viseral. Perikardium lateral merupakan lapisan luar yang melekat
pada lapisan permukaan dari jantung itu sendiri yang juga disebut dengan
epikardium (Aspiani,2016).

Bagian sisi kiri jantung berfungsi untuk memompa darah ke sirkulasi


sistemik, yang menjangkau seluruh sel tubuh kecil sel-sel yang berperan dalam
pertukaran gas di paru, sedangkan sisi kanan jantung berfungsi untuk memompa
darah ke sirkulasi paru (pulmonalis), yang mengalir hanya ke paru untuk
mendapatkan oksigen. Siklus jantung merupakan rangkaian kejadian dalam satu
irama jantung, dalam bentuk yang paling sederhana adalah kontraksi bersamaan
kedua ventrikel (Aspiani,2016).

Gambar 1.Anatomi Organ Jantung

Jantung terdiri atas empat ruang, yaitu dua ruang yang berdinding tipis
disebut atrium (serambi), dan dua ruang yang berdinding tebal disebut ventrikel
(bilik).Atrium kanan berfungsi sebagai penampungan (reservoir) darah yang

1
rendah oksigen dari seluruh tubuh. Atrium kiri menerima darah yang kaya oksigen
dari kedua paru melalui 4 buah vena pulmonalis. Kemudian darah mengalir ke
ventrikel kiri, dan selanjutnya ke seluruh tubuh melalui aorta. Kedua atrium
tersebut dipisahkan oleh sekat, yang disebut septum atrium. Fungsi ventrikel
kanan yaitu menerima darah dari atrium kanan dan dipompakan ke paru-paru
melalui arteri pulmonalis. Fungsi ventrikel kiri menerima darah dari atrium kiri
dan dipompakan ke seluruh tubuh melalui aorta.Kedua ventrikel ini dipisahkan
oleh sekat yang disebut septumventrikel.

Gambar 2.Pembagian Ruang Jantung

Katup pada jantung terdapat dua jenis yaitu katup atrioventikuler dan katup
semilunar .Katup atrioventikuler memisahkan antara atrium dan ventrikel yang
memungkinkan darah mengalir dari masing-masing atrium ke ventrikel baik pada
saat sistole maupun diastole ventrikel. Katup atrioventikuler terbagi lagi menjadi 2
yaitu katup trikuspidalis yang terletak antara atrium kanan dan ventrikel kanan,
dan juga katup bikuspidalis yang terletak antara atrium kiri dan atrium kanan.
Katup yang kedua yaitu katup semilunar yang memisahkan antara arteri
pulmonalis dan aorta dari ventrikel. Katup semilunar juga terbagi menjadi dua
yaitu katup semilunarpulmonal yang membatasi ventrikel kanan dan arteri
pulmonalis, dan katup yang kedua yaitu katup semilunar aorta yang membatasi
ventrikel kiri dan aorta (Aspiani, 2016).
Kedua jenis katup tersebut membuka dan menutup secara pasif, dapat
menanggapi perubahan tekanan dan volume dalam bilik jantung dan pembuluh

2
darah. Terdapat juga bagian septum atrial yaitu bagian yang memisahkan antara
atrium kiri dan kanan, sedangkan septum ventrikel merupakan bagian yang
memisahkan ventrikel kiri dan kanan (Aspiani, 2016). Fungsi utama jantung
adalah sebagai pompa yang melakukan tekanan terhadap darah agar darah dapat
mengalir ke seluruh bagian tubuh melalui pembuluh darah arteri maupun vena.
Selain itu jantung juga berfungsi sebagai suatu sistem sirkulasi yang menyediakan
oksigen ke seluruh tubuh dan membersihkan tubuh dari hasil metabolisme
(karbondioksida). Jantung melaksanakan fungsi tersebut dengan mengumpulkan
darah yang kekurangan oksigen dari seluruh tubuh dan memompanya ke dalam
paru-paru, dimana darah akan mengambil oksigen dan membuang
karbondioksida. Keadaan ini biasa disebut sebagai sirkulasi paru. Kemudian
dilanjutkan dengan sirkulasi sistemik dimana jantung akan mengumpulkan darah
yang kaya oksigen dari paru-paru dan memompanya ke jaringan diseluruhtubuh.
Dalam buku Aspiani, 2016 dijelaskan bahwa jantung memiliki 4 ruang
yaitu:
1. Atrium kanan
Ruang jantung yang memiliki dinding yang tipis, serta berfungsi sebagai
tempat penampungan darah yang rendah oksigen dari seluruh tubuh,
kemudian mengalirkan ke dalam ventrikel melalui katup trikuspidalis dengan
80% mengalir secara pasif dan 20% dengan kontraksi atrium. Pengisian
ventrikel dengan kontraksi dinamakan atrial kick, dan hilangnya atrial kick
pada disritmia dapat mengurangi pengisisan ventrikel sehingga mengurangi
curahventrikel.
2. Ventrikel kanan
Ventrikel kanan sangat berperan penting dalam menghasilkan kontraksi
bertekanan rendah yang cukup untuk mengalirkan darah ke dalam arteri
pulmonal. Sirkulasi pulmonal merupakan sistem aliran darah yang bertekanan
rendah, dengan resisten jauh lebih kecil terhadap aliran darah dari ventrikel
kanan, dibandingkan tekanan tinggi sirkulasi sistemik terhadap aliran darah
dari ventrikel kiri.
3. Atrium kiri
Pada rongga atrium kiri disinilah yang menerima darah yang sudah

3
teroksigenasi dari paru melalui keempat vena pulmonalis.Antara vena
pulmonalis dan atrium kiri tidak ada katup sejati, sehingga perubahan tekanan
dari atrium kiri mudah sekali membalik retograd ke dalam pembuluh paru.
Darah ini kemudian mengalir ke ventrikel kiri melalui katup mitralis
4. Ventrikel kiri
Ventrikel kiri memompa darah ke seluruh tubuh melalui aorta yang
merupakan arteri terbesar tubuh.Ventrikel kiri harus menghasilkan tekanan
yang cukup tinggi untuk mengatasi tahanan sirkulasi sistemik dan
mempertahankan aliran darah ke jaringanperifer.

B. Definisi
Gagal jantung kongestif atau congestive heart failure (CHF) merupakan
kondisi dimana fungsi jantung sebagai pompa untuk mengantarkan darah yang
kaya oksigen ke tubuh tidak cukup untuk memenuhi keperluan-keperluan
tubuh.Gagal jantung kongestif merupakan ketidakmampuan jantung untuk
memompa darah dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan jaringan
terhadap oksigen dan nutrien (Andra Saferi, 2013).

Gagal jantung kongestif dapat pula digambarkan sebagai suatu keadaan


dimana terjadi bendungan sirkulasi akibat gagal jantung dan mekanisme
kompensatoriknya. Gagal jantung merupakan suatu sindrom klinis yang ditandai
dengan adanya gejala gagal jantung seperti sesak nafas, lelah saat beraktivitas,
adanya tanda-tanda retensi cairan seperti kongesti paru atau bengkak di
pergelangan kaki, serta adanya bukti objektif kelainan struktur dan fungsi jantung
yang didapatkan dari hasil pemeriksaan lanjutan.

Gagal jantung terjadi pada saat jantung tidak mampu untuk memompa darah
secara efisien untuk memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh dan hal ini
berdampak pada memburuknya perfusi atau aliran darah ke berbagai organ dalam
tubuh dan kongesti vaskular pada sirkulasi paru maupun sistemik. Gagal jantung
dalam pengertian ini disebutkan memiliki 2 efek yaitu backward (efek belakang)
maupun forward (efekdepan).
Apabila jantung kiri mengalami kegagalan maka efek backward yang terjadi
adalah penumpukan volume darah dari atrium kiri, kemudian menyebabkan darah

4
dari paru terhambat, sehingga akan terjadi juga penumpukan volume darah di
kapiler dari paru. Peningkatan tekanan hidrostatik ini yang menyebabkan cairan
plasma keluar dari pembuluh kapiler paru dan menyebabkan edema paru.
Sedangkan efek forward yang terjadi yaitu penurunan curah jantung yang
berdampak pada terjadinya penurunan perfusi ke organ-organ di dalamtubuh.
Sedangkan jika jantung kanan yang mengalami kegagalan maka efek
backward yang akan tejadi yaitu kongesti sistemik yang ditandai dengan adanya
edema pada seluruh tubuh, hal ini disebabkan karena darah tidak dapat memasuki
jantung kanan karena tingginya tekanan di atrium dan ventrikel kanan jantung.
Sedangkan efek forward yang akan terjadi yaitu adanya penurunan perfusi ke
paru. Hal ini akan menyebabkan gangguan pertukaran gas serta penurunan preload
yang pada akhirnya dapat menrunkan curah jantung.

C. Epidemiologi
Prevalensi penyakit gagal jantung di Indonesia tahun 2013 sebesar 0.13%
atau diperkirakan sekitar 229.696 orang, sedangkan berdasarkan gejala sebesar
0.3% atau diperkirakan sekitar 530.068 orang. Berdsarkan diagnosa dokter
estimasi jumlah penderita penyakit gagal jantung terbanyak terdapat pada daerah
Provinsi Jawa Timur sebanyak 54.826 orang (0.19%), dan untuk jumlah penderita
terendah yaitu daerah Provinsi Maluku Utara sebanyak 144 orang (0.02%).
Sedangkan berdasarkan adanya gejala jumlah penderita gagal jantung terbanyak
terdapat di daerah Provinsi Jawa Barat sebanyak96.487 orang (0.3%), sedangkan
jumlah penderita paling sedikit ditemukan di Provinsi Kep. Bangka Belitung yaitu
sebanyak 945 orang (0.1%) (Kemenkes RI,2014).

D. Etiologi
1. Faktorintrinsik
Penyebab utama dari gagal jantung adalah penyakit arteri koroner.Penyakit
arteri koroner ini menyebabkan berkurangnya aliran darah ke arteri koroner
sehingga menurunkan suplai oksigen dan nutrisi ke otot
jantung.Berkurangnya oksigen dan nutrisi menyebabkan kerusakan atau
bahkan kematian otot jantung sehingga otot jantung tidak dapat berkontraksi
dengan baik (AHA, 2012). Kematian otot jantung atau disebut infark

5
miokard merupakan penyebab tersering lain yang menyebabkan gagal
jantung (Black & Hawks, 2009). Keadaan infark miokard tersebut akan
melemahkan kemampuan jantung dalam memompa darah untuk memenuhi
kebutuhan oksigen dan nutrisi tubuh. Penyebab intrinsik laindari gagal
jantung kelainan katup, kardiomyopati, dan aritmia jantung (Black &
Hawks,2009).
2. Faktorekstrinsik
Beberapa faktor ekstrinsik yang dapat menyebabkan gagal jantung
meliputi kondisi yang dapat meningkatkan afterload (seperti hipertensi),
peningkatan stroke volume akibat kelebihan volume atau peningkatan
preload, dan peningkatan kebutuhan (seperti tirotoksikosis,
kehamilan).Kelemahan pada ventrikel kiri tidak mampu menoleransi
perubahan yang masuk ke ventrikel kiri.Kondisi ini termasuk volume
abnormal yang masuk ke ventrikel kiri, otot jantung ventrikel kiri yang
abnormal, dan masalah yang menyebabkan penurunan kontraktilitas otot
jantung (Black & Hawks, 2009).

E. Klasifikasi
1. Berdasarkan waktuterjadinya.
Berdasarkan waktu terjadinya gagal jantung dibagi menjadi 2 yaitu gagal
jantung akut dan gagal jantung kronis. Gagal jantung akut merupakan
suatu sindrom klinis disfungsi yang terjadi secara cepat dan dalam waktu
yang singkat dalam hitungan beberapa jam dan atau hari. Sedangkan
gagal jantung kronis adalah sindrom klinis yang ditandai dengan adanya
gejala dan tanda abnormalitas struktur dan fungsi pada jantung. Hal ini
akan menyebabkan kegagalan jantung memenuhi kebutuhan oksigen
metabolisme tubuh.
2. Klasifikasi berdasarkan kelainan struktural jantung
a. Stadium A
Memiliki resiko tinggi untuk berkembang menjadi gagal
jantung.Tidak terdapat gangguan struktural dan fungsional yang
berhubungan dengan perkembangan jantung yang mendasari.

6
b. Stadium B
Telah terbentuk penyakit struktural jantung yang berhubungan dengan
perkembangan gagal jantung, tidak terdapat tanda dan gejala.
c. Stadium C
Gagal jantung yang simtomatik berhubungan dengan penyakit
struktural jantung yang mendasari.
d. Stadium D
Penyakit jantung struktural lanjut serta gejala jantung yang sangat
bermakna saat istirahat walaupun sudah mendapatkan terapi medis
maksimal (refrakter).
3. Klasifikasi berdasarkan kapasitas fungsional (NYHA)
a. Kelas I
Tidak terdapat batasan dalam melakukan aktifitas fisik.Aktifitas fisik
yang dilakukan sehari-hari tidak menimbulkan kelelahan, palpitasi
atau sesak napas.
b. Kelas II

Terdapat batasan aktifitas ringan, tidak terdapat keluhan saat istirahat,


namun aktifitas fisik sehari-hari menimbulkan kelelahan, palpitasi
atau sesak napas.
c. Kelas III
Terdapat batasan aktifitas bermakna, tidak ada keluhan saat istirahat
tetapi aktifitas fisik ringan menyebabkan kelelahan, palpitasi atau
sesak napas.
d. Kelas IV
Tidak dapat melakukan aktifitas fisik tanpa keluahan terdapat gejala
saat istirahat dan keluhan meningkat saat melakukan aktifitas.
4. Berdasarkan besarnya curahjantung
a. Gagal jantung curahtinggi
Kondisi ketidakmampuan jantung untuk memenuhi peningkatan
kebutuhan metabolisme tubuh meskipun curah jantung normal atau
tinggi. Biasanya terjadi pada pasien anemnia berat, hipertiroid, dan

7
penyakit paget. Dalam kondisi ini istirahat curah jantung penderita
ini sudah lebih besar dari orang normal.
b. Gagal jantung curahrendah
Pada kondisi istirahat, penderita tidak akan mengalami keluhan, dan
sebaliknya pada saat melakukan aktifitas fisik maka jantung akan
mengalami kegagalan untuk mengkompensasi kebutuhan
peningkatan curah jantung. Pada awalnya akan terjadi sedikit
peningkatan curah jantung, namun akan turun kembali bahkan akan
lebih rendah dari curah jantungsebelumnya.

F. Patofisiologi
Secara umum penyebab gagal jantung dikelompokkan menjadi
disfungsimiokard, diastole overload dan peningkatan kebutuhan metabolik
(demand overload) Gagal jantung merupakan penyakit komplikasi yang sering
terjadi setelah adanya penyakit miokard infark akut atau iskemia jantung yang
berkepanjangan yang merusak otot jantung. Hal lain yang dapat menyebabkan
gagal jantung yaitu:
1. Penyakit arterikoroner
Arterosklerosis arteri koroner merupakan penyebab utama dari penyakit gagal
jantung, dan lebih dari 60% pasien gagal jantung juga terdapat penyakit arteri
koroner.
2. Kardiomiopati
Merupakan penyakit pada jantung otot dan dapat dibedakan menjadi tiga jenis
yaitu dilatasi, hipertrofi, dan restriktif. Kardiomiopati dilatasi penyebabanya dapat
bersifat idiopatik (tidak diketahui penyebabnya), namun penyakit ini juga dapat
dipicu oleh adanya proses inflamasi pada miokarditis dan kehamilan serta faktor
sitotoktik seperti alkohol. Sedangkan kardiomiopati hipertrofi dan restriktif dapat
mengakibatkan terjadinya penurunan disensibilitas dan pengisian ventrikular
(gagal jantung diastolik) sehingga dapat menurunkan curah jantung.
3. Iskemia atau infark miokardakut.
Iskemia dapat menyebabkan adanya disfungsi miokardial akibat hipoksia dan
asidosis akibat akumulasi asam laktat.Sedangakan infark miokard dapat
menyebabkan nekrosis atau kematian sel otot jantung.Hal ini menyebabkan

8
hilangnya kontraktilitas sehingga menurunkan daya pompa jantung.
4. Hipertensi pulmonaris maupun sistemik
Keadaan ini dapat menyebabkan terjadinya peningkatan afterload, hal ini
dapat meningkatkan beban jantunng dan memicu terjadinya hipertrofi otot
jantung. Walaupun sebenarnya hipertrofi tersebut dapat melewati tingginya
afterload, namun hal tersebut justru akan mengganggu saat pengisian ventrikel
selama diastole.
5. Penyakit katup jantung jantung yang didapat, penyakit jantung rheumatoid
(RHD) = Endokarditis Disfungsi katup jantung dapat membuat aliran darah
ke arah depan terhambat, meningkatnya tekanan dalam ruang jantung dan
meningkatnya beban jantung, sehingga gagal jantung diastolik dapat terpacu
oleh kondisi tersebut.
6. Takikardia kronis (hipertiroidisme yang tidakdiobati)
7. Penyakit jantungbawaan
8. Miokarditis (virus menyerang ototjantung)
9. Penggantian serabut otot miokardial dengan jaringan parut (keruskan dari
berbagaipenyebab)
10. Infiltrasi serabut otot miokardium dengan benda asing yang dapat
menyebabkan otot menjadi kaku atau kehilanganfleksibelitasnya.

G. Manifestasi Klinis
Gagal jantung dapat menyebabkan berbagai manifestasi klinis yang dapat
teramati dari penderitanya.American Heart Association (2012) menjelaskan
beberapa manifestasi klinis yang biasanya muncul, antara lain:
1. Sesak napas atau dyspnea
2. Sesak napas atau dispnea biasanya dialami selama kegiatan (paling sering),
saat istirahat, atau saat tidur. Pasien CHF juga akan mengalami kesulitan
bernapas saat berbaring dengan posisi supine sehingga biasannya akan
menopang tubuh bagian atas dan kepala diatas dua bantal. Hal ini disebabkan
karena aliran balik darah di vena pulmonalis ke paru-paru karena jantung
tidak mampu menyalurkannya. Hal ini menyebabkan bendungan darah di
paru-paru.
3. Batuk persisten atau mengi

9
4. Penumpukan cairan pada jaringan atau edema
5. Kelelahan ataufatigue
6. Penurunan nafsu makan dan mual
7. Peningkatan denyut nadi
8. Kebingungan, gangguan berpikir

Sifat Dan Derajat Nyeri Pada Klien Gagal Jantung


Sifat Nyeri:
1. Akut
Timbul secara mendadak dan segera lenyap bila penyebab hilang.
Ditandai oleh nyeri seperti tertusuk benda tajam, pucat, disritmia, tanda
syok kardiogenik (akral dingin dan perfusi turun).
2. Kronis
Nyeri yang terjadi berkepanjangan hingga berbulan-bulan. Penyebabnya
sulit dijelaskan dan gejala objektif tidak jelas, dan biasanya disertai
dengan adanya gangguan kepribadian serta kemampuan fungsional.
Derajat Nyeri
1. Ringan : tidak menggangu aktivitas kehidupan sehari-hari (AKS) dan
penderita dapattidur.
2. Sedang : mengganggu AKS dan pasien dapattidur.
3. Berat : mengganggu AKS dan pasien tidak dapattidur
Manifestasi klinis pada penderita gagal jantung sistolik dan diastolik :
Kegagalan Jantung Sistolik Kegagalan Jantung Diastolik
Jantung tidak dapat berkontraksi dan Jantung tidak dapat rileks dan terisi
memompa
a. Pada kongesti pulmonal a. Edemea perifer dan dependen
terdengar krekels lembap pada akibat pengumpulan darah di
saatauskultasi. ekstremitas bawah.
b. Dispnea, napas pendek meskipun b. Peningkatan tekanan di ruang
aktivitasminimal. vaskuler memberikan tekanan pada
c. Sulit bernapas pada saat terjaga di jaringan dan cairan merembes
malam hari danortopnea. keluar ke rongga vaskuler dan
d. Batuk mungkin saja tidak menyebabkan edema pitting, cairan
produktif pada awalnya, dan yang merembes ke rongga
kemudian menjadi produktif abdomen menyebabkanasites.
karena cairan paru meningkat c. Pembesaran hati dapat
dengan dahak berwarna menyebabkan ketidaknyamanan
merahmuda. abdomen dan nyeri tekanakibat
peningkatan
tekanan vena dan aliran darah balik.

10
H. PemeriksaanPenunjang
Terdapat beberapa pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk
mengindikasikan CHF, antara lain adalah:
1. Elektrokardiogram(EKG)
Pemeriksaan elektrokardiogram harus dilakukan pada semua pasien yang
diduga gagal jantung.Abnormalitas EKG sering dijumpai pada gagal jantung
yaitu memiliki nilai prediktif yang kecil dalam mendiagnosis penyakit.Jika
EKG normal, diagnosis gagal jantung khususnya dengan disfungsi sistolik
sangat kecil (< 10%).

2. Fotothoraks
Merupakan komponen penting dalam diagnosis gagal jantung.Rontgen toraks
dapat mendeteksi kardiomegali, kongesti paru, efusi pleura dan dapat
mendeteksi penyakit atau infeksi paru yang menyebabkan atau memperberat
sesak nafas.Kardiomegali dapat tidak ditemukan pada gagal jantung akut dan
kronik. Cara menilai jantung pada foto thorax (Chest X- Ray) :
a. Tentukan terlebih dahulu batas jantung kanan dan kiri, batas jantung kanan
normal sejajar dengan garis parasentral kanan, sedangkan batas jantung
kiri normal kira-kira sejajar dengan garis mid klavikulakiri.

11
b. Tentukan rasio cardiac thorasic. Normal pada posisi berdiri <50% pada
posisi berbaring <55%. Jika lebih dari itu dikatakan kardiomegali. Jika
terdapat kardiomegali, lihat batas kiri bawah jantung dengan diafragma.
Jika tampak tertenam (grounded)dengansudut yang tumpul dapat
dikatakan pembesaran ventrikel kiri. Jika tampak membulat (rounded)
dengan sudut yang tajam dapat dikatakan pembesaran ventrikel kanan.
Kardiomegali berbentuk sepatu boot atau boot shape merupakan gambaran
khas penyakit jantung hipertensi, kardiomegali berbentuk tabung
enlemeyer bisa jadi gambaran kardiomiopati atau efusi perikard masif.
c. Nilai struktur jantung, dari batas kiri jantung bisa tentukan dari atas ke
bawah: arcus Aorta-conus Pulmonalis-Atrium kiri-Left ventrikel (APAL).
Aorta yang menonjol atau prominen bisa jadi mengalami elongatio aorta,
juga sering ditemukan kalsifikasi aorta. Biasanya pada pasien hipertensi
kronik. Conus pulmonalis merupakan gambaran dari main arteri pulmonal
yang jika menonjol bisa jadi terdapat hipertensi arteri pulmonal seperti
pasien mitral stenosis, Atrial Septal Defect (ASD) dan Primary Pulmonal
Hypertension (PPH). Atrium kiri jika membesar akan tampak gambaran
double contour yang terlihat di batas jantung kanan. Double contour
terbentuk dari gambaran atrium kanan dan atrium kiri yang membesar.
Gambaran mitral heart configuration merupakan perpaduan gamabran
kardiomegali rounded dengan double contour yang merupakan ciri khas
dari mitral stenosis. Dari batas kanan jantung, kita bisa tentukan vena cava
superois, aorta ascendens dan atrium kanan.
3. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium rutin pada pasien diduga gagal jantung adalah
darah perifer lengkap (hemoglobin, leukosit, trombosit), elektrolit, kreatinin,
laju filtrasi glomerulus (GFR), glukosa, tes fungsi hati dan urinalisis.
Pemeriksaan tambahan laindipertimbangkan sesuai tampilan klinis. Gangguan
hematologis atau elektrolit yang bermakna jarang dijumpai pada pasien
dengan gejala ringan sampai sedang yang belum diterapi, meskipun anemia
ringan, hiponatremia, hiperkalemia dan penurunan fungsi ginjal sering
dijumpai terutama pada pasien dengan terapi menggunakan diuretik dan / atau

12
ACEI (Angiotensin Converting Enzime Inhibitor), ARB (Angiotensin
Receptor Blocker), atau antagonis aldosterone.
4. Pemeriksaan Troponin I atauT
Pemeriksaan troponin dilakukan pada penderita gagal jantung jika gambaran
klinisnya disertai dengan dugaan sindroma koroner akut. Peningkatan ringan
kadar troponin kardiak sering ditemukan pada gagal jantung berat atau selama
episode dekompensasi gagal jantung pada penderita tanpa iskemia miokard.

I. Penatalaksanaan Medis
1. Farmakologis
Studi penelitian tentang gagal jantung telah menunjukkan bahwa beberapa
kelas obat (obat-obatan) telah terbukti terbaik untuk pengobatan gagal
jantung.Pasien gagal jantung mungkin memerlukan banyak obat.Masing-
masing memperlakukan gejala yang berbeda atau faktor penyebabnya.
Berikut adalah obat-obatan yang dapat digunakan untuk pasien dengan
CHF:
a. Angiotensin Converting Enzyme (ACE) Inhibitors biasanya diresepkan
meliputi:
1) Captopril(Capoten)
2) Enalapril(Vasotec)
3) Lisinopril (Prinivil, Zestril)
4) Perindopril(Aceon)
5) Ramipril(Altace)

Dosis Awal (mg) Dosis target (mg)


Captopril 6,25 (3x/hari) 50-100 (3x/hari)
Enalapril 2,5 (2x/hari) 10-20 (2x/hari)
Lisinopril 2,5- 5 (1x/hari) 20-40 (1x/hari)
Ramipiril 2,5 (1x/hari) 5 (2x/hari)
Perindopril 2 (1x/hari) 8 (1x/hari)

b. Angiotensin II Receptor Blockers ( atau Inhibitor ) (


Juga dikenal sebagai antagonis reseptor ARB atau Angiotensin-2 )

13
biasanya diresepkan meliputi:
1) Candesartan(Atacand)
2) Valsartan(Diovan)

Dosis Awal (mg) Dosis target (mg)


Candesartan 4/8 (1x/hari) 32 (1x/hari)
Valsartan 40 (2x/hari) 160 (2x/hari)

c. Beta Blockers (Juga dikenal sebagai Beta-Adrenergic Blocking


Agents). Biasanya diresepkanmeliputi:
1) Bisoprolol(Zebeta)
2) Metoprolol
3) Carvedilol(Coreg)

Dosis Awal (mg) Dosis target (mg)


bisoprolol 1,25 (1x/hari) 10 (1x/hari)
Carvedilol 3,125 (2x/hari) 20-50 (2x/hari)
Metoprolol 12,5/25 (1x/hari) 200 (1x/hari)

d. Antagonis alergenosteron. Biasanya diresepkan meliputi:


1) Spironolakton(Aldactone)
2) Eplerenone (Inspra)
Dosis Awal (mg) Dosis target (mg)
Eplerenon 25 (1x/hari) 50 (1x/hari)
Spironolakton 25 (1x/hari) 25-50 (1x/hari)
Metoprolol 12,5/25 (1x/hari) 200 x/hari)

e. Hydralazine dan isosorbide dinitrate. Biasanya diresepkan: Hydralazine


dan isosorbide dinitrate (obat kombinasi) - (Bidil) dosis awal:
hydralazine 12,5 mg dan ISDN 10 mg, 2 - 3 x/hari dan jika toleransi
baik, dosis dititrasi naik sampai dosis target (hydralazine 50 mg dan

14
ISDN 20 mg, 3-4x/hari)
f. Diuretik (Juga dikenal sebagai Pills Air). Biasanyadiresepkan meliputi:
1) Furosemide (Lasix)
2) Bumetanide (Bumex)
3) Torsemide (Demadex)
4) Hydrochlorothiazide atau HCTZ (Esidrix, Hydrodiuril)
5) Indapamide (Lozol)
6) Metolazone (Zaroxolyn)

g. Obat lain yang mungkin digunakan: Digoxin


Pada pasien gagal jantung dengan fibrilasi atrial, digoksin dapat
digunakan untuk memperlambat laju ventrikel yang cepat, walaupun
obat lain (seperti penyekat beta) lebih diutamakan. Dosis awal: 0,25 mg,
1 x/hari pada pasien dengan fungsi ginjal normal. Pada pasien usia
lanjut dan gangguan fungsi ginjal dosis diturunkan menjadi 0,125 atau
0,0625mg, 1x/hari.
2. Non-farmakologis
Penatalaksanaan non farmakaologis untuk penyakit CHF dapat dilakukan
dengan:
a. Transplantasijantung
b. Penggantian katupjantung
c. Operasi bypass artery coroner :CABG merupakan prosedur yang
dilakukan pada pasien penyakit arteri koroner dengan memotong
jaringan vena danarteri.

15
d. Menjaga Berat Badan
e. Olahraga yangteratur
f. Perubahan diet: rendah garam, kolestrol, lemak, peningkatan diet serat
rendahkalori
g. Pola hidup: berhenti merokok dan menghindari alkohol
h. Hindari stress
i. Istirahat yangcukup

16
J. PATHWAY

17
BAB II
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. IdentitasKlien

Nama : No. RM :
Umur : Pekerjaan :
JenisKelamin : Status Perkawinan :
Agama : Tanggal MRS :
Pendidikan : TanggalPengkajian :
Alamat : SumberInformasi :

2. RiwayatKesehatan
a. Diagnosa Medik: Gagal Jantung Kongestif
b. Keluhan Utama: keluhan yang paling dirasakan klien hingga klien
memerlukan pertolongan. Keluhan utama pada klien dengan gangguan
sistem kardiovaskuler secara umum antara lain sesak nafas, nyeri dada,
pingsan, berdebaar-debar, cepat lelah, edema ekstremitas, dansebagainya
c. Riwayat penyakit sekarang: perjalanan penyakit sejak timbul keluhan
hingga klien memintapertolongan.
d. Riwayat kesehatan terdahulu :
i. Penyakit yang pernah dialami : riwayat penyakit yang pernah dialami
klien sebelumnya. Misalnya hipertensi, penyakit katup jantung,
penyakit jantung bawaan, IMA, danlain-lain.
ii. Alergi (obat, makanan, plester, dll): apakah klien memiliki alergi
terhadap obat dan reaksi alergi yangtimbul.
iii. Kebiasaan/pola hidup/life style: bagaimana klien menjalani hidupnya
sehari-hari yang berkaitan dengan kesehatan
e. Riwayat penyakit keluarga : apakah ada penyakit keturunan yang dialami
anggota keluarga.

18
3. Pola aktivitas danistirahat
Dinilai untuk menilai kemampuan dan toleransi pasien dalam
melakukan aktivitas.Pada klien dengan CHF sering ditemukan keletihan dan
kelelahan sepanjang hari, nyeri dada dan sesak saat beraktivitas, sesak saat
istirahat.
4. Sirkulasi
Biasanya klien memiliki riwayat hipertensi, infark miokard baru/ akut,
episode GJK sebelumnya, penyakit jantung, bedah jantung, endokarditis,
anemia, syok septic, bengkak pada kaki, telapak kaki, abdomen.
5. Eliminasi
Untuk kasus CHF perlu dikaji frekuensi, konsistensi, warna serta bau
feses pada pola eliminasi alvi.Sedangkan pada pola eliminasi uri dikaji
frekuensi, kepekatannya, warna, bau, dan jumlah.Pada kedua pola ini juga
dikaji ada kesulitan atau tidak.
6. Nutrisi
Kehilangan nafsu makan, mual, muntah, dan perubahan berat badan.
7. Kenyamanan
Klien mengeluh nyeri dada, angina akut atau kronis, nyeri abdomen
kanan atas dan sakit padaotot..
8. Neurosensori
Klien menyatakan tubuhnya lemah, suka merasakan pusing, dan
terkadang mengalami pingsan.
9. Respirasi
Klien menyatakan dispnea saat beraktivitas, tidur sambil duduk atau
dengan beberapa bantal, batuk dengan/tanpa pembentukan sputum, riwayat
penyakit kronis, penggunaan bantuanpernapasan.
10. Pemeriksaanfisik
Keadaan umum
Keadaan umum pasien mulai saat pertama kali bertemu dengan klien
dilanjutkan mengukur tanda-tanda vital dan tingkat kesadaran.
a. B1(breathing)
Gejala-gejala kongesti vascular pulmonal adalah dipsnea, ortopnea, dispnea
nocturnal pasroksismal, batuk dan edema pulmonal akut, takipnea.Adanya

19
sputum mungkin bersemu darah.

b. B2(Blood)
1) Inspeksi : Inspeksi tentang adanya parut pada dada, keluhan
kelemahan fisik dan adanya edema ektremitas. Ujung jari kebiruan,
bibir pucatabu-abu.
2) Palpasi : Denyut nadi perifer melemah. Thrill biasanyaditemukan.

3) Auskultasi : Tekanan darah biasanya menurun akibat penurunan


volume sekuncup. Bunyi jantung tambahan akibat kelainan katup
biasanya ditemukan apabila gagal jantung adalah kelainan katup.
Irama jantung disritmia. Bunyi jantung S3 (Gallop) adalah diagnostik,
S4 dapat terjadi. S1 dan S2 mungkinmelemah.
4) Perkusi : Batas jantung mengalami pergeseran yang menunjukkan
adanya hipertrofi jantung(kardiomegali).
c. B3(Brain)
Kesadaran klien biasanya composmentis.Sering ditemukan sianosis
perifer apabila terjadi gangguan perfusi jaringan berat.Pengkajian
objektif klien meliputi wajah meringis, menangis, merintih meregang dan
menggeliat.
d. B4 (Bladder)
Pengukuran volume output urine selalu dihubungkan dengan intake
cairan. Perawat perlu memonitor adanya oliguria karena merupakan
tanda awal dari syok kardiogenik.Adanya edema ekstremitas
menunjukkan adanya retensi cairan yang parah.Penurunan berkemih,
urine berwarna gelap, berkemih malam hari (nokturia).
e. B5 (Bowel)
1) Hepatomegali : hepatomegali dan nyeri tekan pada kuadran atas
abdomen terjadi akibat pembesaran vena di hepar. Bila proses ini
berkembang, maka tekanan dalam pembuluh portal meningkat
sehingga cairan terdorong masuk ke rongga abdomen, suatu kondisi
yang dinamakan asites. Pengumpulan cairan dalam rongga abdomen
ini dapat menyebabkan tekanan pada diafragma sehingga klien dapat
mengalami distress pernapasan

20
2) Anoreksia : anoreksia (hilangnya selera makan) dan mual terjadi
akibat pembesaran vena dan stasis vena didalam ronggaabdomen.
f. B6 (Bone)
1) Ektremitas : pada ujung jari terjadi kebiruan dan pucat. Warna kulit
pucat dansianosis.
2) Edema : edema sering dipertimbangkan sebagai tanda gagal jantung
yang dapat dipercaya dan tentu saja, ini sering ditemukan bila gagal
ventrikel kanan telah terjadi. Ini sedikitnya merupakan tanda yang
dapat dipercaya bahwa telah terjadi disfungsiventrikel.
3) Mudah lelah : klien dengan gagal jantung akan cepat merasa lelah, hal
ini terjadi akibat curah jantung yang berkurang yang dapat
menghambat sirkulasi normal dan suplai oksigen ke jaringan dan
menghambat pembuangan sisa hasil katabolisme. Juga terjadi akibat
meningkatnya energi yang digunakan untuk bernapas dan insomnia
yang terjadi akibat distress pernapasan dan batuk. Perfusi yang kurang
pada otot-otot rangka menyebabkan kelemahan dan keletihan. Gejala-
gejala ini dapat dipicu oleh ketidakseimbangan cairan dan elektrolit
atauanoreksia.

B. DiagnosaKeperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien dengan CHF
adalah:
1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan denganhiperventilasi.
2. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahankontraktilitas.
3. Intoleran aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhanoksigen.
4. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan retensi natrium danair.
5. Hambatan pertukaran gas berhubungan dengan ketidak seimbangan
ventilasi perfusi.
6. Ketidakefektian bersihan jalan napas berhubungan dengan mukusberlebih.
7. Nyeri akut berhubungan dengan adanya pembesaran dihati.
8. Definiensipengetauan berhubungan dengah kurang informasi

21
J. Intervensi

Hari/ Tgl/
Dx NOC NIC RASIONAL Paraf
Jam
Ketidake Hari/Tanggal/ Tujuan: 1. Posisikan klien semifowler 1. Posisi semifowler atau head
fektifan jam dilakukan Setelah dilakukan 2. Latih klien teknik nafasdalam up membantunafas pasien
pola perencanaan tindakan keperawatan dan batukefektif menjadi lebih lancar sehingga
nafas tindakan selama 3x24 jam klien 3. Lakukan fisioterapidada sesak nafas dapat berkurang.
diharapkan masalah sebagaimanamestinya 2. Penumpukkan mukuspada
ketidakefektifanpola 4. Monitor tanda-tanda vital jalan nafas menyebabkan
nafas dapat teratasi meliputi tekanan darah,suhu, hiperventilasi sehingga perlu
dengan pernafasan pernafasan, nadi dan saturasi dikeluarkan dengan
klien kembali normal. oksigen tekniktersebut.
Kriteria Hasil: 5. Monitor kecepatan, irama, 3. Fisioterapi dadadiberikan
- Pasien tidak kedalaman, dan kecepatan pada klien dengan
mengalamisesak bernafas penumpukkan sputum
nafas 6. Kaji perlunya penyedotan pada sehingga sputum mudah
- Pola nafaspasien jalan nafas dengan auskultasi dikeluarkan.
efektif dengan suara nafas ronki di paru 4. Observasi harusdilakukan
iramareguler 7. Beri informasi penyakit terkait untuk melihat perkembangan
- TTV dalamrentang kepada klien dan keluarga kondisi klien sehingga
normal (TD : 100- meliputi(pengertian, penyebab, tindakan darurat dapat segera
140/60-90 ; S : 36,5- tanda gejala, diberikan.
37,5 ˚C ; N : 60-100 penatalaksanaanmedis) 5. Observasi dilakukan untuk
x/menit; 8. Ajarkan klien dankeluarga melihat perubahan irama,
RR : 16-24 x menit) mencari mekanisme koping yang kecepatan, dan kedalaman

22
sesuai untuk menurunkan nafas.
kecemasan 6. Langkah terakhir apabila
9. Kolaborasi penatalaksanaan mukus tidak dapat
farmakologi dengan tenaga dikeluarkan dengan batuk
medis lainnya efektif, fisioterapi dan
10. Kolaborasi dalampemberian nebulizer makasuctioning
terapi oksigentambahan perludilakukan.
11. Kolaborasi dalampemberian 7. Menambah pengetahuan dan
nebulizer bagi klien untuk pemahamankeluarga dan klien
mencairkan mukus yang agar mudah proses
berlebih pengobatan dan perawatan
bagiklien.
8. Sikap adaptasi terkait kondisi
yang baru perlu dicari
untukmenghindari terjadinya
depresi dan
kecemasanberlebihan.
9. Terapi kimiawi untuk
mendukungkeadekuatan pola
pernafasan.
10. Memberikan suplai oksigen
dan menjada keadekuatan
polanafas sehingga lebih
efektif.
11. Memberikan alternatif yang
cepat guna mencairkan

23
sputum yang
menganggu jalan nafas.

Penurun Hari/Tanggal/ Tujuan: 1. Beri posisi yang nyaman bagi 1. Posisi head up atau semifowler
an curah jam dilakukan Setelah dilakukan pasien (head up 30˚ atauposisi membantu nafas pasien
jantung perencanaan tindakan keperawatan semifowler) menjadilebih mudah sehingga
tindakan selama 3x24 jam 2. Susun waktu latihan dan sesak nafas diharapkan dapat
masalah penurunan istirahat untuk mencegah berkurang.
curah jantung pada kelelahan 2. Jadwal disusun untuk
pasien dapat tertasi. 3. Berikan terapirelaksasi membantu program istirahat
Kriteria hasil: 4. Berikan dukunganuntuk dan latihan di tempat tidur
- TTV dalamrentang teknik yang efektif bagipasien.
normal (TD : 100- mengurangistress 3. Terapi relaksasi seperti nafas
140/60-90 ; S : 36,5- 5. Memastikan aktivitas klien dalam akan membantu otot
37,5 ˚C ; N : 60-100 tidak membahayakan curah lebih rileks dan mengambil
x/menit; jantung oksigen lebihadekuat.
RR : 16-24 x menit) 6. Monitor tanda-tanda vital 4. Sikap adaptasi terkait kondisi
- Irama pernafasan meliputi tekanan darah,suhu, yang baru perlu dicari
kembali regulerdan pernafasan, nadi dan saturasi untukmenghindari terjadinya
kedalaman inspirasi oksigen depresi dan
sedang. 7. Monitor EKG danperubahan kecemasanberlebihan.
- Status sirkulasi segmen ST sebagaimana 5. Mencegahterjadi
pasienmembaik mestinya kelelahan yang dapat
dengan SPO2 8. Monitor keseimbangancairan membahayakan kondisi klien.
kisaran 90-100%. 9. Monitor nilai laboratorium 6. Observasi harus dilakukan
yang tepat untuk melihat perkembangan
kondisi klien sehingga

24
10. Berikan informasi bagi klien dan tindakan darurat dapat segera
keluarga mengenaitujuan diberikan.
perawatan dan bagaimana 7. Memantau perkembangan dan
kemajuan kondisi klien akan kondisi jantungterkini dan
diukur melihat patologis pada jantung.
11. Berikan informasi bagi klien 8. Observasi tanda-tanda
dan keluarga untuk mengikuti kekurangan ataukelebihan
program rehabilitasijantung cairan yang diberikan.
12. Kolaborasi dengantenaga medis 9. Mengetahui hasil pemeriksaan
lainnya dalam memberikan laboratorium guna
terapi farmakologi menunjangdiagnosa.
10. Pemberian informasi tambahan
memudahkan keluarga dan
klien memahami suatukondisi
dan mengurangi kecemasan.
11. Obat-obatan farmakologi
diperlukan untuk membantu
mendukung
kerja jantung.
Intoleran Hari/Tanggal/ Tujuan: 1. Tingkatkan tirah baringdan 1. Tirah baring dan
aktivitas jam dilakukan Setelah dilakukan pembatasanaktifitas pemabatasan aktivitas akan
perencanaan tindakan keperawatan 2. Lakukan ROM aktif danpasif mengurangi penggunaan
tindakan selama 3x24 jam untuk menghilangkan energi sehingga klien
diharapkan klien dapat keteganganotot tidakakan kelelahan.
meningkatan kemampuan 3. Berikan kegiatanpengalihan 2. Pasien dengan tirahbaring
dalam melakukan yang menenagkan untuk perlu di ROM pasif

25
aktivitas ringan. meningkatkanrelaksasi sehingga otot dan
Kriteria hasil: 4. Kaji skala kekuatan ototklien persendian tidak
- TTV dalam rentang 5. Monitor tanda-tanda vital mengalamikekakuan.
normal ketika meliputi tekanan darah,suhu, 3. Pasien dengan tirah baring
beraktifitas (TD : pernafasan, nadi dansaturasi dalam waktu yang lama akan
100-140/60-90 ; S : 6. Monitor asupan nutrisidan merasakan lelah dan bisan
36,5-37,5 ˚C ; N : cairan sehingga perlu diberikan
60-100 x/menit ; RR : 7. Monitor waktu dan lama suatupengalihan sesuai
16-24 xmenit) istirahat/tidurklien ketertarikanpasien.
disertai saturasi 8. Beri informasi mengenaiefek 4. Skala kekuatan otot dikaji
oksigen rentang 90- yang dapat terjadi bila klien guna melihat perkembangan
100%. beraktivitasberlebih ototpasien.
- Daya tahan atau 9. Beri informasi mengenai tanda- 5. Observasi harus dilakukan
kekuatan otot pada tanda kelelahan dan untuk melihat
skala 4. instruksikan keluarga untuk perkembangan kondisi klien
- Konsentrasidan nafsu melaporkan bisamenemukan sehinggatindakan
makan yang kembali gejala kelelahan darurat dapat segera
normal. 10. Kolaborasi dengan ahligizi diberikan.
dalam pemberian asupan 6. Melihat intake makanan
nutrisi bagiklien dan cairan yang masuk ke
11. Kolaborasi dengan tenaga pasien.
medis lainnya dalam 7. Observasi guna melihat
pemberian terapifarmakologi istirahat dan tidurklien.
8. Memberikanpengetahuan
serta melibatkan keluarga
dalam perawatanklien.

26
9. Berbagi informasi untuk
memudahkan keluarga
dalam merawat klien dan
sebagai bentukkerjasama
mencegah suatu hal yang
tidak diinginkanterjadi.
10. Guna meningkatkan energi
klien.
11. Guna meningkatkantidur
klien.

27
K. Implementasi
Kata implementasi sendiri berasal dari bahasa Inggris “to implement”
artinya mengimplementasikan.Tak hanya sekedar aktivitas, implementasi
merupakan suatu kegiatan yang direncanakan serta dilaksanakan dengan serius
juga mengacu pada norma-norma tertentu guna mencapai tujuan kegiatan. Dalam
kalimat lainimplementasi itu sebagai penyedia sarana untuk melaksanakan sesuatu
yang menyebabkan dampak terhadap sesuatu. Berdasarkan konsep dasar asuhan
keperawatan pada penyakit gagal jantung dengan diagnosa utama yakni
ketidakefektifan pola napas dapat dilakukan dengan memposisikan klien semi
fowler, memotivasi klien untuk bernafas pelan, dalam, dan batuk, mendengarkan
suara nafas dan catat adanya suara nafas tambahan, memerikan oksigenasi jika
diperlukan, memonitor status pernafasan dan status oksigen yangsesuai.
L. Evaluasi
Evaluasi merupakan penilaian dari keberhasilan atau tidaknya suatu tindakan
untuk mengatasi masalah yang dihadapi pasien.Pada tahap evaluasi juga dapat
melihat bagaimana perubahan dan respon yang dirasakan oleh pasien.Berdasarkan
konsep dasar asuhan keperawatan pada pasien dengan penyakit gagal jantung
dapat dilihat melalui tercapainya kriteria hasil yang sudah ditulis seperti status
pernafasan kembali normal.

28
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
DAN ANALISA MENURUT TEORI

A. Identitas Pasien
Nama : Ny S.M No. RM :657589
Umur : 72 tahun 3 bulan 16 hari Pekerjaan : Ibu RT
Jenis Kelamin : P Status Perkawinan : Kawin
Agama : Islam Tanggal MRS : 24-1-2019
Pendidikan :- Tanggal pengkajian : 24-1-
2019
Alamat : Umbulrejo,Umbulsari,Jember Sumber informasi

B. Riwayat Kesehatan

1. Diagnosis medik
Congestive Heart Failure (CHF)
2. Keluhan Utama
Sesak Nafas
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Keluarga mengatakan pasien merasakan nyeri pada dada sebelah kiri dimana
nyeri bersifat hilang timbul ±2 hari dan dihari ke 2 nyeri disertai sesak nafas
dan badan menjadi dingin sehingga keluarga membawa pasien ke RS Jember
Klinik. Sebelumnya pasien juga sempat dirawat di RS Kaliwates ±4 hari dan
diperbolehkan untuk pulang, namun gejala kambuh kembali saat dirumah
4. Riwayat Kesehatan Dahulu
a. Penyakit yang pernah dialami:
Keluarga mengatakan bahwa pasien pernah menderita penyakit DM
namun sudah lama sekali ketika pasien berusia ±50 tahunan, dan saat ini
kadar gulanya jarang tinggi. Selain itu keluarga mengatakan bahwa pasien
pernah dirawat karena pembesaran jantung (kardiomegali) namun keluarga
lupa kapan pasti tahun pasien dirawat di RS
b. Alergi (obat, makanan, plaster, dll):
Keluarga mengatakan pasien tidak memiliki riwayat alergi obat, makanan
atau apapun

29
c. Imunisasi:
Keluarga mengatakan tidak tahu pasti apakah pasien mendapatkan
imunisasi lengkap atau tidak
d. Kebiasaan/ pola hidup/ life style:
Keluarga mengatakan pasien setiap harinya hanya dirumah melakukan
aktivitas ringan seperti duduk-duduk atau menonton televisi, sesekali
dipagi hari berjalan-jalan dihalaman rumah, keluarga mengatakan pasien
tidak merokok dan mulai pilih-pilih makanan, keluarga mengatakan pasien
mulai diterapkan untuk mengurangi makanan yang bersantan dan
berminyak.
e. Obat-obat yang digunakan:
- Galvus 500mg
- Amaryl 2mg
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
Keluarga mengatakan dalam keluarga tidak ada riwayat penyakit menurun
atau degenerative sebelumnya dan saat ini pun yang sakit hanya pasien ,
selain itu anggota keluarga hanya sakit ringan seperti pegal-pegal, pusing, flu
atau demam dan sakit gigi.
Genogram :

C. Pengakajian Keperawatan
1. Pola persepsi dan tata laksana kesehatan
Keluarga mengatakan pasien rutin dibawa kepelayanan kesehatan untuk cek
kesehatan karena keluarga dan pasien sendiri paham bahwa orang dengan

30
penyakit kronis harus rutin kontrol ke dokter.Keluarga juga mengatakan
bahwa pasien jarang berolahraga kecuali sekedar berjalan-jalan dihalaman
rumah. Saat sakit yang diderita kambuh, keluarga siap membawa pasien ke
UGD dan saat sakit, pasien bedres total karena sesak nafas. Keluarga
mengatakan tidak terlalu paham tentang penyakit gagal jantung secara luas,
hanya mengerti apabila nyeri pada dada dan sesak nafas maka harus segera
kerumah sakit.

Interpretasi :
Persepsi kesehatan dan pemeliharaan kesehatan keluarga serta pasien cukup
baik karena memanfaatkan pelayanan kesehatan secara optimal, namun
keluarga kurang mengerti tentang penyakit gagal jantung yang diderita pasien
secara baik.

2. Pola nutrisi/metabolik (ABCD)(saat sebelum sakit dan saat dirumah sakit)


- Antropometri
BB : ±55 kg IMT = BB
TB : ±150 cm (TB)²
= 55
(1,5)²
= 55
2,25
= 24,4
- Interpretasi
IMT 24,4 artinya kecendrungan berat badan berlebih
- Biomediacal sign
Hemoglobin (Hb) : 12,2 gr/dl
- Interpretasi
Nilai Hb pasien dalam rentang normal
- Clinical sign
Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, mukosa bibir kering, rambut
tipis tidak rontok berwarna kelabu, perut soepel, tidak ada asites pada perut,
tidak ada nyeri tekan pada perut, tidak mual, tidak muntah, pasien tampak
pucat

31
- Interpretasi
Tidak ada tanda-tanda masalah nutrisi yang sepesifik pada pasien sehingga
dapat disimpulkan tidak ada masalah nutrisi pada pasien tetapi perlu
diperhatikan untuk mencegah resiko malnutrisi
- Diet pattern ( intake makana dan cairan )
Sebelum Sakit Saat Sakit
- Frekuensi makan - 3x / hari dipagi hari, siang, - 3x/ hari jam sesuai
siang/ malam hari dengan pembagian dari RS
waktu yang tidak teratur
- Porsi makan - 1piring /makan - ¼ piring atau 4-6
sendok makan
- varian makanan - Nasi putih/nasi jagung - Sesuai diet makanan
sayur, tahu, tempe ikan, yang diberikan di RS
telor
- Nafsu makan - Baik - Kurang nafsu makan
- cairan - Minum ±6 gelas air - Air meneral ± 500-
putih /hari (900-1200 ml) 600ml, cairan infus
konsumsi sayur berkuah, PZ 500ml /hari
ada kalanya pasien banyak (±8tpm) furosemid
minum 50cc/2,5cc perjam
- Interpretasi
Terjadi penurunan nafsu makan

3. Pola eliminasi
BAK Sebelum Sakit Saat Sakit
- Frekuensi ± 2-3 kali/hari Mengunakan pempers
- Jumlah ± 600-800 ml Tidak terkaji
- Warna Kuning jernih Tidak terkaji
- Bau Bau khas urine : amoniak Tidak terkaji
- Karakter Cair Cair
- BJ - -
- Alat Bantu - Mengunakan pempers
- Kemandirian Mandiri Mengunakan pempers
- Lain - -

BAB Sebelum Sakit Setelah Sakit


- Frekuensi 1 kali /hari Mengunakan pempers
- Jumlah Tidak terkaji Belum BAB
- Konsistensi Lembek Belum BAB
- Warna Kuning kecoklatan Belum BAB
- Bau Bau khas feses Belum BAB
- Karakter Lembek Belum BAB
- BJ - -
- Alat Bantu - -

32
- Kemandirian Mandiri Dibantu keluarga
- Lain - -

Interpretasi :
Banlance cairan :
Tidak terkaji

4. Pola aktifitas dan latihan:


Sebelum sakit aktivitas pasien dilakukan secara mandiri tanpa ada halangan
namun hanya sebatas aktivitas ringan seperti duduk-duduk, menonton televisi
berjalan dihalaman rumah dan bila siang, pasien biasanya tidur siang saat
sakit aktivitas pasien hanya istirahat total (bedres total) di tempat tidur,
sesekali pasien miring kekanan, miring kekiri, telentang, dan setengah duduk

Aktivitas harian (Activity Dally Living)


Kemampuan merawat diri 0 1 2 3 4
Makan/minum v
Toileting v
Berpakaian v
Mobilitas ditempat tidur v
Berpindah v
Ambulasi /ROM v
Ket: 0: tergantung total, 1: dibantu petugas dan alat, 2: dbantu petugas, 3:
dibantu alat, 4: mandiri

Status Oksigenasi:
Keluarga mengatakan masih sesak, RR rata-rata tiap jam 25-26x/menit SPO2
rata-rata tiap jam ±96-97%, suara paru ronchi + vasikuler, nafas dalam,
gerakan dinding dada simetris +/+
Fungsi kardiovaskuler
Nadi rata-rata tiap jam ±97-103 x/menit, TD rata-rata tiap jam 130/68 –
140/90mmHg, Auskultasi bunyi jantung s1/s2 tunggal, suara jantung
tambahan s3 gallop
Terapi oksigen :
Terapi oksigen 10 liter permenit mengunakan non-rebreathing mask
Interpretasi:
Pola aktivitas pasien sebagian besar dbantu oleh petugas/keluarga dan pasien
dibatasi untuk aktivitasnya karena pasien mengalami sesak nafas dan harus

33
mendapat terapi oksigen.
5. Pola istirahat – tidur
Sebelum Sakit Saat Sakit
- Durasi - ±5-6 jam/ hari - ±3jam /hari
- Ganguan tidur - Tidak ada - Sesak nafas membuat
paasien sulit tidur
- Keadaan bangun - Segar - Lemas
tidur - Mudah terbangun
- Lain-lain - Jarang terbangun saat saat tidur, dan sulit
tidur tertidur
Interpretasi
Pola tidur dan istirahat pasien di RS tidak teratur dan pasien kesulitan untuk
tertidur serta sering terbangun saat tidur
6. Pola kognitif &perceptual
Fungsi kognitif dan memori:
Pasien masih dapat bekomunikasi dengan baik dan menjawab sesuai
pertanyaan. Pasien mulai lupa dengan riwayat kesehatannya dimasa lampau
Fungsi dan keadaan indera:
Penglihatan : klien mampu melihat namun pandangan kabur, tetapi dapat
mengenali orang-orang disekitarnya dengan cukup baik
Pendengaran : klien merespon secara verbal dan mendengar cukup baik
Perabaan : klien berespon cukup lambat saat diberikan sentuhan pada telapak
tangan dan kakinya
Penciuman : klien kesulitan membedakan bau makanan karena sesak nafas
Pengecap : klien mempu membedakan rasa cukup baik
Interpretasi :
Pasien tidak memiliki masalah pada pola kognitif dan perceptual kecuali
mengalalmi penurunan memori masa lampau dan ganguan penciuman karena
sesak nafas
7. Pola konsep diri
Gambaran diri :
Pasien dan keluarga mengatakan saat itu pasien merasa tidak bisa melakukan
apapun seperti sebelum sakit, pasien tergangu dengan sesak nafas yang
dialaminya, pasien merasa kondisinya ini lemah
Identitas diri :

34
Pasien mampu menyebutkan namanya dan siapa dirinya di keluarganya
Harga diri :
Pasien merasa tidak malu dan biasa saja dengan kondisinya saat ini karena
memang sudah berusia tua sehingga fisik lemah mudah sakit
Ideal diri :
Pasien berharap dapat sembuh dan berkumpul dengan keluargnya dirumah
dan melakukan aktivitas seperti biasanya.
Peran diri :
Pasien berberan sebagai ibu, ibu mertua, dan nenek dari cucu-cucunya dan
masih menjalani peran tersebut walaupun sedang sakit
Interpretasi :
Pasien memiliki masalah pada gambaran dirinya
8. Pola seksualitas& reproduksi
Pola seksualitas :
Tidak terkaji
Fungsi reproduksi
Pasien menikah dan memiliki seorang suami namun telah mennggal, anak
empat berjenis kelamin laki-laki semua, pasien saat ini telah menopouse
Interpretasi :
Pola seksualitas tidak terkaji dan pasien melakukan fungsi reproduksi tanpa
masalah.
9. Pola hubungan – peran
Pasien memiliki hubungan yang cukup baik dengan keluarganya (anak-anak,
cucu, dan saudaranya), pasien masih berperan sebagai ibu dan nenek di
kelargany.Hal ini dibuktikan dari beberapa anggota keluarga bergantian
menemani pasien di Rumah sakit.
Interpretasi :
Pola peran dan hubungan pasien cukup baik dan tidak ada masalah
10. Pola manajemen koping-stress
Keluarga mengatakan pasien merasa takut berada diRS dan ingin pulang
apabila terpikir sakitnya dan bila rasa sesak nafasnya memberat
Interpretasi :
Klien mengalami kecemasan terhadap penyakitnya

35
11. Pola nilai dan kepercayaan
Saat dirumah pasien sholat dan rajin beribadah, saat diRS pasien tidak dapat
beribadah seperti biasanya karena kondisinya saat ini
Interpretasi :
Pasien mengalami masalah pada pola keyakinan dan spiritual

B. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum:
Pasien tampak lemas, pucat dan sesak nafas, pasien mendapat terapi oksigen
NRM 10 LPM, badan hangat, akral hangat, GCS E4, V5, M6, SpO2 93% , tirah
baring posisi head up 30º telentang jalan nafas spontan, pernafasan spontan
Tanda– tanda Vital :
TD : 141/67 mmHg
Suhu :37,7C
N : 99x/mnt
RR : 30 x/mnt
Interpretasi :
Kesadaran composmentis, terbaring lemas dan sesak nafas

Pengkajian head to toe (inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi)


1. Kepala
Inspeksi : Bentuk kepala simetris, distribusi rambut rata dan tipis, warna
rambut kelabu, kulit kepala cukup bersih, rambut berminyak karena keringat,
tidak ada lesi, wajah simetris, tidak ada benjolan.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan pada area kepala, tidak teraba benjolan.
2. Mata
Inspeksi : Bentuk mata simetris, mata kiri lebih lebar terbuka dibandingakan
mata kanan, pupil isokor ukuran 3/3, refleks cahaya +/+ , konjungtiva tidak
anemis, sclera tidak ikterik, pandangan jarak jauh cukup kabur, pupil keruh.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan didaerah sekitar mata.
3. Telinga
Inspeksi : bentuk telingga simetris, cukup kotor karena serumen, tidak ada
jejas, penurunan pendengaran telingga kanan dan kiri, tidak ada lesi.

36
Palpasi : tidak ada nyeri tekan pada daerah telinga.
4. Hidung
Inspeksi : bentuk simetris, tidak ada benjolan, tidak ada jejas, pernafasan
cuping hidung, tidak ada penumpukan secret di hidung, septum nasal tampak
bersih tidak ada lesi.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan pada hidung, tidak teraba masa, nostril
kembali saat di tekan
5. Mulut
Inspeksi : mulut simetris, mukosa bibir kering, lidah berwarna putih, gigi
kekuningan, tidak ada sianosis, tidak ada stomatitis, tidak gigi dibeberapa
bagian.
6. Leher
Inspeksi : bentuk simetris, tidak ada jejas, tidak tampak pembesaran kelenjar
tiroid, mampu menengada, menunduk, menoleh kekanan dan kekiri
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, distensi vena jugularis tidak ada, nadi carotis
kuat
7. Thorax (dada)
Inspeksi : bentuk dada simetris, retraksi dinding dada, tidak ada jejas,
perkembangan dada kanan dan kiri simetris, tidak tampak kelainan bentuk
dada, ictus cordis tidak terlihat.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan, ictus teraba, vecal fremitus teraba sama
Perkusi : jantung suara pekak pada ics 46 sinistra sentrum, paru-paru sonor
pada sentrum dextra
Auskultasi : suara jantung tambahan gallop, ronki pada kedua lapang paru,
s1/s2 tunggal, suara nafas reguler, dan dalam RR 22x/menit
8. Abdomen
Inspeksi : tidak ada jejas, sebaran rambut tidak terlihat
Auskultasi : bising usus ±8x/menit
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
Pekusi : suara dullnes pada setiap kuadran
9. Urogenital
Terpasang pempers
10. Ekstrimitas

37
Inspeksi : bentuk simetris kanan kiri atau maupun bawah, terpasang infus
sebelah kanan, tidak ada jejas, tidak ada benjolan, kuku bersih, pengerasan
kuku kaki, tidak ada clubbing finger, tidak ada edema pada ektermitas.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan pada ektermitas akral hangat kering, kekuatan
otot 3333 3333
2222 2222

11. Kulit dan kuku


Ispeksi : kulit kuning langsat, tidak ada jejas, tidak ada benjolan, kulit kering,
kuku kaki sedikit kotor dan pengerasan kuku kaki, kuku pucat.
Palpasi turgor kulit kering, CRT 2 detik

12. Keadaan lokal


Nyeri skala 5 hilnga timbul dan timbul pada dada kiri, fokus berkurang, sesak
nafas
J. Pemeriksaan Diagnostik
1. Laboratorium
Tanggal : 24 /01/2019
N NILAI RUJUKAN
PEMERIKSAAN HASIL
O NILAI SATUAN
1 Hb 12-16 gr/dl 12,2
2 Leukosit 4.500- /mm3 30.000
11.000
3 Trombosit 150.000- /mm3 290.000
450.000
4 PCV 38-47 % 40,2
5 KGA <200 Mg/dl 111

2. Radiologi
Tanggal : 25 / 01 / 2019
No PEMERIKSAAN HASIL
1 X- Foto thorax  Kardiomegali
 Diagfragma kanan letak
tinggi

3. EKG
OMI Anterior, Sinus Tachicardy

38
J. Terapi
1. Oral
 Concor : 2,5 mg/oral/ dosis 1.0.1 (pagi
dan sore/malam)
Valsartan : 80 mg/oral/ 1.0.0 (1x sehari pagi)
 Amlodipin : 10 mg/ oral/ 0.0.1 (1x malam
hari)
2. Parenteral
 NaCl 0,9% 500ml : 8 tpm/IVFD
 Ranitidine 50mg : 2x50 mg/ I.V bolus
 Meropenem 1gR : 2x1gr/I.V
 Fluimucil : 2x 1 amp/Nebulizer

Mahasiswa,

______________________
NIM : ……………….

39
Analisis data

No DATA PENUNJANG ETIOLOGI MASALAH


1 Ds : Jantung gagal Ketidakefektifan
Keluarga mengatakan sesak memompa pola nafas
nafas itu belum berkurang
(membaik) sejak kemarin Tekanan diastole

Do : Bendungan vena
 Tampsk otot bantu
pernafasan Mendesak
 RR 22 x/menit diafragma
 Tampak pernafasan melalui
mulut/ bibir Hiperventilasi
 Tampak pernafasan cuping
hidung Sesak nafas
 Tampak nafas dalam
 Tampak fokus berkurang Pola nafas tidak
efektif
2 Ds : Gagal jantung Intoleransi
Keluarga mengatakan “kalau ibu Aktivitas
banyak gerak kayak sedikit Ketidakseimbangan
gelisah gitu, nafasnya langsung suplai O2 dengan
cepat, sesak nafasnya makin kebutuhan
menjadi.
Penuruan kontraksi
DO :
 Tampak tirah baring Penurunan cardiac
 Tampak lemas dan pucat output
 Kekuatan otot
3 3 Perfusi ke jantung
menurun
2 2
 RR : 22 x/menit Metabolisme aero
menurun

Cadangan lemak
menurun

Mudah lelah saat


aktivitas

Intoleransi aktivitas
3 Ds : Jantung gagal Ketidakefektifan
Keluarga mengatakan “kalau memompa bersihan jalan
tidur terdengar grok-grok dan nafas
batuknya ibu, tapi bentuknya Tekanan vena
tidak terlalu kuat” pulmonal

40
meningkat

Do :
 Suara nafas tambahan ronchi Energi berkurang
 Batuk tidak efektif
 Sputum berlebih Betuk tidak efektif
 RR 22x/menit
Penumpukan sekret

Ketidakefektifan
bersihan jalan nafas

Prioritas Diagnosa Keperawatan


Tanggal 25/01/2019
1. `ketidakefektifan pola nafas b.d hiperventilasi d.d keluarga mengatakan
“sesal nafas ibu belum membaik sejak kemarin” tampak otot bantu
pernafasan digunakan, RR 22 x/menit, tampak pernafasan melalui mulut,
bibir, tampak pernafasan cuping hidung, tampak nafas dalam, tampak
fokus berkurang.
2. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d mukus yang berleih d/d keluarga
mengatakan “kalau tidur terdengar grok-grok dari dahaknya ibu, tapi
bentuknya tidak terlalu kuat” suara nafas tambahan ronchi, batuk tidak
efektif, sputum berlebih, RR 22 x/menit
3. Intoleransi aktifitas b.d ketidak seimbangan suplai O2 dengan kebutuhan
d.d keluarga mengatakan “kalau ibu banyak gerak kayak sedikit gelisah
gitu, nafasnya langsung cepat, sesak nafasnya makin menjadi, tampak tirah
baring, tampak lemas dan pucat, kekuatan otot : 3 3 , RR 22 x/menit.

2 2

41
Rencana Keperawatan

Tgl/ Dx. Keperawatan Tujuan & Kriteria Hasil Rencana Tindakan Rasional
Jam
Bersihan jalan Jalan nafas pasien efektif 1. Lakukan manajemen pernafasan 1. Penatalaksanaan yang baik menjamin
nafas tidak efektif dalam waktu 2x24 jam a. Beri posisi tidur fowler/ keberhasilan
KH: semifowler a. Posisi semifowler bisa berpengaruh
1. Suara nafas bersih b. Ajarkan dan motivasi batuk terhadap peningkatan ekspansi paru
2. Batuk menghilang efektif b. Batuk merupakan respon alamiah dalam
3. Sekret tidak ada 2. Lakukan monitoring dan evaluasi pengeluaran sekret
terhadap 2. Perubahan status bersihan jalan nafas
a. Suara nafas diketahui dengan monitoring yang adekuat :
b. Batuk a. Akumulasi secret/ penyempitan bronkus
3. Berikan edukasi tentang penyebab menjadikan jalan nafas terhambat
bersihan jalan nafas tidak efektif b. Respon alami tubuh untuk mengeluarkan
4. Laksanakan hasil kolaborasi: sekret
a. Infus NaCl 0.9% 8tpm 3. Pengetahuan yang adekuat membuat pasien
b. O2 NRM 10 lpm kooperatif dalam intervensi keperawatan
c. Suction kalau perlu 4. Profesionalisme lebih tepat
a. Hidrasi adekuat membantu pengenceran
secret sehingga mudah dikeluarkan
dengan batuk
b. Obstruksi jalan nafas menyebabkan
saturasi oksigen menurun
c. Pengeluaran sekret bisa dilakukan dengan
suction berkala

42
Ketidake fektifan Setelah dilakukan 1. Posisikan klien semifowler 1. Posisi semifowler atau head up
pola nafas tindakan keperawatan 2. Latih klien teknik nafasdalam membantunafas pasien menjadi lebih
selama 3x24 jam klien dan batuk efektif lancar sehingga sesak nafas dapat
diharapkan masalah 3. Lakukan fisioterapi dada berkurang.
ketidakefektifan pola sebagaimanamestinya 2. Penumpukkan mukuspada jalan nafas
nafasdapat teratasi 4. Monitor tanda-tanda vital menyebabkan hiperventilasi sehingga
dengan pernafasan klien meliputi tekanan darah,suhu, perlu dikeluarkan dengan tekniktersebut.
kembali normal. pernafasan, nadi dan saturasi 3. Fisioterapi dadadiberikan pada klien
Kriteria Hasil: oksigen dengan penumpukkan sputum sehingga
1. Pasien tidak 5. Monitor kecepatan, irama, sputum mudah dikeluarkan.
mengalamisesak kedalaman, dan kecepatan 4. Observasi harusdilakukan untuk melihat
nafas bernafas perkembangan kondisi klien sehingga
2. Pola nafaspasien 6. Kaji perlunya penyedotan pada tindakan darurat dapat segera diberikan.
efektif dengan jalan nafas dengan auskultasi 5. Observasi dilakukan untuk
suara nafas ronki di paru 6. melihat perubahan irama, kecepatan, dan
iramareguler
7. Beri informasi penyakit terkait kedalaman nafas.
3. TTV dalamrentang
kepada klien dan keluarga 7. Langkah terakhir apabila mukus tidak
normal (TD : 100-
meliputi(pengertian, penyebab, dapat dikeluarkan dengan batuk efektif,
140/60-90 ; S : 36,5-
tanda gejala, fisioterapi dan nebulizer makasuctioning
37,5 ˚C ; N : 60-100
penatalaksanaanmedis) perludilakukan.
x/menit;
8. Ajarkan klien dankeluarga 8. Menambah pengetahuan dan
4. RR : 16-22x menit)
9. mencari mekanisme koping pemahamankeluarga dan klien agar
yang sesuai untuk menurunkan mudah proses pengobatan dan perawatan
kecemasan bagiklien.
10. Kolaborasi penatalaksanaan 9. Sikap adaptasi terkait kondisi yang baru

43
farmakologi dengan tenaga perlu dicari untukmenghindari terjadinya
medis lainnya depresi dan kecemasanberlebihan.
11. Kolaborasi dalampemberian 10. Terapi kimiawi untuk
terapi oksigentambahan mendukungkeadekuatan pola pernafasan.
12. Kolaborasi dalampemberian 11. Memberikan suplai oksigen dan menjada
nebulizer bagi klien untuk keadekuatan polanafas sehingga lebih
mencairkan mukus yang efektif.
berlebih 12. Memberikan alternatif yang cepat guna
mencairkan sputum yang
13. menganggu jalan nafas.

Intoleran Setelah dilakukan 1. Tingkatkan tirah baringdan 1. Tirah baring dan pemabatasan
aktivitas tindakan keperawatan pembatasanaktifitas aktivitas akan mengurangi
selama 3x24 jam 2. Lakukan ROM aktif danpasif penggunaan energi sehingga klien
diharapkan klien dapat untuk menghilangkan tidakakan kelelahan.
meningkatan kemampuan keteganganotot 2. Pasien dengan tirahbaring perlu di
dalam melakukan aktivitas 3. Berikan kegiatanpengalihan ROM pasif sehingga otot dan
ringan. yang menenagkan untuk persendian tidak mengalamikekakuan.
Kriteria hasil: meningkatkanrelaksasi 3. Pasien dengan tirah baring dalam waktu
1. TTV dalam rentang 4. Kaji skala kekuatan ototklien yang lama akan merasakan lelah dan
normal ketika 5. Monitor tanda-tanda vital bisan sehingga perlu diberikan
beraktifitas meliputi tekanan darah,suhu, suatupengalihan sesuai
TD : 100-140/60-90 ; pernafasan, nadi dansaturasi ketertarikanpasien.
S : 36,5-37,5 ˚C ; N : 6. Monitor asupan nutrisidan 4. Skala kekuatan otot dikaji guna melihat
60-100 x/menit ; RR : cairan perkembangan ototpasien.

44
16-24 xmenit) disertai 7. Monitor waktu dan lama 5. Observasi harus dilakukan untuk
saturasi oksigen istirahat/tidurklien melihat perkembangan kondisi klien
rentang 90- 100%. 8. Beri informasi mengenaiefek sehinggatindakan
2. Daya tahan atau yang dapat terjadi bila klien 6. darurat dapat segera diberikan.
kekuatan otot pada beraktivitasberlebih 7. Melihat intake makanan dan cairan
skala 4. 9. Beri informasi mengenai yang masuk ke pasien.
3. Konsentrasidan nafsu tanda-tanda kelelahan dan 8. Observasi guna melihat istirahat dan
makan yang kembali instruksikan keluarga untuk tidurklien.
normal. melaporkan bisamenemukan 9. Memberikanpengetahuan serta
gejala kelelahan melibatkan keluarga dalam
10. Kolaborasi dengan ahligizi perawatanklien.
dalam pemberian asupan 10. Berbagi informasi untuk memudahkan
nutrisi bagiklien keluarga dalam merawat klien dan
11. Kolaborasi dengan tenaga sebagai bentukkerjasama mencegah
medis lainnya dalam suatu hal yang tidak diinginkanterjadi.
pemberian 11. Guna meningkatkan energi klien.
terapifarmakologi 12. Guna meningkatkantidur
13. klien.

45
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Congestive Heart Failure atau gagal jantung merupakan suatu kondisi
penyakit dimana jantung tidak dapat bekerja sesuai dengan fungsinya, yaitu
terutama pada bagian ventrikel dan hal ini dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor
yaitu seperti hipertensi dan infark miokard akut. Seseorang yang mengalami
penyakit gagal jantung pastinya akan mengalami beberapa keluhan seperti sesak
nafas, edema, dan beberapa tandalainnya.

B. Saran
Laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan mengenai Congestive Heart
Failure atau gagal jantung ini, diharapkan kepada pembaca dapat memanfaatkan
dengan baik serta mengembangkan isi materi untuk mencapai suatu pembaharuan
informasi.

46
DAFTAR PUSTAKA

Aspiani, R. Y. 2016. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan


Kardiovaskular :Aplikasi NIC Dan NOC. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.

AHA. (2017). Classes of heart failure. Diakses


melalui
http://www.heart.org/HEARTORG/Conditions/HeartFailure/AboutH
eartFailure/Classes-of-Heart-
Failure_UCM_306328_Article.jsp#.WlsyUa6WbIUpada tanggal 13
Januari2019.

AHA. (2017). Common Tests of heart failure.Diakses melalui


http://www.heart.org pada tanggal 13 Januari 2019.

AHA. (2017). Treatment Options for Heart Failure.Diakses melalui


http://www.heart.org pada tanggal 13 Januari 2019.

Black, Joice M. & Hawks, Jane H. (2009).Medical surgical nursing:


clinical management for positive outcomes (8 ed). Singapore:
Elsevier

Corwin, E. J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: Penerbit Buku

Kedokteran EGC Dosen Keperawatan Medikal-Bedah Indonesia. 2017.


Rencana Asuhan Keperawatan Medikal-Bedah: Diagnosis Nanda-I
2015-2017 Intervensi NIC Hasil NOC. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC

Hasanah, L. (2013). Analisis Praktik Klinik Keperawatan Kesehatan


Masyarakat Perkotaan pada Pasien dengan Gangguan
Kardiovaskular: Congestive Heart Failure (CHF), di Ruang Rawat
Kardiovaskular, Lantai 6 Zona B, RS. Dr Cipto Mangunkusumo
Tahun 2013. Depok: Universitas Indonesia.

47

Anda mungkin juga menyukai